TINJAUAN PUSTAKA LARING

28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas laring merupakan tumor yang terbanyak menyerang saluran pernapasan bagian atas. Tumor ganas laring cukup sering ditemukan di bagian Telinga Hidung Tenggorokan ( THT ). Sebagai gambaran, diluar negeri tumor ganas laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan di bidang THT, sedangkan di RSCM menempati urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring, tumor ganas hidung dan sinus paranasal. 1,2 Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis. Insiden tumor laring sangat berhubungan erat dengan kebiasaan merokok ,seperti juga meningkatnya kejadian tumor leher dan kepala 6x lebih sering pada perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok.Risiko kematian pada tumor ganas laring berbanding lurus dengan meningkatnya konsumsi rokok, terlebih lagi bila disertai dengan konsumsi alkohol. 3 Salah satu akibat yang ditimbulkan dari tumor laring adalah terjadinya sumbatan laring yang dapat berakibat kematian. Untuk itu diperlukan diagnosis dan penatalaksanaan 1

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA LARING

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA LARING

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tumor ganas laring merupakan tumor yang terbanyak menyerang saluran

pernapasan bagian atas. Tumor ganas laring cukup sering ditemukan di bagian Telinga

Hidung Tenggorokan ( THT ). Sebagai gambaran, diluar negeri tumor ganas laring

menempati urutan pertama dalam urutan keganasan di bidang THT, sedangkan di RSCM

menempati urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring, tumor ganas hidung dan sinus

paranasal.1,2

Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal

yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar

radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis. Insiden tumor laring sangat

berhubungan erat dengan kebiasaan merokok ,seperti juga meningkatnya kejadian tumor

leher dan kepala 6x lebih sering pada perokok dibandingkan dengan yang tidak

merokok.Risiko kematian pada tumor ganas laring berbanding lurus dengan

meningkatnya konsumsi rokok, terlebih lagi bila disertai dengan konsumsi alkohol.3

Salah satu akibat yang ditimbulkan dari tumor laring adalah terjadinya sumbatan

laring yang dapat berakibat kematian. Untuk itu diperlukan diagnosis dan

penatalaksanaan yang tepat dan sesuai dengan prinsip penanggulangan sumbatan laring,

yaitu menghilangkan penyebab sumbatan dengan cepat atau membuat jalan napas baru

yang dapat menjamin ventilasi.1,4

Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum memuaskan, hal ini

disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga dijumpai bukan

pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan yang sudah berat

sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan. Yang terpenting pada

penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa dini. 1,5

1

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA LARING

1.2. BATASAN MASALAH

Referat ini dibatasi pada pembahasan diagnosis dan penatalaksanaan tumor ganas

laring serta penatalaksanaan sumbatan laring.

1.3.METODE PENULISAN

Referat ini merupakan tinjauan kepustakaan yang dirujuk dari berbagai kepustakaan

dari berbagai literatur

1.4. MANFAAT PENULISAN

Penulisan referat ini untuk menambah pengetahuan penulis tentang diagnosis dan

penatalaksanaan tumor ganas laring serta penatalaksanaan sumbatan laring.

2

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA LARING

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI LARING

2.1.1. KERANGKA LARING

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Batas atas

laring adalah aditus laring, batas bawahnya adalah batas kaudal kartilago krikoid.

Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang yaitu tulang hyoid, dan beberapa

buah tulang rawan. Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis,

kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago tiroid. Kartilago

krikoid dihubungkan dengan kartilago tiroid oleh ligamentum krikotiroid. Terdapat

sepasang kartilago aritenoid yang terletak dekat permukaan belakang laring dan

membentuk sendi dengan kartilago krikoid, disebut artikulasi krikoaritenoid. Sepasang

kartilago kornikulata melekat pada kartilago aritenoid di daerah apex, sedangkan

sepasang kartilago kuneiformis terdapat di dalam lipatan ariepiglotik.Pada laring terdapat

2 buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi krikoaritenoid.1,5

3

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA LARING

2.1.2. OTOT-OTOT LARING

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot

intrinsik : 1,5

I.Otot-otot ekstrinsik laring :

1. Suprahioid :

- m. digastrikus

- m. geniohioid

- m. stilohioid

- m. milohioid

Otot-otot ini berfungsi menarik laring ke bawah.

2. Infrahioid :

- m. sternohioid

- m. omohioid

- m. Tirohioid

Otot-otot ini berfungsi menarik laring ke atas.

II. Otot-otot intrinsik laring :

1. Terletak di bagian lateral laring :

- m. krikoaritenoid lateral laring

- m. tiroepiglotika

- m. vokalis

- m. tiroaritenoid

- m. Ariepiglotika

- m. krikotiroid

2. Terletak di bagian posterior laring :

- m. aritenoid transversum

- m. aritenoid oblik

- m. krikoaritenoid posterior

4

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA LARING

2.1.3.

RONGGA LARING

Batas atas rongga laring ialah aditus laring, batas bawahnya ialah bidang yang

melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah permukaan belakang

epiglotis, tuberkulum epiglotis, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah

lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid, batas belakangnya ialah m. aritenoid

transversus dan lamina kartilago krikoid.1,5

Pada laring terdapat pita suara asli ( plika vokalis ) dan pita suara palsu ( plika

ventrikularis ). Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan disebut rima glotis, dan bidang

antara plika ventrikularis kiri dan kanan disebut rima vestibuli. Plika vokalis dan plika

ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu : vestibulum

laring/supraglotik ( di atas plika ventrikularis ), glotik, dan subglotik ( di bawah plika

vokalis ).1,5

5

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA LARING

2.1.4. PERSARAFAN LARING

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n. laringis superior dan

n. laringis inferior. N. laringis superior mempersarafi m. krikotiroid. N. laringis inferior

bercabang 2 menjadi ramus anterior dan ramus posterior. Ramus anterior mempersarafi

otot-otot intrinsik laring bagian lateral, ramus posterior mempersarafi otot-otot intrinsik

laring bagian superior.1,5

2.1.5. PENDARAHAN LARING

Pendarahan laring terdiri dari 2 cabang, yaitu :1,5

1. Arteri laringis superior, merupakan cabang dari arteri tiroid superior. Berjalan

melewati bagian belakang membran tirohioid dan menembus membran ini untuk berjalan

di submukosa dari dinding lateral dan lantai sinus piriformis untuk mendarahi mukosa

dan otot-otot laring.

2. Arteri laringis inferior, merupakan cabang arteri tiroid inferior. Berjalan ke belakang

sendi krikotiroid, lalu masuk laring melalui daerah pinggir bawah dari m. konstriktor

faring inferior dan mendarahi mukosa dan otot laring.

Vena laringis superior dan vena laringis inferior letaknya sejajar dengan a. laringis

superior dan inferior.

2.1.6. PEMBULUH LIMFA

Pembuluh limfa eferen dari golongan superior bergabung dengan kelenjar bagian

superior rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari golongan inferior bergabung dengan

kelenjar servikal dalam, dan beberapa menjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikula.1,5

6

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA LARING

2.1.7 FISIOLOGI LARING

Laring berfungsi untuk :1,5

1. Proteksi

Yaitu mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea dengan cara menutup

aditus laring dan rima glotis secara bersamaan.Terjadinya penutupan aditus laring karena

pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Penutupan rima

glotis terjadi karena adduksi plika vokalis.

2. Refleks batuk

Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan keluar. Demikian juga

dengan bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat dikeluarkan.

3. Respirasi

Yaitu dengan mengatur besar kecilnya rima glotis. Bila m. krikoaritenid posterior

berkontraksi akan menyebabkan prosessus vokalis kartilago aritenoid bergerak ke lateral,

sehingga rima glotis terbuka.

4. Sirkulasi

Dengan terjadi perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeobronkial akan

mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi dalam

tubuh.

7

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA LARING

5. Menelan

Laring membantu menelan melalui 3 mekanisme, yaitu gerakan laring bagian bawah ke

atas, menutup aditus laringis dan mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan

tidak masuk lagi ke dalam laring.

6. Emosi

Laring berfungsi mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis, dll.

7. Fonasi

Yaitu dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada.tinggi rendahnya

nada diatur oleh peregangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam adduksi, maka m.

krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan ke depan, menjauhi kartilago

aritenoid. Pada saat yang bersamaan m. krikoaritenoid posterior akan menahan atau

menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan efektif untuk

berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m. krikoaritenoid akan mendorong kartilago

krikoaritenoid ke depan, sehingga plika vokalis akan mengendor.Kontraksi serta

mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada.

2.2. KLASIFIKASI TUMOR GANAS LARING

Tumor laring terbagi atas 3 bagian, yaitu : 1

a.Tumor supraglotis: terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglotis sampai batas atas

glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.

8

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA LARING

b.Tumor glotis : mengenai pita suara asli.

c.Tumor subglotis : tumbuh lebih dari 10 mm dibawah tepi bebas pita suara asli sampai

batas inferior krikoid.

2.3. EPIDEMIOLOGI

Kekerapan tumor ganas laring di beberapa tempat di dunia ini berbeda-beda. Di

Amerika Serikat pada tahun 1973 – 1976 dilaporkan 8,5 kasus karsinoma laring

per 100.000 penduduk laki-laki dan 1,3 kasus karsinoma laring per 100.000 penduduk

perempuan. Tumor ganas laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan

dengan perbandingan 5 : 1 dan terbanyak pada usia 56-69 tahun.2,3

Di RSUP H. Adam Malik Medan, Februari 1995 – Juni 2003 dijumpai 97 kasus

karsinoma laring dengan perbandingan laki dan perempuan 8 : 1. Usia penderita berkisar

antara 30 sampai 79 tahun. Dari Februari 1995 – Februari 2000, 28 orang diantaranya

telah dilakukan operasi laringektomi total.2

9

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA LARING

2.4. ETIOLOGI

Belum diketahui pasti penyebabnya, namun beberapa penelitian epidemiologi

menggambarkan beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor laring,

beberapa diantaranya yaitu :1,6,7

1. Umur

Insiden tumor ganas laring meningkat pada usia diatas 55 tahun.

2. Jenis kelamin

tumor laring 4x lebih sering mengenai laki-laki dibandingkan perempuan

3. Ras

Meningkat pada ras kulit hitam dibandingkan kulit putih

4. Merokok

Kebiasaan merokok meningkatkan resiko terjadinya tumor ganas laring

5. Alkohol

Orang yang mengkonsumsi alkohol berkemungkinan lebih besar terkena

tumor laring dibandingkan orang yang tidak mengkonsumsi alkohol.

6. Riwayat keganasan pada kepala dan leher

Satu dari empat orang yang pernah menderita tumor pada kepala dan leher

berisiko tinggi terkena untuk kedua kalinya.

7. Pekerjaan

Pekerja-pekerja yang terpapar uap asam sulfat,nikel dan asbes akan beresiko

tinggi menderita tumor laring

8. Faktor-faktor lain seperti virus, makanan rendah vitamin A dan gastroesopha

geal reflux disease ( GERD ).

2.5 HISTOPATOLOGI

Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 – 98% dari semua tumor ganas laring,

dengan derajat differensiasi yang berbeda-beda. Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah

karsinoma anaplastik, pseudosarkoma, adenokarsinoma dan sarkoma.1,2

Karsinoma verukosa adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak,

akan tetapi klinis ganas. Insidennya 1 – 2% dari seluruh tumor ganas laring, lebih banyak

mengenai pria dari wanita dengan perbandingan 3 : 1. Tumor tumbuh lambat tetapi dapat

10

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA LARING

membesar sehingga dapat menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi

metastase regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak efektif dan

merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik.1,2

Adenokarsinoma. Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering

dari kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari glotis. Sering

bermetastase ke paru-paru dan hepar. Two years survival rate-nya sangat rendah.Terapi

yang dianjurkan adalah reseksi radikal dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi

pasca operasi.1,2

Kondrosarkoma, adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%,

tiroid 20% dan aritenoid 10%. Sering pada laki-laki 40 – 60 tahun. Terapi yang

dianjurkan adalah laringektomi total.1,2

2.6. GEJALA KLINIS DAN SUMBATAN LARING AKIBAT TUMOR LARING

2.6.1 Gejala klinis dari tumor ganas laring yaitu :1,2,8

a. Serak

Merupakan gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala dini tumor pita

suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat

dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan

getaran, dan ketegangan pita suara.

Pada karsinoma laring,pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh

ketidakaturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, teserangnya otot-otot

vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya

tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut.

Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya

lebih rendah dari biasa. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan napas,

atau paralisis komplit.

Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor. Apabila

tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap. Apabila

tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika ventrikularis atau di batas

inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis,

serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini,

11

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA LARING

gejala pertama tidak khas dan subjektif, seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang

mengganjal di tenggorok. Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak, kecuali tumor

eksentif. Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumam ( Hot potato voice ).

b. Dispnea dan stridor

Merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan napas dan dapat timbul

pada tiap tumor laring.Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan napas oleh massa

tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor

supraglotik atau transglotik terdapat kedua gejala tersebut. Sumbatan yang terjadi secara

perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh pasien. Pada umumnya dispnea dan stridor

adalah tanda prognosis yang kurang baik.

c. Nyeri tenggorok

Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.

d. Disfagi

Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring, dan sinus

piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas post

krikoid. Rasa nyeri ketika menelan ( odinofagi )menandakan adanya tumor ganas lanjut

yang mengenai struktur ekstra laring.

e. Batuk dan hemoptisis

Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan

tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering

terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik.

f. Gejala lain

Berupa nyeri alih di telinga ipsilateral, halitosis, batuk, hemoptisis dan penurunan

berat badan menandakan perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh. Pembesaran

kelenjar getah bening dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang

menunjukkan tumor pada stadium lanjut. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang

disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan

perikondrium.

12

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA LARING

2.6.2 Gejala Sumbatan laring

Gejala dan tanda sumbatan laring yang tampak adalah :4

1. Sesak napas ( dispnea ).

2. Stridor ( napas berbunyi ) yang terdengar pada waktu inspirasi.

3.Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium,

supraklavikula, interkostal. Cekungan itu terjadi sebagai upaya dari otot-otot pernafasan

untuk mendapatkan oksigen yang adekuat.

4. Gelisah karena pasien haus udara ( air hunger ).

5. Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.

Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium dengan tanda

dan gejala :4

1. Stadium 1 : cekungan tampak pada waktu inspirasi di suprasternal, stridor pada waktu

inspirasi dan pasien masih tenang.

2. Stadium 2 : cekungan pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam,

ditambah lagi dengan timbulnya cekungan di daerah epigastrium. Pasien sudah mulai

gelisah. Stridor terdengar pada waktu inspirasi.

3. Stadium 3 : cekungan selain didaerah suprasternal, epigastrium juga terdapat di

infraklavikula dan sela-sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea. Stridor terdengar pada

waktu inspirasi dan ekspirasi.

4. Stadium 4 : cekungan- cekungan diatas bertambah jelas, pasien sangat gelisah, tampak

sangat ketakutan dan sianosis. Jika keadaan ini berlangsung terus maka pasien akan

kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik karena hiperkapnia. Pasien lemah dan

tertidur, akhirnya meninggal karena asfiksia.

2.7. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :1,2

1. Anamnesis.

Didapatkan keluhan berupa suara serak, nafas berbunyi, sulit bernafas, nyeri

tenggorokkan, batuk berdarah, sulit menelan dan kadang – kadang ditemukan bau mulut,

penurunan berat badan.

2. Pemeriksaan THT rutin .

13

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA LARING

3. Laringoskopi direk.

Pemeriksaan ini untuk memastikan lokasi tumor dan menilai penyebaran tumor.

4. Radiologi foto polos leher dan thorak .

Foto toraks diperlukan unuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses

spesifik dan metastasis di paru.

5. Pemeriksaan radiologi khusus separti CT-Scan, MRI.

CT-Scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih seksama,

misalnya penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta

metastasis kelenjar getah bening leher.

6. Pemeriksaan hispatologi dari biopsi laring sebagai diagnosa pasti.

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomik dari bahan

biopsi laring dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dari

hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.

Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC 1988 :

1. Tumor primer ( T )

Supraglotis :

T is : tumor in situ

T 1 : tumor terdapat pada satu sisi suara atau pita suara palsu ( gerakan masih baik ).

T 2 : tumor telah meluas ke satu dan dua sisi daerah supraglotis dan glotis masih bisa

bergerak ( tidak terfiksir ).

T 3 : tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah krikoid bagian

belakang, dinding medial dari sinus piriformis, dan kearah rongga pre-epiglotis.

T 4 : tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada

leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid.

Glotis :

T is : tumor in situ.

T 1 : tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik,

atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.

T 2 : tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak

atau sudah terfiksasi ( impaired mobility ).

T 3 : tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.

14

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA LARING

T 4 : tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari

laring.

Subglotis :

T is : tumor in situ

T 1 : tumor terbatas pada subglotis .

T 2 : tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksasi.

T 3 : tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksasi.

T 4 : tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan keluar laring atau

dua-duanya.

2. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N)

N x : kelenjar tidak teraba.

N 0 : secara klinis tidak teraba kelenjar. N 1 : klinis teraba kelenjar homolateral dengan diameter = 3 cm.

N 2 : klinis teraba kelenjar tunggal, ipsilateral dengan diameter 3 – 6 cm.

N 2a : klinis terdapat satu kelenjar ipsilateral dengan diameter > 3 cm dan tidak >6 cm.

N 2b : klinis terdapat kelenjar ipsilateral multipel dengan diameter tidak lebih dari 6 cm.

N 2c : metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.

N 3 : metastase kelenjar limfe lebih dari 6 cm.

3. Metastase jauh ( M )

Mx : tidak terdapat / terdeteksi.

M 0 : tidak ada metastase jauh.

M 1 : terdapat metastase jauh.

4. Stadium :

Stadium I : T1 N0 M0

Stadium II : T2 N0 M0

Stadium III : T3 N0 M0

T1/T2/T3 N1 M0

Stadium IV : T4 N0/N1 M0

T1/T2/T3/T4 N2/N3

T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1

15

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA LARING

2.8 DIAGNOSIS BANDING

Tumor ganas faring dapat dibanding dengan :

1. TBC laring

2. Sifilis laring

3. Tumor jinak laring

4. Penyakit kronis laring

2. 9 PENATALAKSANAAN

2.9.1 Penatalaksanaan tumor laring

Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring, yaitu :1,2,8

1.Pembedahan

Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :

1. Laringektomi   :

a. Laringektomi parsial

Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang tidak

memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.

b. Laringektomi total

Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas

( epiglotis dan os hioid ) sampai batas bawah cincin trakea.

2. Diseksi leher radikal

Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini ( T1 – T2 ) karena

kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor

supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan

metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher.

Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh.

2. Radioterapi

Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1 dan T2

dengan hasil yang baik ( angka kesembuhannya 90% ). Keuntungan dengan cara ini

adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang

dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000 rad.

16

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA LARING

Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura, Som,

Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk memperoleh kerusakan

maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada jaringan yang

melapisinya. Wang dan Schulz memberikan 4500–5000 rad selama 4–6 minggu diikuti

dengan laringektomi total.

3. Kemoterapi

Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvan ataupun

paliativ. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–1000

mg/m2.

Rehabilitasi suara

Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa tumor

ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik. Setelah

laringektomi dilakukan rehabilitasi suara dengan pertolongan alat bantu suara yakni

vibrator yang ditempelkan didaerah submandibula atau menggunakan esophageal speech

dimana suara dihasilkan dari esofagus melalui proses belajar.1,2

2.9.2 Penatalaksanaan sumbatan laring

Dalam penanggulangan sumbatan laring prinsipnya diusahakan supaya jalan nafas

lancar kembali. Tindakan konservatif dengan medikamentosa dilakukan pada sumbatan

laring stadium 1. Tindakan operatif atau resusitasi yang dilakukan pada stadium 2 dan 3

yaitu intubasi endotrakea dan trakeostomi sedangkan krikotirotomi dilakukan pada

stadium 4.4

Intubasi endotrakea

Indikasi intubasi endotrakea yaitu 4:

1. Untuk mengatasi sumbatan saluran nafas atas

2. Membantu ventilasi

3. Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial

4. Mencegah aspirasi sekret di rongga mulut atau yang berasal dari lambung

17

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA LARING

Ukuran pipa endotrakea harus sesuai dengan ukuran trakea pasien dan umumnya untuk

dewasa dipakai yang diameter dalamnya 7 – 8,5 mm. Pipa endotrakea tidak boleh lebih

dari 6 hari dan selanjutnya dilakukan trakeostomi.

Trakeostomi

Merupakan tindakan membuat lubang pada dinding depan / anterior trakea untuk

bernafas. Menurut letak stroma, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang

rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Indikasi trakeostomi yaitu 4:

1. Mengatasi obstruksi laring

2. Mengurangi ruang rugi di saluran nafas atas

3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus

4. Untuk memasang respirator

5. Untuk mengambil benda asing dari subglotis

Krikotirotomi

Krikotirotomi merupakan tindakan penyelamat pasien dalam keadaan gawat nafas

dengan cara membelah membran krikotiroid. Tindakan ini harus dikerjakan cepat

walaupun persiapannya darurat. Kontraindikasi krikotirotomi pada anak dibawah 12

tahun, tumor laring yang sudah meluas ke subglotis dan terdapat laringitis.4

2. 10. PROGNOSIS

Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan

tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma laring stadium I

adalah 90 – 98%, stadium II adalah 75 – 85%, stadium III adalah 60 – 70% dan stadium

IV adalah 40 – 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan five

years survival rate sebesar 50%.1,2

18

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA LARING

BAB 3

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

1. Tumor ganas laring merupakan tumor yang terbanyak menyerang saluran pernapasan

bagian atas.

2. Karsinoma sel skuamosa secara histopatologi merupakan jenis terbanyak dari tumor

ganas laring.

3. Tumor laring dapat menyebabkan terjadinya sumbatan laring yang dapat berakibat

kematian.

4. Penatalaksanaan tumor ganas laring tergantung dari stadium tumor saat didiagnosis.

5. Prinsip penanggulangan sumbatan laring, yaitu menghilangkan penyebab sumbatan

dengan cepat atau membuat jalan napas baru yang dapat menjamin ventilasi.

3.2. SARAN

1. Diperlukan diagnosis tumor ganas laring yang tepat dan dini sehingga

penatalaksanaan segera dapat dilakukan.

2. Penatalaksanaan sumbatan laring harus dilakukan secara tepat dan cepat untuk

menghindari risiko kematian.

19