Tinjauan Pustaka Glaukoma
description
Transcript of Tinjauan Pustaka Glaukoma
TINJAUAN PUSTAKA
GLAUKOMA
I. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapang pandang, biasanya disertai
peningkatan tekanan intraokular.
II. EPIDEMIOLOGI
Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Glaukoma sudut terbuka primer adalah
bentuk tersering pada ras kulit hitam dan putih. Ras kulit hitam memiliki risiko yang
lebih besar mengalami onset dini, keterlambatan diagnosis, dan penurunan penglihatan
yang berat dibandingkan ras kulit putih. Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-
15% kasus ras kulit putih. Glaukoma sudut tertutup primer berperan pada lebih dari 90%
kebutaan bilateral akibat glaukoma di China. Glaukoma tekanan normal merupakan tipe
tersering di Jepang.
III. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea perifer dan pangkal
iris. Ciri-ciri anatomi utama sudut ini adalah garis Schwalbe, anyaman trabekula (yang
terletak di atas kanal Schlemm), dan taji sklera (sclera spur).
Garis Schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Struktur ini merupakan
tepi membrane Descment dan terdiri dari suatu jaringan atau pinggiran yang sempit
dimana bagian dalam kornea bertemu dengan sklera, dengan jari-jari kelengkungan yang
berbeda. Dapat terlihat seperti sebuah garis atau pembukitan berwarna putih dan
berbatasan dengan bagian anterior anyaman trabekula.
Anyaman trabekula berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan dasar
yang mengarah ke corpus ciliare. Anyaman ini tersusun atas lembar-lembar berlubang
jaringan kolagen dan elastik yang membentuk suatu filter dengan pori yang semakin
mengecil ketika mendekati kanal Schlemm. Bagian dalam anyaman ini, yang menghadap
ke bilik mata depan dikenal sebagai anyaman uvea; bagian luar yang berada dekat kanal
1
Schlemm disebut anyaman korneoskleral. Serat-serat longitudinal otot siliaris menyisip
ke dalam anyaman trabekula tersebut.
Taji sklera merupakan penonjolan sklera ke arah dalam di antara corpus ciliare
dan kanal Sclemm, tempat iris dan kanal Schlemm menempel. Kanal Sclemm
merupakan kapiler yang mengelilingi kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapis sel,
diameter nya 0,5 mm. Pada dinding sebelah dalam terdapat lubang-lubang sebesar 2 U,
sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula dan kanal Schlemm. Dari kanal
Sclemm, keluar saluran kolektor 20-30 buah yang menuju ke pleksus vena di dalam
jaringan sklera dan episklera dan vena siliaris anterior di badan siliar.
Tekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueous dan
tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor akueous adalah suatu cairan jernih
yang mengisi camera oculi anterior dan camera oculi posterior. Volumenya adalah sekitar
250 µL, dan kecepatan pembentukannya memiliki variasi diurnal adalah 2,5 µL/menit.
Tekanan osmotiknya lebih tinggi dibandingkan plasma. Komposisi humor akueous
serupa dengan plasma, kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat
dan laktat yang lebih tinggi serta protein, urea dan glukosa yang lebih rendah.
Cairan bilik mata (humor akueous) dibentuk oleh epitel tak berpigmen corpus
ciliare, masuk ke dalam bilik mata belakang (camera oculi posterior) kemudian melaui
pupil masuk ke bilik mata depan (camera oculi anterior), ke sudut camera oculi anterior
melalui trabekula ke kanal Sclemm, saluran kolektor, kemudian masuk ke dalam pleksus
vena di jaringan sklera dan episklera juga ke dalam vena siliaris anterior di corpus ciliare.
Saluran yang mengandung cairan camera oculi anterior dapat dilihat di daerah limbus dan
subkonjuntiva yang dinamakan aqueos veins.
Anatomi mata
2
Sirkulasi aqueous humor
Komposisi aqueous humor
Aqueous humour adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan
belakang
Volumenya 250 ul kecepatan 2,5 ul/menit
Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan plasma
Komposisi sama dengan plasma
Pembentukan dan aliran aqueous humor
Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare kemudian masuk ke COP / bilik
mata belakang. Setelah itu aqueous humor akan mengalir melalui pupil menuju ke COA /
bilik mata depan lalu ke anyaman trabekular di sudut bilik mata depan. Selama itu, akan
terjadi pertukaran komponen-komponen aqueous dengan darah di iris.
Peradangan atau trauma intraokular akan menyebabkan peningkatan protein
(plasmoid aqueous) yang sangat mirip dengan serum darah.
3
Aliran keluar aqueous humor
Anyaman trabekular terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang
dibungkus oleh sel trabekular, membentuk suatu saringan dengan ukuran pori yang
semakin kecil bila mendekati kanal Schlemm. Kontraksi otot siliar akan memperbesar
ukuran pori-pori anyaman trabekular sehingga meningkatkan kecepatan drainase aqueous
humor.
Setelah aqueous humor melewati anyaman trabekular dan masuk ke dalam kanal
Schlemm, sejumlah kecil aqueous humor keluar dari mata antara berkas otot siliar ke
ruang suprakoroid dan ke dalam sistem vena corpus ciliare, koroid, dan sklera (aliran
uveoskleral).
IV. PATOFISIOLOGI
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris.Pada
keadaan fisiologis pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan
dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm,sclera spur, garis
Schwalbe dan jonjot iris. Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik
posterior oleh badan siliar, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar
dari bola mata melalui trabekula meshwork ke canalis schlemm.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan
aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior
(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase
(glaukoma sudut tertutup).
4
Pada glaukoma sudut terbuka kelainan terjadi pada jaringan trabekular, sedangkan
sudut bilik mata terbuka lebar.Jadi tekanan intra okuler meningkat karena adanya
hambatan outflow humor akuos akibat kelainan pada jaringan trabekular.
Pada glaukoma sudut tertutup, jaringan trabekular normal sedangkan tekanan
intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata,
sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular.Keadaan
seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yan sempit (tertutup).
(Wijana, 1993)
Ada dua teori utama mengenai mekanisme kerusakan serabut saraf oleh
peningkatan tekanan intraokular yaitu teori mekanik dan teori vaskular :
Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan kerusakan mekanik pada akson saraf optik
dan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina, iris dan korpus siliar juga
menjadi atrofi, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin sehingga terjadi
penurunan penglihatan. Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan iskemia akson
saraf akibat berkurangnya aliran darah pada papil saraf optik. Diskus optikus menjadi
atrofi disertai pembesaran cekungan optikus.
Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil
saraf optik relatif lebih kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi cekungan pada papil
saraf optik.
V. FAKTOR RISIKO
Usia
o Risiko akan bertambah seiring bertambahnya usia. Resiko akan semakin
tinggi pada usia lebih dari 40 tahun
Ras
o Ras kulit hitam cenderung 3-4 kali lebih berisiko. Dan 6 kali lebih besar
kemungkinan terserang kebutaan permanen
5
Keturunan
o Apabila salah satu orang tua menderita glaukoma, makan resiko terkena
sekitar 20%. Bila terdapat saudara kandung yang menderita glaukoma,
resiko terkena glaukoma hingga 50%
Kondisi medis
o DM
o Hipertensi
o Penyakit jantung
o Penyakit mata (peradangan, iritis, tumor mata, ablasi retina, pembedahan)
Rabun jauh
o Penderita miopia cenderung berisiko terkena glaukoma sudut terbuka
Rabun dekat
o Penderita hipermetropia cenderung berisiko terkena glaukoma sudut
tertutup
Cedera fisik
o Trauma parah seperti terkena pukulan dapat menyebabkan TIO meningkat
o Trauma juga dapat menyebabkan pergeseran lensa, menyebabkan tertutup
nya drainase aquoues humour
Penggunaan kortikosteroid yang berkepanjangan
VI. KLASIFIKASI
Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologi:
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
1) Glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma sudut terbuka kronik, glaukoma
simpleks kronik)
2) Glaukoma tekanan normal (glaukoma tekanan rendah)
b. Glaukoma sudut tertutup
1) Akut
2) Subakut
6
3) Kronik
4) Iris plateau
2. Glaukoma kongenital
a. Glaukoma kongenital primer
b. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain
1) Sindrom-sindrom pembelahan bilik mata depan
2) Aniridia
c. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan ekstraokular
3. Glaukoma sekunder
a. Glaukoma pigmentasi
b. Sindrom eksfoliasi
c. Akibat kelainan lensa (fakogenik)
d. Akibat kelainan traktus uvea
e. Sindrom iridokorneoendotelial (ICE)
f. Trauma
g. Pascaoperasi
h. Glaukoma neovaskular
i. Peningkatan tekanan vena episklera
j. Akibat steroid
4. Glaukoma absolut
Hasil akhir dari semua glaukoma yang tidak terkontrol adalah mata yang keras, tidak
dapat melihat, dan sering nyeri.
Klasifikasi glaukoma berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular
1. Glaukoma sudut terbuka
Membran pratrabekular
Kelainan trabekular
Kelainan pascatrabekular
7
2. Glaukoma sudut tertutup
Sumbatan pupil (iris bombe)
Pergeseran lensa ke anterior
Pendesakan sudut
Sinekia anterior perifer
(Vaughan, 2009)
VII. DIAGNOSA BANDING
Glaukoma primer sudut terbuka:
Glaukoma bertekanan rendah
Glaukoma sudut tertutup kronik
Glaukoma sekunder dengan sudut terbuka
8
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosa dapat ditegakan dengan melakukan anamnesa sesuai dengan tanda dan
gejala. Selain itu, dapat dilakukan berbagai pemeriksaan berikut:
1. Pemeriksaan Subjektif
Glaukoma disebut sebagai “pencuri penglihatan” karena berkembang tanpa ditandai
dengan gejala yang nyata.Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma tidak
menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya diketahui disaat
penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan.
Pada fase lanjut glaukoma, gejala-gejala berikut mungkin timbul:
- Hilangnya lapang pandang perifer
- Sakit kepala
- Penglihatan kabur
- Melihat pelangi bila melihat sumber cahaya.
Pada glaukoma sudut terbuka akan terjadi penglihatan yang kabur dan penurunan
persepsi warna dan cahaya. Terjadi penurunan luas lapang pandang yang progresif. Yang
pertama hilang adalah lapang pandang perifer yang pada akhirnya hanya akan
9
menyisakan penglihatan yang seperti terowongan (tunnel vision). Penderita biasanya
tidak memperhatikan kehilangan lapang pandang perifer ini karena lapang pandang
sentralnya masih utuh.
Pada glaukoma sudut tertutup dapat terjadi gejala nyeri, sakit kepala, nausea, mata
merah, penglihatan kabur dan kehilangan penglihatan (Ilyas, 2009).
2. Pemeriksaan Objektif
1. Funduskopi.
Untuk melihat gambaran dan menilai keadaan bagian dalam bola mata terutama saraf
optik.
2. Tonometri.
Pemeriksaan untuk mengukur tekanan bola mata, baik dengan alat kontak menyentuh
bola mata maupun non kontak.
3. Gonioskopi.
Adalah pemeriksaan untuk menilai keadaan sudut bilik mata, adakah hambatan
pengaliran humor aquos.
4. Perimetri.
Pemeriksaan lapang pandangan dengan komputer, untuk mendeteksi atau menilai
hilangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf penglihatan.Pemeriksaan lengkap
ini hanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita glaukoma saja.
10
5. Tes provokasi
a. Untuk glaukoma sudut terbuka
1) Tes minum air
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian
disuruh minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraokuler diukur setiap
15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih dianggap
mengidap glaukoma.
2) Pressure congestion test
Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60 mmHg, selama 1 menit. Kemudian
ukur tensi intraokulernya. Kenaikan 9 mmHg atau lebih mencurigakan,
sedang bila lebih dari 11 mmHg pasti patologis.
3) Kombinasi test minum dengan pressure congestion test
Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestion test.
Kenaikan 11 mmHg mencurigakan, sedangkan kenaikan 39 mmHg atau lebih
pasti patologis.
4) Tes steroid
Diteteskan larutan dexamethasone 3-4 dd gt 1 selama 2 minggu. Kenaikan
tensi intraokuler 8 mmHg menunjukkan glaukoma.
b. Untuk glaukoma sudut tertutup
1) Tes kamar gelap
Orang sakit duduk di tempat gelap selama 1 jam, tak boleh tertidur. Di tempat
gelap ini terjadi midriasis, yang mengganggu aliran cairan bilik mata ke
trabekulum. Kenaikan tekanan lebih dari 10 mmHg pasti patologis, sedang
kenaikan 8 mmHg mencurigakan.
2) Tes membaca
Penderita disuruh membaca huruf kecil pada jarak dekat selama 45 menit.
Kenaikan tensi 10-15 mmHg patologis.
3) Tes midriasis
Dengan meneteskan midriatika seperti kokain 2%, homatropin 1% atau
neosynephrine 10%. Tensi diukur setiap ¼ jam selama 1 jam. Kenaikan 5
11
mmHg mencurigakan sedangkan 7 mmHg atau lebih pasti patologis. Karena
tes ini mengandung bahaya timbulnya glaukoma akut, sekarang sudah banyak
ditinggalkan.
4) Tes bersujud (prone position test)
Penderita disuruh bersujud selama 1 jam. Kenaikan tensi 8-10 mmHg
menandakan mungkin ada sudut yang tertutup, yang perlu disusun dengan
gonioskopi. Dengan bersujud, lensa letaknya lebih ke depan mendorong iris
ke depan, menyebabkan sudut bilik depan menjadi sempit. (Wijana, 1993)
IX. PENATALAKSANAAN
A. Target Penurunan Tekanan Intra Okuler
Walaupun sulit untuk menentukan target tekanan intraocular, beberapa panduan
menyebutkan kontrol TIO sebagai berikut:
- Pasien dengan kerusakan dini diskus optikus dan defek lapangan pandang atau
di bawah fiksasi sentral, TIO harus di bawah 18mmHg.
- Pasien dengan kerusakan moderat diskus optikus (CDR > 0,8) terdapat skotoma
arkuata superior dan inferior defek lapanan pandang, harus dipertahankan TIO
di bawah 15 mmHg.
- Pasien dengan kerusakan dikus optikus lanjut (CDR > 0,9) dan defek lapangan
pandang yang meluas, harus dipertahankan TIO di bawah 12 mmHg.
B. Prinsip Pengobatan :
Glaukoma sudut terbuka
Tujuan pengobatan
- memperlancar pengeluaran aquous humour
- mengurangi produksi aquous humour
Medikamentosa
- supresi pembentukan aqueous humor
- fasilitasi aliran keluar aqueous humor
- penurunan volume vitreus
- miotik, midriatik, dan sikloplegik
Pembedahan trabekulektomi
12
Glaukoma sudut tertutup akut
Tujuan pengobatan
- merendahkan TIO secepatnya
- melakukan pembedahan apabila TIO normal dan mata tenang
- Pada serangan akut, sebaiknya tekanan diturunkan terlebih dahulu
Medikamentosa :
- supresi pembentukan aqueous humor
- fasilitasi aliran keluar aqueous humor
- penurunan volume vitreus
- miotik, midriatik, dan sikloplegik
Pembedahan
- iridektomi perifer
- hanya pembedahan yang dapat mengobati glaukoma akut (serangan
sering berulang)
C. Obat-obatan Glaukoma
Pengobatan non bedah menggunakan obat-obatan yang berfungsi menurunkan
produksi maupun sekresi dari humor akueous.
1. Obat-obatan topikal
Supresi pembentukan humor akueous
Penghambat beta adrenergik adalah obat yang paling luas digunakan.
Dapat digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Preparat
yang tersedia antara lain Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25%
dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5% dan metipranol 0,3%.
Apraklonidin (larutan 0,5% tiga kali sehari dan 1% sebelum dan sesudah
terapi laser) adalah suatu agonis alfa adrenergik yang baru berfungsi
menurunkan produksi humor akueous tanpa efek pada aliran keluar. Obat ini
tidak sesuai untuk terapi jangka panjang karena bersifat takifilaksis (hilangnya efek
13
terapi dengan berjalannya waktu) dan tingginya reaksi alergi. Epinefrin dan
dipiferon juga memiliki efek yang serupa.
Dorzolamid hydrochloride larutan 2% dan brinzolamide 1% (dua atau tiga
kali sehari adalah penghambat anhidrase topical yang terutama efektif bila
diberikan sebagai tambahan, walaupun tidak seefektif penghambat
anhidrase karbonat sistemik. Dorzolamide juga tersedia berasama timolol
dalam larutan yang sama.
Fasilitasi aliran keluar humor akueous
Analog prostaglandin berupa larutan bimastoprost 0,003%, latanoprost
0,005% dan travoprost 0,004% masing-masing sekali setiap malam dan larutan
unoprostone 0,15% dua kali sehari yang berfungsi untuk meningkatkan aliran
keluar humor akueous melaului uveosklera. Semua analaog prostaglandin dapat
menimbulkan hyperemia konjungtiva, hiperpigmentasi kulit periorbita,
pertumbuhan bola mata dan penggelapan iris yang permanen.
Obat parasimpatomimetik seperti pilocarpin meningkatkan aliran keluar
humor akueous dengan bekerja pada anyaman trabekular melalui kontraksi otot
siliaris. Obat ini diberikan dalam bentuk larutan 0,5-6% yang diteteskan hingga
empat kali sehari atau bentuk gel 4% yang diberikan sebelum tidur. Obat-obat
parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai penglihatan suram.
2. Obat-obatan sistemik
Inhibitor karbonat anhidrase sistemik asetozolamid digunakan apabila
terapi topikal tidak memberikan hasil memuaskan. Obat ini mampu menekan
pembentukan humor akueous sebesar 40-60%. Asetozolamid dapat diberikan
peroral dalam dosis 125-250 mg sampai empat kali sehari atau sebagai Diamox
sequels 500 mg sekali atau dua kali sehari, dapat diberikan secara intravena (500
mg). Penghambat anhidrase karbonat menimbulkan efek samping sistemik mayor
yang membatasi keguanaannya untuk terapi jangka panjang.
14
3. Penanganan Bedah
Prinsip operasi: fistulasi, yaitu membuat jalan baru untuk mengeluarkan
humor akuous oleh karena jalan yang normal tak dapat dipakai lagi.Indikasi
penanganan bedah pada pasien glaukoma sudut terbuka primer adalah yaitu terapi
obat-obatan tidak adekuat seperti reaksi alergi, penurunan penglihatan akibat
penyempitan pupil, nyeri, spasme siliaris dan ptosis.
Penanganan bedah meliputi:
a. Trabekuloplasti laser.
Trabekuloplasti laser digunakan dalam terapi awal glaukoma sudut terbuka
primer. Jenis tindakan ini yaitu penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar
melalui suatu geniolensa ke jalinan trabekular sehingga dapat mempermudah
aliran keluar humor akueous karena efek luka bakar tersebut. Teknik ini dapat
menurunkan tekanan okular 6-8 mmHg selama dua tahun.
b. Trabekulektomi
Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering digunakan untuk memintas
saluran-saluran drainase normal sehingga terbentuk akses langsung humor
akueous dari bilik mata depan ke jaringan subkonjungtiva dan orbita
zonulla zinn menjadi kontraksi untuk menarik lensa ke belakang
( penutupan sudut akibat pergeseran lensa ke anterior)
Atropin, homatropin, tropikamida
Macam operasi lainya:
Iridenkleisis
Trepanasi dari Eliot
Sklerotomi dari Scheie
Siklodialise
Siklodiatermi : merusak badan siliar sehingga pembentukan humor akuos
berkurang (Wijana, 2009)
15
Glaukoma absolut merupakan komplikasi tersering pada glaukoma sudut terbuka
maupun glaukoma sudut tertutup. Hal ini dikarenakan pengobatan yang kurang cepat dan
tepat.
XI. PROGNOSIS
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan
kasus glaukoma dapat dikendalikan.Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata,
tablet, operasi laser atau operasi mata.Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah
kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma maka
akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata (Ilyas, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, H.S. 2009.Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3.Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
2. Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta
3. PERDAMI, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta.
4. Wijana, N., 1993, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta
5. http://rsmataaini.co.id/index.php?s=glaukoma
6. http://www.docstoc.com/docs/51629343/Glaukoma-Case
7. http://blognyafitri.wordpress.com/2010/10/23/kenali-faktor-resiko-glaukoma/
17