TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · bagian tanaman: kulit kayu, pucuk tanaman, bunga, buah,...

7
3 TINJAUAN PUSTAKA A. Minuman Tradisional Makanan/minuman tradisional adalah makanan atau minuman, termasuk jajanan serta bahan campuran atau ingredient yang digunakan secara tradisional dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah atau masyarakat Indonesia (Yusuf 2002). Biasanya makanan/minuman tradisional diolah dari resep yang sudah dikenal masyarakat setempat dengan bahan yang diperoleh dari sumber lokal dan memiliki cita rasa yang relatif sesuai dengan masyarakat setempat. Disadari atau tidak, banyak makanan/minuman tradisional yang berkhasiat bagi kesehatan. Dilihat dari sifatnya, yaitu berkhasiat bagi kesehatan, maka seharusnya banyak makanan/minuman tradisional yang dapat dikategorikan sebagai makanan/minuman fungsional (Fardiaz 1997). Minuman tradisional Indonesia umumnya memanfaatkan rempah-rempah sebagai bahan bakunya. Menurut Widowati (2004), minuman tradisional Indonesia mempunyai potensi untuk dijadikan minuman fungsional. Sebagai minuman fungsional, minuman tradisional Indonesia juga memiliki khasiat yang penting bagi kesehatan, antara lain dapat menghangatkan tubuh, mencegah masuk angin, batuk, influenza, reumatik, meningkatkan stamina tubuh dan anti diare. Minuman yang terbuat dari rempah hampir terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini tak lain disebabkan karena rempah-rempah terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa minuman Indonesia yang terbuat dari rempah-rempah, antara lain bir plethok (Jakarta), bandrek dan bajigur (Jawa Barat), wedang ronde dan wedang uwuh (Jawa Tengah), dan sarabba (Sulawesi). Minuman- minuman ini dapat dilihat pada Gambar 2. a b c d e f Gambar 2. (a) bir plethok, (b) bandrek, (c) bajigur, (d) wedang ronde, (e) wedhang uwuh, (f) sarabba Sumber: a http://www.flickr.com/photos/ar_riel/3971859131/in/set-72157607400395173 b http://id.wikibooks.org/wiki/Bandrek c (Anonim 2010) d http://kuliner.mitrasites.com/gambar/wedang-ronde.html e http://jogjanesia.com/foods-drinks/drinks-foods-drinks/wedang-uwuh/ f http://unieqmunisah.blogspot.com/2008/06/jajanan-khas-makassar.html B. Minuman Coro Minuman Coro merupakan minuman khas Pati yang terbuat dari beberapa macam rempah- rempah dan biasanya dijual saat pagi hari. Minuman ini dijual dalam keadaan panas atau hangat. Ibu- ibu penjual biasanya menjajakan Coro dengan berkeliling dari rumah ke rumah menggunakan kuali tanah liat yang dibalut dengan lapisan kantung plastik tebal untuk mempertahankan suhu Coro agar tetap hangat. Cara penjualan minuman Coro dpaat dilihat pada Gambar 3. Minuman ini terdiri dari 12 macam rempah. Sepuluh macam rempah dicampur dalam keadaan kering seperti bubuk sedangkan dua rempah lain dicampur pada saat pengolahan (perebusan). Menurut UNIDO dan FAO (2005), rempah-rempah biasa digunakan untuk flavour, warna, aroma, dan preservatif pada makanan dan minuman. Rempah-rempah dapat berasal dari berbagai bagian tanaman: kulit kayu, pucuk tanaman, bunga, buah, daun, rhizoma, akar, biji, stigma dan styles ataupun seluruh bagian atas tanaman. Istilah “herb” digunakan untuk menyebut bagian dari jenis rempah-rempah yang merupakan daun aromatik. Rempah-rempah biasanya dikeringkan secara sempurna untuk digunakan dalam proses. Cara lain penggunaan rempah-rempah adalah dengan menyiapkan ekstrak rempah-rempah, misal minyak esensialnya, dengan melakukan proses

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · bagian tanaman: kulit kayu, pucuk tanaman, bunga, buah,...

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · bagian tanaman: kulit kayu, pucuk tanaman, bunga, buah, daun, rhizoma, akar, biji, stigma dan styles ataupun seluruh bagian atas tanaman.

3

TINJAUAN PUSTAKA

A. Minuman Tradisional

Makanan/minuman tradisional adalah makanan atau minuman, termasuk jajanan serta bahan campuran atau ingredient yang digunakan secara tradisional dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah atau masyarakat Indonesia (Yusuf 2002). Biasanya makanan/minuman tradisional diolah dari resep yang sudah dikenal masyarakat setempat dengan bahan yang diperoleh dari sumber lokal dan memiliki cita rasa yang relatif sesuai dengan masyarakat setempat. Disadari atau tidak, banyak makanan/minuman tradisional yang berkhasiat bagi kesehatan. Dilihat dari sifatnya, yaitu berkhasiat bagi kesehatan, maka seharusnya banyak makanan/minuman tradisional yang dapat dikategorikan sebagai makanan/minuman fungsional (Fardiaz 1997).

Minuman tradisional Indonesia umumnya memanfaatkan rempah-rempah sebagai bahan bakunya. Menurut Widowati (2004), minuman tradisional Indonesia mempunyai potensi untuk dijadikan minuman fungsional. Sebagai minuman fungsional, minuman tradisional Indonesia juga memiliki khasiat yang penting bagi kesehatan, antara lain dapat menghangatkan tubuh, mencegah masuk angin, batuk, influenza, reumatik, meningkatkan stamina tubuh dan anti diare.

Minuman yang terbuat dari rempah hampir terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini tak lain disebabkan karena rempah-rempah terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa minuman Indonesia yang terbuat dari rempah-rempah, antara lain bir plethok (Jakarta), bandrek dan bajigur (Jawa Barat), wedang ronde dan wedang uwuh (Jawa Tengah), dan sarabba (Sulawesi). Minuman-minuman ini dapat dilihat pada Gambar 2.

a b c d e f

Gambar 2. (a) bir plethok, (b) bandrek, (c) bajigur, (d) wedang ronde, (e) wedhang uwuh, (f) sarabba

Sumber: a http://www.flickr.com/photos/ar_riel/3971859131/in/set-72157607400395173 b http://id.wikibooks.org/wiki/Bandrek c (Anonim 2010) d http://kuliner.mitrasites.com/gambar/wedang-ronde.html e http://jogjanesia.com/foods-drinks/drinks-foods-drinks/wedang-uwuh/ f http://unieqmunisah.blogspot.com/2008/06/jajanan-khas-makassar.html B. Minuman Coro

Minuman Coro merupakan minuman khas Pati yang terbuat dari beberapa macam rempah-rempah dan biasanya dijual saat pagi hari. Minuman ini dijual dalam keadaan panas atau hangat. Ibu-ibu penjual biasanya menjajakan Coro dengan berkeliling dari rumah ke rumah menggunakan kuali tanah liat yang dibalut dengan lapisan kantung plastik tebal untuk mempertahankan suhu Coro agar tetap hangat. Cara penjualan minuman Coro dpaat dilihat pada Gambar 3. Minuman ini terdiri dari 12 macam rempah. Sepuluh macam rempah dicampur dalam keadaan kering seperti bubuk sedangkan dua rempah lain dicampur pada saat pengolahan (perebusan).

Menurut UNIDO dan FAO (2005), rempah-rempah biasa digunakan untuk flavour, warna, aroma, dan preservatif pada makanan dan minuman. Rempah-rempah dapat berasal dari berbagai bagian tanaman: kulit kayu, pucuk tanaman, bunga, buah, daun, rhizoma, akar, biji, stigma dan styles ataupun seluruh bagian atas tanaman. Istilah “herb” digunakan untuk menyebut bagian dari jenis rempah-rempah yang merupakan daun aromatik. Rempah-rempah biasanya dikeringkan secara sempurna untuk digunakan dalam proses. Cara lain penggunaan rempah-rempah adalah dengan menyiapkan ekstrak rempah-rempah, misal minyak esensialnya, dengan melakukan proses

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · bagian tanaman: kulit kayu, pucuk tanaman, bunga, buah, daun, rhizoma, akar, biji, stigma dan styles ataupun seluruh bagian atas tanaman.

4

penyulingan rempah-rempah (segar maupun kering), atau dengan melakukan ekstraksi menggunakan pelarut tertentu untuk memperoleh oleoresin dan produk-produk lainnya yang terstandarisasi.

Gambar 3. Penjual minuman Coro dan minuman Coro

Dahulu, setiap penjual Coro membuat serbuk campuran rempah sendiri. Akan tetapi, sekarang

hampir setiap pedagang Coro menggunakan serbuk campuran rempah yang dijual oleh pedagang rempah di pasar tradisional. Rempah-rempah yang diolah dalam bentuk bubuk diantaranya adas, pulosari, pala, kulit pala, pekak, cabai jawa, kayu mesoyi, kapulaga, merica, dan manis jangan. Sedangkan rempah yang dicampur dalam bentuk segar pada saat perebusan adalah jahe dan sereh. Rempah-rempah yang digunakan dalam pembuatan minuman Coro dapat dilihat pada Gambar 4. Selain rempah-rempah, bahan lain yang digunakan dalam pembuatan minuman Coro adalah gula merah dan santan.

1. Jahe Jahe (Zingiber officinale Roscoe, Zingiberacae) adalah tanaman obat yang telah banyak

digunakan sebagai obat herbal di banyak negara karena kemampuanya untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti artritis, reumatik, keseleo, sakit otot, sakit tenggorokan, kram, konstipasi, gangguan pencernaan, mual, hipertensi, dementia, demam, infeksi, dan helminthiasis (Ali et al. 2008). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa komponen yang ditemukan dalam jahe efektif untuk meredakan simptom inflamatori kronik (Srivastava dan Mustafa 1992).

Kandungan utama dalam jahe sangat beragam dan sangat tergantung darimana jahe berasal serta kondisi kesegaran rimpang, apakah segar atau kering (Ali et al. 2008). Senyawa kimia yang menyebabkan rasa pedas pada jahe adalah gingerol, zingeron, dan shogaol (Syukur dan Hernani 2002). Rimpang jahe dan ekstrak jahe mengandung senyawa fenolik (6-gingerol dan turunanya) dengan aktivitas antioksidan yang tinggi (Chen et al. 1986).

Gambar 4. Rempah-rempah bahan minuman Coro : (a) jahe, (b) sereh, (c) adas, (d) merica, (e) kulit pala, (f) cabai jawa, (g) pekak, (h) kayu manis, (i) pulosari, (j) pala, (k) kayu mesoyi, (l) kapulaga

2. Sereh Sereh termasuk dalam familia Gramineae. Yang tumbuh di Indonesia yaitu dari spesies

Cympogon nardus Rendle dan Cympogon winterianus Jowitt, yang biasa digunakan untuk masak dan yang dibudidayakan di kebun-kebun khusus untuk diambil minyaknya. Kedua spesies tersebut dapat diambil minyaknya, produk ini banyak diperlukan industri obat-obatan dan hanganya cukup tinggi (Sutedjo 1990).

a b c d e f

g h i j k l

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · bagian tanaman: kulit kayu, pucuk tanaman, bunga, buah, daun, rhizoma, akar, biji, stigma dan styles ataupun seluruh bagian atas tanaman.

5

Sereh mengandung minyak atsiri dengan komponen seperti citranelal, citral, geraniol, metil hepton, eugenol, kardinen dan limonen. Sereh dapat dimanfaatkan untuk mengobati sakit kepala, otot dan sendi ngilu, diare, anti radang dan memperlancar sirkulasi darah (Wijayakusuma et al. 1996).

3. Adas

Adas atau Foeniculum vulgare termasuk dalam famili Umbelliferae (Apiaceae) telah dikenal dan digunakan sejak zaman dahulu. Adas dibudidayakan hampir di seluruh kawasan Laut Mediterania karena flavornya yang disukai (Muckensturm et al. 1997). Daun dan buahnya sering digunakan sebagai bumbu yang memberikan flavor yang kuat pada daging dan ikan. (Ruberto et al. 2000, Ozbek et al. 2003). Tanaman Adas (Foeniculum vulgare Mill.) adalah tanaman herba tahunan dari familii Umbelliferae dan genus Foeniculum.

Aktifitas diuretik, analgesik, dan antipyretic ditemukan dalam buah adas (Tanira et al. 1996). Aktivitas antioksidan juga ditemukan dalam buah adas (Oktay et al. 2003). Daun dan buahnya banyak digunakan untuk flavor ikan dan daging yang memberikan aroma dan rasa yang sangat kuat, juga digunakan untuk bahan kosmetik. Komponen adas yang paling sering diteliti adalah minyak esensialnya yang menunjukkan adanya aktivitas antioksidan, antimikroba dan hepatoprotektif (Ruberto et al. 2000, Ozbek et al. 2003). Minyak esensial adas memiliki aroma dan rasa yang unik dan terkonsentrasi pada bagian mericarp (buah). Minyak ini terdiri atas beberapa monoterpen dan fenilpropanoid, yang terdiri atas trans anethole, estragol, fenchone, dan limonene sebagai komponen penyusunnya. Komponen yang biasanya paling banyak adalah trans anethole yang memberikan rasa khas adas, fenchone yang memberikan rasa pahit, dan estragol (metil-chavicol) yang memberikan rasa manis (Guillen dan Manzanos 1994).

Selain sebagai bumbu masak, tanaman adas mempunyai banyak kegunaan mulai dari akar, daun, batang dan bijinya. Daun adas digunakan sebagai diuretik (pelancar air seni) dan memacu pengeluaran keringat. Akarnya berkhasiat sebagai obat batuk, pencuci perut dan sakit perut sehabis melahirkan. Tanaman muda digunakan juga sebagai obat gangguan saluran pernapasan dan dari ekstrak buah adas dapat digunakan untuk mengobati mulas (Balittro 2010).

4. Pulosari

Pulosari (Alyxia stellata A.) merupakan tanaman merambat dengan ketinggian mencapai 10 m dan bercabang-cabang. Daun mempunyai helaian yang tipis, berbentuk lonjong, dan terdapat pada pucuk cabang yang berjumlah 3-4 daun setiap cabang. Bunga malai berjumlah satu atau berpasangan berukuran kecil dan berwarna putih (Mursito 2002). Pulosari termasuk dalam famili Apocynaceae (Wakidi 2003). Tanaman yang memiliki batang berwarna putih ini tergolong tanaman liar yang sering dijumpai di hutan, ladang, ataupun daerah pegunungan. Aromanya wangi rempah mirip seperti aroma jamu dengan rasa yang sedikit pahit (Septia 2009).

Meskipun begitu, tanaman ini sangat berkhasiat untuk kesehatan dan dapat menjadi obat untuk beberapa jenis penyakit seperti untuk mengobati sariawan, merangsang nafsu makan, obat batuk, mengurangi rasa mulas, menurunkan demam pada anak-anak (Septia 2009). Bagian tanaman yang digunakan adalah kulit batang/cabang (Mursito 2002). Kandungan kimia pulosari diataranya zat samak, zat pahit, kumarin, dan alkaloida (Wakidi 2003).

5. Pala

Tanaman pala meurut Rismunandar (1990) termasuk tanaman keras dan dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tergolong ke dalam famili Myristiceae yang terdiri dari 15 genus (marga) dan 250 spesies (jenis). Sistematika tanaman pala adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plant Sub kingdom : Vacular plant Class : Angiospermae Ordo : Remales Family : Myristicaceae Genus : Myristica Species : fragrans (HOUTT)

Indonesia merupakan produsen pala terbesar di dunia (70-75%) kemudian diikuti oleh

Grenada (20-25%). Pala biasanya digunakan sebagai obat pelepas kelebihan gas dalam usus,

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · bagian tanaman: kulit kayu, pucuk tanaman, bunga, buah, daun, rhizoma, akar, biji, stigma dan styles ataupun seluruh bagian atas tanaman.

6

obat pencahar, sembelit, mencret, dan dapat membuat rasa mengantuk (Syukur dan Hernani 2002). Menurut Rismunandar (1990), daging buah pala mengadung zat aromatik flavor yang terdiri dari dua komponen minyak atsiri, yaitu myristicin dan monoterpen. Komponen monoterpen dalam daging buah pala dapat menimbulkan rasa ngantuk.

6. Cabai Jawa

Lada panjang (Piper retrofractum Vahl.) atau lebih dikenal dengan nama cabai jawa atau cabai puyang merupakan tanaman asli Indonesia dan tumbuh menyebar dimana-mana (Emmyzar 1992). Ada dua jenis lada panjang yang dikenal, yaitu lada panjang Indonesia sebagai cabai jawa (P. retrofractum Vahl, P. longum BL) dan lada panjang yang tumbuh di India (P. longum L.). Cabai jawa dikenal juga dengan nama ilmiah lain, yaitu Chavia officinarum Miq. dan C. Retrofracta Miq (Syukur dan Hernani 2002). Tanaman ini termasuk dalam famili Piperaceae. Cabe jawa tergolong tanaman yang merambat dan melilit dengan panjang mencapai 10 m. Buahnya berbentuk silinder dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter 6 mm. Buah mudanya berwarna hijau dan keras serta beraroma tajam dan pedas yang kemudian warnanya berubah menjadi kuning gading dan akhirnya berwarna merah (Emmyzar 1992).

Rasa cabai jawa ini lebih pedas dibandingkan dengan jenis lada panjang lainnya, disebabkan oleh senyawa piperin dan piperanin (Leung 1980 di dalam Sait et al. 1992). Cabai jawa banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan obat tradisional, obat modern, dan untuk campuran mimuman. Rasa pedas yang dikeluarkan dari buahnya berasal dari senyawa piperin dengan kandungan sekitar 4.6% (Syukur dan Hernani 2002). Menurut Syukur dan Hernani (2002), cabai jawa memiliki beberapa nama daerah diantaranya, lada panjang (Sumatera), cabe jawa (Jawa), cabi solak (Madura), dan cabai (Sulawesi).

7. Pekak

Pekak (Illicium verum) termasuk dalam famili Magnoliaceae. Aroma dan flavor ekstrak pekak sangat mirip dengan aroma dan flavor adas manis. Kandungan minyak volatil pekak berkisar 8-9%, sedangkan fixed oil kurang lebih 20%. Pekak diidentifikasikan mengandung dua macam komponen utama, yaitu trans-anetol 88-90% dan limonen 5% (Farrel 1990).

Pekak memiliki efek carminativ, stomachic, stimulan dan diuretik. Di negara Timur pekak digunakan sebagai obat reumatik dan obat sakit perut. Selain itu, pekak juga biasa digunakan sebagai teh obat, campuran obat batuk dan pastiles. Buah keringnya mengandung 5-8% minyak esensial, dengan kandungan paling banyak anethol (85-90%). Komponen lainnya meliputi peladrene, safrole, dan terpineol, yang hanya sedikit berpengaruh terhadap aroma. Kandungan 1,4 cineolnya yang rendah merupakan hal yang membedakan pekak dengan adas.

8. Kayu Mesoyi

Tanaman Masoyi atau Massoia Aromatica Becc. tumbuh di Indonesia, terutama di daerah Jawa dan Irian Jaya, tanaman tersebut termasuk familia Lauraceae. Bagian dari tanaman ini yang berkhasiat obat yaitu kulit batang dan kulit cabang batangnya (Sutedjo 1990). Mesoyi merupakan pohon tegak, berkayu dan tingginya mencapai 5 meter. Kayu dan kulitnya mengeluarkan bau aromatis yang khas. Kulit kayu berwarna kelabu di bagian luar dan kemerah-merahan di bagian dalam. Setelah dikeringkan, kulit ini akan menyebabkan gatal-gatal dan lapuk di kulit. Tanaman ini banyak ditemukan di daerah Irian Jaya dan Maluku. Bau aromatis yang dihasilkan menyebabkan bahan tanaman ini sering digunakan untuk bedak bersama-sama dengan cengkeh. Selain itu kayu mesoyi bersifat iritant (membebaskan pembuluh darah kapiler) dan dapat digunakan sebagai pewangi (Delimarta 1998). Simplisia mesoyi mengandung atsiri (total sekitar 0.5%) yang mengandung sinamilaldehid, asam sinamat, eugenol, zat penyamak dan damar. Kayu mesoyi banyak digunakan untuk mengatasi karminativa dan diaforetika serta digunakan pula sebagai bahan pewangi (Sutedjo 1990).

9. Manis Jangan

Manis jangan (Cinnamomum verum J.S. Presl.) yang termasuk dalam famili Lauraceae merupakan kerabat dekat kayu manis. Simamil alkohol, L-linalool, benzaldehida, hiromsinnamaldehida, eugenol, eugenil, asetat, sinnamaldehida, sineol, sinnamal asetat, kariopillen, L-phellandren, p-simen dan α-pinen adalah komponen-komponen minyak atsiri kayu manis. Kayu manis dapat dimanfaatkan sebagai obat sariawan encok dan tekanan darah tinggi.

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · bagian tanaman: kulit kayu, pucuk tanaman, bunga, buah, daun, rhizoma, akar, biji, stigma dan styles ataupun seluruh bagian atas tanaman.

7

Selain itu dapat juga digunakan untuk mengobati muntah-muntah, asma, masuk angin, dan sebagai anti diare (Mardisiswojo 1985).

10. Merica/Lada Hitam

Lada hitam adalah buah lada yang masih mempunyai kulit yang berwarna hitam hasil fermentasi dan penjemuran. Lada adalah buah dari pohon Piper ningrum L. , yang berasal dari famili Piperaceae. Lada hitam mengandung sekitar 1.5% minyak volatil dan lebih dari 6% oleoresin (Farrel 1990). Minyak atsiri lada hitam mengandung karen, simen, limonen, phellandren, pinen, sabinen, bisabolen, kariopillen, kopaen, elemen, humulen dan terpinen-4-ol. Lada secara umum dapat digunakan untuk mengobati haid yang tidak teratur, masuk angin, influensa, demam dan tekanan darah rendah (Mardisiswojo dan Rajakmangunsudarso 1985).

11. Gula Merah/Gula Palma

Menurut SNI (1995) gula palma adalah gula yang dihasilkan dari pengolahan nira palma, yaitu aren (Arenga pinata, merr), kelapa (Cocos nucifera, linn), siwalan (Borassus flabellifer) atau jenis palma lainnya dan berbentuk cetak atau serbuk. Syarat mutu gula palma dapat dilihat pada Tabel 1.

Menurut Dachlan (1986), pada dasarnya proses pembuatan gula merah adalah proses penguapan nira dengan cara pemanasan. Nira segera dibersihkan dari kotoran-kotoran dengan cara penyaringan dengan menggunakan ijuk, kemudian dituangkan kedalam wadah dan segera dipanaskan. Nira tersebut akan mendidih dan menimbulkan buih yang meluap-luap yang berwarna kuning sampai coklat dan semakin lama akan meluap naik.

Tabel 1. Syarat mutu gula palma berdasarkan SNI 01-3743-1995 No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

Cetak Butiran/granula

1 Keadaan 1.1 Bentuk Normal Normal 1.2 Rasa dan aroma Normal, khas Normal, khas 1.3 Warna Kuning kecoklatan

sampai coklat Kuning kecoklatan sampai coklat

2 Bagian yang tidak larut dalam air

% b/b Maks. 10 Maks. 0.2

3 Air % b/b Maks. 10.0 Maks. 3.0 4 Abu % b/b Maks. 2.0 Maks. 2.0 5 Gula pereduksi % b/b Maks. 10.0 Maks. 6.0 6 Jumlah gula sebagai

sakarosa % b/b Maks. 77 Maks. 90.0

7 Cemaran logam 7.1 Seng mg/kg Maks. 40.0 Maks. 40.0 7.2 Timbal mg/kg Maks. 2.0 Maks. 2.0 7.3 Tembaga mg/kg Maks. 10.0 Maks. 10.0 7.4 Raksa mg/kg 0.03 0.03 7.5 Timah mg/kg 40.0 40.0 8 Arsen mg/kg 1.0 1.0

(BSN 1995)

Nira merupakan larutan gula, tetapi di dalamnya terdapat zat yang tidak larut dalam air dalam bentuk emulsi seperti protein dan lilin. Pada saat dididihkan butir-butir air akan menempel pada butir-butir emulsi dan mengangkatnya kepermukaan sebagai buih. Bila buih tidak dibuang, pada saat nira menjadi kental, buih akan teraduk kebagian dalam dan karena warnanya lebih muda maka gula yang dihasilkan akan berbintik-bintik putih (Tjiptahadi 1984). Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap komposisi gula palma yang beredar di pasaran, seperti yang dilakukan oleh Santoso (1988) dan Imanda (2007) yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · bagian tanaman: kulit kayu, pucuk tanaman, bunga, buah, daun, rhizoma, akar, biji, stigma dan styles ataupun seluruh bagian atas tanaman.

8

Tabel 2. Komposisi gula palma Komponen SNI 01-3743-1995 Menurut Santoso

(1988)

Menurut Imanda

(2007)

Kadar air (% bb) Maks. 10.0 11.95 8.8

Kadar abu (% bb) Maks. 2.0 2.47 3.6

Kadar lemak (% bb) - 1.42 1.9

Kadar protein (% bb) - 1.77 2.9

Kadar karbohidrat (%bb) - 91.53 82.8

Bagian tak larut (%) Maks. 1.0 2.54 0.2

C. Minuman Instan

Sediaan instan adalah sediaan yang siap dikonsumsi (siap saji) dengan penambahan air hangat atau air panas dan penambahan satu atau lebih bahan tambahan, sehingga sediaan instan lebih disukai oleh masyarakat dan rasanya juga lebih enak. Instanisasi membuat produk mudah dibawa, dapat disimpan sehingga dapat mempermudah pendistribusian produk, dan memperpanjang umur simpan produk. Serbuk instan yang diperoleh harus memenuhi syarat yaitu mudah dituang tanpa tersumbat, tidak higroskopis dan tidak menggumpal, mudah dibasahi dan cepat larut. Sediaan instan berlangsung melalui proses berulang serbuk yang diperoleh dan diakhiri dengan pengeringan. Pembuatan sediaan instan dilakukan dengan penambahan komponen lain atau bahan tambahan pangan seperti gula. Penambahan gula digunakan untuk kristalisasi, bahan pengawet, pemanis, serta penambah energi. Menurut Iskandar dan Tajudin (1990), kristalisasi adalah suatu proses pemisahan dengan cara pemekatan larutan sampai konsentrasi bahan yang terlarut (solut) menjadi lebih besar daripada pelarutnya pada suhu yang sama.

Menurut Bennion dan Scheule (2004), proses kokristalisasi dapat digunakan dalam pembuatan produk pangan jenis instan. Chen dan Chou (1993), menyatakan bahwa kristalisasi spontan dapat terjadi dengan adanya pengadukan larutan gula murni superjenuh secara cepat yang akan menghasilkan agregrat kristal yang berukuran mikro. Bahan lain dapat disisipkan atau disusun dalam sebuah kristal sukrosa berukuran mikro yang merupakan hasil dari kristalisasi spontan. Sukrosa dengan tingkat kemurnian yang tinggi berperan sebagai bahan utama dimana bahan lain ditambahkan untuk membentuk struktur yang baru, sehingga akan terbentuk aglomerat dengan fungsionalitas yang baru. Larutan sukrosa yang ditambah dengan bahan lain dipekatkan hingga mencapai fase superjenuh dan dipertahankan pada temperatur yang cukup tinggi untuk mencegah kristalisasi. Sementara itu, sejumlah bahan lainnya yang merupakan bahan kedua dapat ditambahkan setelah penguapan/pemekatan. Larutan gula pekat kemudian diberi perlakuan pengadukan mekanis, yang mendorong nukleasi sehingga terbentuk kristal campuran gula dan bahan lain. Begitu larutan gula mencapai suhu dimana terjadi transformasi dan dimulainya kristalisasi, sejumlah besar panas mulai dipancarkan. Pengadukan diteruskan dengan tujuan mendorong dan memperpanjang transformasi/kristalisasi hingga aglomerat akan terlepas dari vessel secara cepat, dan tersaring menjadi ukuran yang sama. Produk kokristalisasi mengandung semua bagian padatan dari bahan baku. Konsep kokristalisasi dapat dilihat pada Gambar 5.

Teknik kokristalisasi ini juga dikenal dengan istilah teknik kristalisasi gula semut. Teknik kristalisasi gula semut merupakan teknik yang digunakan dalam pembuatan gula semut. Meski demikian teknik ini juga dapat digunakan dalam pembuatan serbuk minuman yang berbasis gula. Menurut Cahyono (2005), satu sampai tiga kilogram gula pasir dilarutkan dalam satu liter air untuk membuat larutan gula. Kemudian dilakukan proses penyaringan, pemekatan larutan dengan pemanasan dan pendinginan yang disertai pengadukan dengan cepat untuk pembentukan serbuk. Proses kristalisasi akan menghasilkan serbuk berwarna kuning kecoklatan hingga coklat dan kadar air maksimum 3.0%. Keunggulan instanisasi dengan gula semut dibandingkan dengan teknologi (spray drying) adalah mudah, murah, peralatan sederhana dan tidak dibutuhkan kemampuan operator yang tinggi, sehingga bisa diterapkan pada industri kecil dan rumah tangga dan industri menengah.

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · bagian tanaman: kulit kayu, pucuk tanaman, bunga, buah, daun, rhizoma, akar, biji, stigma dan styles ataupun seluruh bagian atas tanaman.

9

Gambar 5. Konsep kokristalisasi D. Analisis Kelayakan Bisnis berdasar Kriteria Investasi

Industri pengolahan pangan skala kecil dan menengah memberikan kesempatan yang baik bagi seseorang menjadi entrepreneur. Pada saat memulai suatu bisnis atau usaha, seseorang mungkin akan mengalami hambatan, sehingga perlu diantisipasi sejak awal faktor-faktor yang dapat membawa ke arah kegagalan. Seorang calon entrepreneur tidak cukup hanya mengetahui bagaimana memproduksi suatu produk pangan mutu tinggi, tetapi juga harus mengetahui bagaimana cara menjual produk tersebut secara efektif dan bagaimana mengontrol aspek keuangan dari bisnis tersebut (Kusnandar et al. 2009)

Dalam pengkajian aspek finansial (keuangan) diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Dana untuk membangun usaha lazim disebut dana modal tetap, dipergunakan antara lain untuk membiayai kegiatan pra-investasi, pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pembangunan bisnis serta pengadaan dana modal tetap itu sendiri, misalnya bunga pinjaman selama masa pembangunan usaha. Dana yang dibutuhkan untuk memutar roda operasi bisnis setelah selesai dibangun disebut dana modal kerja. Dalam perhitungan jumlah dana keseluruhan usaha, jumlah modal kerja dihitung secara netto dalam arti jumlah dana yang dibutuhkan untuk membiayai seluruh harta lancar dikurangi dengan jumlah hutang jangka pendek yang diharapkan dapat diperoleh dana tersebut dari pihak ketiga (Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi 2009).

Setelah diketahui jumlah dana yang dibutuhkan kemudian dipelajari dari mana kemungkinan dana tersebut diperoleh. Berapa banyak investor akan menanamkan dananya dalam kegiatan bisnis, dari mana dan dalam jumlah berapa pinjaman dapat diperoleh bilamana dana dari investor tidak mencukupi, bagaimana persyaratan pinjaman tersebut, bagaimana pula kemampuan bisnis di masa depan memenuhi persyaratan tersebut. Langkah selanjutnya adalah mencari jawaban apakah penghasilan yang diperoleh selama masa kehidupan bisnis dapat memberikan keuntungan yang memadai kepada perusahaan dan pemilik bisnis. Tidak kalah pentingnya untuk dikaji adalah besar peranan bisnis dalam menyumbang pembangunan ekonomi dan sosial daerah sekitar serta negara secara keseluruhan baik secara langsung maupun tidak (Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi 2009).

Untuk menentukan layak tidaknya suatu investasi ditinjau dari aspek keuangan, maka dapat digunakan beberapa kriteria. Setiap penilaian layak, perlu diberikan nilai yang standar untuk usaha yang sejenis dengan cara membandingkan dengan rata-rata industri atau target yang telah ditentukan. Kriteria yang biasa digunakan untuk menilai kelayakan investasi adalah payback periode (PP), net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan profitability index (PI) (Kusnandar et al. 2009). Sedangkan menurut (Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi 2009) beberapa kriteria investasi diantaranya adalah nilai bersih kini (Net Present Value= NPV), rasio manfaat biaya (Gross Benefit Cost Ratio= Gross B/C, Net Benefit Cost Ratio= Net B/C), tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return= IRR), dan profitability ratio (PV/K). Jangka waktu pengembalian modal investasi (Payback Periode= PP) merupakan metode pelengkap penilaian investasi.