4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

17
31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Tanaman Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daun cengkeh (Syzygium aromaticum L. Merri & Perry.) diperoleh dari desa Cipancar, Kecamatan Serang panjang, Kabupaten Subang, Jawa Barat. 4.2 Determinasi Tanaman Determinasi dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas dari tanaman yang digunakan. Berdasarkan surat hasil determinasi Nomor 99/HB/01/2020 tanaman yang digunakan adalah benar bunga cengkeh (Syzygium aromatikum L. Merr. & L.M. Perry) 4.3 Karakteristik Simplisia 4.3.1 Penetapan Kadar Air Penetapan kadar air ini penting untuk dilakukan untuk memberikan batasan jumlah air yang terkandung di dalam simplisia, karena jumlah air yang tinggi dapat menjadi media pertumbuhan bakteri dan jamur yang dapat merusak senyawa yang terkandung di dalam simplisia. (Diana, dkk., 2015). Batasan maksimal kadar air pada simplisia adalah tidak lebih dari 10% (Depkes RI 2000). Kadar air yang terdapat pada simplisia bunga cengkeh adalah 6 %.

Transcript of 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

Page 1: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Tanaman

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daun cengkeh

(Syzygium aromaticum L. Merri & Perry.) diperoleh dari desa Cipancar,

Kecamatan Serang panjang, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

4.2 Determinasi Tanaman

Determinasi dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas dari tanaman

yang digunakan. Berdasarkan surat hasil determinasi Nomor 99/HB/01/2020

tanaman yang digunakan adalah benar bunga cengkeh (Syzygium aromatikum L.

Merr. & L.M. Perry)

4.3 Karakteristik Simplisia

4.3.1 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air ini penting untuk dilakukan untuk memberikan

batasan jumlah air yang terkandung di dalam simplisia, karena jumlah air yang

tinggi dapat menjadi media pertumbuhan bakteri dan jamur yang dapat merusak

senyawa yang terkandung di dalam simplisia. (Diana, dkk., 2015). Batasan

maksimal kadar air pada simplisia adalah tidak lebih dari 10% (Depkes RI 2000).

Kadar air yang terdapat pada simplisia bunga cengkeh adalah 6 %.

Page 2: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

32

4.3.2 Penetapan Susut Pengeringan

Susut pengeringan merupakan salah satu parameter non spesifik yang

bertujuan untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya

senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Parameter susut pengeringan pada

dasarnya adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105o C

sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen. Batasan maksimal

susut pengeringan adalah tidak lebih dari 11% (Depkes RI 2000). Berdasarkan

hasil pengujian diperoleh nilai susut pengeringan simplisia bunga cengkeh

sebesar 9%. menunjukkan bahwa jumlah senyawa yang hilang pada saat proses

pengeringan adalah sebesar 9 %.

4.4 Ekstraksi

Diperoleh 135,46 gram ekstrak kental dari 600 gram simplisia bunga

cengkeh sehingga menghasilkan rendeman sebesar 22.58%. Rendemen ekstrak

dihitung dengan cara membandingkan jumlah ekstrak yang diperoleh dengan

simplisia awal yang digunakan. Rendeman yang diperoleh :

4.5 Skrinning Fitokimia

Skrinning fitokimia merupakan identifikasi awal yang bertujuan untuk

memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam

x 100% = 22.58%

Page 3: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

33

tanaman yang sedang diteliti. (Fathurrachman 2014). Berdasarkan hasil skrining

fitokimia senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia bunga

cengkeh dan ekstrak etanol bunga cengkeh dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Hasil Skrining Fitokimia

Keterangan : + = Terdeteksi

- = Tidak Terdeteksi

Senyawa metabolit yang terkandung dalam ekstrak etanol bunga cengkeh

adalah Alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol dan tannin.

Hasil yang diperoleh pada Tabel 4 menunjukkan bahwa simplisia bunga

cengkeh dan ekstrak etanol bunga cengkeh mengandung senyawa metabolit

sekunder berupa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid dan terpenoid.

Alkaloid diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi dragendorff. pereaksi

dragendorff akan bereaksi dengan alkaloid dan akan membentuk endapan

berwarna kuning menyala. simplisia bunga cengkeh dan ekstrak etanol bunga

cengkeh mengandung senyawa alkaloid. Hal ini terlihat ketika ekstrak dan

simplisia ditambahkan dengan beberapa mL larutan asam klorida lalu diaduk dan

kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh kemudiian ditambahkan 1-2 mL

pereaksi Dragendorff terbentuk endapan berwarna kuning.

Identifikasi Simplisia Ekstrak

Alkaloid + +

Flavonoid + +

Tanin + +

Saponin + +

Steroid + +

Polifenol + +

Page 4: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

34

Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir semua

tumbuhan. Sejumlah tanaman obat yang mengandung flavonoid telah dilaporkan

memiliki aktivitas antioksidan, antivirus, antibakteri, antiradang, antialergi

(Neldawati, 2013). Hasil skrining fitokimia menunjukan bahwa simplisia bunga

cengkeh dan ekstrak etanol bunga cengkeh mengandung senyawa flavonoid. Hal

ini terlihat ketika sampel ditambahkan HCl dan serbuk magnesium terbentuk

larutan berwarna merah. Warna merah pada uji disebakan karena terbentuknya

garam flavillium.

Tanin diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi FeCl3 1%. FeCl3 akan

bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil pada tanin sehingga akan terbentuk

warna hijau kehitaman (Marlinda 2012). Simplisia bunga cengkeh dan ekstrak

etanol bunga cengkeh mengandung senyawa tanin karena pada saat penambahan

pereaksi FeCl3 1% terjadi perubahan warna menjadi larutan berwarna hitam.

Saponin merupakan senyawa yang mempunyai gugus hidrofilik dan

hidrofob. Identifikasi saponin dilakukan dengan pengocokan dan akan terbentuk

busa yang tidak hilang setelah penambahan HCl. Busa karena adanya glikosida

yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis

menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Marlinda 2012). Penambahan HCL 2N

untuk menambah kepolaran sehingga gugus hidrofil akan berikatan lebih stabil

dan buih yang terbentuk menjadi stabil. Sampel mengandung senyawa saponin

karena adanya terbentuk busa yang stabil.

Steroid dan Triterpenoid dalam tumbuhan diuji dengan menggunakan

metode Liebermann-Burchard yang nantinya akan memberikan warna merah tua

Page 5: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

35

atau ungu untuk terpenoid dan warna hijau untuk steroid. Uji ini didasarkan pada

kemampuan senyawa triterpenoid dan steroid membentuk warna oleh asam sulfat

pekat pada pelarut asetat glasial (Marlinda 2012). Berdasarkan hasil skrining

fitokimia, diketahui bahwa simplisia dan ekstrak bunga cengkeh mengandung

senyawa triterpenoid dan steroid. Hal ini terlihat dengan terbentuknya 2 lapisan.

Pada lapisan atas terbentuk warna hijau tua yang menandakan adanya steroid dan

pada lapisan bawah terbentuk warna merah tua yang menandakan adanya

triterpenoid.

4.6 Uji Stabilitas

4.6.1 Evaluasi Organoleptik

Evaluasi organoleptis sabun transparan meliputi, bentuk, bau warna dan

tingkat transparansi. Hasil pengamatan warna pada sediaam sabun padat

transparan ekstrak bunga cengkeh menunjukan bahwa semua formula selama

penyimpanan suhu 4ᵒC, suhu ruang 20-30ᵒC, dan suhu 40ᵒC tidak mengalami

perubahan warna selama 4 minggu penyimpanan, namun pada formula III dengan

basis menggunakan minyak zaitun mengalami perubahan warna menjadi warna

coklat kekuningan, hal tersebut dikarenakan warna dari minyak zaitun sehingga

mengurangi tingkat transparasi pada sabun. Data terdapat pada tabel 4.2.

Page 6: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

36

Tabel 4.2

Evaluasi Warna dan Tingkat Transparan

Keterangan : (-) : warna Berubah

(+) : warna coklat transparan

Hasil pengamatan dari uji bentuk sediaan sabun padat transparan ekstrak

bunga cengkeh menunjukan bahwa semua formula selama pengujian baik pada

penyimpanan suhu 4ᵒC, suhu ruang 20-30ᵒC, dan suhu 40ᵒC pada minggu ke 1

sampai ke 4 tidak menunjukan adanya perubahan bentuk. Hal ini menujukan

bahwa bentuk sediaan cukup baik dan stabil selama penyimpanan 4 minggu. Data

terdapat pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Evaluasi Bentuk Sediaan

Keterangan : (-) : bentuk Berubah

(+) : bentuk stabil

Minggu ke

Warna dan tingkat transparasi

4ᵒC 20-30ᵒC 40ᵒC

FI FII FIII FI FII FIII FI FII FIII

1 + + + + + + + + +

2 + + + + + + + + +

3 + + - + + - + + -

4 + + - + + - + + -

Minggu ke

Bentuk

4ᵒC 20-30ᵒC 40ᵒC

FI FII FIII FI FII FIII FI FII FIII

1 + + + + + + + + +

2 + + + + + + + + +

3 + + + + + + + + +

4 + + + + + + + + +

Page 7: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

37

Hasil pengamatan berdasarkan pengujian bau sediaan sabun padat

transparan ekstrak bunga cengkeh bahwa semua formula selama penyimpanan

pada suhu 4ᵒC, suhu ruang 20-30ᵒC, dan suhu 40ᵒC selama 4 mingu mempunyai

bau khas bunga cengkeh dan menthol, hal ini menunjukan bahwa bau pada

sediaan cukup baik dan stabil selama penyimpanan 4 minggu. Data terdapat pada

tabel 4.4

Tabel 4.4

Evaluasi Bau Sediaan

Keterangan : (+) : Bau khas esktrak bunga cengkeh dan menthol

(-) : Bau berubah

4.6.2 Cycling Test

Pada cycling test dilakukan selama 6 siklus dimana 1 siklus 24 jam pada

suhu 4 dan 24 jam suhu 40 Uji ini dilakukan untuk mengetahui

stabilitas sediaan dan semua sediaan stabil selama pengujian. Data terdapat pada

tabel 4.5 Tabel 4.5

Hasil Pengamatan Cycling test

Minggu ke

Bau

4ᵒC 20-30ᵒC 40ᵒC

FI FII FIII FI FII FIII FI FII FIII

1 + + + + + + + + +

2 + + + + + + + + +

3 + + + + + + + + +

4 + + + + + + + + +

Formula Siklus

0 6

F1 Stabil Stabil

F2 Stabil Stabil

F3 Stabil Stabil

Page 8: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

38

4.6.3 Kadar Air

Tabel 4.6

Hasil Pengukuran Kadar Air

Keterangan : FI : Basis VCO

FII : Basis VCO dengan penambahan TEA

FIII : Basis Minyak zaitun

Pengujian kadar air pada sabun perlu dilakukan karena kadar air akan

mempengaruhi kualitas sabun. Berdasarkan SNI 06-3532- 2016, kadar air dalam

sediaan sabun maksimal 15%. Pengujian kadar air pada sabun mandi padat perlu

dilakukan karena kadar air akan mempengaruhi kualitas sabun. Banyaknya kadar

air dapat mempengaruhi kelarutan sabun dalam air pada saat digunakan. Apabila

kandungan air pada sabun terlalu tinggi akan menyebabkan sabun mudah

menyusut dan tidak nyaman saat digunakan. Hasil uji kadar air menunjukkan

bahwa setelah lebih dari minggu ke 2 semua formula telah memenuhi syarat sabun

mandi padat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu penyimpanan

maka kadar airnya akan semakin berkurang karena air di dalam sabun menguap.

Menurunnya kadar air yang terkandung dalam sabun transparan yang

dihasilkan bisa disebabkan karena ekstrak bunga cengkeh mengandung senyawa

saponin. Menurut Widyasanti dkk (2016), saponin merupakan senyawa glikosida

kompleks yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan glikon (gula) dan aglikon

Minggu

ke

Suhu 4ᵒC Suhu 20-30ᵒC Suhu 40ᵒC

FI FII FIII FI FII FIII FI FII FIII

1 30,33 30,00 33,34 26,49 29,00 33,00 21,67 22 25

2 25,00 26,00 31,33 21,67 27,48 31,02 13,67 17 15

3 17,33 17,67 26,33 15,00 16,00 20,00 12 12 14,67

4 14,30 15,00 14,67 10,67 12,00 14,33 7 9,7 10

Page 9: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

39

(gula). Gula bersifat higroskopis, sehingga dapat menyerap uap air. Kadar air

sabun pada minggu keempat berkisar antara 7% - 14,67%. Secara keseluruhan,

kadar air yang terkandung dalam sabun padat transparan ini telah memenuhi

standar mutu sabun padat (SNI) yaitu tidak lebih dari 15%. Hasil persentasekadar

air yang didapatkan ditunjukkan pada Gambar 4.1, Gambar4.2, Gambar 4.3.

Gambar 4.1

Hasil Presentasi Kadar Air Suhu 4ᵒC

Gambar 4.2

Hasil Presentasi Kadar Air Suhu 20-30ᵒC

0

10

20

30

40

1 2 3 4

% k

adar

air

Minggu ke

Kadar Air 4ᵒC

FI

FII

FIII

010203040

1 2 3 4% K

ad

ar

Air

Minggu ke

Kadar Air 20-30ᵒC

FI

FII

FIII

Page 10: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

40

010203040

1 2 3 4

% K

adar

Air

Minggu Ke

Kadar Air 40ᵒC

FI

FII

FIII

Gambar 4.3

Hasil Presentasi Kadar Air suhu 40 ᵒC

4.6.4 Asam Lemak Bebas dan Alkali

Tabel 4.7

Hasil Evaluasi Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada dalam sampel sabun,

tetapi tidak terikat sebagai senyawa natrium ataupun senyawa trigliserida (lemak

mineral). Asam lemak bebas masih ada pada sabun disebabkan tidak mengalami

reaksi penyabunan. Asam lemak bebas yang baik dalam sabun adalah < 2,5%

(SNI 06-3532-2016). Hasil analisis menunjukkan bahwa asam lemak bebas pada

sabun transparan rata-rata lebih rendah dari 2,5% dan memenuhi SNI 06-3532-

2016. Asam lemak bebas tidak diharapkan tinggi pada sabun karena akan

mengurangi daya ikat sabun terhadap kotoran minyak, lemak atau pun keringat.

Selama penyimpanan suhu 4ᵒC, 20-30ᵒC dan 40ᵒC selama 4 minggu asam lemak

Minggu ke Suhu 4ᵒC Suhu 20-30ᵒC Suhu 40ᵒC

FI FIII FI FIII FI FIII

1 1,23 1,69 1,31 2,14 1,23 1,56

2 1,23 1,69 1,07 1,91 1,23 1,39

3 1,15 1,58 0,90 1,69 1,06 1,31

4 0,82 1,24 0,82 1,46 0,82 1,23

Page 11: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

41

00,5

11,5

2

1 2 3 4

% A

sam

Lem

ak

Beb

as

Minggu ke

Asam Lemak Bebas Suhu 4ᵒC

FI

FIII

0

0,5

1

1,5

2

% A

sam

Lem

ak

Beb

as

Minggu ke

Asam Lemak Bebas Suhu 20-30ᵒC

FI

FIII

bebas mengalami penurunan, disebabkan lamanya penyimpanan sehingga asam

lemak bebas yang terkandung dalam sabun akan berkurang kadarnya. Data dapat

dilihat pada Tabel 4.7

Gambar 4.4

Hasil Presentasi Asam Lemak Bebas Suhu 4ᵒC

Gambar 4.5

Hasil Presentasi Asam` Lemak Bebas suhu 20-30ᵒC

Gambar 4.6

Hasil Presentasi Asam Lemak Bebas Suhu 40ᵒC

0

0,5

1

1,5

2

I 2 3 4

% A

sam

Le

mak

Be

bas

Minggu ke

Asam Lemak Bebas Suhu 40ᵒC

FI

FIII

Page 12: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

42

Tabel 4.8

Hasil Evaluasi Alkali

Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak terikat sebagai senyawa

(SNI, 2016). Kelebihan alkali bebas yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan

iritasi pada kulit (Indah Sari et al., 2010). Kelebihan alkali dapat disebabkan

karena penambahan alkali yang berlebih pada proses pembuatan sabun. Menurut

SNI (2016), kadar alkali bebas pada sabun maksimum sebesar 0,1%. Hasil analisa

alkali bebas pada sabun padat berkisar antara 0,2% hingga 0,3%. Hasil

pengamatan alkali dari sabun formula II ini tidak sesuai standar yaitu melebihi

0,1 % sehingga dapat mengakibatkan terjadinya iritasi terhadap kulit. Hasil

persentase kadar alkali yang didapatkan ditunjukkan pada Gambar 4.7

Gambar 4.7

Hasil Presentasi Kadar Alkali

Minggu

ke

Suhu 4ᵒC Suhu 20-30ᵒC Suhu 40ᵒC

FII FII FII

1 0,3 0,2 0,2

2 0,2 0,2 0,2

3 0,2 0,2 0,2

4 0,2 0,2 0,2

0,270,280,29

0,30,310,320,33

1 2 3 4

% K

adar

Alk

ali

Minggu ke

kadar Alkali Formula II

4ᵒC

20-30ᵒC

40ᵒC

Page 13: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

43

0

5

10

15

1 2 3 4

pH

Minggu ke

pH

FI

FII

FIII

4.6.5 Evaluasi pH

Tabel 4.9

Hasil Evaluasi pH

Hasil pemeriksaan terhadap pH sabun padat transparan pada formula 1, 2

dan 3 pada suhu 4°C, suhu kamar(25-30°C) setelah 4 minggu relatif tidak

mengalami perubahan yaitu berkisar antara 9 dan 12. Demikian pula halnya pada

suhu 40 °C, setelah 4 minggu pengamatan pH sabun tidak mengalami perubahan

yaitu berkisar 9 dan 12. Nilai pH yang diperoleh pada formula I dan II masih

dalam persyaratan pH sabun padat transparan yaitu 9-11 sehingga sabun padat

transparan stabil dalam penyimpanan. Namun pada Formula II tidak memenuhi

persyaratan karena ada penambahan basis yang digunakan sebagai alkalizing

agent yaitu TEA (Gambar 4.8).

Gambar 4.8

Hasil Evaluasi pH

Minggu

ke

Suhu 4ᵒC Suhu 20-30ᵒC Suhu 40ᵒC

FI FII FIII FI FII FIII FI FII FIII

1 9 12 9 9 12 9 9 12 9

2 9 12 9 9 12 9 9 12 9

3 9 12 9 9 12 9 9 12 9

4 9 12 9 9 12 9 9 12 9

Page 14: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

44

4.6.6 Evaluasi Tinggi Busa

Tabel 4.10

Hasil Evaluasi Tinggi Busa

Busa merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam

menentukan mutu produk-produk kosmetik, terutama sabun. Tujuan pengujian

busa adalah untuk melihat daya busa dari sabun cair. Busa yang stabil dalam

waktu lama lebih diinginkan karena busa dapat membantu membersihkan tubuh

(Pradipto, 2009).

Hasil pengukuran busa menunjukkan kemampuan surfaktan membentuk

busa. Tinggi busa yang dihasilkan pada formula II lebih tinggi dibandingkan

dengan formula I dan III selama 4 minggu, hal ini disebabkan karena selain

penambahan coco-Dea ditambhkan juga TEA yang juga berfungsi sebagai

penstabil busa atau surfaktan. Namun dari ketiga formulasi sabun padat berkisar

7-12 cm dan memenuhi persyaratan, dimana syarat tinggi busa untuk sabun adalah

1,3-22 cm (Wilkinson J.B., dkk. 2011). Selain itu, kestabilan busa setelah

didiamkan selama 5 menit, jika dibandingkan dari ketiga sediaan, maka formulasi

II memiliki angka relatif lebih tinggi diantara formulasi lainnya. Hal ini berarti

pada formulasi II zat pembusa (coco-DEA dan TEA ) memiliki efektivitas yang

paling optimum. Hasil evaluasi uji busa dapat dilihat pada tabel 4.10

Minggu

ke

Suhu 4ᵒC Suhu 20-30ᵒC Suhu 40ᵒC

FI FII FIII FI FII FIII FI FII FIII

1 7 9 7 7 9 7 7 9 7

2 7 10 7 8 10 7 8 10 7

3 7 12 7 8 12 7 8 12 7

4 7 12 7 8 12 7 8 12 7

Page 15: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

45

4.7 Uji Aktivitas Antibakteri

Metode yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri adalah difusi agar

menggunakan metode cakran dengan media Mueller Hinton Agar (MHA). Metode

ini digunakan untuk mengetahui besarnya diameter zona bening pada bakteri

Staphylococcus aureus, setelah diinkubasi pada suhu 37 selama 18-24 jam. Hasil

uji efektifitas antibakteri dapat dilihat pada tabel 4.11

Tabel 4.11

Hasil Pengukuran Zona Hambat Bakteri

Berdasarkan dari hasil tabel di atas pada uji zona hambat ekstrak bunga

cengkeh (Syzygium aromatikum L. Merr. & L.M. Perry) terhadap pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus diperoleh zona hambat sebesar 16,17 mm, Zona

hambat pada media yang telah diberi bakteri Staphylococcus aureus bisa terjadi

karena kandungan antibakteri yang ada dalam ekstrak bunga cengkeh seperti

No Kode sampel Besar zona

hambat Kategori Keterangan

1 Ekstrak 16,17 mm Kuat Terbentuk zona

hambat > 5 mm

2 Basis FI 12,16 mm Kuat Terbentuk zona

hambat > 5 mm

3 Basis FII 14,20 mm Kuat Terbentuk zona

hambat > 5 mm

4 Basis FIII 11,18 mm Kuat Terbentuk zona

hambat > 5 mm

5 K+ 12,18 mm Kuat Terbentuk zona

hambat > 5 mm

6 Sampel sabun

F1

16,06 mm Kuat Terbentuk zona

hambat > 5 mm

7 Sampel sabun

F2

17,12 mm Kuat Terbentuk zona

hambat > 5 mm

8 Sampel sabun

F3

13,20 mm Kuat Terbentuk zona

hambat > 5 mm

Page 16: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

46

Eugenol, Taninn, Alkaloid, dan Flavonoid. Keempat senyawa ini dapat merusak

struktur bakteri Staphylococcus aureus. Euganol merupakan senyawa hidrofobik

yang dengan mudah melewati dan merusak struktur dinding sel bakteri yang

memiliki konsentrasi lipid tinggi (Maryati, 2007).

Pada pengujian aktivitas antibakteri pada basis tanpa menggunakan ekstrak

diperoleh zona hambat pada Formula I sebesar 12,16 mm, Formula II sebesar

14,20 mm dan Formula III Sebesar 11,18 mm.

Pada pengujian anktivitas antibakteri sabun padat transparan bahwa

Formula I Diperoleh zona hambat 17,12 mm (kuat), Formula II 16,06 mm (kuat),

Formula III diperoleh zona hambat sebesar 13,20 mm (kuat), dan kontrol positif

menggunakan sabun Asepso diperoleh zona hambat sebesar 12,18 mm. Pada

penelitian zona hambat sabun padat transparan ekstrak bunga cengkeh (Syzygium

aromatikum L. Merr. & L.M. Perry) menunjukkan bahwa sampel sabun

transparan ekstrak bunga cengkeh dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus. Dengan dilihat hasil penelitian uji ekstrak dan basis sama

- sama memiliki aktivitas antibakteri pada kategori kuat, sehingga pada basis yang

ditambahkan ekstrak etanol bunga cengkeh dapat meningkatkan aktivitas

antibakteri.

Kriteria kekuatan daya antibakteri menurut Davis dan Sout dikategorikan

berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk yaitu diameter zona hambat 5

mm atau kurang dikategorikan lemah, zona hambat 5-10 mm dikategorikan

sedang , zona hambat 10-20 mm dikategorikan kuat dan zona hambat lebih dari 20

mm dikategorikan sangat kuat.

Page 17: 4.1 Pengumpulan Tanaman 4.2 Determinasi Tanaman

47

Terjadinya penurunan daerah hambat pada Formula III sabun padat

transparan disebabkan karena kurang meratanya bakteri, bakteri lebih banyak

pada formula III sehingga zona hambat yang dihasilkan lebih sedikit

dibandingkan dengan FI dan FII. Menurut Febriyenti, dkk. (2014) adanya daerah

hambat yang terjadi pada basis karena salah satu komponen basis yaitu VCO,

mengandung asam laurat yang bersifat antibakteri. Senyawa antibakteri dalam

sabun memberikan aktivitas maksimum dalam menghambat bakteri disebabkan

sabun bersifat hidrofilik-lipofilik. Gugus nonpolar pada sabun yaitu -R dan gugus

-COONa yang bersifat polar. Sifat hidrofil dari sabun menyebabkan senyawa

antimikroba mampu berdifusi dalam medium agar yang bersifat polar sedangkan

sifat lipofil sabun akan membantu penetrasi senyawa antibakteri ke dalam

membran sel bakteri yang bersifat lipofilik (Febriyenti, 2014; Pelczar, 1998)