The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

155
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Visi Pembangunan Nasional Jangka Panjang Tahun 2005 2025 mengarah pada pencapaian tujuan pembangunan sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) yang telah dijelaskan bahwa Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas asas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Berkaitan dengan hal tersebut, bangsa Indonesia telah melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional, dengan salah satu tujuan nasional yang ingin dicapai adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara materiil dan spritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Adapun usaha yang dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dalam bidang ekonomi dan sosial adalah dengan memberikan kredit atau pinjaman bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkannya, baik itu untuk tambahan modal atau perluasan usahanya, dan salah satu wujud adalah koperasi. 1 1 R.T Sutantya Raharja Hadhikusuma, 2000, Hukum Koperasi Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 31

Transcript of The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

Page 1: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Visi Pembangunan Nasional Jangka Panjang Tahun 2005 – 2025 mengarah

pada pencapaian tujuan pembangunan sebagaimana yang tercantum dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(selanjutnya disebut UUD 1945) yang telah dijelaskan bahwa Perekonomian

nasional diselenggarakan berdasarkan atas asas demokrasi ekonomi dengan

prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan

ekonomi nasional.

Berkaitan dengan hal tersebut, bangsa Indonesia telah melaksanakan

pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional, dengan salah satu tujuan

nasional yang ingin dicapai adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan

makmur secara materiil dan spritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang

Dasar 1945. Adapun usaha yang dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang

adil dan makmur dalam bidang ekonomi dan sosial adalah dengan memberikan

kredit atau pinjaman bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkannya, baik

itu untuk tambahan modal atau perluasan usahanya, dan salah satu wujud adalah

koperasi.1

1R.T Sutantya Raharja Hadhikusuma, 2000, Hukum Koperasi Indonesia, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 31

Page 2: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

2

Koperasi selalu bertindak demi kepentingan anggotanya, secara umum

koperasi diartikan sebagai perkumpulan orang yang dengan rela menjadi satu

kesatuan untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Dasar hukum

keberadaan koperasi di Indonesia adalah Pasal 33 UUD 1945 dan Undang-

Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 212 dan Tambahan Lembaran Negara nomor

5355). Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 menyatakan:

“Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau

badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai

modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama

di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.”

Adanya pertambahan jumlah penduduk, kemajuan teknologi, taraf hidup

yang semakin meningkat, keadaan lingkungan, dan tingkat kebudayaan yang

meningkat memberi dampak pada kebutuhan terbatas, pendapatan yang diperoleh

relatif terbatas pula. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dengan adanya

koperasi sebagai lembaga pemberi kredit sangatlah diperlukan untuk

meningkatkan usaha atau mencukupi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan hal

tersebut salah satu caranya yakni, dengan cara mengajukan pinjaman uang kepada

koperasi atau yang dikenal dengan pinjaman kredit. Kata kredit berasal dari

Romawi “Credere” artinya percaya. Ketentuan mengenai kredit diatur dalam

Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3790) yaitu: “Kredit adalah

Page 3: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

3

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar pihak bank dengan pihak

lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan pemberi bunga.”

Sebelum memberikan kredit, pihak kreditur melakukan penelitian terlebih

dahulu terhadap Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal),

Collateral (angunan), dan Condition of economic (prospek usaha debitur) atau

yang lebih dikenal dengan istilah 5C yaitu :2

1. Character adalah data tentang kepribadian dari calon pelanggan seperti

sifat-sifat pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar

belakang keluarga maupun hobinya. Character ini untuk mengetahui

apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi

kewajibannya.

2. Capacity merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola

usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola

usaha, sejarah perusahaan yang pernah dikelola (pernah mengalami masa

sulit apa tidak, bagaimana mengatasi kesulitan). Capacity ini merupakan

ukuran dari ability to play atau kemampuan dalam membayar.

3. Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang

dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur

permodalan, ratio-ratio keuntungan yang diperoleh seperti return on

equity, return on investment. Dari kondisi di atas bisa dinilai apakah layak

calon pelanggan diberi pembiayaan, dan beberapa besar plafon

pembiayaan yang layak diberikan.

4. Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon

pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini

diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian

dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta

yang mungkin bisa dijadikan jaminan.

5. Condition of economic, pembiayaan yang diberikan juga perlu

mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek

usaha calon nasabah. Ada suatu usaha yang sangat tergantung dari kondisi

perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan

usaha calon pelanggan.

2Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra

Aditya Bakti, hal. 394

Page 4: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

4

Penelitian yang dilakukan oleh bank dimaksudkan untuk menjaga

kemungkinan terjadinya tunggakan atau kredit bermasalah yang dapat

berpengaruh terhadap kesehatan bank itu sendiri. Oleh karena itu maka adanya

jaminan dalam pemberian dan perjanjian kredit amatlah penting, karena pada

dasarnya setiap perjanjian kredit atau pinjam uang pasti terdapat suatu jaminan.

Jaminan merupakan sesuatu yang diberikan oleh debitur kepada kreditur untuk

memberikan keyakinan atau kepastian kepada kreditur, bahwa debitur akan

mampu membayar utangnya dengan yang diperjanjikan. Hal ini bisa dimaklumi

karena setiap pemberian kredit melalui lembaga perkreditan memerlukan suatu

kepastian hukum. Seperti pendapat Sri Soedewi Maschoen Sofwan sebagai

berikut :

Dalam rangka pembangunan ekonomi yang tidak bisa dilepaskan dari

bidang hukum diantaranya ialah lembaga jaminan, karena perkembangan

ekonomi dan perdagangan akan diikuti oleh perkembangan kebutuhan akan

kredit dan pemberian fasilitas kredit ini memerlukan jaminan demi

keamanan pemberi kredit ini.3

Pembinaan hukum, dalam bidang hukum jaminan adalah sebagai

konsekuensi logis dan merupakan suatu perwujudan tanggung jawab pembinaan

hukum untuk mengimbangi lajunya kegiatan–kegiatan dalam bidang perdagangan,

perindustrian, perseroan, pengangkutan dan kegiatan–kegiatan seperti tersebut di

atas sering dilakukan oleh warga negara Indonesia pada umumnya untuk

meningkatkan pembangunan ekonomi kerakyatan karena sudah menjadi

3Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980, Hukum Jaminan di Indonesia

Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty, Yogyakarta,

hal. 2.

Page 5: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

5

kebutuhan rakyat yang akhirnya kegiatan–kegiatan tersebut memerlukan fasilitas

kredit dalam usahanya, para pemberi modal mensyaratkan adanya jaminan bagi

pemberian kredit demi keamanan modal dan kepastian hukum. Adapun lembaga

jaminan yang ada adalah :

1. Gadai

2. Hak Tanggungan

3. Jaminan Fidusia

4. Hipotek (bukan tanah)

5. Penanggungan/borg tocht (jaminan perorangan)4

Kitab Undang–Undang Hukum Perdata (selanjutnya akan disebut

KUHPerdata), dikenal adanya hak kebendaan yang bersifat memberi kenikmatan

dan hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan. Hak kebendaan yang

bersifat memberikan jaminan senantiasa tertuju kepada benda milik orang lain,

yang dapat berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak. Untuk benda

jaminan milik orang lain yang berupa benda bergerak, maka hak kebendaan

tersebut adalah hak gadai, sedangkan benda jaminan milik orang lain yang berupa

tanah, maka hak kebendaan tersebut adalah hipotik (Hak Tanggungan).

Fidusia merupakan sesuatu yang umum terjadi, fidusia adalah termasuk

salah satu lembaga jaminan yang dikenal di Indonesia. Undang-undang yang

khusus mengaturnya adalah Undang-Undang Jaminan Fidusia. Dengan demikian,

istilah “Fidusia” sudah merupakan istilah resmi dalam dunia hukum di Indonesia.

Akan tetapi kadang-kadang dalam bahasa Indonesia untuk fidusia ini disebut juga

dengan istilah “penyerahan hak milik secara kepercayaan”, hal ini karena fidusia

adalah berdasarkan atas kepercayaan.

4Khasadi, 2006, Materi Hukum Jaminan, Program Studi Magister Kenotariatan

Universitas Diponegoro Semarang, hal. 5

Page 6: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

6

Fidusia adalah Gadai yang diperluas, Gadai yang berselubung, fidusia

tersebut dijalankan dalam usaha supaya barangnya tetap bisa digunakan oleh

debitor untuk mendukung usahanya. Supaya peralihan sah dalam konstruksi

hukum tentang Fidusia ini, haruslah memenuhi syarat–syarat sebagai berikut :

a. Terdapat perjanjian yang bersifat zakelijk (kebendaan)

b. Adanya Title untuk suatu peralihan hak

c. Adanya kewenangan untuk menguasai benda dari orang – orang yang

menyerahkan benda

d. Cara tertentu untuk menyerahkan, yakni dengan cara constitutum

possessorium yaitu jaminan yang barang jaminannya masih ada pada

pemberi fidusia (debitor) bagi benda yang bergerak yang berwujud atau

dengan cessie untuk piutang.5

Pengaturan mengenai Fidusia diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang No.

42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 168 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

nomor 3889) selanjutnya disebut UUJF. Pada Pasal 1 angka (2) UUJF ditentukan

bahwa jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik itu berwujud

maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang

tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-

Undang No. 4 tahun 1996 tentang Hak tanggungan (Lembaran Negara Tahun

1996 nomor 42 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor

3632) yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan bagi

pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada

penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.

5Ibid, hal. 152.

Page 7: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

7

Ada hal yang harus didasari bahwa pada Pasal 2 UUJF juga memberikan

suatu batasan terhadap ruang lingkup berlakunya setiap perjanjian yang bertujuan

untuk membebani benda dengan jaminan fidusia. Hal ini kembali dipertegas

dalam Pasal 3 UUJF yang menyatakan bahwa Undang-Undang Jaminan Fidusia

tidak berlaku terhadap :

1. Hak tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan,sepanjang

peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas

benda-benda tersebut wajib didaftarkan.

2. Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 (dua

puluh) meter atau lebih.

3. Hipotik atas pesawat terbang.

4. Gadai

Berdasarkan penjelasan tersebut tentang jaminan fidusia, maka dalam hal ini

lembaga jaminan fidusia ini digunakan secara luas dalam berbagai transaksi

pinjam meminjam atau kredit karena proses pembebanannya dianggap sederhana,

mudah dan cepat, serta adanya kepastian hukum dengan cara mendaftarkan

jaminan fidusia tersebut. Pendaftaran jaminan fidusia tersebut memberikan hak

yang didahulukan (preferent) kepada penerima fidusia terhadap kreditur lain.

Karena jaminan fidusia memberikan hak kepada pemberi fidusia untuk tetap

menguasai benda yang menjadi objek jaminan fidusia berdasarkan kepercayaan.

Salah satu kredit yang dijalankan oleh bidang perbankan adalah perjanjian

kredit dengan Jaminan Fidusia dimana hal tersebut merupakan kebijakan yang

diambil dalam rangka untuk menyesuaikan dengan perkembangan dunia usaha

dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks, dimana debitor untuk

menjamin barang jaminannya untuk mendapatkan sejumlah uang yang dipinjam

Page 8: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

8

kepada kreditor. Barang jaminan tersebut masih bisa digunakan oleh debitor guna

mendukung usahanya.

Guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam memberikan pinjaman pihak

perbankan dapat menggunakan Jaminan Fidusia sebagai collateral, sehingga

debitur tetap bisa memanfaatkan barang jaminannya untuk mendukung usahanya.

Pemberian kredit pada koperasi tidak terlepas dari permasalahan jaminan fidusia

seperti: perlindungan hukum terhadap kreditur dengan akta jaminan fidusia yang

tidak didaftarkan apabila terjadi wanprestasi, kekuatan mengikat dari perjanjian

kredit tersebut dikarenakan akta jaminan fidusia tersebut tidak didaftarkan atau

dengan akta fidusia dibuatkan dengan akta notariil tanpa adanya pendaftaran

jaminan fidusia.

Perjanjian dikatakan telah lahir jika telah ada kata sepakat atau persesuaian

kehendak di antara para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Dengan adanya

janji timbul kemauan bagi para pihak untuk saling berprestasi, ada kemauan untuk

saling mengikatkan diri. Kewajiban kontraktual tersebut menjadi sumber bagi

para pihak secara bebas menentukan isi kontrak dengan segala akibat hukumnya.

Berdasarkan kehendak tersebut, para pihak secara bebas mempertemukan

kehendak mereka masing-masing. Kehendak para pihak inilah yang menjadi dasar

kontrak. Terjadinya perbuatan hukum itu ditentukan berdasar kata sepakat

(konsensualisme). Dengan adanya konsensus dari para pihak, maka kesepakatan

itu menimbulkan kekuatan mengikat perjanjian sebagaimana layaknya undang-

undang (pacta sunt servanda). Apa yang dinyatakan seseorang dalam suatu

hubungan hukum menjadi hukum bagi mereka yang membuatnya.

Page 9: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

9

Pemberian kredit dikoperasi seringkali tidak mendaftarkan jaminan fidusia

pada kantor Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia maka apa yang terjadi

didalam faktanya dan apa yang diharapkan oleh Undang-Undang jaminan fidusia

tidak tercapai. Dari hal-hal tersebut maka diperlukan penelitian lebih lanjut

mengenai eksistensi dari jaminan fidusia tersebut. Praktek yang seharusnya

dilakukan oleh pihak perbankan tersebut sesuai dengan Undang–Undang Republik

Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, dalam Pasal 1 angka

(5) UUJF yang berbunyi sebagai berikut : “Penerima Fidusia adalah orang

perseorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya

dijamin dengan Jaminan Fidusia”.

Fidusia merupakan istilah yang sudah lama dikenal dalam bahasa Indonesia.

Undang-undang yang khusus mengatur hal ini, yaitu Undang-Undang Jaminan

Fidusia yang juga menggunakan istilah “Fidusia”. Dengan demikian, istilah

“Fidusia” sudah merupakan istilah resmi dalam dunia hukum di Indonesia. Akan

tetapi kadang-kadang dalam bahasa Indonesia untuk fidusia ini disebut juga

dengan istilah “penyerahan hak milik secara kepercayaan”. Akta Jaminan Fidusia

haruslah memenuhi syarat–syarat sebagaimana tertuang dalam UUJF sebagai

berikut :

a. Pasal 4

Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari perjanjian pokok yang

menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi.

b. Pasal 5

1. Pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris

dalam bahasa Indonesia dan merupakan Akta Jaminan Fidusia.

2. Terhadap pembuatan akta Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1),dikenakan biaya yang besarnya diatur lebih lanjut

dengan peraturan pemerintah.

Page 10: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

10

c. Pasal 6

Akta Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sekurang–

kurangnya memuat :

1. Identitas pihak pemberi dan penerima Fidusia;

2. Data perjanjian pokok yang dijamin Fidusia;

3. Uraian mengenai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia;

4. Nilai penjaminan; dan

5. Nilai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.

Setelah syarat-syarat tersebut di atas dipenuhi masih ada kewajiban untuk

mendaftarkan jaminan fidusia tersebut, hal ini merupakan syarat mutlak supaya

akta Jaminan Fidusia mempunyai kepastian hukum seperti yang diamanatkan

Undang-Undang Fiducia yang tertuang dalam Pasal 11 yaitu :

1. Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan

2. Dalam hal benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia berada di luar

wilayah negara Republik Indonesia, kewajiban sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) tetap berlaku.

Setelah didaftarkan oleh penerima Fidusia Akta Jaminan Fidusia seperti yang

tertuang di dalam Pasal 14 UUJF yaitu :

1. Kantor Pendaftaran Fidusia dan menyerahkan kepada penerima Fidusia

Sertifikat Jaminan Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal

penerimaan permohonan pendaftaran.

2. Sertifikat Jaminan Fidusia yang merupakan salinan dari buku daftar

Fidusia memuat catatan tentang hal – hal sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (2).

3. Jaminan Fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya

Jaminan Fidusia dalam buku daftar Fidusia.

Untuk Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia diatur dengan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2000 Tentang Tata Cara

Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.

Dengan telah lahirnya Undang-Undang Fidusia maka setiap Jaminan Fidusia

Page 11: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

11

harus dibuat secara akta notariil karena dengan akta notariil maka akta Fidusia

tersebut menjadi alat bukti yang otentik untuk suatu pembuktian.

Akta Jaminan Fidusia harus dibuat dengan bahasa Indonesia, supaya akta

Jaminan Fidusia tersebut mempunyai kepastian hukum bagi debitur (pemberi

Fidusia) dan kreditur (penerima Fidusia), maka akta Jaminan Fidusia yang dibuat

akta notariil dan dibuat dengan bahasa Indonesia tersebut harus didaftarkan ke

Kantor Pendaftaran Fidusia sebagaimana yang diamanatkan oleh Pasal 12 ayat (1)

UUJF yaitu : “Pendaftaran Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal

11 ayat (1) dilakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia”. Pendaftaran Akta

Jaminan Fidusia tersebut dilakukan agar supaya kreditor terlindungi dari debitur

yang wanprestasi. Sesuai dengan amanat Pasal 13 ayat (1) UUJF menentukan

bahwa: “Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia dilakukan oleh penerima

Fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan pendaftaran

Jaminan Fidusia”.

Peraturan Undang-Undang Fidusia tersebut merupakan cita–cita yang ingin

dicapai yang merupakan Dassolen. Akan tetapi dalam kenyataannya (das sein)

banyak sekali Jaminan Fidusia tersebut tidak didaftarkan pada kantor Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dalam kenyataan yang terjadi dalam praktek di

masyarakat keadaanya lain/menyimpang dari aturan yang ada. Dengan demikian

atau dengan latar belakang tersebut antara peraturan yang ada dengan kenyataan

atau faktanya dalam praktek di masyarakat serta kekuatan mengikatnya perjanjian

kredit terhadap jaminan fidusia yang tidak didaftarkan dalam pelaksanaan

eksekusi tidak seperti yang diharapkan, dibutuhkan suatu solusi untuk

Page 12: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

12

mengakomodasi hal–hal tersebut agar didapat suatu solusi/formula yang cocok

untuk menjembatani antara dassolen dan dassein, terjadi pertentangan antara

aturan dan kenyataan yang terjadi dalam dunia praktek dan dunia usaha.

Jaminan Fidusia merupakan permasalahan yang sangat menarik untuk di kaji

dan dijadikan obyek penelitian, karena sarat dengan permasalahan-permasalahan

baik dalam bentuk konflik norma, maupun norma kaburnya. Setelah ditelusuri

melalui judul-judul tesis yang ada di Indonesia melalui penelusuran dengan media

internet ditemukan beberapa judul tesis yang menyangkut jaminan fidusia.

Adapun judul-judulnya adalah sebagai berikut :

a. Tesis yang berjudul “Kajian Yuridis Perjanjian Kredit dengan Jaminan

Fidusia Pada Koperasi Swamitra di Medan”, oleh Rumiris Ramarito

Nainggolan, Universitas Sumatra Utara, Jenis Penelitian Yuridis Empiris,

dengan rumusan masalah sebagai berikut :

1. bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit pada koperasi swamitra

dengan menggunakan akta fidusia yang tidak didaftarkan?

2. bagaimana penyelesaian sengketa jika debitur wanprestasi sedangkan

akta fidusianya tidak didaftarkan?

b. Tesis yang berjudul “Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya

Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank “, oleh Ni

Made Trisnadewi,Universitas Udayana, Penelitian Hukum Normatif,

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan tanggung jawab debitur terhadap benda

jaminan fidusia yang musnah dalam suatu perjanjian kredit bank

Page 13: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

13

menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan

Fidusia?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian

kredit bank terhadap masalah musnahnya benda jaminan fidusia?

Bahwa tesis-tesis yang diuraikan diatas sangat berbeda dengan penulisan tesis

ini yang menyangkut kajian yuridis empiris dan pernah dilakukan oleh penulis-

penulis lainnya tetapi lokasi dan cakupan penelitian berbeda, oleh sebab itu karya

ilmiah ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan masih

sangat relevan untuk penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti, membahas

serta mengangkatnya menjadi sebuah karya tulis / tesis yang berjudul “Kekuatan

Eksekutorial Perjanjian Kredit Dengan Akta Fidusia Yang Tidak

Didaftarkan (Studi Kasus Pada Koperasi Di Wilayah Kota Denpasar)”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Mengapa perjanjian kredit dengan jaminan fidusia tidak didaftarkan oleh

koperasi?

2. Bagaimanakah kekuatan mengikat dari jaminan fidusia yang tidak

didaftarkan dalam perjanjian kredit koperasi?

3. Bagaimanakah eksekusi terhadap benda jaminan fidusia yang tidak

didaftarkan dalam perjanjian kredit koperasi ?

Page 14: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

14

1.3.Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Secara umum penelitian atas permasalahan di atas adalah dalam kerangka

pengembangan ilmu hukum sehubungan dengan paradigma science as a process

(ilmu sebagai suatu proses).6 Paradigma ilmu tidak akan berhenti dalam

penggaliannya atas kebenaran dalam bidang lembaga jaminan fidusia dan untuk

memahami gambaran Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan

Fidusia.Hal ini berkaitan dengan kewajiban untuk mendaftarkan jaminan fidusia

yang digunakan untuk menjamin hutang piutang dalam perjanjian kredit.

b. Tujuan Khusus

Dalam penelitian ini, selain untuk mencapai tujuan umum seperti yang telah

disebutkan di atas, juga terdapat tujuan khusus. Adapun tujuan khusus yang ingin

dicapai sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yakni:

1. Untuk memahami dan menganalisis yang menyebabkan perjanjian kredit

dengan jaminan fidusia tidak didaftarkan di koperasi;

2. Untuk memahami dan menganalisis kekuatan mengikat dari perjanjian

kredit dengan menggunakan akta fidusia yang tidak didaftarkan terhadap

koperasi ;

3. Untuk memahami dan menganalisis eksekusi pada perjanjian kredit

dengan jaminan fidusia yang tidak didaftarkan .

6Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana,2007, Pedoman

Penulisan Usulan Penelitian, Tesis dan Disertasi,, hal. 30.

Page 15: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

15

1.4.Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

antara lain :

1. Untuk memberikan sumbangan pemikiran-pemikiran khususnya dalam

penemuan asas-asas, konsep-konsep dan teori-teori yang berhubungan

dengan permasalahan ini.

2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran di bidang hukum pada

umumnya, maupun di bidang keperdataan dan jaminan pada

khususnya terutama di bidang hukum jaminan fidusia yang

keberadaannya sangat dibutuhkan dalam lembaga perbankan.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

antara lain :

1. memberikan kontribusi yang berupa masukan bagi pemerintah

maupun lembaga perbankan dalam rangka melaksanakan ketentuan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan

Undang-Undang No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, terutama

ketentuan yang menyangkut akta jaminan fidusia yang di daftarkan

dalam perjanjian kredit di koperasi serta perlindungan hukum bagi

para pihak dalam perjanjian kredit dalam bidang perbankan

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta

bahan masukan bagi masyarakat.

Page 16: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

16

1.5.Landasan Teoritis dan Kerangka Pemikiran

a. Landasan Teoritis

Suatu teori pada hakekatnya merupakan hubungan antara dua atau lebih,

atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan

sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris.7 Oleh

sebab itu dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan

hubungan antara dua variabel atau lebih yang telah diuji kebenarannya.8

Menurut Snellbecker teori adalah sebagai perangkat proposisi yang

terintegrasi secara simbolis dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan

menjelaskan fenomena yang diamati. Sedangkan menurut Kerlinger, teori

adalah;“A theory is a set of interrelated constructs (concepts), definitions, and

propositions that present asystematic view of phenomena by specifying relations

among variables, with the purpose of explaining and predicting the phenomena” .

(Teori adalah suatu rangkaian konsep, difinisi, dan proposisi yang dipresentasikan

secara sistimatis dengan menspesifikasikan hubungan antara variable, dengan

tujuan menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena).9 dengan kata lain, dapat

dikatakan bahwa teori-teori sebagai landasan untuk menjelaskan fenomena atau

sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian merupakan pijakan

untuk mewujudkan kebenaran ilmu hukum yang diperoleh dari rangkaian upaya

7Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hal.

19. 8Soerjono Soekanto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto I), hal. 30. 9Nasution Bahder Johan, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar

Maju, Bandung, hal. 140

Page 17: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

17

penelusuran (controleur baar). Oleh karena itu, dalam suatu penelitian semakin

banyak teori-teori, konsep dan asas yang berhasil di identifikasi dan dikemukakan

untuk mendukung penelitian yang sedang dikerjakan maka semakin tinggi derajat

kebenaran yang bisa dicapai.

Landasan Teoritis merupakan landasan berfikir yang bersumber dari suatu

teori yang sering diperlukan sebagai tuntutan untuk memecahkan berbagai

permasalahan dalam sebuah penelitian. Begitu pula landasan teori berfungsi

sebagai kerangka acuan yang dapat mengarahkan suatu penelitian. Dalam setiap

penelitian selalu harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, oleh karena

ada hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan

dan pengolahan data, analisa serta konstruksi data. Dalam menganalisa penulisan

ini digunakan Teori Efektivitas Hukum, Teori Perlindungan Hukum, dan Teori

Perjanjian.

1. Teori Efektivitas Hukum

Hukum sebagai kaidah merupakan patokan mengenai sikap tindak atau

perilaku yang pantas. Metode berpikir yang dipergunakan adalah metode

deduktif-rasional, menimbulkan jalan pikiran yang dogmatis. Di lain pihak ada

yang memandang hukum sebagai sikap tindak atau perilaku yang teratur (ajeg).

Efektivitas hukum dalam tindakan atau realita hukum dapat diketahui apabila

seseorang menyatakan bahwa suatu kaidah hukum berhasil atau gagal mencapai

tujuanya, maka hal itu biasanya diketahui apakah pengaruhnya berhasil mengatur

sikap tindak atau perilaku tertentu sesuai dengan tujuannya atau tidak. Efektivitas

hukum artinya efektivitas hukum akan disoroti dari tujuan yang ingin dicapai.

Page 18: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

18

Salah satu upaya yang biasanya dilakukan agar supaya masyarakat mematuhi

kaidah hukum adalah dengan mencantumkan sanksi-sanksinya.

Menurut Black’s Law Dictionary, penegakan hukum (law enforcement),

diartikan sebagai “the act of putting something such as a law into effect; the

execution of a law; the carrying out of a mandate or command”.10

Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa penegakan hukum merupakan usaha untuk

menegakkan norma-norma dan kaidah-kaidah hukum sekaligus nilai-nilai yang

ada di belakangnya. Aparat penegak hukum hendaknya memahami benar-benar

jiwa hukum (legal spirit) yang mendasari peraturan hukum yang harus

ditegakkan, terkait dengan berbagai dinamika yang terjadi dalam proses

pembuatan perundang-undangan (law making process).

Berdasarkan teori efektivitas hukum yang dikemukakan Soerjono Soekanto,

efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor. Pertama; faktor

hukumnya sendiri (undang-undang). Kedua; faktor penegak hukum, yakni pihak-

pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. Ketiga; faktor sarana atau

fasilitas yang mendukung penegakan hukum. Keempat; faktor masyarakat, yakni

lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Kelima; faktor

kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa

manusia di dalam pergaulan hidup.11

Relevan dengan teori efektivitas hukum yang dikemukakan Soerjono

Soekanto tersebut, Romli Atmasasmita mengatakan faktor-faktor yang

10

Campbell Black Henry, 1999, Black’s Law Dictionary, Edisi VI, St. Paul

Minesota: West Publishing, hal.578. 11

Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan

Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.8

Page 19: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

19

menghambat efektivitas penegakan hukum tidak hanya terletak pada sikap mental

aparatur penegak hukum (hakim, jaksa, polisi dan penasihat hukum) akan tetapi

juga terletak pada faktor sosialisasi hukum yang sering diabaikan.12

Berkaitan

dengan kepatuhan masyarakat terhadap suatu produk hukum, sangat tepat apa

yang dikemukakan Ivor Jennings menyatakan bahwa:

The most law-abiding citizen in the world, particulary when the law seem to

him to be sensible; but no man is more ready to take offence when it broken.

He doesn’t obey orders because they are given by one person in authority; he

obeys orders when they are lawful orders, issued by a person who has legal

authority to issue them.(Memang penting otoritas hukum itu, tetapi perlu juga

didukung oleh kepatuhan terhadap hukum baik oleh pembuat hukum itu

sendiri maupun masyarakat).

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penegakan hukum merupakan

usaha menegakkan norma-norma dan kaidah-kaidah hukum sekaligus nilai-nilai

yang ada di belakangnya. Dengan demikian aparat penegak hukum hendaknya

memahami benar-benar jiwa hukum (legal spirit) yang mendasari peraturan

hukum yang harus ditegakkan, terkait dengan berbagai dinamika yang terjadi

dalam proses pembuatan perundang-undangan (law making process),13

untuk

menjawab permasalahan yang pertama mengenai hal-hal yang menyebabkan akta

jaminan fidusia tidak didaftarkan maka dapat digunakan Teori Efektifitas Hukum

sebagai pisau analisa. maka dengan tidak didaftarkannya benda jaminan fidusia

akan menimbulkan akibat hukum yaitu penerima fidusia tidak memiliki hak

preferece seperti yang dinyatakan dalam Pasal 27 UUJF

12

Romli Atmasasmita, 2001, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia dan

Penegakan Hukum, Mandar Maju, Bandung, hal.55 13

Muladi, 2002, Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana, Cet

II, Universitas Diponegoro, Semarang, hal. 69.

Page 20: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

20

2. Teori Perjanjian

Perjanjian pada umumnya dibuat dengan maksud dan tujuan yang beraneka

ragam. Salah satu tujuannya adalah dalam rangka untuk pemberian kredit. Istilah

kredit dikenal dalam bahasa yunani yaitu Credere yang berarti kepercayaan. Oleh

karena itu dasar pemberian kredit adalah kepercayaan si pemberi kredit ke pada

penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya akan dikembalikan sesuai

perjanjian, dalam pemberian kredit di Koperasi merupakan perikatan antara pihak

pemberi kredit (koperasi) dan pihak penerima kredit yang berdasarkan

kepercayaan. Sesuai dengan pengertian dari Pasal 1313 KUH Perdata tentang

perjanjian, bahwa yang menjadi dasar hukum mengikatnya suatu perjanjian,

adalah “perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya”. Perjanjian diatur dalam buku Ketiga KUHPerdata tentang perikatan

yaitu Pasal 1313 KUHPerdata yang menyatakan bahwa Perjanjian adalah “suatu

perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih”. Apabila antara dua orang atau lebih tercapai suatu

persesuaian kehendak untuk mengadakan suatu ikatan, maka terjadilah antara

mereka suatu persetujuan. Lebih lanjut dalam Pasal 1121 KUHPerdata dinyatakan

bahwa: “Tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan

atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan”. Sedangkan pendapat yang

dinyatakan oleh Wirjono Prodjodikoro memberikan definisi bahwa perjanjian

merupakan perbuatan hukum tentang harta benda kekayaan antara dua pihak,

dimana salah satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal

Page 21: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

21

atau tidak melakukan suatu hal, sedang pihak yang lain berhak menuntut dari

pelaksanaan janji tersebut.14

Bachsan Mustafa, Bewa Ragawino dan Yaya Priatna memberikan definisi

bahwa perjanjian itu adalah hubungan hukum kekayaan antara beberapa pihak,

dimana pihak yang satu (kreditur) berhak menuntut atas suatu jasa (prestasi)

sedangkan pihak lainnya (debitur) berkewajiban untuk memenuhi tuntutan

tersebut (schuld) dan bertanggung jawab atas prestasi itu.15

Pendapat lain

dikemukakan oleh Subekti mendefinisikan pengertian perjanjian sebagai berikut;

“perjanjian merupakan suatu peristiwa apabila seseorang berjanji kepada seorang

yang lain ataupun jika dua orang tersebut saling berjanji dan mengikatkan diri

untuk melaksanakan suatu hal”.16

Dari peristiwa ini muncul suatu hubungan

antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan

suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. O.W Holmes berpendapat

bahwa:“The duty on keep contract in common law means a prediction that you

must pay damages if you do not keep it, if you commit a tort, you are liable to pay

compensatory”.17

(Kewajiban untuk menjaga suatu perjanjian dalam hukum

masyarakat diartikan sebagai prediksi bahwa kamu harus membayar kerusakan

kerusakan, akan tetapi kalau kamu tidak menjaganya, apabila kamu komit dengan

14

Wirjono Prodjodikoro, 1985, Hukum Perdata Tentang Persetujuan Tertentu,

Cet VIII, Sumur, Bandung, hal 11. 15

Bacshan Mustafa, Bewa Ragawino, Yaya Priatna, 1982, Azas-Azas Hukum

Perdata dan Hukum Dagang, Edisi Pertama, Armico, Bandung, hal. 53. 16

R. Soebekti, 2001, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, hal. 45 17

M.P Golding, The Nature of Law Readings in Legal Philosophy, Columbia

University, Random House, New York, hal. 180

Page 22: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

22

gugatan tersebut, maka kamu bertanggung jawab untuk membayar kompensasi

tersebut).

Dipihak lain menurut Sucitthra Vasu, menberikan pengertian tentang tujuan

ditetapkannya kontrak yaitu :“The purpose of setting down the terms of contract

are; firstly, it stipulates the rights and obligations of the parties. Secondly, in the

event of a dispute between parties, it enables the cour to decide which is the

defaulting party so that the dispute can be resolved.”18

(Tujuan ditetapkannya

terminologi kontrak adalah, pertama dengan kontrak akan dapat menunjukkan hak

dan kewajiban masing-masing pihak, kedua suatu saat nanti ada perselisihan

antara pihak kontrak ini dapat memutuskan yang mana pihak yang menyalahi

kontrak, agar perselisihan itu dapat dipecahkan). Sedangkan menurut R. Subekti,

dalam bukunya Law In Indonesia, menyatakan bahwa; “The debtor has done

something what is in contravention of the contract, it is obvious that he is in

default. Also when in the contract is fixed a time limit for carrying out the duty

and the debtor has elapsed this time limit, it is clear that the debtor is in default.”

19(Debitur yang telah melakukan tindakan yang berlawanan dengan kontrak itu

dinyatakan menyalahi kontrak. Begitu pula apabila dalam kontrak ditentukan

batas waktu pemenuhan kewajiban, akan tetapi debitur tidak mengindahkan limit

waktu itu, itu jelas debitur dinyatakan bersalah).

18

Sucitthra Vasu, 2006, Contract Law For Business People, Rank Books,

Singapore, hal 1. 19

R. Subekti, 1982, Law In Indonesia, Centre For Strategic And International,

And Studies, third edition, Jakarta, hal 55

Page 23: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

23

Mengenai kapan suatu perjanjian terjadi antara para pihak dalam hukum

kontrak mengenal beberapa teori antara lain :20

1. Teori Penawaran dan Penerimaan

Pada prinsipnya Suatu kesepakatan baru terjadi setelah adanya penawaran (offer)

dari salah satu pihak dan diikuti dengan penawaran tawaran (acceptance) oleh

pihak lain dalam perjanjian tersebut.

2. Teori Kehendak (Wilstheorie)

Menurut teori kehendak, perjanjian itu terjadi apabila ada persesuaian kehendak

antara kehendak dan pernyataan. Apabila terjadi ketidakwajaran, kehendaklah

yang menyebabkan terjadinya perjanjian.

3. Teori Pernyataan

Menurut teori ini kehendak merupakan proses batiniah yang tidak diketahui oleh

pihak lain dan kehendak merupakan yang menyebabkan terjadinya perjanjian.

Akan tetapi yang menyebabkan terjadinya perjanjian adalah pernyataan. Jika

terjadi perbedaan antara kehendak dan pernyataan, perjanjian tetap terjadi.

4. Teori Kepercayaan

Menurut teori ini, hanya pernyataan yang menyebabkan kepercayaanyang dapat

menimbulkan kepercayaan. Kepercayaan dalam arti bahwa pernyataan itu benar-

benar dikhendaki.

20

Salim, H.S, 2010, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers,

Jakarta, hal166-168

Page 24: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

24

5. Teori Pengiriman

Menurut teori pengiriman, kesepakatan penawaran terjadi jika pihak yang

mendapatkan penawaran menerima atau mengirimkan telegram.

6. Teori Pengetahuan

Teori pengetahuan berpendapat bahwa perjanjian ada jika salah satu pihak yang

menawarkan itu mengetahui adanya penerimaan, akan tetapi penerimaan itu

belum tidak diketahui secara langsung.

Pada umumnya suatu perjanjian dapat dibuat secara lisan dan dibuat secara

tertulis maka ini bersifat sebagai alat bukti jika terjadi permasalahan. Terdapat

perjanjian yang ditentukan oleh Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk

tertentu. apabila bentuk itu tidak sesuai, perjanjian tersebut dikatakan tidak

memenuhi syarat yang ditentukan oleh undang-undang, perjanjian dalam bentuk

tertulis tidak hanya digunakan sebagai pembuktian saja jika terjadi perselisihan

tetapi merupakan hal utama untuk adanya (bestnwaarde) perjanjian tersebut.

Perjanjian kredit yang telah ditetapkan oleh pihak kreditur merupakan bentuk

dari perjanjian baku, yang melahirkan hukum bagi keduanya. Bahwa pihak

kreditur dan debitur terikat untuk melaksanakan isi dari perjanjian yang

disepakati. Stein mengemukakan bahwa kontrak baku dapat diterima sebagai

perjanjian, berdasarkan fiksi adanya kemauan dan kepercayaan (fictie van will en

vertrouwen) yang membangkitkan kepercayaan bahwa para pihak mengikatkan

diri pada perjanjian itu, jika debitur menerima dokumen itu berarti ia secara

Page 25: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

25

sukarela setuju pada isi perjanjian tersebut.21

Selain itu Aser Rutten mengatakan

bahwa :

Setiap orang yang menanda tangani perjanjian bertanggung jawab pada isi dan

apa yang ditandatangani. Jika ada orang yang membubuhkan tanda tangan

pada formulir perjanjian baku, tanda tangan itu akan membangkitkan

kepercayaan bahwa yang bertanda tangan mengetahui dan menghendaki isi

formulir yang ditanda tangani tidak mungkin seorang menanda-tangani apa

yang tidak diketahui isinya.22

Kegiatan usaha pinjaman yang dilakukan oleh koperasi sangat erat kaitannya

dengan kegiatan usaha kredit. Secara etimologis usaha kredit berasal dari bahasa

lain credere, credo, dan creditum yang artinya adalah kepercayaan, yang dalam

bahasa inggris disebut faith atau trust.23

Dalam Pasal 1 Angka 11 menyebutkan

Undang-Undang Perbankan menyebutkan bahwa: “Kredit adalah penyediaan uang

atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga”.

Dengan demikian, dalam perjanjian kredit terdapat kesepakatan para pihak

yang dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit dimana akan melahirkan suatu

perikatan diantara kedua subjek hukum. Definisi perikatan tidak diatur dalam

Buku III KUHPerdata tentang Perikatan, tetapi definisi perikatan terdapat dalam

pengetahuan ilmu hukum. Perikatan yaitu suatu hubungan hukum dalam lapangan

harta kekayaan antar dua orang atau lebih, pihak yang satu berkewajiban atas

21

Ibid 22

Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, 2008, Kewenangan

Pemerintah di bidang Pertanahan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 49. 23

Rachmandi Usman, 2001, Aspek-AspekHukum Perbankan Indonesia, PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.236

Page 26: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

26

sesuatu dan pihak lain berhak atas prestasi.24

Pinjaman (kreditur) kepada

masyarakat sebagai penerima kredit (debitur), yaitu :

1. Kepercayaan: merupakan keyakinan pihak kreditur, atas prestasi yang

diberikan oleh pihak kreditur kepada debitur, yang akan dibayar sesuai

dengan waktu diperjanjikan.

2. Waktu: merupakan jangka waktu antara penerimaan kredit dan

pembayarannya, jangka waktu tersebut telah terlebih dahulu diperjanjikan

dan disepakati antara pihak kreditur dan debitur.

3. Prestasi: yaitu suatu adanya objek yang diperjanjikan yang berupa prestasi

pada saat terjadinya kesepakatan pemberian pinjaman oleh kreditur kepada

debitur.

4. Resiko: adalah adanya hal yang mungkin terjadi selama jangka waktu dari

penyaluran kredit hingga pelunasan pinjaman tersebut maka diperlukan

pengikatan jaminan atau agunan yang dimiliki debitur

Suatu perjanjian pinjam meminjam sah apabila kewajiban-kewajiban yang

timbul dari perjanjian itu tidak dapat dipenuhi dapat dipaksakan pelaksanaanya.

Apabila pihak yang berkewajiban tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan

apa yang diperjanjikan, maka dapat dikatakan bahwa pihak tersebut telah

melakukan wanprestasi. Dari uraian tersebut maka untuk menjawab permasalahan

yang kedua dan ketiga sangat relevan digunakan Teori Perjanjian untuk menjawab

permasalahan mengenai kekuatan mengikat jaminan fidusia yang tidak

didaftarkan dan pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia yang tidak didaftarkan.

24

Purwahid Patrik, 1994, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju,

Bandung, hal.2.

Page 27: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

27

Perjanjian kredit, atau pengakuan hutang merupakan perjanjian pokok, dalam

praktik perbankan diperlukan suatu Jaminan, salah satunya yaitu jaminan Fidusia

yang merupakan perjanjian ikutan (accesoir). UUJF ditentukan Jaminan Fidusia

tersebut wajib dibuat dalam bahasa Indonesia dan dibuat dalam bentuk akta

otentik yang dibuat dihadapan Pejabat yang berwenang (notaris) yang dibuat

dalam bahasa Indonesia. Pasal 7 UUJF, fungsi jaminan fidusia adalah untuk

menjamin pelunasan hutang yang telah ada maupun hutang yang akan ada

dikemudian hari yang sudah diperjanjikan, maksud dari hutang yang telah ada,

adalah hutang saat pemberian Jaminan Fidusia sudah ada, sedangkan hutang yang

akan ada dikemudian hari berarti hutang-hutang saat pemberian Jaminan Fidusia

belum ada,tetapi sudah diperjanjikan.

3. Teori Perlindungan Hukum

Keberadaan hukum dalam masyarakat merupakan suatu sarana untuk

menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat, dalam hubungan antar

anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya dapat dijaga kepentingannya.

Hukum tidak lain adalah perlindungan kepentingan manusia yang berbentuk

norma atau kaedah. Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaedah mengandung

isi yang bersifat umum dan normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang, dan

normatif karena menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta

menentukan bagaimana cara melaksanakan kepatuhan pada kaedah.25

Wujud dari peran hukum dalam masyarakat adalah memberikan perlindungan

hukum kepada anggota masyarakat yang kepentingannya terganggu.

25

Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty,

Yogyakarta hal.39

Page 28: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

28

Persengketaan yang terjadi dalam masyarakat harus diselesaikan menurut hukum

yang berlaku. Menurut Sudikno Mertokusumo, bahwa hukum itu bertujuan agar

tercapainya ketertiban dalam masyarakat, diharapkan kepentingan manusia akan

terlindungi untuk mencapai tujuannya dan bertugas membagi hak dan kewajiban

antar perorangan dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengutamakan

pemecahan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum. Menurut Subekti

bahwa tujuan hukum itu mengabdi kepada tujuan Negara, yaitu mendatangkan

kemakmuran dan kebahagiaan bagi rakyatnya.26

Pada hakikatnya terdapat hubungan antara subjek hukum dengan objek

hukum yang dilindungi oleh hukum dan menimbulkan kewajiban. Hak dan

kewajiban yang timbul dari hubungan hukum tersebut harus dilindungi oleh

hukum, agar anggota masyarakat merasa aman dalam melaksanakan

kepentingannya. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan hukum dapat diartikan

sebagai suatu pemberian jaminan atau kepastian bahwa seseorang akan

mendapatkan apa yang telah menjadi hak dan kewajibannya, yang menyebabkan

bersangkutan merasa aman.

Menurut Philipus M Hadjon perlindungan hukum dalam kepustakaan hukum

berbahasa belanda dikenal dengan sebutan rechtsbescherming van de burgers.27

Pendapat ini menunjukkan kata perlindungan hukum merupakan terjemahan dari

bahasa belanda yakni rechtbescherming. Dari pengertiannya, dalam kata

perlindungan terdapat suatu usaha untuk memberikan hak-hak pihak yang

26

Ibid, hal. 57-61 27

Philipus M hadjon, 1998, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina

Ilmu, Surabaya, hal.1

Page 29: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

29

dilindungi sesuai dengan kewajiban yang telah dilakukan. Menurut Fitzgerald,

menjelaskan teori perlindungan hukum Salmond bahwa hukum bertujuan

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam

masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap

kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai

kepentingan di lain pihak.28

Kepentingan hukum yaitu mengurusi kepentingan dan

hak manusia, hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan

manusia yang perlu diatur dan dilindungi, Perlindungan terhadap kepentingan

tertentu hanya dapat dilakukan dengan membatasi berbagai kepentingan di pihak

lain, hukum memiliki tujuan untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan

berbagai kepentingan dalam masyarakat.29

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir

dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut

untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara

perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan

masyarakat. Menurut Lili Rasjidi dan I.B Wyasa Putra berpendapat bahwa fungsi

hukum adalah untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar

adaptif dan fleksibel, tetapi juga prediktif dan antisipatif.30

Menurut Sunaryati

28

Satijipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung,

hal.53. 29

Ibid, hal.69 30

Lili Rasjidi dan I.B Wyasa Putra, 1993, Hukum Sebagai Suatu Sistem,

Remaja Rusdakarya, Bandung, hal. 118.

Page 30: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

30

Hartono menyatakan hukum diperlukan untuk mereka yang lemah dan belum kuat

secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.31

Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata memberikan perlindungan

hukum kepada para pihak yang mengikatkan diri, yang menentukan: “Semua

Persetujuan yang dibuat secara sah sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya. “Kata semua menunjukkan

adanya kebebasan bagi orang untuk membuat suatu perjanjian dengan siapa saja

dan tentang apa saja asalkan tidak dilarang oleh hukum, artinya bahwa semua

ketentuan dalam perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak mengikat dan

wajib dilaksanakan oleh para pihak yang membuatnya. Apabila salah satu pihak

tidak melaksanakan perjanjian maka pihak yang dirugikan dapat dapat menuntut

ganti rugi kepada pihak yang tidak melaksanakan, sedangkan kalimat yang dibuat

secara sah diartikan sebagai bahwa apa yang disepakati berlaku sebagai undang-

undang, jika tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan

kesusilaan, apabila kontrak bertentangan, perjanjian batal demi hukum. Ketentuan

Pasal 1338 ayat (2) menentukan bahwa: “Persetujuan itu tidak dapat ditarik

kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan

yang ditentukan oleh undang-undang”. Ketentuan Pasal 1338 ayat (3) menentukan

bahwa : “Persetujuan harus dilaksanakan dengan ektikad baik” yaitu keinginan

subjek hukum untuk berbuat sesuatu, merupakan kesepakatan yang terdapat dalam

perjanjian yang harus ditaati sebagai suatu peraturan bersama.

31

Sunaryati Hartono, CFG, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum

Nasional, Alumni, Bandung, hal 55.

Page 31: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

31

Guna mendapatkan perlindungan hukum tentunya yang diinginkan dari

masing-masing individu yaitu ketertiban dan keteraturan antara nilai dasar dari

hukum yakni adanya kegunaan hukum, keadilan hukum, serta kepastian hukum

yang pada dasarnya ketiga nilai dasar harus dijalankan secara bersamaan. Fungsi

primer hukum adalah untuk melindungi rakyat dari tindakan yang dapat

merugikan hidupnya dari orang lain. Selain itu berfungsi untuk dapat mewujudkan

kesejahteraan bagi rakyat dan untuk memberikan keadilan serta menjadi sarana

untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Keadilan, perlindungan dan

kesejahteraan ditujukan kepada setiap orang, tidak terkecuali kaum wanita.32

Menjawab permasalahan ketiga mengenai eksekusi akta fidusia yang tidak

didaftarkan pada perjanjian kredit di koperasi dapat digunakan sebagai landasan

berpijak yaitu teori Perlindungan Hukum. Sesuai dengan prinsip memberikan

kepastian hukum, maka Undang-Undang Jaminan Fidusia mengambil prinsip

pendaftaran jaminan fidusia. Fungsi jaminan fidusia adalah untuk memberikan

kepastian hukum kepada pemberi, penerima fidusia dan kepada pihak ketiga.

Jaminan Fidusia harus didaftarkan, seperti yang diatur dalam Pasal 11 UUJF.

Dengan adanya pendaftaran tersebut maka terpenuhinya asas publisitas.

Ketentuan tersebut dibuat bertujuan bahwa benda yang dijadikan obyek fidusia

benar merupakan milik debitor (pemberi fidusia), apabila pihak lain yang hendak

mengklaim benda tersebut, ia dapat mengetahuinya melalui pengumuman

tersebut.

32

Supanto, Perlindungan Hukum Wanita, http//.supanto.staff.hukum.uns.co.id,

diakses pada tanggal 07 Oktober 2012

Page 32: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

32

Eksekusi adalah pelaksanaan pengambilan barang jaminan debitur untuk

pelunasan hutangnya kepada kreditur atau keputusan pengadilan atau akta maka

pengambilan pelunasan kewajiban kreditor melalui hasil penjualan benda-benda

tertentu milik debitor. Sedangkan perjanjian fidusia adalah perjanjian jaminan

yang merupakan perjanjian accesoir dari perjanjian utang piutang. Guna

menjamin kepastian hukum bagi kreditor maka dibuat akta yang dibuat oleh

notaris dan dibuatkan dalam bahasa indonesia serta didaftarkan pada kantor

Pendaftaran Fidusia (Kementrian Hukum dan HAM), selanjutnya kreditor akan

memperoleh sertifikat jaminan fidusia berirah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan demikian, memiliki kekuatan hak

eksekutorial langsung jika debitor wanprestasi (parate eksekusi), sesuai amanat

UUJF. Perjanjian yang dibuat di bawah tangan tidak memiliki nilai pembuktian

sempurna. Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh atau di depan pejabat yang

berwenang serta memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. Perjanjian yang

dibuat di bawah tangan, jika hendak dijadikan alat bukti harus diotentikan ulang

oleh para pihak, misalnya di pengadilan.

Jaminan fidusia memiliki sifat kebendaan dan berlaku asas droit de suite, dan

perkecualian terhadap pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek

jaminan fidusia hal ini ditegaskan dalam Pasal 20 UUJF menyatakan bahwa:

“Fidusia tetap mengikuti Benda yang menjadi objek Jaminan fidusia dalam tangan

siapapun Benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda tersebut, kecuali

pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek Jaminan Fidusia”.

Page 33: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

33

Ketentuan Pasal 27 UUJF mengenai hak atas piutang yang didahulukan

yaitu :

1. Penerima Fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditor

lainnya.

2. Hak didahulukan sebagaimana, dimaksud dalam ayat (1) adalah hak

Penerima Fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil

eksekusi Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.

3. Hak yang didahulukan dan Penerima Fidusia tidak hapus karena adanya

kepailitan dan atau likuidasi Pemberi Fidusia.

Secara keseluruhan, hal yang dapat menunjukkan adanya perlindungan hukum

terhadap kreditur (Penerima Fidusia) menurut UUJF antara lain sebagai berikut:

a. untuk menjamin kepentingan pihak yang menerima fidusia, maka

diadakannya lembaga pendaftaran jaminan fidusia;

b. Pasal 17 UUJF yang mengatur adanya larangan pemberi fidusia untuk

memfidusiakan ulang obyek jaminan fidusia;

c. Ketentuan Pasal 23 ayat (2) menyatakan bahwa Pemberi Fidusia tidak

diperbolehkan untuk mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan;

d. Kreditur yang hendak melaksanakan eksekusi atas objek jaminan fidusia

maka Pemberi fidusia berkewajiban menyerahkan benda jaminan.

e. Pengaturan dalam UUJF mengenai ketentuan pidana.

Page 34: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

34

B.Kerangka Berpikir

Bagan Kerangka Berpikir :

Rumusan

Masalah Landasan

Teoritis

Metode

Penelitian

1 . Mengapa

perjanjian

kredit dengan

jaminan fidusia

tidak

didaftarkan

oleh koperasi

Teori Efektifitas

Hukum

Teori Perjanjian

1.Jenis Penelitian :Yuridis

empiris

2.Sifat Penelitian

:Deskriptif Analitis

3.Data dan Sumber Data:

a.Data Primer (Data

Lapangan)

b.Data Sekunder(Data

Kepustakaan)

4.Lokasi Penelitian,

Pengambilan Sampel dan

Penetapan Informan

a.Lokasi Penelitian :Kota

Denpasar.

b.Pengambilan

Sampel:Teknik Purposive

Sampling.

c.Penetapan Informan:

Teknik Snowball Sampling

5.Teknik Pengumpulan

Data

a.Data Lapangan : Teknik

Wawancara

b.Data Kepustakaan : Studi

dokumen

6.Teknik Pengolahan dan

Analisi Data

Setelah semua data

terkumpul baik data dari,

data kepustakaan maupun

lapangan, kemudian

diklsifikasikan secara

kualitatif sesuai dengan

masalah. Data tersebut

dianalisa sedemikian rupa

dikaitkan dengan teori-teori

yang relevan antara lain:

Teori Efektivitas Hukum,

Teori Perlindungan Hukum,

Teori Hukum dan Teori

Perjanjian. Kemudian

ditarik kesimpulan untuk

menjawab permasalahan.

Akhirnya data tersebut

disajikan secara deskriptif

analitis

Teori Perjanjian

2. kekuatan

mengikat dari

perjanjian

kredit pada

koperasi

dengan

menggunakan

akta fidusia

yang tidak

ddidaftarkan

3. Bagaimana eksekusi terhadap benda jaminan fidusia yang tidak didaftarkan dalam perjanjian kredit di koperasi

Teori Perlindungan

Hukum

Latar

Belakang

1.Jaminan

fidusia

wajib

didaftarka

n (Pasal

11 UUJF)

2.Pada

kenyataan

ya banyak

jaminan

fidusia

yang tidak

didaftarka

n

SIMPULAN

1. Tidak dididaftarkannya jaminan fidusia disebakan oleh 2 faktor yaitu faktor

internal dan eksternal dari koperasi

2. Jaminan fidusia yang tidak didaftarkan hanya mengikat para pihak yang

membuat perjanjian dan kekuatan eksekutorial dari jaminan fidusia yang

tidak didaftarkan berlaku jika debitur hanya memiliki satu kreditur,

sedangkan jika memiliki lebih dari satu kreditur kekuatan eksekutorial

dimiliki oleh kreditur yang mendaftarkan jaminan fidusia tersebut..

3. Debitur yang memiliki satu kreditur pelaksanaan eksekusi dapat dilakukan

dengan musyawarah, sedangkan debitur yang memiliki lebih dari satu

kreditur dengan jaminan fidusia yang tidak didaftarkan maka pelaksanaan

eksekusi dengan menempuh upaya pengadilan

Page 35: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

35

Adapun dari bagan kerangka berpikir tersebut diatas dapat dideskripsikan

sebagai berikut:

Kredit yang disalurkan Koperasi mengandung resiko, maka harus

menggunakan prinsip kehati hatian, karena adanya resiko tersebut, koperasi selalu

meminta jaminan untuk memberikan kepastian pelunasan piutang debitur.

Timbulnya pengikatan jaminan didasarkan atas adanya perjanjian kredit,

perjanjian pengikatan jaminan merupakan perjanjian accesoir atau perjanjian

ikutan. Pengikatan jaminan benda bergerak melalui lembaga jaminan fidusia.

Untuk pengikatan jaminan fidusia harus dibuat dengan akta notaris dan kemudian

wajib di daftarkan pada kantor pendaftaran jaminan Fidusia sesuai dengan Pasal

11 UUJF. Pemberian kredit dikoperasi seringkali tidak mendaftarkan jaminan

fidusia pada kantor Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, apa yang terjadi

didalam faktanya dan apa yang diharapkan oleh undang-undang jaminan fidusia

tidak tercapai. Maka untuk menjawab permasalahan yang pertama tentang faktor-

faktor yang menyebabkan akta jaminan fidusia tidak didaftarkan maka digunakan

Teori Efektifitas Hukum. Menurut teori efektivitas hukum yang dikemukakan

oleh Soerjono Soekanto, diberlakukannya hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor

yaitu Pertama; faktor hukumnya sendiri. Kedua: faktor penegak hukum. Ketiga;

faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. Keempat; faktor

masyarakat, yaitu tempat hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Kelima; faktor

kebudayaan, yaitu hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pergaulan hidup

manusia.33

33Soerjono Soekanto, Opcit, hal.8

Page 36: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

36

Kekuatan mengikat perjanjian kredit dengan jaminan fidusia yang tidak

didaftarkan dapat digunakan Teori Perjanjian. Perjanjian kredit yang telah

ditetapkan oleh pihak kreditur merupakan bentuk dari perjanjian baku, yang

melahirkan hukum bagi keduanya. Pihak kreditur dan debitur terikat untuk

melaksanakan isi dari perjanjian yang disepakati. Setiap orang yang menanda

tangani perjanjian wajib bertanggung jawab pada disepakati sesuai dengan amanat

Undang-Undang Jaminan Fidusia.

Permasalahan yang ketiga mengenai eksekusi benda jaminan akta jaminan

fidusia yang tidak didaftarkan sangat relevan digunakan Teori Perjanjian dan

Teori Perlindungan Hukum. Dasar hukum mengikatnya suatu perjanjian, adalah

suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya dengan

pihak lainnya. Perikatan yaitu suatu hubungan hukum dalam lapangan harta

kekayaan antar dua orang atu lebih dimana pihak yang satu berhak atas sesuatu

Prestasi dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu (Pemenuhan prestasi). Dalam

Pasal 7 UUJF, jaminan fidusia dapat digunakan untuk menjamin pelunasan hutang

yang telah ada maupun hutang yang akan ada dikemudian hari yang sudah

diperjanjikan.Agar mendapat perlindungan hukum sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Jaminan Fidusia, pembebanan benda dengan akta jaminan

fidusia harus dibuat dengan akta otentik dan dicatatkan dalam Buku Daftar

Fidusia. Jika ketentuan tersebut tidak dipenuhi, hak-hak kreditur tidak mendapat

perlindungan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia,

apabila benda jaminan dibebankan fidusia dengan akta di bawah tangan, maka

kreditor penerima fidusia merupakan kreditor biasa, apabila terjadi wanprestasi

Page 37: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

37

1.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang diajukan.

Berdasarkan landasan teori tersebut di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai

berikut :

1. Jika koperasi tidak mendaftarkan jaminan fidusia dalam perjanjian kredit

dikarenakan faktor faktor yaitu memerlukan biaya yang memberatkan

debitur yang rata-rata berasal dari golongan kecil dan menengah, pihak

koperasi tidak mendaftarkan jaminan fidusia tersebut.

2. Jika perjanjian kredit dengan jaminan fidusia yang tidak didaftarkan maka

kekuatan mengikatnya hanya mengikat para pihak yang ada dalam

perjanjian tersebut, kesepakatan tersebut menimbulkan kekuatan mengikat

perjanjian sebagaimana undang-undang (pacta sunt servanda). Hal yang

dinyatakan seseorang dalam perjanjian menjadi hukum bagi mereka yang

membuatnya.

3. Apabila terjadi wanprestasi oleh pihak debitur maka penyelesaian eksekusi

terhadap jaminan fidusia yang tidak didaftarkan dengan upaya mengajukan

gugatan perdata ke Pengadilan Negeri hingga turunnya putusan pengadilan

untuk pelaksanaan eksekusi dan dengan upaya perdamaian.

1.7. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian hukum yuridis empiris adalah penelitian hukum tentang

pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi undang-

Page 38: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

38

undang atau kontrak) secara in actio pada setiap peristiwa hukum tertentu yang

terjadi dalam masyarakat.34

Jenis penelitian dalam penelitian ini termasuk penelitian hukum yuridis

empiris, karena mendekati masalah dari kenyataan yang ada dalam masyarakat

kemudian dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia mewajibkan

adanya pendaftaran jaminan fidusia pada kantor pendaftaran jaminan fidusia

sesuai amanat Pasal 11, sedangkan dalam kenyataannya banyak jaminan fidusia

tidak didaftarkan oleh koperasi, dalam kenyataan yang terjadi di masyarakat

menyimpang dari aturan yang ada.

b. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif analitis.

Penelitian yang bersifat deskriptif analitis bertujuan untuk memberikan data yang

seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya,35

maka

dapat diambil data obyektif karena ingin menggambarkan kenyataan yang terjadi

pada Koperasi di Kota Denpasar.

c. Data dan sumber data

Data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu data lapangan dan

data kepustakaan. Data lapangan atau primer yaitu data yang didapat dari

penelitian lapangan dari informan yang mengalami langsung perjanjian kredit

34

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, hal.134 35

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta,

hal. 10.

Page 39: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

39

dengan jaminan fidusia yang tidak didaftarkan dalam hal diperoleh dari Koperasi

yang berada di wilayah kota denpasar. Sedangkan data kepustakaan atau data

sekunder terdiri dari :

1) Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan permasalahan, seperti Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

1945, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 dan Undang-Undang Nomor

42 Tahun 1999 tentang Fidusia, Undang-Undang Nomor 17 tentang

Perkoperasian. Bahan hukum primer yang merupakan bahan-bahan hukum

yang mengikat36

.

2) Bahan hukum sekunder yang merupakan bahan yang memberikan

penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer,. Dalam penulisan karya

ilmiah ini yang digunakan adalah bahan hukum sekunder yang bersumber

dari literatur yang ada kaitannya dengan masalah.

3) Bahan Hukum Tersier merupakan data penunjang yakni bahan-bahan yang

member petunjuk dan penjelasan terhadap data primer dan data sekunder,

diantaranya kamus dan ensiklopedi.37

d. Lokasi Penelitian, Pengambilan Sampel dan Penetapan Responden

dan Informan

Adapun lokasi penelitian dalam penyusunan penelitian ini pada Koperasi di

wilayah Kota Denpasar. Terpilihnya Kota Denpasar sebagai lokasi penelitian

36

Amirudin dan Zainal Asikin, 2006, Penghantar Metode Penelitian Hukum,

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.30 37

Bambang Sunggono, 2003, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, hal.114

Page 40: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

40

karena Kota Denpasar merupakan salah satu kota di Bali yang berkembang dan

memiliki tingkat kepadatan penduduk dan aktifitas ekonomi tinggi dan memiliki

jumlah koperasi terbanyak diantara wilayah lainnya.

Populasi adalah keseluruhan dari objek pengamatan atau objek penelitian,

sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti, yang

dianggap mewakili populasinya. Oleh karena populasi biasanya sangat besar dan

luas, maka kerapkali tidak mungkin untuk meneliti seluruh populasi itu tetapi

cukup diambil sebagian saja untuk diteliti sebagai sampel yang memberikan

gambaran tentang objek penelitian secara tepat dan benar.38

Populasi dalam penelitian ini adalah Koperasi di wilayah Kota Denpasar yang

berjumlah 871 unit koperasi yang berdasarkan data perkembangan koperasi

sampai periode tahun 2010 oleh Dinas Koperasi dan Usaha kecil dan

menengah ,antara lain :

No. Wilayah Jumlah

1. Denpasar Utara 128 unit Koperasi

2. Denpasar Barat 210 unit Koperasi

3. Denpasar Selatan 230 unit Koperasi

4. Denpasar Timur 303 unit Koperasi

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Denpasar

Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah Purposive

Sampling yaitu teknik yang sengaja dipakai karena memilih karakter tertentu tidak

38

Rony Hatnijo Soemitro, 1998, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri,

Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.10

Page 41: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

41

dapat mengambil dalam jumlah besar. Dalam Penelitian ini ditetapkan 4 (empat)

Koperasi di Wilayah Kota Denpasar sebagai sampel penelitian yang telah dipilih

berdasarkan penelitian awal dan yang didasari dari konteks tingkat berkembang

kemajuan dari koperasi tersebut. Maka Koperasi yang dipilih adalah Koperasi

Tunas Sari di kecamatan Denpasar Barat, Koperasi Wisuda Guna Raharja di

kecamatan Denpasar Timur,Koperasi Pemogan dikecamatan Denpasar Selatan

dan Koperasi Bakti Rahayu pada kecamatan Denpasar Utara.

Penentuan informan dilakukan dengan teknik penentuan informan dengan

menggunakan metode snowball sampling yang dipilih berdasarkan penunjukan

atau rekomendasi dari sampel sebelumnya. Sampel pertama yang diteliti

ditentukan sendiri oleh peneliti yaitu dengan mencari informan kunci, kemudian

informan berikutnya yang akan dijadikan sampel tergantung dari rekomendasi

yang diberikan oleh informan kunci,39

yang diawali dengan menunjuk sejumlah

informan yaitu informan yang mengetahui, memahami, dan berpengalaman sesuai

dengan objek penelitian ini yakni Ketua Koperasi dan Bagian Kredit pada

Koperasi di wilayah Kota Denpasar. Sedangkan responden diperoleh dari yang

mengalami langsung perjanjian kredit dengan jaminan fidusia yang tidak

didaftarkan oleh koperasi dalam hal ini didapat dari informan kunci pada Koperasi

di wilayah Kota Denpasar.

Penetapan informan dan responden untuk penelitian ini adalah di Koperasi di

wilayah kota Denpasar yaitu pada Koperasi Tunas Sari di kecamatan Denpasar

39

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Udayana, Pedoman

Pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Udayana, Denpasar,

hal.62

Page 42: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

42

Barat, Koperasi Wisuda Guna Raharja di kecamatan Denpasar Timur,Koperasi

Pemogan dikecamatan Denpasar Selatan dan Koperasi Bakti Rahayu pada

kecamatan Denpasar Utara.

e. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data lapangan digunakan teknik wawancara dengan para

informan dan responden di Koperasi di wilayah kota Denpasar, Agar hasil

wawancara memiliki nilai validitas dan reabilitas dalam berwawancara

menggunakan alat berupa pedoman wawancara atau interview guide.40

Untuk

mengumpulkan data kepustakaan digunakan teknik studi dokumen yaitu dengan

penelusuran literatur dan mencatat bahan-bahan dari buku-buku literatur yang

terkait dengan masalah.

f. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah semua data terkumpul baik data dari, data kepustakaan maupun

lapangan, kemudian diklasifikasikan secara kualitatif sesuai dengan masalah. Data

tersebut dianalisa sedemikian rupa dikaitkan dengan teori-teori yang relevan

antara lain: Teori Efektivitas Hukum, Teori Perlindungan Hukum dan Teori

Perjanjian. Kemudian ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan.

Akhirnya data tersebut disajikan secara deskriptif analitis.

g. Teknik Penulisan atau Penyajian data

Dari Hasil pengolahan dan analisis data disusun suatu tulisan dalam bentuk

tesis secara deskriptif analitis dalam bentuk narasi atau uraian kata-kata secara

kualitatif.

40

ibid, hal.57

Page 43: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

43

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1.Tinjauan Umum Perjanjian Kredit

2.1.1. Pengertian Perjanjian Kredit

Perjanjian adalah suatu hubungan atas dasar hukum kekayaan

(vermogenscrechtlijke bettrecking) antara dua pihak, dimana pihak yang satu

berkewajiban memberikan suatu prestasi atas nama pihak yang lain mempunyai

hak terhadap prestasi itu.41

Wirjono Prodjodikoro memberikan definisi bahwa perjanjian itu

merupakan suatu perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua

pihak, dimana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu

hal atau tidak melakukan suatu hal, sedang pihak yang lain berhak menuntut

pelaksanaan janji itu.42

Bachsan Mustafa, Bewa Ragawino dan Yaya Priatna

memberikan pengertian bahwa perjanjian itu adalah hubungan hukum kekayaan

antara beberapa pihak, dimana pihak yang satu (kreditur) berhak menuntut atas

suatu jasa (prestasi) sedangkan pihak lainnya (debitur) berkewajiban untuk

memenuhi tuntutan tersebut (schuld) dan bertanggung jawab atas prestasi itu.43

Perjanjian menurut Abdulkadir Muhammad adalah hal yang mengikat

antara orang yang satu dengan orang yang lain. Hal yang mengikat tersebut yaitu

41

H. Mashudi dan Moch. Chidir Ali, Pengertian-Pengertian elementer

Hukum Perjanjian Perdata, Cet. II, CV. Mandar Maju, Bandung, 2001, hal.35. 42

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan Tertentu,

Cet VIII, Sumur, Bandung, 1985, hal. 11. 43

Bacshan Mustafa, Bewa Ragawino, Yaya Priatna, Azas-Azas Hukum

Perdata dan Hukum Dagang, Edisi Pertama, Armico, Bandung, 1982, hal. 53.

Page 44: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

44

peristiwa hukum yang dapat berupa perbuatan misalnya jual beli, berupa kejadian

misalnya kelahiran, dan dapat juga berupa suatu keadaan misalnya pekarangan

yang berdampingan, hal mana semua peristiwa hukum tersebut akan menciptakan

suatu hubungan hukum.44

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka dapat

disebutkan bahwa perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih

dimana pihak yang satu berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal dan pihak yang

lain berhak menuntut hal (prestasi) tersebut. Pasal 1 Angka 7 Peraturan

pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, menentukan: “Pinjaman adalah penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan pinjam meminjam antar koperasi dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelaha jangka waktu

tertentu disertai pembayaran sejumlah imbalan”.

Perjanjian pinjam-meminjam uang menurut KUHPerdata pasal 1754 yang

berbunyi :

Pinjam meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan

kepada pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah

tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa

pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam

dan keadaan yang sama pula.

Kegiatan usaha pinjaman yang dilakukan oleh koperasi sangat erat

kaitannya dengan kegiatan usaha kredit. Dalam pengertian yang luas kredit

44

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Cet III, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2000 (selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad I),

hal. 198.

Page 45: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

45

sebagai suatu kepercayaan. Dalam bahasa Latin kredit berarti credere artinya

percaya. Maksud dari kepercayaan dari si pemberi kredit (koperasi) yaitu bahwa si

penerima kredit yang menerima kredit yang disalurkannya pasti akan

mengembalikan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi debitur merupakan

penerimaan kepercayaan maka mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai

dengan jangka waktu. Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan

Nomor 10 tahun 1998 Pasal 1 ayat (1) adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Menurut O.P Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (uang/barang)

dengan kontra prestasi akan terjadi pada waktu mendatang. Prestasi yang

dimaksud adalah uang, maka transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat

kredit. Kredit berfungsi sebagai koperatif antara pemberi kredit dan penerima

kredit. Kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen-komponen kepercayaan,

resiko dan pertukaran ekonomi dimasa mendatang.45

Sedangkan menurut

Savelberg arti kredit adalah sebagai dasar dari setiap perikatan (verbintenis)

dimana seorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain dan sebagai jaminan

dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk

memperoleh kembali apa yang diserahkan.46

45

O.P Simorangkir, 1986, Seluk Beluk Bank Komersial, Aksara Persada

Indonesia, Jakarta, hal 91. 46

Edy Putra Tje’Aman, 1986, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis,

Liberty, Yogyakarta, hal.1

Page 46: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

46

Berdasarkan pengertian kredit di atas, kredit adalah pemberian pinjaman

dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh kreditur. Debitur melunasi

pinjamannya kepada kreditur, dengan cara mengembalikan uang pinjaman

berdasarkan ketentuan yang berlaku. Pihak-pihak dalam perjanjian pinjam

meminjam, yaitu:

a. Pihak yang memberi pinjaman uang yang disebut pemberi kredit (kreditur)

b. Pihak yang menerima uang yang disebut penerima kredit (debitur).

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa pemberian kredit merupakan suatu

kepercayaan. Tanpa adanya keyakinan suatu lembaga kredit tidak akan ada

pemberian kredit. debitur akan mengembalikan pinjaman yang diterima sesuai

dengan jangka waktu sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Perjanjian

kredit pada umumnya dituangkan dalam bentuk dua jenis antara lain :

1. Perjanjian kredit dibawah tangan

Perjanjian di bawah tangan adalah perjanjian yang sengaja dibuat oleh para

pihak untuk pembuktian tanpa bantuan dari seorang pejabat pembuat akta dengan

kata lain perjanjian di bawah tangan adalah perjanjian yang dimasukkan oleh para

pihak sebagai alat bukti, tetapi tidak dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum

pembuat akta.47

Mengenai akta di bawah tangan diatur dalam Rbg antara lain

dalam Pasal 286 sampai dengan Pasal 305 dan dalam KUH Perdata diatur dalam

Pasal 1874 sampai dengan Pasal 1880, dan dalam Stbl. 1867 No. 29.

Akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum juga menjadi akta di

bawah tangan, jika pejabat itu tidak berwenang untuk membuat akta itu jika

47

Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, 2004, Grosse Akta

Dalam Pembuktian dan Eksekusi, Rineka Cipta, Jakarta hal. 36.

Page 47: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

47

terdapat cacat dalam bentuk akta itu, sebagaimana disebut dalam Pasal 1869 KUH

Perdata yang menyebutkan “Suatu akta, yang karena tidak berkuasa atau tidak

cakapnya dalam pegawai termaksud di atas, atau karena suatu cacat dalam

bentuknya, tidak dapat diberlakukan sebagai akta otentik, namun demikian

mempunyai kekuatan sebagai akta di bawah tangan.”

Ketentuan Pasal 1874 KUHPerdata mengatur mengenai perjanjian dibawah

tangan adalah surat atau tulisan yang dibuat oleh para pihak tidak melalui

perantaraan pejabat yang berwenang untuk dijadikan alat bukti, dibuat semata-

mata dibuat para pihak yang berkepentingan.

2. Perjanjian kredit dengan Akta notariil

Menurut S. J. Fockema Andreae, dalam bukunya “Rechts geleerd

Handwoorddenboek”, kata akta itu berasal dari bahasa Latin “acta” memiliki arti

geschrift48

yaitu surat sedangkan menurut R. Subekti dan Tjitrosudibio dalam

bukunya Kamus Hukum, bahwa kata “acta” merupakan bentuk jamak dari kata

“actum” yang berasal dari bahasa Latin yang memiliki arti perbuatan-perbuatan.49

akta autentik diatur dalam Pasal 165 HIR, yang bersamaan bunyinya dengan

Pasal 285 Rbg, yang berbunyi: “Akta autentik adalah suatu akta yang dibuat oleh

atau di hadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu, merupakan bukti yang

lengkap antara para pihak dari para ahli warisnya dan mereka yang mendapat hak

daripadanya tentang yang tercantum di dalamnya dan bahkan sebagai

48

S. J. Fockema Andreae, 1951, Rechtsgeleerd Handwoorddenboek,

diterjemahkan oleh Walter Siregar, Bij J. B. Wolter uitgeversmaat schappij, N. V.

Gronogen, Jakarta, hal. 9. 49

R. Subekti, dan R. Tjitrosoedibio, 1980, Kamus Hukum, Pradnya

Paramita, Jakarta, hal. 9.

Page 48: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

48

pemberitahuan belaka, akan tetapi yang terakhir ini hanya diberitahukan itu

berhubungan langsung dengan perihal pada akta itu.50

Pengertian Pasal 165 HIR

jo Pasal 285 Rbg memiliki pengertian dan kekuatan pembuktian akta autentik

sekaligus.

Pasal 1868 KUH Perdata mengatur tentang pengertian akta otentik, yang

berbunyi: “suatu akta autentik adalah suatu akta yang dalam bentuk yang

ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang

berkuasa untuk itu di tempat akta itu dibuat. Pengertian dalam Pasal 1868

KUHPerdata akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang

ditentukan undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang

berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuat”. Kekuatan pembuktian dari akta

itu dapat dibedakan menjadi tiga, antara lain :

1. Kekuatan pembuktian lahir (Uitendige Bewijskracth)

Yang dimaksud dengan kekuatan pembuktian lahir ialah suatu surat yang

kelihatannya seperti akta, harus diperlakukan sebagai akta, hingga dibuktikan

sebaliknya. Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian lahir, sesuai dengan

asas “acta publica probant seseipsa”, yaitu satu akta yang lahirnya tampak

sebagai akta otentik, serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, maka akta

tersebut harus dianggap sebagai akta otentik, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.

50

G.H.S. Lumban Tobing, 1999, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga,

Jakarta, hal. 42.

Page 49: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

49

Berbeda dengan akta otentik yang dibuat oleh pejabat yang berwenang,

tanda tangan pejabat itu merupakan jaminan otentisitas dari akta itu, oleh karena

itu memiliki kekuatan pembuktian lahir, sedangkan perjanjian di bawah tangan

tidak mempunyai kekuatan pembuktian lahir. Perjanjian di bawah tangan baru

berlaku sah, apabila yang menandantanganinya mengakui kebenaran dari tanda

tangannya tersebut, apabila tanda tangan telah diakui kebenarannya oleh yang

para pihak, barulah perjanjian tersebut berlaku sebagai alat bukti sempurna bagi

para pihak yang bersangkutan sesuai ketentuan Pasal 1875 KUH Perdata.

2. Kekuatan pembuktian formil (Formil Bewijskracth)

Kekuatan pembuktian formal didasarkan pada pejabat pembuat akta

menyatakan dalam tulisan itu bahwa ada yang dinyatakan dalam akta itu

sebagaimana telah dicantumkan di dalamnya.51

Pada ambtelijke akten, pejabat

yang berwenang membuat akta yang menerangkan apa yang dikonstatir dan

dituliskan dalam suatu akta, oleh pejabat tersebut merupakan suatu kepastian bagi

siapapun seperti mengenai tanggal pembuatan, tempat pembuatan akta dan

keterangan dalam akta itu. Sedangkan partij akten menyatakan apapun yang

tertulis diatas tanda tangan para pihak bagi siapapun telah pasti sesuai dengan

yang tertulis di atas tanda tangan para pihak tersebut.52

Kebenaran dari apa yang

diterangkan oleh para pihak itu pada hakikatnya hanya pasti antara mereka

sendiri. Akta di bawah tangan baru mempunyai kekuatan pembuktian formal, jika

tanda tangan di bawah akta itu diakui atau tidak disangkal kebenarannya. Dengan

diakuinya keaslian tanda tangan pada akta di bawah tangan, maka kekuatan

51

Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Op.cit, hal. 111. 52

Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Opcit hal 112

Page 50: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

50

pembuktian formal dari akta di bawah tangan itu sama dengan kekuatan

pembuktian formal dari akta otentik.

3. Kekuatan pembuktian materil (Materiele Bewijskracth).

Kekuatan pembuktian materil mengenai pemberian kepastian tentang

peristiwa bahwa pejabat dan para pihak melakukan seperti apa yang diterangkan

dalam akta, pembuktian materiil lebih menyangkut kepada pembuktian materi

suatu akta.53

Akta pejabat hanya membuktikan apa yang disaksikan, yakni yang

didengar, dilihat dan juga dilakukan sendiri oleh pejabat itu dalam menjalankan

jabatannya. Menurut undang-undang, Akta yang dibuat oleh para pihak sebagai

bukti yang sempurna bagi para pihak yang membuatnya dan pihak ketiga yang

mendapat hak darinya. Akta di bawah tangan, jika tanda tangan di dalam akta itu

tidak dimungkiri keasliannya sesuai dengan partij akten, yaitu akta tersebut

sebagai akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian materil bagi para pihak

yang menandatanganinya, ahli warisnya serta pihak ketiga sesuai dengan yang

ditentukan dalam Pasal 1875 KUH Perdata (Pasal 288 Rbg).

Perjanjian akad kredit yang dilakukan oleh koperasi adalah perjanjian baku

karena ditentukan oleh pihak koperasi sendiri.Sedangkan yang dimaksud Kontrak

baku adalah kontrak yang dibuat oleh salah satu pihak saja dan dalam bentuk

formulir yang berisikan klausula-klausula yang telah ditentukan oleh salah satu

pihak, pada umumnya para pihak hanya mengisi data-data informatif saja.Pihak

yang diberikan kontrak baku hanya dalam posisi take it or leave it tidak ada

53

Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Opcit hal 119

Page 51: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

51

kesempatan untuk bernegosiasi. Ciri perjanjian baku menurut Mariam Darus

Badrulzaman ialah:54

1. Terdorong oleh kebutuhannya debitur terpaksa menerima perjanjian itu

2. Bentuk tertentu (tertulis)

3. Masyarakat (debitur) sama sekali tidak ikut bersama-sama menentukan isi

perjanjian

4. Dipersiapkan secara massal dan kolektif.

5. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi (ekonominya)

kuat.

Pada asas Kebebasan berkontrak, para pihak dapat mengatur isi perjanjian

selama tidak dilarang oleh undang-undang, kepatutan dan yurisprudensi, dalam

kontrak tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Memenuhi syarat sebagai kontrak

Suatu kontrak untuk mengikat kedua belah pihak, syarat-syarat yang harus

dipenuhi antara lain :55

a. Syarat sah umum terdiri dari:

1. Pasal 1320 KUHPerdata mengenai Syarat sah umum ;

2. Syarat sah umum diluar Pasal 1338 dan 1339 KUHPerdata

b. Syarat sah yang khusus terdiri dari :

54

H. Salim, 2004, Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUH Perdata, Raja

Grafindo Persada, hal 22 55

Munir Fuady, 2007, Hukum Kontrak (Buku Kedua), Citra Aditya Bakti,

Bandung,hal 33-34

Page 52: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

52

1. Untuk kontrak tertentu diperlukan Syarat akta pejabat tertentu (yang bukan

notaris) ;

2. Syarat tertulis untuk kontrak-kontrak tertentu;

3. Syarat izin dari yang berwenang.

4. Syarat akta notaris untuk kontrak-kontrak tertentu;

2. Tidak dilarang oleh Undang-undang yaitu Tidak bertentangan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

3. Sesuai dengan kebiasaan yang berlaku

Ketentuan Pasal 1339 KUHPerdata menentukan pula bahwa suatu kontrak

tidak hanya mengikat terhadap isi dari kontrak tersebut, melainkan mengikat

dengan hal-hal yang merupakan kebiasaan.

4. Sepanjang kontrak tersebut dilaksanakan dengan itikad baik.

Menurut Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata suatu kontrak haruslah

dilaksanakan dengan itikad baik. Unsur itikad baik dalam Pasal 1338

KUHPerdata bukan merupakan syarat sahnya suatu kontrak tetapi disyaratkan

dalam pelaksanaan suatu kontrak, dengan adanya unsur itikad baik dalam suatu

kontrak sudah dapat dikatakan bahwa unsur dalam Pasal 1320 KUHPerdata

tentang klausa yang legal telah terpenuhi. Dapat dikatakan bahwa suatu kontrak

telah dibuat secara sah yaitu memenuhi syarat sahnya kontrak sesuai dengan Pasal

1320 KUHPerdata. Jika kontrak dalam pembuatannya telah dibuat dengan iktikad

baik oleh para pihak tetapi dalam pelaksanaan isi kontrak tersebut malah

merugikan pihak yang berkepentingan maka dapat dikatakan bahwa kontrak

tersebut telah dilaksanakan secara bertentangan dengan itikad baik.

Page 53: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

53

Seperti halnya perjanjian pinjaman yang bersifat konsensuil, karena

perjanjian itu lahir sejak adanya kata sepakat antara kedua belah pihak yaitu pihak

peminjam (koperasi) dan pihak anggota koperasi. Dengan adanya kata sepakat

tersebut maka perjanjian pinjaman mengikat kedua belah pihak, yaitu para pihak

tidak dapat membatalkan perjanjian pinjaman tanpa persetujuan pihak lainnya.

Apabila perjanjian pinjaman dibatalkan atau diputuskan secara sepihak maka

pihak yang lain dapat menuntut. Setelah uang yang menjadi objek yang

diperjanjikan tersebut telah diserahkan peminjaman dengan nyata kepada pihak

anggota koperasi. Pihak anggota koperasi harus atau mempunyai kewajiban untuk

mengembalikan pinjaman tepat waktu kepada pihak peminjaman sesuai dengan

kesepakatan yang ada dalam perjanjian. Selain bersifat konsensual perjanjian

pinjaman juga bersifat riil sebab harus diadakan penyerahan atau dengan kata lain

perjanjian tersebut baru dikatakan mengikat apabila telah dilakukan kesepakatan

kehendak dan telah dilakukan penyerahan sekaligus antara kedua belah pihak

yang membuat perjanjian itu.

Mariam Darus Badrulzaman mengatakan, “Asas konsensualisme yang

terdapat di dalam Pasal 1320 KUH Perdata berarti ada kemauan untuk saling

mengikatkan diri. Kemauan ini membangkitkan kepercayaan (vertrouwen) bahwa

perjanjian itu dipenuhi”. Asas konsensualisme mempunyai hubungan yang erat

dengan asas kebebasan berkontrak dan asas kekuatan mengikat yang terdapat

dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang menyatakan bahwa “Semua

persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya”. Selanjutnya menurut Mariam Darus Badrulzaman, “Asas

Page 54: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

54

kebebasan berkontrak berhubungan kebebasan menentukan apa dan dengan siapa

perjanjian itu diadakan. Perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus sesuai

dengan pasal 1320 KUHPerdata agar memiliki kekuatan mengikat bagi para

pihak.

2.1.2. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian Kredit

Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa

untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan syarat - syarat, yaitu :

a. Kesepakatan mereka yang mengikatan diri (agreement atau consensus).

Maksudnya adalah terjadinya persesuaian kehendak. Timbulnya kehendak

atau keinginan itu tidak didasarkan atas paksaan, kekhilafan, atau

penipuan dari salah satu pihak.

b. Kecakapan (Capacity).

Setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian apabila ia oleh Undang-

Undang tidak dinyatakan tidak cakap, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1329

KUHPerdata. Orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian sesuai dengan

amanat Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah :

1. Orang-orang yang belum dewasa

2. Mereka yang ditaruh dibawah Pengampuan

3. Orang perempuan yang sudah kawin.

Mengenai orang perempuan yang sudah kawin sebagaimana surat edaran

Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 3 Tahun 1963 telah dicabut dan sesuai dengan

pasal 31 ayat 2 Undang-Undang No.1 Tahun 1974, perempuan yang sudah kawin

Page 55: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

55

berhak untuk melakukan perbuatan hukum. Jadi yang tidak cakap menurut Pasal

1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sekarang hanyalah :

1. Orang yang belum dewasa dan ;

2. Yang ditaruh dibawah pengampuan

Orang belum dewasa dan yang ditaruh dibawah pengampuan apabila

melakukan perbuatan hukum harus diwakili oleh wali mereka. Menurut Pasal

1330 juncto Pasal 330 KUH Perdata bahwa usia dewasa adalah 21 tahun.

Sebaliknya terdapat juga pandangan bahwa usia dewasa adalah usia 18 tahun hal

ini berdasarkan rumusan pasal 47 juncto Pasal 50 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 yang menegaskan bahwa :

1. Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah

melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan orangtuanya

selama mereka tidak dicabut kekuasaanya.

2. Orangtua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum

didalam dan diluar pengadilan

Dalam Pasal 50 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Menyebutkan bahwa :

1. Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah

melangsungkan perkawinan, yang tidak berada dibawah kekuasaan

orangtua, berada dibawah kekuasaan wali.

2. Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta

bendanya.

c. Hal yang tertentu (certainty of term )

Hal yang menjadi objek perjanjian harus jelas atau paling tidak dapat

ditentukan jenisnya, sedangkan mengenai jumlahnya dapat tidak ditentukan pada

Page 56: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

56

waktu dibuat perjanjian dengan ketentuan bahwa nanti dapat dihitung atau

ditentukan jumlahnya (Pasal 1333 KUHPerdata). Kejelasan mengenai pokok

perjanjian atau objek perjanjian ialah untuk memungkinkan pelaksanaan hak dan

kewajiban pihak-pihak.

d. Sebab yang halal ( legality )

Dalam membuat suatu perjanjian, isi daripada perjanjian tersebut yang

menggambarkan suatu tujuan yang hendak dicapai oleh para pihak itu, harus

dibenarkan atau tidak bertentangan dengan Undang-Undang, ketertiban umum

dan kesusilaan.56

Keempat syarat tersebut diatas merupakan syarat pokok bagi setiap

perjanjian. Setiap perjanjian harus memenuhi keempat syarat ini apabila ingin

menjadi perjanjian yang sah. Selain itu terdapat juga syarat tambahan bagi

perjanjian tertentu saja, misalnya perjanjian perdamaian yang diharuskan dibuat

secara tertulis.57

Keempat syarat tersebut selanjutnya dalam doktrin ilmu hukum

yang berkembang digolongkan kedalam :

a. Unsur subjektif, menyangkut subjek (pihak) yang mengadakan perjanjian.

b. Unsur objektif, menyangkut objek daripada perjanjian.

Unsur subjektif mencakup adanya kesepakatan dari para pihak dan

kecakapan dari pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian. Sedangkan unsur

objektif meliputi keberadaan dari objek yang diperjanjikan dan causa dari objek

56

Zul Afdi Ardian dan An An Chandrawulan,1998, Hukum Perdata dan

Dagang, CV. Armico, Bandung, hal. 42. 57

Hardijan Rusli, 1993, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law,

Cetakan I, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, (Selanjutnya disebut Hardijan Rusli I),

hal. 132.

Page 57: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

57

berupa prestasi yang disepakati untuk dilaksanakan tersebut haruslah sesuatu yang

tidak dilarang oleh undang-undang.58

Perbedaan unsur-unsur atas syarat-syarat

sahnya perjanjian tersebut digunakan untuk mengetahui apakah perjanjian itu

batal demi hukum (voib ab initio) atau merupakan perjanjian yang dapat

dimintakan pembatalannya (voidable).59

Dalam hal unsur subjektif tidak dipenuhi, maka perjanjian tersebut dapat

dimintakan pembatalanya (voidable). Perjanjian itu sah atau mengikat selama

tidak dibatalakan (oleh hakim) oleh karena adanya permintaan pembatalan oleh

para pihak yang berkepentingan. Dalam hal syarat objektif tidak dipenuhi, maka

perjanjian tersebut batal demi hukum. Perjanjian yang batal demi hukum

merupakan perjanjian yang dari awal sudah batal, hal ini berarti tidak pernah ada

perjanjian tersebut. Sedangkan perjanjian yang dimintakan pembatalannya

(voidable) yaitu perjanjian yang dari awal berlaku tetapi perjanjian itu dapat

dimintakan pembatalannya dan apabila tidak dimintakan pembatalnnya maka

perjanjian itu tetap berlaku.

Dari syarat sahnya perjanjian kredit yang telah dikemukakan diatas maka

dapat disimpulkan unsur-unsur dari perjanjian kredit yakni unsur essensialia,

unsur naturalia dan unsur accidentalia. Unsur essensialia adalah unsur perjanjian

yang harus terdapat dalam perjanjian, tanpa adanya unsur ini maka suatu

perjanjian tidak mungkin lahir atau ada. Seperti kecakapan para pihak yang

58

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2003, Seri Hukum Perikatan

Yang Lahir Dari Perjanjian, Cetakan I, P.T. RajaGrafindo Persada, Jakarta,

( selanjutnya disingkat Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja II), hal. 91. 59

Hardijan Rusli I, Loc. Cit.

Page 58: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

58

mengikatkan diri dalam suatu perjanjian. Unsur naturalia adalah unsur didalam

perjanjian yang oleh undang-undang diatur tetapi oleh para pihak dapat

digantikan. Misalnya pembuatan perjanjian kredit dengan akta notariil tetapi

menggunakan akta dibawah tangan. Sedangkan unsur accidentalia adalah unsur

perjanjian yang ditambahkan oleh para pihak, hal ini tidak diatur oleh Undang-

Undang tetapi para pihak dapat menambahkan dalam perjanjiannya contohnya

dalam penyelesaian permasalahan akibat perjanjian untuk diselesaikan

dipengadilan negeri tertentu.60

Menurut Gatot Supramono, kredit perbankan dapat dilihat dari beberapa

segi antara lain :61

1. Segi Jangka Waktu, terdapat tiga jenis kredit yaitu :

a) Kredit jangka pendek (short term loan)

Adalah kredit yang berjangka lama satu tahun, bentuknya dapat berupa

rekening koran atau kredit modal kerja.

b) Kredit jangka menengah (medium term loan)

Adalah kredit yang diberikan bank untuk jangka waktu antara satu tahun

hingga tiga tahun. Bentuk dapat berupa kredit investasi jangka menengah.

c) Kredit jangka panjang (long term loan)

Kredit jangka panjang adalah kredit yang mempunyai jangka waktu

melebihi dari jangka menengah, biasanya berupa kredit investasi untuk

menambah modal perusahaan.

60

J.Satrio, 2000, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian,

Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 57. 61

Gatot Supramono, 2009, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan

di Bidang Yuridis, Rineka Cipta, Jakarta,hal 154

Page 59: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

59

2. Berdasarkan Penggunaanya, dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :

a) Kredit Modal Kerja

Adalah kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan

modal kerja dari suatu perusahan, yang disediakan dalam bentuk kredit

rekening Koran.

b) Kredit investasi

Adalah kredit jangka menengah dan panjang dalam rangka membiayai

pengadaan aktiva tetap suatu perusahaan untuk kepentingan penanaman modal

yang bersifat ekspansi modernisasi dan rehabilitasi perusahaan.

c) Kredit Konsumsi

Adalah kredit yang pengembaliannya tidak berdasarkan pada barang yang

dibeli melainkan penghasilan debitur.62

3. Berdasarkan sector perekonomian, dapat digolongkan menjadi enam

antara lain :

a) Kredit pertanian

b) Kredit perindustrian

c) Kredit pertambangan

d) Kredit ekspor import

e) Kredit koperasi

f) Kredit profesi

62

Badriyah Harun, 2010, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah,

Pustaka Yustisia, Yogyakarta, hal 5.

Page 60: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

60

4. Berdasarkan Penarikan dan pelunasan dapat digolongkan menjadi dua

antara lain :

a) Kredit Rekening Koran yaitu kredit yang dapat ditarik dan dilunasi setiap

saat, besarnya sesuai dengan kebutuhan, bunga dihitung dari penggunaan

kredit dan tidak dapat melebihi dari plafon kredit.

b) Kredit berjangka yaitu kredit yang sekaligus sebesar plafondnya,

pelunasanya dapat dilakukan setelah jangka waktu berakhir dengan cara

mengangsur atau mecicil sesuai yang telah disepakati.

5. Segi keberadaan jaminan

a) Secured loan, kredit yang dijamin dengan jaminan yang diikat

secara preferen

b) Unsecured loan, kredit yang tidak dijamin dengan jaminan yang

diikat secara preferen.

6. Segi bentuk kredit

a) Cash Loan, bentuk kredit dengan berupa uang tunai

b) Non cash loan, bentuk kredit tidak berupa dengan uang tunai tetapi

jaminan

c) Kombinasi, bentuk kredit berupa cash loan maupun non cash loan.

7. Mekanisme penandatanganan perjanjian kredit, dibagi menjadi empat

antara lain :

a) Bilateral, pemberian kredit yang dilakukan dengan perjanjian kredit

antara satu kreditor dengan satu debitur

Page 61: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

61

b) Sindikasi, pemberian kredit yang dilandasi perjanjian kredit antara

lebih dari satu kreditur dengan satu debitur.

c) Club deal, perjanjian kredit antara satu atau lebih kreditur dengan satu

debitur, dimana masing-masing kreditur dan debitur menandatangani

satu perjanjian kredit.

d) Cessie, pemberian kredit yang didasari pengambilalihan salah satu

piutang oleh debitur baru.

8. Golongan Ekonomi, dapat dibedakan menjadi dua antara lain :

a) Kredit golongan ekonomi lemah (Kredit Usaha Kecil)

b) Kredit golongan ekonomi menengah dan konglomerat(kredit yang

diberikan untuk usaha besar dan menengah.

9. Dari segi penerimaanya dapat dibedakan menjadi dua antara lain :

a) Perorangan

b) Korporat

Kredit merupakan salah satu jenis fasilitas yang diberikan koperasi simpan

pinjam kepada anggotanya untuk mengembangkan atau meningkatkan taraf hidup

anggota koperasi menjadi lebih baik. Menurut Arifin Sitio Jenis-jenis kredit pada

koperasi simpan pinjam antara lain :63

1. Kredit (Pinjaman) di Bawah Simpanan

Suatu fasilitas pinjaman atau kredit yang diberikan oleh koperasi simpan

pinjam dimana jumlah kredit yang diberikan adalah sebesar 90% nya dari

simpanan wajib calon nasabah tersebut. Penggunaan kredit (Pinjaman) di

63

Arifin Sitio, 2001, Koperasi Teori dan Praktik, Jakarta, hal.119.

Page 62: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

62

bawah simpanan biasanya digunakan untuk biaya sekolah, biaya hidup,

pembelian rumah, renovasi, biaya pengobatan dan lain-lain.

2. Kredit (Pinjaman di Atas Simpanan).

Fasilitas pinjaman atau kredit koperasi simpan pinjam, jumlah kredit yang

diberikan sebesar lima kali dari jumlah simpanan wajib calon nasabah tersebut

dengan harus menggunakan jaminan. Penggunaan kredit digunakan untuk

permodalan, pembelian, dan hal lain yang pengendaliannya cukup besar.

Koperasi dalam menjalankan usahanya memberikan Anggota koperasi yang

kekurangan modal pinjaman dari koperasi. Koperasi pada umumnya

memberikan kredit lunak kepada anggotanya. Kredit lunak artinya pinjaman

dengan bunga yang ringan. Uang pinjaman tersebut dapat dipergunakan oleh

anggota koperasi untuk mendukung usahanya.

Koperasi dalam menjalankan usahanya berbeda dengan badan usaha

lainnya. Tidak seperti badan usaha lain, koperasi memiliki karakteristik antara

lain:

1. Dalam koperasi yang lebih utama adalah anggota. Oleh sebab itu, setiap

anggota dianggap penting dalam koperasi Koperasi merupakan kumpulan

orang-orang, dan bukan kumpulan modal. Ini berbeda dengan badan usaha

yang lainnya. Bentuk usaha lainnya yang lebih dipentingkan adalah modal.

2. Tidak ada anggota koperasi yang lebih tinggi. Sebaliknya, tidak ada

anggota koperasi yang lebih rendah. Kedudukan anggota dalam koperasi

sederajat atau setara (sama tinggi). Dengan kesetaraan keanggotaan setiap

anggota koperasi mendapatkan perlakuan yang sama. Mereka bekerja

Page 63: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

63

bersama-sama dan melakukan tugas masing-masing dengan hak yang

sama.

3. Kegiatan koperasi Indonesia dilaksanakan atas kesadaran para

anggotanya, bukan karena paksaan. Kesadaran akan timbul dengan

sendirinya setalah merasakan keuntungan dari koperasi.

4. Tujuan Koperasi Indonesia adalah untuk meningkatkan kemakmuran para

anggotanya tujuan koperasi Indonesia merupakan kepentingan bersama

anggotanya.

Koperasi dalam menyalurkan dananya kepada masyarakat memiliki

tujuan yang berbeda dengan lembaga perbankan lainnya, dimana koperasi lebih

mengutamakan kesejahteraan anggotanya dan lebih mengedepankan pada

penyelesaian secara musyawarah mufakat.

2.1.3. Azas-Azas Perjanjian Kredit

Dalam hukum perjanjian, dikenal adanya beberapa azas penting yang

merupakan dasar kehendak masing-masing pihak di dalam mencapai tujuannya.

Azas-Azas tersebut antara lain :

a. Azas Kebebasan berkontrak (freedom of contract/ laissez faire)

Setiap orang bebas membuat perjanjian apa saja baik yang sudah diatur

atau belum oleh undang-undang, tetapi kebebasan itu dibatasi oleh tiga hal yaitu

tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum

dan kesusilaan.

Page 64: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

64

Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa

semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya.

Ketentuan Undang-Undang boleh tidak diikuti apabila pihak-pihak

mengkhendaki cara-cara tersendiri, tetapi apabila tidak ditentukan lain maka

ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

b. Azas Konsensualitas

Suatu perjanjian dianggap telah terjadi pada saat diperoleh kata sepakat

antara para pihak mengenai perjanjian. Sejak saat itu, perjanjian dianggap telah

mengikat dan mempunyai akibat hukum. Azas konsensualisme suatu perjanjian

walaupun dibuat secara lisan antara dua orang atau lebih telah mengikat, dan telah

melahirkan kewajiban bagi salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut,

segera setelah orang-orang tersebut mencapai kesepakatan (consensus), maka

perjanjian yang mengikat dan berlaku diantara para pihak tidak lagi membutuhkan

formalitas. Untuk menjaga kepentingan pihak debitur dibuat dalam bentuk-bentuk

formal atau dipersyaratkan adanya suatu tindakan nyata tertentu.

c. Azas Personalia

Pasal 1315 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur mengenai

azas Personalia yang menyatakan “pada umumnya tak seorang pun dapat

mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji selain

untuk dirinya sendiri”. Pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat oleh seseorang

Page 65: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

65

dalam kapasitasya sebagai individu (subjek hukum pribadi), hanya akan berlaku

dan mengikat untuk dirinya sendiri.64

Meskipun secara sederhana dikatakan bahwa ketentuan pasal 1315 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata menunjuk pada azas personalia, namun lebih

jauh dari itu, ketentuan Pasal 1315 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga

menunjuk kewenangan bertindak dari seseorang yang membuat dan atau

mengadakan suatu perjanjian. Dengan kapasitas kewenangan tersebut setiap

tindakan, perbuatan yang dilakukan oleh orang perorangan sebagai subjek hukum

pribadi yang mandiri, akan mengikat diri pribadi tersebut, dan dalam lapangan

perikatan, mengikat seluruh harta kekayaan yang dimliki olehnya secara pribadi.

d. Azas Obligator

Perjanjian yang dibuat para pihak baru dalam tahap menimbulkan hak dan

kewajiban saja dan belum memindahkan hak milik. Hak milik akan berpindah

apabila dilakukan dengan perjanjian kebendaan (zakelijke overeenkomst), yaitu

melalui upaya levering.65

2.1.4. Pihak-Pihak dalam Perjanjian Kredit

Pihak dalam perjanjian disebut sebagai subjek hukum. Subjek hukum

tersebut ada dua, yaitu :

a. Orang

b. Badan Hukum (Legal entity).

64

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja II, Seri Hukum Bisnis Jaminan

Fidusia, Rajawali, Jakarta, hal.15 65

Abdulkadir Muhammad I, Op. Cit, hal. 226

Page 66: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

66

Perjanjian hanya mengikat pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu

sendiri atau tidak mengikat pihak lain. Suatu perjanjian hanya meletakkan hak-

hak dan kewajiban-kewajiban antara para pihak yang membuatnya. Pihak yang

berkewajiban untuk melaksanakan prestasi disebut debitur sedangkan pihak yang

berhak atas pelaksanaan prestasi disebut kreditur. Sebagai pihak yang aktif,

kreditur dapat melakukan tindakan-tindakan debitur yang pasif yang tidak mau

memenuhi kewajibannya atau wanprestasi. Tindakan kreditur tersebut dapat

berupa memberi peringatan-peringatan atau menuntut di muka pengadilan dan

lain sebagainya.66

Dalam hal subjek hukum dalam perjanjian tersebut adalah badan hukum,

maka akan sangat berkaitan erat dengan kekuasaan (power) dari kapasitas

(capacity) badan hukum tersebut. Bila suatu badan hukum tidak mempunyai

kekuasaan untuk melakukan suatu perbuatan hukum, maka hal tersebut

menunjukkan bahwa badan hukum itu tidak berkapasitas untuk melakukan

perbuatan hukum. Kapasitas suatu perusahaan dibatasi dengan kekuasaan yang

terbatas atau ditentukan sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan dalam

anggaran dasarnya yang dibuat secara bebas dan seluas-luasnya agar dapat

mencakup semua perbuatan hukum.

Apabila masalah kapasitas dan kekuasaan telah terpenuhi, maka sekarang

tinggal masalah otoritas bertindak untuk dan atas nama perusahaan. Para ahli

hukum di Indonesia dahulu menyatakan, apabila subjek hukumnya adalah badan

66

Purwahid Parik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Cet I, Mandar Maju,

Bandung, 1994, hal.2.

Page 67: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

67

hukum (legal entity), biasanya menampilkan orang yang merupakan wakil dari

badan hukumnya.

2.2.Tinjauan Umum Tentang Jaminan Fidusia

2.2.1.Pengertian dan Dasar Hukum Fidusia

Undang-Undang Perbankan yang berlaku saat ini masih sangat

menekankan pada arti pentingnya collateral sebagai salah satu sumber pemberian

kredit dalam rangka pendistribusian dana nasabah yang terkumpul olehnya, serta

untuk menggerakkan roda perekonomian. Salah satu bentuk collateral yang

sangat dipertimbangkan adalah collateral dalam bentuk jaminan khusus diluar

dari jaminan yang berlaku umum menurut ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata.

Pranata jaminan yang ada dinegara kita dapat dibedakan kedalam :

1. Cara Terjadinya

a. Yang lahir karena undang-undang;

b. Yang lahir karena diperjanjikan;

2. Objeknya

a. Yang berobjek benda bergerak;

b. Yang berobjek benda tidak bergerak/benda tetap;atau;

c. Yang berobjek benda berupa tanah;

3. Sifatnya

a. Yang termasuk jaminan umum;

b. Yang termasuk jaminan khusus;

c. Yang bersifat kebendaan;

d. Yang bersifat perseorangan;

Page 68: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

68

4. Kewenangan menguasai benda jaminannya

a. Yang menguasai benda jaminannya;

b. Tanpa menguasai benda jaminannya;

Jaminan tambahan diperlukan kreditor untuk menjamin utangnya dapat

dilunasi oleh debitor. Jika disamping perikatan yang telah ada diantara kreditor

dan debitor tidak ada suatu perjanjian tambahan apapun maka sesuai dengan Pasal

1139 dan 1149 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata kreditor yang bersangkutan

bukanlah kreditor yang diistimewakan. Jika debitor lalai memenuhi kewajibannya

dan harta kekayaannya tidak mencukupi untuk melunasi semua hutangnya

terhadap beberapa kreditor, sesuai Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata kreditor yang demikian hanya memiliki hak atau berkedudukan sebagai

kreditur konkuren artinya semua kreditor mempunyai kedudukan yang sama

masing-masing memperoleh pembayaran yang proposional dengan besarnya

piutangnya masing-masing.67

Pelunasan yang dilakukan secara proposional dapat mengakibatkan

kreditor tidak memperoleh kembali seluruh piutangnya. Kondisi ini akan

merugikan kreditor, untuk memecahkan masalah tersebut, disamping adanya

jaminan yang bersifat umum, kreditor dapat mengadakan perjanjian tambahan

dengan debitor yang merupakan perjanjian jaminan khusus dengan menunjuk

barang tertentu baik yang merupakan milik debitor maupun pihak ketiga sebagai

jaminan pelunasan hutang. Dengan adanya perjanjian jaminan khusus kedudukan

kreditor tersebut berubah menjadi kreditor preferent yaitu jika debitor lalai

67

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2007, Jaminan Fidusia, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, hal.91.

Page 69: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

69

memenuhi kewajibannya, maka kreditor berhak menjual barang-barang yang

dijaminkan untuk melunasi hutang-hutanya tanpa perlu memperhatikan kreditor

lainnya.68

Istilah fidusia berasal dari bahasa Belanda, yaitu fiducie, sedangkan dalam

istilah Inggris disebut fiduciary transfer of ownership, yang artinya kepercayaan.

Dalam pelbagai literatur tentang fidusia istilah fidusia digunakan istilah fiduciare

eigendom overdracht tot zekerheid (FEO) yaitu penyerahan hak milik berdasarkan

atas kepercayaan.69

FEO atas benda bergerak berlaku dengan asas konkordansi di

Indonesia berdasarkan Yurisprudensi Arrest Hoggerechtshof (HGH) 18 Agustus

1932 dalam perkara Bataafsche Petroeum Maatschappij (BPM) – Pedro Clignett,

fidusia di sini sebagai hak kebendaan yaitu hak yang memberikan kekuasaan

langsung atas suatu benda dan berlaku terhadap setiap orang, terutama

memberikan hak preferensi kepada seorang Debitor di atas Debitor-Debitor

lainnya, hal ini disebabkan karena dalam Hukum Perdata sudah lama dianut suatu

sistem bahwa hak kebendaan terbatas jumlahnya dan hanya dapat diciptakan oleh

Undang-Undang, berlainan dengan suatu perikatan atau hak perseorangan yang

hanya memberikan hak-hak terhadap suatu pihak tertentu saja dan, yang tidak

dibatasi jumlahnya karena diserahkan kepada kebebasan para pihak. 70

Eksistensi perjanjian dengan jaminan fidusia, yang disusun dengan konsep

fidusia yang lama (fiduciare eigendom overdracht) tetap sah dan mengikat pada

68

Ibid 69

Salim H.S, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, hal 55. 70

R. Subekti, 1982, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut

Hukum Indonesia, Alumni,Bandung, Hal 75-76.

Page 70: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

70

kedua belah pihak yaitu antara kreditor dan Debitor, namun perjanjian itu tidak

lagi memberikan hak mendahului pada sang kreditor untuk mengambil pelunasan

terlebih dahulu dibanding kreditor lainnnya, menyebabkan kreditor hanya sebagai

kreditor konkuren lainnya. Sesuai asas kebebasan berkontrak para pihak bebas

mengikatkan diri selama syarat sahnya perjanjian terpenuhi.71

Asas Kebebasan

berkontrak dasar hukumnya adalah Pasal 1338 KUHPerdata yang tidak lain juga

mengandung asas Pacta Sunt Servanda atau disebut juga asas kepastian hukum

dimana hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat

oleh para pihak, selayaknya sebuah undangundang.72

Dasar eksistensi asas

kebebasan kontrak atau kebebasan berkontrak harus juga memenuhi Pasal 1320

KUHPerdata (syarat sahnya perjanjian) terutama Pasal 1320 angka 4 KUHPerdata

Juncto Pasal 1337 KUHPerdata, yakni perjanjian tidak dilarang oleh Undang-

Undang, Kesusilaan dan Ketertiban Umum.73

Adapun sahnya tiap perjanjian FEO

tidak perlu barang jaminan dipindahkan dari tangan Debitor ketangan kreditor dan

akta FEO dapat dibuktikan dengan akta notariil atau akta dibawah tangan.74

Pengertian Jaminan Fidusia Menurut Pasal 1 Angka (2) Undang-Undang

Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, adalah “hak

71

Jaminan dan Penagihan Hutang Fidusia, http://www. hukumonline.com,

diakses pada tanggal 14 Oktober 2013 72

Salim H.S, 2003, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak,

Sinar Grafika, Jakarta, hal 9-10. 73

Gunawan Widjaja, 2006, Memahami Prinsip Keterbukaan (Aanvullend

Recht) Dalam Hukum Perdata, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal 275. 74

H.A. Chalik dan Marhainis Abdul Hay, 1981 Beberapa Segi Hukum Di

Bidang Perkreditan, Badan Penerbitan Yayasan Pembinaan Keluarga UPN

Veteran, Jakarta, hal 80.

Page 71: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

71

jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud

dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak

tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996

tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia,

sebagai agunan bagi pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan

yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya” dan Pasal 1

angka (4) UUJF dikemukakan yang dimaksud benda adalah “segala sesuatu yang

dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud,

yang terdaftar maupun, yang bergerak maupun tidak bergerak yang tidak dapat

dibebani hak tanggungan atau hipotik”.

Pengertian fidusia Menurut A. Hamzah dan Senjun Manulang, yaitu Suatu

cara pengoperan hak milik dari pemiliknya (Debitur) berdasarkan adanya

perjanjian pokok (perjanjian utang piutang) kepada kreditur, akan tetapi yang

diserahkan hanya haknya saja secara juridische levering dan hanya dimiliki oleh

kreditor secara kepercayaan saja (sebagai jaminan utang Debitur), sedangkan

barangnya tetap dikuasai oleh Debitur, tetapi bukan lagi sebagai eigenaar

(penguasa benda untuk diri sendiri yang diperoleh secara sah) maupun bezitter

(penguasa benda untuk diri sendiri yang diperoleh secara cacat), melainkan hanya

sebagai detentor (penguasa benda untuk orang lain) atau hauder dan atas nama

kreditor eigenaar (definisi ini didasarkan konstruksi hukum adat, karena istilah

Page 72: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

72

yang digunakan adalah pengoperan,pengoperan diartikan sebagai suatu proses

atau cara mengalihkan hak milik kepada orang lain).75

Menurut Pendapat P.A. Stein, Fidusia merupakan alas hak untuk

melakukan perpindahan hak milik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 584

KUHPerdata namun demikian kemungkinan perpindahan hak tersebut semata-

mata hanya dimaksudkan sebagai pemberian jaminan, tanpa penyerahan nyata

dari barangnya dan perpindahan hak demikian tidak memberikan semua

akibatakibat hukum sebagaimana yang berlaku pada perpindahan hak milik yang

normal.76

Menurut R. Subekti, perkataan fidusia berarti ”secara kepercayaan”

ditujukan kepada kepercayaan yang diberikan secara timbal balik oleh salah satu

pihak kepada pihak lain, terlihat ditampakkan sebagai pemindahan milik,

sebenarnya ke dalam hanya merupakan suatu jaminan saja untuk suatu hutang.

Dari pengertian mengenai jaminan fidusia, Undang-Undang Jaminan

Fidusia sendiri tidak menyebutkan secara tegas asas-asas hukum jaminan fidusia,

Menurut Tan Kamelo terdapat 13 asas hukum jaminan fidusia antara lain :

1. kreditur penerima fidusia berkedudukan sebagai kreditur yang diutamakan

dari kreditur lainnya (Asas Preferensi).

2. Asas jaminan fidusia mengikuti benda menjadi objek jaminan fidusia

dalam tangan siapapun benda tersebut berada.

3. Asas jaminan fidusia ialah perjanjian ikutan dari perjanjian pokoknya yang

disebut perjanjian accesoir

4. Asas jaminan fidusia dapat dilekatkan utang yang baru akan

ada(kontinjen)

5. Asas jaminan fidusia dapat dibebankan atas bangunan atau rumah yang

terdapat diatas tanah milik orang lain (asas pemisahan horizontal).

6. Asas bahwa jaminan fidusia harus didaftarkan ke kantor pendaftaran

fidusia(asas publicitas)

75Salim H.S, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, hal56 76

Ibid, hal 56,60.

Page 73: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

73

7. Asas jaminan fidusia dibebankan terhadap benda yang akan ada.

8. Asas jaminan fidusia berisikan uraian detail terhadap subjek dan objek

jaminan fidusia

9. Asas benda yang dijadikan jaminan fidusia tidak dapat dimiliki oleh

penerima jaminan fidusia, walaupun hal tersebut telah diperjanjikan

sebelumnya.

10. Asas pemberi jaminan fidusia (debitur) memiliki kewenangan atas objek

jaminan fidusia. Kewenangan hukum tersebut wajib ada saat jaminan

fidusia didaftarkan.

11. Asas ektikad baik dari pemberi jaminan fidusia yang tetap menguasai

benda jaminan.

12. Asas hak prioritas terhadap kreditur penerima fidusia yang mendaftarkan

terlebih dahulu jaminan fidusia ke kantor pendaftaran fidusia.

13. Asas jaminan fidusia mudah dieksekusi dikarenakan sertifikat jaminan

fidusia mencantumkan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa” yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan putusan

pengadilan yang memiliki kekuatan hukum yang tetap.77

Salah satu jaminan khusus yang memberikan kedudukan yang diutamakan

adalah jaminan fidusia. Jaminan Fidusia sebelum berlakunya undang-undang

Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia sering disebut sebagai jaminan

penyerahan hak milik secara kepercayaan yang keberadaanya didasarkan pada

yurisprudensi berdasarkan keputusan Hooggerechtsh of (HGH). Pengaturan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia objek jaminan

fidusia meliputi benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan

benda tidak bergerak khususnya bangunan-bangunan hak-hak atas tanah yang

tidak dapat dibebani Hak Tanggungan. Apabila mengkaji perkembangan

yurisprudensi dan peraturan perundangundangan, yang menjadi dasar hukum

berlakunya fidusia adalah sebagai berikut:

77

Tan Kamelo, 2006, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang

Didambakan, Alumni, Bandung hal 161-170.

Page 74: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

74

1. Arrest Hoge Raad 1929, tertanggal 25 Januari 1929 tentang Bierbrouwerij

(negeri Belanda);

2. Arrest Hoggerechtshof 18 Agustus 1932 tentang BPM-Clynet Arrest

(Indonesia) dan;

3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.

Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan

Fidusia dan PP Nomor 36 tahun 2000 tentang Tata Cara Jaminan Pendaftaran

Fidusia Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia telah menghapus Pasal 1131-

1132 KUHPerdata berdasarkan asas Lex Posteriore Derogat Lex Priori (peraturan

yang berlaku kemudian membatalkan peraturan yang berlaku terlebih dahulu) dan

asas Lex Specialis Derogat Lex Generalis (peraturan yang bersifat khusus

membatalkan peraturan yang bersifat umum) apabila jenis dan hal yang diatur

adalah sama.

2.2.2. Subyek dan Obyek Jaminan Fidusia

Ruang Lingkup berlakunya undang-undang jaminan fidusia menurut Pasal

2 UUJF yang menyatakan bahwa “Undang-Undang ini berlaku terhadap setiap

perjanjian fidusia yang bertujuan untuk membebani jaminan fidusia”. Sedangkan

Yang dapat menjadi subyek atau para pihak dari jaminan fidusia adalah orang

perorangan atau korporasi.78

Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan fidusia

objek jaminan fidusia diberikan pengertian yang lebih luas antara lain :

1. Benda bergerak yang berwujud;

78

Djaja S. Meliala, 2007, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan

Hukum Perikatan, CV. Nuansa Aulia, Bandung, hal 67.

Page 75: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

75

2. Benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani hak tanggungan.

3. Benda bergerak yang tidak berwujud;

Dalam Pasal 1 Angka (4) UUJF diberikan batasan yang menjadi objek

Jaminan Fidusia antara lain:

a. Benda tersebut harus dapat dialihkan dan dimiliki secara hukum;

b. Benda berwujud dan benda tidak berwujud

c. Benda tidak bergerak yang tidak dijaminkan dengan Hak Tanggungan

(HT).

d. Benda yang sudah ada dan Benda yang akan ada

e. Hasil benda yang menjadi Obyek Fidusia

f. Klaim Asuransi dari Obyek Fidusia

g. Benda Persediaan (Inventory/Stock Perdagangan).79

Dalam ketentuan Pasal 3 UUJF menegaskan mengenai Undang-Undang

ini tidak berlaku terhadap :

1. Hak Tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang

peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas

benda-benda tersebut wajib didaftar.

2. Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20M atau

lebih;

3. Hipotek atas pesawat terbang dan;

4. Gadai.

Dalam penjelasan Pasal 3 huruf (a) dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia

menyatakan bahwa “berdasarkan ketentuan ini maka bangunan diatas tanah milik

orang lain yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan dapat dijadikan

objek jaminan fidusia”.

79

Arikanti Natakusumah, Pemahaman Terhadap Akta Perjanjian Kredit,

http://groups.google.co.id/group/NOTARISPPATINDONESIA/msg/fc6c894afef2

6e4b?dmode=ssource

Page 76: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

76

2.2.3.Sifat-sifat Jaminan Fidusia:

Undang-Undang Jaminan Fidusia menentukan sifat-sifat jaminan fidusia

antara lain :

a. Jaminan Fidusia memiliki sifat accessoir (ada tidaknya fidusia bergantung

dari ada tidaknya perjanjian pokok, misalnya perjanjian kredit)

Sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 UUJF yang menegaskan bahwa “jaminan

fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang

menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi”. Prestasi

sebagaimana dalam Pasal 1234 KUHPerdata berupa berbuat sesuatu, memberikan

sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Sifat accesoir dari jaminan fidusia

memberikan akibat hukum antara lain :

1. Jaminan fidusia menjadi hapus dengan sendirinya karena hukum,

apabila perjanjian pokoknya itu berakhir atau karena sebab lainnya

yang menyebabkan perjanjian pokoknya menjadi hapus.

2. Fidusia yang menjaminnya karena hukum beralih pula kepada

penerima fidusia yang baru dengan dialihkannya perjanjian pokoknya

kepada pihak lain;

3. Fidusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari atau selalu

melekat pada perjanjian pokoknya, karena itu hapusnya fidusia tidak

menyebabkan hapusnya perjanjian pokok.80

80

Rachmadi Usman II, Opcit, hal 165

Page 77: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

77

Sebagai suatu perjanjian yang bersifat accesoir, jaminan fidusia memiliki

sifat antara lain :

1. Sifat perjanjian ikutan terhadap perjanjian pokok;

2. Keabsahannya ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian pokok;

3. Sebagai perjanjian yang memiliki syarat, maka dapat dilaksanakan

apabila ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah

dipenuhi.81

b. Perjanjian fidusia merupakan perjanjian obligatoir

Sebagaimana keentuan dalam Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor

42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia jaminan fidusia merupakan agunan yang

bersifat kebendaan yang memberikan kedudukan yang diutamakan atau

didahulukan dari penerima fidusia (kreditur) lainnya. Sebagai hak kebendaan,

dengan sendirinya sifat dan ciri-ciri hak kebendaan melekat pada jaminan fidusia.

Oleh karena itu tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa jaminan fidusia hanya

merupakan perjanjian obligatoir yang melahirkan hak yang bersifat perseorangan

bagi kreditur.82

c. Jaminan Fidusia memberikan Hak Preferent (hak untuk didahulukan)

Pasal 27 dan 28 UUJF yang menyatakan bahwa :

1. Penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditur

lainnya;

2. Hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan

piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan

fidusia.

81

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani I, Loc.cit 82

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani I, Opcit, hal 131

Page 78: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

78

3. Hak yang didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena

adanya kepailitan dan atau likuidasi pemberi fidusia.

Pasal 28 UUJF menyebutkan bahwa “Apabila atas benda yang sama menjadi

objek jaminan fidusia lebih dari 1 (satu) perjanjian jaminan fidusia, maka hak

yang didahulukan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 27, diberikan kepada

pihak yang lebih dahulu mendaftarkan pada kantor pendaftaran fidusia”.

Penjelasan dari Pasal 27 dan 28 UUJF tersebut bahwa Penerima fidusia

merupakan kreditur yang memiliki kedudukan yang terkuat yang pelunasan

terhadap piutangnya harus dilakukan terlebih dahulu dibandingkan dengan

kreditur lainnya, sama halnya dengan pemegang gadai, hipotek dan hak

tanggungan.

d. Jaminan Fidusia memiliki sifat droit de suite (hak kebendaan senantiasa

mengikuti bendanya ditangan siapa saja benda itu berada (Pasal 27 ayat

(2) UUJF).

Berdasarkan sifast droit de suite pada fidusia maka hak kreditur tetap

mengikuti bendanya kedalam siapapun ia berpindah, termasuk terhadap pihak-

pihak ketiga pemilik baru, yang berkedudukan sebagai pihak ketiga pemberi

jaminan.83

Dalam ketentuan Pasal 20 UUJF dinyatakan bahwa “Jaminan fidusia

tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun

benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi

objek jaminan fidusia. Pengecualian prinsip droit de suite berlaku bagi semua

agunan yang dinyatakan sebagai benda persediaan. Undang-Undang tidak

83

Rachmadi Usman, Opcit, hal 166.

Page 79: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

79

mendefinisikan benda apa saja termasuk kategori benda persediaan. Bentuk

pembebanan fidusia tidak sesuai Undang-Undang terjadi karena kreditur merasa

kepentingannya terlindungi dengan pemblokiran bukti kepemilikan dan tanda

tangan kuitansi kosong oleh pemilik jaminan. Undang-Undang tidak mengatur

secara tegas dan tidak antisipatif terhadap kebutuhan praktis maka masih

ditemukan akta pembebanan tidak didaftar dan bentuk surat kuasa memberikan

jaminan fidusia. Undang-Undang seharusnya memberi definisi benda apa saja

termasuk benda persediaan, diatur hubungan antara instansi yang menangani bukti

kepemilikan suatu benda (seperti Kepolisian) dengan Kantor Pendaftaran Fidusia,

hendaknya Undang-Undang lebih tegas menentukan batas waktu pendaftaran dan

kemungkinan pengaturan bentuk Surat Kuasa Membebankan Jaminan Fidusia,

meniru Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan pada lembaga Hak

Tanggungan.

e. Fungsi Jaminan Fidusia adalah untuk menjamin utang yang sudah ada atau

yang akan ada dikemudian hari.

f. Pasal 11 ayat (1) UUJF mengatur Jaminan Fidusia memiliki kekuatan

eksekutorial.

g. Pasal 1, 2 UUJF menentukan Jaminan Fidusia mempunya sifat spesialitas

dan publisitas.

h. Pasal 1 angka (4) menentukan Objek jaminan fidusia berupa benda

bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, dan benda

tidak bergerak yang tidak dibebankan dengan Hak Tanggungan, serta

benda yang diperoleh dikemudian hari.

Page 80: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

80

2.2.4.Fungsi Pendaftaran Jaminan Fidusia

a. Kewajiban Pendaftaran Jaminan Fidusia

Sesuai dengan amanat Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999 Tentang Jaminan Fidusia yang menyatakan “Benda yang dibebani jaminan

fidusia wajib didaftarkan”. Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999 Tentang Jaminan Fidusia yang menyatakan : “dalam hal benda yang

dibebani dengan jaminan fidusia berada diluar wilayah Republik

Indonesia,kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tetap berlaku. Dari

ketentuan Pasal 11 UUJF tersebut agar pendaftaran benda yang dibebani dengan

jaminan fidusia, dan pendaftarannya mencakup benda, baik benda yang berada

didalam maupun diluar wilayah Negara Republik Indonesia untuk memenuhi asas

publisitas dan merupakan jaminan kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai

benda yang telah dibebani jaminan fidusia.

Tempat pendaftaran jaminan fidusia dinyatakan dalam Pasal 12 ayat (1)

UUJF yang menyatakan : “Pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 11 ayat (1) dilakukan pada kantor pendaftaran Fidusia”. Hal ini lebih

lanjut dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 12 UUJF yang menurut rencananya

secara bertahap dan sesuai keperluan dengan Keputusan Presiden disetiap ibukota

daerah kota atau kabupaten akan dibentuk Kantor pendaftaran Fidusia yang

diwilayah kerjanya meliputi daerah Kota atau daerah Kabupaten yang

bersangkutan. Menurut Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

untuk pertama kali, Kantor pendaftaran fidusia didirikan di Jakarta dengan

wilayah mencakup seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, sebelum dibentuk

Page 81: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

81

kantor-kantor pendaftaran fidusia lainnya. Penjelasan Pasal 12 tersebut

menegaskan bawa dalam hal kantor pendaftaran fidusia belum didirikan di tiap

daerah Kota/Kabupaten, maka wilayah kerja kantor pendaftaran fidusia di ibukota

Provinsi meliputi seluruh daerah Kota/Kabupaten yang berada di lingkungan

wilayahnya. Dalam Pasal 12 ayat (4) yang menyatakan : “ketentuan mengenai

pembentukan kantor pendaftaran jaminan fidusia untuk daerah lain dan penetapan

wilayah kerjanya diatur dengan keputusan Presiden”. Dalam rangka pembentukan

kantor pendaftaran fidusia didaerah lain dan sebagai tindak lanjut ketentuan

dalam Pasal 12 ayat (4) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, ditetapkan

Keputusan Presiden nomor 139 Tahun 2000 tentang Pembentukan kantor

pendaftaran fidusia disetiap ibukota Provinsi di wilayah Negara Republik

Indonesia yang menegaskan bahwa membentuk kantor pendaftaran fidusia

disetiap ibukota Provinsi di wilayah Negara Republik Indonesia, yang berada di

Kantor Wilayah Kementrian Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Mengenai kedudukan kantor pendaftaran fidusia, ketentuan dalam Pasal

12 ayat (3) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 menegaskan kantor

pendaftaran fidusia dalam lingkup tugas Kementrian Kehakiman. Penjelasan atas

pasal 12 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 menegaskan pula bahwa kantor

pendaftaran fidusia merupakan bagian dalam lingkungan Kementrian Kehakiman

bukan institusi yang mandiri atau unit pelaksana teknis84

84

Rachmadi Usman, Opcit, hal. 207

Page 82: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

82

b.Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia

Sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42

Tahun 1999 bahwa: “permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan oleh

penerima fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan

pendaftaran jaminan fidusia”. Maksud dari ketentuan Pasal 13 angka (1) UUJF

adalah pendaftaran jaminan fidusia dengan pengajuan surat permohonan kepada

kantor pendaftaran fidusia atau Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia,

dengan surat pernyataan pendaftaran fidusia.

Pelaksanaan pencatatan pendaftaran jaminan fidusia, Kantor pendaftaran

fidusia menyediakan buku daftar fidusia. Kewajiban menyediakan Buku daftar

fidusia bagi kantor pendaftaran fidusia ini, dinyatakan secara tegas dalam Pasal 13

angka (3) UUJF, bahwa jaminan fidusia dicatat di kantor pendaftaran fidusia

dalam suatu register khusus, yang dinamakan dengan buku daftar fidusia. Pejabat

pendaftaran jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia yang bersangkutan,

mencatat semua data yang berkaitan dengan pendaftaran jaminan fidusia tersebut

dalam buku daftar fidusia.

c. Fungsi Pendaftaran Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit

Pada Koperasi Di Denpasar

Bertalian dengan kewajiban pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana

yang diamanatkan dalam Pasal 11 angka (1) UUJF, yang menyatakan “benda

yang dibebani jaminan fidusia wajib didaftarkan”. Pendaftaran benda yang

dibebani jaminan fidusia dilakukan pada tempat pemberi fidusia dan

pendaftarannya mencakup benda, baik yang berada didalam maupun diluar

Page 83: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

83

wilayah Negara republik Indonesia untuk memenuhi asas publicitas dan jaminan

kepastian hukum terhadap kreditur lainnya mengena benda yang telah dibebani

jaminan fidusia. Tujuan dari pendaftaran jaminan fidusia antara lain :

1. Untuk Memberikan kepastian hukum kepada para pihak, terutama

terhadap kreditur lain mengenai benda yang telah dibebankan dengan

jaminan fidusia.

2. Melahirkan ikatan jaminan fidusia bagi kreditur (penerima fidusia);

3. Memberikan hak yang didahulukan preferen kepada kreditur terhadap

kreditur lainnya.

4. Memenuhi asas publicitas.85

Ketentuan Pasal 11 ayat (1) UUJF merupakan norma yang bersifat regulatif

atau mengatur yang harus dipatuhi karena kepastian hukum (legal certainty)

diperoleh dari dipatuhinya ketentuan yang telah ditetapkan dalam bentuk undang-

undang. Menurut H.L.A Hart “the most prominentgeneral feature of the law at all

time and places is that its existence means that certain kinds of human conduct

are no longer option, but in some sense obligatory.86

(sifat mengatur hukum yang

harus dipatuhi menyebabkan tuntutan berprilaku manusia pada situasi tertentu

bukan lagi merupakan pilihan melainkan menjadi suatu keharusan).

Tidak didaftarkannya jaminan fidusia pada koperasi di kota denpasar, maka

harapan dari pembentuk undang-undang untuk mampu memberikan kepastian

hukum tidak dapat terwujud oleh karena isi peraturan mengenai syarat

pendaftaran jaminan fidusia tersebut tidak dilaksanakan oleh koperasi di wilayah

kota denpasar. Dengan tidak adana pendaftaran jaminan fidusia maka tidak akan

mendapatkan sertifikat jaminan fidusia yang sama artinya bahwa jaminan fidusia

85

Rachmadi Usman II, Opcit, hal. 201 86

H.L.A Hart, 1972, The Concept of law, Claredon Press, Oxford, hal.6

Page 84: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

84

tidak pernah lahir (Pasal 14 angka (3) UUJF). Dengan tidak adanya sertifikat

jaminan fidusia menyebabkan koperasi hanya sebagi kreditur konkuren, tidak

memiliki hak yang didahulukan pembayaran terhadap kreditur lainnya,

sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 1132 KUH Perdata bahwa “kebendaan

tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan

kepadanya, pendapatan-pendapatan, penjualan benda-benda itu dibagi-bagi

menurut keseimbangannya yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing,

kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah ntuk

didahulukan”.

2.3.Tinjauan Umum Tentang Koperasi

2.3.1.Pengertian Koperasi

Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 33 ayat (1) menyatakan

bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas

asas kekeluargaan. Koperasi mempunyai peranan penting dalam

membantu masyarakat golongan menengah kebawah untuk dapat

meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Undang–undang Nomor 17 tahun

2012, memberikan definisi “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

orang–orang atau badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasar atas asas kekeluargaan”.

Koperasi terdapat unsur-unsur untuk golongan ekonomi lemah, kerjasama,

tidak mementingkan kepentingan diri sendiri dan adanya unsure demokrasi, yang

Page 85: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

85

dapat dilihat dari pernyataan imbalan jasa kepada aggota diberikan sesuai dengan

jasa jasa atau partisipasi anggota dalam perkumpulan. Menurut Dr Fay Koperasi

adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas

mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan

dari sendiri sedemikian rupa, masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya

sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka

terhadap organisasi. 87

Menurut R.M Margono Djojohadikoesoemo dalam bukunya berjudul “10

Tahun Koperasi,1941, yang mengatakan bahwa Koperasi adalah perkumpulan

manusia orang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk

memajukan ekonominya. Sedangkan menurut Prof. R.E. Soeriaatmadja (1957)

Koperasi adalah suatu badan usaha yang secara sukarela dimiliki dan dikendalikan

oleh anggota yang adalah juga pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan

untuk mereka atas dasar laba atau dasar biaya. Menurut Dr. G Mladenata

Didalam bukunya “Histoire des Doctrines Cooperative” mengemukakan bahwa

koperasi terdiri atas produsen produsen kecil yang tergabung secara sukarela

untuk mencapai tujuan bersama ,dengan saling bertukar jasa secara kolektif dan

menanggung resiko bersama dengan mengerjakan sumber sumber yang

disumbangkan oleh anggota. Definisi Koperasi menurut Dr. Muhammad

Hatta (1947) dalam bukunya “The Movement in Indonesia” koperasi adalah usaha

bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarka tolong

87Andjar Pachta dkk, 2008, Hukum Koperasi Indonesia, Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, Jakarta,hal.16

Page 86: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

86

menolong.88

Mereka didorong oleh keinginan memberi jasa pada kawan “ seorang

buat semua dan semua buat seorang” inilah yang dinamakan Auto Aktivitas

Golongan, terdiri dari:

a. Solidaritas

b. Individualitas

c. Menolong diri sendiri

d. Jujur

Koperasi adalah terdiri atas produsen-produsen kecil yang tergabung secara

sukarela untuk mencapai tujuan bersama dengan saling tukar jasa secara kolektif

dan menanggung resiko bersama dengan mengerjakan sumber-sumber yang

disumbangkan oleh anggota. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian pada Bab I Pasal 1, yang dimaksud dengan koperasi adalah

badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi

dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

2.3.2. Asas Koperasi

Bab IV Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 yang membahas masalah asas

dan sendi Dasar Koperasi, dimana dikatakan bahwa asas koperasi adalah kekeluargaan

dan kegotongroyongan.

1. Asas kekeluargaan

Asas ini mengandung makna adanya kesadaran dari hati nurani setiap anggota

koperasi untuk mengerjakan segala sesuatu dalam koperasi yang berguna untuk

88Andjar Pachta, Opcit, hal.19

Page 87: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

87

semua anggota koperasi itu. Jadi bukan untuk diri sendiri maupun beberapa

anggota saja dan juga bukan dari satu anggota melainkan mencakup semuanya.

Dengan asas yang bersifat seperti ini maka semua anggota akan mempunyai hak

dan kewajiban yang sama.

2. Asas Kegotongroyongan

Asas ini mengandung arti bahwa dalam berkoperasi harus memiliki toleransi,

sifat mau bekerja sama, dan sifat-sifat lainnya yang mengandung unsur kerja sama,

bukan orang perorangan. Rochdale atau lebih dikenal “The Rochdale Society of

Equitable Pioneers” terdaftar pada tanggal 24 Oktober 1844 dan memulai

usahanya pada tanggal 21 Desember 1844, cita-cita dari Rochdale Pionners, yang

dinyatakan sebagai perkumpulan kemudian dikenal sebagai asas Rochdale atau

Rochdale Principles, telah menghilhami cara kerja dari gerakan-gerakan koperasi

sedunia. Adapun Asas Rochdale tersebut adalah :

a. Pengendalian secara demokrasi (Democratic control)

b. Keanggotaan yang terbuka) (Open membership)

c. Bunga terbatas atas modal (Limited interest on capital)

d. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota proporsional dengan

pembeliannya.

e. Pembayaran secara tunai atas transanksi perdagangan.

f. Tidak boleh menjual barang-barang palsu

g. Mengadakan pendidikan bagi anggota-anggotanya tentang asas-asas

koperasi dan perdagangan yang saling membantu.

h. Netral dalam aliran agama dan politik.

Page 88: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

88

Mohammad Hatta dalam Alamanak Koperasi 1957-1958 membagi asas-asas

Rochdale tersebut dalam 2 bagian :

1. Dasar-dasar pokok :

a. Demokrasi koperatif, yang artinya bahwa kemudi (pengeloaan) dan

tanggung jawab adalah berada ditangan anggota sendiri.

b. Dasar persamaan hak suara

c. Tiap orang boleh menjadi anggota.

d. Demokrasi ekonomi, keuntungan dibagi kepada anggota menurut jasa-

jasanya.

e. Sebagian dari keuntungan diperuntukkan untuk pendidikan anggota.

Menurut Dr. Mohammad Hatta, untuk disebut koperasi, suatu organisasi itu

setidak-tidaknya harus melaksanakan 4 asas tersebut diatas.

2. Dasar-dasar moral :

a. Tidak boleh dijual dan dikedaikan barang-barang palsu.

b. Harga barang harus sama dengan harga pasar setempat.

c. Ukuran dan timbangan barang harus benar dan terjamin.

d. Jual beli dengan tunai. Kredit dilarang karena menggerakkan hati orang untuk

membeli diluar kemampuannya

2.3.3. Jenis Jenis Koperasi

Penjenisan koperasi dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor.12 tahun

1967, penjenisan koperasi didasarkan pada kebutuhan dari dan untuk efisiensi

suatu golongan dalam masyarakat yang homogen karena kesamaan

aktifitas/kepentingan ekonominya guna mencapai tujuan bersama. Untuk efisiensi

Page 89: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

89

dan ketertiban guna perkembangan dan kepentingan koperasi Indonesia di tiap

daerah kerja hanya terdapat 1 koperasi yang sejenis dan setingkat, secara hukum

keberadaan koperasi dapat dibenarkan karena Undang-Undang Nomor 19 tahun

1967 mengatakan penjenisan koperasi didasarkan pada kebutuhan dari dan untuk

efisiensi suatu golongan yang homogen karena mempunyai kesamaan dan

kepentingan ekonominya. Dalam Pasal 2 PP Nomor 60 tahun 1959 tentang

perkembangan gerakan koperasi yaitu :

1. pada dasarnya yang dimaksud dengan penjenisan koperasi adalah perbedaan

yang didasarkan pada golongan dan fungsi prinsip koperasi.

2. Penjenisan koperasi ditekan pada lapangan usaha atau atau tempat tinggal para

anggota.

3. Berdasarkan ketentuan poin diatas maka terdapat 7 jenis koperasi

didalam pasal 3 PP No. 60 tahun 1959

a. Koperasi desa

b. Koperasi pertanian

c. Koperasi pertenakan

d. Koperasi perikanan

e. Koperasi kerajinan/produksi

f. Koperasi simpan pinjam

g. Koperasi konsumsi89

89Andjar Pachta, Opcit, hal25

Page 90: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

90

Di dalam bukunya Dra. Ninik Widiyanti dan Y.W. Sunindhia (2003) yang

berjudul “Koperasi dan Prekonomian Indonesia” bahwa koperasi dapat dibagi

menjadi 5 antara lain :

1. Koperasi Konsumsi

Jenis koperasi yang menyediakan untuk kebutuhan sehari hari misalnya :

barang-barang pangan (beras, gula, minyak goreng, garam), barang-barang

sandang (kain, tekstil), maupun barang-barang lainnya seperti sabun, minyak

tanah maupun perabot rumah tangga Tujuan koperasi konsumsi ini agar para

anggota dapat membeli barang-barang dengan harga yang layak.

2. Koperasi Kredit/Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

Koperasi kredit ini didirikan untuk memberi kesempatan kepada para

anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dengan bunga yang

rendah. Kecuali itu kopersasi ini juga memberi kesempatan kepada anggotanya

untuk menyimpan uangnya secara bersama dan untuk dipinjamkan kembali

kepada anggota lainnya yang membutuhkan.Tujuan Koperasi Kredit/Simpan

Pinjam adalah :

a. Membantu keperluan kredit para anggotanya yang sangat membutuhkan

dengan syarat-syarat yang ringan.

b. Mendidik para anggota agar giat dalam menyimpan/menabung secara teratur

untuk membentuk modal sendiri.

c. Mendidik anggota untuk hidup hemat, dengan menyisihkan sebagian dari

pendapatan mereka.

d. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.

Page 91: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

91

3. Koperasi Produksi

Koperasi produksi yaitu koperasi yang bergerak dibidang ekonomi

pembuatan dan penjualan barang-barang yang dilakukan oleh Koperasi sebagai

organisasi maupun orang-orang anggota koperasi. Contohnya : Koperasi Peternak

Sapi Perah, Koperasi Tahu Tempe, Koperasi Pembuat Sepatu, Batik maupun

Koperasi Pertanian.

4. Koperasi Jasa

Koperasi jasa adalah Koperasi yang berusaha dibidang penyediaan jasa tertentu

bagi para anggotanya maupun masyarakat umum. Contonya : Koperasi Angkutan,

Koperasi jasa untuk mengurus SIM, STNK, Paspor dan lain-lain.

5. Koperasi Serba Usaha

Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang bidang usahanya bermacam-macam.

Misalnya, unit usaha simpan pinjam, unit pertokoan untuk melayani kebutuhan

sehari-hari anggota juga masyarakat, unit produksi, unit wartel.

2.3.4. Bentuk Koperasi

Dalam PP Nomor 60 Tahun 1959 (Pasal 13 Bab IV) dikatakan bahwa yang

dimaksud dengan bentuk koperasi ialah tingkat-tingkat koperasi yang didasarkan

pada cara-cara pemusatan, penggabungan dan perindukannya. Berdasarkan

ketentuan tersebut, maka terdapatlah 4 bentuk koperasi yaitu:

1. Primer.

2. Pusat

3. Gabungan.

4. Induk.

Page 92: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

92

Keberadaan dari masing-masing bentuk koperasi tersebut, disesuaikan

dengan wilayah administrasi pemerintahan, seperti tersebut dalam pasal 18 dari

PP 60 Nomor 59, yang menyatakan bahwa:

a. Di tiap-tiap desa ditumbuhkan koperasi desa.

b. Di tiap-tiap daerah tingkat II ditumbuhkan pusat koperasi.

c. Di tiap-tiap daerah tingkat I ditumbuhkan gabungan induk koperasi.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian

masih mengaitkan bentuk-bentuk koperasi itu dengan wilayah administrasi

pemerintahan (Pasal 16) tetapi tidak secara ekpresif mengatakan bahwa koperasi

pusat harus berada di ibukota kabupaten dan koperasi gabungan harus berada di

tingkat propinsi seperti yang tertera dalam PP Nomor 60 tahun 1959. Pasal 16

butir (1) Undang-undang No. 12 Tahun 67 hanya mengatakan daerah kerja

koperasi Indonesia pada dasarnya, didasarkan pada kesatuan wilayah administrasi

pemerintahan dengan memperhatikan kepentingan ekonomi.

2.3.5.Permodalan Koperasi

Pengertian modal dalam sebuah organisasi perusahaan termasuk badan

koperasi adalah sama, yaitu modal yang digunakan untuk menjalankan usaha.

Koperasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang mengumpulkan modal untu

modal usaha dan setiap orang mempunyai hak yang sama. Sumber - Sumber

Modal Koperasi antara lain :

1. Modal Dasar

Page 93: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

93

Tujuan utama mendirikan sebuah organisasi koperasi adalah untuk

mengakumulasikan potensi keuangan para pendiri dan anggotanya yang meskipun

pada awalnya berjumlah kecil tetapi tetap ada.

2. Modal Sendiri

a. Simpanan Pokok

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke dalam kas

koperasi oleh para pendiri atau anggota koperasi pada saat masuk menjadi

anggota. Simpanan pokok tidak dapat ditarik kembali oleh anggota koperasi

tersebut selama yang bersangkutan masih tercatat menjadi anggota koperasi.

b. Simpanan Wajib

Konsekwensi dari simpanan ini adalah harus dilakukan oleh semua anggota

koperasi yang dapat disesuaikan besar kecilnya dengan tujuan usaha koperasi dan

kebutuhan dana yang hendak dikumpulkan, arena itu akumulasi simpanan wajib

para anggota harus diarahkan mencapai jumlah tertentu agar dapat menunjang

kebutuhan dana yang akan digunakan menjalankan usaha koperasi.

c. Dana Cadangan

Dana cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian hasil

usaha yang tidak dibagikan kepad anggota; tujuannya adalah untuk memupuk

modal sendiri yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila koperasi

membutuhkan dana secara mendadak atau menutup kerugian dalam usaha.

d. Hibah

Hibah adalah bantuan, sumbangan atau pemberian cuma-cuma yang tidak

mengharapkan pengembalian atau pembalasan dalam bentuk apapun. Siapa pun

Page 94: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

94

dapat memberikan hibah kepada koperasi dalam bentuk apapun sepanjang

memiliki pengertian seperti itu; untuk menghindarkan koperasi menjadi

tergantung dengan pemberi hibah yang dapat mengganggu prinsip-prinsip dan

asas koperasi.

3. Modal Pinjaman

a. Pinjaman dari Anggota

Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan dengan

simpanan sukarela anggota. Kalau dalam simpanan sukarela, maka besar kecil

dari nilai yang disimpan tergantung dari kerelaan anggota. sebaliknya dalam

pinjaman, koperasi meminjam senilai uang atau yang dapat dinilai dengan uang

yang berasal dari anggota.

b. Pinjaman dari Koperasi Lain

Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh sesama

badan usaha koperasi untuk saling membantu dalam bidang kebutuhan modal.

Bentuk dan lingkup kerja sama yang dibuat bisa dalam lingkup yang luas atau

dalam lingkup yang sempit; tergantung dari kebutuhan modal yang diperlukan.

c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan

Pinjaman komersial dari lembaga keuangan untuk badan usaha koperasi

mendapat prioritas dalam persyaratan. Prioritas tersebut diberikan kepada

koperasi sebetulnya merupakan komitmen pemerintah dari negara-negara yang

bersangkutan untuk mengangkat kemampuan ekonomi rakyat khususnya usaha

koperasi.

Page 95: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

95

d. Obligasi dan Surat Utang

Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasi atau surat

utang kepada masyarakat investor untuk mencari dana segar dari masyarakat

umum diluar anggota koperasi. Mengenai persyaratan untuk menjual obligasi dan

surat utang tersebut diatur dalam ketentuan otoritas pasar modal yang ada.

e. Sumber Keuangan Lain

Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal dari

dana yang tidak sah dapat dijadikan tempat untuk meminjam modal.90

90Andjar Pachta,Opcit, hal.117

Page 96: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

96

BAB III

PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG

TIDAK DIDAFTARKAN OLEH KOPERASI DI DENPASAR

3.1. Perjanjian Kredit Pada Koperasi di Denpasar

Perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensual yang artinya dengan

ditandatanganinya perjanjian kredit antara debitur dan kreditur tidak

menyebabkan debitur langsung dapat mengambil kredit melainkan harus

memenuhi syarat-syarat penarikan terlebih dahulu (pengikatan dan penyerahan

barang jaminan). Perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok karena tanpa

adanya perjanjian pokok maka tidak terdapat perjanjian pengikatan jaminan.

Menurut H. Moh Tjoekam unsur-unsur kredit antara lain :

1. Waktu, yaitu ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasan.

2. Kepercayaan, merupakan dasar utama yang dijadikan pegangan oleh krditur

kepada debitur dalam pemberian kredit yaitu pihak kreditur memberikan kredit

kepada debitur dan dalam jangka waktu tertentu debitur akan

mengembalikannya sesuai kesepakatan yang telah dibuat diantara para pihak.

3. Penyerahan, yaitu pihak kreditur memberikan nilai ekonomi kepada debitur

yang harus dikembalikan setelah jangka waktu tertentu.

4. Resiko, yaitu adanya resiko yang timbul antara jarak saat memberikan dan

pengembalian kredit.

5. Perjanjian yang menyatakan antara kreditur dan debitur terdapat suatu

kesepakatan yang dibuktikan dengan suatu perjanjian.91

Mengingat pemberian kredit mengandung resiko maka pemberian kredit

harus dilandasi dengan kehati-hatian kreditur dalam pemberian kredit kepada

91

H. Moh Tjoekam, 1999, Perkreditan Inti Bisnis Bank Komersial, Gramedia

Pustaka Utama, hal.2-3

Page 97: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

97

debitur, prinsip-prinsip yang dipegang koperasi dalam pemberian kredit antara

lain :

a. Prinsip Kepercayaan

Dalam pemberian kredit dibarengi dengan kepercayaan dari kreditur

bahwa debitur akan mengembalikan kreditnya dalam jangka waktu tertentu yang

telah disepakati dan bermanfaatnya kredit bagi debitur

b. Prinsip Kehati-hatian

Prinsip ini merupakan salah satu wujud dari prinsip kepercayaan dalam

suatu pemberian kredit. Sebelum menyalurkan kredit, dilakukan beberapa

persyaratan dalam pemberian kredit, antara lain dengan melakukan pengumpulan

informasi, penilaian (analisis) kredit, keputusan kredit, pelaksanaan (pencairan)

kredit.92

Prinsip kehati-hatian sangat diperlukan terutama dalam hal penyaluran

kredit karena dana tersebut berasal dari masyarakat, Penerapan dalam pemberian

kredit harus dengan analisa yang mendalam dan akurat, perjanjian yang sah

menurut hukum, pengawasan yang baik dan pengikatan jaminan yang sesuai

dengan Undang-Undang.93

Prinsip kehati-hatian memiliki tujuan agar kredit

tersebut tidak macet dan dapat kembali dengan jangka waktu yang telah

diperjanjikan dalam perjanjian kredit. Jika kredit tersebut mengalami kendala

dengan tidak dibayar sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan, maka kredit

92

Muchdarsyah Sinungan, 1992, Manajemen Dana Bank, Bumi Aksara,

Jakarta, hal 240. 93

https://susansutardjo.wordpress.com/tag/pengawasan-koperasi, diunduh pada

tanggal 22 Agustus tahun 2013

Page 98: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

98

masuk dalam kriteria Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan (NPL).

Non Performing Loan (NPL) untuk unit koperasi hanya ada 4 (empat) yaitu :

1. Lancar (tidak ada tunggakan selama 3 kali)

2. Kurang Lancar (jika ada tunggakan sebanyak 4 sampai dengan 6 kali)

3. Diragukan (jika ada tunggakan sebanyak 7 sampai dengan. 9 kali)

4. Macet (jika memiliki tunggakan di atas 9 kali periode angsuran).

Penerapan prinsip kehati-hatian, memang tidak menjamin 100% tidak

akan timbul kredit macet (bermasalah), tapi setidaknya bisa meminimalisir

terjadinya kredit macet (bermasalah). 94

Lembaga keuangan termasuk koperasi memang sudah seharusnya

memiliki karakteristik kehati-hatian yang tinggi dan kesehatan koperasi yang

dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat pada para anggota

koperasi dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu koperasi tidak cukup jika hanya

berpedoman pada Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi. Koperasi

perlu upaya-upaya seperti pengawasan dalam penyelenggaraan organisasi dan

usaha Koperasi Simpan Pinjam (KSP) koperasi. Langkah tersebut dilakukan untuk

koperasi agar lebih memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit

sekaligus menjaga keberlangsungan koperasi yang bersangkutan. Peraturan dalam

koperasi seharusnya terdapat point penting untuk menjaga kesehatan dari koperasi

yaitu aturan mengenai pengawasan dan pengendalian koperasi baik dilakukan

secara internal maupun eksternal oleh badan pengawas maupun pemerintah.95

Prinsip kehati-hatian dalam koperasi simpan pinjam diatur berdasarkan

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik

Indonesia Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan

94

https://repository.usu.ac.id/Siagian, penerapan prinsip kehati-hatian dalam

pemberian kredit, diunduh pada tanggal 22 Agustus tahun 2013 95

https://susansutardjo. wordpress.com/tag/pengawasan-koperasi, diunduh

tanggal 22 Agustus 2013

Page 99: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

99

Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor

21/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi

Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, diterangkan dalam hal

menimbang butir a yang menyebutkan bahwa :

Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi merupakan

lembaga koperasi yang melakukan kegiatan usaha penghimpunan dan

penyaluran dana dari dan untuk anggota, calon anggota, koperasi lain dan

atau anggotanya yang perlu dikelola secara professional sesuai dengan

prinsip kehati-hatian dan kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit

Simpan Pinjam Koperasi, yang dapat meningkatkan kepercayaan dan

memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat

sekitarnya.

Prinsip kehati-hatian Koperasi tersebut ditegaskan dalam Pasal 2 Peraturan

Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 yang menyatakan bahwa : Pedoman

Penilaian Kesehatan KSP dan USP Koperasi bertujuan untuk memberikan

pedoman kepada pejabat penilai, gerakan koperasi dan masyarakat agar KSP dan

USP Koperasi dapat melakukan kegiatan usaha simpan pinjam, berdasarkan

prinsip koperasi secara professional, sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan

kesehatan, yang dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya.

c. Prisip 7P yaitu :

1. Personality

2. Purpose (Data tentang Penggunaan kredit)

3. Prospect (harapan masa datang bidang usaha kegiatan usaha peminjam)

4. Payment (bagaimana pembayaran kembali pinjaman)

Page 100: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

100

5. Party (mengklasifikasikan nasabah kedalam identifikasi atau golongan tertentu

berdasarkan moral,karakter dan loyalitas)

6. Profitability (menganalisis kemampuan nasabah mendapatkan laba diukur

perperiode).

7. Protection (Usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan).

d. Prinsip 5C antara lain :

1. Character (Watak)

2. Capacity (Kemampuan)

3. Capital (Modal)

4. Collateral (Agunan)

5. Condition of economic

Pada proses perjanjian pinjaman pada Koperasi, pihak Koperasi perlu

melakukan penilaian terhadap kemampuan anggota koperasi untuk

mengembalikan pinjaman atau melunasi pinjaman secara tepat waktu. Penerapan

prinsip kehati-hatian dalam memberikan pinjaman koperasi dimaksudkan untuk

menjaga stabilitas sistem keuangan dan melindungi koperasi serta anggota

koperasi sebagai penyimpan dana, Koperasi diharapkan senantiasa tetap berada

dalam kondisi yang sehat dan dapat memenuhi kewajibannya kepada anggota

koperasi penyimpan dana. Pemberian pinjaman dan melakukan usaha lainnya,

koperasi wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan kepentingan koperasi

itu sendiri dan anggota koperasi yang mempercayakan dananya kepada

Page 101: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

101

Koperasi.96

Jadi dalam menyalurkan suatu pinjaman kepada anggota koperasi,

Koperasi di Kota Denpasar harus memperhatikan aspek keamanan bagi

kembalinya pinjaman tersebut. Setelah pinjaman diberikan Koperasi perlu

melakukan pemantauan terhadap penggunaan dana peminjaman tersebut, serta

kemampuan dan kepatuhan anggota koperasi tersebut dalam memenuhi

kewajibannya. Menghindari adanya kendala dalam pengembalian suatu pinjaman

maka dalam perjanjian disebutkan bahwa Koperasi Denpasar selalu meminta

jaminan yang berguna untuk keamanan suatu dana pinjaman yang diberikan

Koperasi. Jaminan dapat dikatakan sebagai sarana dalam mengupayakan suatu

pencegahan atau merupakan upaya preventif dalam perjanjian pinjaman yang

sangat berisiko tinggi.

Dalam memberikan pinjaman, Koperasi di denpasar wajib mempunyai

keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan anggota koperasi untuk melunasi

hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Setiap permohonan pinjaman yang

diajukan oleh anggota koperasi, Koperasi senantiasa memperhatikan hal-hal yang

menyangkut keadaan internal koperasi dan keadaan anggota koperasi (peminjam).

Setelah Koperasi memperhatikan keadaan internalnya dan mampu menyediakan

dana untuk pemohon pinjaman, maka langkah selanjutnya adalah

mempertimbangkan permohonan pinjaman yang diajukan anggota koperasi. Hal-

hal yang perlu dipertimbangkan peminjaman di Koperasi di Denpasar adalah :

1. Pribadi peminjam;

96

Wawancara A.A.Ketut Nuraja, Ketua Koperasi Tunas Sari tanggal 21

Agustus 2013

Page 102: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

102

2. Usahanya;

3. Kemampuan dan kesanggupan membayar kembali pinjaman dan hal-hal

lain;

4. Jaminan pinjaman. 97

Koperasi di Kota Denpasar mempunyai pertimbangan tertentu dalam

memberikan pinjaman kepada anggota koperasi. Koperai umumnya berpikir dan

bertindak dalam memberikan pinjaman setelah menilai persyaratan kredit dengan

analisa 5 C yang dimiliki calon debitur (anggota koperaasi), yakni collaterals,

capitals, capacities, caracters dan condition of economics. Seorang anggota

koperasi yang hendak meminjam dana dapat dikabulkan permohonannya jika

memiliki jaminan atau agunan (collateral) yang nilainya melebihi dari jumlah

pinjaman. Pemberian kredit oleh koperasi tidak akan melebihi 70% dari agunan

pada saat uang pinjaman koperasi telah diterima oleh debitur, anggota koperasi

harus menyerahkan bukti kepemilikan agunan tersebut kepada Koperasi. Bila

terjadi kemacetan dalam pengembalian kredit, agunan tersebut dijadikan Koperasi

Wisuda Guna Raharja merupakan pembayaran atas utang-utang atau agunan

tersebut akan dijual kepada pihak lain untuk melunasinya. Koperasi akan

memberikan pinjaman kepada calon anggota koperasi yang memiliki modal

(capital) walaupun hanya sedikit dan bukan kepada anggota koperasi yang tidak

mempunyai modal sama sekali. Pinjaman yang diberikan kreditur berfungsi

sebagai tambahan modal untuk memperlancar kegiatan produktif yang

97

Wawancara dengan Bapak Ketut Landuh Kepala Operasional Kredit

Koperasi Tunas Sari Tanggal 21 Agustus 2013

Page 103: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

103

menyebabkan kegiatan tersebut semakin efektif dan efisien. Anggota koperasi

harus memiliki sejumlah dana yang dialokasikan secara khusus sebagai modal

awal bagi kegiatan produktif tersebut.

Kemampuan (capacities) anggota koperasi dalam memanfaatkan dan

mengembalikan pinjaman akan dinilai oleh koperasi yang akan menyalurkan

kredit. Koperasi menilai kemampuan calon anggota koperasi dengan menganalisis

kelayakan proposal yang anggota koperasi buat sewaktu mengajukan

permohonan. Bila anggota koperasi mengajukan pinjaman untuk usaha,

kemampuan anggota koperasi juga dinilai dari perjalanan usaha yang telah

anggota koperasi lakukan selama ini berdasarkan laporan keuangan yang anggota

koperasi miliki.

Koperasi juga akan menilai sifat-sifat (characters) anggota koperasi

dalam mengelola uang, kebiasaan dalam mengatur cash flow serta kejujuran,

kedisiplinan dalam membayar. Buku tabungan yang dimiliki oleh anggota

koperasi dapat pula sebagai sumber informasi bagi Koperasi dalam menilai sifat-

sifat anggota koperasi dalam mengelola uang. Hal yang tidak kalah pentingnya

adalah pertimbangan Koperasi terhadap kondisi ekonomi (condition of economic)

yang dihadapi oleh debitur. Kondisi ekonomi yang baik menyebabkan koperasi

memberikan kemudahan dalam pemberian kredit. Sebaliknya, kondisi ekonomi

yang sedang sulit mengakibatkan Koperasi agak ketat dalam memberikan

pinjaman kepada para anggota koperasi.98

98

Wawancara dengan staff kredit Koperasi Wisuda Guna Raharja tanggal 20

Agustus 2013

Page 104: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

104

Koperasi dapat dikatakan sebagai suatu lembaga keuangan memiliki

lapangan usaha dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Koperasi simpan pinjam sebagai salah satu jenis koperasi yang memiliki usaha

menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan simpan pinjam.

Kegiatan usaha simpan pinjam koperasi Tunas Sari dari dan untuk anggotanya

dan anggota koperasi lain. Dalam melakukan kegiatan usaha simpan pinjam

khususnya pinjaman terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh anggota.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh anggota untuk memperoleh

pinjaman antara lain :99

1. Menjadi anggota minimun 1 tahun;

Dalam hal keanggotaan, calon anggota dapat diterima sebagai anggota jika

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Bersedia menerima dan mematuhi anggaran dasar (AD)/anggaran rapat

anggota(ART) serta peraturan lainnya dilingkungan koperasi simpan

pinjam Tunas Sari ;

b. Mengisi formulir yang telah disediakan;

c. Mendapatkan rekomendasi sekurang-kurangnya 1(satu) orang anggota;

d. Melampirkan kartu tanda penduduk, kartu keluarga dan pas foto ukuran

3x4 sebanyak 2 lembar;

e. Wajib mengikuti pendidikan dasar koperasi;

f. Melunasi simpanan pokok, simpanan wajib, biaya administrasi, dan biaya

pendidikan dasar koperasi.

99

Wawancara A.A. Ketut Nuraja, SE, Ketua Koperasi Tunas Sari tanggal 21

Agustus 2013

Page 105: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

105

2. Mengisi formulir permohonan pinjaman;

3. Fotokopi kartu Tanda Penduduk (KTP) suami dan istri;

4. Fotocopy Kartu Keluarga (KK);

5. Slipgaji asli 3 bulan terakhir;

6. Jaminan;

Dalam hal ini, jaminan dapat berupa sertifikat tanah atau bukti pemilikan

kendaraan bermotor (BPKB). Jika jaminan yang diberikan adlah jaminan sertifikat

tanah maka harus menyertakan : fotocopy serifikat, SPPT/pajak tahun terakhir dan

ijin mendirikan bangunan (IMB). Jika jaminan yang diberikan adalah jaminan

berupa barang bergerak seperti sepeda motor dan mobil maka harus menyertakan :

fotocopy Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), fotocoy Surat Tanda

Nomor Kendaraan (STNK) dan cek fisik kendaraan.

7. Laporan keuangan 3 bulan terakhir bagi pengusaha.

Tatacara permohonan kredit dilakukan melalui beberapa tahapan, antara

lain tahap persiapan yang meliputi segala kegiatan untuk mengumpulkan

informasi mengenai data-data tentang calon anggota yang akan meminjam uang

yang berguna bagi penilaian kredit. Dalam menimbulkan kepercayaan Koperasi

kepada anggota, maka terlebih dahulu meneliti tentang keadaan dan diri dari

anggota yang akan meminjam uang. Pada umumnya untuk menjadi peminjam di

Koperasi, pemohon harus menjadi anggota koperasi terlebih dahulu. Nasabah dari

Koperasi Tunas Sari bahwa anggota koperasi memiliki kemudahan-kemudahan

dalam meminjam uang pada koperasi dibandingkan dengan lembaga perbankan

Page 106: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

106

lainnya dikarenakan koperasi bersifat kekeluargaan dan mengutamakan

kesejahteraan anggotanya.100

Anggota Koperasi yang ingin melakukan peminjaman di Koperasi, maka

yang bersangkutan harus mengajukan permohonan dalam bentuk pengisian

permohonan pinjaman yang memuat hal-hal yang diperlukan antara lain :

a. Nama, alamat, nomor telepon, dan pekerjaan dari pemohon, yang turut

menyetujui suami atau istri dari penjamin;

b. Jenis Pinjaman;

c. Jangka Waktu Pinjaman;

d. Tujuan Pinjaman atau jenis penggunaan pinjaman;

e. Fotocopy KTP suami atau istri, Kartu Keluarga, fotocopy jaminan, daftar

rincian gaji atau penghasilan 3 bulan terakhir.

Setelah mengisi permohonan pinjaman, anggota mengisi proposal pinjaman

yang didalamnya memuat :

a. Identitas calon peminjam (nama, alamat, nomor telepon, pekerjaan, alamat

kantor, status keanggotaan, status peminjam, status perkawinan, status

tempat tinggal, tanggungan dalam keluarga);

b. Informasi dasar (jumlah pinjaman, jangka waktu pinjaman, tujuan

pinjaman, kemampuan membayar perbulan, fasilitas pinjaman atau kredit

yang diperoleh dari pihak lain);

100

Wawancara A.A.Putu Hestiani (Anggota Koperasi Tunas Sari), Wawancara

8 Agustus 2013

Page 107: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

107

c. Aspek keuangan (total penghasilan, total biaya pengeluaran, saldo sisa

penghasilan yang telah dikurangi oleh biaya pengeluaran).101

d. Apabila anggota ingin mengajukan permohonan pinjaman, maka si

pemohon dapat mengajukan permohonan pinjaman secaraa tertulis yang

telah dilengkapi dengan syarat-syarat sesuai dengan tujuan pinjaman itu

sendiri ke bagian pinjaman. Bagian pinjaman mencatatnya dalam dalam

buku administrasi pengajuan permohonan pinjaman. Sebagai bukti, bagian

pinjaman melaksanakan analisis keuangan dan survei jaminan. Adapun

jaminan yang dapat dijaminkan di koperasi berupa jaminan barang tidak

bergerak seperti tanah dan rumah dan jaminan barang bergerak seperti

kendaraan bermotor dan mobil.

Berdasarkan hasil analisa keuangan dan survei, maka bagian

pinjaman dapat menentukan layak atau tidaknya pemohon memperoleh

pinjaman. Bagi mereka yang tidak layak mendapat bantuan pinjaman,

bagian pinjaman melalui komunikasi via telepon dengan bahasa yang

membuat pemohon tidak tersinggung atas penolakannya. Bagi

permohonan pinjaman yang layak mendapat bantuan pinjaman, hasil

analisa keuangan dan survei diajukan kepengurus, setelah mendapat

persetujuan dari pengurus proses dilanjutkan ke bagian administrasi.

Setelah proses administrasi selesai, bagian peminjam mengundang

peminjam untuk menandatangani perjanjian pinjaman. Setelah perjanjian

101

Wawancara A.A.Ketut Nuraja (Ketua Koperasi Tunas Sari), wawancara

pada tanggal 18 April 2013

Page 108: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

108

ditandatangani maka dana baru dapat dicairkan. Pada Koperasi Tunas Sari

pemberian pinjaman paling sedikit sebesar Rp. 500.000,00 dengan

jaminan buku tabungan dan pinjaman paling banyak sebesar

Rp.15.000.000,00. Besarnya pinjaman ditentukan oleh kemampuan

membayar debitur untuk mengembalikan.102

Dari hasil wawancara dengan informan pada koperasi denpasar, menurut

penulis, Walaupun undang-undang menjamin kebebasan berkontrak bagi para

pihak namun dalam praktek, dalam pembuatan perjanjian pinjaman, kedudukan

para pihak umumnya tidak seimbang dimana kedudukan anggota koperasi lebih

lemah dibandingkan kedudukan peminjam sebagai pemilik dana. Pada Koperasi

juga menerapkan prinsip 5 C dalam pemberian kredit hal ini merupakan kehati-

hatian dari pihak koperasi agar tidak terjadi permasalahan dikemudian hari yang

dapat merugikan Koperasi.

3.2 Perjanjian Kredit dengan Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan

Kebutuhan dana oleh masyarakat adalah untuk memenuhi berbagai

kebutuhan sehari-hari baik untuk kebutuhan konsumtif maupun diberbagai bidang

lainnya. Dari sinilah timbul perjanjian kredit untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat yang kekurangan dana.

Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja melalui

perjanjian utang piutang antara kreditur dengan debitur. Dengan adanya perjanjian

102

Wawancara Sebastianus Hayong (Ketua Koperasi Wisuda Guna Raharja),

wawancara pada tanggal 13 April 2013

Page 109: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

109

utang piutang tersebut menimbulkan hak dan kewajiban dari masing-masing

pihak. Pihak kreditur lahir kewajiban untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan

kepada debitur dan debitur lair kewajiban untuk mengembalikan uang tersebut

tepat pada waktunya disertai dengan bunga yang telah disepakati.

Dalam Pasal 1 Angka (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan menyebutkan bahwa : “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan

yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga”. Sedangkan dalam Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata dikatakan mengenai perjanjian pinjam meminjam adalah persetujuan

dengan mana pihak kesatu meberikan kepada pihak lain suatu jumlah tertentu

barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak

yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan

keadaan yang sama pula”.

Pada prinsipnya pemberian kredit koperasi mengandung empat unsur

yaitu :

1. Kepercayaan

2. Waktu

3. Degree of risk

4. Prestasi atau objek kredit.

Pada Koperasi di denpasar meminjam dana dapat dilakukan apabila debitur

adalah anggota koperasi, dikarenakan koperasi sendiri lebih mengutamakan

Page 110: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

110

kesejahteraan anggotanya. Dalam pemberian kredit koperasi untuk mengurangi

resiko dalam pemberian kredit selalu diikuti dengan pemberian jaminan oleh

debitur, sebagai jaminan bahwa debitur akan membayar hutang-hutangnya.

Jaminan berasal dari kata jamin yang berarti tanggung. Dalam hal ini yang

dimaksud tanggungan adalah segala perikatan seseorang. Tanggungan atas segala

perikatan seseorang disebut sebagai jaminan secara umum sedangkan tanggungan

atas perikatan tertentu dari seseorang disebut jaminan secara khusus.103

Pengaturan umum tentang jaminan datur dalam ketentuan Pasal 1131 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata dimana ditentukan bahwa segala kebendaan

pihak yang berutang (debitur) baik yang bergerak mapun tidak bergerak, baik

yang sudah ada maupun baru akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan

untuk segala perikatan perseorangan. Jaminan menurut Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang Perbankan diberi arti sebagai keyakinan akan iktikad baik

dari debitur untuk melunasi hutangnya dan kemampuan serta kesanggupan

mengembalikan pinjamannya sesuai dengan yang diperjanjikan.104

Barang-barang yang diterima kreditur sebagai jaminan harus diikat secara

yuridis, kegunaan jaminan antara lain :

1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada kreditur apabila debitur cidera

janji tidak membayar kembali utangnya pada waktu yang diperjanjikan

2. Membuat debitur berperan dalam mengurus usahanya, untuk merugikan

diri sendiri dapat diperkecil terjadinya.

103

Oey Hoey Tiong, 1984, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan,

Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.14 104

Rachmadi Usman, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.282

Page 111: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

111

3. Memberikan dorongan kepada debitur untuk melakukan pembayaran

utangnya sesuai dengan perjanjian dan untuk agar debitur tidak

kehilangan kekayaan yang dijaminkan.105

Menurut sifatnya ada jaminan yang bersifat umum yaitu jaminan dalam Pasal

1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan jaminan yang bersifat khusus

yaitu jaminan atas pelunasan kewajiban hutang debitur kepada kreditur. Jaminan

khusus timbul karena adanya perjanjian khusus antara debitur dan kreditur yaitu :

1. Jaminan Perorangan merupakan perjanjian antara seorang berpiutang

(kreditur) dengan pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-

kewajiban si berhutang (debitur).

2. Jaminan kebendaan adalah suatu bagian dari kekayaan seseorang, si

pemberi jaminan dan menyediakannya guna pemenuhan (pembayaran)

kewajiban (hutang) seseorang debitur, baik berupa kekayaan si debitur

sendiri atau kekayaan kekayaan orang ketiga.

Salah bentuk jaminan khusus dalam pemberian kredit koperasi adalah jaminan

fidusia. Jaminan fidusia merupakan hak kebendaan yang memberikan jaminan

pelunasan (pembayaran) utang debitur kepada kreditur. Utang debitur kepada

kreditur dimaksud bisa teradi karena perjanjian maupun undang-undang yang

berupa :

1. Utang yang telah ada;

105

Thomas Suyatno, 1998, Dasar-Dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta hal 88

Page 112: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

112

2. Utang yang timbul dikemudian hari telah diperjanjikan oleh para pihak

dalam jumlah tertentu;

3. Utang saat dieksekusi dapat ditentukan jumlahnya berdasarkan perjanjian

pokok yang menimbulkan kewajiban memenuhi suatu prestasi.106

Pembebanan jaminan fidusia secara operasional dilakukan dengan dua tahap

yaitu tahap pertama pemberian jaminan fidusia dan tahap kedua pendaftaran

jaminan fidusia. Tahap pemberian jaminan fidusia dituangkan dalam bentuk akta

notaris sesuai dengan amanat Pasal 5 ayat (1) UUJF. Sedangkan untuk tahap

pendaftaran jaminan fidusia sesuai dengan amanat Pasal 11 UUJF. Dalam praktek

pemberian kredit dikoperasi tidak melakukan pendaftaran jaminan fidusia

mengingat jumlah pinjaman yang diberikan oleh koperasi tidak besar dan anggota

koperasi tidak mau mendaftarkan jaminan fidusia tersebut karena akan

membutuhkan biaya lagi yang menyebabkan jumlah pinjaman dari anggota

koperasi berkurang. Hal ini tidak sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pasal 3

Undang Undang Perkoperasian yaitu koperasi bertujuan memajukan koperasi

dengan tujuan mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya serta ikut menyelaraskan pembangunan ekonomi nasional dalam

mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.107

Persetujuan antara debitur dengan kreditur atas pemberian kredit yang

diberikan oleh pihak kreditur (koperasi) dengan jaminan fidusia telah disepakati

oleh kedua belah pihak, maka debitur harus menyerahkan surat asli dan fotokopi

106

Ridwan Syahrani, Opcit, hal.149-150 107

Wawancara Bapak Agung, Kepala Bagian Kredit Koperasi Pemogan,19

April 2013

Page 113: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

113

benda yang dijadikan jaminan fidusia berupa BPKB, STNK kepada pihak

kreditur.108

Menurut hemat penulis, jika melihat dari aspek yuridis kewenangan

dari penerima fidusia (koperasi) untuk memproteksi dirinya dengan mendaftarkan

jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia untuk memperoleh sertifikat

fidusia yang dapat memiliki hak preferent dibandingkan dengan kreditur lainnya

dan memiliki kekuatan eksekutorial dalam mengeksekusi jaminan fidusia apabila

terjadi wanprestasi, pendaftaran jaminan fidusia adalah untuk melindungi hak-hak

dari kreditur (koperasi)

3.3.Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Jaminan Fidusia Yang tidak

Didaftarkan Oleh Koperasi Di Denpasar

Jaminan Fidusia merupakan hak jaminan atas benda bergerak baik yang

berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya

bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan. Jaminan fidusia sangat

populer dalam bidang perbankan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang

tidak dapat dilepaskan dari masalah perkreditan, hal ini dikarenakan objek

jaminan hutang secara fisik masih tetap dalam penguasaan Debitur.

Fungsi pendaftaran fidusia bagi masyarakat khususnya untuk memberikan

kepastian dan perlindungan hukum dalam hal pelunasan hutang bagi kepentingan

kreditur. Sedangkan penerima fidusia yang mendaftarkan jaminan fidusia di

kantor Pendaftaran Fidusia mendapatkan hak yang sudah diberikan Undang-

undang yakni memiliki kekuatan eksekutorial yang legal apabila terjadi

108

Wawancara Responden Yulia Rahadyanti Pada Koperasi Wisuda Guna

Raharja, tanggal 8 Agustus 2013

Page 114: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

114

wanprestasi. Oleh sebab itu kreditur harus jeli dan sungguh-sungguh dalam

memanfaatkan lembaga pendaftaran yang telah disediakan dan diatur didalam

Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Adanya

kewajiban untuk mendaftarkan fidusia sesuai dengan yang diatur pada Pasal 11

ayat (1) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, tetapi

dalam praktek yang terjadi di masyarakat banyak jaminan fidusia yang tidak

didaftarkan.

Perjanjian kredit dengan jaminan fidusia tidak didaftarkan lagi oleh koperasi

ke Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia dikarenakan peminjam kredit

adalah anggota koperasi sendiri, anggota koperasi tidak mau mendaftarkan

jaminan fidusia tersebut karena koperasi adalah milik mereka juga. Selain itu

biaya pendaftaran memberatkan debitur, dikarenakan debitur sendiri biasanya

sudah kena potongan-potongan dalam meminjam kredit, seperti pemotongan

provisi, biaya administrasi dan lainnya. Selain itu Undang-Undang terkait jaminan

Fidusia perlu disosialisasikan kepada koperasi-koperasi agar masyarakat

mengetahui pentingnya pendaftaran jaminan fidusia.109

Jaminan fidusia tidak

didaftarkan lagi oleh koperasi di kantor departemen hukum dan hak asasi manusia

dikarenakan dana yang disalurkan oleh koperasi adalah untuk anggota, dengan

lingkup wilayah yang sudah jelas, mengetahui anggota koperasinya dengan sangat

baik dan apabila terjadi permasalahan dapat diselesaikan dengan kekeluargaan. 110

109

Wawancara dengan Bapak A.A Made Subur (Kepala Bagian Kredit

Koperasi Pemogan), tanggal 8 Mei 2013 110

Wawancara Bapak I Dewa Bagus Putu Budha, SE (Ketua Koperasi

Pemogan), tanggal 8 Mei 2013

Page 115: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

115

Selain itu Faktor tidak efektifnya pendaftaran fidusia lainnya ialah masalah

lamanya waktu pengurusan. Kreditur-kreditur banyak yang mengeluhkan bahwa

pelaksanaan pengurusan pendaftaran fidusia tersebut memerlukan waktu yang

lama. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya ialah kurang lebih 3

Bulan, waktu-waktu tersebut meliputi waktu yang diperlukan untuk

menandatangani akta, pembuatan akta, pendaftaran akta dan menunggu hasil

pendaftaran akta yaitu terbitnya sertifikat fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia.

dikarenakan hambatan-hambatan dalam pendaftaran fidusia berasal dari faktor

ekstern pihak koperasi oleh karena itu koperasi lebih memilih perjanjian fidusia

dibawah tangan yang lebih mudah, cepat, dan tidak memerlukan biaya tinggi

daripada melaksanakan pendaftaran fidusia sebagaimana yang ditentukan didalam

Pasal 11 ayat 1 Undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia111

,

tetapi dengan pembaharuan sistem dalam pendaftaran jaminan fidusia yang

dilakukan secara online seharusnya faktor mengenai lamanya waktu pengurusan

tidak lagi menjadi kendala dalam pendaftaran jaminan fidusia.

Faktor tidak efektifnya pendaftaran jaminan fidusia dikarenakan tidak ada

batas waktu masa berlaku akta jaminan fidusia yang harus didaftarkan,

menimbulkan persepsi bahwa jaminan fidusia baru akan didaftarkan apabila

terdapat permasalahan kredit yang dialami oleh koperasi. Hal ini berbeda dengan

SKMHT yang memiliki jangka waktu untuk pembebananya.112

, dari hasil

penelitian di koperasi hal ini sesuai dengan hipotesis yang pertama yaitu koperasi

111

Wawancara Bapak A.A. Ketut Nuraja (Ketua Koperasi Tunas Sari),

Tanggal 9 Juni 2013 112

Wawancara A.A. Ketut Nuraja (Ketua Koperasi Tunas Sari), tanggal 27

juni 2013

Page 116: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

116

tidak mendaftarkan jaminan fidusia dalam perjanjian kredit dikarenakan faktor

faktor yaitu memerlukan biaya yang memberatkan debitur yang rata-rata berasal

dari golongan kecil dan menengah, pihak koperasi tidak mendaftarkan jaminan

fidusia tersebut.

Melihat efektif atau tidaknya suatu jaminan fidusia didaftarkan pada

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia digunakan teori efektivitas hukum.

Efektifitas hukum dapat diketahui jika suatu kaidah hukum berpengaruh

mengatur sikap atau tindak perilaku masyarakat sesuai dengan tujuan hukum

tersebut. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat dua faktor

yang menyebabkan pendaftaran jaminan fidusia tidak dilakukan oleh koperasi

yakni faktor internal dan faktor eksternal koperasi. Dalam Faktor internal

dikarenakan pihak koperasi kurang mengetahui mengenai pentingnya pendaftaran

jaminan fidusia karena pihak koperasi hanya menyerahkan pada Notaris untuk

dibuatkan akta jaminan fidusia tetapi tidak didaftarkan pada kantor pendaftaran

jaminan fidusia. Faktor eksternal yang mempengaruhi tidak didaftarkannya

jaminan fidusia oleh koperasi antara lain :

1. Faktor Masyarakat.

Salah satu tujuan hukum adalah untuk menciptakan kedamaian dalam

masyarakat, dan penegakan hukum berasal dari masyarakat. Oleh karena itu,

maka masyarakat turut mempengaruhi penegakan hukum tersebut. Sedangkan

fidusia sendiri lahir karena kebutuhan masyarakat. Fidusia adalah lembaga yang

berasal dari sistem hukum perdata barat yang eksistensi dan perkembangannya

selalu dikaitkan dengan civil law. Dalam menanggapi kehadiran lembaga fidusia

Page 117: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

117

pada saat itu, ada 3 hal yang dapat disimpulkan oleh beberapa ahli hukum yaitu:

Pertama, perkembangan masyarakat dibidang perkreditan lebih tepat

dibandingkan dengan pengaturan hukum jaminan. Hukum jaminan harus

mengikuti faktor realita yang terjadi dalam masyarakat agar tidak terjadi

kekosongan hukum. Kedua, hukum jaminan dan masyarakat merupakan dua

variabel yang saling berkaitan satu sama lain dan bersifat saling pengaruh

mempengaruhi. Artinya, perubahan dalam masyarakat akan selalu diikuti oleh

perubahan hukum jaminan. Perubahan itu meliputi dua dimensi hukum yakni

dimensi realitas hukum merupakan bahan yang membentuk hubungan diantara

masyarakat dan lingkungannya dan dimensi idealitas hukum termuat cita hukum,

asas hukum yang dijadikan pedoman atau petunjuk arah dalam penyusunan

hukum positif. Kesimpulan yang ketiga adalah adanya penemuan hukum oleh

hakim. Hakim menemukan konstruksi baru dalam memecahkan problem hukum

yang memperluas kaidah hukum dari jaminan gadai. Sejak saat itu lembaga

fidusia menjadi populer dalam masyarakat yang memerlukan kredit dengan

jaminan benda bergerak tanpa melepaskan kekuasaan atas barang jaminan itu

secara fisik. Hal ini berarti merupakan sikap responsif dari kalangan perbankan

terhadap kebutuhan masyarakat. Lahirnya Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999

tentang jaminan fidusia merupakan bukti betapa cepatnya perkembangan bidang

hukum ini didalam masyarakat Indonesia.

Dengan adanya Undang-Undang Fidusia ini diharapkan dapat menampung

permasalahan-permasalahan yang terdapat didalam masyarakat tentang

pengaturan Jaminan Fidusia untuk memberikan kepastian hukum dan

Page 118: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

118

perlindungan hukum kepada para pihak yang berkepentingan. Masyarakat dalam

hal ini adalah seluruh masyarakat Indonesia khususnya pihak yang

berkepentingan yaitu Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia. Kesadaran

masyarakat untuk melaksanakan pendaftaran fidusia sangat berpengaruh terhadap

efektifitas pendaftaran fidusia sesuai dengan yang diamanatkan didalam Pasal 11

ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999. Pada koperasi di wilayah kota

denpasar , masyarakat yang meminjam kredit tidak mau mendaftarkan jaminan

fidusia dikarenakan tidak mau menambah biaya lagi untuk pendaftaran jaminan

fidusia, kesadaran masyarakat dalam hal pendaftaran jaminan fidusia masih

kurang.

2. Faktor Efektifitas Hukum dalam masyarakat.

Sebagai suatu sistem, menurut Hans Kelsen hukum mencakup struktur,

subtansi, dan budaya. Struktur terdiri dari bentuk dari sistem tersebut yang

mencakup tatanan lembaga lembaga tersebut, hak-hak dan kewajiban-

kewajibannya. Substansi terdiri dari isi norma-norma hukum beserta

perumusannya serta cara untuk menegakkan hukum yang berlaku dan apabila

Dikaitkan dengan masalah efektifitas pendaftaran fidusia ini sangat berkaitan erat,

Dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat masih awam dengan masalah fidusia

dan cenderung tidak mengerti mengenai jaminan fidusia.113

Permasalahan tersebut

disebabkan oleh masih kurang maksimal budaya hukum yang diciptakan oleh

petugas Kantor Pendaftaran Fidusia (Depkumham). Hal tersebut menunjukkan

113

Wawancara Bapak A.A. Ketut Nuraja (Ketua Koperasi Tunas Sari),

tanggal 30 Mei 2013

Page 119: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

119

kesadaran hukum relatif masih rendah untuk menegakkan sistem Undang-undang

Nomor 42 tahun 1999 khususnya Pasal 11 ayat ( 1 ). Sedangkan upaya yang dapat

dilakukan untuk menanggulaginya yaitu dengan cara mengadakan penerangan dan

penyuluhan yang dilakukan secara berulang kali, yang menimbulkan suatu

penghargaan tertentu terhadap pentingnya dilakukan pendaftaran fidusia (cara ini

lazimnya dikenal dengan sebutan pervasion). Cara lainnya yaitu dengan cara

Compulsion yang menciptakan situasi tertentu yang menyebabkan masyarakat

tidak memiliki pilihan kecuali mematuhi hukum yang berlaku yaitu melakukan

pendaftaran fidusia dan semua itu bertujuan agar warga masyarakat secara mantap

mengetahui dan memahami mengenai pentingnya melakukan pendaftaran fidusia

sesuai dengan yang diamanatkan Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 pasal 11.

3. Tidak adanya jangka waktu jaminan kapan jaminan fidusia wajib untuk

didaftarkan

Faktor penghambatan tidak efektifnya pendaftaran fidusia lainnya ialah

masalah kapan jangka waktu jaminan fidusia tersebut wajib didaftarkan, akan

menimbulkan persepsi bahwa jaminan fidusia baru akan didaftarkan apabila

terdapat permasalahan kredit yang dialami oleh koperasi, dikarenakan hambatan-

hambatan dalam pendaftaran fidusia berasal dari faktor ekstern pihak koperasi,

koperasi lebih memilih perjanjian fidusia dibawah tangan yang lebih mudah,

cepat, dan tidak memerlukan biaya tinggi daripada melaksanakan pendaftaran

fidusia sebagaimana yang ditentukan didalam Pasal 11 ayat (1) Undang-undang

nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia.

Page 120: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

120

Dengan tidak adanya pendaftaran jaminan fidusia menimbulkan

ketidakpastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan. Hal ini jelas

bertentangan dengan amanat dari UUJF sendiri. Jika dikaitkan dengan

keberlakuan suatu hukum menurut menurut J.J.H. Bruggink, hukum yang baik

harus memenuhi tiga aspek yaitu memenuhi syarat sosiologis, yuridis dan

filosofis.114

Syarat Yuridis terpenuhi apabila persyaratan formal suatu undang-

undang terbentuk telah dipenuhi, syarat filosofis apabila hukum mempunyai

kekuatan hukum apabila normanya sudah sesuai dengan ciri hukum (rechtsidee),

dan memenuhi syarat sosiologis apabila hukum diterima dalam kehidupan

bermasyarakat.115

Menurut D beriyck Beyleveld dan Roger brownsword, “a norm

which can not be effective (applied and obeyed) can not be a valid norm (norma

yang tidak dapat diterapkan dan dipatuhi secara efektif bukanlah norma yang

valid). Selain itu dengan tidak didaftarkannya jaminan fidusia tidak akan

memenuhi asas publicitas yang dengan demikian tidak melahirkan kepastian

hukum apabila terjadi permasalahan dikemudian hari.

114

J.J.H. Bruggink, 1996, Refleksi tentang Hukum, terjemahan Arief

Sidharta, Citra Aditya, Bandung, hal. 147 115

Sudikno Mertokusumo, Opcit, hal 87

Page 121: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

121

BAB IV

KEKUATAN MENGIKAT PERJANJIAN KREDIT YANG

MENGGUNAKAN AKTA FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

4.1.Kekuatan Mengikat Perjanjian

Pasal 1315 KUH Perdata memberikan penjelasan tentang terhadap siapa

sajakah suatu perjanjian mempunyai pengaruh langsung. Bahwa perjanjian

mengikat para pihak sendiri adalah logis, dalam arti, bahwa hak dan kewajiban

yang timbul dari adanya suatu perjanjian hanyalah untuk para pihak saja. Menurut

Pasal 1315 KUH Perdata :“Pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri

atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk diri

sendiri.”

Jadi orang bebas membuat perjanjian, bebas untuk menentukan isi, luas

dan bentuknya perjanjian sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 1338 KUH

Perdata:

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi

mereka yang membuatnya”, Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali

selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh

undang-undang dinyatakan cukup untuk itu, Suatu perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik

Azas kekuatan mengikat dari perjanjian, bahwa pihak-pihak harus memenuhi

apa yang telah dijanjikan, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 KUH

Perdata; bahwa perjanjian berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak.

Sedangkan Azas kebebasan berkontrak, dalam hal ini orang bebas membuat atau

tidak membuat perjanjian, bebas menentukan isi, berlakunya dan syarat-syarat

Page 122: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

122

perjanjian, dengan bentuk tertentu atau tidak dan bebas memilih Undang-Undang

mana yang akan dipakai untuk perjanjian itu.116

Dapat ditarik kesimpulan dalam perjanjian mengandung asas kekuatan

mengikat. Para pihak yang terlibat pada perjanjian tidak hanya terikat pada apa

yang diperjanjikan akan tetapi terhadap beberapa unsur lain sepanjang tidak

bertentangan denga peraturan perundang-undangan, moral dan kepatutan, maka

asas-kepatutan, kebiasaan dan moral yang mengikat para pihak.117

Menurut Pasal

1339 KUH Perdata: “Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang

dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang

menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-

undang”.

Suatu perjanjian tidak diperkenankan merugikan pihak ketiga, hal ini

sesuai dengan Pasal 1340 KUH Perdata yaitu “Suatu perjanjian hanya berlaku

antara pihak-pihak yang membuatnya”. Suatu perjanjian tidak dapat membawa

rugi kepada pihak-pihak ketiga, tak dapat pihak-pihak ketiga mendapat manfaat

karenanya, selain dalam hal yang diatur dalam Pasal 1317 KUH Perdata". Pihak

ketiga adalah mereka yang bukan merupakan pihak dalam suatu perjanjian dan

juga bukan penerima/pengoper hak (rechtsverkrijgenden), baik berdasarkan alas

hak umum maupun alasan hak khusus.

116

Rutten dalam Purwahid Patrik, 1986, Asas Iktikad Baik dan Kepatutan

dalam Perjanjian, Badan Penerbit UNDIP Semarang, hal. 3 117

Mariam Darus Badrulzaman et.al, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan

(Dalam Rangka Menyambut Masa Purna Bakti Usia 70 Tahun), PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, hal 87-88

Page 123: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

123

Suatu perjanjian menimbulkan hak dan kewajiban antara para pihak. Isi

hak dan kewajiban tersebut selain ditentukan oleh hukum yang memaksa juga

sudah tentu oleh sepakat para pihak. Namun disamping itu hukum yang

menambah juga mengisi kekosongan dalam perjanjian mereka, yaitu apabila

mereka tidak secara tegas mengaturnya secara menyimpang. Adanya kesempatan

kepada para pihak untuk menyimpangi ketentuan yang bersifat menambah itu, ada

kalanya memberikan kesempatan kepada si kuat untuk menyingkirkan tanggung

jawab tertentu, bahkan ada kalanya menggesernya kepihak lawan janjinya, dengan

memperjanjikan suatu klausula, yang biasa disebut exoneratie-clausul. Dengan

adanya kesempatan seperti itu sudah dapat diduga, bahwa kemungkinan terjadi,

bahwa klausula exoneratie mempunyai kaitan dengan penyalahgunaan keadaan.

4.2.Kekuatan Mengikat Akta Jaminan Fidusia Yang Tidak didaftarkan

dalam Perjanjian Kredit Koperasi

Perjanjian kredit pada umumnya melahirkan suatu perikatan. Istilah

Verbintenis dan Overeekomst dikenal Dalam hukum Belanda, sedangkan dalam

istilah bahasa Inggris dinamakan Agreement. Perjanjian kredit koperasi adalah

perjanjian yang dibuat oleh debitur dengan kreditur dalam bentuk perjanjian baku,

tetapi dalam bentuk perjanjian baku tidak menghilangkan syarat sahnya perjanjian

yang diatur dalam undang-undang. Pasal 1320 KUH Perdata menyatakan untuk

sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu :

1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

Page 124: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

124

3. suatu hal tertentu;

4. suatu sebab yang halal;

Perjanjian jaminan fidusia adalah perjanjian kredit antara kreditor dengan

debitur yang terdapat jaminan dan Jaminan tersebut kedudukanya terdapat dalam

penguasaan debitur, untuk adanya perlindungan hukum dan kepastiaan hukum

bagi kreditur,maka dibuat akta jaminan fidusia yang dibuat oleh notaris dan

didaftarkan yang kemudian terbit sertifikat jaminan fidusia yang telah memiliki

kekuatan hak eksekutorial langsung apabila debitur melakukan wanprestasi

(parate eksekusi), sesuai amanat Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang

Jaminan Fidusia. Akta dibawah tangan adalah sebuah akta yang dibuat oleh para

pihak yang tidak memerlukan pejabat pembuat akta (notaris) Akta dibawah tangan

tidak memiliki nilai pembuktian yang sempurna. Akta yang dilakukan dibawah

tangan biasanya harus di otentikan ulang oleh para pihak jika akan dijadikan alat

bukti yang sah, misalnya dalam pengadilan. Sebaliknya, akta otentik adalah akta

yang dibuat oleh atau di depan pejabat yang ditunjuk oleh Undang Undang dan

yang memiliki nilai pembuktian sempurna.

Pelaksanaan perjanjian pinjaman pada Koperasi di denpasar mangacu pada

Pasal 1233 KUHPerdata yang menyatakan bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan

baik karena persetujuan maupun karena undang-undang. Sedangkan definisi

pinjam meminjam diatur dalam Pasal 1754 KUHPerdata yang menyatakan bahwa

“suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang

lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian,

dengan syarat bahwa pihak yang meminjam akan mengembalikan sejumlah yang

Page 125: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

125

sama dari barang-barang tersebut”. Dengan demikian perjanjian pinjaman

menimbulkan dan berisi ketentuan-ketentuan hak dan kewajiban antara dua pihak,

atau dapat pula dikatakan perjanjian tersebut berisi perikatan. Dasar hukum yang

dijadikan landasan dalam perjanjian pinjaman pada Koperasi di Kota Denpasar

adalah dalam Pasal 1313 KUHPerdata. Pemberian pinjaman merupakan salah satu

sumber perjanjian, dan perjanjian merupakan sumber terpenting lahirnya suatu

perikatan. Dalam Pasal 1233 KUHperdata mengatakan bahwa tiap-tiap perikatan

dilahirkan baik karena persetujuan maupun karena undang-undang. Oleh karena

itu sumber suatu perikatan ada dua yaitu perjanjian dan undang-undang. Selain itu

perikatan tersebut sah apabila perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang telah

memenuhi syarat-syarat terbentuknya perjanjian. Syarat-syarat tersebut tercantum

dalam Pasal 1320 KUHPerdata, Hal ini disebabkan pemberian pinjaman

dilakukan dengan cara melalukan perjanjian terlebih dahulu. Dengan demikian

perjanjian pinjaman yang dibuat oleh para pihak telah melahirkan perikatan yang

mengikat para pihak yang terkait. Selain itu dasar hukum dalam perjanjian

pinjaman Koperasi diatur pula dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor

14/Per/M.KUKM/XII/2009. Perjanjian pinjaman antara koperasi simpan pinjam

dengan anggota koperasi merupakan suatu hubungan hukum yang didasari unsur

kepercayaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia di

atas mengenai pengertian jaminan fidusia, Undang-Undang Jaminan Fidusia

secara tegas menyatakan bahwa jaminan fidusia adalah agunan atas kebendaan

Page 126: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

126

atau jaminan kebendaan yang memberikan kedudukan kepada penerima fidusia

yaitu hak yang didahulukan terhadap peminjaman lainnya, Fidusia sebagai

jaminan adalah sebagai penerapan pengamanan peminjaman kredit Koperasi

Simpan Pinjam, yang dilahirkan dengan diawali oleh perjanjian pinjaman

Koperasi Simpan Pinjam. Hal ini melihat bahwa perjanjian jaminan fidusia

mempunyai karakter accessoir yaitu pemberian perjanjian jaminan diikuti dengan

adanya perjanjian kredit yang disebut dengan perjanjian pokok. Jaminan fidusia

tidak dapat berdiri sendiri harus mengikuti perjanjian pokoknya. Apabila

perjanjian pokok berakhir maka perjanjian jaminan fidusia akan berakhir.

Kekuatan mengikat akta fidusia yang tidak didaftaran di dalam perjanjian

kredit koperasi menggunakan Teori Perjanjian sebagai pisau analisa. Dalam teori

perjanjian pada perjanjian kredit yang dibuat oleh para pihak sah apabila

kewajiban-kewajiban yang timbul dari perjanjian tersebut dipenuhi atau

dilaksanakan oleh para pihak. Perjanjian kredit bersifat konsensuil, karena

perjanjian itu ada atau lahir sejak adanya kata sepakat antara kedua belah pihak

yaitu pihak peminjaman dan pihak anggota koperasi. Dengan adanya kata sepakat

tersebut maka perjanjian pinjaman mengikat kedua belah pihak artinya para pihak

tidak dapat membatalkan perjanjian pinjaman tanpa persetujuan pihak lainnya.

Apabila perjanjian pinjaman dibatalkan atau diputuskan secara sepihak maka

pihak yang lain dapat menuntut. Setelah uang yang menjadi objek yang

diperjanjikan tersebut telah diserahkan peminjaman dengan nyata kepada pihak

anggota koperasi. Pihak anggota koperasi harus atau mempunyai kewajiban untuk

mengembalikan pinjaman tepat waktu kepada pihak peminjaman sesuai dengan

Page 127: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

127

kesepakatan yang ada dalam perjanjian. Selain bersifat konsensual perjanjian

pinjaman juga bersifat riil sebab harus diadakan penyerahan atau dengan kata lain

perjanjian tersebut baru dikatakan mengikat apabila telah dilakukan kesepakatan

kehendak dan telah dilakukan penyerahan sekaligus antara kedua belah pihak

yang membuat perjanjian itu. Mariam Darus Badrulzaman mengatakan, “Asas

konsensualisme yang terdapat di dalam Pasal 1320 KUH Perdata mengandung arti

“kemauan” (will) para pihak untuk saling berprestasi, ada kemauan untuk saling

mengikatkan diri. Kemauan ini membangkitkan kepercayaan (vertrouwen) bahwa

perjanjian itu dipenuhi”. Asas konsensualisme mempunyai hubungan yang erat

dengan asas kebebasan berkontrak dan asas kekuatan mengikat yang terdapat

dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang menentukan: “Semua persetujuan

yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya”. Selanjutnya menurut Mariam Darus Badrulzaman, “Asas

kebebasan berkontrak berhubungan dengan isi perjanjian, yaitu kebebasan

menentukan apa dan dengan siapa perjanjian itu diadakan. Perjanjian yang

diperbuat sesuai dengan Pasal 1320 KUH Perdata ini mempunyai kekuatan

mengikat”.

Kekuatan mengikat perjanjian kredit dengan jaminan fidusia yang tidak

didaftarkan tetap memiliki kekuatan mengikat yang sah dikarenakan dibuat

berdasarkan kesepakatan oleh para pihak. Pada Koperasi pemogan jaminan fidusia

sudah dibuatkan dengan akta notariil dan dianggap telah memiliki kekuatan

Page 128: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

128

hukum untuk menarik benda jaminan apabila terjadi wanprestasi.118

Pendapat

lainnya kekuatan mengikat akta fidusia dalam perjanjian kredit yang dibuatkan

secara akta notariil sudah cukup kuat apabila terjadi wanprestasi dan biasanya

pada koperasi diselesaikan secara kekeluargaan, karena koperasi adalah milik

anggota dan untuk anggota.119

Kekuatan mengikat dari perjanjian kredit dipermasalahkan apabila terjadi

wanprestasi dari pihak debitur dengan tidak memenuhi kewajibannya khususnya

dalam hal penarikan benda jaminan fidusia karena jaminan fidusia tersebut tidak

didaftarkan oleh penerima fidusia (koperasi). Kekuatan mengikat akad kredit yang

dibuat oleh koperasi, menurut saya akta Jaminan fidusia tetap memiliki kekuatan

mengikat dan kekuatan eksekutorial muncul apabila didaftarkan pada Kantor

Pendaftaran Fidusia jika tidak didaftarkan maka tidak memiliki kekuatan

Eksekutorial. Secara yuridis bahwa munculnya sertifikat jaminan fidusia apabila

akta jaminan fidusia didaftarkan guna kepastian hukum untuk memiliki kekuatan

eksekutorial yang sempurna. Dengan tidak adanya Sertifkat jaminan Fidusia tidak

akan melahirkan hak preferen bagi kreditur (koperasi), seharusnya tidak dapat

melakukan eksekusi secara langsung, maka dari hasil penelitian mengenai

kekuatan mengikat akta fidusia yang tidak didaftarkan dalam perjanjian kredit,

hipotesis permasalahan kedua sesuai karena perjanjian kredit mengikat diantara

para pihak yang membuatnya sedangkan untuk kekuatan eksekutorialnya dengan

jaminan fidusia tidak didaftarkan tidak sesuai dengan aturan hukum terutama

118

Wawancara Bapak A.A. Made Subur (Kepala Bagian Kredit Koperasi

Pemogan), tanggal 20 Agustus 2013 119

Wawancara Bapak I Dewa Bagus Putu Budha, SE (Ketua Koperasi

Pemogan), 20 Agustus 2013

Page 129: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

129

dalam Pasal 11 UUJF dan tatacara pelaksanaan eksekusi apabila terjadi

wanprestasi.

Page 130: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

130

BAB V

EKSEKUSI TERHADAP PERJANJIAN KREDIT YANG

MENGGUNAKAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

5.1.Eksekusi Jaminan Fidusia Pada Koperasi di Denpasar

5.1.1.Pengertian dan Dasar Hukum Eksekusi

Eksekusi dalam bahasa belanda uitvoering, sedangkan bahasa Inggris

disebut executie yang artinya pelaksanaan putusan pengadilan. Eksekusi menurut

Subekti yaitu upaya dari pihak yang dimenangkan dalam putusan guna

mendapatkan yang menjadi haknya dengan bantuan kekuatan umum (polisi,

militer) guna memaksa pihak yang dikalahkan untuk melaksanakan bunyi

putusan. Sedangkan Sudikno, eksekusi adalah pelaksanaan dari kewajiban pihak

yang bersangkutan untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan

tersebut. Eksekusi dalam pengertian di atas adalah eksekusi putusan hakim

(pengadilan). Selain putusan hakim, akta notariil memiliki pengertian yang sama

dengan eksekusi dalam pengertian putusan hakim yang memiliki kekuatan yang

sama dengan putusan hakim yang didalam akta tersebut terdapat irah-irah”DEMI

KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”.

Pedoman pelaksanaan eksekusi harus sesuai dengan perundang-undangan

sebagaimana diatur dalam HIR dan RBG. Tata cara pelaksanaan eksekusi diatur

lebih lanjut dalam Pasal 195 sampai dengan 208 dan Pasal 224 HIR atau Pasal

206 sampai dengan Pasal 240 dan Pasal 258 HIR. Selain pasal-pasal tersebut,

terdapat pasal mengatur eksekusi tentang putusan. pengadilan yang menghukum

Page 131: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

131

Tergugat untuk melakukan suatu ”perbuatan tertentu” Pasal 225 HIR atau 259

HIR. Pasal 180 HIR atau Pasal 1919 HIR, yang mengatur pelaksanaan putusan

secara ”serta merta” (uitoverbaar bij voorraad) meskipun putusan tersebut belum

memperoleh kekuatan hukum yang tetap.

5.1.2. Macam-Macam Eksekusi

Macam-macam eksekusi menurut Peraturan Perundang-Undangan dalam

HIR dan Rbg antara lain :

a. Berdasarkan Obyeknya (apa yang dapat dieksekusi), dibedakan menjadi :

1. Eksekusi putusan hakim.

2. Eksekusi grosse surat utang notaril.

3. Eksekusi benda jaminan (Objek Gadai, Hak Tanggungan, Fidusia,

Cessie, Sewa Beli, Leasing).

4. Eksekusi piutang negara, baik yang timbul dari kewajiban (utang

pajak, utang bea masuk) maupun perjanjian kredit (bank pemerintah

yang macet, piutang BUMN maupun BUMD).

5. Eksekusi putusan lembaga yang memiliki wewenang untuk

menyelesaikan sengketa.

6. Eksekusi terhadap sesuatu yang mengganggu hak atau kepentingan.

7. Eksekusi terhadap bangunan yang melanggar Izin Mendirikan

Bangunan.

b. Berdasarkan prosedur, eksekusi dibedakan menjadi :

1. Eksekusi tidak langsung, terdiri dari :

Page 132: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

132

a) Sanksi atau hukum membayar uang paksa, berdasar perjanjian atau

putusan hukum.

b) Sandera (gijzeling), Pasal 209-223 HIR.

c) Penghentian atau pencabutan langganan, ini didasarkan pada perjanjian

yang dapat ditemukan dalam perjanjian langganan telepon, listrik, air

minum dan lain sebagainya.

2. Eksekusi langsung, terdiri dari :

a) Eksekusi biasa (membayar sejumlah uang).

b) Eksekusi riil terhadap :

1) Putusan pengadilan;

2) Objek lelang.

c) Eksekusi melakukan perbuatan.

d) Eksekusi dengan pertolongan hakim.

e) Eksekusi parat.

f) Eksekusi penjualan di bawah tangan atas benda.

g) Eksekusi piutang sebagai jaminan (berdasarkan perjanjian).

h) Eksekusi dengan izin hakim.

i) Eksekusi oleh diri sendiri.

Adanya perbedaan eksekusi langsung dan tidak langsung didasarkan pada

hasil yang didapatkan setelah dilakukan paksaan terhadap debitur yang tidak mau

memenuhi kewajibannya. Dalam hal ini paksaan terhadap debitur menjadikan hak

kreditur langsung terealisasi, maka eksekusi tersebut dinamakan eksekusi

langsung. Sebaliknya jika dengan paksaan terhadap debitur hasilnya berupa

Page 133: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

133

dorongan kepada debitur untuk segera memenuhi kewajibannya, maka eksekusi

tersebut dikategorikan ke dalam eksekusi tidak langsung.

5.1.3Proses Eksekusi Fidusia

Secara umum Eksekusi artinya menurut Kamus Basar Bahasa Indonesia

adalah pelaksanaan putusan hakim; pelaksanaan hukuman badan peradilan

khususnya hukuman mati atau pengertian lainnnya yaitu penjualan harta orang

karena berdasarkan penyitaan. Menurut Munir Fuady, salah satu ciri dari jaminan

hutang kebendaan yang baik adalah apabila pelaksanaan dieksekusi dengan

prinsip secara cepat dengan proses yang sederhana, efisien dan mengandung

kepastian hukum, misalnya Barang tersebut boleh dijual dimuka umum, atau

dijual di bawah tangan, asalkan dilakukan dengan beritikad baik dengan cara yang

commercially reasonable.120

Pengaturan pelaksanaan eksekusi dalam KUHPerdata dapat dilihat dalam

Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata dan Pasal 1178 ayat (2) KUHPerdata. Dalam

Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata menyebutkan bahwa :

Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka siberpiutang

adalah berhak jika siberutang atau sipemberi gadai bercidera janji, setelah

tenggang waktu yang diberikan lampau, stelah dilakukannya suatu peringatan

untuk membayar, menyuruh menjual barangnya gadai dimuka umum menurut

kebiasan-kebiasaan setempat serta atas syarat-syarat yang lazim berlaku dengan

maksud untuk mengambil pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan

biaya dari pendapatan penjualan tersebut.

Pengaturan mengenai pelaksanaan eksekusi dalam ketentuan Pasal 1178 ayat

(2) KUHPerdata menyebutkan bahwa :

120

Munir Fuady, 2003, Jaminan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

Hal.57

Page 134: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

134

Namun diperkenankanlah kepada si berpiutang Hipotek pertama untuk, pada

waktu diberikannya hipotek, dengan tegas minta diperjanjikan bahwa, jika

uang pokok tidak dilunasi semestinya atau jika bunga yang terutan tidak

dibayar, ia secara mutlak akan dikuasakan menjual persil yang diperikatkan

dimuka umum, untuk mengambil pelunasan uang pokok, maupun bunga serta

biaya, dari pendapatan penjualan itu. Janji tersebut harus dilakukan menurut

cara sebagaiamana diatur dalam Pasal 1211.

Fidusia sebagai salah satu jenis jaminan hutang juga harus memenuhi

unsur-unsur : cepat, murah dan pasti tersebut. Inilah yang sudah dikeluhkan sejak

lama dalam praktek, sebab selama ini (sebelum berlakunya UUJF), Pelaksanaan

tatacara eksekusi tidak jelas pengaturannya, banyak terjadi penafsiran. Oleh

karena itu UUJF mengambil pola eksekusi hak tanggungan yang dikembangkan

oleh Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 yaitu dengan

mengatur eksekusi fidusia dengan cara yang bermacam-macam maka para pihak

dapat memilih cara eksekusi yang mereka sepakati. Model-model eksekusi

jaminan fidusia menurut UUJF Nomor 42 Tahun 1999 adalah sebagai berikut :

1. Secara Fiat eksekusi (dengan memakai titel eksekutorial) yakni lewat

penetapan pengadilan. Pasal 15 UUJF Nomor 42 Tahun 1999 menyatakan

“sertipikat jaminan fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama

dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

penuh, fiat eksekusi artinya eksekusi atas akta seperti mengeksekusi suatu

putusan pengadilan yang telah berkekuatan pasti”.

2. Secara parate eksekusi, yakni dengan menjual (tanpa perlu penetapan

pengadilan) didepan pelelangan umum.

3. Dijual di bawah tangan oleh pihak kreditor sendiri.

Page 135: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

135

Menurut Pasal 29 UUJF Nomor 42 Tahun 1999, syarat agar suatu fidusia

dapat dieksekusi secara di bawah tangan yang eksekusinya tanpa lewat pengadilan

(secara parate eksekusi) adalah sebagai berikut:

a. Dilakukan dengan kesepakatan.

b. Jika dengan cara penjualan dibawah tangan dicapai harga tertinggi.

c. Diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan/atau penerima fidusia

kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

d. Pelaksanaan penjualan dilakukan setelah lewat waktu satu bulan sejak

pemberitahuan secara tertulis.

Selain eksekusi fidusia secara parate eksekusi berjualan dibawah tangan

dikenal juga istilah eksekusi secara mendaku yaitu eksekusi fidusia dengan cara

mengambil barang fidusia menjadi milik kreditor secara langsung tanpa lewat

suatu transaksi apapun, dan ketentuan Pasal 33 UUJF Nomor 42 Tahun 1999

melarang secara tegas eksekusi mendaku ini sebagaimana dikemukakan bahwa

setiap janji yang memberikan kewenangan pada penerima fidusia (kreditur) untuk

memiliki benda jaminan apabila Debitur cidera janji akan batal demi hukum (null

and void) akan tetapi apabila ketentuan tersebut dikaitkan dengan institusi hukum

fidusia sebagai penyerahan hak milik secara kepercayaan, maka benda obyek

fidusia sudah berpindah kepemilikannya kepada kreditur, sementara pihak

kreditur menyerahkan penguasaan benda obyek fidusia tersebut kepada Debitur

(constitutum possessorium) secara kepercayaan, mestinya larangan mendaku

dalam eksekusi tidak perlu ada.121

Terkait dengan fidusia yang dapat dieksekusi secara di bawah tangan, pada

prakteknya koperasi dalam meyalurkan kredit menggunakan jaminan fidusia,

121

Ibid, hal 57-62.

Page 136: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

136

Tetapi tidak dibuat dalam akta notaris dan tidak didaftarkan di Kantor Pendaftaran

Fidusia untuk mendapat sertifikat jaminan fidusia. Akta tersebut dapat

digolongkan sebagai akta jaminan fidusia dibawah tangan. Berdasarkan Pasal

1874 KUHPerdata yang dimaksud akta dibawah tangan merupakan akta yang

dibuat oleh pihak-pihak tanpa perantara seorang pegawai resmi dan keberadaan

fidusia dibawah tangan ini, Bank Indonesia Direktorat Bank Perkreditan Rakyat

tahun 2007 mengeluarkan surat edaran No.9/1/DpG/DPBPR tanggal 2 Mei 2007

mengenai solusi untuk mengatasi pengikatan jaminan yang lebih low cost.

5.2.Akibat Hukun Terhadap Akta Fidusia Yang tidak Didaftarkan Pada

Perjanjian Kredit Koperasi

Hubungan antar subjek hukum harus dilindungi oleh hukum, agar

masyarakat merasa aman dalam melaksanakan kepentingannya dalam melakukan

tindakan yang tidak bertentangan dengan undang-undang. Hal tersebut diatas

dapat menunjukkan bahwa perlindungan hukum para pihak aman untuk

melaksanakan kepentingannya oleh karena itu suatu pemberian jaminan atau

kepastian seseorang akan mendapatkan apa yang telah menjadi kewajiban dan

haknya, Didalam konsideran UUJF menyatakan tujuan dibentuknya pengaturan

mengenai jaminan fidusia adalah memberikan perlindungan yang lebih baik bagi

yang berkepentingan, untuk mewujudkan hal tersebut benda yang telah dibebani

jaminan fidusia harus didaftarkan pada kantor pendaftaran jaminan fidusia.

Pendaftaran jaminan fidusia telah diatur didalam Pasal 11 sampai Pasal 18

UUJF dan Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 2000 tentang Tata Cara

Page 137: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

137

Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.

Didalam Pasal tersebut menjelaskan mengenai benda yang dibebani jaminan

fidusia wajib didaftarkan, tempat pendaftaran jaminan fidusia, cara pendafataran

hingga lahirnya sertipikat jaminan fidusia. Pendaftaran jaminan fidusia

merupakan perwujudan dari asas publicitas dankepastian hukum.122

Tujuan

daripada UUJF adanya pendaftaran jaminan fidusia antara lain:

a. Untuk memberikan perlindungan hukum kepada kreditor;

b. Memberikan hak yang didahulukan kepada penerima fidusia terhadap

kreditor yang lain

c. Memenuhi asas publisitas

Didalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

mensyarat bahwa benda yang dibebankan jaminan fidusia wajib didaftarkan,

manfat yang didapat dengan adanya pendafataran antara lain :

1. Mempunyai hak mendahului (preferent)

Jaminan yang memiliki hak mendahului artinya kreditor sebagai penerima

fidusia memiliki hak yang didahulukan (preferent) terhadap kreditor lainnya untuk

menjual atau mengeksekusi benda jaminan fidusia dan hak didahulukan untuk

mendapatkan pelunasan hutang dari hasil eksekusi benda jaminan fidusia tersebut

dalam hal debitur wanprestasi sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat 1 UUJF.

122

Tan Karmelo, 2006, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang

didambakan, Alumni, Bandung, hal 213.

Page 138: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

138

Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam suatu

perikatan.123

Seseorang dapat dikatakan wanprestasi, jika :

a. Tidak melakukan apa yang diperjanjikan

b. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat

c. Melakukan yang diperjanjikan, tetapi tidak sebagaimana mestinya;

d. Melakukan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan berdasarkan

perjanjian.

2. Mempunyai kekuatan eksekutorial

Penerima fidusia memiliki hak untuk melakukan eksekusi terhadap benda

jaminan apabila debitur wanprestasi. Eksekusi dapat dilakukan sendiri tanpa

menunggu putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan

adanya pendaftaran jaminan fidusia akan lahir sertifikat jaminan fidusia

yangmemiliki irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”,

yang menyebabkan sertifikat jaminan fidusia mempunyai kekuatan sama dengan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Dalam

Pasal 15 ayat (1) menyatakan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa” dan dalam Pasal 15 ayat (2) yang menyatakan bahwa “sertifikat jaminan

fidusia sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kekuatan

eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap.

Ketentuan dalam Pasal 15 ayat (1) dan (2) UUJF telah memberikan kekuatan

eksekutorial bagi sertifikat jaminan fidusia, oleh karena itu pemegang sertifikat

123

Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya

Bakti, Bandung, hal 241.

Page 139: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

139

jaminan fidusia berkedudukan sama dengan orang yang telah memegang putusan

pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap, pemegang sertifikat

jaminan fidusia dapat melakukan eksekusi apabila terjadi wanprestasi. Pendaftaran

jaminan fidusia telah memberikan banyak keuntungan yang bertujuan untuk

memberikan perlindungan hukum bagi pihak kreditur. Perlindungan hukum yang

dimaksd yaitu terdapat usaha untuk memberikan hak-hak para pihak yang

dilindungi sesuai dengan kewajiban yang telah dilakukan. Dengan adanya Undang-

Undang jaminan fidusia merupakan usaha dari pemerintah untuk melindungi

kreditur dengan memberikan hak seperti hak mendahului, dan memiliki keuatan

eksekutorial sesuai amanat Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 15 ayat (1) UUJF

Perlindungan hukum ada 2 yaitu perlindungan hukum preventif dan

perlindungan hukum represif. Pendaftaran jamian fidusia merupakan termasuk

perlindungan hukum preventif, hal ini dimasudkan untuk melindungi hak-hak dari

kreditur sebagai penerima fidusia sebelum terjadinya wanprestasi yang dilakukan

oleh debitur, karena jika terjadi wanprestasi pihak kreditur sudah memiliki hak

untuk mengeksekusi objek yang menjadi jaminan fidusia dengan adanya sertifikat

jaminan fidusia dan juga hak didahulukan dari kreditur lain dimana hak tersebut

tidak akan mungkin didapat jika kreditur tidak mendaftarkan benda yang dibebani

jaminan fidusia.

Pembebanan terhadap jaminan fidusia dilakukan sesuai dengan Pasal 5 ayat (1)

yang menyatakan “pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta

notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan fidusia”. Dari

ketentuan Pasal 5 ayat (1) setiap perbuatan jaminan fidusia membebani benda

Page 140: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

140

dengan jaminan fidusia dibuat dengan bentuk akta notaris. Tetapi dalam

prakteknya banyak sekali pihak kreditur tidak membebankan jaminan fidusia

kedalam akta notariil, maka jaminan fidusia tidak didaftarkan dan sudah barang

tertentu apabila jaminan fidusia tidak didaftarkan

5.3. Eksekusi Perjanjian Kredit Koperasi Dengan Jaminan Fidusia Yang

Tidak Didaftarkan

Pasal 29 ayat (1) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 menyatakan

bahwa : apabila debitur atau pemberi fidusia cidera janji, eksekusi terhadap benda

yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara :

a. Pelaksanaan title eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat

(1) oleh penerima fidusia;

b. Penjualan benda yang menjadi jaminan fidusia berdasarkan kekuasaan

penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil

pelunasan piutangnya dari hasil penjualan.

c. Penjualan dibawah tangan dengan harga tertinggi yang menguntungkan

para pihak berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia

Berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (1) UUJF telah mengatur beberapa

model pelaksanaan eksekusi atas benda yang menjadi jaminan fidusia antara lain :

a. Eksekusi berdasarkan grosse akta jaminan fidusia atau title

eksekutorial (secara fiat eksekusi) yang terdapat dalam sertipikat

jaminan fidusia, yang dilakukan oleh penerima fidusia.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat (1) sub a UUJF, maka eksekusi

terhadap objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan grosse akta sertifikat

jaminan fidusia atau dengan title eksekutorial sertifikat jaminan fidusia. Dalam

ketentuan pasal 15 ayat (2) UUJF, sertipikat jaminan fidusia mempunyai kekuatan

Page 141: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

141

eksekutorial sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap, karena sertipikat fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang

tetap dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang

tetap maka pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia atau dengan title

eksekutorial sertifikat jaminan fidusia mengikuti pelaksanaan suatu putusan

pengadilan.124

Ada beberapa akta yang mempunyai title ekskutorial, yakni yang disebut

grosse akta, yaitu :

1. Akta Hipotek (pasal 224 HIR)

2. Akta Pengakuan Hutang (Pasal 224 HIR)

3. Akta Hak Tanggungan (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan)

4. Akta Fidusia (Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan

Fidusia)

Pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia berdasarkan grosse akta atau title

eksekutorial sertifikat jaminan fidusia, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 196

HIR/207 Rbg, diawali dengan pengajuan permohonan pelaksanaan eksekusi oleh

kreditor (penerima fidusia) kepada Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan

untuk menjalankan eksekusi objek jaminan fidusia. Selanjutnya Ketua Pengadilan

Negeri akan memanggil debitur dan memerintahkan segera mungkin dalam tempo

8 hari supaya memenuhi kewajibannya. Apabila dalam jangka waktu 8 Hari tidak

memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan Pasal 197/209 Rbg, Ketua

124

Rachmadi Usman, Opcit, hal.232

Page 142: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

142

Pengadilan akan memerintahkan kepada juru sita dengan surat perintah untuk

menyita sejumlah benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

b. Eksekusi Berdasarkan pelaksanaan parate eksekusi melalui pelelangan

umum oleh penerima fidusia.

Selain pelaksanaan eksekusi dengan grosse akta dapat pula dilakukan

dengan parate eksekusi (eksekusi langsung), yaitu para pemegang gadai atau

hipotek dengan adanya janji untuk menjual atas kekuasaan sendiri dapat

melaksanakan haknya secara langsung tanpa melalui keputusan hakim atau grosse

akta notaris.125

Kewenangan untuk menjual atas kekuasaan sendiri pada gadai

timbul karena ditetapkan oleh undang-undang. Kewenangan pada hipotek timbul

karena memang diperjanjikan lebih dahulu. Janji yang demikian tercantum dalam

akta hipotek dan jika didaftarkan mempunyai sifat hak kebendaan. Salah satu

wujudnya dapat dilihat dalam pasal 29 ayat (1) sub b Undang-Undang Nomor 42

Tahun 1999, maka diberikan hak kepadanya untuk melakukan penjualan terhadap

benda yang menjadi objek jaminan fidusia, asalkan debitur (pemberi fidusia)

cidera janji dan itu pun harus dilakukan lewat pelelangan umum tanpa

memerlukan lagi persetujuan dari debitur.126

Berdasarkan ketentuan dalam asal 29 ayat (1) sub b juncto pasal 15 ayat

(3) Undang-Undang Fidusia, yang memberikan hak atau wewenang kepada

kreditor atas kekuasaannya sendiri (parate eksekusi) untuk menjual benda yang

menjadi objek jaminan fidusia guna mendapatkan pelunasan piutangnya. Dari

ketentuan tersebut mengandung makna yaitu tanpa meminta bantuan ketua atau

125

Sri soedewi Maschoen III, Opcit, hal 32 126

Rachmadi Usman, Opcit, hal 235

Page 143: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

143

juru sita dari Pengadilan Negeri yang bersangkutan kreditur dapat mengeksekusi

langsung jaminan fidusia dengan cara meminta bantuan kantor lelang untuk

melakukan penjualan secara umum atau lelang atas benda yang menjadi objek

jaminan fidusia.127

c. Eksekusi secara penjualan di bawah tangan oleh kreditor pemberi

fidusia sendiri.

Pelaksanaan eksekusi benda jaminan fidusia dapat dilakukan melalui

penjualan di bawah tangan, sepanjang ada kesepakatan antara kreditor dengan

debitur. Pada parate eksekusi penjualan yang menjadi objek jaminan fidusia

melalui pelelangan umum, namun belum dapat memberikan keuntungan bagi para

pihak. Ini berarti eksekusi terhadap benda yang menjadi jaminan fidusia secara

parate eksekusi tidak harus melalui pelelangan umum, diberi kemungkinan untuk

melakukan eksekusi atas benda objek jaminan fidusia melalui penjualan dibawah

tangan.128

Dalam ketentuan Pasal 29 ayat (1) sub c UUJF, dapat diketahui bahwa

eksekusi atas benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan

berdasarkan parate eksekusi secara penjualan dibawah tangan. Penjualan dibawah

tangan atas benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut dapat dilakukan

bila memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana telah diatur dalam ketentuan

pasal 29 ayat 1 huruf c dan pasal 29 ayat (2) UUJF. Syarat-syarat yang dimaksud

antara lain :

127

Rachmadi Usman, Loc.cit 128

Rachmadi Usman, Opcit, hal 236-237

Page 144: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

144

1. Dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemberi fidusia dan penerima

fidusia ;

2. Dapat diperoleh harga yang tertinggi menguntungkan para pihak;

3. Diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan atau penerima fidusia

kepada pihak-pihak yang berkepentingan;

4. Diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar didaerah

yang bersangkutan, dan;

5. Pelaksanaan penjualan dibawah angan tersebut dilakukan setelah waktu 1

bulan sejak diberitahukan secara tertulis.

Menurut Kitab Undang-undang Hukum acara Perdata, setiap akta yang

mempunyai title eksekutorial dapat dilakukan fiat eksekusi. Pasal 224 HIR

tersebut menyatakan bahwa grosse akta dari akta hipotek dan surat hutang yang

dibuat dihadapan notaris dan berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa” berkekuatan sama dengan kekuatan suatu putusan hakim. Jika

tidak dengan jalan damai, maka surat yang demikian dieksekusi dengan perintah

dibawah pimpinan ketua pengadilan Negeri, yang dalam daerah kedudukannya

yang dipilihnya yaitu menurut tata cara yang dinyatakan dalam pasal-pasal

sebelumnya.129

UUJF menyatakan dalam sertifikat jaminan fidusia terdapat kata-

kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA

ESA”. Sertifikat jaminan fidusia tersebut memiliki kekuatan eksekutorial yang

sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pada dasarnya sebelum terjadinya eksekusi barang jaminan dalam

perjanjian kredit koperasi melakukan upaya-upaya agar debitur dapat membayar,

upaya-upaya tersebut antara lain :

1. Rescheduling

a. Memperpanjang jangka waktu pengembalian kredit

129

Munir Fuady, Opcit, hal 159

Page 145: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

145

Dalam hal ini debitur diberikan kelonggaran dalam jangka waktu kredit

contohnya memberikan perpanjangan jangka waktu kredit dari 3 bulan menjadi 9

bulan.

b. Memperpanjang jangka waktu angsuran

Keringanan Pengembalian kredit dengan jangka waktu angsuran kredit

diperpanjang pembayarannya contoh 20 kali menjadi 50 kali

2. Reconditioning

Pengubahan berbagai persyaratan kredit agar debitur dapat membayar

utangnya seperti;

a) Kapitalisasi bunga, yaitu perubahan bunga dijadikan hutang pokok.

b) Penundaan pembayaran bunga dalam waktu tertentu.

Hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok

pinjamannya tetap wajib dibayar yang dilakukan untuk meringankan debitur.

c) Penurunan suku bunga.

Penurunan suku bunga bertujuan untuk meringankan beban debitur.

contoh bunga per tahun sebelumnya dibebankan 10 % diturunkan menjadi 8 %.

Hal ini tergantung dari pertimbangan dari koperasi.

d) Pembebasan bunga.

Pembebasan suku bunga dapat dilakukan apabila debitur sudah tidak

mampu lagi membayar bunga tetapi tetapi berkewajiban untuk membayar pokok

pinjamannya .

3. Restructuring

a. Dengan menambah jumlah kredit

Page 146: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

146

b. Dengan menambah equity:

- dengan menyetor uang tunai

- tambahan dari pemilik

4. Penyitaan jaminan

Penyitaan jaminan terjadi jika debitur tidak memiliki itikad baik ataupun

sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutangnya.130

Pelaksanaan

eksekusi jaminan fidusia yang tidak didaftarkan menggunakan teori perjanjian dan

teori perlindungan hukum. Teori perjanjian digunakan untuk pelaksanaan

eksekusi dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat oleh para pihak,

sedangkan untuk teori perlindungan hukum, hukum dilakukan dengan membatasi

berbagai kepentingan pihak lain, hukum memiliki tujuan untuk mengintegrasikan

dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan masyarakat. Cara penyelesaian

terhadap debitur yang tidak melaksanakan prestasinya dapat dilakukan dengan

penyitaan jaminan, dimana jaminan tersebut akan dijual untuk melunasi hutang

debitur. Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila debitur tidak

memiliki itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua

hutang-hutangnya. Penyitaan jaminan dapat dilakukan bukan hanya barang-

barang yang telah dijadikan jaminan tapi juga seluruh harta kekayaan yang telah

dimiliki debitur apabila terjadi ketidaksanggupan membayar sesuai dengan yang

telah diperjanjikan. Penyitaan jaminan terhadap barang debitur dilakukan oleh

Bagian Kredit Koperasi Tunas Sari dan barang jaminan tersebut dijual dan hasil

penjualan diambil sebagai pelunasan utang debitur dan sisa penjualan

130

http://en.Wikipedia.org/wiki/blog.com, Wikipedia Foundation Inc,

diakses pada hari Minggu, 5 September 2010.

Page 147: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

147

dikembalikan kepada debitur. Penjualan barang jaminan disesuaikan dengan harga

pasar dari jaminan tersebut, agar tidak merugikan debitur.131

Pada Koperasi diwilayah kota denpasar pelaksanaan eksekusi biasanya

dilakukan dengan kekeluargaan dikarenakan jika dilanjutkan hingga tingkat

pengadilan menambah biaya yang relatif besar. Pelaksanaan eksekusi dapat

dilakukan dengan penjualan sendiri oleh debitur atau koperasi membantu

menjualkan barang jaminan tersebut dengan harga yang sesuai. Dari hasil

penjualan jaminan fidusia tersebut digunakan untuk pelunasan seluruh hutang-

hutang debitur kepada koperasi. Apabila terdapat ada sisa dari hasil penjualan

barang jaminan dikembalikan kepada debitur, sedangkan apabila terjadi

kekurangan bayar dari hasil penjualan barang jaminan debitur wajib untuk

melunasi sisa dari kekurangan tersebut.132

Apabila terjadi permasalahan dalam

penyelesaian tunggakan kredit maka diselesaikan secara kekeluargaan

dikarenakan koperasi merupakan milik seluruh anggota koperasi yang memiliki

tujuan untuk mensejahterakan anggotanya.133

Dari hasil penelitian pada koperasi

di wilayah denpasar yang melaksanakan eksekusi dengan cara kekeluargaan,maka

hasil hipotesis permasalahan yang ketiga yaitu Apabila terjadi wanprestasi oleh

pihak debitur maka penyelesaian eksekusi terhadap jaminan fidusia yang tidak

didaftarkan dengan upaya mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri

131

Wawancara Bapak I Wayan Landuh (Operasional Manajer Koperasi

Tunas Sari), Tanggal 30 Mei 2013 132

Wawancara Bapak A.A. Made Subur, (Kepala Bagian Kredit Koperasi

Pemogan), tanggal 8 Mei 2013 133

Wawancara Yulia Rahadyanti (anggota koperasi Wisuda Guna Raharja)

tanggal 8 Agustus 2013

Page 148: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

148

hingga turunnya putusan pengadilan untuk pelaksanaan eksekusi tidak sesuai

dengan pelaksanaan dilapangan.

Eksekusi pada perjanjian kredit pada koperasi dengan jaminan fidusia

yang tidak didaftarkan, seharusnya tidak dapat dieksekusi sesuai dengan amanat

Pasal 27 ayat (1) UUJF yaitu dengan adanya pendaftaran jaminan fidusia kreditor

sebagai penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan (preferent) terhadap

kreditor lainnya untuk menjual atau mengeksekusi benda jaminan fidusia dan hak

didahulukan untuk mendapatkan pelunasan hutang dari hasil eksekusi benda

jaminan fidusia tersebut dalam hal debitur wanprestasi serta memiliki kekuatan

eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan, tetapi dalam kenyataanya

jaminan fidusia yang tidak didaftarkan pada Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia, tetap dapat dilakukan eksekusi oleh koperasi dengan cara kekeluargaan.

Page 149: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

149

BAB VI

PENUTUP

6.1. Simpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian pembahasan diatas

adalah :

1. Tidak didaftarkannya jaminan fidusia dalam perjanjian kredit koperasi

disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal dari

koperasi. Pada faktor internal dikarenakan pihak koperasi kurang

mengetahui pentingnya pendaftaran jaminan fidusia dalam perjanjian

kredit yang dilakukan oleh koperasi untuk adanya jaminan kepastian

hukum dan kekuatan mengikat eksekutorial pada perjanjian tersebut.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi tidak didaftarkannya

jaminan fidusia antara lain :

a. Faktor Masyarakat : Adanya biaya tambahan dalam pembuatan akta

notaris dan dilanjutkan dengan biaya pendaftaran jaminan fidusia yang

dirasa membebani debitur yang merupakan anggota koperasi dan

pendaftaran jaminan fidusia membutuhkan biaya lagi selain biaya-

biaya administrasi yang telah dikurangi sebelumnya, oleh karena itu

tidak sesuai dengan amanat Pasal 3 Undang-Undang Pekoperasian

yang koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya

b. Faktor Penegak Hukum : Kurang efektifnya sosialisasi yang dilakukan

oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia mengenai

pentingnya pendaftaran jaminan fidusia.

Page 150: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

150

c. Faktor Hukumnya Sendiri :Tidak Adanya ketentuan jangka waktu

yang pasti terhadap pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dalam

Pasal 11 UUJF mengatur mengenai kewajiban pendaftaran jaminan

fidusia

2. Jaminan fidusia yang tidak didaftarkan hanya mengikat para pihak yang

membuat perjanjian dan kekuatan eksekutorial dari jaminan fidusia yang

tidak didaftarkan berlaku jika debitur hanya memiliki satu kreditur,

sedangkan jika memiliki lebih dari satu kreditur kekuatan eksekutorial

dimiliki oleh kreditur yang mendaftarkan jaminan fidusia tersebut.

3. Debitur yang memiliki satu kreditur pelaksanaan eksekusi dapat dilakukan

dengan musyawarah, sedangkan debitur yang memiliki lebih dari satu

kreditur dengan jaminan fidusia yang tidak didaftarkan maka pelaksanaan

eksekusi dengan menempuh upaya pengadilan.

6.2.Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat disarankan hal-hal sebagai

berikut :

1. Bagi Pemerintah : hendaknya pihak pemerintah lebih giat lagi melakukan

sosialisasi mengenai pentingnya pendaftaran jaminan fidusia untuk

menjamin adanya kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi para

pihak.

2. Bagi Koperasi : untuk menjamin adanya kepastian hukum dan

perlindungan hukum hendaknya koperasi dikota denpasar dalam

melakukan perjanjian kredit yang diikat dengan jaminan fidusia haruslah

Page 151: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

151

dibuat dengan akta notariil dan melakukan pendaftaran jaminan fidusia

pada kantor Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia agar koperasi

memiliki jaminan kepastian hukum dan memiliki kedudukan yang

preferen dari kreditur lainnya

3. Bagi debitur : Hendaknya pihak debitur mau untuk melakukan pendaftaran

jaminan fidusia, untuk adanya jaminan kepastian hukum dan memiliki

kekuatan eksekutorial, dalam melaksanakan eksekusi atas jaminan fidusia

apabila terjadi wanprestasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Page 152: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

152

DAFTAR PUSTAKA

A.BUKU :

Amirudin dan Zainal Asikin, 2006, Penghantar Metode Penelitian Hukum, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Atmasasmita, Romli, 2001, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia dan

Penegakan Hukum, Mandar Maju,Bandung.

Baswir, Revrisond, 2000, Koperasi Indonesia, BPFE , Yogyakarta.

Pusat Bahasa, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Campbell, Black Henry, 1999, Black’s Law Dictionary. Edisi VI. St. Paul

Minesota: West Publishing

Fuady, Munir, 2005, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era

Globalisasi, Citra Aditya Bakti, Bandung.

______, 2003, Jaminan Fidusia , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Golding, M.P, The Nature of Law Readings in Legal Philosophy, Columbia

University, Random House, New York.

Hadjon, Philipus M, 1998, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina

Ilmu, Surabaya.

Hadhikusuma, R.T Sutantya Raharja, 2000 Hukum Koperasi Indonesia, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta

Hart, H.L.A, 1972, The Concept of Law,Claredon Press,Oxford.

Hutagalung, Arie Sukanti dan Markus Gunawan, 2008, Kewenangan Pemeerintah

di bidang Pertanahan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Bruggink, J.J.H, 1996, Refleksi tentang Hukum, terjemahan Arief Sidharta, Citra

Aditya, Bandung

Kansil, CST, 2002, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai

Pustaka, Jakarta.

Kartasapoetra dan A. G Kartasanoetra dan kawan, 2001, Koperasi Indonesia yang

Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Page 153: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

153

Kelsen, Hans sebagaimana diterjemahkan oleh Raisul Mutaqien, 2006, Teori

Hukum Murni, Nuansa dan Nusamedia, Bandung.

_______, sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, 2007, General Theory Of

Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum

Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, BEE Media Indonesia,

Jakarta.

Khasadi, 2006, Materi Hukum Jaminan, Progaram Studi Magister Kenotariatan

Universitas Diponegoro Semarang.

Manullang,Hamzah Senjum, 1987, Lembaga Fidusia dan Penerapannya di

Indonesia, Indhill Co.Jakarta.

Badrulzaman, Mariam Darus, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan (Dalam Rangka

Menyambut Masa Purna Bakti Usia 70 Tahun), PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Mertokusumo, Sudikno, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty,

Yogyakarta

Miru, Ahmadi, 2010, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Raja Grafindo,

Jakarta.

Sinungan, Muchdarsyah, 1992, Manajemen Dana Bank, Bumi Aksara, Jakarta

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung.

Muhammad Abdulkadir, 2010, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Mustafa Bacshan, Bewa Ragawino, Yaya Priatna, 2004, Azas-Azas Hukum

Perdata dan Hukum Dagang, Edisi Pertama, Armico, Bandung.

Muladi. 2002, Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana. Cetakan

Kedua, Universitas Diponegoro, Semarang.

Patrik, Purwahid, 1994, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung

Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis dan Disertasi, 2007, Program Studi

Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana.

Page 154: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

154

Pound,Roscoe, 1996, Pengantar Filsafat Hukum (An Introduction to the

philosophy of Law) diterjemahkan oleh Mohammad Radjab, Bhratara Niaga

Media, Jakarta.

Prodjodikoro,Wirjono, 1985, Hukum Perdata Tentang Persetujuan Tertentu, Cet

VIII, Sumur, Bandung.

Rahardjo,Satjipto, 2006, Membedah Hukum Progresif, Penerbit Buku Kompas,

Jakarta.

Ridwan HR, 2007, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Patrik Purwahid, 1986, Asas Iktikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian, Badan

Penerbit UNDIP Semarang.

Soebekti, R, 2001, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta.

________, 1982, Law In Indonesia, Centre For Strategic And International, And

Studies, third edition, Jakarta.

Soemitro, Rony Hatnijo, 1998, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia

Indonesia, Jakarta

Soekanto, Soerjono, 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan

Hukum,PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta

Sunaryati CFG, Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum

Nasional , Alumni, Bandung

Sunggono, Bambang, 2003, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta

Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, 1980, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-

Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Penerbit Liberty,

Yogyakarta.

Karmelo Tan, 2006, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang didambakan,

Alumni, Bandung.

Vasu, Sucitthra, 2006, Contract Law For Business People, Rank Books,

Singapore.

Page 155: The Legal Executorial Of The Credit Agreement With Fiduciary ...

155

B.PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

R.Soebekti dan Tjitrosudibio, 2003, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

PT.Pradnya Paramita, Jakarta.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182 dan Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3790).

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168 dan Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3632)

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 212 dan Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5355).

C. INTERNET

Supanto, Perlindungan Hukum Wanita, http//.supanto.staff.hukum.uns.co.id

Arikanti Natakusumah, Pemahaman Terhadap Akta Perjanjian Kredit,

http://groups.google.co.id/group/NOTARISPPATINDONESIA/msg/fc6c894

afef26e4b?dmode=ssource

http://en. Wikipedia.org/wiki/blog.com, Wikipedia Foundation Inc., diakses pada

hari Minggu, 5 September 2010.

https://susansutardjo.wordpress.com/tag/pengawasan-koperasi, diunduh tanggal

22 Agustus 2013

https://susansutardjo.wordpress.com/tag/pengawasan-koperasi, diunduh pada

tanggal 22 Agustus tahun 2013

https://repository.usu.ac.id/Siagian:penerapan prinsip kehati-hatian dalam

pemberian kredit,diunduh pada tanggal 22 Agustus tahun 2013