tgs tsf 1

3
b. Kelarutan Kelarutan menjadi hal yang harus diperhatikan apabila sediaan parenteral volume besar dipakai sebagai pembawa obat lain, atau terjadinya kristal pada beberapa zat. Pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk mermbuat sediaan parenteral volume besar adalah obat-obatan/zat yang mudah larut. Kelarutan sangat penting untuk pengembangan larutan yang dapat disuntikkan baik secara intravena maupun intramuscular. Sediaan dalam bentuk infus harus jernih, maka bahan-bahan obat/zat yang akan digunakan untuk membuat infus harus larut sempurna dalam pembawanya. Air merupakan pelarut yang paling umum digunakan sebagai zat pembawa yang digunakan dalam formulasi infus. Selain itu, untuk memperoleh kelarutan yang baik, komponen yang akan digunakan harus memiliki kualitas yang baik. Kontaminasi fisika dan kimia tidak hanya menyebabkan iritasi ke jaringan tubuh, tetapi jumlah kontaminasi tersebut juga dapat menyebabkan degradasi produk sebagai hasil dari perubahan kimia, khususnya selama waktu pemanasan bila digunakan sterilisasi panas. Adapun pelarut bukan air yang dipilih harus dengan hati-hati, karena pelarut tersebut tidak boleh bersifat iritasi, toksik atau terlalu pekat dan juga tidak boleh memberi efek merugikan pada bahan formulasi lainnya.Pemilihan pelarut seperti itu harus melibatkan suatu evaluasi sifat-sifat fisiknya seperti kerapatan, viskositas, kemampuan bercampur dan kepolaran, kestabilan, aktivitas pelarut dan toksisitas. Contoh pelarut bukan air yang dapat dikombinasi dengan air adalah dioksilan, dimetil-asetamida, N-(β-hidroksietil )-laktamida, butilen glikol, polietilen glikol 400 dan 600, propilen glikol, gliserin, etil alkohol. Pelarut bukan air yang tidak dapat bercampur dengan air contohnya minyak lemak, etil oleat, isopropil miristat, dan benzilbenzoat. d. Ukuran partikel Ukuran pratikel bahan obat mempunyai peranan dalam sediaan farmasi sebab ukuran partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya. Untuk sediaan infus harus memiliki ukuran partikel yang kecil karena sediaan infus pemberiannya langsung kedalam pembuluh darah vena. Jika terdapat ukuran partikel yang besar dalam infus

description

fgfnh

Transcript of tgs tsf 1

b.KelarutanKelarutan menjadi hal yang harus diperhatikan apabila sediaan parenteral volume besar dipakai sebagai pembawa obat lain, atau terjadinya kristal pada beberapa zat.Pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk mermbuat sediaan parenteral volume besaradalah obat-obatan/zat yangmudah larut.Kelarutan sangat penting untuk pengembangan larutan yang dapat disuntikkan baik secara intravena maupun intramuscular.Sediaan dalam bentuk infus harus jernih, maka bahan-bahan obat/zat yang akan digunakan untuk membuat infus harus larut sempurna dalam pembawanya.Air merupakan pelarut yang paling umumdigunakan sebagai zat pembawa yang digunakan dalam formulasi infus.Selain itu, untuk memperoleh kelarutan yang baik,komponenyang akan digunakanharus memiliki kualitas yang baik. Kontaminasi fisika dan kimia tidak hanya menyebabkan iritasi kejaringan tubuh, tetapi jumlah kontaminasi tersebut juga dapat menyebabkan degradasi produk sebagai hasil dari perubahan kimia, khususnya selama waktu pemanasan bila digunakan sterilisasi panas.Adapun pelarut bukan airyangdipilihharusdengan hati-hati, karena pelarut tersebut tidak boleh bersifat iritasi, toksik atau terlalu pekat dan juga tidak boleh memberi efek merugikan pada bahan formulasi lainnya.Pemilihan pelarut seperti itu harus melibatkan suatu evaluasi sifat-sifat fisiknya seperti kerapatan, viskositas, kemampuan bercampur dan kepolaran, kestabilan, aktivitas pelarut dan toksisitas. Contoh pelarut bukan air yang dapat dikombinasi dengan air adalah dioksilan, dimetil-asetamida, N-(-hidroksietil )-laktamida, butilen glikol, polietilen glikol 400 dan 600, propilen glikol, gliserin, etil alkohol. Pelarut bukan air yang tidak dapat bercampur dengan air contohnya minyak lemak, etil oleat, isopropil miristat, dan benzilbenzoat.d.Ukuran partikelUkuran pratikel bahan obat mempunyai peranan dalam sediaan farmasi sebab ukuran partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya.Untuk sediaan infus harus memiliki ukuran partikel yang kecil karena sediaan infus pemberiannya langsungkedalam pembuluh darah vena. Jika terdapat ukuran partikel yang besar dalam infus maka dikhawatirkan akan terjadi penyumbatan atau gangguan dalam pembuluh darah. Solubilitas / kelarutan.Kelarutan suatu bahan obat atau obat baru dalam air sangat dibutuhkan dalam studi preformulasi bentuk sediaan farmasi. Obat yang diberikan secara peroral harus larut dalam cairan saluran cernah (GI) sebelum diserap atau diabsorpsi. Kelarutan bahan obat dalam cairan fisikologis dengan rentang ph 1-8 penting sekali untuk diketahui informasinya. DisolusiPenentuan kecepatan disolusi intriksi suatu bahan obat atau obat rentang ph cairan fisiologik sangat penting diketahui, karena ini dapat gunakan untuk melakukan prediksi absorpsi dan sifat-sifat fisikokimia.Untuk menentukan kecepatan disolusi dapat dilakukan berbagai macam cara. Nerst (1904) memodifikasi persamaan yang dipopulerkan oleh Noyes-Whitney (1887) yang secara umum diaplikasikan untuk penetuan disolusi bahan padat sebagai berikut :Dc/dt = DA/h.V(Cs-C)Dimana :D = koefisien difusih = ketebalan lapisan difusi anatarmuka padat cairA = luas permukaan yang dieskpos pada medium disolusiV = volume mediaCs = konsentrasi jenuh larutan nobat dalam media disolusiC = konsentrasi obat dalam larutan padat waktu t. Koefisien partisiKoefisien partisi dalam sitem minyak / air, seperti oktanol / air dan kloroform / air, merupakan indikasi lipofilitas obat. Perbandingan antara distribusi obat yang tidak terion dengan fasa organik dan asa air pada kesetimbangan adalah :P = C minyak / C airDimana : P = koefisien partisiKoefisien partisi digunakan sebagai petunjuk secara empirit dalam penelitian sifat biologi dan kecepatan serta julah absorpsi obat disaluran cerna. Data koefisien partisi saja belum cukup untuk meneliti absorpasi secara in vivo. Konstanta disosiasiKebanyakan senyawa obat berupa asam atau basah lemah dan memiliki karakter ionik dan mempengaruhi proses transfer melalui sel membran. Diketahui bahwa pada umunya membran biologi bersifat liofilik dan obat berpenetrasi melewati barier membran dalam bentukmolekul merupakan parameter absorpsiobat memegang peranan penting, sehingga dibutuhkan penelitian stabilitas dibutuhkan penelitian stabilitas dan solubilitas mobat dalam larutan.PH = pKa+ log [(A-)/(HA)]PolimorfismePerbedaan yang mendasar dari sediaan solida adalah bentuk fisik lainnya yaitu berupa kristal solida adalah bentuk fisik lainnya yaitu berupa kristal atau amorf dari serbukBanyak obat berada dalam bentuk polimorfik, walaupun secara kimia identik. Tapi terdapat variasi struktur kristalnya, sehingga menghasilkan perbedaan dalam kelarutan dan kecepatan disolusi dari setiap bentuk. Semua bentuk amorf dan kristalin akan dikonversi menjadi bentuk kristalin yang stabil. Bentuk yang digunakan dalan farmasi adalah bentuk yang cukup stabil untuk menjdamn usia-guna-sediaan dan ketersediaan hayati.Stabilitas kimiaPenentuan stabilitas suatu obat sangat penting diketahui sedini mungkin. Studi tentang stabilitas preformulasi ini meliputi bentuk larutan dan keadaan padat pada beberapa keadaan dalam yaitu formulasi, penyimpanan dan pemberian in vivo.Pengaruh PH sangat penting terutama pada pemberian secara peroral. Obat yang sangat peka terhadap asam perlu dilindungi terhadap suasana asam, terutam asam lambung dimana obat tersebut diberikan secara oral.Evalusi obat terhadap stabilitas kimia sangat penting dilakukan, hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti metode HLPC.