terapi oksigen

33
BAB I PENDAHULUAN Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik ), dan meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik), tujuan dari terapi oksigen ini adalah untuk meningkatkan konsentrasi O 2 pada darah arteri sehingga masuk ke jaringan untuk memfasilitasi metabolisme aerob, dan mempertahankan PaO 2 > 60 mmHg atau SaO 2 > 90 %. Indikasi pemberian terapi oksigen ini adalah pasien hipoksia, oksigenasi kurang sedangkan paru normal, oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal, oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal, pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi, dan pada pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah. Tekhnik pemberian terapi oksigen ini bisa dengan sistem aliran rendah seperti, kateter nasal, kanul nasal / kanul binasal / nasal prong, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing, dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Bisa juga dengan tekhnik aliran tinggi seperti, sungkup muka dengan venturi / Masker Venturi (High flow low concentration), Bag and Mask / resuscitator 1

description

Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik ),

Transcript of terapi oksigen

Page 1: terapi oksigen

BAB I

PENDAHULUAN

Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial

oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kadar

oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik ), dan meningkatkan tekanan oksigen

(Hiperbarik), tujuan dari terapi oksigen ini adalah untuk meningkatkan

konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke jaringan untuk memfasilitasi

metabolisme aerob, dan mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 %.

Indikasi pemberian terapi oksigen ini adalah pasien hipoksia, oksigenasi kurang

sedangkan paru normal, oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal,

oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal, pasien yang

membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi, dan pada pasien dengan

tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah. Tekhnik pemberian terapi

oksigen ini bisa dengan sistem aliran rendah seperti, kateter nasal, kanul nasal /

kanul binasal / nasal prong, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan

kantong rebreathing, dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Bisa

juga dengan tekhnik aliran tinggi seperti, sungkup muka dengan venturi / Masker

Venturi (High flow low concentration), Bag and Mask / resuscitator manual, dan

Collar trakeostomi. Pemberian terapi oksigen dapat mengakibatkan kebakaran,

iritasi saluran pernapasan, keracunan oksigen, kejang bahkan sampai koma.

Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley di Bristol Inggris tahun

1775 dan dipakai dalam bidang kedokteran oleh Thomas Beddoes sejak awal

tahun 1800. alvan Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pasien

hipoksemia dan terapi oksigen jangka panjang pasien penyakit paru obstruktif

kronik. Chemiack tahun 1967 melaporkan pemberian oksigen melalui kanula

hidung dengan aliran lambat pasien hiperkapnia dan memberikan hasil yang baik

tanpa retensi CO2.2

Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam

proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel

1

Page 2: terapi oksigen

tubuh. Secara normal elemen ini iperoleh dengan cara menghirup udara ruangan

dalam setiap kali bernafas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh

interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis.

Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses

lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam

kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi sebagai

dokter dalam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi

masalah.

2

Page 3: terapi oksigen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Terapi Oksigen

11.1. Definisi

Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui

saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. (Standar

Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005)

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi

dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut

konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah 21 %, (Brunner & Suddarth,2001)

Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut Titin, 2007, Terapi oksigen adalah

suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang

dapat dilakukan dengan cara:

a. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik )

b. Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik)

II.2. Tujuan

a. Meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke

jaringan untuk memfasilitasi metabolisme aerob

b. Mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 % untuk :

- Mencegah dan mengatasi hipoksemia / hipoksia serta

mmempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat.

- Menurunkan kerja nafas dan miokard.

- Menilai fungsi pertukaran gas

Alat Aliran (L/menit)Fi O2 (fraksi oksigen

inspirasi)

Kanula

nasal

1

2

3

4

0,24

0,28

0,32

0,36

3

Page 4: terapi oksigen

5

6

0,40

0,44

Masker

oksigen

5-6

6-7

7-8

0,40

0,50

0,60

Masker

dengan

kantong

reservoir

6

7

8

9

10

0,60

0,70

0,80

≥0,80

≥0,80

II.3. Indikasi

a. Pasien hipoksia

Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah

ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit

sistim pernafasan lainnya.

Gejala dan tanda hipoksia hipoksik:

1. Pengaruh penurunan tekanan barometer

Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan menimbulkan alkalosis

respiratorik.

2. Gejala hipoksia saat bernafas oksigen

Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg, dan pada atau

lebih rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih pada suhu tubuh.

Setiap orang yang terpajan pada tekanan yang rendah akan lebih dahulu

meninggal saat hipoksia, sebelum gelembung uap air panas dari dalam tubuh

menimbulkankematian.

3. Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa

Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian sekitar 3700 m. Pada

ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat, dan diatas 6100 m, umumnya

seseorang hilang kesadaran.

4. Efek lambat akibat ketinggian

4

Page 5: terapi oksigen

Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak nafas,

serta mual dan muntah.

5. Aklimatisasi

Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan, karena alkalosis

cenderung melawanefek perangsangan oleh hipoksia. Timbulnya asidosis laktat

dalam otak akan menyebabkan penurunan pH LCSdan meningkatkan respon

terhadap hipoksia.

Penyakit yang menyebabkan Hipoksia Hipoksik

Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi atas penyakit dengan kegagalan

organ pertukaran gas, penyakit seperti kelainan jantung kongenital dengan

sebagian besar darah dipindah dari sirkulasi vena kesisi arterial, serta penyakit

dengan kegagalan pompa pernafasan. Kegagalan paru terjadi bilakeadan seperti

fibrosis pulmonal menyebabkan blok alveoli – kapiler atau terjadi ketidak

seimbangan ventilasi – perfusi. Kegagalan pompa dapat disebabkan oleh

kelelahan otot-otot pernafasan pada keadaan dengan peningkatan beban kerja

pernafasan atau oleh berbagai gangguan mekanik seperti pneumothoraks atau

obstruksi bronkhialyang membatasi ventilasi. Kegagalan dapat pula disebabkan

oleh abnormalitas pada mekanisme persarafan yang mengendalikan ventilasi,

seperti depresi neuron respirasi di medula oblongata oleh morfin dan obat-obat

lain.

Hipoksia Anemik

Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena

terdapat peningkatan kadar 2,3-DPG didalam sel darah merah,kecuali apabila

defisiensi hemoglobin sangat besar. Meskipun demikian, penderita anemia

mungkin mengalami kesulitan cukup besar sewaktu melakukan latihan fisik

karena adanya keterbatasan kemampuan meningkatkan pengangkutan

O2 kejaringan aktif.

Hipoksia Stagnan

Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal

dan jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami

5

Page 6: terapi oksigen

kerusakan akibat hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan

normal, aliran darah ke paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi

jangka waktu lama untuk menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun, syok

paru dapat terjadi pada kolaps sirkulasi berkepanjangan,terutama didaerah paru

yang letaknya lebih tinggi dari jantung.

Hipoksia Histotoksik

Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling

sering diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom

oksidasi serta mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit

digunakan untuk mengobati keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan

sianida, menghasilkan sianmethemoglobin, suatu senyawa non toksik.

Kemampuan pengobatan menggunakansenyawa ini tentu saja terbatas pada

jumlah methemoglobin yang dapat dibentuk dengan aman. Pemberian terapi

oksigen hiperbarik mungkin juga bermanfaat.

b. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal

c. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal

d. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal.

e. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi.

f. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah.

Contoh :

- Pasien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil AGD

- Pasien dengan peningkatan kerja napas dimana tubuh terjadi hipoksemia

ditandai dengan PaO2 dan SpO2 menurun. Pasien yang teridentifikasi hipoksemia

contohnya syok dan keracunan CO.

- Pasien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk

mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.

- Beberapa trauma

Terapi ini diberikan dengan orang yang mempunyai gejala :

- Sianosis - Keracunan

- Hipovolemi - Asidosis

- Perdarahan - Selama dan sesudah pembedahan

6

Page 7: terapi oksigen

- Anemia berat - Klien dengan keadaan tidak sadar

Kriteria pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan dengan

beberapa cara dibawah ini.

1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus), Diberikan

apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:

PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%.

PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor

pulmonale, polisitemia (hematokrit >56%).

2. Pemberian secara berselang

Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai:

Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%

Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai

komplikasi seperti hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia.

Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen

perlu dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu

tidaknya terapi oksigen jangka panjang.

II.4. Kontra Indikasi

Tidak ada kontra indikasi absolut :

a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.

b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala,

trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal.

c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi,

akan lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.

II.5. Alat – Alat yang Diperlukan

a. Kateter nasal.

b. Kanul nasal/binasal/nasal prong

c. Sungkup muka sederhana.

d. Sungkup muka rebreathing dengan kantong oksigen.

7

Page 8: terapi oksigen

e. Sungkup muka non rebreathing dengan kantong oksigen.

f. Sungkup muka Venturi

g. Jelly.

h. Plester.

i. Gunting.

j. Sumber oksigen.

k. Humidifier.

l. Flow meter.

m. Aqua steril.

n. Selang oksigen.

o. Tanda dilarang merokok

II.6. Syarat-Syarat Pemberian Oksigen

Meliputi :

1. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi,

2. Tahanan jalan nafas yang rendah,

3. Tidak terjadi penumpukan CO2,

4. Efisien,

5. Nyaman untuk pasien.

II.7. Protokol Prosedur

Dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :

II.7.1. Sistem Aliran Rendah

Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan,

bekerja dengan memberikan oksigen pada frekuensi aliran kurang dari volume

inspirasi pasien, sisa volume ditarik dari udara ruangan. Karena oksigen ini

bercampur dengan udara ruangan, maka FiO2 aktual yang diberikan pada pasien

tidak diketahui, menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe

8

Page 9: terapi oksigen

pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Alat oksigen aliran rendah cocok

untuk pasien stabil dengan pola nafas, frekuensi dan volume ventilasi normal,

misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 –

20 kali permenit.

Contoh sistem aliran rendah adalah :

Low flow low concentration :

a. Kateter nasal

b. Kanul nasal / kanul binasal / nasal prong.

Low flow high concentration

a. Sungkup muka sederhana.

b. Sungkup muka dengan kantong rebreathing

c. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

a. Kateter Nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu

dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%. Prosedur

pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai

naso faring. Persentase oksigen yang mencapai paru-paru beragam sesuai

kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama jika mukosa nasal membengkak.

a. Keuntungan Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan

berbicara, dan membersihkan mulut, murah dan nyaman serta dapat juga

dipakai sebagai kateter penghisap. Dapat digunakan dalam jangka waktu yang

lama.

b. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%,

tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, nyeri saat

kateter melewati nasofaring, dan mukosa nasal akan mengalami trauma,

fiksasi kateter akan memberi tekanan pada nostril, maka kateter harus diganti

tiap 8 jam dan diinsersi kedalam nostril lain, dapat terjadi distensi lambung,

terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt

dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta

kateter mudah tersumbat dan tertekuk.

9

Page 10: terapi oksigen

Tahap kerja:

a. Atur posisi pasien senyaman mungkin ( memudahkan dalam melakukan tindakan

b. Jaga privacy pasien (menjaga kesopanan perawat dan kepercayaan pasien).

c. Dekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau memudahkan dan melancarkan

pelaksanaan tindakan).

d. Membebaskan jalan napas dengan mengisap sekresi (syarat utama pemasangan

nasal kateter adalah jalan nafas harus bebas untuk memudahkan memasukkan

kateter).

e. Atur posisi pasien dengan kepala ekstensi (jalan nafas lebih terbuka , pasien lebih

nyaman, kateter lebih mudah dimasukkan).

f. Untuk memperkirakan dalam kateter, ukur antara lubang hidung sampai keujung

telinga (untuk memastikan ketepatan kedalaman kateter).

g. Bila ujung kateter terlihat di belakang ovula, tarik kateter sehingga ujung kateter

tidak terlihat lagi.( untuk memastikan ketepatan kedalaman kateter).

h. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai kebutuhan

(Mencegah kekeringan pada membran mukosa nasal dan membran mukosa oral

serta sekresi jalan nafas).

i. Mengatur volume oksigen sesuai kebutuhan (menjamin ketepatan dosis dan

mencegah terjadinya efek samping).

j. Beri pelicin atau jelly pada ujung nasal kateter (memudahkan dan mencegah iritasi

dalam pemasangan kateter).

k. Gunakan plester untuk fiksasi kateter antara bibir atas dan lubang hidung

(mencegah kateter terlepas dan menjamin ketepatan posisi kateter).

l. Observasi tanda iritasi lubang, pengeringan mukosa hidung, epistaksis, dan

kemungkinan distensi lambung. (terapi oksigen menyebabkan mukosa nasal

mengering, epistaksis dan distensi lambung. Deteksi dini mengurangi risiko efek

samping).

m. Kateter diganti tiap 8 jam dan dimasukkan ke lubang hidung yang lain jika

mungkin (mengurangi iritasi mukosa hidung,menjamin kepatenan kateter).

10

Page 11: terapi oksigen

b. Kanul Nasal/ Binasa/ Nasal Prong

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan

aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal yaitu

24 % - 44 %. Persentase O2 pasti tergantung ventilasi per menit pasien. Pada

pemberian oksigen dengan nasal kanula jalan nafas harus paten, dapat digunakan

pada pasien dengan pernafasan mulut.

FiO2 estimation :

Flows FiO2

• 1 Liter /min : 24 %

• 2 Liter /min : 28 %

• 3 Liter /min : 32 %

• 4 Liter /min : 36 %

• 5 Liter /min : 40 %

• 6 Liter /min : 44 %

Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %

a. Keuntungan

Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,

pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, murah, disposibel, klien bebas

makan, minum, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa

nyaman. Dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut, bila pasien

bernapas melalui mulut, menyebabkan udara masuk pada waktu inhalasi dan akan

mempunyai efek venturi pada bagian belakang faring sehingga menyebabkan

oksigen yang diberikan melalui kanula hidung terhirup melalui hidung.

b. Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen

berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul

hanya 1/1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal.

Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan, sebab pemberian flow

rate yang lebih dari 4 liter tidak akan menambah FiO2, bahkan hanya pemborosan

oksigen dan menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir. Dapat

11

Page 12: terapi oksigen

menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga dan di hidung akibat pemasangan

yang terlalu ketat. Cara pemasangan :

a. Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan atur lubang kanul yang

elastis sampai kanul benar-benar pas menempati hidung dan nyaman bagi

klien.(Membuat aliran oksigen langsung masuk ke dalam saluran nafas

bagian atas. Klien akan tetap menjaga kanul pada tempatnya apabila kanul

tersebut pas kenyamanannya).

b. Hubungkan kanul ke sumber oksigen dan atur kecepatan aliran sesuai yang

diprogramkan (1–6 L/mnt.) (Mencegah kekeringan pada membran mukosa

nasal dan membran mukosa oral serta sekresi jalan nafas).

c. Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan sambungkan ke pakaian pasien

(Memungkinkan pasien untuk menengokkan kepala tanpa kanul tercabut dan

mengurangi tekanan ujung kanul pada hidung).

d. Periksa letak ujung kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier terisi aqua

steril setiap waktu. (Memastikan kepatenan kanul dan aliran oksigen,

mencegah inhalasi oksigen tanpa dilembabkan).

e. Observasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus,epistaksis dan

permukaan superior kedua telinga klien untuk melihat adanya kerusakan

kulit. (terapi oksigen menyebabkan mukosa nasal mengering, nyeri sinus dan

epistaksis. Tekanan pada telinga akibat selang kanul atau selang elastis

menyebabkan iritasi kulit).

f. Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan

hipoksia telah hilang (Mengindikasikan telah ditangani atau telah

berkurangnya hipoksia)

c. Sungkup Muka Sederhana

Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang. Merupakan alat

pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling. Aliran 5 – 8

liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%. Masker ini kontra indikasi pada

pasien dengan retensi karbondioksida karena akan memperburuk retensi. Aliran

O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari

12

Page 13: terapi oksigen

masker.

FiO2 estimation :

Flows FiO2

• 5-6 Liter/min : 40 %

• 6-7 Liter/min : 50 %

• 7-8 Liter/min : 60 %

a. Keuntungan

Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal,

sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang

besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.

b. Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat

menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. Menyekap, tidak

memungkinkan untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah.

Perlu pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan

rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang dapat disesuaikan tersedia untuk

menjamin keamanan dan kenyamanan.

a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu (syarat

terapi oksigen adalah jalan nafas harus bebas, jalan nafas yang bebas

menjamin aliran oksigen lancar).

b. Atur posisi pasien (meningkatkan kenyamanan dan memudahkan

pemasangan).

c. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan

kebutuhan 5-8 liter/menit (Mencegah kekeringan pada membran mukosa

nasal dan membran mukosa oral serta sekresi jalan nafas, menjamin

ketepatan dosis, dan mencegah penumpukan CO2 ).

d. Atur tali pengikat sungkup menutup rapat dan nyaman jika perlu dengan

kain kasa pada daerah yang tertekan ( mencegah kebocoran sungkup,

mencegah iritasi kulit akibat tekanan).

13

Page 14: terapi oksigen

e. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali

pengikat untuk mencegah iritasi kulit.

d. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing

Rebreathing mask

Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 35 – 60%

dengan aliran 6 – 15 liter/mnt , serta dapat meningkatkan nilai PaCO2. Udara

ekspirasi sebagian tercampur dengan udara inspirasi, sesuai dengan aliran O2,

kantong akan terisi saat ekspirasi dan hampir menguncup waktu inspirasi.

Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup

lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.

Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat

untuk mencegah iritasi kulit.

FiO2 estimation :

Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )

• 6 : 35 %

• 8 : 40 – 50 %

• 10 – 15 : 60 %

a. Keuntungan

Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak

mengeringkan selaput lendir.

b. Kerugian

Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, kantong oksigen bisa

terlipat atau terputar atau mengempes, apabila ini terjadi dan aliran yang rendah

dapat menyebabkan pasien akan menghirup sejumlah besar karbondioksida.

Pasien tidak memungkinkan makan minum atau batuk dan menyekap, bisa terjadi

aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat.

Caranya :

14

Page 15: terapi oksigen

a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi

b. Atur posisi pasien

c. Menghubungkan selang oksigen pada humidifier

d. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan

kebutuhan.

e. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan.

f. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan

sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Sesuai dengan aliran O2

kantong akan terisi waktu ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi

(mencegah kantong terlipat, menjaga kepatenan sungkup, mencegah

penumpukan CO2 yang terlalu banyak).

g. Mengikat tali masker O2 dibelakang kepala melewati bagian atas telinga.

(menjaga kepatenan sungkup, mencegah iritasi mata)

h. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat

(untuk mencegah iritasi kulit).

i. Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam.(observasi terhadap iritasi,muntah,aspirasi

akibat terapi, dan menjaga kenyamanan pasien).

j. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam (menjaga kepatenan alat, mencegah

infeksi, meningkatkan kenyamanan).

e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing

Non rebreathing mask

Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang tinggi mencapai 90

% dengan aliran 6 – 15 liter/mnt. Pada prinsipnya udara inspirasi tidak bercampur

dengan udara ekspirasi, udara ekspirasi dikeluarkan langsung ke atmosfer melalui

satu atau lebih katup, sehingga dalam kantong konsentrasi oksigen menjadi tinggi.

Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup

lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.

Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat

untuk mencegah iritasi kulit. Kantong tidak akan pernah kempes dengan total.

15

Page 16: terapi oksigen

Perawat harus menjaga agar semua diafragma karet harus pada tempatnya dan

tanpa tongkat.

FiO2 estimation :

Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )

• 6 : 55 – 60

• 8 : 60 – 80

• 10 : 80 – 90

• 12 – 15 : 90

a. Keuntungan :

Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%, tidak mengeringkan

selaput lendir.

b. Kerugian :

Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah. Kantong oksigen bisa

terlipat atau terputar, menyekap, perlu segel pengikat, dan tidak

memungkinkan makan, minum atau batuk, bisa terjadi aspirasi bila pasien

muntah terutama pada pasien tidak sadar dan anak-anak. Cara memasang :

a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi (k/p).

b. Atur posisi pasien

c. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan

kebutuhan.(menjaga kelembaban udara, mencegah iritasi mukosa jalan nafas

dan mulut).

d. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan , terapi oksigen dengan sungkup

non rebreathing mempunyai efektifitas aliran 6-7 liter/menit dengan

konsentrasi O2 (FiO2) 55-90 % (menjaga kepatenan sungkup, menjamin

ketepatan dosis).

e. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan

sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. (mencegah kantong terlipat,

terputar).

16

Page 17: terapi oksigen

f. Mengikat tali non rebreathing mask dibelakang kepala melewati bagian atas

telinga. (mencegah kebocoran sungkup).

g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali

pengikat (untuk mencegah iritasi kulit).

h.Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam. (observasi terhadap

iritasi,muntah,aspirasi akibat terapi, dan menjaga kenyamanan pasien).

i. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam (menjaga kepatenan alat, mencegah

infeksi, meningkatkan kenyamanan).

II.7.2. Sistem Aliran Tinggi

Memberikan aliran dengan frekuensi cukup tinggi untuk memberikan 2

atau 3 kali volume inspirasi pasien. Alat ini cocok untuk pasien dengan pola nafas

pendek dan pasien dengan PPOK yang mengalami hipoksia karena ventilator.

Suatu teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi

oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi

oksigen yang lebih tepat dan teratur.

Contoh sistem aliran tinggi :

a. Sungkup muka dengan venturi / Masker Venturi (High flow low

concentration).

Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi

yang tepat melalui cara non invasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga

memungkinkan aliran udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah

ditetapkan. Masker venturi menerapkan prinsip entrainmen udara (menjebak udara

seperti vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi dengan pengayaan

oksigen terkontrol. Kelebihan gas keluar masker melalui cuff perforasi, membawa

gas tersebut bersama karbondioksida yang dihembuskan. Metode ini

memungkinkan konsentrasi oksigen yang konstan untuk dihirup yang tidak

17

Page 18: terapi oksigen

tergantung pada kedalaman dan kecepatan pernafasan.Diberikan pada pasien

hyperkarbia kronik ( CO2 yang tinggi ) seperti PPOK yang terutama tergantung

pada kendali hipoksia untuk bernafas, dan pada pasien hypoksemia sedang sampai

berat.

FiO2 estimation

Menurut Standar Keperawatan ICU Dep.Kes RI. tahun 2005, estimasi FiO2

venturi mask merk Hudson

Warna dan flows ( liter/menit ) FiO2 ( % )

• Biru : 2 : 24

• Putih : 4 : 28

• Orange : 6 : 31

• Kuning : 8 : 35

• Merah : 10 : 40

• Hijau : 15 : 60

a. Keuntungan

• Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat sesuai dengan petunjuk

pada alat.

• FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur dengan O2

analiser.

• Temperatur dan kelembaban gas dapat dikontrol.

• Tidak terjadi penumpukan CO2.

b. Kerugian

• Harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen mengalir kedalam

mata.

• Tidak memungkinkan makan atau batuk, masker harus dilepaskan bila pasien

makan, minum, atau minum obat.

• Bila humidifikasi ditambahkan gunakan udara tekan sehingga tidak

mengganggu konsentrasi O2.

Caranya :

a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi.

b. Atur posisi pasien

18

Page 19: terapi oksigen

c. Membuka aliran regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai

dengan kebutuhan.

d. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan, terapi O2 dengan

masker venturi mempunyai efektifitas aliran 2-15 liter/menit dengan

konsentrasi O2 24- 60 % (Metode ini memungkinkan konsentrasi oksigen

yang konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada kedalaman dan

kecepatan pernafasan).

e. Memasang venturi mask pada daerah lubang hidung dan mulut.

f. Mengikat tali venturi mask dibelakang kepala melewati bagian atas

telinga.

g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali

pengikat untuk mencegah iritasi kulit.

b. Bag and Mask / resuscitator manual

Digunakan pada pasien :

• Cardiac arrest

• Respiratory failure

• Sebelum, selama dan sesudah suction Gas flows 12 – 15 liter, selama

resusitasi buatan, hiperinflasi / bagging, kantong resusitasi dengan reservoir

harus digunakan untuk memberikan konsentrasi oksigen 74 % - 100 %.

Dianjurkan selang yang bengkok tidak digunakan sebagai reservoir untuk

kantong ventilasi. Kantong 2.5 liter dengan kecepatan 15 liter/menit telah

ditunjukkan untuk pemberian oksigen yang konsisten dengan konsentrasi 95

% - 100 %. Penggunaan kantong reservoar 2.5 liter juga memberikan

jaminan visual bahwa aliran oksigen utuh dan kantong menerima oksigen

tambahan. Pengetahuan tentang kantong dan keterampilan penggunaan

adalah vital :

• Kekuatan pemijatan menentukan volume tidal ( VT ).

• Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi

• Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak.

Hal – hal yang harus diperhatikan :

19

Page 20: terapi oksigen

• Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan baik dan

apakah terjadi distensi abdomen.

• Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan komplain paru.

• Risiko terjadinya peningkatan sekresi, pneumothorak, hemothorak, atau

spasme bronkus yang memburuk.

Syarat – syarat Resusitator manual :

• Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100 % pada kondisi akut.

•Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk memudahkan observasi

terhadap muntah / darah yang dapat mengakibatkan aspirasi.

• Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi akut.

•Pembersihan dan pendauran ketahanan kantong.

Large Volume Aerosol Sistem.

II.8. Keamanan

Untuk pasien :

- Memastikan bahwa selangnya benar-benar masuk ke dalam saluran pernapasan.

- Selang atau kateter yang masuk ke dalam saluran napas harus steril.

- Tabung oksigennya dijauhkan dari jangkauan api.

II.9. Hal yang Harus Dilaporkan dan didokumentasikan

a. Observasi dan catat terhadap penurunan kecemasan, peningkatan

pengetahuan, penurunan kelemahan, penurunan frekuensi nafas, perubahan

warna kulit, peningkatan saturasi oksigen.

b. Monitor dan dokumentasikan hasil analisa gas darah dan pulse

oksimetri untuk menilai keefektifan terapi oksigen. Therapy Oksigen berhasil

jika : Nilai PaO2 dan PaCO2 yang diharapkan tercapai : PaO2 = ( 4 – 5 ) x

FiO2.

c. Monitor dan dokumentasikan kulit disekitar telinga, hidung ,

mukosa hidung terhadap iritasi.

d. Monitor dan dokumentasikan terjadinya efek samping / bahaya

terapi oksigen yang lain.

20

Page 21: terapi oksigen

e. Observasi dan catat posisi alat (kanula/masker, dll) yang tepat pada

pasien .

f. Catat metode yang digunakan, berapa liter/ menit alirannya atau

berapa FiO2 yang diberikan.

II.10. Resiko Terapi Oksigen

Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi

bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2

hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang

merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom

yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas

karbondioksida dan atelektasis.

Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada

bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan

kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi,

menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk.

Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.

Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2, selanjutnya

mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan

jaringan paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini

adalah retinopti prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan

jaringan vaskuler opak pada matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan

berat. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya

iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa

pening, kejang dan koma. Pajanan terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi

hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan jumlah O2 terlarut dalam darah.

Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh

karena itu klein dengan terapi pemberian oksigen harus menghindari : Merokok,

membuka alat listrik dalam area sumber oksigen, menghindari penggunaan listrik

tanpa “Ground”.

21

Page 22: terapi oksigen

22

Page 23: terapi oksigen

BAB III

KESIMPULAN

Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru

melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Tujuan

terapi oksigen ini adalah untuk meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri

sehingga masuk ke jaringan untuk memfasilitasi metabolisme aerob,

mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi terapi oksigen ini

adalah untuk pasien hipoksia, oksigenasi kurang sedangkan paru normal,

oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal, oksigenasi cukup, paru normal,

sedangkan sirkulasi tidak normal, pasien yang membutuhkan pemberian oksigen

konsentrasi tinggi, pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 )

rendah. Kontra indikasi pemakaian terapi oksigen ini adalah pemakaian kanul

nasal/kateter binasal/nasal prong : jika ada obstruksi nasal, pemakaian kateter

nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma

maksilofasial, dan obstruksi nasal, pemakaian sungkup muka dengan kantong

rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan kadar

PaCO2 nya lagi. Komplikasi pemakaian terapi oksigen yang terlalu lama dapat

mengakibatkan keracunan oksigen, kerusakan jaringan paru terjadi akibat

terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan

enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan

resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis. Apabila O2 80-

100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan

teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan

batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.

Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi

trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa

pening, kejang dan koma.

23

Page 24: terapi oksigen

DAFTAR PUSTAKA

1. Astowo. Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi

dan Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta.

2. Ikawati, Z. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan. PDF. Rohsiswatmo,

R. 2010. Terapi Oksigen Pada Neonatus. Divisi Perinatologi Ilmu Kesehatan

Anak FKUI - RSCMk FKUI – RSCM. Jakarta.

3. Rogayah, R. 2009. The Principle Of Oxigen Therapy. Departemen Pulmonologi

Dan Respiratori FK UI. Jakarta.

4. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi bahasa Indonesia,

vol. 8. EGC. Jakarta.

5. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan

Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005

6. Ganong, F. William. 2003. Fisiologi Kedokteran Edisi 20. EGC. Jakarta.

7. Latief, A. Said. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan

Terapi Intesif. Jakarta.

24