makalah terapi oksigen

40
MAKALAH PEMBERIAN OKSIGEN PADA BAYI Disusun untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan anak program profesi ners XXII Disusun oleh : Windy shintia fandiny 220112120566 Nurwahidah 220112130 PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVII FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

description

makalah keperawatan anak dengan terapi oksigen

Transcript of makalah terapi oksigen

Page 1: makalah terapi oksigen

MAKALAH

PEMBERIAN OKSIGEN PADA BAYI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan anak program profesi ners XXII

Disusun oleh :

Windy shintia fandiny 220112120566

Nurwahidah 220112130

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVII

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2014

Page 2: makalah terapi oksigen

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................1

BAB I...........................................................................................................................................2

PENDAHULUAN........................................................................................................................2

A. LATAR BELAKANG......................................................................................................2

B. TIPE KEKURANGAN OKSIGEN DALAM TUBUH....................................................5

a. Hipoksemia..................................................................................................................5

b. Hipoksia.......................................................................................................................6

C. TUJUAN TERAPI OKSIGEN.........................................................................................8

BAB II........................................................................................................................................13

PEMBAHASAN........................................................................................................................13

A. METODE.......................................................................................................................13

B. SISTEM PEMBERIAN OKSIGEN................................................................................15

C. Proses Oksigenasi...........................................................................................................16

D. Gangguan / masalah kebutuhan oksigenasi....................................................................17

E. Macam-macam alat pemberian O2..................................................................................18

F. PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN.........................................................................18

G. KONTRA INDIKASI TERAPI OKSIGEN................................................................................22

H. RESIKO TERAPI OKSIGEN........................................................................................23

BAB III......................................................................................................................................25

PENUTUP..................................................................................................................................25

A. KESIMPULAN..............................................................................................................25

B. SARAN..........................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................26

Page 3: makalah terapi oksigen

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anggapan bahwa oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi

kehidupan manusia agaknya memang benar. Tidak makan atau tidak minum mungkin

masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang hingga sampai kepada keadaan

fatal, tetapi sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal

akibatnya. Tak hanya untuk bernafas dan memepertahankan kehidupan, oksigen juga

sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Oksigen manakah bisa menjadisarana

untuk mengatasi berbagai macam penyakit.

Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley di Bristol Inggris tahun

1775 dan dipakai dalam bidang kedokteran oleh Thomas Beddoes sejak awal tahun

1800. Alvan Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pasien hipoksemia dan

terapi oksigen jangka panjang pasien penyakit paru obstruktif kronik. Chemiack tahun

1967 melaporkan pemberian oksigen melalui kanula hidung dengan aliran lambat pasien

hiperkapnia dan memberikan hasil yang baik tanpa retensi CO2.

Komposisi udara kering ialah 20,98% O2, 0,04% CO2, 78,6% N2 dan 0,92%

unsur inert lainnya, seperti argon dan helium. Tekanan barometer (PB) di permukaan

laut ialah 760 mmHg (satu atmosfer). Dengan demikian, tekanan parsial (dinyatakan

dengan lambang P). O2 udara kering di permukaan laut adalah 0,21 x 760, atau 160

mmHg. Tekanan parsial N2 dan gas inert lainnya 0,79 x 760, atau 600 mmHg; dan PCO2

ialah 0,0004 x 760 atau 0,3 mmHg. Terdapatnya uap air dalam udara pada berbagai

iklim umumnya akan menurunkan persen volume masing masing gas, sehingga juga

sedikit mengurangi tekanan parsial gas gas-tersebut. Udara yang seimbang dengan air

jenuh dengan uap air, dan udara inspirasi akan jenuh dengan uap air saat udara tersebut

mencapai paru-paru.

Page 4: makalah terapi oksigen

3

A. Transpor oksigen

1. Pengangkutan oksigen ke jaringan

Sistem pengangkut O2 di dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistim

kardiovaskuler. Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu tergantung pada jumlah O2

yang masuk kedalam paru-paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran

darah menuju jaringan, serta kapasitas darah untuk mengangkut O2. aliran darah

bergantung pada derajat konstriksi jaringan vaskuler didalam jaringan serta curah

jantung. Jumlah O2 didalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, jumlah

hemoglobin dalam darah serta afinitas hemoglobin terhadap O2.

Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru kebagian respirasi paru sampai ke

alveoli, membrana basalis dan endotel kapiler, dalam darah sebagian besar O2

bergabung dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam plasma (3%). Dewasa

muda pria, jumlah darahnya ± 75 ml/kg, wanita ± 65 ml/kg. Satu ml darah pria

mengandung kira-kira 280 juta molekul Hb. Satu molekul Hb sanggup mengikat 4

Molekul O2 membentuk HbO2, oksi hemoglobin.

2. Konsumsi oksigen keotak

Konsumsi O2 oleh otak manusia (tingkat metabolik serebrum untuk O2, CMRO2)

rata-rata sekitar 3,5 ml/100 gr otak/menit (49 ml/menit untuk otak keseluruhan) pada

seorang dewasa. Angka ini mencerminkan sekitar 20 % darikonsumsi O2 total dalam

keadaan istirahat. Otak sangat peka terhadap hipoksia, dan sumbatan terhadap pembuluh

darah walaupun hanya selama 10 detik dapat menyebabkan pingsan. Struktur-struktur

vegetatif di batang otak lebih resisten terhadap hipoksia dari pada korteks serebrum dan

pasien dapat pulih dari kecelakaan misalnya henti jantung (dan kelainan lain yang

menyebabkan hipoksia yang cukup berkepanjangan) dengan fungsi vegetatif normal

tetapi mengalami defisiensi intelektual berat yang menetap : Ganglion basal

menggunakan O2 dengan tingkat yang sangat tinggi dan hipoksia kronik dapat

Page 5: makalah terapi oksigen

4

menimbulkan gejala-gejala penyakit parkinson serta defisit intelektual. Thalamus dan

kolikulus inferior juga sangat rentan terhadap[ kerusakan terhadap hipoksia.

B. Tekanan parsial

Berbeda dengan zat cair, gas akan mengembang untuk mengisi ruang yang

tersedia baginya, dan volume yang ditempati oleh sejumlah molekul gas tertentu, pada

suhu dan tekanan tertentu(idealnya) akan tetap sama, bagaimanapun komposisi

campuran gas tersebut.

(diturunkan dari persamaan state of ideal gas)

Dengan: P = tekanan

n = jumlah molekul

R = konstanta gas

T = suhu absolut

V= volume

Perbedaan tekanan partial untuk O2 dan CO2menekankan bahwa hal tersebut

merupakan kunci bagi terjadinya pergerakan gas dan bahwa O2 “mengalir dari udara liar

melalui alveoli dan darah kedalam jaringan, sedangkan CO2 “mengalir turun” dari

jaringan kedalam alveoli. Walaupun demikian, jumlah kedua gas yang diangkut ke dan

dari jaringan akan sangat tidak adekuat bila sekitar 99% O2 yang larut didalam darah

tidak terikat pada protein pembawa O2hemoglobin dan bila sekitar 94,5% CO2 yang

larut dalam darah tidak mengalami serangkaian reaksi kimia reversibel yang mengubah

CO2 menjadi senyawa lain.

C. Reaksi Hemoglobin dan Oksigen

Page 6: makalah terapi oksigen

5

Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai

pembawaO2 yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4

subunit, masing-masing mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai

polipeptida. Heme adalah kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan 1 atom besi

fero. Masing-masing dari ke-4 ataom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara

reversibel. Atom besi tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O2

merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan

hemoglobin dengan O2 lazim ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2.

B. TIPE KEKURANGAN OKSIGEN DALAM TUBUH

a. Hipoksemia

Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi

oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai

normal (nilai normal PaO285-100 mmHg), SaO2 95%. Hipoksemia dibedakan

menjadi ringan sedang dan berat berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2. hipoksemia

ringan dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79 mmHg dan SaO2 90-94%,

hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89% dan hipoksemia berat

bila PaO2 kurang dari 40 mmHg dan SaO2kurang dari 75%. Umur juga

mempengaruhi nilai PaO2 dimana setiap penambahan umur satu tahun usia

diatas 60 tahun dan PaO2 80 mmHg maka terjadi penurunan PaO2 sebesar 1

mmHg. Hipoksemia dapat disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi,

hipoventilasi, pirau, gangguan difusi dan berada ditempat yang tinggi.

Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi yan

gbertujuan untuk mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan memadai. Bila

tekanan oksigen arteriol (PaO2) dibawah 55 mmHg.kendali nafas akan

meningkat, sehingga tekanan oksigen arteriol (PaO2) yang meningkat dan

sebaliknyatekanan karbondioksida arteri (PaCO2) menurun.jaringan Vaskuler

yang mensuplai darah di jaringan hipoksia mengalami vasodilatasi, juga terjadi

takikardi kompensasi yang akan meningkatkan volume sekuncup jantung

sehingga oksigenasi jaringan dapat diperbaiki. Hipoksia alveolar menyebabkan

kontraksi pembuluh pulmoner sebagai respon untuk memperbaiki rasio ventilasi

Page 7: makalah terapi oksigen

6

perfusi di area paru terganggu, kemudian akan terjadi peningkatan sekresi

eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis dan terjadi peningkatan

sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis danterjadi

peningkatan kapasiti transfer oksigen. Kontraksi pembuluh darah pulmoner,

eritrositosis dan peningkatan volume sekuncup jantung akan menyebabkan

hipertensi pulmoner. Gagal jan tung kanan bahkan dapat menyebabkan

kematian.

b. Hipoksia

Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan. Istilah ini lebih tepat

dibandingkan anoksia, sebabjarang dijumpai bahwa benar-benar tidak ada O2

tertinggaldalam jaringan, secara tradisional, hipoksia dibagi dalam 4 jenis.

Berbagai klassifikasi lain telah digunakan namun sidtim 4 jenis ini tetap sangat

bergunaapabila masing-masing definisi istilah tetap diingat. Keempat kategori

hipoksia adalah sebagai berikut :

1. Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik) yaitu apabila PO2 darah arteri

berkurang

2. Hipoksia anemik yaitu apabila O2 darah arteri normal tetapi

mengalami denervasi maupun pada ginjal yang diangkat (diisolasi)

dan diperfusi

3. Hipoksia stagnan; akibat sirkulasi yang lambat merupakan masalah

bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok

4. Hipoksia histotoksik; hipoksia yang disebabkan oleh hambatan

proses oksidasi jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan

sianida

Hipoksia Hipoksik

Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah

ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit sistim

pernafasan lainnya.

Page 8: makalah terapi oksigen

7

Gejala dan tanda hipoksia hipoksik

1. Pengaruh penurunan tekanan barometer

Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan menimbulkan alkalosis

respiratorik

2. Gejala hipoksia saat bernafas oksigen

Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg, dan pada atau

lebih rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih pada suhu tubuh.

Setiap orang yang terpajan pada tekanan yang rendah akan lebih dahulu

meninggal saat hipoksia, sebelum gelembung uap air panas dari dalam tubuh

menimbulkan kematian

3. Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa

Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian sekitar 3700 m. Pada

ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat, dan diatas 6100 m, umumnya

seseorang hilang kesadaran.

4. Efek lambat akibat ketinggian

Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak nafas, serta

mual dan muntah.

5. Aklimatisasi

Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan, karena alkalosis

cenderung melawanefek perangsangan oleh hipoksia. Timbulnya asidosis laktat

dalam otak akan menyebabkan penurunan pH LCSdan meningkatkan respon

terhadap hipoksia.

Hipoksia Anemik

Page 9: makalah terapi oksigen

8

Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena terdapat

peningkatan kadar 2,3-DPG didalam sel darah merah,kecuali apabila defisiensi

hemoglobin sangat besar. Meskipun demikian, penderita anemia mungkin mengalami

kesulitan cukup besar sewaktu melakukan latihan fisik karena adanya keterbatasan

kemampuan meningkatkan pengangkutan O2 kejaringan aktif.

Hipoksia Stagnan

Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan

jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat

hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran darah ke

paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk

menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps

sirkulasi berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari jantung.

Hipoksia Histotoksik

Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering

diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidasi serta

mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati

keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan sianida, menghasilkan

sianmethemoglobin, suatu senyawa non toksik. Kemampuan pengobatan

menggunakansenyawa ini tentu saja terbatas pada jumlah methemoglobin yang dapat

dibentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen hiperbarik mungkin juga bermanfaat.

C. TUJUAN TERAPI OKSIGEN

Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia

jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90

mmHg atau SaO2 lebih dari 90%. Besarnya fraksi oksigen inspirasi yang didapat unit

paru sesuai dengan volume oksigen yang diberikan pada pasien dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Page 10: makalah terapi oksigen

9

Alat Aliran (L/menit) Fi O2 (fraksi oksigen inspirasi)

Kanula nasal 1

2

3

4

5

6

0,24

0,28

0,32

0,36

0,40

0,44

Masker oksigen 5-6

6-7

7-8

0,40

0,50

0,60

Masker dengan

kantong reservoir

6

7

8

9

10

0,60

0,70

0,80

≥0,80

≥0,80

Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat

terbatas pada hipoksia stagnan. Anemik dan histotoksik, karena yang dapat dicapai

melalui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2 yang larut di dalam darah arteri.

Hal ini juiga berlaku bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah vena

yang tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pada bentuk hipoksia hipoksik lainnya,

pemberian O2 sangat bermanfaat. Namun perlu diingat, bahwa pada penderita gagal

paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2 dapat sedemikian tingginya sampai menekan

dan bukan merangsang pernafasan.

Page 11: makalah terapi oksigen

10

Walau tergolong jenis terapi dan teknologi kesehatan mutakhir, tetapi dengan

menggunakan oksigen murni yang mulai marak sekarang, sebenarnya sudah ditemukan

sejak hampir 400 tahun yang lalu, namun berbgai benturan yang dihadapi membuat

dunia kesehatan terkesan kurang mengakui teknik ini. Di Indonesia sendiri terapi

oksigen murni dengan mempergunakan ruang hiperbarik mulai dikenal sejak tahun

enam puluhan. Namun penggunaannya masih terbatas bagi kalangan penyelam AL yang

mengalami penyakit dekompensasi yang terjadi akibat penurunan tekanan yang

terlampau cepat dari bawah keatas permukaan air. Gejala-gejalanya antara lain adalah

nyeri diseluruh tubuh, pusing dan kehilangan orientasi.

IV. INDIKASI TERAPI OKSIGEN

Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat

terbatas pada hipoksia stagnan, anemik dan histologik.karena yang dapat dicapai

melelui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2 yang larut didalam darah arteri.

Hal ini berlaku juga bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah venayang

tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pad abentuk hipoksia hipoksik lainnya,

pemberian O2 sangat bermanfaat namun perlu diingat, bahwa penderita dengan gagal

paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2 dapat sedemikian tingginya sampai menekan

dan bukan merangsang pernafasan. Sebagian penderita ini tetap bernafas karena adanya

rangsang kemoreseptor karotis dan aorta padapusat pernafasan. Apabila pemicuan oleh

hipokisia dihilangkan melalui pemberian O2, pernafasan dapat berhenti. Selama apnea,

PO2 darah arteri menurun, namun pernafasan mungkin tidak akan timbul kembali,

karena peningkatan PCO2 akan lebih mendepresi pusat pernafasan. Oleh sebab itu,

pemberian O2 pada keadaan ini dapat berakibat fatal.

Dalam perkembangannya barulah terapi oksigen ini dipakai untuk mengatasi

penyakit-penyakit seperti luka pada penderita diabetes hingga stroke. Tetapi yang

membuatnya menanjakpopuler sekarang ternyata adalah dengan meningkatnya

kebutuhan orang akan hal kecantikan dan kebugaran. Secra perlahan kalangan awam

mulai mengenal hal ini hingga baru sekarang teknik terapi ini dikenal orang sebagai

terapi modern dalam dunia kesehatan.sekarang banyak yang menggunakan terapi ini

untuk mencegah penuaan,menambah kecantikan dan kebugaran juga mencegah

Page 12: makalah terapi oksigen

11

terjadinya kebotakan, dimana melalui sebuah survei mencatat alasan yang cukup tinggi

pada pengguna terapi ini.

Begitupun belum banyak pusat pusat kesehatan yang menyediakan fasilitas ini

karena biayanya yang masih relatif mahal dan terapinya yang harus dilakukan secara

berkala. Sementara di Amerika, Eropa dan Jepang pemakaiannya ternyata sudah begitu

meluas sampai pusat-pusat kebugaran. Sebuah laporan malah menyebutkan adanya

tempat yang dinamakan Oxy Bar dimana pengunjung dapat menghirup oksigen murni

dengan berbagai pilihan yang beragam.

Pemanfaatan terapi hiprebarik oksigen ini mengambil suatu pelajaran dari

kecelakaan penyelaman dan segala penyakit yang ditimbulkannya. Sebetulnya, bahaya

atau penyakit yang dialami oleh penyelam juga dirasakan sama oleh pekerja di ruang

adara bertekanan tinggi. Saat turun, dapat terjadi barotrauma yang terjadi pada telinga,

gigi lubang, paru-paru dan lainnya.

Ketika didasar, dapat mengalami keracunan udara pernafasan seperti keracunan

oksigen, nitrogen, karbonmonoksida, maupun karbondioksida. Sedang saat naik, dapat

terjadi penyakit dekompresi, serta barotrauma.

Karenanya banyak penyakit yang dapat di terapi dengan hiperbarik ini seperti

penyakit dekompresi, emboli udara, aktinomikosis,anemia, insufisiensi arteri perifer

akut, infeksi bakteri, keracunan CO, keracunan sianida, gas gangren, cangkokan kulit,

infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan an-aerob, osteoradionekrosis,

radionekrosis jaringan lunak, sistisis akibat radiasi, ekstraksi gigi pada rahang yang

diobati dengan radiasi, mukomikosis, osteomielitis, ujung amputasi yang tidak sembuh,

luka diabetik, inhalasi asap, serta luka bakar.

Terapi dengan oksigen murni mempunyai efek yang baik bagi aliran darah da

kelangsungan hidup jaringan yang terkena gangguan kekurangan oksigen. Penggunaan

terapi oksigen bertekanan tinggi ini kian meningkat dalam klinis. Pada jaringan disekitar

yang terdapat luka, biasanya terjadi hambatan kelancaran aliran oksigen. Padahal

oksigen itu penting dan merupakan salah satu faktor penentu dalam proses

penyembuhan luka, biasanya terjadi hambatankelancaran aliran oksigen. Padahal

Page 13: makalah terapi oksigen

12

oksigen itu penting dan merupakan salah satu faktor penentu dalam proses

penyembuhan luka, sekaligus menangkal terjadinya infeksi. Kemampuan menghambat

terjadi infeksi dengan terapi oksigen bertekanan tinggi ini punya ciri dan kelebihan

tersendiri dibanding dengan pemakaian antibiotika.

Beberapa kondisi yang harus dipenuhi sebelum melakukan terapi oksigen yaitu

diagnosis yang tepat, pengobatan optimal dan indikasi terapi oksigen ini akan dapat

memperbaiki keadaan hipoksemia dan perbaikan klinik. Kriteria pemberian terapi

oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara dibawah ini.

1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus)

Diberikan apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:

PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%

PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale, polisitemia

(hematokrit >56%)

2. Pemberian secara berselang

Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai:

Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%

Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai komplikasi seperti

hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia.

Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen perlu

dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu tidaknya terapi

oksigen jangka panjang.

Page 14: makalah terapi oksigen

13

BAB II

PEMBAHASAN

A. METODE

Oksigen diberikan dengan kanula nasal 2 (dua) liter permenit dapat

meningkatkan fraksi oksigen inspirasi dari 21% menjadi 27%, pendapat lain

menyatakan bahwa oksigen dapat diberikan 2-4 liter per-menit. Metode ini kurang

efisien sebab hanya oksigen yang mengalirpada awal inspirasi saja yang sampai di

alveoli dan ikut proses pertukaran gas. Penggunaan kateter transtrakeal merupakan

salah satu carauntuk mengatasi kurang efisiennya metode pemberian oksigen

dengan kanula nasal. Keuntungan kateter transtrakeal adalah mengurangi volume

ruang rugi anatomik, karena oksigen yang diberikan dosis kecil dan langsung

melalui trakea, mengurangi iritasi nasal, telinga dan fasial serta mencegah

bergesernya alat tersebut pada saat tidur. Komplikasi yang dapat terjadi dengan cara

pemberian seperti ini adalah emfisema subkutis, bronkospasme, batuk paroksismal,

dislokasi kateter, infeksi di lubang trakea tempat masuknya kateter transtrakeal dan

mucous ball yang bisa mengakibatkan keadaan menjadi fatal.

Terapi oksigen dengan ruang hiperbarik dilakukan dalam ruangan yang

terbuat dari baja dengan tekanan udara dibuat berkisar antara2-3 atm. Dalam

tekanan yang lebih tinggi ini perjalanan oksigen ternyata akan menjadi lebih lancar

termasuk bagi oarang yang mengalami penyempitan pembuluh darah. Oksigen

murni yang dihirupnya akan tetap lancar memasuki pembuluh darah menuju sel

karena tekanan tinggi akan oksigen larut dalam cairan tubuh sehingga dapat sampai

kesetiap jaringan tubuh dengan cepat. Dengan mekanisme ini maka semua jaringan

sel dalam tubuh akan mendapat oksigen secara maksimal sehingga metabolisme

tubuh pun akan berlangsung lebih baik.

Penggantian jaringan yang rusak termasuk penyembuhan luka pun akan

berlangsung lebih cepat. Beberapa penelitian malah menyebutkan keadaan ini juga

Page 15: makalah terapi oksigen

14

dapat membunuh berbagai macam bakteri penyebab penyakityang ada didalam

tubuh. Dengan metabolisme maksimal makaproses penuaan pun akan dapat dihanbat

sehingga orang akan kelihatan tetap cantik dan bugar. Sebuah survey konsumen di

Amerika mencatat berbagai problem kesehatan yang melatarbelakangi pemilihan

terapi ini seperti diabetes, stroke, anemia berat, hingga cedera atau luka seperti

cedera olah raga, luka bakar dan sebagainya. Rata-rata ruangan hiperbarik yang ada

sekarang bisa menampung beberapa pasien sekaligus.

Awalnya, terapi oksigen hiperbarik (OHB) biasa digunakan sebagai terapi

bagi penyelam untuk menormalkan gas-gas dalam tubuhnya. Biasanya, penyelam

dimasukkan kedalam Hyperbaric Chamber atau Ruang Udara Bertekanan Tinggi

(RUBT) lalu diberi oksigen murni (100 persen) dengan cara dihirup melalui hidung

dengan menggunakan masker. Peserta bisa duduk atau berbaring didalamnya. Pada

prinsipnya, dalam terapi hiperbarik ini, penderita atau peserta menghisap oksigen

dalam ruangan bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Tekanan yang

diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa. Sedangkan oksigen murni yang

terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Hiperbarik ini mempunyai

manfaat yang cukup banyak. Menurut Dr Muhammad Akbar, Sp.S, ketua bagian

saraf Unhas/RS Wahidin Sudirohusodo, terapi hiperbarik sangat baik untuk

menormalkan jaringan hipoksia (kekurangan oksigen) dan anoksia (tidak ada

oksigen), dan meningkatkan kemampuan lekosit membunuh kuman. Tak hanya itu,

terapi oksigen itu juga dapat meningkatkan neovaskularisasi (jaringan darah) dan

proliferasi (pertambahan sel baru yang menggantikan sel mati) serta mengobati

penyakit dekompresi. Belakangan, para ilmuwan menemukan bahwa terapi oksigen

tersebut juga baik bagi penderita diabetes mellitus (DM) maupun stroke. Bahkan,

dikota-kota besar di luar negri maupun di Jakarta dan di Surabaya, penggunaan

terapi oksigen ini berkembang pesat. Terapi oksigen hiperbarik mulai dikenal

sebagai terapi yang dapat membuat tubuh sehat dan bugar, bahkan menjadi salah

satu jurus ampuh untuk tampil awet muda dengan cara paling aman.

Prinsip dasar terapi hiperbarik, penderita menghisap oksigen dalam ruangan

bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Dengan tekanan yang

diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa, dan oksigen murni yang

Page 16: makalah terapi oksigen

15

terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Sehingga total oksigen mampu

terkonsumsi dalam terapi hiperbarik oksigen ini, 15 kali lebih banyak,dibanding

bernafas dalam keadaan biasa.

Pelaksanaan pengobatan dengan oksigen hiperbarik dapat dikerjakan di

dalam kamar tunggal (monoplace chamber) atau kamar ganda (multiplace chamber).

Kamar udara bertekanan tinggi ganda dapat digunakan oleh banyak orang,

maximum 10 orang.di sini penderita dapat didampingi oleh perawat atau dokter

yang ikutmengalami tekanan bersama dengan penderita. Dalam kamar udara

bertekanan tinggi ganda ini penderita menghisap oksigen 100% melalui masker.

Kamar udara bertekanan tinggi ganda ini cocok digunakan untuk penderita

yang karena keadaannya perlu seorang pendamping, atau bilamana akan dilakukan

tindakan bedah atau yang akan menjalani tindakan lainnya.

Dengan terapi oksigen murni, tak perlu waktu yang begitu panjang, paling

hanya satu jam. Meski demikian, dengan mekanisme sel yang mudah dipercepat

menjadi tua, dan yang tua dengan cepat diganti yang muda, metabolisme sel tubuh

menjadi sempurna kembali dalam waktu yang relatif singkat.

B. SISTEM PEMBERIAN OKSIGEN

Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus-menerus ada 3

macam:

1. Oksigen dimampatkan bertekanan tinggi

Oksigen disimpan dalam tabung metal bertekanan tinggi, aliran udara

dapat diatur dengan alat regulator. Macam-macam tabungnya adalah tabung H

(244 cuff), tabung E (22 cuff), tabung D (13 cuff). Keuntungannya adalah murah

harganya, tersedia cukup banyak dan dapat disimpan lama. Kerugiannya adalah

berat, kurang praktis dalam pengisian dan mudah meledak.

2. Oksigen cair

Page 17: makalah terapi oksigen

16

Oksige n cair tidak bertekanan tinggi dan dapat disimpan dalam tempat

tertentu, dilengkapi dengan alat HCF4 untuk mengubah oksigen cair menjadi gas

sehingga dapat dihirup. Tempat pennyimpanan tersebut dinamakan dewar yang

dapat menyimpan O2 cair pada suhu -273oF. Umumnya dewar berisi 100 pound

oksigen yang dapat habis dalam satu minggu bila dipakai terus-menerus dengan

aliran 2 liter permenit.

3. Oksigen konsentrat

Sistem oksigen konsentrat didapat dengan mengekstraksikan udara luar

menggunakan metode molekuler sieve. Oksigen diekstraksi sehingga dapat

diberikan kepada pasien dan nitrogen dibuang kembali ke udara luar.

C. Proses Oksigenasi

a. Ventilasi

Proses ini merupakan proses pertukaran gas antara paru-paru dan

udara luar yang terjadi melalui inspirasi (menghirup udara luar) dan ekspirasi

(menghembuskan udara keluar)

b. Difusi

Difusi gas merupakan pertukaran O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru

dan CO2 dari kapiler ke alveoli.

c. Trasportasi

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 dibawa dari

paru keseluruh tubuh dan CO2 dari seluruh tubuh dibawa ke paru.

Frekuensi pernafasan normal

         Dewasa           : 12 – 20 x/menit

         Anak               : 20 – 40 x/menit

         Bayi                 : > 40 x/menit

Page 18: makalah terapi oksigen

17

D. Gangguan / masalah kebutuhan oksigenasi

1. Hipoksia

Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan

kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat peningkatan penggunaan oksigen

ditingkat sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan

(sianosis).

2. Perubahan pola nafas

a. Takipnea merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24 x/menit.

b. Bradipnea  merupakan pola pernafasan yang lambat abnormal, kurang

dari 10 x/menit.

c. Hiperventilasi merupakan proses kompensasi tubuh akibat peningkatan

jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam,

ditandai dengan peningkatan  denyut nadi, nafas pendek, nyeri dada, dll

d. Kussmaul merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal yang dapat

ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.

e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 agar

pernafasan lebih lambat dan dalam, ditandai dengan nyeri kepala,

penurunan kesadaran, otot-otot pernafasan lumpuh, dll.

f. Dispnea merupakan sesak nafas atau rasa barat saat bernafasditunjukan

dengan retraksi dada.

g. Ortopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau

berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami

kongestif paru-paru.

h. Cheyne stokes merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya mula-

mula naik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernafasan dimulai lagi

dari siklus baru.

i. Pernafasan paradoksal merupakan pernafasan dimana dinding paru-paru

bergerak berlawan arah dari keadaan normal.

j. Biot merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan cheyne

stokes,akan tetapi amplitudonya tidak teratur.

Page 19: makalah terapi oksigen

18

k. Sridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan

pada saluran pernafasan.

E. Macam-macam alat pemberian O2

1. Nasal kanul

2. Simple face mask

3. Partial rebreather mask

4. Nonrebreather mask

F. PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN

Persiapan alat :

1. Tabung oksigan

2. Flowmeter oksigen

3. Humidifier

4. Nasal kanul

5. Plester 2 buah

6. 2 buah waskom / kom berisikan Nacl 0,9 %

7. Catton bad / lidi waten dan sarung tangan dalam bak instrumen

8. Tanda peringatan (dilarang meroko, menyalakan api karena oksigen sedang

digunakan)

9. Aqua bidest

10. Senter  pen light

11. Jam dengan hitungan detik

12. Alat tulis untuk mencatat

Pelaksanaan tindakan :

1. Persiapan : sambungkan flowmeter dengan oksigen, isi himudifier dengan

aqua bidest sampai batas yang telah ditentukan kemudian sambungkan ke

flowmeter

2. Berikan salam

Page 20: makalah terapi oksigen

19

3. Jelaskan tujuan dari tindakan

4. Kontrak waktu untuk melakukan tindakan

5. Dekatkan alat-alat yang disiapkan

6. Petugas mencuci tangan

7. Kaji pernafasan pasien (hitung RR 1 menit penuh)

8. Gunakan sarung tangan

9. Kaji kondisi mulut dan hidung pasien dengan menggunakan senter (bila kotor

mintakan pasien untuk membersihkan, bila pasien tidak sadar bersihkan

lubang hidung dengan lidi waten yang telah dilembabkan dengan cairan Nacl

0,9%)

10. Sambungkan kanul dengan alat pelembap/humidier

11. Kemudian putar flowmeter sesuai dengan program terapi (missal : untuk

kanul/kateter 24-44 % / 1-6 liter/menit, sedangkan unutk masker 40% = 5

liter/menit)

12. Masukkan ujung kanul ke dalam waskom yang berisi air untuk memastikan

apakah oksigen telah mengalir dengan baik (tanda oksigen mengalir dengan

baik adalah terdapatnya gelembung-gelembung udara dalam air)

13. Pasangkan nasal kanul pada hidung klien dengan hati-hati dan tidak

menimbulkan rasa sakit serta posisi kanul dengan tepat

14. Beri fiksasi/plester pada kanul dan untuk direkatkan pada samping

hidung/pipi klien

15. Rapihkan klien

16. Gantung tanda peringatan pada botol tabung

17. Jelaskan bahwa tindakan sudah selesai

18. Mencuci tangan

19. Catat semua kegiatan yang telah dilakukan, serta respon klien

Page 21: makalah terapi oksigen

20

Gambar alat pemberian oksigen : Nasal kanul

Indikasi :     Flow rate: 1-6 L/menit     Konsentrasi  O2 : 20-45%

Keuntungan :     Pasien dapat makan dan bicara tanpa melepas canula      Nyaman untuk semua usia

Kerugian :      Mudah terlepas / salah posisi     Harus punya lubang hidung yang paten     Flow rate > 6L/menit tidak dapat diberikan, karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman

Simple face mask

Page 22: makalah terapi oksigen

21

Indikasi :     Flow rate: 5-8 L/menit     Konsentrasi  O2 : 40-60%Keuntungan :

     Efektif untuk pernafasan via mulut atau yang mengalami sumbatan hidungKerugian :

     Penggunaan flow rate sedikitnya 5L/menit mencegah rebreatheing CO2

Partial rebreather mask

Indikasi :     Flow rate: 8-12 L/menit     Konsentrasi  O2 : 50-80%Keuntungan :

     Mengirimkan O2 dalam konsentrasi tinggiKerugian :

     Kantong harus tidak melintir / melipat, dan hindari obstruksi oksigen

  Nonrebreather mask

                                    

Page 23: makalah terapi oksigen

22

Indikasi :     Flow rate: 10-15 L/menit     Konsentrasi  O2 : 60-80%Keuntungan :

     Mengirimkan konsentrasi oksigen yang paling  tinggiKerugian :

     Mati lemas jika aliran oksigen terobstruksi dan masker rapat menempel, kecuali jika masker dilengkapi dengan suatu  mekanisme katup spring  (spring valve) yang dapat  membuka manakala pasien inspirasi.

Tabung oksigen flow meter humidifier

G. KONTRA INDIKASI TERAPI OKSIGEN

Kasus-kasus yang tak diperkenankan menggunakan terapi ini antara lain adalah

orang dengan kelainan paru-paru karena bisa mengakibatkan pecahnya paru-paru dalam

ruangan bertekanan tinggi, orang dengan riwayat operasi paru, infeksi saluran nafas

atas, cedera paru, tumor ganas, orang yang mengidap penyakit-penyakit menular lain

dan mengidap gaustrophobia (rasa takut berada dalam ruangan tertutup). Karena itu,

biasanya pasien diminta menyediakan data pemeriksaan darah lengkap dan hasil foto

rontgen paru minimal 6 bulan berselang sebelum memulai terapi oksigen hiperbarik ini.

Jadi bila ingin mencoba terapi oksigen mutakhir dengan cara menghirup oksigen murni

dalam ruangan hiperbarik ini tentu saja tak ada salahnya, tetapi jangan lupa untuk

memenuhi persyaratan dan prosedurnya serta satu hal yang paling penting yaitu harus

terlebih dahulu dimulai dengan berkonsultasi pada ahlinya untuk mencegah hal-hal yang

tidak diinginkan.

Page 24: makalah terapi oksigen

23

Berapa lama biasa terapi ini dilakukan? Berbeda dengan kasus-kasus

penyelamanyang membutuhkan waktu hingga lima jam, dari survey didapat data kira-

kira sekitar satu jam untuk tujuan kebugaran dan kecantikan dan bisa lebih lama sedikit

untuk penyakit-penyakit yang lebih serius. Terapi oksigen hiperbarik ini dilakukan

secara berkala mulai dari enam sampai sepuluh kali berturut-turut selama satu jam

tergantung pada tempat penyedia fasilitasnya.

Kontra indikasi terapi hiperbarik terutama pada penderita pneumothorak yang

belum dirawat, kecuali bila sebelum pemberian oksigen hiperbarik dikerjakan tindakan

bedah untuk mengatasi pneumothorak tersebut, dan juga bagi yang sedang hamil.

Karena tekanan partial oksigen yang tinggi berhubungan dengan penutupan patent

ductus arteriosus bersifat bahaya bagi kehamilan dan janin yang dikandung. Namun

demikian, ada juga penelitian yang menunjukkan hasil, komplikasi seperti itu tidak

terjadi.

Penggunaan terapi oksigen hiperbarik sangat luas. Meskipun demikian

penggunaannya relatif masih kecil dibanding jumlah penduduk Indonesiayang

sedemikian besar.

H. RESIKO TERAPI OKSIGEN

Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi

bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari.

Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang

merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang

dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida

dan atelektasis.

Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga

pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan

kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi,

Page 25: makalah terapi oksigen

24

menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk.

Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.

Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2, selanjutnya

mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan paru

(displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini adalah retinopti

prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan jaringan vaskuler opak pada

matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan berat. Pemberian O2 100% pada

tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga

kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan

terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan

jumlah O2 terlarut dalam darah.

Page 26: makalah terapi oksigen

25

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki

hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2

lebih dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%.

Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus-menerus ada 3

macam: oksigen dimampatkan bertekanan tinggi, oksigen cair, dan oksigen

berkonsentrat.Dalam perkembangannya barulah terapi oksigen ini dipakai untuk

mengatasi penyakit-penyakit seperti luka pada penderita diabetes hingga stroke.

Macam-macam alat pemberian O2; Nasal kanul, Simple face mask, Partial

rebreather mask, Nonrebreather mask.Salah satu resiko terapi oksigen adalah

keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih

dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari.

B. SARANTerapi oksigen sangat penting dan perlu tindakan secepat mungkin bagi

penderita yang sudah mengalami resiko tinggi kekurangan oksigen. Dalam

makalah ini penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan

yang terdapat dalam makalah ini, maka dari itu penyusun membutuhkan

masukan-masukan yang bersifat konstruktif guna menyempurnakan isi makalah

ini.

Page 27: makalah terapi oksigen

26

Page 28: makalah terapi oksigen

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi

dan Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005

2. Ganong, F. William. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. jakarta: EGC. 2003

3. Niken, Nona. (2011). Pemberian Oksigen Dengan Berbagai Cara (internet).

Tersedia dalam http://nikenadipuspita.blogspot.com/2011/12/pemberian-

oksigen-dengan-berbagai-cara.html. 13

4. Rochana, Siti. (2010). Terapi Oksigen. Tersedia dalam

http://sitirochana.blogspot.com/2010/04/terapi-oksigen.html.

5. Sadikin, Ali. (2010). Teknik Pemberian Oksigen dengan Face Mask dan Nasal Kanul . tersedia dalam http://asuhan-keperawatan-file.blogspot.com/2012/10/teknik-pemberian-oksigen-dengan-face.html.

6. Yuechan. (2011). OKSIGENASI. Tersedia dalam http://ayyuchan.blogspot.com/2011/02/oksigenasi.html.