TEORI KONSTRUKTIVISME

8
TEORI KONSTRUKTIVISME TEORI KONSTRUKTIVISME I. Gambaran Umum Teori Konstruktivisme Kontrustivistik merupakan suatu teori tentang pengetahuan dan pembelajaran (knowledge and learning); pengetahuan dan pembelajaran menggambarkan dua hal yaitu apakah pengetahuan itu dan bagaimana pengetahuan itu datang? Teori konstruktivistik mementingkan tiga aspek yaitu adaptasi sebagai ganti dari penggambaran yang berasal dari biologi yaitu hubungan antara kehidupan organisme dengan lingkungannya, kedua adalah pemahaman pada lingkungan , dalam model ini lingkungan lingkungan mempunyai makna yang jelas yaitu ketika berbicara pada diri sendiri, maka lingkungan mengacu kepada pengalaman, sedangkan pengalaman apabila perhatian kita pada unsur khusus, maka lingkungan mengacu pada lingkungan sekitar. Aspek ketiga adalah hubungan makna, dimana konstruktivistik lebih berorientasi pada pembentukan makna apabila hal ini dikaitkan dengan pembelajaran adalah bagaimana menstransfer makna kepada peserta didik. Revolusi konstruktivisme mempunyai akar yang kuat dalam sejarah pendidikan. Tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan teori ini adalah Jean Piaget dan Vygotsky. Keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif kearah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena adanya informasi baru yang diterima melalui proses ketidak seimbangan (dissequillibrium). Selain itu mereka juga menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kelompok akan dapat meningkatkan pegubahan secara konseptual. (Baharuddin, 2007:117) Walaupun keduanya merupakan tokoh pada aliran konstruktivisme, namun Piaget dan Vygotsky pada prinsipnya memiliki beberapa perbedaan karakteristik. Piaget menyatakan proses pembelajaran bersifat internal sedangkan Vygotsky menyatakan bersifat external. Menurut Piaget, proses pendewasaan dalam diri menjadi faktor utama yang mempengaruhi proses pembelajaran siswa sedangkan Vygotsky

description

teori belajar

Transcript of TEORI KONSTRUKTIVISME

Page 1: TEORI KONSTRUKTIVISME

TEORI KONSTRUKTIVISMETEORI KONSTRUKTIVISME

I. Gambaran Umum Teori Konstruktivisme

Kontrustivistik merupakan suatu teori tentang pengetahuan

dan pembelajaran (knowledge and learning); pengetahuan dan

pembelajaran menggambarkan dua hal yaitu apakah pengetahuan itu

dan bagaimana pengetahuan itu datang? Teori konstruktivistik

mementingkan tiga aspek yaitu adaptasi sebagai ganti dari

penggambaran yang berasal dari biologi yaitu hubungan

antara kehidupan organisme dengan lingkungannya, kedua

adalah pemahaman pada lingkungan , dalam model ini lingkungan

lingkungan mempunyai makna yang jelas yaitu ketika berbicara pada

diri sendiri, maka lingkungan mengacu kepada pengalaman,

sedangkan pengalaman apabila perhatian kita pada unsur khusus,

maka lingkungan mengacu pada lingkungan sekitar. Aspek ketiga

adalah hubungan makna, dimana konstruktivistik lebih

berorientasi pada pembentukan makna apabila hal ini

dikaitkan dengan pembelajaran adalah bagaimana

menstransfer makna kepada peserta didik.

Revolusi konstruktivisme mempunyai akar yang kuat dalam sejarah

pendidikan. Tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan

teori ini adalah Jean Piaget dan Vygotsky. Keduanya menekankan

bahwa perubahan kognitif kearah perkembangan terjadi ketika konsep-

konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena adanya

informasi baru yang diterima melalui proses ketidak seimbangan

(dissequillibrium). Selain itu mereka juga menekankan pentingnya

lingkungan sosial dalam belajar dengan menyatakan bahwa integrasi

kemampuan dalam belajar kelompok akan dapat meningkatkan

pegubahan secara konseptual. (Baharuddin, 2007:117)

Walaupun keduanya merupakan tokoh pada aliran konstruktivisme,

namun Piaget dan Vygotsky pada prinsipnya memiliki beberapa

perbedaan karakteristik. Piaget menyatakan proses pembelajaran

bersifat internal sedangkan Vygotsky menyatakan bersifat external.

Menurut Piaget, proses pendewasaan dalam diri menjadi faktor utama

yang mempengaruhi proses pembelajaran siswa sedangkan Vygotsky

lebih mengutamakan faktor dunia luar. Vygotsky menyatakan

pengetahuan dibangun siswa dalam konteks budaya dan atas dasar

interaksinya dengan teman sebaya atau faktor eksternal yang lain.

Page 2: TEORI KONSTRUKTIVISME

Vygotsky menyatakan bahwa konsep tidak bisa dibangun tanpa

melakukan suatu interaksi sosial (Howe, 1996 : 42).

II. Pemikiran-Pemikiran Vygotsky

 Lev Vygotsky(1893-1934) adalah seorang psikolog Rusia yang

sering dipandang sebagai a social (atau a

sociocultural) constructivist. Ada banyak kemiripan antara teori piaget

dan vygotsky, salah satunya adalah tentang cara belajar yang efektif

melalui praktek nyata, anak-anak akan lebih mudah memahami

konsep-konsep baru ketika mereka mencoba memecahkan satu

masalah dengan objek konkrit, menurut vygotsky perkembangan

intelektual anak mencakup bagaimana mengkaitkan bahasa dengan

pikiran. Pada awal perkembangan anak antara bahasa dan pikiran

tidak ada keterkaitan misalnya seorang bayi yang mengoceh tanpa

memikirkan akibat ocehannya dan lain-lain.

Vygotsky menekankan besarnya pengaruh sosial budaya pada

perkembangan anak. Artinya peranan lingkungan sosial dimana anak

itu berkembang, dan interaksi yang terjadi di dalamnya sangat

mendukung pekembangan sosial anak. Selain itu ia juga

memperhatikan dua faktor penting dalam perkembangan anak, yaitu

pembawaan dan pengasuhan, keduanya saling berinteraksi satu sama

lain. Ia membedakan dua fungsi mental yaitu rendah dan tinggi. Fungsi

mental rendah yaitu; sensasi, reaksi perhatian, ingatan spontan dan

kecerdasan sensori motor. Menurut Vygotsky bahwa kemampuan

mental manusia dapat disamakan dengan hewan, dan itu berasal dari

faktor bawaan. Fungsi mental rendah mula-mula hanya bergantung

pada proses perkembangan. Fungsi mental tinggi adalah pemerolehan

pengetahuan melalui belajar dan pengajaran, seperti: persepsi,

perhatian, ingatan dan logika berfikir. (Sofia Hartati, 2005: 70)

Terkait dengan fungsi mental tingkat tinggi, secara bertahap

seorang anak mulai mengaitkan antara bahasa dengan pikiran . pada

usia SD ia akan memakai bahasa dalam proses belajar. Misalnya

pengertian tentang ukuran akan bertambah dengan pemakaian kata

kecil, lebih kecil, paling kecil, dsb.

Menurut Vygotsky adalah hal yang wajar jika seorang anak usia 5

tahun berbicara sendiri ketika sedang mempelajari sesuatu karena ini

akan memvbantunya untuk lebih mudah mengerti, semakin sulit

subjek yang sedamng dipelajari anak semakin sering anak-anak

berbicara sendiri untuk mengerti apa yang sedang dipelajari bahkan

Page 3: TEORI KONSTRUKTIVISME

hal ini masih terjadi juga pada orang dewasa ketika sedang

mempelajari sesuatu yang rumit walaupun berbicara di dalam hati.

Menurut vygotsky penggunaan bahasa bukan sekedar untuk alat

berekspresi tapi juga alat Bantu yang efektif dalam proses belajar

Vygotsky juga memberikan ide praktis bagaimana meningkatkan

perkembangan intelektual anak sehingga anak dapat berpikir mandiri.

Misalnya ketia seorang anak sedang mengerjakan sesuatu yang

mampu ia kerjakan sendiri sebaiknya guru maupun orang tua jangan

membantunya, namun apabila yang dipelajarinya sulit guru harus

memberikan arahan dan mendorong anak untuk berpikir.

Vygotsky memperkenalkan Zona of development (zo-ped). Vygotsky

used the term "zo-ped", zona of oroximal development, to describe the

place where a child,s spontaneous concepts meet the "syatematicy

and logic adult reasoning" yaitu bahwa anak lahir mempunyai rentangn

kemampuan persepsi, kemampuan memori yang ditransformasikan

dalam konteks social dan pendidikan melalui hokum social, sarana,

kebudayaan tertentu menjadi fungsi psycologis kognisi tinggi. Zo-ped

yaitu suatu tingkat perkembangan actual yang sifatnya belum jadi,

masih berupa potensi. Tingkat perkembangan potensial ditumbuhkan

melalui "scaffolding instruction" yaitu pembelajaran yang berjenjang.

Scaffolding instruction menganut tiga prinsip yaitu: holistic

meaningfull, konteks social yang ekuivalen dengan belajar, dan

peluang berubah dan berhubungan.

Konsep Belajar Konstrutivisme Vygotsky

Salah satu konsep dasar pendekatan konstrutivisme

dalam belajar menurut Vygtsky adalah adanya interaksi social

individu dengan lingkungannya. Menurutnya,belajar adalah

sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama,

belajar merupakan proses secara biologis sebagai proses

dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang

lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial

budaya. Sehingga, lebih lanjut ia menyatakan, munculnya prilaku

seseorang adalah karena intervening kedua elemen tersebut.

(Baharuddin dan Esa Nurwahyuni, 2007:124)

Pada saat seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungannya,

ia akan menggunakan fisiknya berupa alat indranya untuk menangkap

atau menyerap stimulus tersebut, kemudian dengan menggunakan

saraf otaknya informasi yang telah diterima tersebut diolah.

Page 4: TEORI KONSTRUKTIVISME

Keterlibatan alat indra dalam menyerap stimulus dan saraf otak dalam

menyerap informasi yang diperoleh merupakan proses secara fisik dan

psikologi sebagai elemen dasar dalam belajar.

Pengetahuan yang telah ada sebagai hasil dari proses

elemendasar ini akan lebih berkembang ketika mereka berinteraksi

dengan lingkungan sosial budaya mereka. Oleh karena iti, ia sangat

menekankan pentingnya peran interaksi sosial bagi perkembangan

belajar seseorang.

Konstruktivisme Vygotskian memandang bahwa pengetahuan

dikonstruksi secara kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut

dapat disesuaikan oleh setiap individu. Proses dalam kognisi diarahkan

melalui adaptasi intelektual dalam konteks sosial budaya. Proses

penyesuaian itu equivalen dengan pengkonstruksian pengetahuan

secara intra individual yakni melalui proses regulasi diri internal. Dalam

hubungan ini, para konstruktivis Vygotskian lebih menekankan pada

penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual (Sheffer, 1996 :

274 - 275). Dua prinsip penting yang diturunkan dari teori

Vygotsky adalah : (1) mengenai fungsi dan pentingnya bahasa

dalam komunikasi sosial yang dimulai proses pencanderaan

terhadap tanda (sign) sampai kepada tukar menukar informasi

dan pengetahuan, (2) zone of proximal development. Guru

sebagai mediator memiliki peran mendorong dan

menjembatani siswa dalam upayanya membangun

pengetahuan, pengertian dan kompetensi (Dixon-Kraus, 1996 : 8).

Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada

hakikat pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah

menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari

pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial

pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif manusia

berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam

konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran

terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum

dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan

kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zone of

proximal development mereka. Zone of proximal

development adalah daerah antar tingkat perkembangan

sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan

memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat

Page 5: TEORI KONSTRUKTIVISME

perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai

kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang

dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Shaffer, 1996 :

274 - 275).

Teori Vygotsky yang lain adalah scaffolding. Scaffolding berarti

memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan

selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian

mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan

kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang

semakin besar segera setelah mampu mengerjakan sendiri.

Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,

peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk

lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky

mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya

memecahkan permasalahan, yaitu (1) siswa mencapai keberhasilan

dengan baik, (2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, (3)

siswa gagal meraih keberhasilan.Scaffolding berarti upaya guru

untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai suatu

keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar

pencapaian siswa ke jenjang yang lebih tinggi menjadi

optimum (Vygotsky, 1978 :5).

Scaffolding Sebagai Bagian dari Teori Konstruktivisme Modern

scaffolding adalah suatu istilah dalam dunia pendidikan yang

merupakan pengembangan teori belajar konstruktivisme

modern. Scaffolding pertamakali disebut sebagai istilah dalam dunia

pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini oleh Vygotsky (1846).

Dalam pendidikan usia dini, scaffolding mengambil peran yang sangat

penting dalam proses pembelajaran di setiap aspek menuju pada

pencapaian tahap perkembangan anak (child development). Setiap kali

seorang anak mencapai tahap perkembangan yang ditandai dengan

terpenuhinya indikator dalam aspek tertentu, maka anak

membutuhkan scaffolding. Vygotsky (1962) menuliskan

bahwa scaffolding merupakan bentuk bantuan yang tepat waktu yang

juga harus ditarik tepat waktu ketika interaksi belajar sedang terjadi

saat anak-anak mengerjakan puzzle, membangun miniature bangunan,

mencocokkan gambar dan tugastugas pelajaran lainnya. Saat interaksi

belajar berlangsung, scaffolding kadang dibutuhkan secara bersamaan

dan terintegrasi dalam aspek fisik, intelektual, seni dan emosional.

Page 6: TEORI KONSTRUKTIVISME

Kebalikan dari scaffolding adalah interferensi. Seringkali langsung

muncul keinginan orang dewasa baik guru maupun orang tua untuk

dating membantu anak menyelesaikan tugas perkembangannya.

Akibatnya, bantuan malah menginterferensi proses pembelajaran

anak. Keinginan tersebut sesungguhnya wajar dan natural, karena

selain ungkapan kasih sayang, juga merupakan ungkapan

kekhawatiran orang dewasa terhadap anak. Namun, dengan porsi yang

tepat, tidak akan menjadi interferensi dan tidak akan merebut

peran scaffolding yang lebih dibutuhkan anak.

Telah kita ketahui bahwa teori belajar konstruktivisme modern secara

umum menyatakan bahwa siswa harus secara pribadi menemukan dan

menerapkan informasi yang kompleks kemudian mengecek informasi

baru dibandingkan dengan aturan lama dan memperbaiki aturan itu

apabila tidak sesuai lagi. Dengan demikian guru tidak dapat hanya

semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan

siswa harus membangun pengetahuan ini di dalam benaknya sendiri.

Guru hanya membantu proses ini dengan caracara mengajar yang

membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi

siswa; sedemikian hingga siswa mampu menarik kesimpulan untuk

menerapkan sendiri ide-ide.

Khusus terhadap pendidikan anak usia dini teori konstruktivisme

modern oleh Vygotksy dibagi dalam tiga tahap yaitu:

1. Tahap Zona Perkembangan Terdekat Zona

perkembangan terdekat atau Zone of Proximal

Development (ZPD) yaitu suatu ide bahwa anak usia dini

belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam

zona perkembangan terdekat mereka. A range tasks too

difficult for the child to do alone but possible with help of

adults and more skilled peers (Berk, 2006). The zone of

proximal development is the Vygotskian concept that defines

development as the space between the child’s level of

independent performance and the child’s level of maximally

assisted performance(Bodrova &Leong, 1996; Vygotsky,

1978). Artinya, suatu jarak antara keterampilan yang sudah

dimiliki oleh anak dengan keterampilan baru yang diperoleh

dengan bantuan dari orang dewasa (adult/care

giver/parents/teacher) atau orang yang terlebih dahulu

menguasai keterampilan tersebut(knowledgeable

Page 7: TEORI KONSTRUKTIVISME

person/peer/siblings). Zona ini hadir di tengah lingkungan

dengan fitur yang sekaya mungkin sehingga memberikan

kesempatan melimpah bagi anak untuk membangun konsep

dan internalisasi pemahaman dalam dirinya tentang berbagai

hal. Artinya, bila lingkungan di sekitar anak mampu

menghadirkan sekaya mungkin fitur tentang berbagai hal,

maka anak memperoleh rangsangan yang kuat untuk

mempelajari suatu konsep bagi pemahamannya dengan cara

terbaik.

2. Tahap Pemagangan Kognitif Pemagangan kognitif

atau cognitive apprenticeshipadalah suatu istilah untuk proses

pembelajaran dimana guru menyediakan dukungan kepada

anak usia dini dalam bentuk scaffold hingga anak usia dini

berhasil membentuk pemahaman kognitifnya. Pemagangan

kognitif ataucognitive apprenticeship juga merupakan suatu

budaya belajar dari dan di antara teman sebaya melalui

interaksi satu sama lain sehingga membentuk suatu konsep

tentang sesuatu pengalaman umum dan kemudian

membagikan pengalaman membentuk konsep tersebut di

antara teman sebayanya (Collins, Brown, and Newman 1989).

Wilson and Cole (1994) mendeskripsikan ciri khas

pemagangan kognitif yaitu “ heuristic content, situated

learning, modeling, coaching, articulation, reflection,

exploration, and order in increasing complexity”.

3. Scaffolding atau mediated learning Yaitu dukungan

tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah

sebagai suatu hal yang penting dalam pemikiran

konstruktivisme modern. Scaffolding is adjusting the support

offered during a teaching session to fit the child’s current level

of performance ”. Scaffolding sebagian besar ditemukan

dilakukan oleh orang dewasa (adult/care giver/parent/teacher)

atau orang yang lebih dahulu tahu (knowledgeable

person/siblings/peer) tentang suatu keterampilan yang

seharusnya dicapai oleh anak usia dini. (Upi Isabella : 2007)

Daftar Pustaka

Page 8: TEORI KONSTRUKTIVISME

Ratna Megawangi, dkk, Pendidikan Yang Patut dan Menyenangkan,

(Bogor: Indonesia Heritage Foundation) 2005.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan

Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media) 2007

Anisa Basleman, Pembelajaran Konstruktivisme (makalah)

Upi Isabela, Scaffolding pada Program Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Penabur - No.08/Th.VI/Juni 2007

Sofia Hartati, Perkembangan Belajar PAUD, (Jakarta: Depdiknas) 2005