TEORI GANGGUAN
-
Upload
rifatur-rohmah -
Category
Documents
-
view
734 -
download
49
Transcript of TEORI GANGGUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan contoh-contoh yang sudah didapatkan pada pembahasan
sebelumnya, hanya sedikit sistem fisis yang dapat diselesaikan secara eksak yaitu
sumur potensial takhingga, atom hidrogen dan osilator harmonik. Dalam banyak
kasus, solusi hanya dapat diperoleh menggunakan pendekatan. Salah satu solusi
pendekatan tersebut adalah teori gangguan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa rumusan masalah yang
dapat diberikan diantaranya :
1. Bagaimanakah solusi pendekatan menggunakan teori gangguan dalam
keadaan nondegenerasi?
2. Bagaimanakah solusi pendekatan menggunakan teori gangguan dalam
keadaan degenerasi?
3. Bagaimanakah solusi pendekatan menggunakan teori gangguan bergantung
waktu?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini diantaranya :
1. Mengetahui solusi pendekatan menggunakan teori gangguan dalam keadaan
nondegenerasi.
2. Mengetahui solusi pendekatan menggunakan teori gangguan dalam keadaan
degenerasi.
3. Mengetahui solusi pendekatan menggunakan teori gangguan bergantung
waktu.
1
D. Manfaat Penulisan
Materi makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembaca pada umumnya
mengenai materi fisika kuantum khususnya pada bab teori gangguan.
2. Menjadi bahan masukan (referensi) untuk mata kuliah Fisika Kuantum bagi
Mahasiswa P. Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.
2
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI GANGGUAN
A. GANGGUAN STASIONER
1. Keadaan Nondegenerasi
Di dalam teori gangguan, Hamiltonian sistem diuraikan menjadi dua
bagian utama yaitu tanpa gangguan dan bagian atau suku pengganggu. Suku
pengganggu masih diklasifikasikan menjadi dua yaitu gangguan stasioner
atau tak tergantung waktu dan gangguan yang berubah terhadap waktu.
Pertama akan dibahas gangguan yang tak bergantung waktu. Hamiltonian
sistem dapat dituliskan dalam bentuk umum
H=H 0+ λ H 1, dengan λ parameter kecil (1.1 )
Hamiltonian yang telah dipisah bagian pengganggu harus diketahui
solusi eigennya, misalkan
H 0 φn=En0 φn (1.2 )
Dengan fungsi eigen memenuhi ortonormalitas
(φm , φn )= ⟨ φm|φn ⟩=δmn (1.3 )
Pada pembahasan sekarang kita batasi pada kasus kondegenerasi yaitu
Em0 ≠ En
0untuk φm≠ φn ,m ≠ n
Sekarang, dimisalkan Hamiltonian memenuhi persamaan eigen
H ψn=( H 0+λ H 1) ψn=Enψn (1.4 )
Maka dalam limit λ → 0 persamaan (1.4) mereduksi menjadi
persamaan (1.2) dengan
ψn →φn
En → En0 (1.5 )
Fungsi eigen yang memenuhi sifat tersebut dapat berbentuk
ψn=N ( λ ){φn+∑k≠ n
Cnk ( λ ) φn}(1.6 )
Kondisi (1.5) λ → 0 , ψn→ φndipenuhi oleh
3
N (0 )=1 , Cnk (0 )=0 (1.7 )
Ambil N ( λ )=1dan
Cnk ( λ )=λ Cnk(1 )+ λ2 Cnk
( 2)+λ2Cnk(2) (1.8 )
Sehingga
ψn=φn+λ∑k≠ n
Cnk(1 ) φk+λ( 2)∑
k ≠n
Cnk( 2) φk+λ (32 hingga olehng memenuhi sifa t tersebut dapat berbentukitu nnya ,misalkan tergantung waktu dan gangguan yang berubah terha )∑
k ≠n
Cnk(3 ) φk+… (1.9 )
Serupa dengan fungsi eigen, nilai eigen yang memenuhi kondisi (1.5)
diuraikan dalam deret
En=En0+λ En
(1)+λ2 En( 2)+λ3 En
( 3)+… (1.10 )
Substisusi ekspansi (1.9) dan (1.10) ke dalam persamaan (1.4)
diperoleh
H ψn=( H 0+λ H 1) [φn+ λ∑k ≠ n
Cnk(1) φk+ λ( 2)∑
k ≠n
Cnk(2 ) φk+… ]
¿ (En0+λ En
( 1)+ λ2 En(2 )+…) [φn+ λ∑
k ≠n
Cnk( 1) φk+ λ(2 )∑
k≠ n
Cnk(2 ) φk+…] (1.11)
Persamaan di atas akan dipenuhi jika semua komponen dari λksama.
Pengalian masing-masing suku memberikan, untuk komponen λ0 ,
H 0 φn=En0 φn (1.12 )
yang konsisten dengan persamaan (1.2). sedangkan untuk komponen λ
H 0∑k ≠ n
Cnk(1) φk+H 1φn=En
0∑k ≠ n
Cnk(1) φk+ En
(1 )φn (1.13 )
atau dengan menerapkan pers (1.2) menjadi
E k0∑
k ≠ n
Cnk(1 )φk+H 1 φn=En
0∑k≠ n
Cnk(1 ) φk+En
( 1) φn (1.13 a )
Selanjutnya lakukan kali scalar dengan φndan menggunakan
ortonormalitas (1.3) diperoleh, ruas kiri
E k0∑
k ≠ n
Cnk(1 ) ( φn , φk )+( φn ,H 1 φn)=∑
k ≠ n
Ek0Cnk
(1) δ nk+ ⟨ φn|H 1|φn ⟩
¿0+ ⟨φn|H 1|φn ⟩ (1.13 b )
4
dan ruas kanan
En0∑
k ≠ n
Cnk(1 ) ( φn , φk )+(φn , En
(1 )φn )=En0∑
k ≠n
Cnk(1 ) δnk+En
( 1) ⟨φn|φn ⟩
¿0+En(1) (1.13 c )
Sehingga
En( 1)= ⟨φn|H 1|φn ⟩ (1.14 )
Inilah energi koreksi orde pertama dari energy keadaan ke-n.
Selanjutnya, lakukan perkalian scalar pada persamaan (1.13a) dengan
φmuntuk m ≠n. Ruas kiri
E k0∑
k ≠ n
Cnk(1 ) ( φm , φk )+( φm , H 1φn )=∑
k≠ n
Ek0Cnk
(1 ) δmk+⟨ φm|H 1|φm ⟩
¿ Em0 Cnm
(1) + ⟨ φm|H 1|φm ⟩ (1.13d )
dan ruas kanannya
En0∑
k ≠ n
Cnk(1 ) ( φm , φk )+(φn , En
(1 )φn )=En0∑
k ≠n
Cnk(1 ) δmk+En
(1) ⟨ φm|φn ⟩
¿ En( 1)Cnm
(1 ) +0 (1.13e )
dari dua persamaan terakhir ini diperoleh
Cnm(1) =
⟨ φm|H 1|φn ⟩En
0−Em0 (1.15 )
Selanjutnya komponen dari λ2
H 0∑k ≠ n
Cnk(2) φk+H 1∑
k ≠ n
Cnk(1 )φk=En
0∑k≠ n
Cnk(2 ) φk+En
( 1)∑k ≠n
Cnk(1 ) φk+En
( 2) φn
(1.16 )
atau
E k0∑
k ≠ n
Cnk(2 )φk+H 1∑
k ≠n
Cnk(1 ) φk=En
0∑k ≠n
Cnk(2 ) φk+En
(1)∑k ≠n
Cnk( 1) φk+En
(2) φn
(1.16 a )
Seperti proses sebelumnya, lakukan perkalian skalar dengan φn, dari
ruas kiri diperoleh
5
E k0∑
k ≠ n
Cnk(2 ) ⟨φn|φk ⟩+∑
k ≠ n
Cnk(1) ⟨ φn|H 1|φk ⟩=Ek
0∑k≠ n
Cnk(2 ) δnk+∑
k ≠ n
⟨ φk|H 1|φn ⟩En
0−Ek0 ⟨ φn|H 1|φk ⟩
¿0+∑k ≠n
⟨ φk|H 1|φn ⟩ ⟨φn|H 1|φk ⟩En
0−Ek0
ruas kanan memberikan
En0∑
k ≠ n
Cnk(2 ) ⟨φn|φk ⟩+En
( 1)∑k ≠n
Cnk(1 ) ⟨ φn|H 1|φk ⟩+En
(2) ⟨ φn|φn ⟩=Ek0∑
k ≠n
Cnk( 2) δ nk+Ek
(1)∑k ≠ n
Cnk(1) δ nk+En
(2 )
¿0+0+ En(2 )
Sehingga didapatkan energy koreksi orde dua dari tingkat energi ke-n
En( 2)=∑
k ≠n
⟨ φk|H 1|φn ⟩ ⟨φn|H 1|φk ⟩En
0−Ek0
¿∑k ≠ n
⟨ φn|H 1|φk ⟩2
En0−Ek
0 (1.17 )
Koreksi untuk orde lebih tinggi dapat dilakukan dengan prosedur
serupa.
Contoh 1.1. Model Matriks.
Hamiltonian suatu sistem diberikan oleh matriks berikut:
H=(1 λ 0λ 1− λ 10 1 1+λ)dengan λ≪1
Tentukan :
a. Solusi eigen tanpa gangguan
b. Koreksi energi orde pertama
c. Koreksi energy orde dua
Penyelesaian:
a. Hamiltonian dapat diuraikan menjadi
H=(1 0 00 1 10 1 1)+ λ(0 1 0
1 −1 00 0 1)
maka
6
H 0=(1 0 00 1 10 1 1)dan H 1= λ(0 1 0
1 −1 00 0 1)
Nilai eigen dari H 0, diperoleh dari persamaan secular
|H 0−E0 I|=|1−E0 0 00 1−E0 10 1 1−E0|
¿ E0 (1−E0 ) ( E0−2 )¿0
Jadi, energi eigen tanpa gangguan
E10=0 , E2
0=1 , E30=2
Fungsi energi bersangkutan
|E10 ⟩= 1
√2 ( 01
−1) ,|E20 ⟩=(100) ,|E1
0 ⟩= 1√2 (0
11)
b. koreksi energi orde pertama, dari pers (1.14)
E1( 1)= ⟨E1
0|H 1|E10 ⟩
¿ 12
(0 1 −1 )(0 1 01 1 00 0 1)(011)
¿1
Dengan cara yang sama
E2( 1)= ⟨E2
0|H 1|E20 ⟩=0
E3( 1)= ⟨E3
0|H 1|E30 ⟩=0
c. koreksi energi orde kedua, dari pers (1.17)
E12=∑
k ≠n
⟨E10|H 1|Ek
0 ⟩2
E10−E k
0
¿|⟨ E1
0|H 1|E20 ⟩|2
E10−E2
0 +|⟨ E1
0|H 1|E30 ⟩|2
E10−E3
0
¿−12
7
2
1
0
V0V = 0
x = 0 L/2 L
Dengan cara yang sama
E22=
|⟨E20|H 1|E1
0 ⟩|2
E20−E1
0 +|⟨ E2
0|H 1|E30 ⟩|2
E20−E3
0 =−12
E32=
|⟨E30|H 1|E1
0 ⟩|2
E30−E1
0 +|⟨ E3
0|H1|E20 ⟩|2
E30−E2
0 =1
Dari hasil-hasil perhitungan di depan, energi sistem sampai koreksi orde dua
E10=λ− λ2
2,
E20=1− λ2
2,
E30=2+λ2
Gambar 1.1. Spektrum Energi
Contoh 1.2. Sumur Potensial Dasar Tidak Rata.
Partikel bermassa m terperangkap dalam sumur potensial sebagai berikut:
8
Gambar1.2 Sumur Potensial Dasar Tidak Rata
Tentukan energi potensial partikel sampai orde pertama tonjolan dasar sumur.
Penyelesaian :
Untuk menyelesaikan persoalan di atas kita gunakan sumur potensial satu dimensi
dengan gangguan dasar sumur miring.
Hamiltonian diberikan oleh
H={−ℏ2
2md2
d x2 +V 0 , 0<x< L2
−ℏ2
2md2
d x2 ,L2<x<L
, denganV 0≪
yang dapat dipisahkan menjadi
H=H 0+ λ H 1
dengan
H 0=−ℏ2
2 md2
d x2 , 0<x<L
H 1=V 0 , 0<x< L2
Solusi untuk sumur potensial rata H 0 ,
En0= π2ℏ2
2 m L2 n2
dan fungsi eigen
φn ( x )=√ 2L
sin( nπL
x)Koreksi energi orde pertama
En( 1)= ⟨φn|H 1|φn ⟩
¿∫0
L
φn¿ ( x ) H 1φn ( x ) dx
¿ 2L∫
0
L2
V 0 sin2( nπL
x)dx
9
¿V 0
L∫0
L2
{1−cos ( nπ2 L
x )}dx
¿V 0
L {L2−
2 Lnπ
sin ( nπ2 L
x )}|0
L2
¿V 0
2−
2 V 0
nπsin ( nπ
4 )Jadi, energi tingkat ke-n partikel di dalam sumur
En0=
π2ℏ2
2 m L2 n2+V 0
2 (1−4
nπsin( nπ
4 ))2. Kasus Degenarasi
Berikut kita bahas system fisis yang mengalami degenerasi, yaitu
Em0 =En
0 untuk φm≠ φn ,m ≠ n.
Bila hal ini terjadi, maka penyebut pada persamaan (1.15) dan (1.17)
menjadi nol. Karena itu, perumusan di depan menjadi tidak terdefinisi dan
perlu dimodifikasi.
Misalkan energi tingkat ke-n mempunyai derajat degenerasi g dan
keadaan degenerasi kita label φn(i) , i=1,2 ,… , g. Keadaan ini mempunyai
ortonormalitas
⟨φm(i )|φn
( j) ⟩=δmn δij (1.18)
Langkah modifikasi sederhana dilakukan dengan megubah ekspansi
(1.9) menjadi
ψn=∑i=1
g
ai φni +λ∑
k ≠n
Cnk(1 )∑
i=1
g
bi φki +λ2∑
k≠ n
Cnk(2 )∑
i=1
g
ci φki +…(1.19)
Selanjutnya, substitusi ekspansi ini dan uraian energy (1.10) ke dalam
pers. (1.4) diperoleh komponen untuk suku ,
H 1∑i=1
g
ai φni +H 0∑
k ≠ n
Cnk(1)∑
i=1
g
b i φki =∑
i=1
g
ai H 1 φni +∑
k ≠n
Cnk( 1) Ek
0∑i=1
g
bi φki
¿ En( 1)∑
i=1
g
ai φni +En
0∑k≠ n
Cnk(1 )∑
i=1
g
bi φki
10
(1.20)
Seperti kasus nondegenerasi, lakukan kali scalar dengan φnIdidapatkan
∑i=1
g
ai ⟨φnl|H 1|φn
i ⟩=En( 1)∑
i=1
g
ai ⟨φnl|φn
i ⟩=En(1) al(1.21)
Tuliskan ⟨φnl|H 1|φn
i ⟩=hlin (1.22)
maka
∑i=1
g
ai hlin=En
(1 )a l(1.23)
Persamaan ini tidak lain
h11n a1+h12
n a2+…+h1 gn ag=En
(1 )a1
h21n a1+h22
n a2+…+h2 gn ag=En
( 1) a2
⋮ (1.24a)
hg 1n a1+hg 2
n a2+…+h¿n ag=En
( 1) ag
atau
(h11
n h11n
h11n h11
n
⋯⋯
h11n
h11n
⋮ ⋮ ⋱ ⋮h11
n h11n ⋯ h11
n )(a1
a2
⋮ag
)=En(1)(
a1
a2
⋮ag
) (1.24 b )
Jelas, koreksi energi orde pertama keadaan terdegenerasi merupakan
nilai eigen dari Hamiltonian gangguan dalam basis ortogonal baru.
Contoh 1.3
Model Matriks. Hamiltonian system fisis diberikan oleh
H=( 3 −2+ λ 0−2+λ 3− λ 2 λ
0 2 λ 5+ λ)dengan λ≪1
Tentukan energi system sampai koreksi orde pertama.
Penyelesaian :
a. Hamoltonian
H=( 3 −2 0−2 3 00 0 5)⏟
H 0
+ λ(0 1 01 −1 20 2 1)⏟
H 1
11
Hamiltonian H 0 memberi persamaan sekular
|H 0+En0 I|=|3−En
0 −2 0
−2 3−En0 0
0 0 5−En0|
¿ (En0 )3−11 ( En
0 )2+35 En0−25=0
12
Solusinya
E10=1 , E2
0=E30=5
dan fungsi eigen bersangkutan
|E10 ⟩= 1
√2 (110) ,|E2
0 ⟩= 1√2 (−1
10) ,|E3
0 ⟩=(001) b. Energy koreksi orde pertama dibagi menjadi dua bagian. Pertama, keadaan
nondegenerasi dengan E10=1. Untuk kasus ini digunakan hubungan (1.14)
E1( 1)= ⟨E1
0|H 1|E10 ⟩
¿ 12
(1 1 0 )(0 1 01 −1 20 2 1)(
110)=1
2
Kedua, keadaan degenerasi dengan E20=E3
0=5
h222 = ⟨E2
0|H 1|E20 ⟩=1
2(1 −1 0 )(0 1 0
1 0 40 4 1)( 1
−10 )=−1
h232 = ⟨E2
0|H 1|E30 ⟩= 1
√2(1 −1 0 )(0 1 0
1 0 40 4 1 )(001)=−2√2
h322 = ⟨E3
0|H 1|E20 ⟩= 1
√2(0 0 1 )(0 1 0
1 0 40 4 1)( 1
−10 )=−2√2
h332 = ⟨E3
0|H 1|E30 ⟩=(0 0 1 )(0 1 0
1 0 40 4 1)(0
01)=1
Energi koreksi orde satu adalah eigen dari
(h222 h23
2
c h332 )
yaitu
|h222 −E2
(1 ) h232
h232 h33
2 −E2(1)|=|−1−E2
(1) −2√2
−2√2 1−E2(1 )|
¿ (E2(1 ))2
−9=0
13
5
1
Didapatkan E2( 1)=± 3. Untuk E2
( 1)=3
(−1−3 −2√2−2√2 1−3 )(a2
a3)=0
Dipenuhi oleh a2=√2, a1=1. Sehingga
|e20 ⟩=N ( a2
√2 ( 1−10 )+a3(0
01))=N ( 1
−11 )= 1
√3 ( 1−11 )
Jadi, energi eigen setelah dikoreksi
E10=1 , E2
0=5−3 λ ,E30=5+3 λ
Spektrum energi diberikan oleh Gambar 1.3
Gambar 1.3 Pemisahan Energi Terdegenerasi
Contoh 1.4 Efek Stark.
Atom hidrogen ditempatkan dalam ruang yang ada medan listrik lemah dan
homogen. Tentukan spectrum energi atom hidrogen.
Penyelesaian :
Medan listrik menimbulkan beda potensial listrik pada titik-titik yang berlainan
di dalam ruang. Misalkan, arah medan diambil sebagai arah sumbu z maka
Hamiltonian gangguan diberikan oleh
λ H 1=−εz , ε ≪E1
0
(ℏ2/me e)≈ 1010 Volt /m (1.25 )
Hamiltonian atom hidrogen tanpa medan luar,
14
H 0=−ℏ2
2 m∇2+ e2
4 π ε 0
1r
(1.26 a )
Persamaan eigen bersangkutan
H 0 ψn l m (r , θ , φ )=En ψnl m (r , θ , φ ) (1.26b )
Dengan bilangan kuantum
n=1,2,3 ,…
l=0,1,2 , …, n−1
m=l , l−1 , …,−l+1 ,−l (1.26 c )
dan energi eigen
En0=−13,6
n2eV (1.26 d )
Sebagai catatan, untuk tingkat untuk tingkat energi ke-n tertentu ada n2keadaan
eigen yang berbeda. Dengan demikian semua keadaan atom hidrogen merupakan
keadaan degenerasi kecuali keadaan dasar yang keadaan dengan n=1.
Energi koreksi. Energi koreksi untuk tingkat dasar.
E1( 1)= ⟨ψ100|(−εz )|ψ100 ⟩
¿−ε ⟨ R10Y 00|r cosθ|R10Y 00 ⟩
¿−ε∫0
∞
∫0
π
∫0
2π
|R10|2(√ 1
4 π )2
(r cosθ ) r2 sinθ drdθdφ (1.27 )
Karena integral ∫0
π
cos θ sin θdθ=0
Energi koreksi untuk keadaan eksitasi pertama n=2.
Energi hidrogen bebas keadaan ini
E20=−13,6
4eV (1.26 e )
dan keadaan degenerasi ψn l m adalah ψ211 , ψ210 ,ψ21−1 ,ψ200. Tuliskan ψn l m dalam
notasi Dirac ψn l m=|nl m ⟩. Energy koreksi orde pertama keadaan degenerasi lipat
empat ini merupakan nilai eigen dari
15
(⟨211|H 1|211 ⟩ ⟨ 211|H 1|210 ⟩ ⟨211|H 1|21−1 ⟩⟨ 210|H 1|211 ⟩ ⟨210|H 1|210 ⟩ ⟨210|H 1|21−1 ⟩
⟨21−1|H 1|211 ⟩⟨ 200|H 1|211 ⟩
⟨ 21−1|H 1|210 ⟩⟨200|H 1|210 ⟩
⟨21−1|H 1|21−1 ⟩⟨200|H 1|21−1 ⟩
⟨211|H 1|200 ⟩⟨ 210|H 1|200 ⟩
⟨21−1|H 1|200 ⟩⟨ 200|H 1|200 ⟩ )(
a1
a2
a3
a4
)=E2(1 )(
a1
a2
a3
a4
)(1.28)
Untuk menghitung persamaan eigen di atas, tinjaun terlbih dahulu operator
momentum sudut L z,
L z=−iℏ(x∂
∂ y− y
∂∂ x )
Jelas, operator ini komut dengan z,
[ L z , z ]=0 (1.29 )
Mengingat bentuk (1.25) maka
[ L z , H 1 ]=0 (1.30 )
Dengan demikian, H 1 tidak mengubah nilai eigen L z, yaitu m.
L z ( H 1 ψn l m )=H 1 Lz ψn l m
¿ H 1 mℏψn l m
¿mℏ ( H 1ψn l m ) (1.31 )
Jadi H 1ψ nl m∝ψ nl m dan akibatnya
⟨n l' m'|H 1|n lm ⟩∝δm' m(1.32 )
Dengan demikian, sepuluh elemen matriks dalam pers. (1.26) menjadi nol
( ⟨211|H 1|211 ⟩ 0 0
0 ⟨ 210|H 1|210 ⟩ 0
00
0⟨ 200|H 1|210 ⟩
⟨21−1|H 1|21−1 ⟩0
0⟨210|H 1|200 ⟩
0⟨200|H 1|200 ⟩)(
a1
a2
a3
a4
)=E2(1 )(
a1
a2
a3
a4
)(1.33)
Tabel 1.1. Fungsi Radial
n l Rn l
1 0 2 a0−3/2e−r /a0
2 0 (1/2√2 ) a0−3 /2 (2−r /a0 ) e−r /2 a0
2 1 (1/2√6 ) a0−3 /2 (r /a0 ) e−r /2 a0
16
3 0 (1/9√3 ) a0−3/2 (6−4 r /a0+4 r 2/9 a0
2 )e−r /3 a0
3 1 (1/9√6 ) a0−3/2 ( 2r /3 a0 ) (4−2 r /3 a0 ) e−r /3 a0
3 2 (1/9√30 ) a0−3/2 (2 r /3 a0 )2e−r /3a0
Tabel 1.2. Fungsi Harmonik Bola
Y 00 (θ , φ )=√ 14 π
Y 20 (θ , φ )=√ 516 π
(3 cosθ−1 )
Y 10 (θ , φ )=√ 34 π
cos θ Y 2 ±1 (θ , φ )=∓ √ 158 π
sin θ cosθ e±iφ
Y 1 ±1 (θ , φ )=√ 38 π
sin θ e±iφ Y 2 ±2 (θ , φ )=∓ √ 1532 π
sin2θ e±iφ
Selanjutnya, menggunakan Tabel 1.1. dan Tabel 1.2, evaluasi komponen-
komponen di atas
⟨ 211|H 1|211 ⟩∝ ⟨Y 11|H 1|Y 11⟩∝∫0
π
sin2θ cos θ sinθ dθ=0
⟨ 210|H 1|210 ⟩∝ ⟨ Y 10|H 1|Y 10 ⟩∝∫0
π
cos2θ cos θ sin θ dθ=0
⟨ 21−1|H 1|21−1 ⟩∝ ⟨Y 1−1|H 1|Y 1−1 ⟩∝∫0
π
sin2θ cosθ sin θ dθ=0
⟨ 200|H 1|200 ⟩∝ ⟨ Y 00|H 1|Y 00 ⟩∝∫0
π
cosθ sin θ dθ=0
(1.34 )Pada evaluasi di atas konstribusi jarak dapat diabaikan karena apa pun
kontribusinya dilenyapkan kontribusi oleh sudut . Dengan demikian
persamaannya menjadi
(0 0 00 0 000
0⟨ 200|H 1|210 ⟩
00
0⟨210|H 1|200 ⟩
00
)(a1
a2
a3
a4
)=E2(1 )(
a1
a2
a3
a4
)(1.35 a)
Dan secara efektif merupakan persamaan matriks orde dua
( 0 ⟨210|H 1|200 ⟩⟨200|H 1|210 ⟩ 0 )(a2
a4)=E2
(1 )(a2
a4)(1.35 b)
17
Persamaan di atas memberikan persamaan sekular
| −E2(1 ) ⟨210|H 1|200 ⟩
⟨200|H 1|210 ⟩ −E2( 1) |=( E2
(1 ) )2−|⟨210|H 1|200 ⟩|2=0(1.36)
Solusinya
E2( 1)=±|⟨ 210|H 1|200 ⟩|(1.37)
Selanjutnya, evaluasi komponen nondiagonal memberikan
⟨ 200|H 1|210 ⟩=eε ⟨200|z|210 ⟩
¿eε∫0
∞
∫0
π
∫0
2 π ( 2 (1− (r /2 a0 ))(2 a0 )3/2 e−r /2a0 Y 00)
¿
rcos θ( (r /a0 ) e−r /2a0
(2a0 )3 /2√3Y 10)× dφ sin θ dθ r2 dr
¿eε1
4 √3a4∫0
∞
(1− r2a0
)e−r /a0 r4 dr∫0
π √34 π
cos2 θ sin θ dθ∫0
2 π
dφ
¿eε1
8 a0∫0
∞
(1− r2 a0
)e−r /a0r 4 dr∫0
π
cos2 θ sin θ dθ⏟
2 /3
¿eε1
12a04∫
0
∞
( d4
d α4 + α2
d5
dα 5 )e−αr dr ,α=1/α 0
¿eε1
12 a04 ( d4
d α4 + α2
d5
d α 5 )( 1α )
¿−3eε a0(1.38)
Dengan demikian, energi koreksi
E2( 1)=± 3eε a0(1.39)
Untuk E2( 1)=3eε a0
(−3 eε a0 −3eε a0
−3 eε a0 −3eε a0)(a2
a4)=−3 eε a0(a2+a4
a2+a4)=0(1.40)
Diperoleh a0=−a4=1
√2. Artinya, keadaan terpisah dengan E2
( 1)=± 3eε a0
merupakan kombinasi linier
|3 eε a0 ⟩= 1
√2(ψ200−ψ210)(1.41)
Dengan cara yang sama, untuk E2( 1)=± 3eε a0 diperoleh a0=a4=
1
√2, sehingga
18
|−3eε a0 ⟩= 1
√2(ψ200+ψ210 )(1.42)
Contoh 6.5. Rotator Tegar.
Sistem rotator tegar diungkapkan oleh Hamiltonian
H 0=1
2 IL2
dengan L adalah operator momentum sudut dan I adalah momentum kelembaman
I = mr2. Tentukan
a. Spektrum nilai eigen system
b. Koreksi efek Stark V=−ε z terhadap energy eigen rotator sampai orde kedua.
Penyelesaian :
a. Persamaan eigen tanpa gangguan
H 0 ψ=E0ψ
Mengingat bentuk Hamiltonian dan persamaan eigen momentum sudut tanpa
pembahasan atom hidrogen maka ψ →|l m ⟩ dan
12 I
L2|l m ⟩=ℏ2l (l+1 )2 I
|l m ⟩
Jadi, spektrum nilai eigen rotator
Eo=Eo l=ℏ2l (l+1 )
2 I
dengan fungsi eigen degenerasi lipat (2 l+1 ), |l m ⟩ dengan
m=0 ,± 1 ,± 2 , …, ±l.
b. Koreksi energi oleh potensial V=−ε z untuk kasus degenerasi dapat dicek
untuk nilai l tertentu dan m berbeda (dalam subruang degenerasi).
⟨ lm'|V|l m ⟩=⟨l m'|−ε z|lm ⟩=−ε ⟨l m'|cos θ|l m ⟩Menggunakan hubungan pengulangan (recurrence relation) polinom
Legendre terasosiasi
(2 l+1 ) x P lm ( x )= (l+m) Pl−1
m ( x )+( l−m+1 ) Pl+1m ( x ) , x=cos θ
atau
cosθ Plm (cosθ )= l+m
2l+1Pl−1
m (cosθ )+ l−m+12 l+1
Pl+1m ( cosθ )
19
Maka
cosθ|l m ⟩=(−1 )m √ 2l+1 ( l−m ) !4 π (l+m )! { l+m
2l+1Pl−1
m (cosθ )+ l−m+12l+1
Pl+1m (cos θ )}eimφ
¿ (−1 )m {√ 2l−1 ( l−1−m )!4 π ( l−1+m ) ! √ ( l−m)
(2 l+1 )( l+m )
(2l−1 )Pl−1
m ( cosθ )+√ 2 l+3 ( l+1−m )!4 π ( l+1+m ) ! √ (l+1−m )
(2 l+1 )(l+1+m )
(2 l+3 )Pl−1
m (cosθ )}e imφ
¿√ ( l−m )(2 l+1 )
(l+m )(2l−1 )
|l−1 , m ⟩+√ (l+1−m )(2 l+1 )
( l+1+m )(2l+3 )
|l+1 , m ⟩
¿C lm|l−1, m ⟩+C l+1
m |l+1 , m ⟩dengan
C lm=√ ( l−m )
(2l−1 )(l+m )
(2 l+1 )
Ortonormalitas |l m ⟩⟨ l' m'|lm ⟩=δl'l δm' m
memberikan
⟨ lm'|V|l m ⟩=−ε ⟨ lm'|cosθ|l m ⟩
¿−ε Clm ⟨l m'|l−1 ,m ⟩−ε C l+1
m ⟨l m'|l+1 , m ⟩=0
Karena itu, koreksi orde pertama
E( 1)= ⟨l m'|V|l m ⟩=0 , untuk semua l
Sedangkan koreksi orde dua
El( 2)=∑
l' ≠ℏ
|⟨l'm
'|V|l m ⟩|2
El−E l'
Gunakan hubungan yang diperoleh di depan
⟨ l−1 ,m|V|l m ⟩=−ε Clmδ l'l−1 δm'm−ε Cl+1
m δl' l+1 δm' m
Hasil ini member kaidah seleksi yaitu Δl=±1dan ∆ m=0.Untuk l'=l−1 ,⟨ l−1 ,m|V|l m ⟩=−ε Cl
m
dan
El−El−1=ℏ2
2 I{l ( l+1 )−(l−1 )l }=ℏ2 l
IUntuk l'=l+1 ,
⟨ l+1 , m|V|l m ⟩=−εC l+1m
20
dan
El−El+1=ℏ2
2 I{l (l+1 )−( l+1 ) (l+2 ) }=−ℏ2 ( l+1 )
ISubstitusi hasil-hasil di atas pada energi koreksi orde dua
El( 2)=
|ε C lm|2
(ℏ2lI )
−|εC l+1
m |2
(ℏ2 (l+1 )
I )¿
ε2 I
ℏ2 { ( l−m )(2l−1 )
( l+m )(2 l+1 )
1l−
( l+1−m )(2 l+1 )
( l+1+m )(2l+3 )
1l+1 }
¿ε2 I
ℏ2 { ( l+1 ) (2 l+3 ) (l−m ) ( l−m )−l (2 l−1 ) (l+1−m ) (l+1+m )l ( l+1 ) (2 l−1 ) (2l+3 ) (2 l+3 ) }
¿ ε2 Iℏ2 {2l3+3 l2+ (1−6 m2 ) l−3 m2
l ( l+1 ) (2−1 ) (2l+1 ) (2 l+3 ) }
21
B. GANGGUAN BERGANTUNG WAKTU
1. Perumusan Umum
Perhatikan kehadiran gangguan kecil yang berubah terhadap waktu dan
persamaan Schrodinger dapat dituliskan sebagai
iℏ∂ ψ ( t )
∂ t={H 0+ λV ( t ) }ψ (t )(1.43)
Seperti dalam kasus takbergantung waktu, kita mempunyai solusi
lengkap
H 0 φn=En0 φn(1.44 )
dengan
⟨ φm|φn ⟩=δmn(1.45)
Selanjutnya, ψ ( t ) diekspansi dalam suku-suku solusi lengkap ini.
ψ ( t )=∑n
Cn ( t ) e−i En0 t /ℏ φn(1.46)
Substitusi uraian (1.46) ke dalam persamaan pers. (1.43) memberikan
∑n
e−i En0 t /ℏ{iℏ d cn ( t )
dt+ En
0 cn (t )}φn={H 0+ λV ( t ) }∑n
e−i E n0 t /ℏCn (t ) φn
¿∑n
e−i En0 t /ℏ {En
0+λV ( t ) }Cn (t ) φn
(1.47)
Tampak jika V ( t )=0, dan dari pers (1.44) didapatkan Cn ( t ) harus
konstan. Pers. (1.47) memberikan
∑n
iℏdcn (t )
dte−i En
0 t /ℏφn= λ∑n
e−i E n0 t /ℏV (t ) cn (t ) φn(1.47)
Lakukan perkalian scalar dengan φm dan gunakan ortonormalitas (1.45)
diperoleh
∑n
iℏd cn ( t )
dte−i En
0 t /ℏ ⟨ φm|φn ⟩=iℏd cn (t )
dte−i E n
0 t /ℏ=λ∑n
e−i E n0 t /ℏcn (t ) ⟨φm|V (t )|φn ⟩
atau
d cn (t )dt
= λiℏ∑
n
ei (En
0− Em0 ) t /ℏcn (t ) ⟨φm|V (t )|φn ⟩ (1.48)
22
Selanjutnya, koefisien cn diekspansi dalam
cn ( t )=cn0+λ cn
(1 ) (t )+ λ2+cn(2 ) ( t )+…(1.49)
Substitusi (1.49) ke dalam (1.48) diperoleh
∑k=0
λk dcmk ( t )
dt= 1
iℏ∑n∑k=0
λl+1 ei( En
0−E m0 ) t /ℏcn
l ( t ) ⟨φn|V ( t )|φm ⟩(1.50)
Jelas,
d cm0 ( t )
dt=0(1.51)
Karena sukuλ ruas kanan paling rendah adalah orde satu. Syarat awal,
λ → 0yakni pada t → t 0=0, dan ψ (0 )=φn memberikan
cm (0 )=cm(0 ) (0 )=δmn(1.52)
Suku orde pertama
d cm( 1) (t )dt
= 1iℏ∑n
ei( En
0−E m0 ) t /ℏδ nk (t ) ⟨φn|V (t )|φm ⟩= 1
iℏe
i (E n0−Em
0 ) t /ℏ ⟨φn|V (t )|φm ⟩ (1.53)
dan orde ke-k
d cm( k ) ( t )dt
= 1iℏ∑
n
cn( k−1 ) (t ) ⟨ φn|V ( t )|φm ⟩ e
i (E n0−Em
0 ) t /ℏ(1.54)
Kembali ke pers (1.46), persamaan ini dapat ditafsirkan bahwa pada
waktu t keadaan terdiri dari kombinasi semua keadaan φn dengan koefisien cn ( t ).
Dengan demikian, probabilitas keadaan ψ ( t ) pada waktu t berada dalam keadaan
eigen dari H 0 dengan energy Em0 , terapkan ortogonalitas (1.45), adalah
Pm ( t )=|⟨φm|ψ ( t ) ⟩|2=|cm ( t )|2 (1.55 )
Untuk orde pertama, dari pers (1.54) diperoleh
cm(1 ) ( t )= 1
iℏ∫0t
ei (E n
0−Em0 ) t '/ℏ ⟨φn|V (t )|φm ⟩ d t ' (1.56 )
2. Interaksi Elektromagnetik
Atom berada di dalam ruang dengan medan elektromagnetik yang
dinyatakan dalam potensial vektor A ( r , t ). Hamiltonian atom tersebut diberikan
oleh
23
H= 12 m ( p+ e
cA)
2
+V (r ) (1.57 )
24
Untuk suku kinetiknya
( p+ ec
A)2
= p2+ ec
( p . A+A . p )+ e2
c2 A2
¿−ℏ2∇2−2ieℏc
( A .∇ )− ieℏc
(∇ . A )+ e2
c2 A2 (1.58 )
Dalam gauge Coulomb
∇ . A=0 (1.59 )
maka Hamiltonian (1.57) menjadi
H=−ℏ2
2 m∇2+V (r )− ieℏ
mc( A .∇ )+ e2
2m c2 A2 (1.60 )
Misalkan, potensial vektor dapat diekspansi sebagai
A ( r , t )=A0 ( r ) e−iωt+ A0¿ ( r )e−iωt (1.61 )
Dari persamaan Maxwell dapat diturunkan persamaan gelombang bagi
potensial vektor
∇2 A− 1c2
∂2 A∂ t2 =0 (1.62 )
maka
∇2 A0+ω2
c2 A0=0 (1.63 )
Kebergantungan potensial vektor terhadap ruang dapat dinyatakan
A0 ( r )=A0 ei k . r (1.64 )
Karena itu,
(− k2+ ω2
c2 ) A0=0 (1.65 )
Gauge Coulomb memberikan
k . A0=0 (1.66 )
Dari elektromagnetisme, hubungan antara medan listrik, medan magnet
dan potensial vektor dinyatakan oleh bentuk
E=−1c
∂ A∂t
B=∇× A (1.67 )
25
26
Dari bentuk eksplisit medan vektor didapatkan
E=iωc
( A0 ( r ) e−iωt−A0¿ ( r ) e−iωt )
B=i k ( A0 ( r ) e−iωt− A0¿ ( r )e−iωt ) (1.68 )
Kerapatan energy elektromagnetik per satuan volume
ε= 18π
( E2+ B2 ) (1.69 )
Evaluasinya memberikan
E2=−ω2
c2 ( A0 ei ( k .r−ωt )− A0¿e−i ( k . r−ωt ) ) . ( A0 ei ( k . r−ωt )−e−i ( k .r−ωt ) )
¿−ω2
c2 ( A02 e2 i ( k . r−ωt )+ A0
¿2 e−2i ( k . r−ωt)−2 A0. A0¿ ) (1.70 a )
dan
B2={i k× ( A0e i (k . r−ωt )− A0¿ e−i ( k . r−ωt ) )} . {i k × ( A0 ei ( k . r−ωt )− A0
¿ e−i ( k .r−ωt ) ) }¿−{( k × A0 ) .( k × A0 )e2 i ( k . r−ωt )+( k× A0
¿ ) . (k × A0¿ )e−2 i (k . r−ωt )−2 (k × A0 ) .( k × A0
¿ )}¿−k2 ( A0
2 e2 i (k .r−ωt )+ A0¿2e−2 i ( k . r−ωt )−2 A0 . A0
¿ ) (1.70b )
Perata-rataan terhadap waktu akan membuat suku osilasi lenyap sehingga
suku yang member kontribusi terhadap kerapatan energi hanya suku silang A0, A0¿
. Karena itu,
ε= ω2
2 π c2 |A0|2
(1.71 )
Misalkan energy ini ditimbulkan oleh N foton di dalam kotak V, maka
∫V
❑
ε d3 r= V ω2
2 π c2 |A0|2=N ωℏ (1.72 )
Hubungan ini memberikan bentuk,
A0=√ 2 πNℏc2
Vωε (1.73 )
Dengan vector polarisasi εmemenuhi
ε . ε=1
k . ε=0 (1.74 )
27
Dengan demikian, bagian potensial yang memberikan proses emisi
A ( r , t )=√ 2πNℏc2
Vωε e i ( k . r−ωt ) (1.75 )
Karena itu, energy satu foton
λV ( t )= emc √ 2 πNℏc2
Vωε . p e i (k . r−ωt ) (1.76 )
Koefisien ekspansi orde satu diberikan oleh
cm(1 ) ( t )= −ie
m cℏ √ 2 πNℏc2
Vω⟨ φm|ε . p ei k . r|φk ⟩∫
0
1
ei ( ωmk+ω ) t'
d t ' (1.77 )
Maka probabilitasnya
Pk → m (t )=|cm(1) (t )|2
= 2 πem2 Vωℏ
|⟨φm|ε . p e i k .r|φk ⟩|2|∫
0
1
ei ( ωmk +ω )t '
d t'|2
(1.78 )
Evaluasi bagian temporal menghasilkan
|∫0
1
ei (ωmk +ω )t '
d t'|2
=|ei ( ωmk +ω )t '
−1i (ωmk+ω) |
2
= 4
( ωmk+ω )2sin2[ (ωmk+ω) t
2 ]¿ 4
∆2 sin2[∆ t2 ](1.79 a )
Untuk limit t → ∞, fungsi di atas akan menjadi fungsi delta
4∆2 sin2[∆ t
2 ]→ 2 πδ (∆ )=2 π tδℏ (Em0 + ωℏ −Ek
0 ) (1.79 b )
Probabilitas transisi persatuan waktu didefinisikan
Γ k→ m=Pk → m
t=4 π2e2
m2 Vω|⟨φm|ε . p e i k .r|φk ⟩|
2
δ ( Em0 + ωℏ −Ek
0 ) (1.80 )
Sedangkan laju transisi didefinisikan
Rk → m=∑∆k
Γ k →m=∫ V
(2 π )3d3 k Γk → m (1.81 )
Untuk mengevaluasi integral ini, perhatikan integran berikut
d3 k=d3 ph3 =p2 dpd Ω=( ωℏ
c )2
d ( ωℏc )d Ω (1.82 )
28
Maka
Rk → m=∫ e2
2 πℏ3 m2ω|⟨φm|ε . p e i k .r|φk ⟩|2 δ (Em
0 + ωℏ −Ek0 )( ωℏ
c )2
d ( ωℏc )d Ω
¿∫ e2
2 πℏ3 m2ω|⟨ φm|ε . p ei k . r|φk ⟩|2 ( Ek
0−Em0 )d Ω (1.83 )
Aproksimasi Dipol. Untuk menghitung laju transisi terlebih dahulu kita
evaluasi
|⟨φm|ε . p e i k .r|φk ⟩|(1.84 a )
Ekspansi suku eksponensial
e i k .r=1−i k .r−(k . r )2
2+… (1.84 b )
Untuk
k . r ≈12
Za≪1 (1.85 )
Maka
e i k .r ≈ 1 (1.84 c )
Sehingga
|⟨φm|ε . p e i k .r|φk ⟩|=|⟨ φm|ε . p|φk ⟩|(1.86 )
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan dipol.
Kaidah seleksi. Untuk mengevaluasi lebih lanjut, perhatikan dua operator
d2
d x2 x= dd x ( d
dxx )= d
dx (1+xddx )=2
ddx
+xd2
d x2
Atau
ddx
=12 ( d2
d x2 x−xd2
d x2 )=12 [ d2
d x2 , x] (1.87 a )
Dalam tiga dimensi
∇=12
(∇2 r−r∇2 )=12
[∇2 , r ] (1.87 b )
Karena
[V (r ) , r ]=0 (1.88 )
Dan
29
H 0=−ℏ2
2 m∇2+V (r ) (1.89 )
Maka, dari hubungan operator diperoleh
p=−iℏ∇=ℑℏ [ H 0 ,r ] (1.90 )
Sehingga
⟨ φm|ε . p|φk ⟩= ℑℏ
ε . ⟨φm|[H 0, r ]|φk ⟩= ℑℏ
ε . ⟨φm|[ H 0 r−r H 0 ]|φk ⟩
¿ ℑℏ ( Em
0 −Ek0 ) ε . ⟨ φm|r|φk ⟩
¿ ℑωmk ε . ⟨ φm|r|φk ⟩ (1.91 )
Substitusi kembali ke dalam ungkapan laju transmisi, diperoleh
Rk → m=∫e2ωmk
3
2 π c3 |⟨ φm|ε . r|φk ⟩|2 d Ω (1.92 )
Bentuk eksplisit perkalian scalar
ε . ⟨ φm|r|φk ⟩=∬ Rn' l' (r ) Y
l'm' (θ , ϕ )ε . r Rn l (r )Y l m (θ , ϕ ) d Ωr2 dr
¿∫Rn' l' (r ) Rn l (r )r3 dr∫Y
l' m' (θ ,ϕ ) ε .r Y l m (θ , ϕ ) d Ω (1.93a )
Di dalam koordinat bola
ε . r=ε x sin θ cos ϕ+ε y sinθ sin ϕ+ε x cosθ (1.93b )
Gunakan
Y 10 (θ , ϕ)=√ 34 π
cosθ , Y 1±1 (θ ,ϕ )=∓√ 38 π
sin θ e±iθ (1.94 )
Maka
ε . r=ε x sin θ cos ϕ+ε y sinθ sin ϕ+ε zcos θ
¿ sin θ (ε x cosϕ+ε y sin ϕ )+√ 4 π3
ε zY 10 (θ ,ϕ )
¿ sin θ(ε xeiϕ+e−iϕ
2+ε y
eiϕ−e−iϕ
2 )+√ 4 π3
ε z Y 10
¿ε x−i ε y
2sin θ e iϕ+
ε x+i ε y
2sin θ e−iϕ+√ 4 π
3ε z Y 10
¿−εx−i ε y
2 √ 8 π3
Y 11+ε x+i ε y
2 √ 8 π3
Y 1−1+√ 4 π3
εz Y 10
30
¿√ 4 π3 ( εx−i ε y
√2Y 11+
ε x+i ε y
√2Y 1−1+εz Y 10) (1.93 c )
Karena itu
∫0
π
∫0
2 π
Y l' m'
¿ (θ ,ϕ ) Y 1 mn (θ , ϕ ) Y l m (θ , ϕ) d Ω∝δ l'l+1δm' m+mn (1.94 )
Bentuk ini merupakan kaidah seleksi transisi yakni transisi diijinkan jika
dipenuhi
l'=l+1
m'=m , m+1 (1.95 )
Contoh 6.6
Atom hidrogen berada di dalam ruang dengan medan elektromagnetik yang
dinyatakan oleh potensial vector A. Tentukan laju transisi keadaan 2 p → 1 s.
Penyelesaian :
Keadaan 2 p ≡ ψ21m dan 1 s≡ ψ100, maka
ε . ⟨ φm|r|φk ⟩=ε . ⟨ φ100|r|φ21 m ⟩¿∬R10
¿ (r ) Y 00¿ (θ , ϕ ) ε . r R21 (r ) Y 1 m (θ , ϕ) d Ω r2 dr
¿∫R10¿ (r ) R21 (r ) r3 dr∫Y 00
¿ ε . r Y 1m (θ , ϕ ) d Ω
Integral fungsi harmoniknya memberikan
∫Y 00¿ ε . r Y 1 m (θ , ϕ ) d Ω=∫Y 00
¿ √ 4 π3 ( ε x−i ε y
√2Y 11+
εx+i ε y
√2Y 1−1+ε z Y 10)Y 1 m d Ω
¿√ 13∫( ε x−i ε y
√2Y 11 Y 1 m+
ε x+i ε y
√2Y 1−1Y 1 m+ε z Y 10Y 1m)d Ω
¿√ 13 ( ε x−i ε y
√2δ1 ,−m+
ε x+i ε y
√2δ 1m+ε z δ0m)
Sedangkan bagian radialnya
∫R10¿ (r ) R21 (r ) r3 dr=∫
0
∞
2( 1a0
)3 /2
e−r /a0 12√6 ( 1
a0)
3/2
( ra0
)e−r /a0 r3 dr
31
¿a0
√6∫0
∞
e−3 r /2 a0( ra0
)4
d ( ra0
)¿
a0
√6 ( 23 )
5
∫0
∞
e−3 r /2a0( 3 r2 a0
)4
d ( 3 r2a0
)=4 ! ( 23 )
5 a0
√6
Sehingga
ε . ⟨ φ100|r|φ21m ⟩=( 23 )
5 8 a0
√2 ( εx−i ε y
√2δ1 ,−m+
εx+i ε y
√2δ 1 m+ε z δ0 m)
Dan kuadrat mutlaknya
|ε . ⟨φ100|r|φ21 m ⟩|2=32( 2
3 )10
a02[ 1
2(ε x
2+ε y0 ) ( δ1 ,−m+δ1 m )+ε z δ0m]
Substitusi persamaan (1.92) diperoleh
R2 p →1 s=∫ e2 ω3
2 π c3 32( 23 )
10
a02[ 1
2(ε x
2+ε y0 ) ( δ1 ,−m+δ1 m )+ε z
2 δ0 m]d Ω
Untuk integrasi anguler dipilih kondisi sederhana yakni keadaan awal p dapat
berada dalam tiga keadaan-m yang mungkin dengan probabilitas yang sama.
R2 p →1 s=13∑
m=−1
1
R2 p→ 1 s (m )
¿∫ e2 ω3
2 π c3 32( 23 )
10
a02 d Ω
13∑
m=−1
1
[ 12
(εx2+ε y
0 ) ( δ1 ,−m+δ 1m )+ε z2 δ0 m]
¿∫ e2 ω3
2 π c3 32( 23 )
10
a02 d Ω
13
ε x2+ε y
2 +ε z2⏟
¿1
ω=|E20−E1
0
ℏ |= m e4
32 ε0 π2ℏ3 (1−14 )
Selanjutnya, mengingat ada dua polarisasi maka laju transisi harus
dikalikan faktor dua
R2 p →1 s=12
×∫ e2 ω3
2 π c3 32( 23 )
10
a02 d Ω
13
¿2.4 π215
311
e2 a3
2π c3 ( 3 m e4
128 ε0 π2ℏ3 )3
( ℏ2
m e2 )2
=m e10a0
2
2438 ε03 π6ℏ5 c3
32
DAFTAR PUSTAKA
Griffiths, David J. 1995. Introduction to Quantum Mechanics. Prentice-Hall: New
Jersey.
Purwanto, Agus. 2006. Fisika Kuantum. Yogyakarta: Penerbit GAVA MEDIA.
33