BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan kategorinya, sastra berbeda dengan psikologi. Meskipun berbeda, sastra dan psikologi memiliki kesamaan, yaitu keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Berbicara tentang manusia, psikologi jelas terlibat erat karena psikologi mempelajari perilaku manusia yang tidak lepas dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya (Siswantoro, 2005: 29). Oleh karena itu, psikologi dapat digunakan untuk menginterpretasikan dan menilai karya sastra. Salah satu bentuk karya sastra yang didalamnya terdapat berbagai peristiwa dan perilaku yang dialami serta diperbuat oleh manusia (tokoh) adalah drama. Secara etimologis, kata “drama” berasal dari kata Yunani draomai yang berarti „berbuat‟, „berlaku‟, „bertindak‟, „bereaksi‟, dan sebagainya (Dewojati, 2012: 7). Menurut KBBI, drama memiliki dua pengertian. Pertama, drama merupakan komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, drama merupakan cerita atau kisah yang melibatkan konflik atau emosi yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Pengertian drama tidak hanya ada di KBBI saja, dalam kamus Naver (2015) bahasa Korea juga terdapat pengertian dari drama. Menurut kamus Naver, drama merupakan seni sandiwara yang dipertunjukkan 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan kategorinya, sastra berbeda dengan psikologi. Meskipun berbeda,

sastra dan psikologi memiliki kesamaan, yaitu keduanya berangkat dari manusia

dan kehidupan sebagai sumber kajian. Berbicara tentang manusia, psikologi jelas

terlibat erat karena psikologi mempelajari perilaku manusia yang tidak lepas dari

aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya (Siswantoro,

2005: 29). Oleh karena itu, psikologi dapat digunakan untuk menginterpretasikan

dan menilai karya sastra.

Salah satu bentuk karya sastra yang didalamnya terdapat berbagai peristiwa

dan perilaku yang dialami serta diperbuat oleh manusia (tokoh) adalah drama.

Secara etimologis, kata “drama” berasal dari kata Yunani draomai yang berarti

„berbuat‟, „berlaku‟, „bertindak‟, „bereaksi‟, dan sebagainya (Dewojati, 2012: 7).

Menurut KBBI, drama memiliki dua pengertian. Pertama, drama merupakan

komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan

watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, drama

merupakan cerita atau kisah yang melibatkan konflik atau emosi yang khusus

disusun untuk pertunjukan teater. Pengertian drama tidak hanya ada di KBBI saja,

dalam kamus Naver (2015) bahasa Korea juga terdapat pengertian dari drama.

Menurut kamus Naver, drama merupakan seni sandiwara yang dipertunjukkan

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

2

kepada penonton melalui gerakan dan perkataan tokoh atau berdasarkan pada

skenario suatu kejadian yang diperankan oleh aktor (http://krdic.naver.com). Dari

pengertian-pengertian drama tersebut, dapat disimpulkan bahwa drama

merupakan cerita sandiwara atau kisah yang dapat menggambarkan tentang

kehidupan yang melibatkan konflik atau emosi.

Di Indonesia, istilah drama bisa disebut juga dengan teater, yaitu cerita yang

diperagakan di atas panggung berdasarkan naskah. Berbeda dengan di Indonesia,

istilah drama di Korea digunakan untuk menyebut sandiwara bersambung yang

disiarkan oleh stasiun televisi, atau di Indonesia lebih populer dengan istilah

sinetron (sinema elektronik). Dalam drama atau sinetron terdapat tokoh-tokoh

yang biasanya memiliki karakter khas sehingga dapat menimbulkan konflik.

Konflik tersebut kemudian semakin lama semakin besar dan sampailah pada titik

klimaks (Dewojati, 2012: 27). Tema-tema yang disajikan biasanya berkisar

seputar kehidupan manusia, seperti kehidupan dan permasalahan remaja, cinta,

keluarga, pekerjaan, dan lain sebagainya. Tema-tema tersebut juga sering diangkat

dalam drama Korea.

Salah satu drama Korea yang bertema tentang cinta adalah drama Kill Me,

Heal Me. Akan tetapi, selain bertemakan cinta, berdasarkan judul drama tersebut

dapat dilihat bahwa drama Kill Me, Heal Me juga mengangkat tema psikologi.

Drama Kill Me, Heal Me menceritakan kehidupan cucu konglomerat bernama Cha

Do Hyun yang memiliki gangguan kejiwaan karena pengalaman traumatik di

masa lalu. Selain drama Kill Me, Heal Me, tema psikologi juga sering diangkat

dalam drama Korea, seperti It’s Okay, that’s Love (괜찮아, 사랑이야) dan Hyde,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

3

Jekyll Me (하이드 지킬, 나). It’s Okay, that’s Love adalah drama yang

menceritakan kehidupan seorang novelis dan DJ bernama Jang Jae-Yeol yang

memiliki gangguan mental karena pengalaman traumatik yang dialami saat kanak-

kanak dan Hyde, Jekyll Me adalah drama yang menceritakan kehidupan seorang

konglomerat bernama Gu Seo Jin yang memiliki kelainan psikologis berupa

kepribadian ganda karena kejadian traumatis di masa kecilnya. Ketiga drama

tersebut menceritakan gangguan kejiwaan sebagai dampak dari pengalaman

traumatik.

Jalan cerita drama Kill Me, Heal Me menjadi berbeda dengan drama lainnya

karena tokoh Cha Do Hyun diceritakan memiliki tujuh kepribadian yang berbeda

dan gangguan kejiwaan dalam drama tidak hanya digambarkan pada tokoh utama

saja, melainkan juga pada tokoh pendukung. Selain itu, pengalaman traumatik

yang diangkat dalam drama Kill Me, Heal Me adalah tindak kekerasan terhadap

anak, baik fisik maupun psikis yang menyebabkan gangguan kejiwaan pada tokoh.

Hal tersebut membuat drama ini semakin menarik karena Korea merupakan salah

satu negara maju yang masih banyak terjadi kasus kekerasan terhadap anak.

Berdasarkan data statistik dari EBS News pada tanggal 30 Juli 2015, kasus

kekerasan terhadap anak yang terjadi di Korea dari tahun 2010 sampai tahun 2014

terus mengalami peningkatan. Bahkan pada tahun 2014 terdapat tujuh belas anak

yang meninggal akibat kekerasan (www.ebs.co.kr). Drama Kill Me, Heal Me yang

mengangkat gangguan kejiwaan sebagai dampak dari kekerasan anak diduga

membuat masyarakat sadar akan bahaya kekerasan terhadap anak. Hal tersebut

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

4

terlihat dari para penonton yang mengadakan donasi untuk anak korban kekerasan

setelah menonton drama ini (http:www.kapanlagi.com).

Pada dasarnya, karya sastra hadir karena ada pengarang yang menciptakannya.

Pengarang menggunakan daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, gagasan,

dan pikiran pengarang untuk menciptakan karya sastra dan secara tidak sadar

maupun secara sadar memasukan teori psikologi yang dianutnya ke dalam bentuk

intrinsik cerita. Oleh karena itu, untuk menganalisis psikologi dalam karya sastra

diperlukan teori psikologi untuk mengetahui teori yang dianut oleh pengarang dan

bidang interdisipliner antara ilmu sastra dan ilmu psikologi yang disebut dengan

psikologi sastra. Dalam psikologi sastra, terdapat berbagai macam teori yang

dapat digunakan untuk menganalisis kejiwaan dalam karya sastra. Akan tetapi,

salah satu teori yang menjadi dasar dalam psikologi sastra adalah teori

psikoanalisis sastra.

Teori psikoanalisis yang dikemukakan Freud digunakan untuk menganalisis

gejala psikologi yang ada pada bahasa yang diungkapkan pengarang dan juga

digunakan untuk menilai karya sastra sebagai proses kreatif. Dalam proses

kreatifnya, pengarang akan menangkap gejala kejiwaan yang kemudian diolah ke

dalam teks yang dilengkapi dengan kejiwaan. Dalam teks tersebut biasanya

terdapat gagasan yang berisi amanat pengarang yang tersembunyi dalam alam

bawah sadar pengarang. Gagasan tersebut terproyeksi dari fenomena psikologis

yang dialami diri pengarang dan atau fenomena psikologis dari pengalaman hidup

di sekitar pengarang. Fenomena-fenomena psikologis tersebut kemudian

dituliskan oleh pengarang ke dalam teks sastra secara imajiner. Karya sastra yang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

5

dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan

melalui tokoh-tokohnya, jika teks berupa drama maupun prosa.

Dalam drama Kill Me, Heal Me tentunya juga terdapat ide, gagasan, dan

pikiran pengarang yang tersembunyi dalam imajinasi pengarangnya, yaitu Jin Soo

Wan. Jin Soo Wan mengangkat gangguan kejiwaan sebagai dampak dari

kekerasan anak ke dalam teks drama Kill Me, Heal Me sebagai gagasan yang

berisi mimpi-mimpinya yang tersembunyi dalam alam bawah sadar yang mungkin

terproyeksi dari fenomena psikologis yang dialami diri Jin Soo Wan dan atau dari

pengalaman hidup di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, teori psikoanalisis

dapat digunakan untuk menganalisis mimpi Jin Soo Wan yang terdapat dalam

gagasan drama Kill Me, Heal Me.

Jin Soo Wan merupakan salah satu penulis naskah drama terkenal di Korea

Selatan. Dia dilahirkan di Korea Selatan pada tanggal 20 Juli 1970. Lulusan

Duksung Women‟s University (덕성여자대학교) jurusan Bahasa dan Sastra Korea.

Jin Soo Wan sudah menulis beberapa karya naskah drama, di antaranya: 눈꽃

(Snow Flower, 2000), 학교 4 (School 4, 2001), 형수님은 열아홉 (Man 19 Year Old

Sister in Law, 2004), 경성스캔들 (Scandal in Old Seoul, 2007), 해를 품은 달 (The

Moon Embracing The Sun, 2012), dan 킬미,힐미 (Kill Me, Heal Me, 2015).

Kesuksesan drama Kill Me, Heal Me, mengantarkannya menjadi penulis buku

dengan judul Kill Me, Heal Me, yang diterbitkan pada awal tahun 2016 lalu.

Karya Jin Soo Wan tidak hanya menarik perhatian penonton di Korea saja,

tetapi juga penonton luar negeri. Pada tahun 2013, karya Jin Soo Wan yang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

6

berjudul The Moon Embracing The Sun mendapatkan penghargaan di Worldfest-

Houston International Film & Video Festival, yang merupakan acara

pengahargaan film dan video festival independen tertua di dunia. Karya Jin Soo

Wan kembali mendapatkan penghargaan sebagai drama terbaik di Worldfest-

Houston International Film & Video Festival pada tahun 2016 dengan karyanya

yang berjudul Kill Me, Heal Me (www.asiakoe.com).

Melalui drama Kill Me, Heal Me, Jin Soo Wan juga sempat mendapatkan

pujian dari psikolog asal Kuba yang tinggal di Florida. Psikolog tersebut

mengirimkan surat untuk Jin Soo Wan dan menuliskan pujian untuk Jin Soo Wan

karena drama Kill Me, Heal Me menggambarkan penyakit gangguan identitas

disosiatif dengan “kekakuan dalam batas-batas fiksi” dan “rekreasi yang sangat

baik dari unsur psikopatologis dan memberikan sudut pandang yang mendalam

indah dari terapi tanpa mengabaikan sisi drama”. Psikolog tersebut juga

mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Jin Soo Wan karena sudah

menggunakan pendekatan dari kekerasan terhadap anak dan membuat protagonis

memaafkan tindakan kekerasan tersebut (http://beritake.com).

Berdasarkan uraian di atas, alasan pemilihan drama Kill Me, Heal Me sebagai

objek penelitian yaitu, drama Kill Me, Heal Me merupakan drama yang

menampilkan gangguan kejiwaan sebagai dampak dari tindak kekerasan terhadap

anak yang merupakan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat secara

universal, sehingga drama ini menjadi menarik untuk diteliti. Gangguan kejiwaan

sebagai dampak dari kekerasan anak yang dijadikan gagasan dalam drama ini

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

7

menjadikan teori psikoanalisis sebagai kajian yang tepat untuk meneliti obsesi dan

amanat pengarang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah

yang akan dibahas sebagai berikut.

a. Gangguan kejiwaan apa saja yang merupakan dampak dari tindak

kekerasan terhadap anak dalam drama Kill Me, Heal Me (킬미, 힐미)?

b. Amanat apakah yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam drama Kill

Me, Heal Me (킬미, 힐미) dan hubungannya dengan kekerasan terhadap

anak?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut merupakan rumusan tujuan-

tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini.

a. Mengetahui gangguan kejiwaan yang merupakan dampak dari tindak

kekerasan tehadap anak dalam drama Kill Me, Heal Me (킬미, 힐미).

b. Mengetahui amanat pengarang dalam drama Kill Me, Heal Me (킬미, 힐미)

dan hubungannya dengan kekerasan terhadap anak.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

8

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk menguatkan teori

psikoanalisis yang bersangkutan dengan objek penelitian. Penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan informasi tentang gangguan kejiwaan sebagai

dampak kekerasan terhadap anak sekaligus sebagai referensi untuk penelitian

yang menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu para pembaca dalam

memahami drama Korea serta tokoh cerita drama secara mendalam melalui

tinjauan psikoanalisis.

1.5 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis merujuk pada penelitian-penelitian yang terlebih

dahulu menggunakan teori psikoanalisis dan menganalisis gagasan pengarang

dalam lingkungan Fakultas Ilmu Budaya UGM. Di antaranya adalah penelitian

yang berjudul “Kecenderungan Mythomania pada Tokoh Gyeon Woo sebagai

Representasi Mimpi dan Gagasan Pengarang pada Film “엽기적인그녀 (My Sassy

Girl)”: Kajian Psikoanalisis Sastra” karya Aria Prawira Dhana. Penelitian ini

membahas kecenderungan mythomania yang dialami tokoh Gyeon Woo. Dengan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

9

menggunakan teori psikoanalisis, penelitian ini menganalisis ide dan gagasan dari

mythomania yang muncul dalam film merupakan hasil dari proses kreatif

pengarang yang mempresentasikan alam bawah sadar dan mimpi pengarang.

Penulis juga menjadikan penelitian “Film Hello Ghost sebagai Mimpi dan

Representasi Gagasan Pengarang” oleh Oktavianie Wulan Sari tahun 2015

sebagai tinjauan pustaka. Penelitian ini menganalisis kejiwaan tokoh utama Sang-

man dan mimpi-mimpi yang dialami oleh pengarang dan juga masyarakat serta

fenomena bunuh diri di lingkungan masyarakat Korea Selatan. Psikoanalisis

dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap dan mendeskripsikan aspek id,

ego, dan superego dalam kepribadian tokoh utama.

Dari kedua penelitian analisis psikologis yang dipaparkan di atas, penelitian

yang membahas gangguan kejiwaan tokoh dan gagasan pengarang dengan

menggunakan teori psikoanalisis sastra memang sudah pernah dilakukan. Akan

tetapi, objek data penelitian dan hasil yang diharapkan dari penelitian ini berbeda

dengan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya hanya membahas gangguan

kejiwaan yang dialami tokoh utama saja, sedangkan penelitian ini akan membahas

gangguan kejiwaan yang dialami tokoh utama dan tokoh pendukung dalam drama.

Dengan meneliti keseluruhan gangguan kejiwaan yang terdapat dalam drama,

diharapkan hasil penelitian ini akan lebih maksimal dalam memberikan

pengetahuan tentang gangguan kejiwaan dan amanat pengarang sesungguhnya

dalam drama.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

10

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Gangguan Kejiwaan

Karya sastra dipandang sebagai gejala psikologis yang menampilkan

aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokohnya jika teks berupa prosa atau drama.

Oleh karena itu, karya sastra dapat dianalisis dengan menggunakan teori

psikologi. Teori psikologi yang digunakan dalam membantu menganalisis drama

Kill Me, Heal Me adalah teori gangguan kejiwaan. Teori ini membantu penulis

untuk menentukan gejala-gejala dan faktor penyebab gangguan kejiwaan yang

ditampilkan dalam drama Kill Me, Heal Me. Oleh karena itu, penulis akan

menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

kejiwaan yang dimunculkan dalam drama.

1.6.1.1 Gangguan Identitas Disosiatif

Gangguan identitas disosiatif adalah gangguan kejiwaan yang berasal

dari akibat simpangan trauma parah pada masa kanak-kanak (umur 3-11 tahun)

dan remaja (umur 12-18 tahun). Penderita gangguan identitas disosatif

biasanya mengalami pengalaman traumatis yang cukup ekstrem dan terjadi

berulang kali sehingga mengakibatkan terbentuknya dua atau lebih

kepribadian yang berbeda. Masing-masing kepribadian tersebut memiliki

ingatan, kepercayaan, perilaku, pola pikir, serta cara melihat lingkungan dan

diri mereka sendiri dengan cara yang berbeda-beda.

Istilah gangguan identitas disosiatif merupakan sebuah istilah baru

karena sebelumnya gangguan ini dikenal dengan gangguan kepribadian

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

11

majemuk ataupun banyak yang menyebutnya kepribadian ganda. Penderita

gangguan identitas disosiatif memiliki beberapa gejala, yaitu:

a. Gejala depersonalisasi dan derealisasi

Pada gejala ini penderita biasanya akan mengalami perasaan tidak nyata,

merasa terpisah dari diri sendiri baik secara fisik maupun mental dan merasa

seperti mengamati dirinya sendiri seolah-olah sedang menonton diri mereka

dalam sebuah film.

b. Gejala distorsi waktu, amnesia, dan penyimpangan waktu

Pada gejala ini penderita biasanya mengalami kehilangan waktu dan

amnesia. Mereka kadang-kadang menemukan sesuatu yang tidak diketahuinya

ataupun tersadar di suatu tempat yang tidak dikenal, sementara mereka tidak

sadar kapan pergi ke tempat itu.

c. Sakit kepala

Penderita akan mengalami sakit kepala dan juga akan mendengar banyak

suara-suara di kepalanya, seperti gejala skizofrenia.

d. Keinginan bunuh diri

Penderita juga biasanya memiliki keinginan untuk bunuh diri karena

beberapa kepribadian mendorong mereka untuk melakukannya.

e. Fluktuasi tingkat kemampuan dan gambaran diri

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

12

Berubah-ubahnya kondisi dan kemampuan penderita terjadi saat satu

kepribadian bertukar dengan kepribadian lainnya. Perubahan yang terjadi tidak

hanya pada kemampuan diri penderita, tapi juga pada gambaran dirinya.

Gambaran diri penderita akan berbeda-beda tergantung dari kepribadian mana

yang muncul.

f. Perilaku menyakiti diri sendiri

g. Kecemasan dan depresi

Pada gejala ini penderita biasanya akan mengalami perasaan cemas dan

depresi karena tidak mampu mengingat kejadian-kejadian yang dilakukannya

saat menjadi kepribadian yang lain.

1.6.1.2 Gangguan Stres Paskatrauma

Gangguan Stres Paskatrauma (Post-traumatic stress disorder disingkat

PTSD) adalah suatu kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa

mengerikan, seperti terlibat pertempuran, perkosaan, anak yang disia-siakan

dan mengalami kekerasan fisik, penganiayaan seksual, serangan fisik, dan

diancam dengan senjata. Akan tetapi, banyak traumatis lain yang juga dapat

menyebabkan gangguan stres paskatraumatis, diantaranya mengalami

kebakaran, bencana alam, penjambretan, perampokan, penganiayaan, konflik

sipil, kecelakaan mobil, kecelakaan pesawat, penyiksaan, penculikan,

mendapat diagnosis penyakit yang mengancam kehidupan, serangan teroris dan

ekstrem lainnya atau peristiwa yang mengancam jiwa. Gejala gangguan stres

paskatrauma umumnya dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

13

a. Gejala kenangan mengganggu (intrusive memories)

Gejala dalam kelompok kenangan mengganggu (intrusive memories)

antara lain, kilas balik (flash back) atau hidupnya kembali peristiwa traumatis

selama beberapa menit atau bahkan berhari-hari dan mengalami mimpi buruk

tentang peristiwa traumatik.

b. Gejala menghindari dan mati rasa

Gejala menghindari (avoidance) dan mati rasa (numbing) antara lain,

mencoba untuk menghindari dari berpikir atau berbicara tentang peristiwa

traumatik, merasa mati rasa emosional, menghindari aktivitas yang dulu

pernah disukai, keputusasaan tentang masa depan, gangguan memori,

kesulitan berkonsentrasi, dan kesulitan mempertahankan hubungan dekat.

c. Gejala kecemasan atau peningkatan gairah atau emosi (hyperarousal).

Gejala peningkatan kecemasan dan gairah emosional, antara lain mudah

marah, rasa bersalah, perilaku merusak diri sendiri, sulit tidur, mudah terkejut

atau ketakutan, dan mendengar atau melihat hal yang tidak ada.

1.6.1.3 Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi

psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat

ekstrem berupa mania dan depresi. Oleh karena itu, istilah medis sebelumya

disebut dengan maniac depressive. Suasana hati penderitanya dapat berganti

secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan, yaitu kebahagiaan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

14

(mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang

pasti.

Episode pertama pada gangguan bipolar adalah mania. Pada episode ini

terdapat beberapa gejala yang muncul, diantaranya adalah gembira berlebihan,

mudah tersinggung sehingga mudah marah, merasa dirinya sangat penting,

merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain, penuh ide

dan semangat baru, cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya, mendengar

suara yang orang lain tak dapat mendengarnya, nafsu seksual meningkat,

menyusun rencana yang tidak masuk akal, sangat aktif dan bergerak sangat

cepat, berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan,

menghambur-hamburkan uang, membuat keputusan aneh dan tiba-tiba namun

cenderung membahayakan, merasa sangat mengenal orang lain, mudah

melempar kritik terhadap orang lain, sukar menahan diri dalam perilaku sehari-

hari, sulit tidur, dan merasa sangat bersemangat seakan-akan satu hari tidak

cukup 24 jam.

Episode kedua dalam gangguan bipolar adalah gejala depresi bipolar.

Gejala-gejala yang muncul dalam episode ini diantaranya, suasana hati yang

murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan, sering menangis atau ingin

menangis tanpa alasan yang jelas, kehilangan minat untuk melakukan sesuatu,

tidak mampu merasakan kegembiraan, mudah letih, tak bergairah, tak

bertenaga, sulit konsentrasi, merasa tak berguna dan putus asa, merasa bersalah

dan berdosa, rendah diri dan kurang percaya diri, beranggapan masa depan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

15

suram dan pesimistis, berpikir untuk bunuh diri, hilang nafsu makan atau

makan berlebihan, penurunan berat badan atau penambahan berat badan, sulit

tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan, mual sehingga sulit

berbicara karena menahan rasa mual, mulut kering, susah buang air besar dan

terkadang diare, kehilangan gairah seksual, dan menghindari komunikasi

dengan orang lain.

Seperti halnya gangguan kejiwaan lainnya, gangguan bipolar juga

memiliki beberapa faktor penyebab. Faktor penyebab tersebut diantaranya,

faktor genetika, faktor fisiologis (sistem neurokimia dan gangguan suasana

hati). Selain itu, faktor eksternal seperti faktor lingkungan dan psikologis juga

diyakini terlibat dalam pengembangan gangguan bipolar. Penderita penyakit ini

cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang melibatkan

hubungan antarperseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan

(penghargaan) dalam hidup.

1.6.2 Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

Siswanto (2004: 31-32) menyatakan bahwa secara kategori, sastra berbeda

dengan psikologi, sebab sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama, puisi,

dan esai yang diklasifikasikan dalam seni (art), sedangkan psikologi merujuk

kepada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meski berbeda

keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya berangkat dari

manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Bicara tentang manusia,

psikologi jelas terlihat erat, karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

16

manusia tidak lepas dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai

perilakunya. Psikologi sastra mempelajari fenomena, kejiwaan tertentu yang

dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau berinteraksi

terhadap diri dan lingkunganya. Dengan demikian gejala kejiwaan dapat

terungkap lewat perilaku tokoh dalam sebuah karya sastra.

Psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan

dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam

sastra. Aspek-aspek kemanusian inilah yang merupakan objek utama psikologi

sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan

dicangkokkan dan diinvestasikan. Penelitian psikologi sastra dilakukan melalui

dua cara yaitu (1) melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian diadakan

analisis terhadap karya sastra, (2) dengan terlebih dahulu menentukan sebuah

karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi

yang dianggap relevan untuk melakukan analisis (Ratna, 2009: 344). Teori

psikologi sastra yang paling sering digunakan dalam menganalisis karya sastra

adalah teori psikoanalisis Sigmund Freud.

Sigmund Freud dilahirkan di Freiberg, Moravia, pada tanggal 6 Mei 1856

dan meninggal di London pada 23 September 1939. Sigmund Freud belajar

kedokteran di Wina dan menjadi dokter umum di rumah sakit Wina dalam

bidang anatomi otak dan mengadakan penelitian terhadap obat bius. Pada tahun

1886 Sigmund Freud membuka praktik dokter saraf dan juga menulis berbagai

bidang neurologi dan otak anak-anak.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

17

Penemuan psikoanalisis telah memperkenalkan Sigmund Freud menjadi

seorang yang berpengaruh pada zamannya. Istilah psikoanalisis sendiri muncul

pada tahun 1896. Psikoanalisis sendiri merupakan suatu cara pandang yang serba

baru terhadap manusia pada zamannya. Dalam pandangan psikoanalisis,

ketidaksadaran memainkan peran yang penting dan menjadi satu manfaat praktis

dalam mengobati pasien-pasien yang mengalami gangguan jiwa.

Freud menghubungkan psikoanalisis dengan sastra melalui wujud

kesusastraan yang berupa “bahasa”. Selain itu, gagasan Sigmund Freud terhadap

sastra juga terdapat dari berbagai tulisannya. Dalam buku yang berjudul

Repression (1915), Sigmund Freud mengatakan bahwa pikiran yang tidak sadar

mampu mengungkapkan dirinya dalam bentuk yang lain atau dalam satu

tindakan-tindakan, kata-kata, fantasi-fantasi mental dalam mana arti dari

keadaan tersebut dapat diketahui melalui pengetahuan kesadaran ataupun

penyaringan dari kejiwaan. Dalam Studies in Hysteria (1893-1895), Sigmund

Freud mengatakan bahwa pikiran-pikiran tidak sadar bersumber dari faktor-

faktor seksual yang dilakukan melalui energi yang tidak statis yang mendorong

pada bentuk kesadaran. Sebaliknya, kekuatan dari bentuk penekanan atau

repression itu memiliki ciri-ciri khusus yang disembunyikan. Hal-hal yang

tersembunyi itu akan muncul melalui gejala-gejala fisik atau simptom-simptom

fisik, mimpi-mimpi, guyonan, atau kelakar, salah ucap, salah dalam menulis,

salah lafal, gagap bicara, keseleo lidah atau latah dalam bicara. Kesemua itu

merupakan gerakan-gerakan yang tersembunyi yang secara tidak sadar

mengungkapkan kehidupan sehari-sehari seseorang. Bahasa dalam hal ini sangat

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

18

jelas berhubungan dengan tak sadar atau ketidaksadaran. Menurut Milner (1992:

xiii, via Susanto, 2012: 58) Sigmund Freud menjadikan mimpi, fantasi, dan mite

sebagai bahan dasar dari ketidaksadaran. Oleh karena itu, Freud menghubungkan

karya sastra dengan mimpi.

Sastra dan mimpi dianggap memberikan kepuasan secara tidak langsung.

Mimpi seperti tulisan merupakan sistem tanda yang menunjuk pada sesuatu yang

berbeda yaitu melalui tanda-tanda itu sendiri. Perbedaan antara karya sastra dan

mimpi adalah karya sastra terdiri atas bahasa yang bersifat linier sedangkan

mimpi terdiri atas tanda-tanda figuratif yang tumpang tindih dan campur aduk.

Mimpi dalam sastra adalah angan-angan halus (Endraswara dalam Minderoop,

2011: 16).

Mimpi mempunyai dua sisi, yaitu isi manifes dan isi laten. Isi manifes

adalah gambar-gambar yang kita ingat ketika kita terjaga, dan muncul ke dalam

pikiran kita ketika kita mencoba mengingatnya. Isi laten yang oleh Freud disebut

“pikiran-pikiran mimpi” ialah sesuatu yang tersembunyi (pikiran tersembunyi)

bagaikan sebuah teks asli yang keadaanya primitif dan harus disusun kembali

melalui gambar yang sudah diputarbalikkan sebagaimana disajikan oleh mimpi

manifest (Milner, 1992: 27).

Teori psikoanalisis mengenai mimpi yang dikemukakan oleh Sigmund

Freud membantu penulis dalam menganalisis amanat dan obsesi yang ingin

ditampilkan pengarang dalam drama Kill Me, Heal Me. Hal tersebut dikarenakan

amanat dan obsesi dalam sebuah karya sastra merupakan bentuk dari

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

19

ketidaksadaran yang ada dalam diri pengarang dalam proses pembuatan karya

sastra.

1.7 Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat

alamiah dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang, perilaku, atau data-data lainnya yang dapat diamati oleh peneliti

(Moleong, 1989 via Sangidu, 2004:7). Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode deskriptif.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Penulis melakukan studi pustaka dengan mengumpulkan data yang

berkaitan dengan gangguan kejiwaan, teori psikoanalisis, dan kekerasan

terhadap anak sebanyak-banyaknya dari perpustakaan. Sumber-sumber

kepustakaan diperoleh dari buku, jurnal, dan beberapa hasil penelitian

sebelumnya.

Penulis juga mengumpulkan data mengenai drama Kill Me, Heal Me

secara online. Penulis mencari naskah drama sebagai penunjang agar proses

analisis menjadi lebih mudah. Selain itu, penulis juga mengumpulkan beberapa

referensi yang berkaitan dengan gangguan kejiwaan.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

20

1.7.2 Metode Analisis Data

Untuk menemukan gangguan kejiwaan pada tokoh-tokoh dalam drama, hal

pertama yang akan dilakukan adalah mengamati dan menentukan bagian

dalam drama Korea Kill Me, Heal Me yang berhubungan dengan gangguan

kejiwaan sesuai dengan data-data yang sudah dikumpulkan sebelumnya.

Setelah itu, penulis menganalisis drama dengan menggunakan teori gangguan

kejiwaan dan teori Psikoanalisis Sigmund Freud. Teori psikoanalisis Sigmund

Freud membantu penulis menganalisis amanat pengarang yang terdapat dalam

drama. Hal terakhir yang akan dilakukan adalah menghubungkan drama

dengan kekerasan terhadap anak.

Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap

pertama penulis menonton drama Korea Kill Me, Heal Me. Kemudian penulis

menentukan bagian drama yang menunjukkan adanya gangguan kejiwaan

sesuai dengan data-data yang telah dikumpulkan mengenai gangguan kejiwaan

dan menerjemahkan bagian tersebut ke dalam bahasa Indonesia dengan

bantuan Kamus Bahasa Korea-Indonesia dan kamus online. Setelah itu,

penulis mendeskripsikan gangguan kejiwaan berdasarkan gejala dan faktor

penyebabnya. Kemudian penulis menganalisis amanat dalam drama dengan

menggunakan teori Psikoanalisis Sigmund Freud dan menghubungkan drama

dengan kekerasan terhadap anak. Hal terakhir yang dilakukan adalah penulis

membuat kesimpulan dari hasil penelitian.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

21

Bagan 1. Skema Analisis Data

1.8 Sistematika Penyajian

Penelitian ini tersusun atas Bab I yang berisikan pendahuluan dengan rincian

sub-bab berupa latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika

penyajian.

Membuat kesimpulan analisis serta saran yang berkaitan dengan analisis

yang telah dilakukan.

Menganalisis amanat pengarang dengan menggunakan teori Psikoanalisis

Sigmund Freud

Menonton Drama

Menentukan adegan dan dialog yang sesuai dengan data yang dikumpulkan

mengenai gangguan kejiwaan

Menerjemahkan dialog ke dalam bahasa Indonesia

Mendeskripsikan gangguan kejiwaan berdasarkan gejala dan faktor penyebab

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100345/potongan/S1-2016... · menggunakan teori gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan gangguan

22

Bab II merupakan isi dari penelitian yang mendeskripsikan gangguan

kejiwaan sebagai dampak kekerasan terhadap anak dalam drama. Dalam bab ini

akan terbagi ke dalam beberapa sub-bab yang berisi tentang gejala dan faktor

penyebab gangguan kejiwaan yang dialami oleh para tokoh.

Bab III berisi amanat pengarang dalam drama Korea Kill Me, Heal Me dan

hubungannya dengan kekerasan terhadap anak. Pada bab ini, analisis mengenai

pesan pengarang dalam drama dilakukan dengan menggunakan teori psikoanalisis

Sigmund Freud.

Bab IV berisi kesimpulan analisis yang telah dilakukan.