Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

19
BAB I TUJUAN DAN TEORI DASAR 1.1. TUJUAN a.Mengenal alat-alat yang akan di gunakan pada nantinya pada saat oraktikum nonsteril b.Mengetahui prinsip kerja dari alat yang akan digunakan dalam pembuatan tablet dan granulasi 1.2. TEORI DASAR 1.2.1 Tablet Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis (Ansel, 1989). Pembuatan sediaan tablet dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu, metode granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode untuk pembuatan sediaan tablet biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, tergantung dari ketahanan zat tersebut terhadap panas atau kelembapan, kestabilannya serta besar kecilnya dosis (Anonim, 2010).

Transcript of Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

Page 1: Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

BAB ITUJUAN DAN TEORI DASAR

1.1. TUJUANa. Mengenal alat-alat yang akan di gunakan pada nantinya pada saat oraktikum

nonsterilb. Mengetahui prinsip kerja dari alat yang akan digunakan dalam pembuatan tablet

dan granulasi

1.2. TEORI DASAR

1.2.1 Tablet

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat

dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-tablet dapat

berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan

dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.

Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan

dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-

lapisan dalam berbagai jenis (Ansel, 1989).

Pembuatan sediaan tablet dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu, metode

granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode untuk

pembuatan sediaan tablet biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan

dibuat tablet, tergantung dari ketahanan zat tersebut terhadap panas atau kelembapan,

kestabilannya serta besar kecilnya dosis (Anonim, 2010).

Granulasi basah merupakan suatu proses pencampuran partikel zat aktif dan

eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat

dengan jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.

Metode granulasi basah digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.

Keuntungan dari metode granulasi basah ini adalah memperoleh aliran yang baik,

meningkatkan komprebilitas, mengontrol pelepasan, mencegah pemisahan komponen-

komponen campuran selama proses dan meningkatkan kecepatan disolusi. Sedangkan

kekurangan dari metode granulasi basah yaitu banyak tahap dalam proses produksi yang

harus divalidasi, biaya yang diperlukan cukup tinggi, zat aktif yang sensitif terhadap

lembab dan panas tidak dikerjakan dengan cara ini dan untuk zat termolabil dilakukan

dengan pelarut non air (Anonim, 2010).

Page 2: Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

Metode granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam

memproduksi tablet kompresi (Ansel, 1989). Adapun prinsip dari metode granulasi

basah ini adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai

mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, dan kemudian massa basah tersebut

digranulasi (Anonim, 2010). Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk

dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, dimana teknik ini membutuhkan

larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke

campuran serbuk dan cairan dimasukkan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki

peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk diantara partikel dan

kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat,

gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan

granul bila cairan sudah ditambahkan (Anonim, 2010). Pencampuran dilanjutkan

sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika

sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan

diberi tekanan dengan alat penggiling dengan tujuan agar terbentuk granul sehingga luas

permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah

pengeringan, granul diayak kembali dimana ukuran ayakan tergantung pada alat

penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat (Anonim, 2010).

Setelah pengayakan kering biasanya bahan pelincir kering ditambahkan ke dalam

granul. Sehingga setiap granul dilapisi oleh bahan pelincir. Bahan pelincir yang umum

digunakan adalah talk, magnesium stearat, dan kalsium stearat. Manfaat pelincir dalam

pembuatan tablet kompresi adalah untuk mempercepat aliran granul dalam corong ke

dalam rongga cetakan, mencegah melekatnya granul dengan punch, selama pengeluaran

tablet mengurangi pergesekan antara tablet dan dinding cetakan (Ansel, 1989).

Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau penambahan

bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa

yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan

menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Dengan metode ini baik

zat aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya

besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah

dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk

mengeringkannya memerlukan temperatur yang tinggi (Ansel, 1989).

Page 3: Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

Metode kompresi (kempa) langsung dapat digunakan pada beberapa bahan obat

seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium klorida, dan metenamin yang memiliki

sifat mudaj mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan

untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau

kering (Ansel, 1989). Metode kompresi langsung memiliki beberapa keuntungan

penting seperti tenaga kerja yang sedikit, proses kering (Lachman dkk., 2008).

Evaluasi Sediaan Tablet

BAB IIPRAFORMULASI

-

BAB IIIFORMULASI

-

BAB IVALAT DAN BAHAN

4.1. ALAT

- Hardness Tester

- Bransonic 1510

- Neraca Digital

- Tap Density Tester

- Disintegration Tester

- Elektromagnetic Sieve Shaker

- Mesin Tablet

4.2. BAHAN

- 6 buah tablet

Page 4: Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

BAB VPROSEDUR KERJA

5.1. Hardness Tester

5.2. Bransonic 1510

5.3. Neraca Digital

5.4. Tap Density Tester

Alat Hardness Tester dihidupkan

Tombol enter ditekan untuk kalibrasi awal

Ditekan setup dan dipilih unit untuk memilih satuan yang akan digunakan (Newton) dan ditekan CL untuk kembali

Dihitung diameter tablet secara manual

Ditekan measurement untuk melakukan pengukuran dan dipilih New Direct Measure

Pada nominal diameter ditekan angka rata-rata pada pengukuran diameter tablet, dan number hardness untuk mengetahui jumlah tablet yang digunakan

Ditekan tombol enter untuk memulai yang diawali dengan kalibrasi awal (zero jaw), yang dilanjutkan dengan pengukuran pertama

Pengukuran pertama dengan menaruh 1 buah tablet pada alat dan ditunggu sampai alat menghitung kekerasan dari tablet tersebut, selanjutnya dibersihkan dengan kuas

dan kembali diletakkan tablet selanjutnya pada alat.

Page 5: Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

5.5. Disintegrator Tester

Satu tablet dimasukkan ke dalam tabung dari keranjang

Dimasukkan cakram pada tiap tabung dan alat dijalankan

Medium yang digunakan adalah air dengan suhu 37°C ± 2°C kecuali dinyatakan lain menggunakan cairan yang tercantum dalam masing-masing monografi

Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, dilakukan pengujian ulang dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna

Granul yang terbentuk dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan volume 100 mL atau 250 mL, dan diberi tanda batas yang dinyatakan dengan volume awal (V0)

Gelas ukur ditempatkan pada alat tap density tester dan dilakukan pengesetan waktu yang dibutuhkan agar volume yang di dapatkan menjadi mampat (Vtap)

Ditekan tombol start

Dilakukan pengukuran volume mampat dengan mengukur tinggi granul pada gelas ukur yang digunakan

Dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus:

I=(1-V tap

V 0

)× 100%

Persyaratan : I<20%

Page 6: Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

5.6. Electromagnetic Sieve Shaker

BAB VI

DATA/HASIL PRAKTIKUM

6.1. Data Pengamatan Kekerasan Tablet

Tablet (13 mm) Kekerasan (N)

I 89

II 94

III 94

IV 94

Dari data tersebut diperoleh rata-rata kekerasan dari tablet sebesar:

Kekerasan=Kekerasan I + Kekerasan II + Kekerasan III + Kekerasan IVn

=89 + 94 + 94 +944

= 92,75 N

Tablet (13 mm) Kekerasan (N) (x- x ) (x- x )2

I 89 -3,75 14,06

II 94 1,25 1,56

Keranjang yang berisi tablet diangkat dan dilakukan pengamayan pada semua tablet dimana semua tablet harus hancur sempurna

Untuk tablet yang tidak bersalut waktu yang dibutuhkan untuk hancur sempurna dan melewati kasa pada tabung tidak lebih dari 15 menit

Page 7: Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

III 94 1,25 1,56

IV 94 1,25 1,56

∑(x- x ) 18,74

Standar Deviasi = √ Σ(x−x)2

n−1

= √18 ,743

= 2,45

BAB VIIPEMBAHASAN HASIL

Mesin Pengempa Tablet

Mesin pengempa tablet atau pencetak tablet dirancang dengan komponen-

komponen dasar sebagai berikut:

1. Hopper untuk menahan/tempat menyimpan dan memasukkan granulat yang akan

dikempa.

2. Die yang menentukan ukuran dan bentuk tablet.

3. Punch untuk mengempa granulat yang terdapat di dalam die.

4. Jalur cam untuk mengatur gerakan punch.

5. Suatu mekanisme pengisisan untuk menggerakkan/memindahkan granul dari

hopper ke dalam die.

Pencetak tablet dibagi dua, pencetak tunggal atau pencetak ganda berputar.

Seluruh pengempaan dilakukan oleh punch atas sehingga membuat mesin itu seperti

sebuah "pencetak perangko". Pencetak ganda disebut rotari (berputar), sebab

berputarnya bagian kepala dari mesin tablet yang memegang punch atas, dies dan punch

bawah pada tempatnya. Bila bagian kepala berputar, punch dituntun ke atas dan ke

bawah oleh jalur cam yang diam, yang mengontrol urut-urutan pengisian, pengempaan,

dan pendorongan keluar. Bagian dari kepala yang memegang punch di atas disebut

Page 8: Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

turret atas, yang memegang punch bawah disebut turret bawah, sedangkan bagian yang

memegang die disebut meja die. Pada saat mulai granul yang berada di dalam hopper

masuk ke dalam rangka pengisi yang mempunyai beberapa kompartemen yang saling

berhubungan. Kompartemen-kompartemen ini menyebarkan granul secara luas untuk

menyediakan waktu bagi die untuk diisi. Turunnya cam menuntun punch bawah ke

dasar, hal ini memungkinkan die untuk diisi berlebihan. Punch itu kemudian melalui

cam pengontrol berat yang mengurangi isi die sampai jumlah yang diinginkan. Pisau

pembersih pada ujung memindahkan kelebihan granul dan membawanya kembali

mengelilingi turret ke bagian muka rangka pengisi. selanjutnya punch bawah bergerak

di atas roda pengempa bawah, bersamaan dengan itu punch atas lewat di bawah roda

pengempa atas. Punch atas bergerak pada jarak tertentu di dalam die sedangkan punch

bawah naik untuk meremas dan memadatkan granul yang ada dalam die. Untuk

mengatur gerakan ke atas dari punch, ketinggian dari roda pengempa bawah diubah-

ubah. Setelah pengempaan punch atas punch atas ditarik keluar mengikuti naiknya cam

dari punch atas, punch bawah mengikuti naiknya cam, ini membuat tablet sedikit di atas

permukaan die. Posisi yang tepat ditentukan oleh skrup yang beralur yang disebut

tombol pelepas. Tablet akan melewati pisau pembersih dan meluncur jatuh ke dalam

wadah penampung (Lachman dkk., 2008).

Evaluasi tablet dilakukan untuk menjamin dan menjaga kualitas suatu sediaan

tablet. Dalam industri farmasi, evaluasi tablet adalah kunci dari Quality Assurance dan

Quality Control. Uji evaluasi tablet dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu uji organoleptis,

uji fisika kimia, uji keamanan atau toksisitas, dan uji mikrobiologi. Uji organoleptis

terdiri dari pengujian warna, bau dan rasa. Uji fisika kimia terdiri dari pengujian

keseragaman ukuran, kerapuhan (friabilitas), kekerasan tablet, disolusi, waktu hancur,

dan uji kadar zat aktif. Uji keamanan atau toksisitas digunakan untuk menguji apakah

terdapat zat lain yang bersifat toksik dalam sediaan. Sedangkan uji mikrobiologi

dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya mikroorganisme yang tumbuh pada sediaan

tablet. Evaluasi sediaan tablet jadi meliputi : uji organoleptis, uji keseragaman bobot, uji

kekerasan, uji kerapuhan tablet, uji disolusi, dan uji waktu hancur.

3.1 Uji Kekerasan

Page 9: Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang

mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi

tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan

tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,

pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester.

Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan

tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama

pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran

dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).

Beberapa alat untuk uji kekerasan tablet yang masih dipakai adalah alat penguji:

Monsanto, Strong-Cobb, Pfizer, Erweka, dan Schleuniger. Alat penguji yang paling

awal dipakai adalah alat penguji Monsanto yang ditemukan kurang lebih 50 tahun yang

lalu. Alat ini terdiri dari suatu barel (pipa) yang mempunyai per yang dapat ditekan

yang terletak diantara dua katup penghisap. Katup yang bawah diletakkan bersentuhan

dengan tablet, dan keadaan ini dibaca/ditandai 0. Kemudian katup atas ditekan melawan

per dengan memutar mur/sekrup sampai tabletnya patah. Pada waktu per ditekan,

penunjuk bergerak menunjukkan tenaga. Tenaga yang mematahkan tablet dicatat, dan

pembacaan tenaga nol dikurangi dari situ. Untuk mengatasi sifat manual dan lamanya

waktu yang diperlukan pada pemakaian alat penguji Monsanto, maka dua puluh tahun

kemudian dikembangkan alat penguji Strong-Cobb. Desai asli memakai penghisap yang

diaktifkan dengan memompa tangan tuas yang menekan landasan yang tetap/tidak

bergerak dengan tekanan hidraulik. Tekanan yang diperlukan untuk mematahkan tablet

dapat dobaca pada meteran hidraulik. Kemudian dibuat modifikasi dari alat penguji

Strong-Cobb dengan memakai tenaga tekanan udara bukan pompa manual.

Kira-kira sepuluh tahun kemudian dikembangkan alat penguji Pfizer. Prinsip

kerja alat ini sama seperti prinsip kerja sepasang penjepit. Bila pegangan penjepit

ditekan, tablet akan tertekan diantara landasan pemegang dan pistonyang dihubungkan

langsung dengan meter pembac. Lempeng penunjuk tetap pada pembacaan saat tablet

pecah dan kembalike nol bila tombol pengatur ditekan. Alat penguji Pfizer lebih banyak

digunakan ibandingkan alat-alat sebelumnya karena kesederhanaannya, harganya yang

rendah, serta kecepatan dalam pemakainnya.

Page 10: Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

Pada alat penguji Erweka, tablet diletakkan pada landasan bawah, kemudian

landasan itu diatur sampai tepat menyentuh landasan atas. Suatu motor penggerak yang

diberi beban, bergerak sepanjang rel yang perlahan-lahan dan merata memindahkan

tekanan ke tablet. Suatu alat penunjuk yang bergerak sepanjang skala akan

menunjukkan besarnya tenaga pemecah dalam kilogram. Alat penguji Schleuniger

bergerak/dioperasikan dalam posisi horisontal. Suatu landasan yang digerakkan oleh

motor listrik menekan tablet dengan beban yang tetap melawan landasan tetap sampai

tablet pecah. Suatu penunjuk yang bergerak sepanjang skala penunjuk akan memberikan

memberikan nilai kekuatan pemecah. Pembacaan dapat dalam kilogram dan unit

Strong-Cobb. Saat ini alat penguji tersebut paling banyak dipakai dan mempunyai

keuntungan karena cepat dan dapat dilakukan berulang-ulang (Lachman dkk., 2008).

Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10

kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau

lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan

syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang

tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada

saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat

diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang

dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-

masing 10 tablet dari tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat

pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable

adalah 10-20 kg/cm2 (Nugrahani, 2005).

3.2 Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet

Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan

permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan

pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot

yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu.

Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit

dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran (Andayana, 2009).

Page 11: Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator (contoh nya Rosche

friabilator) (Sulaiman, 2007).

Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari

debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke

dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan

putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan

dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan

bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih

dari 1% (Andayana, 2009). Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat

abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan,

maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan

mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet

dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan

massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam

tablet (Sulaiman, 2007).

Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses

pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak

diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang

terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan

nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan (Andayana, 2009).

3.3 Uji Disolusi

Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi

yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali

pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Dalam USP cara pengujian disolusi

tablet dan kapsul dinyatakan masing-masing mononografi obat. Pengujian merupakan

alat yang obyektif dalam menetapkan sifat disolusi suatu obat yang berada dalam

sediaan padat. Karena absorpsi dan kemampuan obat berada dalam tubuh sangat besar

tergantung pada adanya obat dalam keadaan melarut, karakteristik disolusi biasa

merupakan sifat yang penting dari produk obat yang memuaskan.

Secara singkat, alat untuk menguji karakteristik disolusi dan sediaan padat

kapsul atau tablet terdiri dari (1) motor pengaduk dengan kecepatan yang dapat diubah,

Page 12: Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

(2) keranjang baja stainless berbentuk silinder atau dayung untuk ditempelkan ke ujung

batang pengaduk, (3) bejana dari gelas, atau bahan lain yang inert dan transparan

dengan volume 1000 mL, bertutup sesuai dengan ditengah-tengahnya ada tempat untuk

menempelkan pengaduk, dan ada lubang tempat masuk pada 3 tempat, dua untuk

memindahkan contoh dan satu untuk menempatkan thermometer, dan (4) penangas air

yang sesuai untuk menjaga temperature pada media disolusi dalam bejana. Pada tiap

pengujian, volume dari media disolusi (seperti yang dicantumkan dalam masing-masing

monografi) dtempatkan dalam bejana dan biarkan mencapai temperature 370 C kurang

lebih 0,50 C. Kemudian satu tablet atau satu kapsul yang diuji dicelupkan kedalam

bejana atau ditempatkan dalam keranjang dan pengaduk diputar dengan kecepatan

seperti yang ditetapkan dalam monografi. Pada waktu-waktu tertentu contoh dari media

diambil untuk analisis kimia dari bagian obat yang terlarut. Tablet dan kapsul harus

memenuhi persyaratan seperti yang terdapat dalam monografi untuk kecepatan disolusi

3.4 Waktu Hancur

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur

menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang

terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester, yang

berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara

dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu sifat

fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul. Penambahan tekanan

pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan

tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke

dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali

dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit (Nugrahani, 2005).

Bagi tablet tahap penting pertama sebelum melarut adalah pecahnya tablet

menjadi partikel-partikel kecil atau granul, tahap ini disebut disintegrasi. Waktu yang

diperlukan oleh tablet untuk hancur ditentukan oleh alat seperti yang dinyatakan dalam

USP/NF. Perlengkapan USP untuk menguji daya hancur tablet memakai 6 tabung gelas

sepanjang 3 inci yang terbuka di bagian atas, sedangkan di bagian bawah keranjang ada

saringan ukuran 10 mesh. Untuk menguji waktu hancur tiap tabung diisi oleh 1 tablet,

Page 13: Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat

kemudian keranjang diletakkan di dalam beaker berisi 1 liter air, cairan lambung buatan,

atau cairan usus buatan pada 37°C ± 2°C. Keranjang itu bergerak turun-naik, dan tablet

harus tetap berada 2,5 cm dari permukaan atas cairan dan 2,5 cm dari dasar beaker.

Gerakan turun naik keranjang berisi tablet diatur oleh sebuah motor yang bergerak

sepanjang 5 sampai 6 cm, pada frekuensi 28 sampai 32 kali per menit. Sebuah lempeng

plastik yang dilubangi dapat pula digunakan dalam uji ini. Lempeng tersebut diletakkan

di atas tablet, dan menimbulkan gerakan abrasi pada tablet. Lempeng ini sangat berguna

bagi tablet yang mengapung.

Agar syarat USP terpenuhi tablet harus hancur dan semua partikel harus dapat

menembus saringan mesh 10 dalam waktu yang sudah ditentukan. Bila ada sisa yang

tertinggal, maka sisa tersebut harus mempunyai masa yang lunak dan tidak boleh ada

inti tablet yang tumpah. Prosedur ini dikatakan dapat dipakai untuk menentukan waktu

hancur tablet tidak bersalut, tablet bersalut biasa, tablet bersalut enterik, tablet bukal,

dan tablet sublingual. Tablet menurut USP yang tidak bersalut mempunyai standar

waktu hancur paling rendah 5 menit (tablet aspirin), tetapi kebanyakan tablet memiliki

waktu hancur 30 menit. Tablet salut enterik tidak boleh hancur setelah 1 jam di dalam

cairan lambung buatan. Tablet salut enterik ini kemudian diuji dalam cairan usus

buatan, dan tablet harus pecah dalam 2 jam ditambah waktu yang dinyatakan pada

monografinya (Lachman dkk., 2008).