Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat
-
Upload
ika-himawari -
Category
Documents
-
view
929 -
download
22
Transcript of Teori Dasar Laporan Pengenalan Alat
BAB ITUJUAN DAN TEORI DASAR
1.1. TUJUANa. Mengenal alat-alat yang akan di gunakan pada nantinya pada saat oraktikum
nonsterilb. Mengetahui prinsip kerja dari alat yang akan digunakan dalam pembuatan tablet
dan granulasi
1.2. TEORI DASAR
1.2.1 Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-tablet dapat
berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan
dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.
Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan
dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-
lapisan dalam berbagai jenis (Ansel, 1989).
Pembuatan sediaan tablet dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu, metode
granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode untuk
pembuatan sediaan tablet biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan
dibuat tablet, tergantung dari ketahanan zat tersebut terhadap panas atau kelembapan,
kestabilannya serta besar kecilnya dosis (Anonim, 2010).
Granulasi basah merupakan suatu proses pencampuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat
dengan jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.
Metode granulasi basah digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.
Keuntungan dari metode granulasi basah ini adalah memperoleh aliran yang baik,
meningkatkan komprebilitas, mengontrol pelepasan, mencegah pemisahan komponen-
komponen campuran selama proses dan meningkatkan kecepatan disolusi. Sedangkan
kekurangan dari metode granulasi basah yaitu banyak tahap dalam proses produksi yang
harus divalidasi, biaya yang diperlukan cukup tinggi, zat aktif yang sensitif terhadap
lembab dan panas tidak dikerjakan dengan cara ini dan untuk zat termolabil dilakukan
dengan pelarut non air (Anonim, 2010).
Metode granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam
memproduksi tablet kompresi (Ansel, 1989). Adapun prinsip dari metode granulasi
basah ini adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai
mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, dan kemudian massa basah tersebut
digranulasi (Anonim, 2010). Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk
dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, dimana teknik ini membutuhkan
larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke
campuran serbuk dan cairan dimasukkan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki
peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk diantara partikel dan
kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat,
gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan
granul bila cairan sudah ditambahkan (Anonim, 2010). Pencampuran dilanjutkan
sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika
sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan
diberi tekanan dengan alat penggiling dengan tujuan agar terbentuk granul sehingga luas
permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah
pengeringan, granul diayak kembali dimana ukuran ayakan tergantung pada alat
penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat (Anonim, 2010).
Setelah pengayakan kering biasanya bahan pelincir kering ditambahkan ke dalam
granul. Sehingga setiap granul dilapisi oleh bahan pelincir. Bahan pelincir yang umum
digunakan adalah talk, magnesium stearat, dan kalsium stearat. Manfaat pelincir dalam
pembuatan tablet kompresi adalah untuk mempercepat aliran granul dalam corong ke
dalam rongga cetakan, mencegah melekatnya granul dengan punch, selama pengeluaran
tablet mengurangi pergesekan antara tablet dan dinding cetakan (Ansel, 1989).
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau penambahan
bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa
yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan
menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Dengan metode ini baik
zat aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya
besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah
dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk
mengeringkannya memerlukan temperatur yang tinggi (Ansel, 1989).
Metode kompresi (kempa) langsung dapat digunakan pada beberapa bahan obat
seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium klorida, dan metenamin yang memiliki
sifat mudaj mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan
untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau
kering (Ansel, 1989). Metode kompresi langsung memiliki beberapa keuntungan
penting seperti tenaga kerja yang sedikit, proses kering (Lachman dkk., 2008).
Evaluasi Sediaan Tablet
BAB IIPRAFORMULASI
-
BAB IIIFORMULASI
-
BAB IVALAT DAN BAHAN
4.1. ALAT
- Hardness Tester
- Bransonic 1510
- Neraca Digital
- Tap Density Tester
- Disintegration Tester
- Elektromagnetic Sieve Shaker
- Mesin Tablet
4.2. BAHAN
- 6 buah tablet
BAB VPROSEDUR KERJA
5.1. Hardness Tester
5.2. Bransonic 1510
5.3. Neraca Digital
5.4. Tap Density Tester
Alat Hardness Tester dihidupkan
Tombol enter ditekan untuk kalibrasi awal
Ditekan setup dan dipilih unit untuk memilih satuan yang akan digunakan (Newton) dan ditekan CL untuk kembali
Dihitung diameter tablet secara manual
Ditekan measurement untuk melakukan pengukuran dan dipilih New Direct Measure
Pada nominal diameter ditekan angka rata-rata pada pengukuran diameter tablet, dan number hardness untuk mengetahui jumlah tablet yang digunakan
Ditekan tombol enter untuk memulai yang diawali dengan kalibrasi awal (zero jaw), yang dilanjutkan dengan pengukuran pertama
Pengukuran pertama dengan menaruh 1 buah tablet pada alat dan ditunggu sampai alat menghitung kekerasan dari tablet tersebut, selanjutnya dibersihkan dengan kuas
dan kembali diletakkan tablet selanjutnya pada alat.
5.5. Disintegrator Tester
Satu tablet dimasukkan ke dalam tabung dari keranjang
Dimasukkan cakram pada tiap tabung dan alat dijalankan
Medium yang digunakan adalah air dengan suhu 37°C ± 2°C kecuali dinyatakan lain menggunakan cairan yang tercantum dalam masing-masing monografi
Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, dilakukan pengujian ulang dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna
Granul yang terbentuk dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan volume 100 mL atau 250 mL, dan diberi tanda batas yang dinyatakan dengan volume awal (V0)
Gelas ukur ditempatkan pada alat tap density tester dan dilakukan pengesetan waktu yang dibutuhkan agar volume yang di dapatkan menjadi mampat (Vtap)
Ditekan tombol start
Dilakukan pengukuran volume mampat dengan mengukur tinggi granul pada gelas ukur yang digunakan
Dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus:
I=(1-V tap
V 0
)× 100%
Persyaratan : I<20%
5.6. Electromagnetic Sieve Shaker
BAB VI
DATA/HASIL PRAKTIKUM
6.1. Data Pengamatan Kekerasan Tablet
Tablet (13 mm) Kekerasan (N)
I 89
II 94
III 94
IV 94
Dari data tersebut diperoleh rata-rata kekerasan dari tablet sebesar:
Kekerasan=Kekerasan I + Kekerasan II + Kekerasan III + Kekerasan IVn
=89 + 94 + 94 +944
= 92,75 N
Tablet (13 mm) Kekerasan (N) (x- x ) (x- x )2
I 89 -3,75 14,06
II 94 1,25 1,56
Keranjang yang berisi tablet diangkat dan dilakukan pengamayan pada semua tablet dimana semua tablet harus hancur sempurna
Untuk tablet yang tidak bersalut waktu yang dibutuhkan untuk hancur sempurna dan melewati kasa pada tabung tidak lebih dari 15 menit
III 94 1,25 1,56
IV 94 1,25 1,56
∑(x- x ) 18,74
Standar Deviasi = √ Σ(x−x)2
n−1
= √18 ,743
= 2,45
BAB VIIPEMBAHASAN HASIL
Mesin Pengempa Tablet
Mesin pengempa tablet atau pencetak tablet dirancang dengan komponen-
komponen dasar sebagai berikut:
1. Hopper untuk menahan/tempat menyimpan dan memasukkan granulat yang akan
dikempa.
2. Die yang menentukan ukuran dan bentuk tablet.
3. Punch untuk mengempa granulat yang terdapat di dalam die.
4. Jalur cam untuk mengatur gerakan punch.
5. Suatu mekanisme pengisisan untuk menggerakkan/memindahkan granul dari
hopper ke dalam die.
Pencetak tablet dibagi dua, pencetak tunggal atau pencetak ganda berputar.
Seluruh pengempaan dilakukan oleh punch atas sehingga membuat mesin itu seperti
sebuah "pencetak perangko". Pencetak ganda disebut rotari (berputar), sebab
berputarnya bagian kepala dari mesin tablet yang memegang punch atas, dies dan punch
bawah pada tempatnya. Bila bagian kepala berputar, punch dituntun ke atas dan ke
bawah oleh jalur cam yang diam, yang mengontrol urut-urutan pengisian, pengempaan,
dan pendorongan keluar. Bagian dari kepala yang memegang punch di atas disebut
turret atas, yang memegang punch bawah disebut turret bawah, sedangkan bagian yang
memegang die disebut meja die. Pada saat mulai granul yang berada di dalam hopper
masuk ke dalam rangka pengisi yang mempunyai beberapa kompartemen yang saling
berhubungan. Kompartemen-kompartemen ini menyebarkan granul secara luas untuk
menyediakan waktu bagi die untuk diisi. Turunnya cam menuntun punch bawah ke
dasar, hal ini memungkinkan die untuk diisi berlebihan. Punch itu kemudian melalui
cam pengontrol berat yang mengurangi isi die sampai jumlah yang diinginkan. Pisau
pembersih pada ujung memindahkan kelebihan granul dan membawanya kembali
mengelilingi turret ke bagian muka rangka pengisi. selanjutnya punch bawah bergerak
di atas roda pengempa bawah, bersamaan dengan itu punch atas lewat di bawah roda
pengempa atas. Punch atas bergerak pada jarak tertentu di dalam die sedangkan punch
bawah naik untuk meremas dan memadatkan granul yang ada dalam die. Untuk
mengatur gerakan ke atas dari punch, ketinggian dari roda pengempa bawah diubah-
ubah. Setelah pengempaan punch atas punch atas ditarik keluar mengikuti naiknya cam
dari punch atas, punch bawah mengikuti naiknya cam, ini membuat tablet sedikit di atas
permukaan die. Posisi yang tepat ditentukan oleh skrup yang beralur yang disebut
tombol pelepas. Tablet akan melewati pisau pembersih dan meluncur jatuh ke dalam
wadah penampung (Lachman dkk., 2008).
Evaluasi tablet dilakukan untuk menjamin dan menjaga kualitas suatu sediaan
tablet. Dalam industri farmasi, evaluasi tablet adalah kunci dari Quality Assurance dan
Quality Control. Uji evaluasi tablet dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu uji organoleptis,
uji fisika kimia, uji keamanan atau toksisitas, dan uji mikrobiologi. Uji organoleptis
terdiri dari pengujian warna, bau dan rasa. Uji fisika kimia terdiri dari pengujian
keseragaman ukuran, kerapuhan (friabilitas), kekerasan tablet, disolusi, waktu hancur,
dan uji kadar zat aktif. Uji keamanan atau toksisitas digunakan untuk menguji apakah
terdapat zat lain yang bersifat toksik dalam sediaan. Sedangkan uji mikrobiologi
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya mikroorganisme yang tumbuh pada sediaan
tablet. Evaluasi sediaan tablet jadi meliputi : uji organoleptis, uji keseragaman bobot, uji
kekerasan, uji kerapuhan tablet, uji disolusi, dan uji waktu hancur.
3.1 Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan
tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester.
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan
tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama
pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran
dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).
Beberapa alat untuk uji kekerasan tablet yang masih dipakai adalah alat penguji:
Monsanto, Strong-Cobb, Pfizer, Erweka, dan Schleuniger. Alat penguji yang paling
awal dipakai adalah alat penguji Monsanto yang ditemukan kurang lebih 50 tahun yang
lalu. Alat ini terdiri dari suatu barel (pipa) yang mempunyai per yang dapat ditekan
yang terletak diantara dua katup penghisap. Katup yang bawah diletakkan bersentuhan
dengan tablet, dan keadaan ini dibaca/ditandai 0. Kemudian katup atas ditekan melawan
per dengan memutar mur/sekrup sampai tabletnya patah. Pada waktu per ditekan,
penunjuk bergerak menunjukkan tenaga. Tenaga yang mematahkan tablet dicatat, dan
pembacaan tenaga nol dikurangi dari situ. Untuk mengatasi sifat manual dan lamanya
waktu yang diperlukan pada pemakaian alat penguji Monsanto, maka dua puluh tahun
kemudian dikembangkan alat penguji Strong-Cobb. Desai asli memakai penghisap yang
diaktifkan dengan memompa tangan tuas yang menekan landasan yang tetap/tidak
bergerak dengan tekanan hidraulik. Tekanan yang diperlukan untuk mematahkan tablet
dapat dobaca pada meteran hidraulik. Kemudian dibuat modifikasi dari alat penguji
Strong-Cobb dengan memakai tenaga tekanan udara bukan pompa manual.
Kira-kira sepuluh tahun kemudian dikembangkan alat penguji Pfizer. Prinsip
kerja alat ini sama seperti prinsip kerja sepasang penjepit. Bila pegangan penjepit
ditekan, tablet akan tertekan diantara landasan pemegang dan pistonyang dihubungkan
langsung dengan meter pembac. Lempeng penunjuk tetap pada pembacaan saat tablet
pecah dan kembalike nol bila tombol pengatur ditekan. Alat penguji Pfizer lebih banyak
digunakan ibandingkan alat-alat sebelumnya karena kesederhanaannya, harganya yang
rendah, serta kecepatan dalam pemakainnya.
Pada alat penguji Erweka, tablet diletakkan pada landasan bawah, kemudian
landasan itu diatur sampai tepat menyentuh landasan atas. Suatu motor penggerak yang
diberi beban, bergerak sepanjang rel yang perlahan-lahan dan merata memindahkan
tekanan ke tablet. Suatu alat penunjuk yang bergerak sepanjang skala akan
menunjukkan besarnya tenaga pemecah dalam kilogram. Alat penguji Schleuniger
bergerak/dioperasikan dalam posisi horisontal. Suatu landasan yang digerakkan oleh
motor listrik menekan tablet dengan beban yang tetap melawan landasan tetap sampai
tablet pecah. Suatu penunjuk yang bergerak sepanjang skala penunjuk akan memberikan
memberikan nilai kekuatan pemecah. Pembacaan dapat dalam kilogram dan unit
Strong-Cobb. Saat ini alat penguji tersebut paling banyak dipakai dan mempunyai
keuntungan karena cepat dan dapat dilakukan berulang-ulang (Lachman dkk., 2008).
Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10
kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau
lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan
syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang
tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada
saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat
diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang
dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-
masing 10 tablet dari tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat
pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable
adalah 10-20 kg/cm2 (Nugrahani, 2005).
3.2 Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan
permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan
pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot
yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu.
Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit
dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran (Andayana, 2009).
Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator (contoh nya Rosche
friabilator) (Sulaiman, 2007).
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari
debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke
dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan
putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan
dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan
bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih
dari 1% (Andayana, 2009). Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat
abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan,
maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan
mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet
dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan
massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam
tablet (Sulaiman, 2007).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses
pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak
diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang
terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan
nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan (Andayana, 2009).
3.3 Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi
yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali
pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Dalam USP cara pengujian disolusi
tablet dan kapsul dinyatakan masing-masing mononografi obat. Pengujian merupakan
alat yang obyektif dalam menetapkan sifat disolusi suatu obat yang berada dalam
sediaan padat. Karena absorpsi dan kemampuan obat berada dalam tubuh sangat besar
tergantung pada adanya obat dalam keadaan melarut, karakteristik disolusi biasa
merupakan sifat yang penting dari produk obat yang memuaskan.
Secara singkat, alat untuk menguji karakteristik disolusi dan sediaan padat
kapsul atau tablet terdiri dari (1) motor pengaduk dengan kecepatan yang dapat diubah,
(2) keranjang baja stainless berbentuk silinder atau dayung untuk ditempelkan ke ujung
batang pengaduk, (3) bejana dari gelas, atau bahan lain yang inert dan transparan
dengan volume 1000 mL, bertutup sesuai dengan ditengah-tengahnya ada tempat untuk
menempelkan pengaduk, dan ada lubang tempat masuk pada 3 tempat, dua untuk
memindahkan contoh dan satu untuk menempatkan thermometer, dan (4) penangas air
yang sesuai untuk menjaga temperature pada media disolusi dalam bejana. Pada tiap
pengujian, volume dari media disolusi (seperti yang dicantumkan dalam masing-masing
monografi) dtempatkan dalam bejana dan biarkan mencapai temperature 370 C kurang
lebih 0,50 C. Kemudian satu tablet atau satu kapsul yang diuji dicelupkan kedalam
bejana atau ditempatkan dalam keranjang dan pengaduk diputar dengan kecepatan
seperti yang ditetapkan dalam monografi. Pada waktu-waktu tertentu contoh dari media
diambil untuk analisis kimia dari bagian obat yang terlarut. Tablet dan kapsul harus
memenuhi persyaratan seperti yang terdapat dalam monografi untuk kecepatan disolusi
3.4 Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang
terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester, yang
berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara
dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu sifat
fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul. Penambahan tekanan
pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan
tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke
dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali
dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit (Nugrahani, 2005).
Bagi tablet tahap penting pertama sebelum melarut adalah pecahnya tablet
menjadi partikel-partikel kecil atau granul, tahap ini disebut disintegrasi. Waktu yang
diperlukan oleh tablet untuk hancur ditentukan oleh alat seperti yang dinyatakan dalam
USP/NF. Perlengkapan USP untuk menguji daya hancur tablet memakai 6 tabung gelas
sepanjang 3 inci yang terbuka di bagian atas, sedangkan di bagian bawah keranjang ada
saringan ukuran 10 mesh. Untuk menguji waktu hancur tiap tabung diisi oleh 1 tablet,
kemudian keranjang diletakkan di dalam beaker berisi 1 liter air, cairan lambung buatan,
atau cairan usus buatan pada 37°C ± 2°C. Keranjang itu bergerak turun-naik, dan tablet
harus tetap berada 2,5 cm dari permukaan atas cairan dan 2,5 cm dari dasar beaker.
Gerakan turun naik keranjang berisi tablet diatur oleh sebuah motor yang bergerak
sepanjang 5 sampai 6 cm, pada frekuensi 28 sampai 32 kali per menit. Sebuah lempeng
plastik yang dilubangi dapat pula digunakan dalam uji ini. Lempeng tersebut diletakkan
di atas tablet, dan menimbulkan gerakan abrasi pada tablet. Lempeng ini sangat berguna
bagi tablet yang mengapung.
Agar syarat USP terpenuhi tablet harus hancur dan semua partikel harus dapat
menembus saringan mesh 10 dalam waktu yang sudah ditentukan. Bila ada sisa yang
tertinggal, maka sisa tersebut harus mempunyai masa yang lunak dan tidak boleh ada
inti tablet yang tumpah. Prosedur ini dikatakan dapat dipakai untuk menentukan waktu
hancur tablet tidak bersalut, tablet bersalut biasa, tablet bersalut enterik, tablet bukal,
dan tablet sublingual. Tablet menurut USP yang tidak bersalut mempunyai standar
waktu hancur paling rendah 5 menit (tablet aspirin), tetapi kebanyakan tablet memiliki
waktu hancur 30 menit. Tablet salut enterik tidak boleh hancur setelah 1 jam di dalam
cairan lambung buatan. Tablet salut enterik ini kemudian diuji dalam cairan usus
buatan, dan tablet harus pecah dalam 2 jam ditambah waktu yang dinyatakan pada
monografinya (Lachman dkk., 2008).