Teori Amfetamine Case Rskoa
-
Upload
albert-lawu -
Category
Documents
-
view
15 -
download
1
description
Transcript of Teori Amfetamine Case Rskoa
![Page 1: Teori Amfetamine Case Rskoa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073018/55cf98bb550346d033995db4/html5/thumbnails/1.jpg)
SHABU-SHABU (AMFETAMINE)
Shabu shabu merupakan kelompok narkotika yang merupakan stimulans sistem saraf dengan
nama kimia methamphetamine hidrochloride, yaitu turunan dari stimulan saraf amfetamin. Shabu
shabu dikenal juga dengan julukan lain seperti glass, quartz, hirropon atau ice cream. Shabu
shabu umumnya berbentuk kristal berwarna putih seperti gula pasir atau vetsin (bumbu penyedap
makanan). Metamfetamin murni bentuknya seperti pecahan kristal kaca tidak berwarna. Rumus
kimianya adalah (S)-N-methyl-l phenylpropan-2-amine (C10H15N). Dahulu metamfetamin
digunakan tentara ketika berperang untukmenghilangkan rasa takut dan untuk membuat lebih
agresif, seperti pada Perang Dunia yang digunakan oleh tentara Jerman, Rusia dan Jepang.
Metamfetamin dibuat dari Amfetamin yang awalnya digunakan sebagai inhaler pernapasan
(nasal decongestant dan bronchial inhaler) dan senyawa ini aktif bekerja dalam waktu 6-8 jam.
Bahan ini dapat meningkatkan aktifitas dan juga dipakai untuk menurunkan nafsu makan
dalamrangka menguruskan badan. Pada tahun 1950-an shabu shabu banyak digunakan untuk
keperluan medis. Tetapi setelah diketahui berbahaya dan dapat digunakan untuk kejahatan, maka
sekarang penggunaan legal pun sangat ketat sekali.
AMFETAMINE
Struktur kimia dan farmakonetik Amfetamine merupakan suatu senyawa sintetik analog dengan
epinefrin dan merupakan suatu agonis ketekolamin tak langsung. Struktur kimia penting yang
berkaitan dengan efek farmakologis biokimia amfetamine yaitu tidak digantinya cincin fenil
kelompok alfa metil, dua rantai karbon diantara cincin fenil dan nitrogen serta kelompok amino
utama. Manipulasi dari struktur dasar molekul amfetamine bertujuan untuk menurunkan efek
yang tidak diinginkan dan menonjolkan efek yang diinginkan. Perbaikan atau modifikasi struktur
kimia akan menonjolkan atau melemahkan variasi aksi dari amfetamine dan komponen
sejenisnya. Subsitusi gugus methil pada ion hidrogen dalam gugus amino meghasilkan
metamfetamin yang mempunyai efek stimulasi sentral terhadap susunan saraf pusat dan sangat
potensial untuk disalahgunakan. Analog amfetamine dihasilkan dengan merubah cincin fenil atau
etilamin pada rantai lain. Penambahan gugus metil terhadap rantai alfa karbonik menghasilkan
fenteramin yang mempunyai aktivitas anoreksi. Penggantian rantai lain pada gugus siklik seperti
metilfenidat menimbulkan efek stimulasi susunan saraf pusat dan menurunkan efek
kardiovaskuler. Menempatkan satu atau lebih gugus metoksi pada cincin fenil menghasilkan obat
![Page 2: Teori Amfetamine Case Rskoa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073018/55cf98bb550346d033995db4/html5/thumbnails/2.jpg)
dengan efek halusinogen misalnya meskalin. Serbuk metamfetamin dapat digunakan secara
suntikan, inhalasi, dihisap atau dihirup. Sedangkan MDMA biasanya dikonsumsi secara oral
dalam bentuk tablet atau kapsul. Amfetamine sangat baik diabsorbsi melalui permukaan mukosa
dari saluran cerna, nasofaring, cabang trakheobronkhus dan vagina. Penggunaan intravena akan
langsung mencapai otak dalam beberapa detik,pada penggunaan yang dihirup pertama kali
dikondensasi di paru-paru dan secara cepat diabsorbsi kedalam pembuluh darah. Kadar plasma
puncak setelah penggunaan oral terjadi 1-3 jam, hal ini bervariasi tergantung pada aktivitas fisik
dan jumlah makanan dalam lambung Amfetamine mengalami degradasi luas dalam hati dengan
menghasilkan sejumlah metabolit, beberapa diantaranya masih mempunyai aktifitas farmakologi.
Bentuk yang tidak dirubah danmetabolitnya akan diekskresi melalui urine.
Metabolisme amfetamine hati terjadi melalui beberapa cara, antara lain:
1. Aromatik hidroksilasi
Pada proses ini akan dihasilkan fenolik amin yang kemudian akan diekskresi melalui urine atau
berkonjugasi dulu dengan sulfat sebelumdiekskresi. Para hidroksi amfetamine yang merupakan
metabolit inti dari proses ini secara biologi mempunyai efek tiga kali lebi kuat dalam
menginhibisi uptake noradrenalin dibandingkan dengan amfetamine
2. Beta hidroksilasi
Proses ini dilakukan oleh enzim dopamin beta hidroksilase yang merubah dopamin menajdi
norepinefrin dan ha ini rupanya terbatas untuk senyawa amine utama. Bila cincin metabolit
hidroksilasi (misalnya p-hidroksilasi amfetamine) mengalami beta hidroksilasi akan dihasilkan
p-hidroksilasi norefedrin dandpt diserap kedalam ujung-ujung saraf norepinefrin dan
kemungkinan dapat bereaksi sebagai neurotransmiter palsu dengan demikian akan meningkatkan
efek amfetamine.
Amfetamine diekresi melalui urine. Ekskresi melalui ginjal secara kuat ditentukan olh pH urine,
dalam urine dengan pH asam (misalnya pH5) kurang lebih 99% dari dosis amfetamine diionisasi
oleh filtrasi glomerulus dan sisanya diabsorpsi kedlam sistem sirkulasi. Dengan demikian
pengobatan dari overdosis adalah dengan pengasaman urine.
2. Mekanisme kerja dan neurokimiawi
![Page 3: Teori Amfetamine Case Rskoa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073018/55cf98bb550346d033995db4/html5/thumbnails/3.jpg)
Amfetamine adalah senyawa yang mempunyai efek simpatomimetik tak langsung dengan
aktivitas sentral maupun perifer. Strukturnya sangat mirip dengan katekolamin endogen seperti
epinefrin, norepinefrin dan dopamin. Efek alfa dan beta adrenergik disebabkan oleh keluarnya
neurotransmiter dari daerah presinap. Amfetamine juga mempunyai efek menghalangi re-uptake
dari katekolamin oleh neuron presinap dan menginhibisi aktivitas monoamin aksidase, sehingga
konsentrasi dari neurotransmitter cenderung meningkat dalam sinaps. Mekanisme kerja am pada
susunan saraf pusat dipengaruhi oleh pelepasan biogenik amine yaitu dopamin, norepinefrin dan
serotonis atau ketiganya dari tempat penyimpanan pada presinap yang terletak pada akhiran
saraf. Efek yang dihasilkan dapat melibatkan neurotransmitter atau sistim monoamine oxidase
(MAO) pada ujung presinaps saraf. Dari beberapa penelitian pada binatang diketahui pengaruh
amfetamine terhadap ketiga biogenik amin tersebut yaitu:
a. Dopamin
Amfetamine menghambat reuptake dan secara langsung melepaskan dopamin yang baru
disintesa. Pada penelitian didapatkan bahwa isomer dekstro dan levo amfetamine mempunyai
potensi yang sama dalam menghambat up take dopaminergik dari sinaptosom di hipothalamus
dan korpus striatum tikus.
b. Norepinefrin
Amfetamine memblok reuptake norepinefrin dan juga menyebabkan pelepasan morepinefrin
baru, penambahan atau pengurangan karbon diantara cincin fenil dan nitrogen melemahkan efek
amfetamine pada pelepasan re uptake norepinefrin
c. Serotonin
Secara umum, amfetamine tidak mempunyai efek yang kuat pada sistem serotoninergik. Menurut
Fletscher p-chloro-N-metilamfetamin mengosongkan kadar 5 hidroksi triptopfan (5-HT) dan 4
hidroksi indolasetik acid (5-HIAA), sementara kadar norepinefrin dan dopamin tidak berubah.
Hasil yang sama dilaporkan juga oleh Fuller dan Molloy, Moller Nielsen dan Dubnick bahwa
devirat amfetamine dengan elektron kuat yang menarik penggantian pada cincin fenil akan
mempengaruhi sistim serotoninergik. Aktivitas susunan saraf pusat terjadi melalui kedua jaras
adrenergik dan dopaminergik dalam otak dan masing-masing menimbulkan aktivitas lokomortor
serta kepribadian stereotopik. Stimulasi pada pusat motorik di daerah media otak depan (medial
forebrain) menyebabkan peningkatan dari kadar norepinefrin dalam sinaps dan menimbulkan
euforia serta meningkatkan libido. Stimulasi pada ascending reticular activating system (ARAS)
![Page 4: Teori Amfetamine Case Rskoa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073018/55cf98bb550346d033995db4/html5/thumbnails/4.jpg)
menimbulkan peningkatan aktivitas motorik dan menurunkan rasa lelah. Stimulasi pada sistim
dopaminergik pada otak menimbulkan gejala yang mirip dengan skizifrenia dari psikosa
amfetamine
PATOFISIOLOGI
Penggunaan amfetamine kronis dan dosis tinggi menimbulkan perubahan toksik secara
patofisiologi. Efek toksik penggunaan amfetamine kronis dengan dosis tinggi terhadap:
a. Otak
Penggunaan amfetamine secara kronis dengan dosis tinggi akan menginduksi perubahan toksik
pada sistim monoaminergik pusat. Seiden dan kawan-kawan melakukan penelitian pada kera
dengan menyuntikkan sebanyak 8kali/hari (dosis 3-6,5 mg/kg) selama 3-6 bulan. Setelah 24 jam
pemberian dosis terakhir memperlihatkan kekosongan norepinefrin pada semua bagian otak
(pons, medula, otak tengah, hipothalamus dan korteks frontal). Setelah 3-6 bulan suntikan
terakhir, norepinefrin masih tetap rendah di otak tengah dan korteks frontal. Sedangkan pada
hipothalamus dan pons kadar norepinefrin sudah meningkat. Kadar dopamin terdepresi hanya
pada darah, bagian otak lain tidak terpengaruh. Kondisi toksik amfetamine ini juga
mempengaruhi sistim serotoninergik, hal ini diperlihatkan dengan perubahan aktivitas triptophan
hidroksilase terutama pada penggunaan fenfluramin. Rumbaugh melaporkan pada pemakaian
amfetamine kronis dengan dosis tinggi mempengaruhi vaskularisasi otak. Penelitian pada kera
yang diberi injeksi metamfetamin selama 1 tahun menunjukkan perubahan yang luas dari
arteriola kecl dan pembuluh kapiler. Selanjutnya dapat terjadi hilangnya sel neuron dan
berkembangnya sel-sel glia, satelit dan nekrohemorrhage pada serebelum dan hipothalamus
b. Perifer
Efek yang menonjol adalah terhadap kerja jantung. Katekolamin mempengaruhi sensitivitas
miokardium pada stimulus ektopik, karena itu akan menambah resiko dari aritmia jantung yang
fatal. Efek perifer yang lain adalah terhadap pengaruh suhu (thermo-regulation). Amfetamine
mempengaruhi pengaturan suhu secara sentral di otak oleh peningkatan aktivitas hipothalamus
anterior. Penyebab kematian yang besar pada toksisitas amfetamine disebabkan oleh
hiperpireksia. Mekanisme toksisitas dari amfetamine terutama melalui aktivitas sistim saraf
simpatis melalui situmulasi susunan saraf pusat, pengeluaran ketekholamin perifer, inhibisi
![Page 5: Teori Amfetamine Case Rskoa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073018/55cf98bb550346d033995db4/html5/thumbnails/5.jpg)
reuptake katekholamine atau inhibisi dari monoamin aksidase. Dosis toksik biasanya hanya
sedikit diatas dosis biasa. Amfetamine juga merupakan obat/zat yang sering disalahgunakan.
Efek amfetamine yang berhubungan dengan penyalahguaan dapat dibedakan dalam 2 fase:
- Fase awal
Selama fase ini efek akut dari amfetamine ditentukan oleh efek farmakologinya (pelepasan
dopamin) dan akan menimbulkan:
o Euforia
o Energi yang meningkat
o Menambah kemampuan bekerja dan interaksi sosial Efek ini timbul sesaat setelah
mengkonsumsi
- Fase konsilidasi
Konsumsi yang lama dan intermiten, membuat individu akan meningkatkan dosis untuk
mendapatkan efek yang lebih besar. Pada pemakaian yang terus-menerus individu akan
meningkatkan frekuensi dan dosis zat untuk merasakan flash atau rush dari penggunaan
amfetamine.
EFEK KLINIS AMFETAMIN
Saat ini penggunaan amfetamine hanya mempunyai 3 indikasi secara medis yaitu narkolepsi,
ADHS pada anak-anak dan obesitas. Untuk narkolepsidosis yang dianjurkan adalah antara 20-60
mg/hari. Pada ADHD dosis berkisar antara 2,5 ? 40 mg/hari. Sedangkan pada obesitas
amfetamine sering menyebabkan adiksi dan penyalahgunaan. Dalam waktu singkat jelas
menekan nafsu makan, tetapi bila jangka lama akan timbul toleransi terhadap efek anoreksia.
Amfetamine merupakan stimulan kuat terhadap susunan saraf pusat dengan aksi alfa dan beta
adrenergik di perifer yang meyerupai obat-obat simpatomimetik tak langsung. Pada susunan
saraf pusat amfetamine menstimulasi korteks serebri, striatum, sistim limbik dan batang otak.
Pada manusia dengan dosis kecil atau sedang (5-15mg) akan mempengaruhi susunan saraf pusat
dengan gejala:
- Meningkatkan kewaspadaan
- Meningkatkan aktivitas lokomotor
![Page 6: Teori Amfetamine Case Rskoa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073018/55cf98bb550346d033995db4/html5/thumbnails/6.jpg)
- Meningkatkan mood
- Menurunkan nafsu makan
- Euforia
- Hiperthermi
Kadar plasma yang dicapai pada dosis tersebut adalah 5-10?g/100 ml. Pada penggunaan dosis
tinggi secara tunggal (? 20-30 mg) atau pemakaian yang terus menerus dengan dosis kecil selama
beberapa hari amfetamine dapat menginduksi keadaan psikosa toksik yang ditandai oleh:
- Pemikiran delusional
- Halusinasi dengar
Gejala-gejala tersebut sangat erat berhubungan dengan suatu Skizofren paranoid akut.
Diakatakan pula bahwa pada pemakaian dengan dosis 10-30 mg dekstro amfetamine
menimbulkan gejala:
- Mengurangi rasa lelah
- Meningkatkan inisiatif
- Menigkatkan daya konsentrasi
- Insomnia
Pada penggunaan dengan dosis tinggi akan menimbulkan:
- Kejang-kejan
- Gerakan stereotipik
- Psikosis
Efek Sistemik
Sistem kardiovaskuler
Terhadap jantung amfetamine menimbulkan sinus takhikardi. Selain itu juga menyebabkan
hipertensi
Rhabdomiolisis
Koppel membedakan rhabdomiolisis primer akibat toksin dan sekunder akibat iskemia atau
hipokalemi. Pada gangguan amfetamine rhabdomiolisis disebabkan sekunder akibat iskemia otot
pada overdosis dari obat. Hal ini dapat merupakan akibat dari kompresi otot lokal saat koma,
kejang yang terjadi terus menerus dan mioklonos, pemakaian kronis dari amfetamine yang
menyebabkan hipokalemi
![Page 7: Teori Amfetamine Case Rskoa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073018/55cf98bb550346d033995db4/html5/thumbnails/7.jpg)
Kerusakan ginjal
Amfetamine mengakibatkan myoglobinuric tubular necrosis, sedangkan metamfetamine dapat
menyebabkan Proliferatif Glomerulonephritis akibat dari suatu systemic necrotizing vasculitis.
Biasanya terjadi bila amfetamine digunakan secara intravena, Merupakan keadaan yang jarang
terjadi, dan timbul bila terjadi overdosis. Yang paling sering adalah derivat metamfetamin
Gangguan GIT
Amfetamine dapat menyebabkan toksisitas pada kolonm akibat iskemi
Gangguan Kardio vaskular
Amfetamine dapat menyebabkan:
- hipertensi
- sinus tekhikardia
- iskemi miokard
Fungsi seksual
Amfetamine menyebabkan ejakulasi spontan
Sistem endokrin
Fenfluramin menyebabkan hiperprolaktiemia
Hiperthermia
Mekanisme hiperthemia akibat amfetamine biasanya akibat gangguan thermoregulasi. Selain itu
sind hiperthermi sentral dapat diakibatkan oleh drug induce amfetamine yang menimbulkan
hiperrefleksi otonom (meningkatkan produksi panas). Peningkatan suhu khas berkisar 39o-40oC.
Biasanya suhu kembali normal dalam 48-72 jam bila obat dihentikan, tetapi dpr menetap
beberapa hari sampai minggu bila disertai rash makulopapulaer akibat reaksi obat. Hiperthermi
biasanya berhubungan dengan intoksikasi. Merupakan gejala yang paling sering ditemukan dan
keadaan ini dapat reversibel
Efek Psikiatris
- Psikosa
Psikosa akibat amfetamine sebagian besar berupa skizofrenia paranoid
- Depresi
Derivat amfetamine yang dapat menimbulkan depresi terutama adalah fenfluramin
- Agresif
![Page 8: Teori Amfetamine Case Rskoa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073018/55cf98bb550346d033995db4/html5/thumbnails/8.jpg)
Violence adalah tingkah laku khas ditandai dengan menyerang secara agresif atau membunuh.
Hal ini dapat dipresipilasi oleh gangguan mental, situasi frustasi atau penyakit organik.
Efek Neurologis
- Gangguan kesadaran
Gangguan kesadaran dapat terjadi pada penggunaan amfetamine. Koma pada amfetamine
biasanya terjadi setelah kejang, tetapi pada pengguna narkotika koma dapat terjadi berhubungan
dengan:
- overdosis, murni (jarang), campuran dengan sedatif
- hipoksia, edema paru, aspirasi pneuminitis,pneumoni
- hipoglikemia
- postanoksik ensefalopati
- trauma
- kejang
- sepsis
- hepatik ensefalopati
Gambaran klinis dibagi menjadi beberapa stadium:
- agitasi
- agresif
- paranoid
- halusinasi
Gejala fisik:
- pireksia
- hipertensi
- tachicardi
- aritmia
- dilatasi pupil
- tremor
- kejang
Movement disorders
![Page 9: Teori Amfetamine Case Rskoa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073018/55cf98bb550346d033995db4/html5/thumbnails/9.jpg)
Chorea merupakan gangguan yang sering ditemukan. Hal ini ditemukan sebagai reaksi toksik
setelah pemakaian kronis. Pada dosis kecil kadang-kadang menimbulkan chorea pada tungkai
dan orofasial yang reversibel. Pada pengguna kronis dapat timbul chorea generalisata
Efek pertumbuhan
Pada anak-anak amfetamine dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Hal ini terjadi pada
pemakaian kronis. Anak-anak hanya dapat tumbuh sampai 60-75% dari normal, tetapi bila obat
dihentikan maka tampak pertumbuhan anak akan kembali berlangsung bahkan sangat cepat.
Stroke
Vaskulitis sistemik ditemukan setelah pemakaian kronis intravena dan oral dari amfetamine.
Pada usia muda proses vaskulitis terbatas pada sirkulasi serebri sehingga dapat menimbulkan
sindroma stroke akut. Mekanisme terjadinya vasklitis ini tidak jelas.
Stroke perdarahan
Amfetamine dapat menyebabkan perdarahan intraserebral melalui mekanisme vaskulopati
ataupun hipertensi akut. Perdarahan otak dapat terjadi setelah pemakaian amfetamine biasanya
secara injeksi. Perdarahan intraserebral ataupun subarakhnoid dapat terjadi pada pengguna
amfetamine
Kejang
Pada pengguna amfetamine kejang dapat timbul baik pada pemakaian pertama kali ataupun pada
pemakaian kronis, biasanya akibat intoksikasi akut. Kejang dapat berupa kejang fokal, umum,
tonik klonik ataupun status epilepsi. Seluruh kasus kejang pada pemakai amfetamine terjadi pada
pemakai secara intravena.
Sindroma toksik dari amfetamine:
Memberikan gambaran sindroma simpatomimetik. Gejala yang sering ditemukan:
- defusi
- paranoid
- takhikardi (atau bradikardi bila obat murni alfa adrenergik agonis)
- hipertensi
- diaphoresis
- piloereksi
- midriasis
![Page 10: Teori Amfetamine Case Rskoa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073018/55cf98bb550346d033995db4/html5/thumbnails/10.jpg)
- hiperrefleksi
- kejang, hipotensi dandisritmia dapat terjadi pada kasus yang berat
DIAGNOSA
Amfetamine dapat disalahgunakan melalui cara inhaler, penyalahgunaan obat yang tidak rutin
(occasional abuse), penyalahgunaan obat yang kronik (chronic oral abuse), penyalahgunaan
melalui intravena (intravenous abuse). Diagnosa biasanya berdasarkan:
Riwayat pengguna amfetamine dan gambaran klinik dari intoksikasi obat
simpatomimetik.
Pemeriksaan spesifik Amfetamine dapat dideteksi melalui urine dan cairan lambung.
Bagaimanapun kadar serum kuantitatif tidak berhubungan dengan beratnya efek klinis.
Amfetamin ditemukan sangat cepat setelah penggunaan dan dieksresi hanya dalam
beberapa hari. Toksisitas sangat kurang berhubungan dengan kadar dalam serum.
Dilaporkan pula bahwa untuk mendeteksi penyalahgunaan amfetamine dapat diperiksa
pada rambut manusia. Pada keringat amfetamine dapat dideteksi segera setelah
dikonsumsi. Saliva atau air liur dapat digunakan pula sebagai bahan untuk mendeteksi
amfetamine. Tetapi kadar obatnya jauh lebih rendah daripada dalam urine,biasanya dapat
digunakan pada keadaan toksik akut.
Pemeriksaan lain Kadar elektrolit, glukosa, BUN dan kreatinin, COK, urinalisis, urine
dipstick test untuk memeriksa hemoglobin yang tersembunyi. EKG dan monitoring EKG,
serta CT scan.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terhadap toksisitas dari amfetamine bertujuan untuk menstabilisasi fungsi vital,
mencegahabsorbsi obat yang lebih lanjut, mengeliminasi obat yang telah diabsorbsi, mengatasi
gejala toksik spesifik yang ditimbulkan dan disposisi. Toksisitas amfetamine kurang
berhubungan dengan kadar dalam serum, penatalaksanaan hanyab berupa perawatan tidak
spesifik berdasarkan gejala klinik yang ditimbulkan.
1. Tindakan emergensi dan suportif
a. Mempertahankan fungsi pernafasan
![Page 11: Teori Amfetamine Case Rskoa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073018/55cf98bb550346d033995db4/html5/thumbnails/11.jpg)
- Terapi agitasi: Midazolam 0,05-0,1 mg/Kg IV perlahan-lahan atau 0,1 - 0,2 mg/kg IM;
Diazepam 0,1-0,2 mg/kg IV perlahan-lahan; Haloperidol 0,1-0,2/kg IM atau IV perlahan-
lahan.
- Terapi kejang: Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB IV; Phenitoin 15-20 mg/kg BB infus dengan
dosis 25-50 mg/menit; pancuronium dapat digunakan bila kejang tidak teratasi terutama
dengan komplikasi asidosis dan atau rabdomiolisis
- Terapi coma : Awasi suhu, tanda vital dan EKG minimal selama 6 jam
b. Terapi spesifik dan antidotum, pada amfetamine tidak ada antidotum khusus
c. Terapi hipertensi: phentolamine atau nitroprusside
d. Terapi takiaritmia: propanolol atau esmolol
e. Terapi hiperthermia: bila gejalaringan terapi dengan kompres dingin atau sponging bila suhu
lebih dari 40oC atau peningkatansuhu berlangsung sangat cepat terapi lebih agresif dengan
menggunakan selimut dingin atau ice baths. Bila hal ini gagal dapat digunakan Dantrolene.
Trimethorfan 0,3-7 mg/menit IV melalui infus
f. Terapi hipertensi dengan bradikardi atau takikardi bila ringan biasanya tidak memerlukan obat-
obatan. Hipertensi berat (distolik > 120 mmHg) dapat diberikan terapi infus nitroprusid atau
obat-obat lain seperti propanolol, diazoksid, khlorpromazine, nifedipin dan fentolamin.
g. Gejala psikosa akut sebaiknya diatasi dengan supportive environment dan evaluasi cepat
secara psikiatri. Gejala yang lebih berat dapat diberikan sedatif dengan khlorpromazin atau
haloperidol.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi dari saluran cerna setelah penggunaan amfetamine tergantung pada jenis obat
yang digunakan, jarak waktu sejak digunakan, jumlah obat dan tingkat agitasi dari pasien. Pada
pasien yang mempunyai gejala toksik tetapi keadaan sadar berikan arang aktif 30-100 gr pada
dewasa dan pada anak-anak 1-2 gr/kg BB diikuti atau ditambah dengan pemberian katartik
seperti sorbitol. Bila pasien koma lakukan kumbah lambung dengan menggunakan naso atau
orogastric tube diikuti dengan pemberian arang aktif.