Teori Amfetamine Case Rskoa

17
SHABU-SHABU (AMFETAMINE) Shabu shabu merupakan kelompok narkotika yang merupakan stimulans sistem saraf dengan nama kimia methamphetamine hidrochloride, yaitu turunan dari stimulan saraf amfetamin. Shabu shabu dikenal juga dengan julukan lain seperti glass, quartz, hirropon atau ice cream. Shabu shabu umumnya berbentuk kristal berwarna putih seperti gula pasir atau vetsin (bumbu penyedap makanan). Metamfetamin murni bentuknya seperti pecahan kristal kaca tidak berwarna. Rumus kimianya adalah (S)-N-methyl-l phenylpropan-2- amine (C10H15N). Dahulu metamfetamin digunakan tentara ketika berperang untukmenghilangkan rasa takut dan untuk membuat lebih agresif, seperti pada Perang Dunia yang digunakan oleh tentara Jerman, Rusia dan Jepang. Metamfetamin dibuat dari Amfetamin yang awalnya digunakan sebagai inhaler pernapasan (nasal decongestant dan bronchial inhaler) dan senyawa ini aktif bekerja dalam waktu 6-8 jam. Bahan ini dapat meningkatkan aktifitas dan juga dipakai untuk menurunkan nafsu makan dalamrangka menguruskan badan. Pada tahun 1950-an shabu shabu banyak digunakan untuk keperluan medis. Tetapi setelah diketahui berbahaya dan dapat digunakan untuk kejahatan, maka sekarang penggunaan legal pun sangat ketat sekali. AMFETAMINE Struktur kimia dan farmakonetik Amfetamine merupakan suatu senyawa sintetik analog dengan epinefrin dan merupakan suatu agonis ketekolamin tak langsung. Struktur kimia penting yang

description

asda

Transcript of Teori Amfetamine Case Rskoa

Page 1: Teori Amfetamine Case Rskoa

SHABU-SHABU (AMFETAMINE)

Shabu shabu merupakan kelompok narkotika yang merupakan stimulans sistem saraf dengan

nama kimia methamphetamine hidrochloride, yaitu turunan dari stimulan saraf amfetamin. Shabu

shabu dikenal juga dengan julukan lain seperti glass, quartz, hirropon atau ice cream. Shabu

shabu umumnya berbentuk kristal berwarna putih seperti gula pasir atau vetsin (bumbu penyedap

makanan). Metamfetamin murni bentuknya seperti pecahan kristal kaca tidak berwarna. Rumus

kimianya adalah (S)-N-methyl-l phenylpropan-2-amine (C10H15N). Dahulu metamfetamin

digunakan tentara ketika berperang untukmenghilangkan rasa takut dan untuk membuat lebih

agresif, seperti pada Perang Dunia yang digunakan oleh tentara Jerman, Rusia dan Jepang.

Metamfetamin dibuat dari Amfetamin yang awalnya digunakan sebagai inhaler pernapasan

(nasal decongestant dan bronchial inhaler) dan senyawa ini aktif bekerja dalam waktu 6-8 jam.

Bahan ini dapat meningkatkan aktifitas dan juga dipakai untuk menurunkan nafsu makan

dalamrangka menguruskan badan. Pada tahun 1950-an shabu shabu banyak digunakan untuk

keperluan medis. Tetapi setelah diketahui berbahaya dan dapat digunakan untuk kejahatan, maka

sekarang penggunaan legal pun sangat ketat sekali.

AMFETAMINE

Struktur kimia dan farmakonetik Amfetamine merupakan suatu senyawa sintetik analog dengan

epinefrin dan merupakan suatu agonis ketekolamin tak langsung. Struktur kimia penting yang

berkaitan dengan efek farmakologis biokimia amfetamine yaitu tidak digantinya cincin fenil

kelompok alfa metil, dua rantai karbon diantara cincin fenil dan nitrogen serta kelompok amino

utama. Manipulasi dari struktur dasar molekul amfetamine bertujuan untuk menurunkan efek

yang tidak diinginkan dan menonjolkan efek yang diinginkan. Perbaikan atau modifikasi struktur

kimia akan menonjolkan atau melemahkan variasi aksi dari amfetamine dan komponen

sejenisnya. Subsitusi gugus methil pada ion hidrogen dalam gugus amino meghasilkan

metamfetamin yang mempunyai efek stimulasi sentral terhadap susunan saraf pusat dan sangat

potensial untuk disalahgunakan. Analog amfetamine dihasilkan dengan merubah cincin fenil atau

etilamin pada rantai lain. Penambahan gugus metil terhadap rantai alfa karbonik menghasilkan

fenteramin yang mempunyai aktivitas anoreksi. Penggantian rantai lain pada gugus siklik seperti

metilfenidat menimbulkan efek stimulasi susunan saraf pusat dan menurunkan efek

kardiovaskuler. Menempatkan satu atau lebih gugus metoksi pada cincin fenil menghasilkan obat

Page 2: Teori Amfetamine Case Rskoa

dengan efek halusinogen misalnya meskalin. Serbuk metamfetamin dapat digunakan secara

suntikan, inhalasi, dihisap atau dihirup. Sedangkan MDMA biasanya dikonsumsi secara oral

dalam bentuk tablet atau kapsul. Amfetamine sangat baik diabsorbsi melalui permukaan mukosa

dari saluran cerna, nasofaring, cabang trakheobronkhus dan vagina. Penggunaan intravena akan

langsung mencapai otak dalam beberapa detik,pada penggunaan yang dihirup pertama kali

dikondensasi di paru-paru dan secara cepat diabsorbsi kedalam pembuluh darah. Kadar plasma

puncak setelah penggunaan oral terjadi 1-3 jam, hal ini bervariasi tergantung pada aktivitas fisik

dan jumlah makanan dalam lambung Amfetamine mengalami degradasi luas dalam hati dengan

menghasilkan sejumlah metabolit, beberapa diantaranya masih mempunyai aktifitas farmakologi.

Bentuk yang tidak dirubah danmetabolitnya akan diekskresi melalui urine.

Metabolisme amfetamine hati terjadi melalui beberapa cara, antara lain:

1. Aromatik hidroksilasi

Pada proses ini akan dihasilkan fenolik amin yang kemudian akan diekskresi melalui urine atau

berkonjugasi dulu dengan sulfat sebelumdiekskresi. Para hidroksi amfetamine yang merupakan

metabolit inti dari proses ini secara biologi mempunyai efek tiga kali lebi kuat dalam

menginhibisi uptake noradrenalin dibandingkan dengan amfetamine

2. Beta hidroksilasi

Proses ini dilakukan oleh enzim dopamin beta hidroksilase yang merubah dopamin menajdi

norepinefrin dan ha ini rupanya terbatas untuk senyawa amine utama. Bila cincin metabolit

hidroksilasi (misalnya p-hidroksilasi amfetamine) mengalami beta hidroksilasi akan dihasilkan

p-hidroksilasi norefedrin dandpt diserap kedalam ujung-ujung saraf norepinefrin dan

kemungkinan dapat bereaksi sebagai neurotransmiter palsu dengan demikian akan meningkatkan

efek amfetamine.

Amfetamine diekresi melalui urine. Ekskresi melalui ginjal secara kuat ditentukan olh pH urine,

dalam urine dengan pH asam (misalnya pH5) kurang lebih 99% dari dosis amfetamine diionisasi

oleh filtrasi glomerulus dan sisanya diabsorpsi kedlam sistem sirkulasi. Dengan demikian

pengobatan dari overdosis adalah dengan pengasaman urine.

2. Mekanisme kerja dan neurokimiawi

Page 3: Teori Amfetamine Case Rskoa

Amfetamine adalah senyawa yang mempunyai efek simpatomimetik tak langsung dengan

aktivitas sentral maupun perifer. Strukturnya sangat mirip dengan katekolamin endogen seperti

epinefrin, norepinefrin dan dopamin. Efek alfa dan beta adrenergik disebabkan oleh keluarnya

neurotransmiter dari daerah presinap. Amfetamine juga mempunyai efek menghalangi re-uptake

dari katekolamin oleh neuron presinap dan menginhibisi aktivitas monoamin aksidase, sehingga

konsentrasi dari neurotransmitter cenderung meningkat dalam sinaps. Mekanisme kerja am pada

susunan saraf pusat dipengaruhi oleh pelepasan biogenik amine yaitu dopamin, norepinefrin dan

serotonis atau ketiganya dari tempat penyimpanan pada presinap yang terletak pada akhiran

saraf. Efek yang dihasilkan dapat melibatkan neurotransmitter atau sistim monoamine oxidase

(MAO) pada ujung presinaps saraf. Dari beberapa penelitian pada binatang diketahui pengaruh

amfetamine terhadap ketiga biogenik amin tersebut yaitu:

a. Dopamin

Amfetamine menghambat reuptake dan secara langsung melepaskan dopamin yang baru

disintesa. Pada penelitian didapatkan bahwa isomer dekstro dan levo amfetamine mempunyai

potensi yang sama dalam menghambat up take dopaminergik dari sinaptosom di hipothalamus

dan korpus striatum tikus.

b. Norepinefrin

Amfetamine memblok reuptake norepinefrin dan juga menyebabkan pelepasan morepinefrin

baru, penambahan atau pengurangan karbon diantara cincin fenil dan nitrogen melemahkan efek

amfetamine pada pelepasan re uptake norepinefrin

c. Serotonin

Secara umum, amfetamine tidak mempunyai efek yang kuat pada sistem serotoninergik. Menurut

Fletscher p-chloro-N-metilamfetamin mengosongkan kadar 5 hidroksi triptopfan (5-HT) dan 4

hidroksi indolasetik acid (5-HIAA), sementara kadar norepinefrin dan dopamin tidak berubah.

Hasil yang sama dilaporkan juga oleh Fuller dan Molloy, Moller Nielsen dan Dubnick bahwa

devirat amfetamine dengan elektron kuat yang menarik penggantian pada cincin fenil akan

mempengaruhi sistim serotoninergik. Aktivitas susunan saraf pusat terjadi melalui kedua jaras

adrenergik dan dopaminergik dalam otak dan masing-masing menimbulkan aktivitas lokomortor

serta kepribadian stereotopik. Stimulasi pada pusat motorik di daerah media otak depan (medial

forebrain) menyebabkan peningkatan dari kadar norepinefrin dalam sinaps dan menimbulkan

euforia serta meningkatkan libido. Stimulasi pada ascending reticular activating system (ARAS)

Page 4: Teori Amfetamine Case Rskoa

menimbulkan peningkatan aktivitas motorik dan menurunkan rasa lelah. Stimulasi pada sistim

dopaminergik pada otak menimbulkan gejala yang mirip dengan skizifrenia dari psikosa

amfetamine

PATOFISIOLOGI

Penggunaan amfetamine kronis dan dosis tinggi menimbulkan perubahan toksik secara

patofisiologi. Efek toksik penggunaan amfetamine kronis dengan dosis tinggi terhadap:

a. Otak

Penggunaan amfetamine secara kronis dengan dosis tinggi akan menginduksi perubahan toksik

pada sistim monoaminergik pusat. Seiden dan kawan-kawan melakukan penelitian pada kera

dengan menyuntikkan sebanyak 8kali/hari (dosis 3-6,5 mg/kg) selama 3-6 bulan. Setelah 24 jam

pemberian dosis terakhir memperlihatkan kekosongan norepinefrin pada semua bagian otak

(pons, medula, otak tengah, hipothalamus dan korteks frontal). Setelah 3-6 bulan suntikan

terakhir, norepinefrin masih tetap rendah di otak tengah dan korteks frontal. Sedangkan pada

hipothalamus dan pons kadar norepinefrin sudah meningkat. Kadar dopamin terdepresi hanya

pada darah, bagian otak lain tidak terpengaruh. Kondisi toksik amfetamine ini juga

mempengaruhi sistim serotoninergik, hal ini diperlihatkan dengan perubahan aktivitas triptophan

hidroksilase terutama pada penggunaan fenfluramin. Rumbaugh melaporkan pada pemakaian

amfetamine kronis dengan dosis tinggi mempengaruhi vaskularisasi otak. Penelitian pada kera

yang diberi injeksi metamfetamin selama 1 tahun menunjukkan perubahan yang luas dari

arteriola kecl dan pembuluh kapiler. Selanjutnya dapat terjadi hilangnya sel neuron dan

berkembangnya sel-sel glia, satelit dan nekrohemorrhage pada serebelum dan hipothalamus

b. Perifer

Efek yang menonjol adalah terhadap kerja jantung. Katekolamin mempengaruhi sensitivitas

miokardium pada stimulus ektopik, karena itu akan menambah resiko dari aritmia jantung yang

fatal. Efek perifer yang lain adalah terhadap pengaruh suhu (thermo-regulation). Amfetamine

mempengaruhi pengaturan suhu secara sentral di otak oleh peningkatan aktivitas hipothalamus

anterior. Penyebab kematian yang besar pada toksisitas amfetamine disebabkan oleh

hiperpireksia. Mekanisme toksisitas dari amfetamine terutama melalui aktivitas sistim saraf

simpatis melalui situmulasi susunan saraf pusat, pengeluaran ketekholamin perifer, inhibisi

Page 5: Teori Amfetamine Case Rskoa

reuptake katekholamine atau inhibisi dari monoamin aksidase. Dosis toksik biasanya hanya

sedikit diatas dosis biasa. Amfetamine juga merupakan obat/zat yang sering disalahgunakan.

Efek amfetamine yang berhubungan dengan penyalahguaan dapat dibedakan dalam 2 fase:

- Fase awal

Selama fase ini efek akut dari amfetamine ditentukan oleh efek farmakologinya (pelepasan

dopamin) dan akan menimbulkan:

o Euforia

o Energi yang meningkat

o Menambah kemampuan bekerja dan interaksi sosial Efek ini timbul sesaat setelah

mengkonsumsi

- Fase konsilidasi

Konsumsi yang lama dan intermiten, membuat individu akan meningkatkan dosis untuk

mendapatkan efek yang lebih besar. Pada pemakaian yang terus-menerus individu akan

meningkatkan frekuensi dan dosis zat untuk merasakan flash atau rush dari penggunaan

amfetamine.

EFEK KLINIS AMFETAMIN

Saat ini penggunaan amfetamine hanya mempunyai 3 indikasi secara medis yaitu narkolepsi,

ADHS pada anak-anak dan obesitas. Untuk narkolepsidosis yang dianjurkan adalah antara 20-60

mg/hari. Pada ADHD dosis berkisar antara 2,5 ? 40 mg/hari. Sedangkan pada obesitas

amfetamine sering menyebabkan adiksi dan penyalahgunaan. Dalam waktu singkat jelas

menekan nafsu makan, tetapi bila jangka lama akan timbul toleransi terhadap efek anoreksia.

Amfetamine merupakan stimulan kuat terhadap susunan saraf pusat dengan aksi alfa dan beta

adrenergik di perifer yang meyerupai obat-obat simpatomimetik tak langsung. Pada susunan

saraf pusat amfetamine menstimulasi korteks serebri, striatum, sistim limbik dan batang otak.

Pada manusia dengan dosis kecil atau sedang (5-15mg) akan mempengaruhi susunan saraf pusat

dengan gejala:

- Meningkatkan kewaspadaan

- Meningkatkan aktivitas lokomotor

Page 6: Teori Amfetamine Case Rskoa

- Meningkatkan mood

- Menurunkan nafsu makan

- Euforia

- Hiperthermi

Kadar plasma yang dicapai pada dosis tersebut adalah 5-10?g/100 ml. Pada penggunaan dosis

tinggi secara tunggal (? 20-30 mg) atau pemakaian yang terus menerus dengan dosis kecil selama

beberapa hari amfetamine dapat menginduksi keadaan psikosa toksik yang ditandai oleh:

- Pemikiran delusional

- Halusinasi dengar

Gejala-gejala tersebut sangat erat berhubungan dengan suatu Skizofren paranoid akut.

Diakatakan pula bahwa pada pemakaian dengan dosis 10-30 mg dekstro amfetamine

menimbulkan gejala:

- Mengurangi rasa lelah

- Meningkatkan inisiatif

- Menigkatkan daya konsentrasi

- Insomnia

Pada penggunaan dengan dosis tinggi akan menimbulkan:

- Kejang-kejan

- Gerakan stereotipik

- Psikosis

Efek Sistemik

Sistem kardiovaskuler

Terhadap jantung amfetamine menimbulkan sinus takhikardi. Selain itu juga menyebabkan

hipertensi

Rhabdomiolisis

Koppel membedakan rhabdomiolisis primer akibat toksin dan sekunder akibat iskemia atau

hipokalemi. Pada gangguan amfetamine rhabdomiolisis disebabkan sekunder akibat iskemia otot

pada overdosis dari obat. Hal ini dapat merupakan akibat dari kompresi otot lokal saat koma,

kejang yang terjadi terus menerus dan mioklonos, pemakaian kronis dari amfetamine yang

menyebabkan hipokalemi

Page 7: Teori Amfetamine Case Rskoa

Kerusakan ginjal

Amfetamine mengakibatkan myoglobinuric tubular necrosis, sedangkan metamfetamine dapat

menyebabkan Proliferatif Glomerulonephritis akibat dari suatu systemic necrotizing vasculitis.

Biasanya terjadi bila amfetamine digunakan secara intravena, Merupakan keadaan yang jarang

terjadi, dan timbul bila terjadi overdosis. Yang paling sering adalah derivat metamfetamin

Gangguan GIT

Amfetamine dapat menyebabkan toksisitas pada kolonm akibat iskemi

Gangguan Kardio vaskular

Amfetamine dapat menyebabkan:

- hipertensi

- sinus tekhikardia

- iskemi miokard

Fungsi seksual

Amfetamine menyebabkan ejakulasi spontan

Sistem endokrin

Fenfluramin menyebabkan hiperprolaktiemia

Hiperthermia

Mekanisme hiperthemia akibat amfetamine biasanya akibat gangguan thermoregulasi. Selain itu

sind hiperthermi sentral dapat diakibatkan oleh drug induce amfetamine yang menimbulkan

hiperrefleksi otonom (meningkatkan produksi panas). Peningkatan suhu khas berkisar 39o-40oC.

Biasanya suhu kembali normal dalam 48-72 jam bila obat dihentikan, tetapi dpr menetap

beberapa hari sampai minggu bila disertai rash makulopapulaer akibat reaksi obat. Hiperthermi

biasanya berhubungan dengan intoksikasi. Merupakan gejala yang paling sering ditemukan dan

keadaan ini dapat reversibel

Efek Psikiatris

- Psikosa

Psikosa akibat amfetamine sebagian besar berupa skizofrenia paranoid

- Depresi

Derivat amfetamine yang dapat menimbulkan depresi terutama adalah fenfluramin

- Agresif

Page 8: Teori Amfetamine Case Rskoa

Violence adalah tingkah laku khas ditandai dengan menyerang secara agresif atau membunuh.

Hal ini dapat dipresipilasi oleh gangguan mental, situasi frustasi atau penyakit organik.

Efek Neurologis

- Gangguan kesadaran

Gangguan kesadaran dapat terjadi pada penggunaan amfetamine. Koma pada amfetamine

biasanya terjadi setelah kejang, tetapi pada pengguna narkotika koma dapat terjadi berhubungan

dengan:

- overdosis, murni (jarang), campuran dengan sedatif

- hipoksia, edema paru, aspirasi pneuminitis,pneumoni

- hipoglikemia

- postanoksik ensefalopati

- trauma

- kejang

- sepsis

- hepatik ensefalopati

Gambaran klinis dibagi menjadi beberapa stadium:

- agitasi

- agresif

- paranoid

- halusinasi

Gejala fisik:

- pireksia

- hipertensi

- tachicardi

- aritmia

- dilatasi pupil

- tremor

- kejang

Movement disorders

Page 9: Teori Amfetamine Case Rskoa

Chorea merupakan gangguan yang sering ditemukan. Hal ini ditemukan sebagai reaksi toksik

setelah pemakaian kronis. Pada dosis kecil kadang-kadang menimbulkan chorea pada tungkai

dan orofasial yang reversibel. Pada pengguna kronis dapat timbul chorea generalisata

Efek pertumbuhan

Pada anak-anak amfetamine dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Hal ini terjadi pada

pemakaian kronis. Anak-anak hanya dapat tumbuh sampai 60-75% dari normal, tetapi bila obat

dihentikan maka tampak pertumbuhan anak akan kembali berlangsung bahkan sangat cepat.

Stroke

Vaskulitis sistemik ditemukan setelah pemakaian kronis intravena dan oral dari amfetamine.

Pada usia muda proses vaskulitis terbatas pada sirkulasi serebri sehingga dapat menimbulkan

sindroma stroke akut. Mekanisme terjadinya vasklitis ini tidak jelas.

Stroke perdarahan

Amfetamine dapat menyebabkan perdarahan intraserebral melalui mekanisme vaskulopati

ataupun hipertensi akut. Perdarahan otak dapat terjadi setelah pemakaian amfetamine biasanya

secara injeksi. Perdarahan intraserebral ataupun subarakhnoid dapat terjadi pada pengguna

amfetamine

Kejang

Pada pengguna amfetamine kejang dapat timbul baik pada pemakaian pertama kali ataupun pada

pemakaian kronis, biasanya akibat intoksikasi akut. Kejang dapat berupa kejang fokal, umum,

tonik klonik ataupun status epilepsi. Seluruh kasus kejang pada pemakai amfetamine terjadi pada

pemakai secara intravena.

Sindroma toksik dari amfetamine:

Memberikan gambaran sindroma simpatomimetik. Gejala yang sering ditemukan:

- defusi

- paranoid

- takhikardi (atau bradikardi bila obat murni alfa adrenergik agonis)

- hipertensi

- diaphoresis

- piloereksi

- midriasis

Page 10: Teori Amfetamine Case Rskoa

- hiperrefleksi

- kejang, hipotensi dandisritmia dapat terjadi pada kasus yang berat

DIAGNOSA

Amfetamine dapat disalahgunakan melalui cara inhaler, penyalahgunaan obat yang tidak rutin

(occasional abuse), penyalahgunaan obat yang kronik (chronic oral abuse), penyalahgunaan

melalui intravena (intravenous abuse). Diagnosa biasanya berdasarkan:

Riwayat pengguna amfetamine dan gambaran klinik dari intoksikasi obat

simpatomimetik.

Pemeriksaan spesifik Amfetamine dapat dideteksi melalui urine dan cairan lambung.

Bagaimanapun kadar serum kuantitatif tidak berhubungan dengan beratnya efek klinis.

Amfetamin ditemukan sangat cepat setelah penggunaan dan dieksresi hanya dalam

beberapa hari. Toksisitas sangat kurang berhubungan dengan kadar dalam serum.

Dilaporkan pula bahwa untuk mendeteksi penyalahgunaan amfetamine dapat diperiksa

pada rambut manusia. Pada keringat amfetamine dapat dideteksi segera setelah

dikonsumsi. Saliva atau air liur dapat digunakan pula sebagai bahan untuk mendeteksi

amfetamine. Tetapi kadar obatnya jauh lebih rendah daripada dalam urine,biasanya dapat

digunakan pada keadaan toksik akut.

Pemeriksaan lain Kadar elektrolit, glukosa, BUN dan kreatinin, COK, urinalisis, urine

dipstick test untuk memeriksa hemoglobin yang tersembunyi. EKG dan monitoring EKG,

serta CT scan.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan terhadap toksisitas dari amfetamine bertujuan untuk menstabilisasi fungsi vital,

mencegahabsorbsi obat yang lebih lanjut, mengeliminasi obat yang telah diabsorbsi, mengatasi

gejala toksik spesifik yang ditimbulkan dan disposisi. Toksisitas amfetamine kurang

berhubungan dengan kadar dalam serum, penatalaksanaan hanyab berupa perawatan tidak

spesifik berdasarkan gejala klinik yang ditimbulkan.

1. Tindakan emergensi dan suportif

a. Mempertahankan fungsi pernafasan

Page 11: Teori Amfetamine Case Rskoa

- Terapi agitasi: Midazolam 0,05-0,1 mg/Kg IV perlahan-lahan atau 0,1 - 0,2 mg/kg IM;

Diazepam 0,1-0,2 mg/kg IV perlahan-lahan; Haloperidol 0,1-0,2/kg IM atau IV perlahan-

lahan.

- Terapi kejang: Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB IV; Phenitoin 15-20 mg/kg BB infus dengan

dosis 25-50 mg/menit; pancuronium dapat digunakan bila kejang tidak teratasi terutama

dengan komplikasi asidosis dan atau rabdomiolisis

- Terapi coma : Awasi suhu, tanda vital dan EKG minimal selama 6 jam

b. Terapi spesifik dan antidotum, pada amfetamine tidak ada antidotum khusus

c. Terapi hipertensi: phentolamine atau nitroprusside

d. Terapi takiaritmia: propanolol atau esmolol

e. Terapi hiperthermia: bila gejalaringan terapi dengan kompres dingin atau sponging bila suhu

lebih dari 40oC atau peningkatansuhu berlangsung sangat cepat terapi lebih agresif dengan

menggunakan selimut dingin atau ice baths. Bila hal ini gagal dapat digunakan Dantrolene.

Trimethorfan 0,3-7 mg/menit IV melalui infus

f. Terapi hipertensi dengan bradikardi atau takikardi bila ringan biasanya tidak memerlukan obat-

obatan. Hipertensi berat (distolik > 120 mmHg) dapat diberikan terapi infus nitroprusid atau

obat-obat lain seperti propanolol, diazoksid, khlorpromazine, nifedipin dan fentolamin.

g. Gejala psikosa akut sebaiknya diatasi dengan supportive environment dan evaluasi cepat

secara psikiatri. Gejala yang lebih berat dapat diberikan sedatif dengan khlorpromazin atau

haloperidol.

2. Dekontaminasi

Dekontaminasi dari saluran cerna setelah penggunaan amfetamine tergantung pada jenis obat

yang digunakan, jarak waktu sejak digunakan, jumlah obat dan tingkat agitasi dari pasien. Pada

pasien yang mempunyai gejala toksik tetapi keadaan sadar berikan arang aktif 30-100 gr pada

dewasa dan pada anak-anak 1-2 gr/kg BB diikuti atau ditambah dengan pemberian katartik

seperti sorbitol. Bila pasien koma lakukan kumbah lambung dengan menggunakan naso atau

orogastric tube diikuti dengan pemberian arang aktif.