TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

45
] PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN Oleh: Dr. Ir. Endang Yektiningsih, MP. Gyska Indah Harya, SP., M.Agr PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR 2019

Transcript of TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

Page 1: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

PANDUAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Oleh:

Dr. Ir. Endang Yektiningsih, MP.

Gyska Indah Harya, SP., M.Agr

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2019

Page 2: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

KARTU PESERTA PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Nama Mahasiswa : ………………………………………………………

N P M : ………………………………………………………

Semester / Progdi : ………… / Agribisnis

Tahun Akademi : 2019 / 2020

Golongan : ……………………………………………………..

No Acara Praktikum Tanggal Praktikum

Nilai Aktivitas

Nilai Laporan

Paraf Pembimbing

Mengetahui,

Kalab Kewirausahaan, Koordinator Dosen Pembimbing

IR. EKO PRIYANTO, MP DR.IR. ENDANG YEKTNINGSIH, MP.

Page 3: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

KATA PENGANTAR

Belajar merupakan proses meningkatkan ilmu pengetahuan dan

ketrampilan peserta didik yang dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di

luar kelas. Tujuan pembelajaran adalah membentuk manusia yang mampu

memecahkan masalah secara ilmiah dengan tetap memegang prinsip etika dan

estetika sehingga diharapkan menjadi insan yang lebih berdaya guna.

Selaras dengan prinsip dan tujuan pembelajaran tersebut maka Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur menyusun kurikulum yang dilengkapi dengan praktek sehingga

diharapkan mahasiswa tidak hanya mampu memecahkan masalah secara

konsep, tetapi juga terampil secara praktis melalui tugas-tugas praktikum.

Salah satu mata praktikum adalah Teknologi Hasil Pertanian yang

ditujukan untuk melatih mahasiswa agar mampu menangani hasil pertanian

yang terdiri dari penanganan saat panen, penanganan segera setelah panen,

dan penanganan pasca panen. Praktikum ini lebih banyak diselenggarakan di

dalam laboratorium dan dilengkapi dengan tinjauan lapang.

Buku Panduan Praktikum Teknologi Hasil Pertanian ini tersusun tanpa

terlepas dari masukan berbagai pihak, oleh karena itu selayaknya penyusun

menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga.

Dengan berbekal ketidaksempurnaan maka penyusun berharap adanya saran

yang membangun sehingga materi dari Buku Panduan ini semakin berbobot dan

bermanfaat.

Surabaya, Oktober 2019

Penyusun

Page 4: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KARTU PESERTA PRAKTIKUM 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

PENDAHULUAN 4

ACARA I : PENGERINGAN 5

ACARA II : PENGOLAHAN DENGAN SUHU TINGGI 7

ACARA III : PENCAMPURAN (MIXING) 11

ACARA IV : PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH (PENDINGINAN) 14

ACARA V : PENDINGINAN DAN PEMBEKUAN PADA SAYUR DAN BUAH 16

ACARA VI : PEMBERSIHAN, SORTASI, DAN GRADING 30

ACARA VII : ALTERNATIF PENGEMBANGAN KREATIVITAS 38

DAFTAR PUSTAKA 44

Page 5: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

PENDAHULUAN

Teknologi Hasil Pertanian merupakan ilmu yang mempelajari tentang

penanganan, pengamanan dan pengolahan hasil pertanian sampai menjadi bahan

pangan dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Definisis lain menyebutkan bahwa

Teknologi Hasil Pertanian adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan

tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) guna memperoleh

manfaatnya seoptimal mungkin dan sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari

pangan tersebut. Dalam teknologi hasil pertanian, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan

kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut.

Spesialisasinya beragam, diantaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan,

penyimpanan dan sebagainya.

Adanya teknologi hasil pertanian atau teknologi pangan sangat menunjang

ketersediaan pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara

kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin. Di lain pihak manusia tidak mungkin

menunda keperluan untuk konsumsinya hingga masa panen tiba. Oleh karena itu

adanya teknologi pengolahan hasil pertanian sangat diperlukan sehingga makanan

dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Teknik pengawetan juga

memungkinkan untuk mendistribusikan bahan pangan secara merata ke seluruh

penjuru dunia. Sebagai ilustrasi, pada jaman dahulu, orang-orang di Eropa tidak bisa

menikmati makanan-makanan yang berasal dari Asia, tetapi dikarenakan teknologi

pangan maka setiap bangsa dapat menikmati makanan khas bangsa lainnya.

Page 6: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

ACARA I

PENGERINGAN

Pendahuluan

Pengeringan adalah proses pengeluaran atau menghilangkan sebagian air dari

suatu bahan sampai kadar air keseimbangan dengan udara lingkungan atau sampai

kadar air tertentu dimana jamur, enzim dan serangga yang merusak tidak dapat aktif.

Proses penguapan air dari bahan dapat dicapai melalui penggunaan energi panas

(pengeringan suhu tinggi) atau dengan cara dehumidifikasi (penurunan RH) sehingga

terjadi keseimbangan RH.

Proses pindah panas pada pengeringan tergantung pada suhu, kelembaban udara, laju

aliran udara, permukaan bahan yang langsung berhubungan dengan udara dan

tekanan udara. Laju perpindahan uap air dari bahan ke udara tergantung pada suhu

bahan, komposisi bahan dan kadar air awal. Semakin tinggi suhu pengeringan pada RH

konstan maka waktu pengeringan akan semakin cepat. Semakin besar RH pada suhu

udara konstan maka waktu pengeringan semakin panjang.

Ada tiga faktor yang menentukan kemampuan udara pengering untuk

mengeluarkan air dari bahan , yaitu :

1. Jumlah uap air pada udara pengering,

2. Suhu udara dan

3. Jumlah udara yang melewati bahan pangan

Tujuan Praktikum:

Mengetahui pengaruh pengeringan terhadap mutu dan umur simpan buah.

Alat dan Bahan

Alat : pisau stainless steel, panci dan pengering cabinet

Bahan : apel, pepaya, pisang, nenas, mangga. Air kapur 0.2 %, larutan gula 40% dan

larutan gula 60%.

Perlakuan:

A1 : Blanching

A2 : Tanpa blancing

B1 : Dikeringkan dengan panas matahari

B2 : Dikeringkan dengan cabinet dryer

Page 7: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Prosedur Kerja:

1. Timbang berat dari sejumlah buah, lalu dikupas menggunakan pisau stainless steel.

2. Buah dipotong-potong kecil berbentuk kubus atau memanjang (balok) dan

kemudian dicuci dengan air bersih, lalu ditiriskan.

3. Rendam dalam larutan kapur 0.2% selama 15 menit, kemudian tiriskan selama 2

jam

(kontrol tidak direndam).

4. Rendam dalam larutan gula 40% selama 12 jam, tiriskan, kemudian rendam lagi

dalam larutan gula 60% selama 12 jam dan tiriskan lagi selama 1 jam.

5. Keringkan dalam alat pengering kabinet dan pengering matahari bersuhu 40-500C

sampai beratnya konstan.

6. Masukkan ke dalam kantung plastik, ditutup dan disimpan pada suhu kamar.

Tugas:

Tentukan kadar gula, pH, kekerasan, rasa dan bau secara organoleptik, serta ada

tidaknya pertumbuhan mikroorganisme secara visual dari:

1. Buah-buahan segar

2. Buah-buahan kering sebelum disimpan (0 minggu) dan setelah disimpan selama 2

dan 4 minggu.

3. Buah-buahan kering setelah mengalami rehidratasi (direndam dalam air bersih

selama 12 jam) dari buah kering sebelum disimpan (0 minggu) dan setelah

disimpan selama 2 dan 4 minggu.

4. Tentukan rendemen masing-masing buah kering

5. Tentukan ratio rehidratasi dari masing-masing buah kering.

6. Buat tabel dari hasil pengamatan dan buat diskusi serta kesimpulan dari hasil

percobaan yang dilakukan

Page 8: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

ACARA II

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DENGAN SUHU TINGGI

Pendahuluan

Dalam proses pengolahan pangan dengan menggunakan panas, selalu

dihadapkan dalam dua pilihan yang bertentangan, yaitu semakin tinggi suhu maka

populasi mikroba akan semakin menurun, tetapi semakin tinggi suhu juga dapat

menyebabkan kerusakan zat gizi yang semakin meningkat. Oleh karena itu diperlukan

cara menentukan suhu dan waktu yang tepat yang disebut optimasi proses.

Tujuan penggunaan panas selain untuk proses pengolahan bahan pangan yaitu untuk

menghasilkan produk pangan olahan, juga digunakan untuk menghilangkan atau

mengurangi aktifitas biologis yang tidak diinginkan dalam bahan pangan, seperti

aktifitas mikroba dan enzim sehingga masa simpan bahan dapat diperpanjang.

Pemanasan bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu

blanching, pasteurisasi dan sterlisasi.

Blanching:

Adalah pemanasan awal dengan suhu lebih kecil dari 1000C selama kurang

lebih 10 menit. Blanching bertujuan untuk menghilangkan bau, lendir dan

menginaktifkan enzim.

Pasteurisasi:

Adalah pemanasan pada suhu lebih kecil atau sama dengan 1000C pada

selang waktu tertentu (tergantung jenis bahan). Pasteurisasi bertujuan untuk

membunuh sel-sel vegetatif dan patogen.

Sterilisasi:

Adalah pemanasan pada suhu di atas 1000C dalam waktu yang relatif lama

sehingga mikroba mati. Sterilisasi bertujuan untuk membunuh mikroba patogen dan

spora pembusuk. Sterilisasi dikelompokkan menjadi 2 yaitu : sterilisasi murni/sempurna

dan sterilisasi komersial.

Tujuan Praktikum:

1. Mengetahui berbagai jenis pengolahan bahan (dalam hal ini pengolahan pindang

ikan dengan menerapkan teknologi pengolahan pasca panen.

Page 9: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

2. Membandingkan mutu ikan yang dihasilkan dengan berbagai metode pmanasan

pada pindang ikan secara organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur.

3. Mengetahui rendemen yang terdapat pada pindang ikan.

Perlakuan

1. Pemindangan dengan pengukusan

2. Pemindangan dengan perebusan

3. Pemindangan dengan panci bertekanan (presto)

Alat dan Bahan

Alat :

Panci perebusan stainless steel, Kukusan, Presto,

Pisau stainless steel

Baskom

Piring

Timbangan

Sendok

Garpu

Pengaduk

Daun pisang

Talenan

Kuali

Kompor

Tusuk gigi

Sutil

Bahan :

Ikan gabus

Jeruk nipis

Larutan garam 5-10%

Asam jawa

Bumbu

Page 10: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Prosedur praktikum

1. Dengan pengukusan

Bersihkan ikan dan buang bagian sisik, sirip, insang, perut serta bagian-bagian

lain yang tidak dapat dimakan. Kemudian cuci bersih ikan dan beri air jeruk nipis

untuk mengurangi bau amis ikan.

Buat larutan garam jenuh 5-10% dari berat bahan. Membuat larutan garam

jenuh 5-10% yaitu dengan mencampurkan 1 bagian garam : 4 air kemudian

diaduk sambil dipanaskan.

Ikan bersih direndam dalam air garam tersebut lebih kurang 30 menit. Kemudian

cuci dengan air dan tiriskan

Masak bumbu gulai, daun kemangi, dan daun jeruk purut sampai mengeluarkan

aroma. Lumuri ikan dengan bumbu yang telah masak dengan menggunakan

daun pisang.

Kemudian kukus dalam panci perebusan stainless steel. Masak selama 30

menit.

2. Dengan perebusan

Bersihkan ikan dan buang bagian sisik, sirip, insang, perut serta bagian-bagian

lain yang tidak dapat dimakan. Kemudian cuci bersih ikan dan beri air jeruk nipis

untuk mengurangi bau amis ikan.

Timbang garam sebanyak 5-10% dari berat ikan, kemudian ikan bersih direndam

dalam air garam tersebut lebih kurang 30 menit. Kemudian dicuci

dengan air dan tiriskan.

Masak bumbu gulai, masukkan santan kelapa, daun kemangi dan dan jeruk

purut sampai mengeluarkan aroma. Lumuri ikan dengan bumbu yang telah

dimasak dengan menggunakan daun pisang.

Tambahkan sedikit air, dan rebus selama 30 menit hingga airnya habis.

3. Dengan panci bertekanan tinggi

Bersihkan ikan dan buang bagian sisik, sirip, insang, perut serta bagian-bagian

lain yang tidak dapat dimakan. Kemudian ikan dicuci bersih dan diberi air jeruk

nipis untuk mengurangi bau amis ikan.

Buat larutan garam jenuh dengan cara melarutkan garam di dalam air dengan

perbandingan antara garam : air = 1 : 4, sebanyak 5-10% dari berat ikan.

Page 11: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Ikan yang sudah bersih direndam dalam larutan garam tersebut selama lebih

kurang 30 menit, kemudian cuci dengan air dan tiriskan.

Masak bumbu gulai, daun kemangi dan daun jeruk purut sampai mengeluarkan

aroma, Lumuri ikan dengan bumbu yang telah masak dengan menggunakan

alumunium foil.

Kemudian masak dalam panci bertekanan tinggi (presto) selama 30 menit pada

suhu 1210C.

TUGAS

1. Lakukan pengamatan pada setiap perlakuan ikan pindang, meliputi uji organoleptik

terhadap aroma, warna, tekstur dan rasa ikan dengan menggunakan uji hedonik

skala 1-5 (5=sangat suka, 4= suka, 3 = netral/agak suka, 2 = tidak suka, 1 = sangat

tidak suka).

2. Catat hasil pengamatan

3. Hitung rendemen setiap perlakuan

4. Buat laporan percobaan

Page 12: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

ACARA III

PEMBUATAN TEKNOLOGI PENCAMPURAN (MIXING)

Pendahuluan

Proses pencampuran (mixing) merupakan salah satu proses penting dalam pengolahan

pangan terutama dalam teknologi emulsi, seperti butter, salad dressing, dan mayonaise.

Aplikasi teknologi emulsi saat ini terus berkembang, misalnya dalam proses pembuatan

roti maupun obat-obatan (therapeutic feeding). Salah satu bentuk emulsi pangan yang

penting adalah mayonaise yang merupakan bentuk emulsi minyak di dalam air (oil in

water) dimana terdapat 60-80% fase terdispersi berupa minyak.

Bahan-bahan pengemulsi yang terdapat pada mayonaise adalah kuning telur

danmustard. Teknologi pembuatan mayonaise sudah diketahui sejak ratusan tahun

yang lalu dengan formula komersial adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Formula Komersial Pembuatan Mayonaise

Bahan Persen

Minyak 75.0

Garam 1.5

Kuning Telur 8.0

Mustard 1.0

Air 3.5

Vinegar (6%) 11.0

Sumber: Anonim, 2016.

Dalam pembuatan mayonaise juga sering ditambahkan bahan-bahan tambahan lain

seperti flavor atau pewarna. Kestabilan emulsi merupakan faktor yang penting

diperhatikan dalam pembuatan mayonaise. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kestabilan emulsi pada mayonaise adalah:

1. Kuning telur

2. Volume fase terdispersi dan pendispersi

3. Pengaruh mustard

4. Metode pencampuran

5. pH air

6. Viskositas

Page 13: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Dari keenam faktor tersebut, kuning telur merupakan faktor yang paling kritis.

karena kuning telur bertindak sebagai emulsifier dalam pembuatan mayonaise.

Komposisi kuning telur dalam persen adalah sebagai berikut: Lemak 11.5; Protein 16.0;

Lesitin 10.0; Kolesterol 1.5; Garam 2.0; Air 48.0.

Dari komponen kuning telur di atas, komponen yang bersifat sebagai bahan aktif

permukaan (surface active-agent) adalah lesitin dan kolesterol. Lesitin adalah

komponen surface active dan dikenal sebagai emulsifier yang baik, namun kolesterol

adalah emulsifier yang efisien. Hal ini menyebabkan sulit menentukan komponen yang

paling berperan sebagai emulsifier. Rasio lesitin : kolesterol sangat menentukan tipe

emulsi yang terbentuk. Emulsi minyak-air (50-50), akan berubah menjadi emulsi

air/minyak jika rasio lesitin:kolesterol kurang dari 8:1 (secara alami rasioesitin/kolestrol

dalam kuning telur adalah 6:7).

Penggunaan kuning telur segar dalam pembuatan mayonaise akan

menghasilkan mayonaise yang lebih baik dibanding kuning telur yang sudah disimpan,

karena lesitin akan mengalami kerusakan dan menyebabkan rasio lesitin/kolesterol

akan berkurang. Berdasarkan hal ini maka hal yang paling memungkinkan sebagai

bahan penstabil pada mayonaise adalah mustard.

Tujuan Percobaan :

Mempelajari sifat-sifat emulsi minyak di dalam air (O/W) khususnya pada mayonaise

Alat dan Bahan :

Alat : -

Bahan : Minyak nabati, kuning telur, garam, mustard, air distilasi, vinegar (asam cuka

5%).

Prosedur Kerja :

Proses pembuatan mayonaise dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

1. Cara I :

Campurkan semua bahan dalam wadah mangkok/baskom dan campur dengan

mixer kecepatan tinggi selama 6-10 menit.

2. Cara II

Campur mustard, garam, air, cuka dan kuning telur dalam sebuah panci dengan

menggunakan sendok. Masukkan minyak ke dalam mangkok dan aduk dengan

Page 14: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

mixer kecepatan tinggi, kemudian tambahkan campuran di atas secara perlahan-

lahan, kemudian di mixer terus selama 5 menit.

3. Cara III :

Tambahkan kuning telur pada mangkok dan aduk menggunakan mixer kecepatan

sedang. Pada wadah terpisah campur pasta mustard, 13 g air, 32 g cuka dan

garam. Aduk hingga garam terlarut. Tambahkan campuran ini ke adonan kuning

telur, dan mixer dengan kecepatan 3 selama 2-3 menit. Kemudian tambahkan

minyak sedikit demi sedikit dan mixer dengan kecepatan tinggi. Total waktu

pengadukan adalah 15 menit pada kecepatan tinggi dengan Formula sebagai

berikut:

Tabel 2. Formula Bahan Pembuatan Mayonaise

Bahan Persen (%)

Minyak 75.0

Garam 1.5

Kuning Telur 8.0

Mustard 1.0

Air 3.5

Vinegar (6%) 11.0

Rincian :

5 Menit pertama minyak yang ditambahkan sebanyak 10-15%, penambahan minyak

dilakukan secara perlahan dan tunggu sekitar 30 detik untuk penambahan berikutnya.

Kemudian 5 menit berikutnya minyak yang ditambahkan 50% dari jumlah minyak, dan 5

menit terakhir tambahkan sisa minyak.

Tambahkan sisa cuka dan air sedikit demi sedikit selama lebih kurang 1menit dan

diaduk dengan mixer kecepatan sedang, kemudan aduk kembali selama 1 menit pada

kecepatan rendah.

TUGAS :

Lakukan Pengamatan terhadap Viskositas mayonaise pada masing-masing perlakuan

dan beri analisis mengenai hal tersebut.

Page 15: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

ACARA IV

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH (PEMBEKUAN)

Pendahuluan

Pembekuan merupakan salah satu pengolahan/pengawetan dengan suhu rendah.

Prinsip dasar pengawetan dengan menggunakan suhu rendah adalah memperlambat

kecepatan reaksi metabolisme dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme

penyebab kebusukan dan kerusakan. Prinsip yang pertama dapat kita pahami karena

setiap penurunan suhu sebesar 80C, maka kecepatan reaksi metabolisme berkurang

setengahnya. Jadi, semakin rendah suhu penyimpanan maka bahan pangan akan

semakin lama rusaknya, atau dengan kata lain bahan pangan akan semakin awet.

Es krim adalah produk pangan beku yang dibuat melalui kombinasi proses

pembekuan dan agitasi pada bahan-bahan yang terdiri dari susu dan produk susu,

pemanis, penstabil, pengemulsi, serta penambah citarasa (flavor). Es krim biasa

dikonsumsi sebagai makanan selingan (desert) dan dikelompokkan dalam makanan

camilan (snack). Prinsip pembuatan es krim adalah membentuk rongga udara pada

campuran bahan es krim atau Ice Cream Mix (ICM) sehingga diperoleh pengembangan

volume yang membuat es krim menjadi lebih ringan, tidak terlalu padat, dan mempunyai

ekstur yang lembut.

Alat dan Bahan

Alat :

Wajan / panic

Pengaduk

Kompor

Wadah plastic

Mixer

Sendok

Timbangan

Baskom

Cetakan

Saringan

Page 16: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Bahan :

Gula pasir 300 gr

Susu 1000ml

Santan / kelapa parut 1000 ml

Kuning telur 1 biji

Tepung maizena 80 gr

CMC 10 gr

Coklat bubuk 20 gr

Perlakuan :

A1 : SANTAN

A2 : SUSU

B1 : MIXING 1x

B2 : MIXING 2x

Cara Kerja :

Campurkan susu, gula pasir dan air, kemudian masak diatas api kecil, untuk santan

Peras kelapa parut dengan air hangat 1000 ml.

Larutkan tepung maizena dan vanili kedalam adonan susu dan gula yang

sementara dimasak, kemudian saring larutan tersebut dan masukkan kedalam

cairan susu/santan

Masukkan kuning telur yang sudah dikocok, Larutkan CMC kemudian saringan

masukkan kedalam adonan, tunggu hingga adonan benar-benar mendidih. Setelah

mendidih, angkat dan dinginkan.

Setelah adonan dingin, masukkan adonan kedalam freezer, tunggu sampai adonan

sedikit membeku. Setelah adonan membeku, mixer adonan tersebut ± 20 menit

(1x). Masukkan kembali adonan kedalam freezer.

Tunggu sampai adonan sedikit membeku. Setelah adonan membeku, mixer

kembali adonan tersebut ± 20 menit (2x).

Masukkan kembali adonan yang telah dicetak kedalam freezer untuk dibekukan

selama 24 jam

TUGAS : Lakukan pengamatan pada setiap perlakuan es krim, meliputi uji organoleptik terhadap

aroma, warna, tekstur dan rasa dengan menggunakan uji hedonik skala 1-5 (5= sangat

suka, 4= suka, 3 = netral/agak suka, 2 = tidak suka, 1 = sangat tidak suka).

Page 17: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

ACARA VI

PENDINGINAN DAN PEMBEKUAN PADA SAYUR DAN BUAH

TUJUAN :

1. Mempelajari pengaruh penyimpanan pada suhu rendah (suhu dingin dan beku)

terhadap kualitas bahan

2. Mempelajari pengaruh pengemasan bahan yang disimpan pada suhu rendah

terhadap kualitas bahan

DASAR TEORI

Sayur dan buah setelah dipanen masih melangsungkan metabolisme. Akibat kegiatan

itu, komposisi maupun mutu sayur dan buah selalu mengalami perubahan. Metabolisme

sayur dan buah sangat dipengaruhi oleh suhu sekitarnya.

Penyimpanan pada suhu rendah (mendekati titik beku air) dapat mengurangi laju

respirasi sayur dan buah, disamping dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme

pembusuk. Pendingin tidak bisa membunuh mikroorganisme, tetapi hanya menghambat

pertumbuhannya. Untuk itu, sayur dan buah yang akan disimpan harus dibersihkan

terlebih dahulu. Suhu ruang pendingin dan kelembaban ruang pendingin perlu diatur

karena dengan pengaturan tersebut dapat menentukan keawetan dan mempertahankan

mutu sayur dan buah yang disimpan. Bila kelembaban di ruang pendingin kurang,

sayuran dan buah yang tidak disimpan dalam keadaan dingin akan menjadi layu.

Sayuran daan buah yang tidak disimpan dalam keadaan dingin umumnya mudah rusak,

sehingga kualitasnya menurun (Anonim,2012).

Sayuran dan buah sangat peka terhadap kerusakan akibat pembekuan. Pembekuan

dan pencairan kembali (thawing) yang berulang kali akan sangat menurunkan kalitas

bahan yang disimpan.Semua bahan yang disimpan dalam keadaan dingin atau beku

perlu dilakukan pengemasan untuk menghindari rehidrasi. Freeze burn merupakan

perubahan warna, tekstur, dan citarasa serta nilai yang bersifat iireversible pada bahan

yang dibekukan (Anonim,2012).

Peralatan dan Bahan

Peralatan:

1. Almari Es : 1 unit

2. Pisau stainless steel : 1 unit

Page 18: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

3. Penggaris : 1 unit

4. Timbangan : 2 unit

5. Penetrometer : 1 unit

6. Viskosimeter : 1 unit

7. Karton pengemas : secukupnya

8. Tali rafia : secukupnya

9. Kantong plastik : secukupnya

Bahan:

1. Tomat matang : 6 buah

2. Sawi : 1 ikat

3. Buah Pisang : 9 buah

4. Buah Mangga : 3 buah

5. Buah Pepaya : 1 buah

6. Kentang : 3 buah

Cara Kerja

Penyimpanan sayur segar

1. Mengambil bahan (tomat, sawi atau yang lain) sebanyak masing-masing 3 baigan

dan masing – masing ditimbang beratnya.

2. Mengamati kenampakan luarnya, yang meliputi warna, kekerasan/tekstur dan

tingkat kesegaran.

3. Menyimpan bagian I pada suhu ruang, bagian II disimpan pada suhu dingin, dan

bagian III disimpan padaa suhu beku (freezer), masing-masing selama 3 hari.

Melakukan pengamatan terhadap warna, kekerasan dan tingkat kesegaran serta

beratnya. Dilakukan setiap hari selama 3 hari.

4. Melakukan thawing untuk bahan yang dibekukan, kemudian mengamati lagi atribut

di atas.

5. Mengulangi nomor 1-5, tetapi dilakukan pengemasan bahan kantong plastik

selama penyimpanan.

6. Mengamati suhu dan kelembaban ruang penyimpanan selama percobaan

dilakukan.

Page 19: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Penyimpanan buah segar

1. Mengambil 3 buah pisang tua dan 1 buah mangga.Ukurdiameter rata-rata dari

masing-masing buah.Amati kenampakan luar meliputi warna, kekasaran kulit,

kekerasan dan berat dari masing-masing bahan.

2. Menyimpan pisang dengan 3 variasi perlakuan, yaitu pisang disimpan tanpa

pengemas, dengan pengemas (dikemas dengan kantong plastik), dan dikemas

bersama mangga.

3. Menyimpan bagian I pada suhu ruangan, bagian II disimpan pada suhu dingin,

dan bagian III pada suhu beku (freezer), masing-masing selama 3 hari.

4. Melakukan pengamatan terhadap kenampakan luar yang meliputi warna,

kekasaran kulit, kekerasan, berat dan diameter rata-rata dari masing-masing

bahan yang dilakukan setiap hari selama 3 hari.

5. Melakukan thawing untuk bahan yang dibekukan, kemudian mengamati lagi

atribut di atas.

Penyimpanan bahan olahan

1. Mengupas Pepaya, memotong kecil-kecil buah pepaya, kemudian dibagi dua.

Bagian I dipotong kecil-kecil dan bagian II diblender.

2. Mengamati warna, kesegaran dan tekstur dari masing-masing potongan buah

pada bagian I dan mengukur viskositas, indeks refraksinya dan warna serta

tingkat kekeruhan masing-masing buah pada bagian II.

3. Membagi bahan-bahan pada bagian I dan bagian II menjadi tiga bagian. Masing-

masing bagian disimpan pada suhu kamar, suhu dingin dan suhu beku

(freezer)selama 3 hari. Melakukan pengamatan setiap hari selama penyimpanan

pada atribut di atas.

4. Melakukan thawing untuk bahan yang dibekukan dan ukurlah atribut diatas.

5. Mengamati suhu dan kelembaban ruang penyimpanan selama percobaan

dilakukan.

Page 20: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Pengamatan Hasil

1. Penyimpanan sayur segar

Perlakuan I (Suhu Kamar)

Hari Bahan Perlakuan

Parameter

Kesegaran Tekstur Warna Berat (g)

0

Tomat

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Kentang

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Sawi

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

1

Tomat

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Kentang

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Sawi

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

2

Tomat

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Kentang

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Page 21: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Sawi

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

3

Tomat

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Kentang

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Sawi

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Keterangan:

Kesegaran ; +++:segar ,++:kurang segar, +:layu

Tekstur; +++:keras,++ :agak lembek, +:lembek

Perlakuan II (Suhu Dingin)

Hari Bahan Perlakuan

Parameter

Kesegaran Tekstur Warna Berat (g)

0

Tomat

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Kentang

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Sawi

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Page 22: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

1

Tomat

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Kentang

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Sawi

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

2

Tomat

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Kentang

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Sawi

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

3

Tomat

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Kentang

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Sawi

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Keterangan:

Kesegaran ; +++:segar ,++:kurang segar, +:layu

Tekstur; +++:keras,++ :agak lembek, +:lembek

Page 23: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Perlakuan III (Suhu Beku)

Hari Bahan Perlakuan

Pengamatan

Kesegaran Tekstur Warna Berat (g)

0

Tomat

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Kentang

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Sawi

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

1

Tomat

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Kentang

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Sawi

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

2

Tomat

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Kentang

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Sawi

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Page 24: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

3

Tomat

Tanpa pengemas

Dengan pengemas

Kentang

Tanpa pengemas +++ +++ Coklat

Dengan pengemas +++ +++ Coklat

Sawi

Tanpa pengemas +

Daun: + Btng: + Hijau

Dengan pengemas ++

Daun: ++ Batang: +++ Hijau

Keterangan:

Kesegaran ; +++: segar ,++: kurang segar, +:layu

Tekstur; +++: keras,++ : agak lembek, +: lembek

Penyimpanan buah segar

Perlakuan I (suhu Kamar)

Hari Bahan

Parameter

D (cm) Warna Tekstur Kesegar-an Berat (g)

0

Mangga D :5,5 P :9,5

Pisang D :2,8 P :9,9

1

Mangga D :5,5 P :9,5

Pisang D :2,8 P :9,9

2

Mangga D :5,5 P :9,5

Pisang D :2,8 P :9

3

Mangga D :5,5 P :9,5

Pisang D :2,8 P :9

Page 25: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Keterangan:

Kesegaran Kekerasan

+++ :segar +++ :keras

++ :kurang segar ++ :agak lembek

+ :layu + :lembek

Perlakuan II (Suhu Dingin)

Hari Bahan

Parameter

D (cm) Warna Tekstur

Kesegar-an Berat (g)

0

Mangga D: 6 P: 9

Pisang D: 2,7 P: 9

1

Mangga D: 6 P: 9

Pisang D: 2,7 P: 9

2

Mangga D: 6 P: 9

Pisang D: 2,7 P: 8,9

3

Mangga D: 6 P: 9

Pisang D: 2,7 P: 8,8

Keterangan:

Kesegaran Kekerasan

+++ :segar +++ :keras

++ :kurang segar ++ :agak lembek

+ :layu + :lembek

Page 26: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Perlakuan III (Suhu Beku)

Hari Bahan

Parameter

D (cm) Warna Tekstur

Kesegar-an Berat (g)

0

Mangga D: 6,5 P: 9,2

Pisang D: 2,7 P: 9

1

Mangga D: 6,5 P: 9

Pisang D: 2,7 P: 9

2

Mangga D: 6,5 P: 9

Pisang D: 2,7 P: 9

3

Mangga D: 6,5 P: 9

Pisang D: 2,7 P: 9

Keterangan:

Kesegaran Kekerasan

+++ :segar +++ :keras

++ :kurang segar ++ :agak lembek

+ :layu + :lembek

Page 27: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Penyimpanan Bahan Olahan

Bagian I

Perlakuan I (Suhu Kamar)

Bahan

Hari ke-0

Warna

segar

Tekstur

Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging

Pepaya

Bahan

Hari ke-1

Warna

segar

Tekstur

Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging

Pepaya

Bahan

Hari ke-2

Warna

segar

Tekstur

Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging

Pepaya

Bahan

Hari ke-3

Warna

segar

Tekstur

Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging

Pepaya

Keterangan:

Kesegaran tekstur

+++ :segar +++ :keras

++ :kurang segar ++ :agak lembek

+ :layu + :lembek

Page 28: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Perlakuan II (Suhu Dingin)

Bahan

Hari ke-0

Warna

segar

Tekstur

Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging

Pepaya

Bahan

Hari ke-1

Warna

segar

Tekstur

Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging

Pepaya

Bahan

Hari ke-2

Warna

segar

Tekstur

Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging

Pepaya

Bahan

Hari ke-3

Warna

segar

Tekstur

Berat (g) Kulit

Daging Kulit Daging

Pepaya

Keterangan:

Kesegaran tekstur

+++ :segar +++ :keras

++ :kurang segar ++ :agak lembek

+ :layu + :lembek

Page 29: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Perlakuan III (Suhu Beku)

Bahan

Hari ke-0

Warna

segar

Tekstur

Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging

Pepaya

Bahan

Hari ke-1

Warna

segar

Tekstur

Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging

Pepaya

Bahan

Hari ke-2

Warna

segar

Tekstur

Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging

Pepaya

Bahan

Hari ke-3

Warna

segar

Tekstur

Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging

Pepaya

Keterangan:

Kesegaran tekstur

+++ :segar +++ :keras

++ :kurang segar ++ :agak lembek

+ :layu + :lembek

Page 30: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Bagian II

Perlakuan I (Suhu kamar)

Hari ke- Perlakuan Bahan Viskositas Warna

0 Dijuice

1 Dijuice

2 Dijuice

3 Dijuice

Perlakuan II (suhu dingin)

Hari ke- Perlakuan Bahan Viskositas Warna

0 Dijuice Pepaya 3,5 Cp Orange

1 Dijuice Pepaya 11,5 Cp Orange

2 Dijuice Pepaya 7 Cp Orange

3 Dijuice Pepaya 3 Cp Orange

Perlakuan II (suhu beku)

Hari ke- Perlakuan Bahan Viskositas Warna

0 Dijuice Pepaya 3,5 Cp Orange

1 Dijuice Pepaya 10 Cp Orange

2 Dijuice Pepaya 5 Cp Orange

3 Dijuice Pepaya 3 Cp Orange

Page 31: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

ACARA V

PEMBERSIHAN, SORTASI, DAN GRADING

A. PEMBERSIHAN Tujuan :

1. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur dan mengamati proses sortasi

dan grading bahan hasil pertanian (BHP).

2. Melakukan perhitungan kualitas dan variabel kualitas untuk mengkaji kelas kualitas

(grade), kerusakan yang tampak (visiabel), kerusakan tidak tampak (invisible

damager), bahan asing (foreign materials), keretakan (sound grain and crack).

Dasar Teori

1. Pembersihan

Pembersihan dalam penanganan bahan hasil pertanian adalah mengeluarkan/

memindahkan benda asing (kotoran) dan bahan-bahan hasil pertanian yang tidak

diinginkan dari bahan utama (produk yang diinginkan). Pembersihan bertujuan untuk

menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada hasil pertanian. Kebersihan

sangat mempengaruhi kenampakan. Oleh karena itu sebelum dipasarkan, hasil

pertanian sering dianggap sebagai sumber kontaminasi karena kotoran dapat

mengandung mikrooraganisme yang dapat merusak hasil panen.

Jenis kotoran pada bahan hasil pertanian, berdasarkan wujudnya dapat

dikemlompokkan menjadi:

a. Kotoran Berupa Tanah

Kotoran ini biasanya merupakan kotoran hasil ikutan yang menempel pada bahan

hasil pertanian pada saat bahan dipanen. Kotoran ini dapat berupa: tanah, debu,

dan pasir. Tanah merupakan media yang baik sebagai tempat tumbuh dan

berkembangnya mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan hasil

pertanian. Adanya tanah pada bahan hasil pertanian kadang-kadang sukar

dihindarkan, karena beberapa hasil pertanian terdapat di dalam tanah, seperti

umbi-umbian.

b. Kotoran Berupa Sisa Pemungutan Hasil

Kotoran jenis ini meliputi kotoran-kotoran sisa pemungutan hasil tanaman yaitu

bagian tanaman yang bukan bagian yang dipanen, antara lain berupa: dahan,

ranting, biji, kulit.

Page 32: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

c. Kotoran Berupa Benda-Benda Asing

Adanya kotoran yang berupa benda-benda asing seperti: unsur logam akan

memberi kesan ceroboh dalam penanganan hasil panen.

d. Kotoran berupa serangga atau kotoran biologis lain

Adanya kotoran yang berupa serangga seperti kecoa dan kotoran biologis lainnya

yang tercampur dengan bahan hasil pertanian dapat membawa bibit penyakit

seperti kolera, tipus, desentri dan lain-lain.

e. Kotoran berupa sisa bahan kimia

Kotoran berupa sisa bahan kimia dapat berasal antara lain dari obat-obatan

pestisida dan pupuk. Kotoran ini di samping mengganggu penampakan hasil panen

juga dapat menyebabkan keracunan pada konsumen. Pada konsentrasi yang

cukup tinggi, bahan kimia dapat menyebabkan keracunan secara langsung.

Sedangkan pada konsentrasi yang rendah, dan bila terus menerus akan tertimbun

dalam tubuh dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.

Secara umum pembersihan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1) Dry method yang diantaranya meliputi:

a. Penyaringan (screening)

b. Pemungutan dengan tangan (hand picking)

2) Wet method yang diantarannya meliputi:

a. Perendamam (soaking)

b. Water sprays

c. Rotary drum

d. Brush washer

e. Shuffle of shaker washer

B. SORTASI

Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai

fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik (kadar air, bentuk, ukuran, berat jenis,

tekstur, warna, benda asing/kotoran), kimia (komposisi bahan, bau dan rasa ketengikan)

dan biologis (jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga, jumlah mikroba dan daya

tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk bijian).

Ada dua macam proses sortasi, yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi

basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk memisahkan kotoran-

kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya dari simplisia

yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, maka bahan-bahan asing seperti tanah,

Page 33: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus

dibuang. Hal tersebut dikarenakan tanah merupakan salah satu sumber mikrobia yang

potensial, sehingga pembersihan tanah dapat mengurangi kontaminasi mikroba pada

bahan obat. Sedangkan sortasi kering pada dasarnya merupakan tahap akhir

pembuatan simplisia. Tujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-

bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal pada

simplisia kering. Sortasi dapat dilakukan dengan atau secara mekanik.

Tujuan:

1. Untuk memperoleh simplisia yang dikehendaki, baik kemurnian maupun kebersihan

(Widyastuti, (1997).

2. Memilih dan memisahkan simplisia yang baik dan tidak cacat

3. Memisahkan bahan yang masih baik dengan bahan yang rusak akibat kesalahan

panen atau serangan patogen, serta kotoran berupa bahan asing yang mencemari

tanaman obat (Santoso, 1997).

Bahan yang dapat disortasi

Semua simplisia baik berupa daun, batang, rimpang, korteks, buah, akar, biji, dan

bunga.

Batasan yang disortasi

Pada dasarnya, penyortiran bahan tanaman obat dilakukan sesuai dengan jenis

simplisia yang akan digunakan. Hal tersebut dikarenakan perlakuan terhadap setiap

jenis simplisia berbeda. Berikut ini adalah beberapa contoh batasan penyortiran

terhadap beberapa simplisia:

1. Simplisia daun

Yang diambil adalah daun yang berwarna hijau muda sampai tua, sedangkan yang

dibuang adalah daun yang berwarna kuning atau kecoklatan.

2. Simplisia bunga

Misal pada simplisia bunga srigading, yang dibuang adalah tangkai bunga dan

daun yang terikut saat panen (Widyastuti, 1997).

3. Simplisia

Misal pada daun kopi, sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang

superior (masak, bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah,

berlubang dan terserang hama/penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan

kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas. Pada simplisia buah

Page 34: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

adas, buah yang sudah kering dipisahkan dari tangkainya dengan cara memukul

batang atau tangkai buah sehingga buah adas lepas (Widyastuti, 1997).

4. Simplisia rimpang

Biasanya, pada simplisia rimpang seringkali jumlah akar yang melekat pada

rimpang terlampau besar, sehingga harus dibuang.

Peraturan sortasi

Menurut WHO Guidelines on Good Agricultural and Collection Practice (GACP) for

madicinal plants:

1. Pemeriksaan visual terhadap kontaminan yang berupa bagian-bagian tanaman

yang tidak dikehendaki/digunakan.

2. Pemeriksaan visual terhadap materi asing.

3. Evaluasi organoleptic meliputi: penampilan, penampilan, kerusakan, ukuran, warna,

bau, dan mungkin rasa.

GRADING

Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan konsumen

atau berdasarkan nilai komersilnya. Sortasi dan grading berkait erat dengan tingkat

selera konsumen suatu produk atau segmen pasar yang akan dituju dalam pemasaran

suatu produk. Terlebih apabila yang akan dituju adalah segmen pasar tingkat

menengah ke atas dan atau segmen pasar luar negeri. Kegiatan sortasi dan grading

sangat menentukan apakah suatu produk laku dipasar atau tidak.

Pada kegiatan grading, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkan pada

kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan,

kesegaran, ada atau tidak adanya serangan/kerusakan oleh penyakit, adanya

kerusakan oleh serangga, dan luka/lecet oleh faktor mekanis. Pada buah budidaya

tanaman, penyortiran produk hasil panenan dilakuakn secara manual atau

menggunakan mesin penyortiran. Grading secara manual memerlukan tenaga yang

trampil dan terlatih, dan bila hasil panen dalam jumlah besar akan memerlukan lebih

banyak tenaga kerja.

Alat dan Bahan

1. Wadah plastik

2. Moisture tester

3. Timbangan

4. Gabah

Page 35: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

5. Beras

6. Kedelai

CARA KERJA

1. Menimbang massa gabah, beras dan kedelai masing-masing 500 gram.

2. Mengukur kadar air gabah, beras dan kedelai menggunakan moisture tester.

3. Melakukan penyortiran terhadap butir utuh, butir patah, butir menir, butir hijau

mengapur, butir kuning/rusak, benda asing, dan butir gabah, beras dan kedelai

yang dilakukan manual dengan tangan

4. Menghitung derajat sosoh

5. Menghitung persentase gabah, beras dan kedelai yang hilang.

CARA PENGAMATAN

Sampel gabah

No Karakteristik Bobot (gram)

% hasil praktikum

% SNI 01.0224-1987

I II III

1 Kadar air (maks)

2 Gabah hampa (maks)

3 Butir rusak + butir kuning (maks)

4 Butir mengapur + gabah muda (maks)

5 Gabah merah (maks)

6 Benda asing (maks)

7 Gabah varaietas lain(maks)

Total

Sampel beras

Page 36: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

No Karakteristik Bobot (gram)

% hasil prakt

% SNI 01.0224-1987

I II III IV V

1 Derajat sosoh

2 Kadar air (maks)

3 Butir utuh (8/10-10/10) maks

4 Butir patah (2/10-6/10) maks

5 Butir Menir (≤ 2/10) maks

6 Butir hijau/mengapur (maks)

7 Butir kuning/rusak (maks)

8 Benda asing (maks)

9 Butir gabah (maks)

10 Campuran varietas lain (maks)

Total

Sampel kedelai

No Karakteristik Bobot (gram)

% hasil praktikum

% SNI 01.0224-1987

I II III IV

1 Kadar air (maks)

2 Butir belah (maks)

3 Butir rusak (maks)

4 Butir warna lain (maks)

5 Butir keriput (maks)

6 kotoran (maks)

Total

F. PEMASAN Cara Perhitungan Sortasi Beras I:

Kadar air

Kadar air = 13,5 %

Gabah hampa (maks)

Gabah hampa = Berat gabah hampa x 100%

Berat contoh

Gabah rusak + butir kuning (maks)

Gabah rusak + butir kuning (maks)

= Berat gabah rusak x 100%

Berat contoh Butir mengapur + gabah muda (maks)

Butir mengapur + gabah muda (maks)

= Berat butir mengapur/gabah muda x 100%

Berat contoh

Page 37: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Gabah merah (maks) = Berat gabah merah x 100% Berat contoh

Benda asing (maks)

Benda asing = Benda asing x 100% Berat contoh

Gabah varietas lain = Berat varietas lain x 100% Berat contoh Standar SNI untuk kadar air gabah sebesar 14%, sedangkan gabah hampa

untuk standar SNI sebesar 3%, butir rusak gabah dan butir kuning gabah dengan

standar SNI sebesar 7%, serta persentase butir mengapur dan gabah muda standar

SNI sebesar 10%.

Perhitungan Sotasi Beras II:

Perhitungan:

Derajat sosoh

Derajat sosoh = Massa beras (sampel 100g) – (0,69+0,07+0,00+0,00) x 100%

Berat contoh Kadar air

KadButir utuh (8/10-10/10) maks

Butir utuh = Berat butir utuh x 100% Berat contoh

Butir patah (2/10-6/10) maks

Butir patah = Berat beras patah x 100% Berat contoh

Butir Menir (≤ 2/10) ma

Butir menir = Berat butir menir x 100% Berat contoh

Butir hijau/mengapur (maks)

Butir hijau/mengapur = Berat butir hijau/mengapur x 100% Berat contoh

Butir kuning/rusak (maks)

Butir kuning/rusak = Berat butir kuning/rusak x 100% Berat contoh

Benda asing (maks)

Benda asing = Bendan asing x 100% Berat contoh

Butir gabah (maks)

Page 38: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Butir gabah = Berat Benda butir gabah x 100% Berat contoh

Butir Campuran varietas lain (maks)

Butir campuran varietas lain = Berat butiran lain x 100% Berat contoh Percobaan mengenai sortasi beras dapat dilihat dari tabel yang menunjukkan

bahw butir utuh beras yang di uji Kedelai

Perhitungan:

Kadar air

Butir belah (maks)

Butir belah = Berat butir belah x 100% Berat contoh

Page 39: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

ACARA VI

PENGEMBANGAN KREATIVITAS

A. PEMBUATAN LILIN AROMATERAPI

Aromaterapi ialah istilah generik bagi salah satu jenis pengobatan alternatif yang

menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak

esensial dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk

mempengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang, yang sering digabungkan

dengan praktik pengobatan alternatif dan kepercayaan kebatinan.

Berkaitan dengan aroma terapi ada 2 jenis lilin yang digunakan yaitu lilin untuk

pemanas tungku dan lilin aromaterapi. Lilin yang digunakan untuk memanaskan tungku

aroma terapi tidak memiliki wangi aroma terapi karena fungsinya adalah memanaskan

tungku yang berisi aroma terapi essential oil. Sedangkan lilin aromaterapi adalah lilin

yang jika dibakar akan mengeluarkan wangi aroma terapi.

Lilin aromaterapi merupakan sebuah benda yang dapat memberikan

penggunanya ketenangan saat menyalakannya. Pengharum ruangan ini hadir dalam

berbagai aroma dari minyak esensial yang terkandung pada masing-masing lilin

sehingga menghasilkan wangi yang berbeda-beda.

Manfaat lilin aromaterapi ini ternyata memberikan dampak positif bagi tubuh si

penggunanya tergantung dari wangi yang dihirup. Lilin aromaterapi tidak hanya

digunakan di dalam rumah saja melainkan juga di tempat-tempat perawatan kecantikan,

perawatan tubuh, pusat kesehatan, dan sebagainya. Agar manfaat lilin aromaterapi dari

masing-masing aroma membawa dampak baik yang tepat untuk tubuh maka aromanya

harus disesuaikan dengan manfaatnya.

Bahan yang perlu disediakan: 1. Essential oil

Minyak esensial merupakan yang paling penting untuk membuat lilin aroma

terapi. Minyak esensial ini merupakan ekstrak bunga-bunga atau kayu atau rempah.

Setiap aroma memiliki khasiatnya masing-masing. Namun harus hati-hati dalam

membeli minyak esensial ini, karena salah-salah kamu dapat yang sintetis. Pastikan

minyak esensial oil yang kamu gunakan adalah minyak esensial murni, bukan sintetis.

Karena penggunaan minyak sintetis bukannya memberi manfaat, malah mungkin

merugikan kesehatan kamu.

Page 40: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

2. Parafin blok

Parafin merupakan bahan dasar pembuatan lilin. Parafin yang saya beli

bentuknya blok gitu. Teksturnya kaya lilin batangan putih yang suka saya pakai ketika

mati lampu, tapi kayanya parafin blok lebih keras, sama putihnya agak bernuansa

berkristal.

3. White oil

White oil berfungsinya untuk mengeraskan kembali parafin pasca di lelehkan.

4. Pewarna

Bisa pakai krayon atau pewarna khusus lilin (candle dye).

5. Air

Peralatan: 1. Kompor

2. Panci

3. Stainless mug

4. Pengaduk kayu

5. Cetakan dari kayu atau gelas kaca yang tebaaal

6. Benang kasur

Cara pembuatan:

Didihkan air dalam panci

Taruh 500 gram parafin blok dalam stainless mug

Lelehkan parafin dengan cara memasukan stainless mug ke dalam panci berisi air.

Jangan sampai airnya masuk dan bercampur dengan parafin.

Setelah parafin meleleh, tambahkan white oil dan pewarna secukunya, kemudian

aduk menggunakan pengaduk kayu.

Siapkan cetakan, jangan lupa taruh benang kasur dalam cetakan untuk sumbu lilin.

Setelah parafin, white oil dan pewarna tercampur sempurna, angkat mug dari panci.

Tunggu dulu selama 2 menit sebelum dimasukan ke dalam cetakan. Nah, si minyak

esensial dimasukan sebelum bahan dimasukan ke cetakan. 2,5 ml untuk 500 gram

parafin.

Page 41: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

Yang perlu diperhatikan:

1. Gunakan api kecil untuk menghindari adonan lilin mendidih dan membuat

gelembung.

2. Jangan sampai parafin jatuh ke api. Bahaya.

B. PEMBUATAN CAMILAN FUNGSIONAL

Bahan dan Peralatan :

1. 1/2 kg rimpang jahe atau kunyit putih

2. 1/2 lt air

3. 1/2 kg gula

4. Dengan perbandingan 1 : 1 :1

5. Panci /wajan stinlis

6. Alat penggoreng kayu

7. Kompor

Cara Pembuatan

1. Jahe dikupas lalu dicuci bersih.

2. Dipotong tipis2 bentuk sesuai selera.

3. Siapkan panci/wajan stainlees berisi air + gula lalu didihkan dengan api kecil

dan diaduk.

4. Setelah mendidih masukan potongan jahe dan aduk terus sampai air habis

dan gula mengkristal jangan sampai menggumpal.

5. Setelah diangkat lalu didinginkan dan disimpan dalam tempat yg kering dan

tertutup.

C. PEMBUATAN JAMU INSTAN

Bahan dan Peralatan :

1. 1/2 kg rimpang jahe atau kunyit putih

2. 1/2 lt air

3. 1/2 kg gula

4. Dengan perbandingan 1 : 1 :1

5. Panci /wajan stinlis

Page 42: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

6. Alat penggoreng kayu

7. Kompor

8. Blender

9. kain Penyaringan

Cara Kerja

1. Rimpang dikupas lalu dicuci bersih.

2. Dipotong kecil, lalu blender sampai dengan halus.

3. Saring untuk mengambil sari dari rimpang yang sudah diberi air sesuai ukuran

perbandingan.

4. Siapkan panci/wajan stinlis berisi air sari rimpang + gula lalu didihkan dengan api

kecil dan diaduk.

5. Aduk terus sampai air habis dan gula mengkristal jangan sampai menggumpal.

6. Setelah diangkat lalu didinginkan.

7. Setelah dingin jamu diblender sampai halus dan jamu siap untuk dikemas atau

disajikan.

D. PEMBUATAN BEDAK DINGIN

Bahan dan Peralatan :

1. ½ Kg bengkuang

2. ¼ lt air

3. 100 gram tepung beras

4. Pewangi sesuai selera

5. Baskom

6. Kain Penyaring

7. Blender

8. Pisau

Cara Kerja:

1. Bengkuang dikupas lalu dicuci bersih.

2. Dipotong kecil lalu blender hingga halus.

3. Siapkan baskom serta kain penyaring.

4. Setelah penyaringan untuk diambil sari bengkuang didiamkan semalam untuk

diendapkan.

Page 43: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

5. Setelah didiamkan semalam air yang terdapat pada baskom dibuang dan

diambil endapan sari bengkuang.

6. Setelah itu endapan dicampur dengan tepung beras serta pewangi

7. Adonan dibentuk bulatan kecil

8. Bulatan kecil yang telah dibuat dikeringkan dengan cara penjemuran secara

langsung dibawah sinar matahari.

9. Setelah melalui tahap penjemuran bedak dingin yang sudah kering siap untuk

dikemas.

E. LOTION ANTI NYAMUK DARI TANAMAN ZODIA

Pengantar

Secara umum membuat obat nyamuk oles / lotion anti nyamuk bertujuan untuk

melindungi kulit dari gigitan nyamuk. Kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan

nyamuk, serangga kecil yang sering menjadi pengganggu lelapnya tidur. Ketika nyamuk

menusuk kulit manusia maka akan mengeluarkan air liurnya yang mengandung zat

kimia tertentu sehingga darah tidak membeku dan nyamuk tersebut bisa menyedot

darah sebanyak mungkin. Gigitannya meninggalkan bentolan gatal di kulit yang

merupakan reaksi tubuh terhadap air liur nyamuk. Rasa gatal karena gigitan nyamuk

memang paling enak digaruk karena dapat meredakan gatal dengan cepat. Namun

sebaiknya tidak digaruk karena dapat menyebabkan infeksi. Gigitan nyamuk juga bisa

menyebabkan penyakit, diantaranya demam berdarah dan cikungunya. Nyamuk aedes

aegypti adalah pembawa virus dari penyakit demam berdarah dan menularkan virus

cikungunya. Demam ini bisa menjadi penyakit yang mematikan jika tidak segera

ditangani. Nah, lebih baik mencegah gigitan nyamuk dari pada mengobatinya bukan

Sehingga banyak cara pun dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk yang sangat

menganggu, salah satu caranya yaitu dengan membuat obat nyamuk oles / lotion anti

nyamuk. Salah satu tanaman-tanaman yang banyak dipakai sebagai bahan obat anti

nyamuk adalah zodia.

Bunga Zodia (Evodia Suaveolensi), aslinya dari Papua (Irian), tapi sekarang di

Jawa juga banyak banget bunga ini. Daunnya biasa digunakan orang Papua untuk

melindungi kulit mereka dari serangga dan nyamuk, caranya dengan menggosok

kulitnya dengan dedaunan tanaman ini. Tanaman zodia mengandung zat evodiamine

dan rutaecarpine. Apabila disuling mengeluarkan zat yang mengandung linalool dan

apinene. Zat linalool inilah yang berfungsi sebagai pengusir nyamuk. Tanaman zodia

Page 44: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

bisa diperbanyak melalui stek ranting maupun bijinya. Ketika sudah berbunga dan

berbiji, biji zodia akan jatuh dan tumbuh di sekitarnya. Tapi zodiac membutuhkan sedikit

perhatian, saat fase pertumbuhan, bila langsung kena sinar matahari, bisa-bisa malah

mati. Dan sebaliknya, bila kurang sinar matahari justru pertumbuhannya tidak sehat.

Tanaman ini akan tumbuh subur bila dikembangkan di daerah yang cukup dingin.

Bunganya, (lagi-lagi) kecil-kecil bergerombol, warnanya putih tulang agak kekuningan.

Bahan dan Peralatan:

Mahasiswa praktikan harus membawa :

Cleansing Milk 500 gram

Minyak DDT 3 cc

Champer spt 150 cc

Minyak Cengkeh 10 cc

Minyak kayu putih 10 cc

Menthol Po 5 gram

Cara Kerja

1. Campurkan Cleansing Milk, Minyak DDT, Champer, Minyak cengkeh, dan Minyak

kayu putih, kemudian aduk hingga rata. Tambahkan Menthol Po sambil diaduk

terus hingga semua bahan tercampur.

2. Apabila kelihatan kurang jernih (keruh), maka saringlah dengan kain halus.

Kemudian untuk menyimpan hasil saringannya dimasukka ke dalam botol dan tutup

rapat agar tidak kering.

3. Lotion siap digunakan.

Page 45: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id

]

DAFTAR PUSTAKA

. Anonim, 2012. Buku Petunjuk Praktikum Satop II. Institut Pertanian Stiper, Yogyakarta

Makwana A. S., Polara N.D., dan Viradia R.R. 2014. Effect of pre-cooling on post

harvest life of mango (Mangifera indica L.). CV. Kesar Food Science and

Technology 2: 6-13.

Golob, Peter, Graham F., dan John E.O. 2002. Crop Post-Harvest: Science and

Technology. Blackwell Publishing Company, Oxford.

Jaksen. M.A., 2009. Rekayasa Bioproses. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.

Kader, A.A., Werner J.L., dan Leonard L.M. 1973. Systems for scoring quality of

harvested lettuce. HortScience 8: 408-409.

Pantastico, Er.B. 1975. Postharvest Physiology, Handling, and Utilization of Tropical

and Sub Tropical Fruits and Vegetables. The AVI Publishing Company, Inc,

Westport.

Pratama, R.A. 2015. Pendinginan Awal. Pasca Panen Hortikultura. Fakultas Pertanian

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Peter, K.V.E. 2009. Basics of Horticulture. New India Publishing Agency, New Delhi.

Santoso, M.B. dan Widyaiswara Madya. 2013. Penanganan Pasca Panen Hortikultura.

http://bbppbinuang.info/news11-penanganan-pasca-panen

hortikultura.html>.tanggal 1 Mei 2015.

Utama, I Made S. 2002. Pengelolaan Pascapanen Produk Hortikultura. Postharvest

Handling Workshop, Manado.

Verma, L.R. dan V.K. Joshi. 2000. Postharvest Technology of Fruits and Vegetables:

Handling, Processing, Fermentation and Waste Management. Indus Publishing

Company FS-5, New Delhi.

Yuniar dan Effendy, Sl. 2011. Teknik Pengolahan Pangan. Palembang : Politeknik

Negeri Sriwijaya.