TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id
Transcript of TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN - agribis.upnjatim.ac.id
]
PANDUAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Oleh:
Dr. Ir. Endang Yektiningsih, MP.
Gyska Indah Harya, SP., M.Agr
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
]
KARTU PESERTA PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Nama Mahasiswa : ………………………………………………………
N P M : ………………………………………………………
Semester / Progdi : ………… / Agribisnis
Tahun Akademi : 2019 / 2020
Golongan : ……………………………………………………..
No Acara Praktikum Tanggal Praktikum
Nilai Aktivitas
Nilai Laporan
Paraf Pembimbing
Mengetahui,
Kalab Kewirausahaan, Koordinator Dosen Pembimbing
IR. EKO PRIYANTO, MP DR.IR. ENDANG YEKTNINGSIH, MP.
]
KATA PENGANTAR
Belajar merupakan proses meningkatkan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan peserta didik yang dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di
luar kelas. Tujuan pembelajaran adalah membentuk manusia yang mampu
memecahkan masalah secara ilmiah dengan tetap memegang prinsip etika dan
estetika sehingga diharapkan menjadi insan yang lebih berdaya guna.
Selaras dengan prinsip dan tujuan pembelajaran tersebut maka Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur menyusun kurikulum yang dilengkapi dengan praktek sehingga
diharapkan mahasiswa tidak hanya mampu memecahkan masalah secara
konsep, tetapi juga terampil secara praktis melalui tugas-tugas praktikum.
Salah satu mata praktikum adalah Teknologi Hasil Pertanian yang
ditujukan untuk melatih mahasiswa agar mampu menangani hasil pertanian
yang terdiri dari penanganan saat panen, penanganan segera setelah panen,
dan penanganan pasca panen. Praktikum ini lebih banyak diselenggarakan di
dalam laboratorium dan dilengkapi dengan tinjauan lapang.
Buku Panduan Praktikum Teknologi Hasil Pertanian ini tersusun tanpa
terlepas dari masukan berbagai pihak, oleh karena itu selayaknya penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga.
Dengan berbekal ketidaksempurnaan maka penyusun berharap adanya saran
yang membangun sehingga materi dari Buku Panduan ini semakin berbobot dan
bermanfaat.
Surabaya, Oktober 2019
Penyusun
]
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KARTU PESERTA PRAKTIKUM 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
PENDAHULUAN 4
ACARA I : PENGERINGAN 5
ACARA II : PENGOLAHAN DENGAN SUHU TINGGI 7
ACARA III : PENCAMPURAN (MIXING) 11
ACARA IV : PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH (PENDINGINAN) 14
ACARA V : PENDINGINAN DAN PEMBEKUAN PADA SAYUR DAN BUAH 16
ACARA VI : PEMBERSIHAN, SORTASI, DAN GRADING 30
ACARA VII : ALTERNATIF PENGEMBANGAN KREATIVITAS 38
DAFTAR PUSTAKA 44
]
PENDAHULUAN
Teknologi Hasil Pertanian merupakan ilmu yang mempelajari tentang
penanganan, pengamanan dan pengolahan hasil pertanian sampai menjadi bahan
pangan dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Definisis lain menyebutkan bahwa
Teknologi Hasil Pertanian adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan
tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) guna memperoleh
manfaatnya seoptimal mungkin dan sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari
pangan tersebut. Dalam teknologi hasil pertanian, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan
kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut.
Spesialisasinya beragam, diantaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan,
penyimpanan dan sebagainya.
Adanya teknologi hasil pertanian atau teknologi pangan sangat menunjang
ketersediaan pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara
kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin. Di lain pihak manusia tidak mungkin
menunda keperluan untuk konsumsinya hingga masa panen tiba. Oleh karena itu
adanya teknologi pengolahan hasil pertanian sangat diperlukan sehingga makanan
dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Teknik pengawetan juga
memungkinkan untuk mendistribusikan bahan pangan secara merata ke seluruh
penjuru dunia. Sebagai ilustrasi, pada jaman dahulu, orang-orang di Eropa tidak bisa
menikmati makanan-makanan yang berasal dari Asia, tetapi dikarenakan teknologi
pangan maka setiap bangsa dapat menikmati makanan khas bangsa lainnya.
]
ACARA I
PENGERINGAN
Pendahuluan
Pengeringan adalah proses pengeluaran atau menghilangkan sebagian air dari
suatu bahan sampai kadar air keseimbangan dengan udara lingkungan atau sampai
kadar air tertentu dimana jamur, enzim dan serangga yang merusak tidak dapat aktif.
Proses penguapan air dari bahan dapat dicapai melalui penggunaan energi panas
(pengeringan suhu tinggi) atau dengan cara dehumidifikasi (penurunan RH) sehingga
terjadi keseimbangan RH.
Proses pindah panas pada pengeringan tergantung pada suhu, kelembaban udara, laju
aliran udara, permukaan bahan yang langsung berhubungan dengan udara dan
tekanan udara. Laju perpindahan uap air dari bahan ke udara tergantung pada suhu
bahan, komposisi bahan dan kadar air awal. Semakin tinggi suhu pengeringan pada RH
konstan maka waktu pengeringan akan semakin cepat. Semakin besar RH pada suhu
udara konstan maka waktu pengeringan semakin panjang.
Ada tiga faktor yang menentukan kemampuan udara pengering untuk
mengeluarkan air dari bahan , yaitu :
1. Jumlah uap air pada udara pengering,
2. Suhu udara dan
3. Jumlah udara yang melewati bahan pangan
Tujuan Praktikum:
Mengetahui pengaruh pengeringan terhadap mutu dan umur simpan buah.
Alat dan Bahan
Alat : pisau stainless steel, panci dan pengering cabinet
Bahan : apel, pepaya, pisang, nenas, mangga. Air kapur 0.2 %, larutan gula 40% dan
larutan gula 60%.
Perlakuan:
A1 : Blanching
A2 : Tanpa blancing
B1 : Dikeringkan dengan panas matahari
B2 : Dikeringkan dengan cabinet dryer
]
Prosedur Kerja:
1. Timbang berat dari sejumlah buah, lalu dikupas menggunakan pisau stainless steel.
2. Buah dipotong-potong kecil berbentuk kubus atau memanjang (balok) dan
kemudian dicuci dengan air bersih, lalu ditiriskan.
3. Rendam dalam larutan kapur 0.2% selama 15 menit, kemudian tiriskan selama 2
jam
(kontrol tidak direndam).
4. Rendam dalam larutan gula 40% selama 12 jam, tiriskan, kemudian rendam lagi
dalam larutan gula 60% selama 12 jam dan tiriskan lagi selama 1 jam.
5. Keringkan dalam alat pengering kabinet dan pengering matahari bersuhu 40-500C
sampai beratnya konstan.
6. Masukkan ke dalam kantung plastik, ditutup dan disimpan pada suhu kamar.
Tugas:
Tentukan kadar gula, pH, kekerasan, rasa dan bau secara organoleptik, serta ada
tidaknya pertumbuhan mikroorganisme secara visual dari:
1. Buah-buahan segar
2. Buah-buahan kering sebelum disimpan (0 minggu) dan setelah disimpan selama 2
dan 4 minggu.
3. Buah-buahan kering setelah mengalami rehidratasi (direndam dalam air bersih
selama 12 jam) dari buah kering sebelum disimpan (0 minggu) dan setelah
disimpan selama 2 dan 4 minggu.
4. Tentukan rendemen masing-masing buah kering
5. Tentukan ratio rehidratasi dari masing-masing buah kering.
6. Buat tabel dari hasil pengamatan dan buat diskusi serta kesimpulan dari hasil
percobaan yang dilakukan
]
ACARA II
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DENGAN SUHU TINGGI
Pendahuluan
Dalam proses pengolahan pangan dengan menggunakan panas, selalu
dihadapkan dalam dua pilihan yang bertentangan, yaitu semakin tinggi suhu maka
populasi mikroba akan semakin menurun, tetapi semakin tinggi suhu juga dapat
menyebabkan kerusakan zat gizi yang semakin meningkat. Oleh karena itu diperlukan
cara menentukan suhu dan waktu yang tepat yang disebut optimasi proses.
Tujuan penggunaan panas selain untuk proses pengolahan bahan pangan yaitu untuk
menghasilkan produk pangan olahan, juga digunakan untuk menghilangkan atau
mengurangi aktifitas biologis yang tidak diinginkan dalam bahan pangan, seperti
aktifitas mikroba dan enzim sehingga masa simpan bahan dapat diperpanjang.
Pemanasan bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu
blanching, pasteurisasi dan sterlisasi.
Blanching:
Adalah pemanasan awal dengan suhu lebih kecil dari 1000C selama kurang
lebih 10 menit. Blanching bertujuan untuk menghilangkan bau, lendir dan
menginaktifkan enzim.
Pasteurisasi:
Adalah pemanasan pada suhu lebih kecil atau sama dengan 1000C pada
selang waktu tertentu (tergantung jenis bahan). Pasteurisasi bertujuan untuk
membunuh sel-sel vegetatif dan patogen.
Sterilisasi:
Adalah pemanasan pada suhu di atas 1000C dalam waktu yang relatif lama
sehingga mikroba mati. Sterilisasi bertujuan untuk membunuh mikroba patogen dan
spora pembusuk. Sterilisasi dikelompokkan menjadi 2 yaitu : sterilisasi murni/sempurna
dan sterilisasi komersial.
Tujuan Praktikum:
1. Mengetahui berbagai jenis pengolahan bahan (dalam hal ini pengolahan pindang
ikan dengan menerapkan teknologi pengolahan pasca panen.
]
2. Membandingkan mutu ikan yang dihasilkan dengan berbagai metode pmanasan
pada pindang ikan secara organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur.
3. Mengetahui rendemen yang terdapat pada pindang ikan.
Perlakuan
1. Pemindangan dengan pengukusan
2. Pemindangan dengan perebusan
3. Pemindangan dengan panci bertekanan (presto)
Alat dan Bahan
Alat :
Panci perebusan stainless steel, Kukusan, Presto,
Pisau stainless steel
Baskom
Piring
Timbangan
Sendok
Garpu
Pengaduk
Daun pisang
Talenan
Kuali
Kompor
Tusuk gigi
Sutil
Bahan :
Ikan gabus
Jeruk nipis
Larutan garam 5-10%
Asam jawa
Bumbu
]
Prosedur praktikum
1. Dengan pengukusan
Bersihkan ikan dan buang bagian sisik, sirip, insang, perut serta bagian-bagian
lain yang tidak dapat dimakan. Kemudian cuci bersih ikan dan beri air jeruk nipis
untuk mengurangi bau amis ikan.
Buat larutan garam jenuh 5-10% dari berat bahan. Membuat larutan garam
jenuh 5-10% yaitu dengan mencampurkan 1 bagian garam : 4 air kemudian
diaduk sambil dipanaskan.
Ikan bersih direndam dalam air garam tersebut lebih kurang 30 menit. Kemudian
cuci dengan air dan tiriskan
Masak bumbu gulai, daun kemangi, dan daun jeruk purut sampai mengeluarkan
aroma. Lumuri ikan dengan bumbu yang telah masak dengan menggunakan
daun pisang.
Kemudian kukus dalam panci perebusan stainless steel. Masak selama 30
menit.
2. Dengan perebusan
Bersihkan ikan dan buang bagian sisik, sirip, insang, perut serta bagian-bagian
lain yang tidak dapat dimakan. Kemudian cuci bersih ikan dan beri air jeruk nipis
untuk mengurangi bau amis ikan.
Timbang garam sebanyak 5-10% dari berat ikan, kemudian ikan bersih direndam
dalam air garam tersebut lebih kurang 30 menit. Kemudian dicuci
dengan air dan tiriskan.
Masak bumbu gulai, masukkan santan kelapa, daun kemangi dan dan jeruk
purut sampai mengeluarkan aroma. Lumuri ikan dengan bumbu yang telah
dimasak dengan menggunakan daun pisang.
Tambahkan sedikit air, dan rebus selama 30 menit hingga airnya habis.
3. Dengan panci bertekanan tinggi
Bersihkan ikan dan buang bagian sisik, sirip, insang, perut serta bagian-bagian
lain yang tidak dapat dimakan. Kemudian ikan dicuci bersih dan diberi air jeruk
nipis untuk mengurangi bau amis ikan.
Buat larutan garam jenuh dengan cara melarutkan garam di dalam air dengan
perbandingan antara garam : air = 1 : 4, sebanyak 5-10% dari berat ikan.
]
Ikan yang sudah bersih direndam dalam larutan garam tersebut selama lebih
kurang 30 menit, kemudian cuci dengan air dan tiriskan.
Masak bumbu gulai, daun kemangi dan daun jeruk purut sampai mengeluarkan
aroma, Lumuri ikan dengan bumbu yang telah masak dengan menggunakan
alumunium foil.
Kemudian masak dalam panci bertekanan tinggi (presto) selama 30 menit pada
suhu 1210C.
TUGAS
1. Lakukan pengamatan pada setiap perlakuan ikan pindang, meliputi uji organoleptik
terhadap aroma, warna, tekstur dan rasa ikan dengan menggunakan uji hedonik
skala 1-5 (5=sangat suka, 4= suka, 3 = netral/agak suka, 2 = tidak suka, 1 = sangat
tidak suka).
2. Catat hasil pengamatan
3. Hitung rendemen setiap perlakuan
4. Buat laporan percobaan
]
ACARA III
PEMBUATAN TEKNOLOGI PENCAMPURAN (MIXING)
Pendahuluan
Proses pencampuran (mixing) merupakan salah satu proses penting dalam pengolahan
pangan terutama dalam teknologi emulsi, seperti butter, salad dressing, dan mayonaise.
Aplikasi teknologi emulsi saat ini terus berkembang, misalnya dalam proses pembuatan
roti maupun obat-obatan (therapeutic feeding). Salah satu bentuk emulsi pangan yang
penting adalah mayonaise yang merupakan bentuk emulsi minyak di dalam air (oil in
water) dimana terdapat 60-80% fase terdispersi berupa minyak.
Bahan-bahan pengemulsi yang terdapat pada mayonaise adalah kuning telur
danmustard. Teknologi pembuatan mayonaise sudah diketahui sejak ratusan tahun
yang lalu dengan formula komersial adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Formula Komersial Pembuatan Mayonaise
Bahan Persen
Minyak 75.0
Garam 1.5
Kuning Telur 8.0
Mustard 1.0
Air 3.5
Vinegar (6%) 11.0
Sumber: Anonim, 2016.
Dalam pembuatan mayonaise juga sering ditambahkan bahan-bahan tambahan lain
seperti flavor atau pewarna. Kestabilan emulsi merupakan faktor yang penting
diperhatikan dalam pembuatan mayonaise. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kestabilan emulsi pada mayonaise adalah:
1. Kuning telur
2. Volume fase terdispersi dan pendispersi
3. Pengaruh mustard
4. Metode pencampuran
5. pH air
6. Viskositas
]
Dari keenam faktor tersebut, kuning telur merupakan faktor yang paling kritis.
karena kuning telur bertindak sebagai emulsifier dalam pembuatan mayonaise.
Komposisi kuning telur dalam persen adalah sebagai berikut: Lemak 11.5; Protein 16.0;
Lesitin 10.0; Kolesterol 1.5; Garam 2.0; Air 48.0.
Dari komponen kuning telur di atas, komponen yang bersifat sebagai bahan aktif
permukaan (surface active-agent) adalah lesitin dan kolesterol. Lesitin adalah
komponen surface active dan dikenal sebagai emulsifier yang baik, namun kolesterol
adalah emulsifier yang efisien. Hal ini menyebabkan sulit menentukan komponen yang
paling berperan sebagai emulsifier. Rasio lesitin : kolesterol sangat menentukan tipe
emulsi yang terbentuk. Emulsi minyak-air (50-50), akan berubah menjadi emulsi
air/minyak jika rasio lesitin:kolesterol kurang dari 8:1 (secara alami rasioesitin/kolestrol
dalam kuning telur adalah 6:7).
Penggunaan kuning telur segar dalam pembuatan mayonaise akan
menghasilkan mayonaise yang lebih baik dibanding kuning telur yang sudah disimpan,
karena lesitin akan mengalami kerusakan dan menyebabkan rasio lesitin/kolesterol
akan berkurang. Berdasarkan hal ini maka hal yang paling memungkinkan sebagai
bahan penstabil pada mayonaise adalah mustard.
Tujuan Percobaan :
Mempelajari sifat-sifat emulsi minyak di dalam air (O/W) khususnya pada mayonaise
Alat dan Bahan :
Alat : -
Bahan : Minyak nabati, kuning telur, garam, mustard, air distilasi, vinegar (asam cuka
5%).
Prosedur Kerja :
Proses pembuatan mayonaise dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
1. Cara I :
Campurkan semua bahan dalam wadah mangkok/baskom dan campur dengan
mixer kecepatan tinggi selama 6-10 menit.
2. Cara II
Campur mustard, garam, air, cuka dan kuning telur dalam sebuah panci dengan
menggunakan sendok. Masukkan minyak ke dalam mangkok dan aduk dengan
]
mixer kecepatan tinggi, kemudian tambahkan campuran di atas secara perlahan-
lahan, kemudian di mixer terus selama 5 menit.
3. Cara III :
Tambahkan kuning telur pada mangkok dan aduk menggunakan mixer kecepatan
sedang. Pada wadah terpisah campur pasta mustard, 13 g air, 32 g cuka dan
garam. Aduk hingga garam terlarut. Tambahkan campuran ini ke adonan kuning
telur, dan mixer dengan kecepatan 3 selama 2-3 menit. Kemudian tambahkan
minyak sedikit demi sedikit dan mixer dengan kecepatan tinggi. Total waktu
pengadukan adalah 15 menit pada kecepatan tinggi dengan Formula sebagai
berikut:
Tabel 2. Formula Bahan Pembuatan Mayonaise
Bahan Persen (%)
Minyak 75.0
Garam 1.5
Kuning Telur 8.0
Mustard 1.0
Air 3.5
Vinegar (6%) 11.0
Rincian :
5 Menit pertama minyak yang ditambahkan sebanyak 10-15%, penambahan minyak
dilakukan secara perlahan dan tunggu sekitar 30 detik untuk penambahan berikutnya.
Kemudian 5 menit berikutnya minyak yang ditambahkan 50% dari jumlah minyak, dan 5
menit terakhir tambahkan sisa minyak.
Tambahkan sisa cuka dan air sedikit demi sedikit selama lebih kurang 1menit dan
diaduk dengan mixer kecepatan sedang, kemudan aduk kembali selama 1 menit pada
kecepatan rendah.
TUGAS :
Lakukan Pengamatan terhadap Viskositas mayonaise pada masing-masing perlakuan
dan beri analisis mengenai hal tersebut.
]
ACARA IV
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH (PEMBEKUAN)
Pendahuluan
Pembekuan merupakan salah satu pengolahan/pengawetan dengan suhu rendah.
Prinsip dasar pengawetan dengan menggunakan suhu rendah adalah memperlambat
kecepatan reaksi metabolisme dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme
penyebab kebusukan dan kerusakan. Prinsip yang pertama dapat kita pahami karena
setiap penurunan suhu sebesar 80C, maka kecepatan reaksi metabolisme berkurang
setengahnya. Jadi, semakin rendah suhu penyimpanan maka bahan pangan akan
semakin lama rusaknya, atau dengan kata lain bahan pangan akan semakin awet.
Es krim adalah produk pangan beku yang dibuat melalui kombinasi proses
pembekuan dan agitasi pada bahan-bahan yang terdiri dari susu dan produk susu,
pemanis, penstabil, pengemulsi, serta penambah citarasa (flavor). Es krim biasa
dikonsumsi sebagai makanan selingan (desert) dan dikelompokkan dalam makanan
camilan (snack). Prinsip pembuatan es krim adalah membentuk rongga udara pada
campuran bahan es krim atau Ice Cream Mix (ICM) sehingga diperoleh pengembangan
volume yang membuat es krim menjadi lebih ringan, tidak terlalu padat, dan mempunyai
ekstur yang lembut.
Alat dan Bahan
Alat :
Wajan / panic
Pengaduk
Kompor
Wadah plastic
Mixer
Sendok
Timbangan
Baskom
Cetakan
Saringan
]
Bahan :
Gula pasir 300 gr
Susu 1000ml
Santan / kelapa parut 1000 ml
Kuning telur 1 biji
Tepung maizena 80 gr
CMC 10 gr
Coklat bubuk 20 gr
Perlakuan :
A1 : SANTAN
A2 : SUSU
B1 : MIXING 1x
B2 : MIXING 2x
Cara Kerja :
Campurkan susu, gula pasir dan air, kemudian masak diatas api kecil, untuk santan
Peras kelapa parut dengan air hangat 1000 ml.
Larutkan tepung maizena dan vanili kedalam adonan susu dan gula yang
sementara dimasak, kemudian saring larutan tersebut dan masukkan kedalam
cairan susu/santan
Masukkan kuning telur yang sudah dikocok, Larutkan CMC kemudian saringan
masukkan kedalam adonan, tunggu hingga adonan benar-benar mendidih. Setelah
mendidih, angkat dan dinginkan.
Setelah adonan dingin, masukkan adonan kedalam freezer, tunggu sampai adonan
sedikit membeku. Setelah adonan membeku, mixer adonan tersebut ± 20 menit
(1x). Masukkan kembali adonan kedalam freezer.
Tunggu sampai adonan sedikit membeku. Setelah adonan membeku, mixer
kembali adonan tersebut ± 20 menit (2x).
Masukkan kembali adonan yang telah dicetak kedalam freezer untuk dibekukan
selama 24 jam
TUGAS : Lakukan pengamatan pada setiap perlakuan es krim, meliputi uji organoleptik terhadap
aroma, warna, tekstur dan rasa dengan menggunakan uji hedonik skala 1-5 (5= sangat
suka, 4= suka, 3 = netral/agak suka, 2 = tidak suka, 1 = sangat tidak suka).
]
ACARA VI
PENDINGINAN DAN PEMBEKUAN PADA SAYUR DAN BUAH
TUJUAN :
1. Mempelajari pengaruh penyimpanan pada suhu rendah (suhu dingin dan beku)
terhadap kualitas bahan
2. Mempelajari pengaruh pengemasan bahan yang disimpan pada suhu rendah
terhadap kualitas bahan
DASAR TEORI
Sayur dan buah setelah dipanen masih melangsungkan metabolisme. Akibat kegiatan
itu, komposisi maupun mutu sayur dan buah selalu mengalami perubahan. Metabolisme
sayur dan buah sangat dipengaruhi oleh suhu sekitarnya.
Penyimpanan pada suhu rendah (mendekati titik beku air) dapat mengurangi laju
respirasi sayur dan buah, disamping dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk. Pendingin tidak bisa membunuh mikroorganisme, tetapi hanya menghambat
pertumbuhannya. Untuk itu, sayur dan buah yang akan disimpan harus dibersihkan
terlebih dahulu. Suhu ruang pendingin dan kelembaban ruang pendingin perlu diatur
karena dengan pengaturan tersebut dapat menentukan keawetan dan mempertahankan
mutu sayur dan buah yang disimpan. Bila kelembaban di ruang pendingin kurang,
sayuran dan buah yang tidak disimpan dalam keadaan dingin akan menjadi layu.
Sayuran daan buah yang tidak disimpan dalam keadaan dingin umumnya mudah rusak,
sehingga kualitasnya menurun (Anonim,2012).
Sayuran dan buah sangat peka terhadap kerusakan akibat pembekuan. Pembekuan
dan pencairan kembali (thawing) yang berulang kali akan sangat menurunkan kalitas
bahan yang disimpan.Semua bahan yang disimpan dalam keadaan dingin atau beku
perlu dilakukan pengemasan untuk menghindari rehidrasi. Freeze burn merupakan
perubahan warna, tekstur, dan citarasa serta nilai yang bersifat iireversible pada bahan
yang dibekukan (Anonim,2012).
Peralatan dan Bahan
Peralatan:
1. Almari Es : 1 unit
2. Pisau stainless steel : 1 unit
]
3. Penggaris : 1 unit
4. Timbangan : 2 unit
5. Penetrometer : 1 unit
6. Viskosimeter : 1 unit
7. Karton pengemas : secukupnya
8. Tali rafia : secukupnya
9. Kantong plastik : secukupnya
Bahan:
1. Tomat matang : 6 buah
2. Sawi : 1 ikat
3. Buah Pisang : 9 buah
4. Buah Mangga : 3 buah
5. Buah Pepaya : 1 buah
6. Kentang : 3 buah
Cara Kerja
Penyimpanan sayur segar
1. Mengambil bahan (tomat, sawi atau yang lain) sebanyak masing-masing 3 baigan
dan masing – masing ditimbang beratnya.
2. Mengamati kenampakan luarnya, yang meliputi warna, kekerasan/tekstur dan
tingkat kesegaran.
3. Menyimpan bagian I pada suhu ruang, bagian II disimpan pada suhu dingin, dan
bagian III disimpan padaa suhu beku (freezer), masing-masing selama 3 hari.
Melakukan pengamatan terhadap warna, kekerasan dan tingkat kesegaran serta
beratnya. Dilakukan setiap hari selama 3 hari.
4. Melakukan thawing untuk bahan yang dibekukan, kemudian mengamati lagi atribut
di atas.
5. Mengulangi nomor 1-5, tetapi dilakukan pengemasan bahan kantong plastik
selama penyimpanan.
6. Mengamati suhu dan kelembaban ruang penyimpanan selama percobaan
dilakukan.
]
Penyimpanan buah segar
1. Mengambil 3 buah pisang tua dan 1 buah mangga.Ukurdiameter rata-rata dari
masing-masing buah.Amati kenampakan luar meliputi warna, kekasaran kulit,
kekerasan dan berat dari masing-masing bahan.
2. Menyimpan pisang dengan 3 variasi perlakuan, yaitu pisang disimpan tanpa
pengemas, dengan pengemas (dikemas dengan kantong plastik), dan dikemas
bersama mangga.
3. Menyimpan bagian I pada suhu ruangan, bagian II disimpan pada suhu dingin,
dan bagian III pada suhu beku (freezer), masing-masing selama 3 hari.
4. Melakukan pengamatan terhadap kenampakan luar yang meliputi warna,
kekasaran kulit, kekerasan, berat dan diameter rata-rata dari masing-masing
bahan yang dilakukan setiap hari selama 3 hari.
5. Melakukan thawing untuk bahan yang dibekukan, kemudian mengamati lagi
atribut di atas.
Penyimpanan bahan olahan
1. Mengupas Pepaya, memotong kecil-kecil buah pepaya, kemudian dibagi dua.
Bagian I dipotong kecil-kecil dan bagian II diblender.
2. Mengamati warna, kesegaran dan tekstur dari masing-masing potongan buah
pada bagian I dan mengukur viskositas, indeks refraksinya dan warna serta
tingkat kekeruhan masing-masing buah pada bagian II.
3. Membagi bahan-bahan pada bagian I dan bagian II menjadi tiga bagian. Masing-
masing bagian disimpan pada suhu kamar, suhu dingin dan suhu beku
(freezer)selama 3 hari. Melakukan pengamatan setiap hari selama penyimpanan
pada atribut di atas.
4. Melakukan thawing untuk bahan yang dibekukan dan ukurlah atribut diatas.
5. Mengamati suhu dan kelembaban ruang penyimpanan selama percobaan
dilakukan.
]
Pengamatan Hasil
1. Penyimpanan sayur segar
Perlakuan I (Suhu Kamar)
Hari Bahan Perlakuan
Parameter
Kesegaran Tekstur Warna Berat (g)
0
Tomat
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Kentang
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Sawi
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
1
Tomat
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Kentang
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Sawi
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
2
Tomat
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Kentang
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
]
Sawi
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
3
Tomat
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Kentang
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Sawi
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Keterangan:
Kesegaran ; +++:segar ,++:kurang segar, +:layu
Tekstur; +++:keras,++ :agak lembek, +:lembek
Perlakuan II (Suhu Dingin)
Hari Bahan Perlakuan
Parameter
Kesegaran Tekstur Warna Berat (g)
0
Tomat
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Kentang
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Sawi
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
]
1
Tomat
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Kentang
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Sawi
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
2
Tomat
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Kentang
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Sawi
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
3
Tomat
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Kentang
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Sawi
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Keterangan:
Kesegaran ; +++:segar ,++:kurang segar, +:layu
Tekstur; +++:keras,++ :agak lembek, +:lembek
]
Perlakuan III (Suhu Beku)
Hari Bahan Perlakuan
Pengamatan
Kesegaran Tekstur Warna Berat (g)
0
Tomat
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Kentang
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Sawi
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
1
Tomat
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Kentang
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Sawi
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
2
Tomat
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Kentang
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Sawi
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
]
3
Tomat
Tanpa pengemas
Dengan pengemas
Kentang
Tanpa pengemas +++ +++ Coklat
Dengan pengemas +++ +++ Coklat
Sawi
Tanpa pengemas +
Daun: + Btng: + Hijau
Dengan pengemas ++
Daun: ++ Batang: +++ Hijau
Keterangan:
Kesegaran ; +++: segar ,++: kurang segar, +:layu
Tekstur; +++: keras,++ : agak lembek, +: lembek
Penyimpanan buah segar
Perlakuan I (suhu Kamar)
Hari Bahan
Parameter
D (cm) Warna Tekstur Kesegar-an Berat (g)
0
Mangga D :5,5 P :9,5
Pisang D :2,8 P :9,9
1
Mangga D :5,5 P :9,5
Pisang D :2,8 P :9,9
2
Mangga D :5,5 P :9,5
Pisang D :2,8 P :9
3
Mangga D :5,5 P :9,5
Pisang D :2,8 P :9
]
Keterangan:
Kesegaran Kekerasan
+++ :segar +++ :keras
++ :kurang segar ++ :agak lembek
+ :layu + :lembek
Perlakuan II (Suhu Dingin)
Hari Bahan
Parameter
D (cm) Warna Tekstur
Kesegar-an Berat (g)
0
Mangga D: 6 P: 9
Pisang D: 2,7 P: 9
1
Mangga D: 6 P: 9
Pisang D: 2,7 P: 9
2
Mangga D: 6 P: 9
Pisang D: 2,7 P: 8,9
3
Mangga D: 6 P: 9
Pisang D: 2,7 P: 8,8
Keterangan:
Kesegaran Kekerasan
+++ :segar +++ :keras
++ :kurang segar ++ :agak lembek
+ :layu + :lembek
]
Perlakuan III (Suhu Beku)
Hari Bahan
Parameter
D (cm) Warna Tekstur
Kesegar-an Berat (g)
0
Mangga D: 6,5 P: 9,2
Pisang D: 2,7 P: 9
1
Mangga D: 6,5 P: 9
Pisang D: 2,7 P: 9
2
Mangga D: 6,5 P: 9
Pisang D: 2,7 P: 9
3
Mangga D: 6,5 P: 9
Pisang D: 2,7 P: 9
Keterangan:
Kesegaran Kekerasan
+++ :segar +++ :keras
++ :kurang segar ++ :agak lembek
+ :layu + :lembek
]
Penyimpanan Bahan Olahan
Bagian I
Perlakuan I (Suhu Kamar)
Bahan
Hari ke-0
Warna
segar
Tekstur
Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging
Pepaya
Bahan
Hari ke-1
Warna
segar
Tekstur
Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging
Pepaya
Bahan
Hari ke-2
Warna
segar
Tekstur
Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging
Pepaya
Bahan
Hari ke-3
Warna
segar
Tekstur
Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging
Pepaya
Keterangan:
Kesegaran tekstur
+++ :segar +++ :keras
++ :kurang segar ++ :agak lembek
+ :layu + :lembek
]
Perlakuan II (Suhu Dingin)
Bahan
Hari ke-0
Warna
segar
Tekstur
Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging
Pepaya
Bahan
Hari ke-1
Warna
segar
Tekstur
Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging
Pepaya
Bahan
Hari ke-2
Warna
segar
Tekstur
Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging
Pepaya
Bahan
Hari ke-3
Warna
segar
Tekstur
Berat (g) Kulit
Daging Kulit Daging
Pepaya
Keterangan:
Kesegaran tekstur
+++ :segar +++ :keras
++ :kurang segar ++ :agak lembek
+ :layu + :lembek
]
Perlakuan III (Suhu Beku)
Bahan
Hari ke-0
Warna
segar
Tekstur
Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging
Pepaya
Bahan
Hari ke-1
Warna
segar
Tekstur
Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging
Pepaya
Bahan
Hari ke-2
Warna
segar
Tekstur
Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging
Pepaya
Bahan
Hari ke-3
Warna
segar
Tekstur
Berat (g) Kulit Daging Kulit Daging
Pepaya
Keterangan:
Kesegaran tekstur
+++ :segar +++ :keras
++ :kurang segar ++ :agak lembek
+ :layu + :lembek
]
Bagian II
Perlakuan I (Suhu kamar)
Hari ke- Perlakuan Bahan Viskositas Warna
0 Dijuice
1 Dijuice
2 Dijuice
3 Dijuice
Perlakuan II (suhu dingin)
Hari ke- Perlakuan Bahan Viskositas Warna
0 Dijuice Pepaya 3,5 Cp Orange
1 Dijuice Pepaya 11,5 Cp Orange
2 Dijuice Pepaya 7 Cp Orange
3 Dijuice Pepaya 3 Cp Orange
Perlakuan II (suhu beku)
Hari ke- Perlakuan Bahan Viskositas Warna
0 Dijuice Pepaya 3,5 Cp Orange
1 Dijuice Pepaya 10 Cp Orange
2 Dijuice Pepaya 5 Cp Orange
3 Dijuice Pepaya 3 Cp Orange
]
ACARA V
PEMBERSIHAN, SORTASI, DAN GRADING
A. PEMBERSIHAN Tujuan :
1. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur dan mengamati proses sortasi
dan grading bahan hasil pertanian (BHP).
2. Melakukan perhitungan kualitas dan variabel kualitas untuk mengkaji kelas kualitas
(grade), kerusakan yang tampak (visiabel), kerusakan tidak tampak (invisible
damager), bahan asing (foreign materials), keretakan (sound grain and crack).
Dasar Teori
1. Pembersihan
Pembersihan dalam penanganan bahan hasil pertanian adalah mengeluarkan/
memindahkan benda asing (kotoran) dan bahan-bahan hasil pertanian yang tidak
diinginkan dari bahan utama (produk yang diinginkan). Pembersihan bertujuan untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada hasil pertanian. Kebersihan
sangat mempengaruhi kenampakan. Oleh karena itu sebelum dipasarkan, hasil
pertanian sering dianggap sebagai sumber kontaminasi karena kotoran dapat
mengandung mikrooraganisme yang dapat merusak hasil panen.
Jenis kotoran pada bahan hasil pertanian, berdasarkan wujudnya dapat
dikemlompokkan menjadi:
a. Kotoran Berupa Tanah
Kotoran ini biasanya merupakan kotoran hasil ikutan yang menempel pada bahan
hasil pertanian pada saat bahan dipanen. Kotoran ini dapat berupa: tanah, debu,
dan pasir. Tanah merupakan media yang baik sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan hasil
pertanian. Adanya tanah pada bahan hasil pertanian kadang-kadang sukar
dihindarkan, karena beberapa hasil pertanian terdapat di dalam tanah, seperti
umbi-umbian.
b. Kotoran Berupa Sisa Pemungutan Hasil
Kotoran jenis ini meliputi kotoran-kotoran sisa pemungutan hasil tanaman yaitu
bagian tanaman yang bukan bagian yang dipanen, antara lain berupa: dahan,
ranting, biji, kulit.
]
c. Kotoran Berupa Benda-Benda Asing
Adanya kotoran yang berupa benda-benda asing seperti: unsur logam akan
memberi kesan ceroboh dalam penanganan hasil panen.
d. Kotoran berupa serangga atau kotoran biologis lain
Adanya kotoran yang berupa serangga seperti kecoa dan kotoran biologis lainnya
yang tercampur dengan bahan hasil pertanian dapat membawa bibit penyakit
seperti kolera, tipus, desentri dan lain-lain.
e. Kotoran berupa sisa bahan kimia
Kotoran berupa sisa bahan kimia dapat berasal antara lain dari obat-obatan
pestisida dan pupuk. Kotoran ini di samping mengganggu penampakan hasil panen
juga dapat menyebabkan keracunan pada konsumen. Pada konsentrasi yang
cukup tinggi, bahan kimia dapat menyebabkan keracunan secara langsung.
Sedangkan pada konsentrasi yang rendah, dan bila terus menerus akan tertimbun
dalam tubuh dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.
Secara umum pembersihan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Dry method yang diantaranya meliputi:
a. Penyaringan (screening)
b. Pemungutan dengan tangan (hand picking)
2) Wet method yang diantarannya meliputi:
a. Perendamam (soaking)
b. Water sprays
c. Rotary drum
d. Brush washer
e. Shuffle of shaker washer
B. SORTASI
Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai
fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik (kadar air, bentuk, ukuran, berat jenis,
tekstur, warna, benda asing/kotoran), kimia (komposisi bahan, bau dan rasa ketengikan)
dan biologis (jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga, jumlah mikroba dan daya
tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk bijian).
Ada dua macam proses sortasi, yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi
basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk memisahkan kotoran-
kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya dari simplisia
yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, maka bahan-bahan asing seperti tanah,
]
kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus
dibuang. Hal tersebut dikarenakan tanah merupakan salah satu sumber mikrobia yang
potensial, sehingga pembersihan tanah dapat mengurangi kontaminasi mikroba pada
bahan obat. Sedangkan sortasi kering pada dasarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal pada
simplisia kering. Sortasi dapat dilakukan dengan atau secara mekanik.
Tujuan:
1. Untuk memperoleh simplisia yang dikehendaki, baik kemurnian maupun kebersihan
(Widyastuti, (1997).
2. Memilih dan memisahkan simplisia yang baik dan tidak cacat
3. Memisahkan bahan yang masih baik dengan bahan yang rusak akibat kesalahan
panen atau serangan patogen, serta kotoran berupa bahan asing yang mencemari
tanaman obat (Santoso, 1997).
Bahan yang dapat disortasi
Semua simplisia baik berupa daun, batang, rimpang, korteks, buah, akar, biji, dan
bunga.
Batasan yang disortasi
Pada dasarnya, penyortiran bahan tanaman obat dilakukan sesuai dengan jenis
simplisia yang akan digunakan. Hal tersebut dikarenakan perlakuan terhadap setiap
jenis simplisia berbeda. Berikut ini adalah beberapa contoh batasan penyortiran
terhadap beberapa simplisia:
1. Simplisia daun
Yang diambil adalah daun yang berwarna hijau muda sampai tua, sedangkan yang
dibuang adalah daun yang berwarna kuning atau kecoklatan.
2. Simplisia bunga
Misal pada simplisia bunga srigading, yang dibuang adalah tangkai bunga dan
daun yang terikut saat panen (Widyastuti, 1997).
3. Simplisia
Misal pada daun kopi, sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang
superior (masak, bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah,
berlubang dan terserang hama/penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan
kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas. Pada simplisia buah
]
adas, buah yang sudah kering dipisahkan dari tangkainya dengan cara memukul
batang atau tangkai buah sehingga buah adas lepas (Widyastuti, 1997).
4. Simplisia rimpang
Biasanya, pada simplisia rimpang seringkali jumlah akar yang melekat pada
rimpang terlampau besar, sehingga harus dibuang.
Peraturan sortasi
Menurut WHO Guidelines on Good Agricultural and Collection Practice (GACP) for
madicinal plants:
1. Pemeriksaan visual terhadap kontaminan yang berupa bagian-bagian tanaman
yang tidak dikehendaki/digunakan.
2. Pemeriksaan visual terhadap materi asing.
3. Evaluasi organoleptic meliputi: penampilan, penampilan, kerusakan, ukuran, warna,
bau, dan mungkin rasa.
GRADING
Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan konsumen
atau berdasarkan nilai komersilnya. Sortasi dan grading berkait erat dengan tingkat
selera konsumen suatu produk atau segmen pasar yang akan dituju dalam pemasaran
suatu produk. Terlebih apabila yang akan dituju adalah segmen pasar tingkat
menengah ke atas dan atau segmen pasar luar negeri. Kegiatan sortasi dan grading
sangat menentukan apakah suatu produk laku dipasar atau tidak.
Pada kegiatan grading, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkan pada
kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan,
kesegaran, ada atau tidak adanya serangan/kerusakan oleh penyakit, adanya
kerusakan oleh serangga, dan luka/lecet oleh faktor mekanis. Pada buah budidaya
tanaman, penyortiran produk hasil panenan dilakuakn secara manual atau
menggunakan mesin penyortiran. Grading secara manual memerlukan tenaga yang
trampil dan terlatih, dan bila hasil panen dalam jumlah besar akan memerlukan lebih
banyak tenaga kerja.
Alat dan Bahan
1. Wadah plastik
2. Moisture tester
3. Timbangan
4. Gabah
]
5. Beras
6. Kedelai
CARA KERJA
1. Menimbang massa gabah, beras dan kedelai masing-masing 500 gram.
2. Mengukur kadar air gabah, beras dan kedelai menggunakan moisture tester.
3. Melakukan penyortiran terhadap butir utuh, butir patah, butir menir, butir hijau
mengapur, butir kuning/rusak, benda asing, dan butir gabah, beras dan kedelai
yang dilakukan manual dengan tangan
4. Menghitung derajat sosoh
5. Menghitung persentase gabah, beras dan kedelai yang hilang.
CARA PENGAMATAN
Sampel gabah
No Karakteristik Bobot (gram)
% hasil praktikum
% SNI 01.0224-1987
I II III
1 Kadar air (maks)
2 Gabah hampa (maks)
3 Butir rusak + butir kuning (maks)
4 Butir mengapur + gabah muda (maks)
5 Gabah merah (maks)
6 Benda asing (maks)
7 Gabah varaietas lain(maks)
Total
Sampel beras
]
No Karakteristik Bobot (gram)
% hasil prakt
% SNI 01.0224-1987
I II III IV V
1 Derajat sosoh
2 Kadar air (maks)
3 Butir utuh (8/10-10/10) maks
4 Butir patah (2/10-6/10) maks
5 Butir Menir (≤ 2/10) maks
6 Butir hijau/mengapur (maks)
7 Butir kuning/rusak (maks)
8 Benda asing (maks)
9 Butir gabah (maks)
10 Campuran varietas lain (maks)
Total
Sampel kedelai
No Karakteristik Bobot (gram)
% hasil praktikum
% SNI 01.0224-1987
I II III IV
1 Kadar air (maks)
2 Butir belah (maks)
3 Butir rusak (maks)
4 Butir warna lain (maks)
5 Butir keriput (maks)
6 kotoran (maks)
Total
F. PEMASAN Cara Perhitungan Sortasi Beras I:
Kadar air
Kadar air = 13,5 %
Gabah hampa (maks)
Gabah hampa = Berat gabah hampa x 100%
Berat contoh
Gabah rusak + butir kuning (maks)
Gabah rusak + butir kuning (maks)
= Berat gabah rusak x 100%
Berat contoh Butir mengapur + gabah muda (maks)
Butir mengapur + gabah muda (maks)
= Berat butir mengapur/gabah muda x 100%
Berat contoh
]
Gabah merah (maks) = Berat gabah merah x 100% Berat contoh
Benda asing (maks)
Benda asing = Benda asing x 100% Berat contoh
Gabah varietas lain = Berat varietas lain x 100% Berat contoh Standar SNI untuk kadar air gabah sebesar 14%, sedangkan gabah hampa
untuk standar SNI sebesar 3%, butir rusak gabah dan butir kuning gabah dengan
standar SNI sebesar 7%, serta persentase butir mengapur dan gabah muda standar
SNI sebesar 10%.
Perhitungan Sotasi Beras II:
Perhitungan:
Derajat sosoh
Derajat sosoh = Massa beras (sampel 100g) – (0,69+0,07+0,00+0,00) x 100%
Berat contoh Kadar air
KadButir utuh (8/10-10/10) maks
Butir utuh = Berat butir utuh x 100% Berat contoh
Butir patah (2/10-6/10) maks
Butir patah = Berat beras patah x 100% Berat contoh
Butir Menir (≤ 2/10) ma
Butir menir = Berat butir menir x 100% Berat contoh
Butir hijau/mengapur (maks)
Butir hijau/mengapur = Berat butir hijau/mengapur x 100% Berat contoh
Butir kuning/rusak (maks)
Butir kuning/rusak = Berat butir kuning/rusak x 100% Berat contoh
Benda asing (maks)
Benda asing = Bendan asing x 100% Berat contoh
Butir gabah (maks)
]
Butir gabah = Berat Benda butir gabah x 100% Berat contoh
Butir Campuran varietas lain (maks)
Butir campuran varietas lain = Berat butiran lain x 100% Berat contoh Percobaan mengenai sortasi beras dapat dilihat dari tabel yang menunjukkan
bahw butir utuh beras yang di uji Kedelai
Perhitungan:
Kadar air
Butir belah (maks)
Butir belah = Berat butir belah x 100% Berat contoh
]
ACARA VI
PENGEMBANGAN KREATIVITAS
A. PEMBUATAN LILIN AROMATERAPI
Aromaterapi ialah istilah generik bagi salah satu jenis pengobatan alternatif yang
menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak
esensial dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk
mempengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang, yang sering digabungkan
dengan praktik pengobatan alternatif dan kepercayaan kebatinan.
Berkaitan dengan aroma terapi ada 2 jenis lilin yang digunakan yaitu lilin untuk
pemanas tungku dan lilin aromaterapi. Lilin yang digunakan untuk memanaskan tungku
aroma terapi tidak memiliki wangi aroma terapi karena fungsinya adalah memanaskan
tungku yang berisi aroma terapi essential oil. Sedangkan lilin aromaterapi adalah lilin
yang jika dibakar akan mengeluarkan wangi aroma terapi.
Lilin aromaterapi merupakan sebuah benda yang dapat memberikan
penggunanya ketenangan saat menyalakannya. Pengharum ruangan ini hadir dalam
berbagai aroma dari minyak esensial yang terkandung pada masing-masing lilin
sehingga menghasilkan wangi yang berbeda-beda.
Manfaat lilin aromaterapi ini ternyata memberikan dampak positif bagi tubuh si
penggunanya tergantung dari wangi yang dihirup. Lilin aromaterapi tidak hanya
digunakan di dalam rumah saja melainkan juga di tempat-tempat perawatan kecantikan,
perawatan tubuh, pusat kesehatan, dan sebagainya. Agar manfaat lilin aromaterapi dari
masing-masing aroma membawa dampak baik yang tepat untuk tubuh maka aromanya
harus disesuaikan dengan manfaatnya.
Bahan yang perlu disediakan: 1. Essential oil
Minyak esensial merupakan yang paling penting untuk membuat lilin aroma
terapi. Minyak esensial ini merupakan ekstrak bunga-bunga atau kayu atau rempah.
Setiap aroma memiliki khasiatnya masing-masing. Namun harus hati-hati dalam
membeli minyak esensial ini, karena salah-salah kamu dapat yang sintetis. Pastikan
minyak esensial oil yang kamu gunakan adalah minyak esensial murni, bukan sintetis.
Karena penggunaan minyak sintetis bukannya memberi manfaat, malah mungkin
merugikan kesehatan kamu.
]
2. Parafin blok
Parafin merupakan bahan dasar pembuatan lilin. Parafin yang saya beli
bentuknya blok gitu. Teksturnya kaya lilin batangan putih yang suka saya pakai ketika
mati lampu, tapi kayanya parafin blok lebih keras, sama putihnya agak bernuansa
berkristal.
3. White oil
White oil berfungsinya untuk mengeraskan kembali parafin pasca di lelehkan.
4. Pewarna
Bisa pakai krayon atau pewarna khusus lilin (candle dye).
5. Air
Peralatan: 1. Kompor
2. Panci
3. Stainless mug
4. Pengaduk kayu
5. Cetakan dari kayu atau gelas kaca yang tebaaal
6. Benang kasur
Cara pembuatan:
Didihkan air dalam panci
Taruh 500 gram parafin blok dalam stainless mug
Lelehkan parafin dengan cara memasukan stainless mug ke dalam panci berisi air.
Jangan sampai airnya masuk dan bercampur dengan parafin.
Setelah parafin meleleh, tambahkan white oil dan pewarna secukunya, kemudian
aduk menggunakan pengaduk kayu.
Siapkan cetakan, jangan lupa taruh benang kasur dalam cetakan untuk sumbu lilin.
Setelah parafin, white oil dan pewarna tercampur sempurna, angkat mug dari panci.
Tunggu dulu selama 2 menit sebelum dimasukan ke dalam cetakan. Nah, si minyak
esensial dimasukan sebelum bahan dimasukan ke cetakan. 2,5 ml untuk 500 gram
parafin.
]
Yang perlu diperhatikan:
1. Gunakan api kecil untuk menghindari adonan lilin mendidih dan membuat
gelembung.
2. Jangan sampai parafin jatuh ke api. Bahaya.
B. PEMBUATAN CAMILAN FUNGSIONAL
Bahan dan Peralatan :
1. 1/2 kg rimpang jahe atau kunyit putih
2. 1/2 lt air
3. 1/2 kg gula
4. Dengan perbandingan 1 : 1 :1
5. Panci /wajan stinlis
6. Alat penggoreng kayu
7. Kompor
Cara Pembuatan
1. Jahe dikupas lalu dicuci bersih.
2. Dipotong tipis2 bentuk sesuai selera.
3. Siapkan panci/wajan stainlees berisi air + gula lalu didihkan dengan api kecil
dan diaduk.
4. Setelah mendidih masukan potongan jahe dan aduk terus sampai air habis
dan gula mengkristal jangan sampai menggumpal.
5. Setelah diangkat lalu didinginkan dan disimpan dalam tempat yg kering dan
tertutup.
C. PEMBUATAN JAMU INSTAN
Bahan dan Peralatan :
1. 1/2 kg rimpang jahe atau kunyit putih
2. 1/2 lt air
3. 1/2 kg gula
4. Dengan perbandingan 1 : 1 :1
5. Panci /wajan stinlis
]
6. Alat penggoreng kayu
7. Kompor
8. Blender
9. kain Penyaringan
Cara Kerja
1. Rimpang dikupas lalu dicuci bersih.
2. Dipotong kecil, lalu blender sampai dengan halus.
3. Saring untuk mengambil sari dari rimpang yang sudah diberi air sesuai ukuran
perbandingan.
4. Siapkan panci/wajan stinlis berisi air sari rimpang + gula lalu didihkan dengan api
kecil dan diaduk.
5. Aduk terus sampai air habis dan gula mengkristal jangan sampai menggumpal.
6. Setelah diangkat lalu didinginkan.
7. Setelah dingin jamu diblender sampai halus dan jamu siap untuk dikemas atau
disajikan.
D. PEMBUATAN BEDAK DINGIN
Bahan dan Peralatan :
1. ½ Kg bengkuang
2. ¼ lt air
3. 100 gram tepung beras
4. Pewangi sesuai selera
5. Baskom
6. Kain Penyaring
7. Blender
8. Pisau
Cara Kerja:
1. Bengkuang dikupas lalu dicuci bersih.
2. Dipotong kecil lalu blender hingga halus.
3. Siapkan baskom serta kain penyaring.
4. Setelah penyaringan untuk diambil sari bengkuang didiamkan semalam untuk
diendapkan.
]
5. Setelah didiamkan semalam air yang terdapat pada baskom dibuang dan
diambil endapan sari bengkuang.
6. Setelah itu endapan dicampur dengan tepung beras serta pewangi
7. Adonan dibentuk bulatan kecil
8. Bulatan kecil yang telah dibuat dikeringkan dengan cara penjemuran secara
langsung dibawah sinar matahari.
9. Setelah melalui tahap penjemuran bedak dingin yang sudah kering siap untuk
dikemas.
E. LOTION ANTI NYAMUK DARI TANAMAN ZODIA
Pengantar
Secara umum membuat obat nyamuk oles / lotion anti nyamuk bertujuan untuk
melindungi kulit dari gigitan nyamuk. Kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan
nyamuk, serangga kecil yang sering menjadi pengganggu lelapnya tidur. Ketika nyamuk
menusuk kulit manusia maka akan mengeluarkan air liurnya yang mengandung zat
kimia tertentu sehingga darah tidak membeku dan nyamuk tersebut bisa menyedot
darah sebanyak mungkin. Gigitannya meninggalkan bentolan gatal di kulit yang
merupakan reaksi tubuh terhadap air liur nyamuk. Rasa gatal karena gigitan nyamuk
memang paling enak digaruk karena dapat meredakan gatal dengan cepat. Namun
sebaiknya tidak digaruk karena dapat menyebabkan infeksi. Gigitan nyamuk juga bisa
menyebabkan penyakit, diantaranya demam berdarah dan cikungunya. Nyamuk aedes
aegypti adalah pembawa virus dari penyakit demam berdarah dan menularkan virus
cikungunya. Demam ini bisa menjadi penyakit yang mematikan jika tidak segera
ditangani. Nah, lebih baik mencegah gigitan nyamuk dari pada mengobatinya bukan
Sehingga banyak cara pun dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk yang sangat
menganggu, salah satu caranya yaitu dengan membuat obat nyamuk oles / lotion anti
nyamuk. Salah satu tanaman-tanaman yang banyak dipakai sebagai bahan obat anti
nyamuk adalah zodia.
Bunga Zodia (Evodia Suaveolensi), aslinya dari Papua (Irian), tapi sekarang di
Jawa juga banyak banget bunga ini. Daunnya biasa digunakan orang Papua untuk
melindungi kulit mereka dari serangga dan nyamuk, caranya dengan menggosok
kulitnya dengan dedaunan tanaman ini. Tanaman zodia mengandung zat evodiamine
dan rutaecarpine. Apabila disuling mengeluarkan zat yang mengandung linalool dan
apinene. Zat linalool inilah yang berfungsi sebagai pengusir nyamuk. Tanaman zodia
]
bisa diperbanyak melalui stek ranting maupun bijinya. Ketika sudah berbunga dan
berbiji, biji zodia akan jatuh dan tumbuh di sekitarnya. Tapi zodiac membutuhkan sedikit
perhatian, saat fase pertumbuhan, bila langsung kena sinar matahari, bisa-bisa malah
mati. Dan sebaliknya, bila kurang sinar matahari justru pertumbuhannya tidak sehat.
Tanaman ini akan tumbuh subur bila dikembangkan di daerah yang cukup dingin.
Bunganya, (lagi-lagi) kecil-kecil bergerombol, warnanya putih tulang agak kekuningan.
Bahan dan Peralatan:
Mahasiswa praktikan harus membawa :
Cleansing Milk 500 gram
Minyak DDT 3 cc
Champer spt 150 cc
Minyak Cengkeh 10 cc
Minyak kayu putih 10 cc
Menthol Po 5 gram
Cara Kerja
1. Campurkan Cleansing Milk, Minyak DDT, Champer, Minyak cengkeh, dan Minyak
kayu putih, kemudian aduk hingga rata. Tambahkan Menthol Po sambil diaduk
terus hingga semua bahan tercampur.
2. Apabila kelihatan kurang jernih (keruh), maka saringlah dengan kain halus.
Kemudian untuk menyimpan hasil saringannya dimasukka ke dalam botol dan tutup
rapat agar tidak kering.
3. Lotion siap digunakan.
]
DAFTAR PUSTAKA
. Anonim, 2012. Buku Petunjuk Praktikum Satop II. Institut Pertanian Stiper, Yogyakarta
Makwana A. S., Polara N.D., dan Viradia R.R. 2014. Effect of pre-cooling on post
harvest life of mango (Mangifera indica L.). CV. Kesar Food Science and
Technology 2: 6-13.
Golob, Peter, Graham F., dan John E.O. 2002. Crop Post-Harvest: Science and
Technology. Blackwell Publishing Company, Oxford.
Jaksen. M.A., 2009. Rekayasa Bioproses. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Kader, A.A., Werner J.L., dan Leonard L.M. 1973. Systems for scoring quality of
harvested lettuce. HortScience 8: 408-409.
Pantastico, Er.B. 1975. Postharvest Physiology, Handling, and Utilization of Tropical
and Sub Tropical Fruits and Vegetables. The AVI Publishing Company, Inc,
Westport.
Pratama, R.A. 2015. Pendinginan Awal. Pasca Panen Hortikultura. Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Peter, K.V.E. 2009. Basics of Horticulture. New India Publishing Agency, New Delhi.
Santoso, M.B. dan Widyaiswara Madya. 2013. Penanganan Pasca Panen Hortikultura.
http://bbppbinuang.info/news11-penanganan-pasca-panen
hortikultura.html>.tanggal 1 Mei 2015.
Utama, I Made S. 2002. Pengelolaan Pascapanen Produk Hortikultura. Postharvest
Handling Workshop, Manado.
Verma, L.R. dan V.K. Joshi. 2000. Postharvest Technology of Fruits and Vegetables:
Handling, Processing, Fermentation and Waste Management. Indus Publishing
Company FS-5, New Delhi.
Yuniar dan Effendy, Sl. 2011. Teknik Pengolahan Pangan. Palembang : Politeknik
Negeri Sriwijaya.