TEAR FILM acak
-
Upload
siti-annisa-nurfathia -
Category
Documents
-
view
234 -
download
1
Transcript of TEAR FILM acak
BAB I
PENDAHULUAN
Mata adalah merupakan sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya
pada fotoreseptor, yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf. Selain
struktur mata sendiri, mata memiliki struktur aksesori mata salah satu dari struktur
aksesori tersebut adalah sistem lakrimalis atau aparatus lakrimalis.1
Sistem lakrimalis terdiri dari kelenjar lakrimal dan saluran lakrimal.
Kelenjar lakrimal yang berada di atas bola mata ini menghasilkan air mata yang
berfungsi untuk membasahi dan mengkilapkan permukaan kornea, menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, dan memberikan nutrisi pada kornea sedangkan
saluran lakrimal berfungsi untuk drainase.2
Air mata merupakan lapisan tipis sekitar 7-10 μm yang melapisi
permukaan kornea dan kongjungtiva. Air mata ini akan mengalir melewati mata
dan kemudian ke duktus lakrimal. Lubang kecil dari tiap ujung palpebra medial
merupakan pintu gerbang untuk masuknya air mata ke saluran lakrimal, yang
kemudian ke sakus lakrimal yang ada pada sisi hidung dan diteruskan ke duktus
nasolakrimalis dan kemudian ke dalam hidung.3 Bila terdapat kelainan pada
komposisi normal dari air mata maka akan menyebabkan terganggunya fungsi dan
timbulah keluhan pada penderita.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Air Mata
Air mata merupakan komposisi dari kelenjar sekresi lakrimalis mayor dan
minor, sel-sel goblet dan kelenjar meibom. Normal merupakan lapisan tipis
sekitar 7-10 μm yang melapisi permukaan kornea dan kongjungtiva.12,13
Fungsi dari air mata :
1. Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadikan
ketidakteraturan minimal di permukaan epitel.
2. Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungitva
yang lembut.
3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik
dan efek antimikroba.
4. Menyediakan kornea berbagai substansi nutrien yang diperlukan.
Dan film air mata terdiri atas tiga lapisan yaitu :
1. Lapisan superfisial
Film lipid monomolekular yang berasal dari kelenjar meibom. Diduga
lapisan ini menghambat penguapan dan tnembentuk sawar kedap air saat
palpebra ditutup.
2. Lapisan akueosa tengah yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor dan
minor, mengandung substansi larut air (garam dan protein).
3. Lapisan musinosa dalam terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel
epitel kornea dan konjungtiva. Membran sel epitel terdiri atas lipoprotein
dan karenanya relatif hidrofobik. Permukaan yang demikian tidak dapat
dibasahi dengan larutan berair saja. Musin diadsorpsi sebagian pada
membran sel epitel kornea dan oleh mikrovili ditambatkan pada sel-sel
epitel permukaan. Ini menghasilkan permukaan hidrofilik baru bagi
lapisan akuosa untuk menyebar secara merata ke bagian yang dibasahinya
dengan cara menurunkan tegangan permukaan.8
2
Volume air mata normal diperkirakan 7 ± 2 μL di setiap mata. Air mata
mengandung : 4
1. Gama globulin IgA, IgG, IgE.
2. Lysosim.
3. Glukosa 2,5 mg / deciliter.
4. Urea 0,04 mg / deciliter.
5. K+, Na+, Cl-.
6. pH : 7,357.Osmolaritas : 295-300 m osmol/l
7. Lapisan-Lapisan Film Air Mata.
3
Albumin mencakup 60%dari protein total air rnata, sisanya globulin dan
lisozim yang berjumlah sama banyak. Terdapat imunoglohulin IgA, IgG, dan IgE.
Yang paling banyak adalah IgA, yang berbeda dari IgA serum karena bukan
berasal dari transudat serum saja; IgA juga di produksi sel-sel plasma di dalam
kelenjar lakrimal. Pada keadaan alergi tertentu, seperti konjungtivitis vernal,
kosentrasi IgE dalam cairan air mata meningkat. Lisozim air mata menyusun 21-
25% protein total, bekerja secara sinergis dengan gamma globulin dan faktor anti
bakteri non-lisozim lain, membentuk mekanisme pertahanan penting terhadap
infeksi.8
Enzim air mata lain juga bisa berperan dalam diagnosis berbagai kondisi
klinis tertentu, misalnya hexoseaminidase untuk diagnosis penyakit Tay-Sachs.
K+, Na+, dan CI- terdapat dalam kadar yang lebih tinggi di air mata daripada di
plasma. Airmata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea
(0,04mg/dL). Perubahan kadar dalam darah sebanding dengan perubahan kadar
glukosa dan urea dalam air mata. pH rata-rata air mataa dalah 7,357 meskipun ada
variasi normal yang besar (5,20-8,35). Dalam keadaan normal, airmata bersifat
isotonik. Osmolalitas film air mata bervariasi dari 295 sampai 309osm/L.8
4
2.2 Anatomi Sistem Lakrimalis
Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi
dan drainase air mata, sistem lakrimalis terdiri dari 2 bagian yaitu :4,5,6
1. Sistem sekresi lakrimal, yang terdiri atas kelenjar lakrimal dan kelenjar
lakrimal aksesori yang menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air
mata, yang disebarkan di atas permukaan mata oleh kedipan mata).
2. Sistem ekskresi lakrimal, yang mengalirkan sekret ke dalam hidung, terdiri
dari pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimalis, sakus lakrimalis, dan
duktus nasolakrimalis.
A. Sistem sekresi terdiri dari :5,6,7
1. Kelenjar lakrimal
5
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimal yang terletak di
fossa glandulae lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Duktus kelenjar ini
mempunyai panjang berkisar 6-12mm, berjalan pendek menyamping di bawah
konjungtiva. Kelenjar yang berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral
aponeurosis levator menjadi :
a. Lobus orbita
Adapun kelenjar utama ini memproduksi 95% komponen air dari air mata
dengan duktus ekskretorius yang bermuara ke forniks superior. Kelenjar
ini berbentuk seperti buah kenari dan lebih besar, terletak di dalam fossa
glandula lakrimalis di segmen temporal atas anterior orbita yang
dipisahkan dari bagian palpebra oleh kornu lateralis muskulus levator
palpebrae.
b. Lobus palpebra
Bagian palpebra lebih kecil, terletak tepat di atas segmen temporal forniks
konjungtiva superior. Disini bagian orbita dan bagian palpebra kelenjar
lakrimal dengan forniks konjungtiva superior dihubungkan oleh duktus
sekretorius lakrimal, yang bermuara pada sekitar 10 lubang kecil.
Pengangkatan bagian kelenjar palpebra akan memutus semua saluran
penghubung dan mencegah seluruh kelenjar bersekresi. Lobus palpebra
kadang-kadang dapat dilihat dengan membalikan palpebra superior.
Vaskularisasi glandula lakrimal berasal dari arteri lakrimalis. Vena yang
mengalir dari kelenjar bergabung dengan vena oftalmika. Drainase limfe menyatu
dengan pembuluh limfe konjungtiva lalu mengalir ke dalam limfonodus pra-
aurikula. Sedangkan inervasi glandula lakrimalis adalah nervus lakrimalis
(sensoris) cabang dari devisi pertama Trigeminus, nervus petrosus superficialis
magna (sekretoris ) berasal dari nukleus salivarius superior dan saraf simpatis
yang menyertai arteria dan nervus lakrimalis.
2. Kelenjar Lakrimal Aksesorius
6
Kelenjar ini terletak di dalam substansia propia konjungtiva palpebra, tepat
di atas segmen temporal dari fornix konjungtiva superior dan memproduksi 5%
komponen air dari air mata. Meskipun hanya sepersepuluh dari massa kelenjar
utama, kelenjar lakrimal aksesorius mempunyai peranan penting. Struktur kelenjar
Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama, tetapi tidak memiliki
ductulus. Kelenjar - kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama di forniks
superior. Sel - sel goblet uniseluler yang juga tersebar di konjungtiva, mensekresi
glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea Meibom dan Zeis
di tepian palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film air mata.
B. Sistem eksresi terdiri dari : 4,5,6,7
1. Punctum Lakrimalis.
Pungtum lakrimalis terletak di sebelah medial bagian superior dan inferior
dari kelopak mata dengan diameter 0,3 mm. Pungtum relatif avaskular dari
jaringan sekitarnya, selain itu warna pucat dari pungtum ini sangat membantu jika
ditemukan adanya sumbatan. Pungtum lakrimalis biasanya tidak terlihat kecuali
jika kelopak mata dibalik sedikit. Jarak superior dan inferior punctum 0,5 mm,
7
sedangkan jarak masing-masing ke kantus medial kira-kira 6,5 mm dan 6,0 mm.
Air mata dari kantus medial masuk ke punctum lalu masuk ke kanalis lakrimalis.
2. Kanalikuli Lakrimalis
Berasal dari pungtum lakrimalis pada puncak papilla lakrimalis, terlihat
pada tepi ekstremitas lateral lakrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil dan
lebih pendek, awalnya berjalan naik,dan kemudian berbelok dengan sudut yang
tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke bawah menuju sakus lakrimalis. Duktus
inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian hampir horizontal menuju sakus
lakrimalis. Pada sudut kanalis lakrimalis mengalami dilatasi yang disebut
ampulla. Pada setiap papilla lakrimalis serat otot tersusun melingkar dan
membentuk sejenis sfingter.
3. Sakus Lakrimalis (Kantung Lakrimal)
Merupakan ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan
terletak dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan
prosesus frontalis maksila. Bentuk sakus lakrimalis oval dan ukuran panjangnya
sekitar 12-15 mm; bagian ujungnya membulat, bagian bawahnya berlanjut
menjadi duktus nasolakrimal.
Suplai darah sakus lakrimalis antara lain berasal dari cabang palpebra
superior dan inferior dari arteri oftalmika, arteri angularis, arteri infraorbitalis
cabang dari arterisphenopalatina, kemudian mengalir ke vena angularis, vena
infraorbitalis dan vena-vena di hidung. Saluran getah bening masuk ke dalam
glandula submandibular danglandula cervicalis. Persarafan berasal dari cabang
nervus infratrochlearis dari nervus nasociliaris dan antero-superior nervus
alveolaris.
4. Duktus Nasolakrimalis
Duktus Nasolakrimalis memiliki panjang lebih kurang 13 mm dan keluar
dari ujung bawah sakus lakrimalis. Duktus berjalan ke bawah, belakang dan
lateral di dalam kanalis osseosa dan bermuara ke dalam meatus nasi inferior,
muara ini dilindungi oleh plika lakrimalis (Hasner). Duktus nasolakrimal terdapat
8
pada kanal osseus, yang terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal
inferior.
2.2 Fisiologi Sistem Lakrimalis
Sistem lakrimal terdiri atas dua jaringan utama yaitu sistem sekresi
lakrimal yaitu kelenjar lakrimalis dan sistem eksresi lakrimal (drainase). Kelenjar
lakrimalis sebagai komponen sekresi menghasilkan berbagai unsur pembentuk
cairan air mata dan normalnya menghasilkan sekitar 1,2 µl air mata per menit.
Sebagian hilang melalui evaporasi, sisanya dialirkan melalui sistem nasolakrimal. 6,10,11
Refleks sekresi air mata dapat berupa refleks sekresi dasar ataupun sekresi
terkait stimulasi. Pada saat mengedipkan mata (blinking), air mata akan
diproduksi dan terbentuk lapisan air mata (musin-air mata-lipid) kemudian
diratakan oleh palpebra. Sekresi dasar ini dimediasi oleh nucleus lacrimalis.
Sekresi lain disebabkan oleh stimulasi kornea dan konjungtiva berupa pecahnya
lapisan air mata (tear break up) dan pembentukan titik kering (dry spot). Ini
berada di bawah kendali sistem parasimpatis. Stimulasi ini terjadi ketika terdapat
benda asing/ corpus allienum pada mata. Sekresi kelenjar lakrimal dipicu oleh
emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati
tepian palpebra (epifora). Kelenjar lakrimal aksesorius dikenal sebagai
“pensekresi dasar". Sekret yang dihasilkan normalnya cukup untuk memelihara
kesehatan kornea. Hilangnya sel goblet berakibat mengeringnya kornea meskipun
banyak airmata dari kelenjar lakrimal.12,13
Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan sesuai
dengan jumlah yang diuapkan dan itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai ke
sistem ekskresi. Sistem eksresi lakrimal yang terdiri dari pungtum lakrimalis,
kanalis lakrimalis, sakus lakrimalis, duktus nasolakrimalis, melanjutkan proses
sekresi air mata yang telah mengalir membasahi kornea dan konjungtiva. Setiap
mengedip, muskulus orbicularis okuli akan menekan ampula sehingga
memendekkan kanalikuli horizontal. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata
akan masuk ke pungtum sebagian karena hisapan kapiler. Dengan menutup mata,
9
bagian khusus orbikularis pre-tarsal yang mengelilingi ampula mengencang untuk
mencegah air mata keluar. Secara bersamaan palpebra ditarik ke arah krista
lakrimalis posterior, dan traksi fascia mengelilingi sakus lakrimalis berakibat
memendeknya kanalikuli dan menimbulkan tekanan negatif pada sakus. Kerja
pompa dinamik mengalirkan air mata ke dalam sakus, yang kemudian masuk
melalui duktus nasolakrimalis – karena pengaruh gaya berat dan elastisitas
jaringan – ke dalam meatus inferior hidung.8,9,12
Melalui pungtum lakrimalis yang terletak medial bagian atas dan bawah
kelopak mata, bagian bawah pungtum terletak lebih lateral dibanding pungtum
atas. Secara normal pungtum agak inversi, setiap pungtum dikelilingi oleh
ampulla, dengan setiap pungtum mengarah ke kanalikuli.10,11,14
10
Setelah dari pungtum lakrimalis air mata mengarah ke kanalikuli,
kanalikuli merupakan struktur nonkeratinasi, epitel squamous non musin yang
bejalan 2mm vertikal dan berputar 90° dan berjalan 8-10 mm medial dan
berhubungan dengan sakus lakrimalis. Kanalikuli lakrimalis berjalan ke medial
dan bermuara ke dalam sakus lakrimalis, yang terletak di dalam fossa lakrimalis di
belakang ligamentum palpebra medial dan merupakan ujung atas yang buntu dari
duktus nasolakrimalis. Dari kanalikuli lakrimalis ini air mata diteruskan ke sakus
lakrimalis oleh traksi fascia yang mengelilingi sakus lakrimalis, berakibat
memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negative di dalam sakus,
kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalam sakus.10,11,14
Sakus lakrimalis terletak anterior medial orbital, berada dalam cekungan
tulang yang dibatasi oleh lakrimal anterior dan posterior, dimana tendo kantus
medial melekat. Pada tendo kantus medial merupakan struktur kompleks
berkomposisi krura anterior dan posterior. Dari medial ke lamina papyracea
merupakan bagian tengah dari meatus hidung, kadang juga terdapat sel ethmiod.
Bagian kubah dari sakus memanjang beberapa mm di atas tendo kantus medial.
Pada bagian superior, sakus ini dilapisi dengan jaringan fibrosa. Ini menjelaskan
mengapa pada kebanyakan kasus, distensi sakus lakrimalis memanjang dari
inferior ke tendo kantus medial. Pada bagian lateral, sakus lakrimal ini
bersambung pula dengan duktus nasolakrimalis. Dari sini air mata kemudian
berjalan melalui duktus nasolakrimalis.6
11
Duktus nasolakrimalis berukuran 12 mm atau lebih panjang. Berjalan
melalui tulang dalam kanalis nasolakrimalis yang melengkung inferior dan sedikit
latero posterior. Di ujung distal duktus nasolakrimalis terdapat lipatan – lipatan
yang menyerupai katup milik epitel pelapis sakus yang berfungsi untuk
menghambat aliran balik udara dan air mata. Struktur ini penting karena bila
tidak berlubang pada bayi, menjadi penyebab obstruksi kongenital dan
dakriosistitis menahun. Dan karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan
air mata jatuh ke dalam meatus inferior hidung.6
Kegagalan pembentukan ostium yang mengarah ke dalam hidung ini pada
kebanyakan kasus adalah disebabkan oleh obstruksi duktus nasolakrimalis
kongenital.3 Obstruksi sistem drainase saluran lakrimal kongenital biasanya
disebabkan oleh blok membran dari katup Hasner yang menutupi bagian akhir
dari saluran nasolakrimal dapat terjadi pada 50% bayi baru lahir. Sebagian besar
obstruksi terbuka spontan dalam 4-6 minggu setelah kelahiran. Suatu obstruksi
menjadi terbukti secara klinis hanya pada 2 % - 6% bayi cukup bulan pada usia 3-
4 minggu. Pada kasus tersebut, sepertiganya melibatkan kelainan bilateral. Rata-
rata 90% dari obstruksi duktus nasolakrimal simptomatik berakhir pada tahun
pertama kehidupan.15
3. 3 Pemeriksaan Sistem Lakrimalis
Pada pemeriksaan sistem lakrimalis ini ada dua hal yang perlu kita lihat,
yaitu :
1. Fungsi sekresi :
a. Uji Schrimer I
Penderita diperiksa dikamar dengan penerangan redup dan tidak
mengalami manipulasi mata berlebihan sebelumnya. Uji ini dilakukan
dengan cara menyelipkan kertas filter whatman no.41 dengan ukuran
5x30mm pada forniks konjutiva bulbi bawah dan ujung lainnya dibiarkan
menggantung. Dikatakan ada gangguan sekresi bila setelah 5menit bagian
yang basah <10mm, bila >10mm berarti hipersekresi atau pseudoeforia.
b. Uji Schrimer II
12
Uji ini dilakukan bila pada uji schrimer I kertas basah <10mm setelah
5menit . Uji sama dengan uji schrimer I tetapi dengan meneteskan anastesi
lokal pada mata yang diperiksa dan merangsang hidung selama 2menit.
jika tidak basah selama 5menit maka reflek sekresi dikatakan gagal.
Normalnya kertas filter akan basah 15mm setelah 5menit.
13
2. Fungsi ekskresi :
a. Uji Anel
Uji ini dilakukan untuk memeriksa fungs eksresi lakrimal, dengan cara
memberikan anastesi topikal setelah itu dilakukan dilatasi pungtum
lakrimal. Jarum anel dimasukan pada pungtum dan kanalikuli lakrimalis.
Lalu dilakukan penyemprotan denga garam fisiologik. ditanyakan kepada
pasien merasa cairan masuk kedalam tenggorokannya. Bila hal ini ada,
bererti fungsi ekresi lakrimal baik, bila tidak berarti terdapaat penyubatan
pada duktus nasolakrimalis.
b. Uji Rasa
Satu tetes larutan sakarin diteteskan pada konjungtiva, bila pasien merasa
manis setelah 5menit berarti sistem eksresi airmata baik.
14
15
BAB III
PENUTUP
Kamar operasi atau instalasi bedah sentral adalah suatu unit di rumah sakit
yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara
elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus
lainnya.
Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari area bebas terbatas
(unrestricted area) dimana pada area ini petugas dan pasien tidak perlu
menggunakan pakaian khusus kamar operasi, kemudian area semi ketat (semi
restricted area) dimana pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus
kamar operasi, dan juga area ketat/ terbatas (restricted area) dimana pada area ini
petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap dan
melaksanakan prosedur aseptik.
Kamar operasi yang baik harus memenuhi kriteria kamar operasi dan
melakukan pembersihan kamar operasi teratur sesuai jadwal, tujuannya untuk
mencegah infeksi silang dari atau kepada pasien serta mempertahankan sterilitas.
Pembuangan limbah dan penanganan limbah kamar operasi juga perlu
diperhatikan, tergantung jenis limbah dengan prinsip yaitu limbah padat ditangani
terpisah dengan limbah cair.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sloane E, Anatomi dan Fisologi Untuk Pemula, Alih bahasa : Veldman J.
Jakarta : EGC; 2003. Hal 184-6.
2. Witcher, John P. 2000. Air mata. Oftalmologi Umum Vaughan.Edisi
14.Jakarta : Widya Medika. Hal 94.Sims, Judith. 2002.
3. Lacrimal Duct Obstruction. Gale Encyclopedia of Medicine. Diakses dari
www.lifestyle.com pada tanggal 28 Oktober 2009.
4. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Fakultas
kedokteranUniversitasIndonesia. Jakarta : EGC. 2005
5. J. Jack, Kanski Clinical Opthalmology, sixth edition, hal.151, 1633.
6. Eva. Roirdan Paul & Whitcher J.P. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury,
Edisi 17. Jakarta : EGC. 2007
7. www.emedicine.com
8. Asbury T, Eva PR, Vaughan DG. Oftalmologi umum. Alih bahasa:
Tambajong J, Pendit BU. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika; 2000. Hal.21, 91-
8.
9. Snell RS. Anatomi klinik. Alih bahasa : Sugiharto L. Edisi 6. Jakarta : EGC;
2006. Hal.768.
10. Lang, Gerhard K. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas. Thieme.
NewYork. 2000.
11. Miller, Stehen J.H. Parsons’ Disease Of the Eye. 8th Ed. Churchilllivingstone.
New york. 1990.
12. Kanski JJ. Clinical Opthalmology. 3rd edition. London: Butler and Tamer;
1994. Hal. 68-9.
13. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Edisi pertama. Yogyakarta: Bagian
Ilmu Penyakit Mata FKUGM. 2007.
14. Newell, Frank W. Ophthalmology. Principles and Concepts. 6th Ed.TheCV.
Mosby Company. Taiwan 1986.
15. Skuta, Gregory L. Cantor, Louis B. Weiss, Jayne S. Basic and Clinical
Science Course : Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Section 7. United
17
Stated of America : American Academy of Ophtalmology: 2009-2010. Hal.
266-67.
16. Sastrosatomo H, Irwan D, Simangunsong L. Penanganan Gangguan Sistem
Ekskresi Lakrimal. Cermin Dunia Kedokteran. 1993. Hal. 87
18