TBC :)
-
Upload
rabecca-tobing -
Category
Documents
-
view
47 -
download
1
description
Transcript of TBC :)
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan kuman
Mycobacterium tuberculosis.1 Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang
banyak ditemukan di Indonesia dan masih menjadi problem kesehatan masyarakat.2
WHO memperkirakan adanya 20 juta kasus di seluruh dunia, dengan angka kematian
sebesar 3 juta pertahun, 80% diantaranya meninggal di negara berkembang.1
Saat ini Indonesia merupakan negara penyumbang kasus TB terbesar di dunia
setelah India dan China.3,4 Dengan prevalensi 0,29% setiap tahunnya 175.000
meninggal pertahun. Dari hasil SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga) tahun
1995 menunjukkan bahwa penyakit TB sebagai penyebab utama kematian setelah
penyakit jantung dan saluran pernapasan serta menyerang semua kelompok usia
terutama pada usia produktif dan rakyat miskin.3 Dari hasil penelitian di DKI Jakarta
tahun 2001 menunjukkan angka prevalensi TB paru BTA (Basil Tahan Asam) positif
adalah 114 / 100.000 penduduk dengan proporsi suspek adalah 14 / 1000 penduduk
sedangkan nilai prediktif positif screening TB paru adalah 6,8 %.4
Penanggulangan TB paru di Daerah Khusus Ibukota ( DKI ) Jakarta sejak tahun
1995 telah menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short
Course) yang direkomendasikan oleh WHO (World Health Organization) namun
besarnya jumlah penduduk DKI Jakarta menyebabkan penanggulangan penyakit TB
paru belum mencapai hasil yang optimal. Dari hasil penelitian terhadap studi kasus
hasil pengobatan tuberkulosis paru di 10 Puskesmas di DKI Jakarta yang dilakukan
oleh Retno Gitawati dan Nani Sukasedia (1996 – 1999) mengungkapkan bahwa
angka konversi BTA yaitu 67,7 %, drop out 20,4 % dan angka kesembuhan 75,4 %
menunjukkan bahwa hasil pengobatan terhadap kasus – kasus di 10 Puskesmas di
DKI Jakarta tersebut belum sesuai dengan indikator program TB paru, yaitu angka
konversi > 80 %, drop out < 5 % dan angka kesembuhan 80 %.5
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang ingin dipecahkan
adalah kesenjangan atau seberapa jauh program P2TB sudah dijalankan dan masalah-
masalah yang timbul dalam pelaksanaannya melalui evaluasi penanggulangan TB
paru di wilayah kerja di Puskesmas Kelurahan Grogol II periode Maret 2005 sampai
dengan Februari 2006.
Melalui evaluasi ini dapat dicari jalan keluar yang terbaik untuk mengatasi
masalah baik yang sedang dihadapi maupun yang akan datang.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Untuk melihat keberhasilan program P2TB di Puskesmas Kelurahan Grogol II
periode Maret 2005 sampai dengan Februari 2006.
Tujuan Khusus :
a. Diketahuinya angka penemuan penderita / Case Detection Rate (CDR) di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Grogol II
b. Diketahuinya proporsi penderita TB paru BTA positif di antara semua
penderita TB paru yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Grogol
II.
c. Diketahuinya jumlah penderita yang mendapat pengobatan TB paru dengan
strategi DOTS di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Grogol II.
d. Diketahuinya angka kesembuhan / Cure Rate di wilayah kerja Puskesmas
kelurahan Grogol II.
e. Diketahuinya presentase penderita TB paru yang drop out di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Grogol II.
f. Diketahuinya angka konversi / Convertion rate di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Grogol II.
g. Diketahuinya ada tidaknya kunjungan rumah yang dilakukan oleh petugas
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Grogol II.
h. Diketahuinya ada tidaknya penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan
tentang penyakit TB di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Grogol II.
1.4 Manfaat
Bagi Evaluator:
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya
program P2TB.
Bagi Perguruan Tinggi:
1. Mengamalkan Tri darma Perguruan Tinggi.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di
bidang kesehatan.
Bagi Puskesmas yang dievaluasi:
Masukan berupa hasil evaluasi dan beberapa saran sederhana, diharapkan dapat
menjadi umpan balik positif bagi puskesmas kelurahan Grogol II dan pelayanan TB
paru agar lebih baik lagi.
Bagi Masyarakat:
Menjadi bahan masukan bagi masyarakat bahwa program P2TB mempunyai
peran yang sangat penting, selain untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
akibat penyakit TB paru juga untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat itu
sendiri.
BAB II
MATERI DAN METODE
Materi
Materi yang dievaluasikan dalam program ini berasal dari laporan bulanan
Puskesmas mengenai program P2TB di Puskesmas Kelurahan Grogol II periode Maret
2005 sampai dengan Februari 2006, yang berisi :
1. Pelayanan pemeriksaan tersangka penderita TB paru
2. Penentuan diagnosis TB paru
3. Pengobatan TB paru dengan menggunakan strategi DOTS
4. Pengendalian pengobatan
5. Follow up pemeriksaan sputum
6. Kunjungan rumah
7. Penyuluhan
8. Pencatatan dan pelaporan
Metode
Membandingkan cakupan program P2TB di Puskesmas Kelurahan Grogol II
periode Maret 2005 sampai dengan Februari 2006 terhadap target yang telah ditetapkan
terutama di keluaran dengan menggunakan pendekatan sistem.
BAB III
KERANGKA TEORITIS DAN TOLOK UKUR
KEBERHASILAN VARIABEL
3.1 Kerangka Teoritis
4Lingkungan
1 2 3 6Masukan Proses Keluaran Dampak
5 Umpan balik
Gambar di atas menerangkan sistem dengan definisi menurut Ryans adalah
gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau
struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan
sesuatu yang telah ditetapkan.6
Bagian atau elemen tersebut dapat dikelompokkan dalam enam unsur saja yaitu :
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
2. Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam system.
4. Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari
sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut.
5. Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
6. Lingkungan adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
3.1 Tolok Ukur Keberhasilan VariabelSesuai dengan rencana program Puskesmas pada awal tahun 2005 yang tercantum
dalam lampiran I.
BAB IV
PENYAJIAN DATA
4.1 Sumber Data Diperoleh dari laporan bulanan Puskesmas Kelurahan Grogol II periode Maret
2005 sampai dengan Februari 2006.
Laporan kependudukan Kelurahan Grogol II sampai akhir Desember 2005.
4.2 Data Umum Gedung puskesmas terletak di Jl. Rawa Bahagia Raya No. 32 RT. 002 RW.02,
Jakarta Barat.
Luas wilayah kerja Puskesmas : ± 176 Ha.
Batas wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Grogol II :
o Sebelah utara : Jl. Raya Kyai Tapa.
o Sebelah timur : Kali Banjir Kanal
o Sebelah selatan : Rel kereta api
o Sebelah barat : Terminal bus grogol
Peta wilayah kerja Puskesmas terlampir dalam lampiran II.
Di wilayah kerja Puskesmas terdapat 3 RW dengan:
Jumlah RT 34.
Jumlah KK 1048.
Jumlah penduduk : 9.426 jiwa.
o Laki-laki : 4.181 jiwa.
o Perempuan : 5.245 jiwa.
Tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu tingkat pendidikan rendah
sebesar 4.185 orang (44,5 %).
Jenis mata pencaharian yang paling banyak yaitu tidak bekerja sebesar
2.998 orang (31,8 %).
Data demografi lengkap terlampir pada lampiran III.
Jumlah penderita TB di Puskesmas Kelurahan Grogol II dari periode Maret
2005 – Februari 2006 8 orang, dengan BTA positif sebanyak 1 orang dan
BTA negatif sebanyak 7 orang. Pasien yang sembuh sebanyak 1 orang,
pengobatan lengkap 2 orang, jumlah yang DO (drop out) 1 orang, dan 4 orang
masih dalam tahap pengobatan. (Data terlampir pada lampiran IV).
4.3 Data Khusus1. Masukan
1.1 Tenaga
Dokter umum : 1 orang
Perawat : 1 orang (merangkap)
Petugas P2M : 1 orang (merangkap)
Petugas lab : 1 orang (merangkap)
Kader : tidak ada
1.2 Dana
APBN : cukup
APBD : cukup
1.3 Sarana
Sarana medis:
Stetoskop : 2 buah
Termometer : tidak ada
Tensimeter : 1 buah
Senter : 1 buah
Timbangan berat badan : 1 buah
Sarana obat-obatan TB paru : cukup
Alat suntik : cukup
Alat-alat laboratorium (Sputum pot, kaca sediaan, larutan Ziehl
Neelsen, asam alkohol pro analisis, slide box, rak pewarna dan
pengering, sarung tangan, baju petugas lab, sterilisator) : cukup.
Sarana non medis:
Ruang tunggu yang terbuka : ada
Ruangan untuk pemeriksaan pasien : 1 ruang, 4 x 5 m2
Tempat tidur untuk pemeriksaan : 1 buah
Ruangan Laboratorium : ada
Alat-alat administrasi (buku, alat tulis) : cukup
Brosur / pamflet : tidak ada
Kartu status pasien : cukup
1.4 Metoda
1. Penemuan penderita TB paru (case finding) secara pasif, artinya
penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang
datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan.
2. Penentuan diagnosis TB paru dengan pemeriksaan sputum – SPS
(sewaktu – pagi – sewaktu) dilakukan pada:
Pasien dengan gejala batuk terus menerus dan berdahak selama
tiga minggu atau lebih
Pasien yang batuk dengan dahak bercampur darah.
Pasien batuk yang darah.
Batuk disertai badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan
turun, rasa kurang enak badan, berkeringat malam walaupun
tanpa kegiatan, demam meriang selama lebih dari sebulan.
3. Pengobatan TB paru dengan strategi DOTS: sesuai dengan hasil
pemeriksaan sputum.
a. Paket obat kategori I: Bila penderita baru BTA positif
dan penderita TB paru BTA negatif rontgen positif yang sakit
berat diberi selama enam bulan.
b. Paket obat kategori II: Untuk penderita kambuh, gagal
dan penderita dengan pengobatan setelah lalai dengan BTA
positif diberi selama delapan bulan
c. Paket obat kategori III: Untuk pasien dengan BTA
negatif tapi rontgen positif diberi selama enam bulan (sesuai
dengan protap P2TB paru).
4. Pengendalian pengobatan (keteraturan berobat) dengan adanya PMO
(pengawas menelan obat). PMO dipercayakan kepada petugas
kesehatan dan anggota keluarga pasien yang disegani.
5. Periksa ulang dahak (follow up)
a. Kategori I: Pemeriksaan sputum ulang seminggu sebelum akhir
pengobatan bulan kedua, bulan kelima dan pada akhir
pengobatan (AP).
b. Kategori II: Pemeriksaan ulang sputum seminggu sebelum
akhir bulan ketiga, ketujuh dan AP.
c. Kategori III: Pemeriksaan sputum ulang seminggu sebelum
akhir pengobatan bulan kedua, bulan kelima dan pada akhir
pengobatan.
6. Kunjungan rumah dilakukan pada penderita yang tidak mengambil
obat dua bulan berturut–turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
7. Penyuluhan dilakukan secara:
Perorangan dengan wawancara terhadap
tersangka, penderita, anggota keluarga penderita (PMO)
Kelompok dengan menggunakan metode
ceramah atau diskusi kelompok.
Masyarakat
8. Pencatatan dan pelaporan dalam SP2TP (Sistem Pencatatan
Pelaporan Terpadu Puskesmas).
2. Proses
2.1 Perencanaan tertulis :
a. Penemuan penderita TB paru : setiap hari kerja
b. Penentuan diagnosis TB paru : setiap hari kerja
c. Pengobatan TB paru dengan DOTS : setiap hari kerja
d. Pengendalian pengobatan oleh PMO : setiap hari kerja
e. Periksa ulang dahak (follow up) : setiap hari kerja
f. Kunjungan rumah : setiap hari kerja
g. Penyuluhan
Individu : setiap hari kerja
Kelompok : 12x / tahun
h. Pencatatan dan pelaporan : SP2TP .
2.2 Pengorganisasian
Program penanggulangan TB di Puskesmas Kelurahan Grogol II masuk
P2M namun struktur organisasi P2M secara tertulis tidak ada
2.3 Pelaksanaan
a. Penemuan penderita TB paru: dilaksanakan setiap hari kerja pukul
08.00 – 14.00.
b. Penentuan diagnosis TB paru dengan pemeriksaan sputum – SPS
yaitu minimal dua kali positif, atau dengan hasil rontgen yang positif
(sesuai dengan protap P2TB paru). Pemeriksaan sputum dilakukan
dengan merujuk pasien ke Puskesmas Kecamatan Grogol
Pertamburan. Penentuan diagnosa dilaksanakan setiap hari kerja
pukul 08.00 – 14.00.
c. Pengobatan TB paru dengan DOTS sesuai dengan hasil pemeriksaan
sputum dilaksanakan setiap hari kerja pukul 08.00 – 14.00.
d. Pengendalian pengobataan dengan PMO (Pengawas Menelan Obat):
PMO dipercayakan kepada anggota keluarga pasien yang disegani.
Kepala Puskesmas
Dr. Lydia MA
Tata Usaha
BP/Keswa BPG/UKGS KIA/Gizi/KB
P2M CHN/ Lab
PKM
K. Obat
e. Periksa dahak ulang (follow up) :
Pemeriksaan dahak ulang dilakukan setiap hari kerja pukul 08.00–
14.00.
f. Kunjungan rumah : tidak dilaksanakan.
g. Penyuluhan: dilakukan kepada tersangka, pasien, dan anggota
keluarga pasien yang ditunjuk sebagai PMO. Penyuluhan diberikan
pada awal pengobatan dan setiap pasien mengambil obat. Sedangkan
penyuluhan pada kelompok yang ditujukan kepada masyarakat tidak
dilakukan.
h. Pencatatan dan pelaporan : SP2TP.
2.4 Pengawasan
Laporan bulanan
Laporan triwulan
Rapat kerja bulanan
3. Keluaran
1. Penemuan penderita TB paru (case finding).
Dinilai dari cakupan Case Detection Rate (CDR)
CDR adalah : Persentase jumlah penderita baru BTA positif yang ditemukan
dibanding jumlah penderita baru BTA positif yang diperkirakan ada di
dalam wilayah tersebut.
Perkiraan jumlah tersangka TB paru BTA positif di Indonesia adalah
sebesar 140 / 100.000 penduduk.
Jumlah penderita baru BTA positif yang dilaporkanCDR = --------------------------------------------------------------- X 100 %
Perkiraan jumlah penderita baru BTA positif
1CDR = --------------------------------------------------------------- X 100 % = 7.58 %
140/ 100.000 x 9.426
2. Penentuan diagnosis TB paru.
Dinilai dari cakupan proporsi penderita TB paru BTA positif di antara
semua penderita TB paru yang tercatat
Jumlah penderita baru BTA positif Proporsi = ---------------------------------------------------------- X 100 %
Jumlah semua penderita TB paru yang tercatat
1Proporsi = ---------------------------------------------------------- X 100 % = 12,5 %
8
3. Pengobatan TB paru dengan strategi DOTS
Dari hasil pemeriksaan sputum – SPS dan rontgen didapatkan jumlah
penderita yang diobati dengan:
o Kategori I sebanyak 3 orang.
o Kategori II sebanyak 2 orang.
o Kategori III sebanyak 3 orang.
4. Pengendalian pengobatan (keteraturan berobat).
Dinilai dari cakupan angka kesembuhan (cure rate) dan angka drop out.
a. Cakupan angka kesembuhan (Cure Rate)
Angka kesembuhan : Angka yang menunjukkan persentase penderita
TB paru BTA negatif setelah selesai masa pengobatan di antara jumlah
penderita TB paru yang tercatat.
Jumlah penderita baru BTA positif yang sembuhAngka kesembuhan = -------------------------------------------------------------- X 100 %
Jumlah penderita baru BTA positif yang diobati 1
Angka kesembuhan = -------------------------------------------------------------- X 100 % 1
= 100 %
b. Cakupan angka Drop Out
Angka drop out : angka yang menunjukkan persentase penderita TB
paru BTA positif yang tidak mengambil obat selama 3 bulan atau
lebih. Diantara jumlah penderita TB paru yang tercatat.
Jumlah penderita baru BTA positif yang drop outAngka drop out = -------------------------------------------------------------------- X 100 %
Jumlah penderita baru BTA positif yang diobati
0Angka drop out = ------------------------------------------------------------------- X 100 %
1 = 0 %
5. Periksa ulang dahak (follow up).
Dinilai dari cakupan angka konversi (Convertion Rate)
Angka konversi: persentase penderita TB paru yang mengalami konversi
menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif.
Jumlah penderita baru BTA positif yang dikonversiKonversi = ------------------------------------------------------------------- X 100 %
Jumlah penderita baru BTA positif yang diobati
1Konversi = ------------------------------------------------------------------- X 100 % = 100 %
1
6. Kunjungan rumah tidak ada.
7. Penyuluhan:
Perorangan : ada, dilakukan saat pertama kali penderita didiagnosa TB
dan pada setiap kali penderita mengambil obat.
Kelompok : tidak ada.
4. Lingkungan
a. Fisik
Lokasi mudah untuk di capai.
Tersedianya alat transportasi.
Terdapat fasilitas kesehatan lain dan dapat bekerja sama dengan
baik.
b. Non fisik
- Terdapat hambatan dari tingkat pendidikan mayoritas penduduk
yang berpendidikan rendah.
- Terdapat hambatan dari ekonomi masyarakat yang rendah.
5. Umpan Balik
Adanya pencatatan dan pelaporan tiap bulan, tiap tiga bulan (triwulan) dan
tiap tahun dalam bentuk laporan kohort dan register kohort.
Adanya rapat kerja tiap bulan.
6. Dampak
a. Langsung : belum dapat dinilai
b. Tidak langsung: belum dapat dinilai
BAB V
PEMBAHASAN
Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
I. Keluaran1. Case detection rate
2. Proporsi penderita
TB paru BTA positif di
antara semua penderita TB
paru yang tercatat
3. Kunjungan rumah.
4. Penyuluhan:
Kelompok
II. Masukan
Tenaga
Perawat
Petugas P2M
Petugas laboratorium
Kader
Sarana non medis
Brosur / pamflet
III. Proses
Pelaksanaan
Kunjungan rumah
Penyuluhan kelompok
IV. Lingkungan Non Fisik
Pendidikan dan sosial ekonomi
70%
65%
Bila perlu
12x / tahun
1 orang
1 orang
1 orang
5 orang/RW
ada
Bila perlu
12x / tahun
Tidak merupakan
hambatan dalam
pelaksanaan Program
Penanggulangan Penyakit
TB paru.
7.58%
12,5%
Tidak ada
Tidak ada
1orang (merangkap)
1orang (merangkap)
1orang (merangkap)
tidak ada
tidak ada
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tingkat pendidikan
dan ekonomi yang
rendah
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Data lengkap terlampir pada lampiran V “ Tolok Ukur Variable dan Pencapaian ”
BAB VI
PERUMUSAN MASALAH
MASALAH
Masalah – masalah yang ditemukan dalam evaluasi program Penanggulangan Penyakit
Tuberkulosis paru di Puskesmas Kelurahan Grogol II periode Maret 2005 sampai
Februari 2006 adalah :
Dari keluaran :
A. Penemuan penderita TB Paru (case detection rates) 7.58% dari 70%.
B. Cakupan proporsi penderita TB BTA positif diantara semua penderita TB yang
tercatat 12,5% dari 65%.
C. Tidak adanya kunjungan rumah.
D. Tidak adanya penyuluhan kelompok.
Dari masukan :
1. Kurangnya tenaga Puskesmas terlihat dari tugas seorang perawat yang juga
merangkap sebagai petugas P2M dan petugas laboratorium, serta tidak adanya
kader.
2. Tidak adanya sarana non medis berupa brosur atau pamflet.
Dari proses :
1. Tidak dilaksanakannya kunjungan rumah.
2. Tidak dilaksanakannya penyuluhan kelompok.
Dari Lingkungan :
Tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas rendah.
PRIORITAS MASALAH
A. Penemuan penderita TB Paru (case detection rates) 7.58% dari 70%.
B. Cakupan proporsi penderita TB BTA positif diantara semua penderita TB
yang tercatat 12,5% dari 65%.
C. Tidak adanya kunjungan rumah.
D. Tidak adanya penyuluhan kelompok.
No Parameter Masalah
A B C D
1 Besar masalah 4 3 5 5
2 Berat ringan akibat yang ditimbulkan 4 5 3 3
3 Keuntungan sosial karena selesainya
masalah
4 5 3 5
4 Teknologi yang tersedia 3 5 4 4
5 Sumber daya yang tersedia untuk
menyelesaikan masalah
3 4 4 5
Jumlah 18 22 19 22
Keterangan derajat masalah:
5 = sangat penting
4= penting
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang
Yang menjadi prioritas masalah adalah :
1. Cakupan proporsi penderita TB BTA positif diantara semua penderita TB yang
tercatat 12,5% dari 65%.
2. Tidak adanya penyuluhan kelompok.
BAB VII
PENYELESAIAN MASALAH
Masalah 1
Cakupan proporsi penderita TB BTA positif diantara semua penderita TB yang tercatat
12,5% dari 65%.
Penyebab :
1. Dari masukan :
a. Kurangnya tenaga Puskesmas terlihat dari tugas seorang perawat yang juga
merangkap sebagai petugas P2M dan petugas laboratorium, serta tidak adanya
kader.
b. Tidak adanya sarana non medis brosur / pamflet.
2. Dari proses :
a. Tidak dilaksanakannya kunjungan rumah.
b. Tidak dilaksanakannya penyuluhan kelompok.
3. Dari Lingkungan :
Tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas rendah.
Penyelesaian masalah :
- Menambah tenaga kesehatan sehingga tidak terjadi perangkapan tugas.
- Merekrut dan mengadakan pelatihan kader tentang TB paru.
- Memberikan pelatihan kepada para tenaga Puskesmas dan juga kepada para
kader mengenai cara – cara penyuluhan yang baik dan benar.
- Mengadakan penyuluhan kelompok yang dilaksanakan oleh tenaga kader yang
terlatih untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB paru
dan penyuluhan tersebut disesuaikan dengan tingkat pendidikan penduduk yang
mayoritas rendah.
- Dengan menyediakan brosur atau pamflet tentang apa itu TB paru, cara
penularannya, pentingnya pengobatan yang teratur dan bahaya kematian yang
disebabkannya.
Masalah 2
Tidak adanya penyuluhan kelompok.
Penyebab :
1. Dari masukan :
Kurangnya tenaga Puskesmas terlihat dari tugas seorang perawat yang juga
merangkap sebagai petugas P2M dan petugas laboratorium, serta tidak
adanya kader.
Tidak adanya sarana non medis berupa brosur atau pamflet.
2. Dari proses :
Tidak dilaksanakannya kunjungan rumah.
3. Dari Lingkungan :
Tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas rendah.
Penyelesaian masalah :
- Merekrut dan mengadakan pelatihan kader tentang TB paru.
- Mengadakan penyuluhan kelompok yang dilaksanakan oleh tenaga kader yang
terlatih untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB paru
dan penyuluhan tersebut disesuaikan dengan tingkat pendidikan penduduk yang
mayoritas rendah.
- Dengan menyediakan brosur atau pamflet tentang apa itu TB paru, cara
penularannya, pentingnya pengobatan yang teratur dan bahaya kematian yang
disebabkannya.
- Penyuluhan kelompok bisa dilakukan pada keluarga pasien atau pengunjung
puskesmas yang berada di ruang tunggu.
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program penanggulangan Tuberkulosis di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Grogol II periode Maret 2005 sampai dengan Februari 2006
didapatkan dua hal yang menjadi prioritas masalah yaitu :
1.Cakupan proporsi penderita TB BTA positif diantara semua penderita TB yang
tercatat 12,5% dari 65%.
2.Tidak adanya penyuluhan kelompok.
Penyebab dari masalah tersebut adalah :
a. Kurangnya tenaga Puskesmas dan tidak adanya kader .
b. Tidak adanya sarana non medis berupa brosur atau pamflet.
c. Tidak dilaksanakannya kunjungan rumah.
d. Tidak dilaksanakannya penyuluhan kelompok.
e. Tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas rendah.
Saran
Saran yang diusulkan adalah :
- Penambahan tenaga kesehatan.
- Merekrut dan mengadakan pelatihan kader.
- Memberikan pelatihan kepada para tenaga Puskesmas dan juga kepada para kader
mengenai cara – cara penyuluhan yang baik dan benar.
- Mengadakan penyuluhan kelompok.
- Dengan menyediakan brosur atau pamflet.
Masalah tersebut dapat ditanggulangi dengan langkah-langkah seperti yang
telah dikemukakan di atas. Dampak positif yang diharapkan dapat menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian akibat penyakit TBC serta peningkatan derajat
kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Grogol II.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahlan Z. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis, Majalah Cermin Dunia
Kedokteran No. 115, 1997: 8.
2. Modul I Program Penanggulangan TB, Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan
Tuberculosa ( Gerdunas – TBC ). Pelatihan Penanggulangan TB Nasional. Jakarta
2005 : 1 – 2.
3. Dep. Kes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis. Cetakan ke
8 tahun 2002 : 1 – 2.
4. Dinas kesehatan propinsi DKI Jakarta. Standar penanggulangan penyakit
tuberkulosis. Volume 5 edisi I tahun 2002.
5. Gitawati R, Sukasedia N. Studi Kasus Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru di 10
Puskesmas di DKI Jakarta tahun 1996 – 1999, Majalah Cermin Dunia Kedokteran
No. 137, 2002: 7-20.
6. Ryans dalam Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ketiga; Binarupa
Aksara, Jakarta. 1996: 17.