tb paru module

6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1 – 4 mm dan tebal 0,3 – 0,6 mm. Struktur kuman ini terdiri atas lipid (lemak) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam, serta darib erbagai gangguan kimia dan fisik. Kuman ini juga tahan berada di udara kering dan keadaan dingin (misalnya didalam lemari es) karena sifatnya yang dormant, yaitu dapat bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Selain itu, kuman ini juga bersifat aerob. Adapun tanda dan gejala seseorang mengidap TB paru diantaranya malaise, anoreksia, berat badan menurun, batuk lama lebih dari dua minggu, nyeri dada, batuk darah, dan gejala lain (Ardiansyah, 2012). Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkin paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan noduslimfe. (Somantri, 2009). Sedangkan menurut Junaidi, 2010 tuberculosis (TB) sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi. Lima Negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2010 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Negeria dan Indonesia. Total seluruh kasus tuberculosis paru di Indonesia tahun 2010 sebanyak 296.272 kasus, dimana 183.366 adalah kasus baru tuberkulosis BTA positif, 101.297 kasus BTA 1

description

tb paru

Transcript of tb paru module

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil

Mycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang

dengan panjang 1 – 4 mm dan tebal 0,3 – 0,6 mm. Struktur kuman ini terdiri atas

lipid (lemak) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam, serta darib

erbagai gangguan kimia dan fisik. Kuman ini juga tahan berada di udara kering

dan keadaan dingin (misalnya didalam lemari es) karena sifatnya yang dormant,

yaitu dapat bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Selain itu, kuman ini juga

bersifat aerob. Adapun tanda dan gejala seseorang mengidap TB paru

diantaranya malaise, anoreksia, berat badan menurun, batuk lama lebih dari dua

minggu, nyeri dada, batuk darah, dan gejala lain (Ardiansyah, 2012).

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkin

paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat

juga menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan

noduslimfe. (Somantri, 2009). Sedangkan menurut Junaidi, 2010 tuberculosis

(TB) sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis yang dapat

menyerang berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat

bervariasi.

Lima Negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2010

adalah India, Cina, Afrika Selatan, Negeria dan Indonesia. Total seluruh kasus

tuberculosis paru di Indonesia tahun 2010 sebanyak 296.272 kasus, dimana

183.366 adalah kasus baru tuberkulosis BTA positif, 101.297 kasus BTA

1

2

negatif, Jumlah kematian akibat tuberculosis paru diperkirakan 61.000 kematian

per tahunnya (WHO, 2010).

Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan

tuberculosis paru adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dangan

secret kental, viscous atau mengandung darah, ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perasaan mual, resiko

penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya mekanisme

pertahanan diri, resiko gangguan harga diri berhubungan dengan citra diri negatif

tentang penyakit (Somantri, 2009).

Karena manusia bersifat unik maka respon yang muncul pada pasien

tuberculosis paru juga akan berbeda-beda pula. Tidak menutup kemungkinan

setiap pasien akan memiliki diagnosa keperawatan yang berbeda tergantung

dengan hasil pengkajian yang telah dilakukan. Dalam hal ini peran perawat

sangat diperlukan untuk meningkatkan proses penyembuhan pasien, perawat

akan merencanakan tindakan yang akan dilakukan, mulai dari tindakan mandiri

perawat hingga tindakan kolaborasi perawat dengan tenaga medis lainnya.

Perbedaan diagnosa keperawatan pada setiap pasien menyebabkan pemberian

tindakan keperawatan antara satu pasien dengan yang lain pun berbeda

tergantung pada kondisi pasien dan hasil dari pengkajian yang telah dilakukan

(Nanda, 2013).

Fenomena yang sering terjadi di masyarakat ikut mempengaruhi proses

percepatan penyembuhan dan perawatan atau bahkan sebaliknya. Fenomena itu

diantaranya mitos penyakit TBC adalah penyakit kutukan atau keturunan,

penderita sering kali malas atau lalai dalam meminum obat, pengobatan TBC

tidak menyeluruh padahal bisa jadi orang disekitar penderita ikut tertular,

3

kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitar, belum lagi anggapan

bahwa penyakit TBC adalah penyakit yang memalukan sehingga menyebabkan

penderita enggan memeriksakan diri dan mengungkapkan keluhan yang

dideritanya. Untuk mengubah pola pikir masyarakat yang salah seperti ini

disinilah peran perawat sangat diperlukan sehingga fenomena salah yang

berkembang dimasyakat diharapkan dapat berkurang atau bahkan hilang

(Fathia, 2014).

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan di

RSU St. Vincentius Singkawang, penderita TB Paru pada rentang usia 15-64

tahun pada tahun 2012 sebanyak 57 orang yang terdiri atas 32 laki-laki dan 25

perempuan dengan satu diantaranya meninggal dunia, kemudian pada tahun

2013 sebanyak 80 orang yang terdiri atas 58 laki-laki dan 22 perempuan dengan

7 diantaranya meninggal dunia, pada tahun 2014 sebanyak 49 orang yang terdiri

atas 31 laki-laki dan 18 perempuan dengan 5 diantaranya meninggal dunia, lalu

pada tahun 2015 terjadi peningkatan penderita TB Paru menjadi 112 orang yang

terdiri atas 80 laki-laki dan 32 perempuan dengan 11 diantaranya meninggal

dunia (buku pencatatan dan pelaporan RSU St. Vincentius tahun 2012-2016).

Berdasarkan uraian data di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan

studi kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan tuberculosis paru maka

penulis termotivasi untuk membahas lebih lanjut melalui Karya TulisI lmiah ini

dengan judul Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan

Tuberkulosis Paru di Ruang Zr. Theresia RSU St. Vincentius Singkawang Tahun

2016.

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Gambaran Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Zr. Theresia RSU St.

Vincentius Singkawang Tahun 2016”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Pasien

dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Zr. Theresia RSU St. Vincentius

Singkawang Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengkajian keperawatan pasien dengan tuberculosis paru di

Ruang Zr. Theresia RSU St. Vincentius Singkawang Tahun 2016.

b. Mengetahui diagnose keperawatan pasien dengan tuberculosis paru di

Ruang Zr. Theresia RSU St. Vincentius Singkawang Tahun 2016.

c. Mengetahui intervensi keperawatan pasien dengan tuberculosis paru di

Ruang Zr. Theresia RSU St. Vincentius Singkawang Tahun 2016.

d. Mengetahui implementasi keperawatan pasien dengan tuberkulosis paru di

Ruang Zr. Theresia RSU St. Vincentius Singkawang Tahun 2016.

e. Mengetahui evaluasi keperawatan pasien dengan tuberculosis paru di

Ruang Zr. Theresia RSU St. Vincentius Singkawang Tahun 2016.

5

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

pengetahuan tentang Tuberkulosis ikut meningkat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

peneliti tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Tuberkulosis.

b. Bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi

tenaga kesehatan tentang pentingnya Asuhan Keperawatan pada pasien

Tuberkulosis.

c. Bagi Institusi

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dan referensi

penelitian selanjutnya dalam meningkatkan pengetahuan tentang Asuhan

Keperawatan pada pasien Tuberkulosis.

d. Bagi pasien

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pasien akan

pentingnya untuk minum obat dan menjaga kesehatannya.

e. Bagi keluarga

Hasil penelitian diharapkan keluarga pasien dapat mendukung keadaan

pasien dan selalu mengingatkan agar selalu minum obat tepat waktu dan

menjaga resiko penularan pada keluarga yang lainnya.

f. Bagi Masyarakat

6

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi secara umum

pada masyarakat luas.