TB paru

43
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU (TBC) OLEH : NI KOMANG YULIANI (0902105076)

Transcript of TB paru

Page 1: TB paru

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT

TUBERCULOSIS PARU (TBC)

OLEH :

NI KOMANG YULIANI

(0902105076)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2012

Page 2: TB paru

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT

TUBERCULOSIS PARU (TBC)

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Tuberculosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri berbentuk batang (basil) yang bernama Mycobacterium

tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis kebanyakan mengenai struktur

alveolar paru. Presentasi klinis penyakit ini bervariasi berkisar

asimtomatik dengan hanya menunujukkan tes kulit positif sampai meliputi

pemeriksaan laboratorium atau diagnostik.

2. Epidemiologi / Insiden Kasus

Tuberculosis merupakan penyakit yang menjadi penyebab utama

kematian di negara-negara yang erat kaitannya dengan kemiskinan,

malnutrisi, tempat kumuh, perumahan di bawah standar, dan

perawatan kesehatan tidak adekuat.

Diperkirakan bahwa di seluruh dunia, 1,7 milyar orang sudah

terinfeksi penyakit tuberculosis, dengan 8 hingga 10 juta kasus baru

dan 3 juta kematian per tahun. World Health Organization (WHO)

memperkirakan tuberculosis menyebabkan 6% dari semua kematian di

seluruh dunia, yang menyebabkannya menjadi penyebab tersering

kematian akibat infeksi tunggal.

Di dunia barat, kematian akibat tuberculosis memuncak pada tahun

1800 dan secara terus-menerus turun sepanjang tahun 1800-an dan

1900-an. Namun, pada tahun 1984, penurunan pada kasus baru

berhenti mendadak, suatu perubahan yang terjadi akibat peningkatan

insiden tuberculosis pada pengidap infeksi virus imunnodefisiensi

manusia (HIV). Setelah surveilans intensif dan profilaksis tuberculosis

diantara individu dengan penekanan kekebalan, insiden tuberculosis

Page 3: TB paru

pada orang yang lahir di Amerika Serikat (AS) telah berkurang sejak

tahun 1992. Saat ini diperkirakan sekitar 25.000 kasus baru dengan

tuberculosis aktif terjadi di setiap tahun dan hampir 40% terjadi pada

imigran dari negara yang prevalensi tuberculosis-nya tinggi.

Di Indonesia pada tahun 1995, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan

penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit

infeksi saluran pernapasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu

dari golongan penyakit infeksi sehingga tidak heran jika Indonesia

menempati urutan ketiga setelah India dan Cina diantara 22 negara

dengan masalah Tuberculosis terbesar di dunia.

3. Penyebab / Faktor Predisposisi

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri berbentuk batang (basil) yang bernama Mycobacterium

tuberculosis. Sebagian besar struktur organisme ini terdiri atas asam

lemak (lipid) yang membuat mikobakterium lebih tahan terhadap asam

dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. M. tuberculosis

hominis merupakan penyebab sebagian besar kasus tuberculosis.

Mikobakterium ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam

keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini

terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant

ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif

kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa

kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.

Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada

bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat

predileksi penyakit tuberkulosis.

4. Patofisiologi Penyakit

Individu rentan yang menghirup bakteri basil tuberculosis akan

menjadi terinfeksi. Bakteri ini dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli

Page 4: TB paru

(tempat berkumpulnya bakteri dan memperbanyak diri), ada juga yang

dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh

lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru lainnya (lobus

atas).

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.

Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit

spesifik tuberculosis melisis basil dan jaringan normal. Reaksi ini

mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli dan menyebabkan

bronkopneumonia (infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu

setelah pemajanan) dan terbentuknya massa jaringan baru yang disebut

granulomas (gumpalan basil yang masih hidup dan sudah mati,

dikelilingi makrofag yang membentuk didnding protektif). Granulomas

ini diubah menjadi masssa jaringan fibrosa dan bagian sentral dari massa

fibrosa ini disebut tuberkel ghon.

Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan

seperti keju ke dalam bronkhi (proses pengkejuan). Selanjutnya terjadi

kalsifikasi dan membentuk skar kolagenosa. Dan jika terjadi pajanan

infeksi ulang dan respon imun yang inadekuat maka timbullah TBC.

5. Klasifikasi

Klasifikasi I (berdasarkan bagian tubuh yang terinfeksi)

a) Tuberculosis paru

Merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80%

dari semua penderita. Tuberculosis yang menyerang parenkim paru

ini merupakan satu-satunya bentuk tuberculosis yang paling mudah

menular.

b) Tuberculosis ekstra paru

Merupakan bentuk Tubeculosis yang menyerang organ lain selain

paru, seperti pleura, kelenjar limfe, persendian tulang belakang,

saluran kencing, susunan saraf pusat, dan perut. Pada dasarnya

penyakit Tuberculosis ini tidak pandang bulu karena kuman ini

menyerang semua organ tubuh.

Page 5: TB paru

Klasifikasi II ( Menurut American Thoracic Society, 2000)

Class 0 Tidak ada jangkitan atau terinfeksi, riwayat terpapar,

reaksi test tuberculin (PPD) tidak bermakna.

Class 1 Terpapar TBC, tidak ada bukti infeksi, reaksi kulit tak

bermakna

Class 2 Ada infeksi TBC, reaksi kulit bermakna, pemeriksaan

bakteri (-), tidak ada bukti.

Class 3 Sedang sakit, BTA (+), test mantoux bermakna,

Rontgent Thorax (+). Lokasi tempat : Paru-paru,

Pleura, Limfatik, tulang/sendi, meninges, peritoneum,

dsb.

Class 4 Sedang sakit, ada riwayat mendapat pengobatan,

Rontgent Thorax (+), test mantoux bermakna.

Class 5 dicurigai TBC, sedang dalam pengobatan

Klasifikasi III

a) Tuberculosis Primer

Tuberculosis primer adalah bentuk penyakit yang terjadi pada

orang yang belum pernah terpajan (orang yang belum pernah

mengalami TB) atau peradangan terjadi sebelum tubuh

mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium.

Dampak utama dari tuberculosis primer adalah

1. penyakit ini memicu timbulnya hipersensitivitas dan

resistensi.

2. fokus jaringan parut mungkin mengandung basil hidup

selama bertahun-tahun bahkan seumur hidup

3. penyakit ini (meskipun jarang) dapat menjadi tuberculosis

primer progresif. Hal ini terjadi ada orang yang mengalami

gangguan akibat suatu penyakit (terutama penyakit yang

menyerang sistem kekebalan tubuh, seperti AIDS dan

Page 6: TB paru

biasanya terjadi pada pada anak yan mengalami malnutrisi

atau usia lanjut).

b) Tuberculosis Sekunder (Tuberculosis Post Primer)

Merupakan penyakit yang terjadi pada seseorang yang telah

terpajan penyakit tuberculosis atau peradangan jaringan paru

oleh karena terjadi penularan ulang di mana di dalam tubuh

terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium

tersebut. Penyakit ini mungkin terjadi segera setelah

tuberculosis primer, tetapi umumnya muncul karena reaktivasi

lesi primer dorman beberapa dekade setelah infeksi awal,

terutama jika sistem pertahanan penjamu (seseorang yang

pernah terkena TB sebelumnya) melemah.

6. Gejala Klinis

Penyakit tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu

penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain

yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada

sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan

bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala

respiratorik dan gejala sistemik.

1. Gejala Respiratorik

a) Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang

paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif

kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada

kerusakan jaringan.

b) Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin

tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah

atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak

terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya

Page 7: TB paru

batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah

yang pecah.

c) Sesak nafas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas

atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,

pneumothorax, anemia dan lain-lain.

d) Nyeri dada

Nyeri dada pada Tuberculosis paru termasuk nyeri pleuritik

yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di

pleura terkena.

2. Gejala Sistemik

a) Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada

sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan

makin lama makin panjang serangannya.

b) Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lain ialah berkeringat pada malam hari, sakit

kepala, anoreksia, penurunan berat badan, keletihan, dan

malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa

minggu-bulan.

7. Pemeriksaan Fisik

Pada tahap dini sulit diketahui.

Adanya timpani / hipersonor bila terdapat kavitas yang cukup dan pada

auskultasi memberikan suara umforik

Pada keadaan lanjut terdapat atropi dada, retraksi interkostal, dan

fibrosis

Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi menimbulkan suara

pekak).

8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang

Page 8: TB paru

a) Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan sputum : positif untuk bakteri Mycobacterium

tuberculosis pada stadium aktif (dalam 2 sampai 3 minggu)

2) Ziehl Neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) :

positif untuk BTA (Basil Tahan Asam)

3) Skin Test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch) : reaksi positif

(area indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48 – 72 jam setelah injeksi

antigen intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya

antibodi tetapi tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif.

4) Histologi atau Culture jaringan (termasuk kumbah lambung, urine

dan CSF, biopsi kulit) : positif untuk Mycobacterium tuberculosis

5) Needle Biopsi of Lung Tissue : positif untuk granuloma TB,

adanya sel-sel besar yang mengindikasikan nekrosis.

6) Elektrolit : mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya

infeksi; misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin

ditemukan pada TB paru kronik lanjut. ABGs : mungkin abnormal,

tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.

7) Darah : leukositosis, LED meningkat

b) Pemeriksaan Radiologi

1) Chest X-Ray : dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi

awal di bagian paru-paru bagian atas, deposit kalsium pada lesi

primer yang membaik atau cairan pada effusi. Perubahan

mengindikasikan TB yang lebih berat dapat mencakup area

berlubang dan fibrous.

2) Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat

kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.

9. Diagnosis / Kriteria Diagnosis

Penegakan diagnosis pada penyakit Tuberculosis paru dapat

dilakukan dengan mengumpulkan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,

rontgent dada, pemeriksaan bakteri Basil Tahan Asam (BTA), kultur

Page 9: TB paru

sputum dan test diagnostik tuberkulin. Rontgent dada biasanya

menunjukkan lesi pada lobus atas. Sputum di pagi hari dikmpulkan untuk

kultur BTA, pemeriksaan BTA akan menunjukkan apakah terdapat

Mycobacterium tubercuolosis, yang menandakan diagnosis dari penyakit

tuberculosis.

10. Therapy / Tindakan Penanganan

Tuberculosis Paru secara umum dapat ditangani dengan beberapa cara,

yaitu :

Tuberculosis paru diobati terutama denagn agens kemoterapi (agens

antituberculosis) selama periode 6-12 bulan. Ada 2 jenis obat

antituberculosis, yaitu :

Obat-obat primer

a) Isoniazid (INH)

b) Ethambutol

c) Rifampin

d) Treptomycin

e) Pirasinamid

Obat-obat sekunder

a) Kapreomisin

b) Kanamisin

c) Etionamid

d) Natrium para-aminosalisilat

e) Amikasin

f) Siklisin

Sarankan pasien TB untuk menjalani diet tinggi protein dan tinggi

karbohidrat (TKTP) (Menjaga asupan nutrisi  yang adekuat).

Jaga kondisi lingkungan : bersih, kering, terang dan tenang.

Bimbing klien untuk melakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif

(demonstrasikan pada klien dan beri kesempatan kepada klien untuk

melakukan demonstrasi yang telah dicontohkan)

Page 10: TB paru

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Aktivitas / Istirahat

Gejala : - adanya kelelahan dan kelemahan

- nafas pendek karena beraktivitas

- kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam

hari, menggigil dan atau berkeringat

- mimpi buruk

Tanda : - takikardia, takipnea / dispnea saat beraktivitas

- kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)

b) Integritas ego

Gejala : - adanya faktor stres dalam waktu yang lama

- adanya perasaan tak berdaya / tak ada harapan

Tanda : - menyangkal (khususnya selama tahap dini)

- ansietas, takut

c) Makanan / Cairan

Gejala : - adanya anoreksia (kehilangan nafsu makan)

- adanya penurunan berat badan

Tanda : - turgor kulit buruk, kering / bersisik

- massa otot berkurang / lemak subkutan berkurang

d) Nyeri / Kenyamanan

Gejala : - nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Tanda : - berhati-hati pada area yang sakit

- perillaku distraksi, gelisah

e) Pernafasan

Gejala : - batuk produktif atau non produktif

- nafas pendek

Page 11: TB paru

- riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu yang

terinfeksi

Tanda : - peningkatan frekuensi pernafasan (fibrosis pleura)

- penegembangan pernafasan tak simetri (efusi pleural

- perkusi pekak dan penurunan fremitus (penebalan

cairan pleural). Bunyi nafas menurun / tak ada secara

bilateral atau unilateral (efusi pleural / pneumothorax).

Bunyi nafas tubuler dan atau bisikan pektoral di atas

lesi luas. Krekels tercatat di atas apeks paru selama

inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels

posttussics)

- karakteristik sputum : hijau / purulen, mukoid / kuning

atau bercak darah

- deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik)

f) Keamanan

Gejala : - adanya kondisi penurunan kekebalan tubuh (seperti

AIDS, kanker)

- Test HIV menyatakan positif

Tanda : - demam ringan atau sakit panas akut

g) Interaksi Sosial

Gejala : - adanya perasaan rendah diri karena mengidap penyakit

menular

- adanya perubahan kapasitas fisik pada untuk

melaksanakan peran

h) Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : - riwayat keluarga Tuberculosis

- status kesehatan buruk

- gagal untu membaik / kambuhnya Tuberculosis

- tidak berpartisipasi dalam therapy

Page 12: TB paru

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

a) Pathway TBC

Bakteri Tuberkolosis

Masuk ke Saluran Nafas, Limpe, Aliran Darah & Bagi Tubuh Lainnya & Area Paru Lainnya (Lobus Atas)

Reaksi Imun Meningkat

Inflamasi

Fagosit Menelan Banyak Arteri

Eksudat Meningkat Dalam Alveoli

Granulomas

Limfosit Spesifik TB Melisis Basil Dan Jaringan

Tuberkel Ghon

Proses Pengkejuan

Kalsifikasi Membentuk Skor Kolagenosa

Bakteri Dorman

Bakteri Mati dengan Sendirinya

Pajanan Infeksi Ulang & Respon Imun Inadekuat

Penyakit Tuberculosis

Kerusakan membrane alveolar

Difusi O2 tidak Adekuat

Kerusakan pertukaran gasCO2 meningkat

Metabolisme terganggu

ATP berkurang

Kelelahan Intoleransi Aktivitas

Page 13: TB paru

b) Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tidak adekuat

dan tambahan infeksi.

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

mampu dalam memasukkan, mencerna, dan mengabsorbsi

makanan karena faktor biologis yang ditandai dengan anoreksia.

3) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi di

bronkus yang tertahan dan mukus yang banyak yang ditandai

dengan produksi sputum, perubahan ritme, dan frekuensi

pernafasan.

4) Kurang pengetahuan tentang pengobatan, cara penularan dan

pencegahan TBC berhubungan dengan keterbatasan paparan

informasi yang ditandai dengan mengungkapkan adanya masalah

dan mengikuti instruksi yang tidak akurat.

5) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan

membran alveolar ditandai dengan adanya sesak nafas (dispnea),

kelelahan, dan takikardia.

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya suplai

oksigen ditandai dengan kelelahan, kelemahan, dispnea, dan pucat.

Penyakit Tuberkolosis

Demam Tingkat Rendah

Kurang Pengetahuan

Anoreksia Batuk Menetap

Terpapar Infeksi Yang Berulang

Asupan Makan Menurun

Produksi Sputum Meningkat

Resiko Tinggi Infeksi

Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

Tubuh

Bersihan Jalan Nafas Tidak

Efektif

Page 14: TB paru

3. Rencana Tindakan

a) Prioritas Masalah

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi di

bronkus yang tertahan dan mukus yang banyak yang ditandai

dengan produksi sputum, perubahan ritme, dan frekuensi

pernafasan.

2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan

membran alveolar ditandai dengan adanya sesak nafas (dispnea),

kelelahan, dan takikardia.

3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tidak adekuat

dan tambahan infeksi.

4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, dan

mengabsorbsi makanan karena faktor biologis yang ditandai

dengan anoreksia.

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya suplai

oksigen ditandai dengan kelelahan, kelemahan, dispnea, dan pucat.

6) Kurang pengetahuan tentang pengobatan, cara penularan dan

pencegahan TBC berhubungan dengan keterbatasan paparan

informasi yang ditandai dengan mengungkapakan adanya masalah

dan mengikuti instruksi yang tidak akurat.

b) Perencanaan Perawatan

No. DX Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Bersihan jalan nafas

tidak efektif

berhubungan dengan

sekresi di bronkus

yang tertahan dan

mukus yang banyak

yang ditandai dengan

produksi sputum,

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan

bersihan jalan

napas klien efektif

dengan outcome

Mandiri :

- kaji fungsi

pernafasan (bunyi

nafas, kecepatan

nafas, dan

kedalaman)

penurunan bunyi nafas

dapat menimbulkan

atelektasis. Ronki,

mengi menunjukkan

akumulasi sekret /

ketidakmampuan

membersihkan jalan

Page 15: TB paru

perubahan ritme, dan

frekuensi pernafasan.

- klien mampu

mengeluarkan

sekret tanpa

bantuan

- bunyi nafas

normal, tidak

ada ronchi,

mengi dan

stridor

- tidak ada

dipsnea

- catat kemampuan

untuk

mengeluarkan

mukosa / batuk

efektif (catat

karakter, jumlah

sputum, adanya

hemoptisis)

- berikan pasien

posisi semi fowler

dan bantu pasien

untuk bayuk dan

latihan nafas

dalam

- bersihkan sekret

dari mulut dan

trakea

(penghisapan

sesuai keperluan)

nafas yang dapat

menimbulkan

peningkatan kerja

pernafasan.

Pengeluaran sulit bila

sekret sangat tebal.

Sputum berdarah

kental / darah cerah

diakibatkan oleh

kerusakan paru atau

luka bronkial.

Posisi membantu

memaksimalkan

ekspansi paru dan

menurunkan upaya

pernafasan. Latihan

nafas dalam membuka

area atelektasis dan

meningkatkan gerakan

sekret ke dalam jalan

nafas besar untuk

dikeluarkan.

Mencegah aspirasi /

obstruksi. Penghisapan

dilakukan jika pasien

tidak mampu

mengeluarkan sekret

Page 16: TB paru

Kolaborasi :

- lembabkan udara /

oksigen inspirasi

- beri obat-obatan

sesuai indikasi

- mukolitik

(contoh

asetilsistein)

- bronkodilator

(contoh

okstrifilin)

- kortikosteroid

(prednison)

Mencegah

pengeringan mukosa

dan membantu

pengenceran sekret.

Mukolitik

menurunkan

kekentalan sekret /

sputum sehingga

mudah untuk

dikeluarkan.

Bronkodilator

meningkatkan ukuran

lumen percabangan

trakeobronkial

sehingga menurunkan

tahanan terhadap

aliran udara.

Berguna pada saat

respon inflamasi

mengancam hidup.

Page 17: TB paru

2. Kerusakan pertukaran

gas berhubungan

dengan kerusakan

membran alveolar

ditandai dengan

adanya sesak nafas

(dispnea), kelelahan,

dan takikardia.

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan

kerusakan

membran alveolar

klien dapat teratasi

dengan outcome :

- klien tidak

mengalami

sesak nafas

- kilen tidak

mengalami

kelelahan

- klien tidak

mengalami

takikardia

-

-

Mandiri

- kaji dispnea,

takipnea, tak

normal /

menurunnya bunyi

nafas, peningkatan

upaya pernafasan,

terbatasnya

ekspansi dinding

dada, dan

kelelahan

- evaluasi perubahan

pada tingkat

kesadaran. Catat

sianosis dan atau

perubahan pada

warna kulit,

termasuk membran

mukos dan kuku.

- tingkatkan tirah

baring / batasi

aktivitas dan bantu

aktivitas perawatan

diri sesuai

keperluan.

TB paru menyebabkan

efek luas pada paru

dari bagian kecil

bronkopneumonia

sampai inflamasi

difusi luas, nekrosis,

effusi pleural, dan

fibrosis luas. Efek

pernafasan dapat dari

ringan sampai dispnea

berat dan bisa juga

sampai distres

pernafasan.

Akumulasi sekret /

pengaruh jalan nafas

dapat mengganggu

oksigenasi organ vital

dan jaringan.

Menurunkan konsumsi

oksigen atau

kebutuhan selama

periode penurunan

pernafasan dapat

menurunkan beratnya

gejala.

Page 18: TB paru

Kolaborasi

- Monitor GDA

- berikan oksigen

tambahan yang

sesuai

Menurunnya saturasi

oksigen (PaO2) atau

meningkatnya PaC02

menunjukkan perlunya

penanganan yang

lebih. adekuat atau

perubahan terapi.

Membantu

mengoreksi

hipoksemia yang

terjadi sekunder

hipoventilasi dan

penurunan permukaan

alveolar paru.

3. Risiko tinggi infeksi

berhubungan dengan

imunitas tidak

adekuat dan tambahan

infeksi.

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama 2 x 24 jam

diharapkan risiko

tinggi infeksi tidak

terjadi dengan

outcome:

- klien

menunjukkan

perubahan pola

hidup untuk

meningkatkan

lingkungan

yang aman /

Mandiri :

- kaji patologi

penyakit dan

potensial

penyebaran infeksi

melalui droplet

udara selam batuk,

bersin, meludah,

berbicara, tertawa,

dan menyanyi.

- Identifikasi orang

lain yang berisiko.

Membantu pasien agar

menyadari/menerima

perlunya mematuhi

program pengobatan

untuk mencegah

komplikasi.

Orang-orang yang

berisiko perlu program

terapi obat untuk

mencegah terjadinya

Page 19: TB paru

mencegah

terjadi

eksaserbasi - Anjurkan pasien

untuk batuk /

bersin dan

mengeluarkan

pada tisu dan

menghindari

meludah. Kaji

pembuangan tisu

sekali pakai dan

teknik mencuci

tangan yang tepat.

- Awasi suhu sesuai

indikasi.

- Identifikasi faktor

risiko individu

terhadap

pengaktifan

berulang

tuberculosis.

- Dorong memilih /

mencerna

makanan

seimbang. Berikan

pola makan yang

infeksi.

Perilaku yang

diperlukan untuk

mencegah terjadinya

infeksi.

Reaksi demam

merupakan indikator

adanaya infeksi

lanjutan.

Pengetahuan tentang

faktor ini membantu

klien untuk mengubah

pola hidup dan

menghindari /

menurunkan insiden

eksaserbasi.

Adanya anoreksia dan

malnutrisi

sebelumnya, dapt

merendahkan tahanan

terhadap proses infeksi

Page 20: TB paru

sedikit tapi sering.

Kolaborasi :

- Berikan agen

antiinfeksi sesuai

indikasi (obat

uatama : Isoniazid

(INH), etambutal

(myambutol),

rifampin

(RMP/Rifadin))

- Berikan

Parazinamida,

para-amino salisik,

sikloserin,

streptomisin.

- Monitor sputum

BTA

dan mengganggu

proses penyembuhan.

INH biasanya obat

pilihan untuk pasien

infeksi dan pada risiko

terjadinya TB dan

biasanya

dikominasikan dengan

refampin (selama 9

bulan) dan etambutal

(selama 2 bulan

pertama).

Merupakan obat

sekunder dan

diberikan apabila

infeksi resisten

terhadap obat primer.

Untuk mengawasi

keefektifan obat dan

efeknya serta respon

pasien terhadap terapi.

4. Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan

dengan tidak mampu

dalam memasukkan,

mencerna, dan

mengabsorbsi

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan

kekurangan nutrisi

dari kebutuhan

Mandiri :

- catat status nutrisi

pasien, catat turgor

kulit, berat badan

dan derajat

kekurangan berat

badan, kemampuan

Berguna dalam

mendefinisikan derajat

/ luasnya masalh dan

pilihan intervensi yang

tepat.

Page 21: TB paru

makanan karena

faktor biologis yang

ditandai dengan

anoreksia dan berat

badan di bawah 10 %

- 20 % dari berat

badan ideal.

tubuh tidak terjadi

dengan outcome:

- tidak ada

anoreksia

- porsi makan

normal 3 x 1 porsi

penuh

- Berat badan

menunjukkan

peningkatan

sampai berat

badan ideal.

/ ketidakmampuan

menelan, riwayat

mual muntah.

- Awasi masukan /

pengeluaran nutrisi

dan berat badan

secara periodik.

- Selidiki anoreksia,

mual, muntah, dan

catat kemungkinan

hubungan dengan

obat. Awasi

volume, frekuensi,

dan konsistensi

feses.

- Dorong dan

berikan periode

istirahat sering.

- Berikan perawatan

mulut sebelum dan

sesudah tindakan

pernafasan.

- Dorong makan

Berguna dalam

mendukung keaktifan

nutrisi dan dukungan

cairan.

Dapat mempengaruhi

pilihan diet dan

mengidentifikas area

pemecahan masalah

untuk menigkatkan

pemasukan /

pengeluaran nutrien.

Membantu

menghemat energi

khususnya bila

kebutuhan metabolik

meningkat saat

demam.

Menurunkan rasa tak

enak karena sisa

sputum / obat untuk

pengobatan respirasi

yang merangsang

pusat muntah.

Memaksimalkan

Page 22: TB paru

sedikit dan sering

dengan makanan

tinggi protein dan

karbohidrat.

Kolaborasi

- Rujuk ke ahli diet

untuk menentukan

komposisi diet.

- Konsul dengan

terapi pernafasan

untuk jadwal

pengobatan 1-2 jam

sebelum / setelah

makan.

- Awasi pemeriksaan

laboratorium

(protein serum,

albumin).

-

masukan nutrisi dan

menurunkan iritasi

gaster.

Memberikan bantuan

dalam perencanaan

diet dengan nutrisi

adekuat untuk

kebutuhan metabolik

dan diet.

Dapat membantu

menurunkan insiden

mual dan muntah

sehubungan dengan

efek pengobatan

pernafasan pada perut

yang penuh.

Nilai rendah

menunjukkan

malnutrisi dan

menunjukkan

intervensi / perubahan

program terapi.

5. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

menurunnya suplai

oksigen ditandai

dengan kelelahan,

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama 2 x 24 jam

diharapkan klien

Mandiri :

- evaluasi respons

klien terhadap

aktivitas. Catat

adanya dispnea,

Menetapkan

kemampuan /

kebutuhan klien dan

memudahkan pilihan

Page 23: TB paru

kelemahan, dispnea,

dan pucat.

dapat

menunjukkan

peningkatan

aktivitas dengan

outcome:

- pasien tidak

mengalami

kelelahan

- tanda- tanda

vital dalam

rentang normal

- tidak terjadi

dispnea

- wajah klien

tidak pucat

-

peningkatan

kelelahan dan

perubahan tanda-

tanda vital sebelum

dan sesudah

beraktivitas.

- Jelaskan

pentingnya

istirahat dalam

rencana

pengobatan dan

perlunya

keseimbangan

aktivitas dan

istirahat.

- Bantu klien untuk

memilih posisi

yang nyaman

untuk beristirahat

dan atau tidur.

- Bantu aktivitas

perawatan diri

yang diperlukan.

Berikan kemajuan

peningkatan

aktivitas selama

fase penyembuhan.

intervensi

Istirahat dapat

menurunkan

kebutuhan metabolik

dan menghemat

energi. Pembatasan

aktivitas ditentukan

dengan respons

individual klien

terhadap aktivitas dan

perbaikan kegagalan

pernafasan.

Setiap klien memliki

cara yang berbeda-

beda untuk berada di

posisi yang nyaman

saat beristirahat.

Meminimalkan

kelelahan dan

membantu

keseimbangan suplai

dan kebutuhan oksigen

Page 24: TB paru

6. Kurang pengetahuan

tentang

pengobatan,cara

penularan dan

pencegahan TBC

berhubungan dengan

keterbatasan paparan

informasi yang

ditandai dengan

mengungkapkan

adanya masalah dan

mengikuti instruksi

yang tidak akurat.

Setelah diberikan

askep selama 1 x

30 menit

diharapkan kurang

pengetahuan dapat

teratasi dengan

outcome :

- klien

menyatakan

pemahaman

tentang proses

penyakit dan

kebutuhan

pengobatan

- melakukan

perubahan pola

hidup untuk

memperbaiki

kesehatan umum

dan menurunkan

risiko pengaktifan

ulang TB

- klien memahami

rencana untuk

memenerima

perawatan

kesehatan yang

adekuat

-

-

-

Mandiri :

- kaji kemampuan

klien untuk belajar

(tingkat takut,

masalah,

kelemahan, tingkat

paretisipasi,

lingkungan terbaik

di mana pasien

dapat belajar,

siapa yang

terlibat).

- Identifikasi gejala

yang harus

dilaporkan kepada

perawat (contoh

hemoptisis, nyeri

dada, demam,

kesulitan bernafas,

vertigo)

- Tekankan

mempertahankan

makanan yang

tinggi protein dan

karbohidrat serta

pemasukan cairan

yang adekuat.

- Berikan instruksi

Belajar tergantung

pada emosi dan

kesiapan fisik yang

juga akan berpengaruh

pada tingkat

pemahaman klien.

Dapat menunjukkan

kemajuan atau

pengaktifan ulang

penyakit / efek obat

yang memerlukan

evaluasi lanjut.

Memenuhi kebutuhan

metabolik membantu

meminimalkan

kelemahan dan

meningkatkan

penyembuhan. Cairan

dapat mengencerkan /

mengeluarkan sekret.

Informasi tertulis

Page 25: TB paru

-

-

dan informasi

tertulis khusus

pada pasien untuk

rujukan.

- Jelaskan dosis

obat, frekuensi

pemberian, efek

kerja obat, alasan

pengobatan.

- Kaji potensial efek

samping

pengobatan

(contoh, mulut

kering, konstipasi,

gangguan

penglihatan, sakit

kepala)

- Tekankan untuk

tidak minum

alkohol selama

minum INH.

- Dorong pasien /

orang terdekat

untuk menyatakan

masalah

menurunkan hambatan

klien untuk mengingat

banyaknya informasi.

Meningkatkan

kerjasama dalam

program pengobatan

dan mencegah

penghentiaan obat

sesuai pebaikan

kondisi pasien.

Mencegah /

menurunkan

ketidaknyamanan

sehubungan dengan

terapi dan

meningkatkan

kerjasama dalam

program perawatan

dan pengobatan.

Kombinasi INH dan

alkohol akan

meningkatkan

insidensi hepatitis.

Menurunkan

kecemasan.

Penyangkalan dapat

memperburuk

Page 26: TB paru

(kecemasan).

- Dorong pasien

untuk tidak

merokok

- Kaji bagaimana

TB menular.

mekanisme koping.

Meskipun merokok

tidak merangsang

berulangnya TB tetapi

memicu timbulnya

bronkitis / disfungsi

pernafasan

Pengetahuan dapat

menurunkan risiko

penularan. Komplikasi

sehubungan dengan

reaktivasi, yaitu

pembentukan abses,

emfisema destruktif,

hemoptisis, luka di

saluran

gastrointestinal.

4. Evaluasi

No.Diagnosa

KeperawatanEvaluasi

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan sekresi di

bronkus yang tertahan dan mukus

yang banyak yang ditandai dengan

produksi sputum, perubahan

ritme, dan frekuensi pernafasan.

klien mampu mengeluarkan sekret tanpa

bantuan

bunyi nafas normal, tidak ada ronchi,

mengi dan stridor

tidak ada dipsnea

Page 27: TB paru

2. Kerusakan pertukaran gas

berhubungan dengan kerusakan

membran alveolar ditandai dengan

adanya sesak nafas (dispnea),

kelelahan, dan takikardia.

klien tidak mengalami sesak nafas

kilen tidak mengalami kelelahan

klien tidak mengalami takikardia

3. Risiko tinggi infeksi berhubungan

dengan imunitas tidak adekuat dan

tambahan infeksi.

klien menunjukkan perubahan pola

hidup untuk meningkatkan lingkungan

yang aman / mencegah terjadi

eksaserbasi

4. Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan

dengan tidak mampu dalam

memasukkan, mencerna, dan

mengabsorbsi makanan karena

faktor biologis yang ditandai

dengan anoreksia.

tidak ada anoreksia

porsi makan normal 3 x 1 porsi penuh

Berat badan menunjukkan peningkatan

sampai berat badan ideal.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan

dengan menurunnya suplai

oksigen ditandai dengan

kelelahan, kelemahan, dispnea,

dan pucat.

klien tidak mengalami kelelahan

tanda- tanda vital dalam rentang normal

klien tidak mengalami dispnea

wajah klien tidak pucat

6. Kurang pengetahuan berhubungan

dengan keterbatasan kognisi,

mudah lupa, dan keterbatasan

paparan yang ditandai dengan

mengungkapakan adanya masalah

dan mengikuti instruksi yang tidak

akurat.

klien menyatakan pemahaman tentang

proses penyakit dan kebutuhan

pengobatan

melakukan perubahan pola hidup untuk

memperbaiki kesehatan umum dan

menurunkan risiko pengaktifan ulang

TB

Page 28: TB paru

klien memahami rencana untuk

memenerima perawatan kesehatan yang

adekuat

Page 29: TB paru

DAFTAR PUSTAKA

Tucker, Susan Martin ; dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Penerbit Buku

Kedokteran EGC : Jakarta.

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku

Kedokteran EGC : Jakarta.

Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan Geissler, Alice C. 2000.

Edisi 3. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Nanda. 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.