Tayangan Chapter Report Filsafat

44
BIDANG NILAI (The Field of Values) Chapter Report dari buku Harold H. Titus. 1959. Living Issues In Philosophy : An Introductory Textbook. Third Edition. New York : American Book Company. Part 5 Chapter 22 p.343-359,

Transcript of Tayangan Chapter Report Filsafat

Page 1: Tayangan Chapter Report Filsafat

BIDANG NILAI(The Field of Values)

Chapter Report dari buku Harold H. Titus. 1959. Living Issues In

Philosophy : An Introductory Textbook. Third Edition. New York : American Book Company. Part 5 Chapter 22

p.343-359,

Page 2: Tayangan Chapter Report Filsafat

• Isu sifat dasar nilai adalah satu dari pusat dan masalah paling terus menerus dari eksistensi manusia, dan beberapa perbedaan opini terbesar diantara filosof terletak dalam bidang ini.

• Semua pria dan wanita memiliki berbagai pendirian tentang nilai. Hidup mendorong kita untuk melakukan pilihan, menilai sesuatu sebagai benar atau salah, dan membentuk berbagai skala nilai

Page 3: Tayangan Chapter Report Filsafat

• Sejak jaman awal Yunani, manusia telah menulis sisi teoritikal masalah nilai. Pada dekade terakhir pembahasan dibawa pada satu minat dan kepentingan baru. Kata aksiologi, berasal dari kata Yunani yang berarti “nilai”, digunakan untuk studi teori umum dari nilai, termasuk asal usulnya, sifat dasar, klasifikasi, dan tempat nilai dalam dunia

• Etika – studi nilai dalam perilaku manusia – dan estetika – studi nilai dalam perwujudan keindahan dan seni – adalah bidang-bidang khusus dalam konsepsi-konsepsi besar dari nilai. Adakalanya nilai moral dan religius dikatakan sebagai perwujudan dalam kehidupan manusia.

Page 4: Tayangan Chapter Report Filsafat

APAKAH NILAI ?Dalam menjawab pertanyaan

”Apakah nilai ?” marilah kita bedakan antara pertimbangan faktual dan pertimbangan nilai

Pertimbangan faktual bersifat deskriptif dalam kaitan menghitung karakteristik sesuatu yang dapat diamati. Pertimbangan nilai menghargai kelayakan/manfaat objek-objek

Page 5: Tayangan Chapter Report Filsafat

CONTOH OBJEK : “England “Pertama adalah pernyataan dictionary yang

menunjukkan lokasi, jumlah luas persegi mil, penduduk, dan informasi lain

Kedua, dari Shakespeare’s Richard II dan memasukkan hal tersebut secara tersirat sebagai ”This royal throne of kings, this scepter’d isle” dan ”This blessed plot, this earth, this realm, this England.”

Ketiga, dari karya Lissauer ” Song of hate,” yang muncul di Jerman selama Perang Dunia I, memasukkan hal tersebut secara tersirat sebagai ” We have but one single hate” dan ”We have all but one foe- England.”

Jelaslah bahwa dua pilihan terakhir berbeda klas dari yang pertama. Keduanya mengekspresikan pertimbangan nilai positip dan negatip. Sadar atau tidak sadar selama hidup kita semua membuat penilaian positip dan negatip.

Page 6: Tayangan Chapter Report Filsafat

Sementara kita dapat menata perbedaan antara fakta dan nilai atau antara pertimbangan faktual dan pertimbangan nilai, kita tidak dapat secara lengkap memisahkannya. Ada sebuah interaksi antara fakta dan nilai. Bila kita mengubah fakta tertentu, maka evaluasi kita juga berubah. Jadi suatu nilai tertentu yang kita kerjakan adalah juga satu fakta dari sudut pandang lainnya.

Page 7: Tayangan Chapter Report Filsafat

Tidak ada kesepakatan, seperti yang akan kita lihat, bagaimana nilai dapat didefinisikan. Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa pertimbangan nilai menghargai manfaat dari objek-objek. Istilah nilai telah didefinisikan secara beragam sebagai ”sesuatu yang memuaskan kebutuhan manusia” atau suatu kebutuhan manusia, dan sebagai ” kualitas sesuatu” yang membangkitkan ”respon apresiative”. Istilah itu mengekspresikan satu elemen kebutuhan yang diinginkan pada sebuah pengalaman atau sebuah objek. Sebuah nilai dapat didefinisikan sebagai pernyataan adanya manfaat atau dapat bernilai. Dalam hal ini, kebaikan dan keindahan akan menjadi nilai, sedangkan kejahatan dan kejelekan akan menjadi kehilangan nilai.

Edgar S. Brightman mengatakan bahwa ” dalam hampir semua perasaan dasar, nilai berarti apa saja yang secara aktual disukai, dihargai, dipandang tinggi, dihasrati, diakui, atau dinikmati oleh sesorang pada setiap waktu. Hal ini adalah pengalaman aktual dari menikmati objek atau aktivitas yang dihasrati.”

Page 8: Tayangan Chapter Report Filsafat

Beberapa sarjana meng-claim bahwa nilai tidak dapat didefinisikan dan karenanya kebaikan, keindahan dan cinta adalah pengalaman langsung dan segera. ”Baik” adalah ide sederhana, seperti ” kuning ” juga ide sederhana, kata George Edward Moore. Sebagaimana anda tidak dapat menjelaskan kuning pada seseorang yang tidak pernah mengalaminya dan tidak tahu tentang kuning, jadi anda tidak dapat menjelaskan sifat dasar baik. ” Baik adalah baik dan itulah akhir dari materi”.

Kita dapat sepakat dengan Profesor Moore bahwa kata-kata dan definisi tidak dapat menggantikan pengalaman, dan karenanya tanpa pengalaman hidup maka tidak ada pemahaman nilai yang memadai. Akhirnya definisi-definisi dapat membawa kita pada perhatian kita tentang elemen-elemen umum dari pengalaman ini dan membantu pemikiran kita dan mendiskusikannya.

Page 9: Tayangan Chapter Report Filsafat

Apakah Kita Menemukan Nilai atau Menciptakannya ?

Isu dasar, pertanyaan utama dari kontroversi bidang nilai, adalah mengerjakannya dengan sifat dasar nilai dan tempatnya dalam skema sesuatu. Apa hubungan nilai pada pikiran dengan evaluasi ? Apakah nilai hanya ada dalam pikiran, dalam pengertian hanya menyinggung imaginasi, berpikir (thingking), interest, dan hasrat-hasrat orang ? Atau apakah nilai berada di luar pikiran, dalam pengertian memiliki sesuatu, seperti suhu, ukuran dan bentuk ? Atau apakah kebenaran terletak diantara dua posisi ekstrem, sehingga nilai bersifat subjektif dan objektif ?

Page 10: Tayangan Chapter Report Filsafat

NILAI SEBAGAI SUBJEKTIFUntuk yang percaya bahwa nilai adalah subjektif

berpikir bahwa nilai berada sebagai sentimen atau emosi dari kesukaan atau ketidaksukaan. Satu sensasi yang dapat disepakati adalah satu nilai; satu sensasi yang tidak dapat disetujui adalah bukan satu nilai. Makan, minum, bermain, mendengarkan musik, mengamati keindahan matahari terbenam adalah dapat bernilai sebab hal-hal tersebut mendorong rasa apresiasi atau kegembiraan yang dapat dinikmati.

George Santayana, David Prall, Dewit H. Parker, dan lainnya menerima posisi umum ini. Santayana menceriterakan pada saya bahwa ”tidak ada nilai terlepas dari beberapa apresiasinya.” Tidak hanya sekedar kesadaran tetapi kesadaran emosional juga diperlukan untuk eksistensi baik dalam berbagai bentuk. ” Nilai memancar segera dan tidak dapat dijelaskan dari impluse vital, dan dari bagian sifat dasar kita secara irasional.”

Page 11: Tayangan Chapter Report Filsafat

David H. Parker mengatakan bahwa : nilai milik keseluruhan dunia dalam, pada dunia pikiran. Kepuasan dari hasrat adalah nilai nyata (real); sesuatu yang melayani hanyalah sebuah instrumen... Sebuah nilai selalu sebuah pengalaman, tidak pernah sesuatu atau objek. Sesuatu mungkin dapat bernilai, tetapi sesuatu tersebut bukanlah nilai. Kita memproyeksikan nilai ke dalam dunia luar, memberinya atribut pada sesuatu yang memberi hasrat.

Parker mendefinisikan nilai sebagai ” salah satu aktivitas yang memberi kenikmatan aktif atau pasif atau kalau tidak sebagai penenangan hasrat. Kepuasan hasrat dapat berupa satu dari bentuk-bentuk berikut : (1) kepuasan relatif spontan aktivitas atau pasivitas, (2) kepuasan yang muncul dari perjumpaan dengan tujuan-tujuan hasrat secara sadar, (3) kepuasan yang muncul dari perjumpaan dengan perangkat standar pribadi-sosial untuk kepuasan tersebut.

Page 12: Tayangan Chapter Report Filsafat

Bagi mereka yang menyampaikan argumentasi untuk interpretasi subjektif dari nilai sepertinya menekankan fakta bahwa nilai – apakah dalam bidang kebaikan,keindahan, atau kebenaran – memiliki keragaman dari individu ke individu lain, dari kelompok ke kelompok lain, dan dari jaman satu ke jaman lainnya. Bila hal itu adalah keseluruhan objek, tidak akankah hal itu sama untuk semua pikiran?

Page 13: Tayangan Chapter Report Filsafat

NILAI SEBAGAI OBJEKTIF

Bagi mereka yang mengikuti nilai objektif percaya bahwa nilai berada di luar dunia pikiran kita untuk diketahui. Ada sesuatu dalam objek yang membuat pertimbangan kita diperlukan dan dapat menalarkan. Ada beberapa kualitas, beberapa kumpulan properti, yang menggambarkan preferensi dan respon apresiasi kita. Ada suatu kebebasan individual yang memuaskan mata, telinga, ”rasa moral”, ”pilihan estetika”, atau kecerdasan manusia. Seorang manusia tertarik dalam segala sesuatu dan pengalaman yang menunjukkannya memiliki nilai.

Page 14: Tayangan Chapter Report Filsafat

Kita harus membuat perbedaan jelas – terkait objektivisme, atau realisme nilai – antara pendapat pengalaman psikologis, pada satu sisi, dan sesuatu atau situasi dimana pendapat itu dibuat, pada sisi lain. Professor Joad memberi kita sebuah analogi dari temperatur. Orang berbeda pendapat tentang temperatur. Meski kita tidak mengatakan bahwa pendapatnya panas atau dingin dan hanya subjektif dan karenanya tidak ada temperatur berdasar pendapatnya. Dalam hal ini kita dapat mengecek pendapat mereka dengan termometer. Dalam bidang keindahan dan moral tentu saja tidak ada termometer. Bila saya berpendapat sebuah lanskap adalah indah, itu bukanlah pendapat saya bahwa itu indah tetapi warna dan bentuk di depan saya. Ada kualitas yang ditampilkan yang bersifat bebas dari pendapat saya tersebut. Nilai tanpaknya terletak dalam objek-objek sama halnya sebagai warna, bau, temperatur, ukuran dan bentuk.

Page 15: Tayangan Chapter Report Filsafat

Bagi Plato dunia konsep, universal, ide, dan nilai adalah hal nyata dan permanen. Ada hirarkhi nilai yang mengarahkan pada Tuhan atau nilai utama (supreme) dimana semua bentuk dan hukum dunia diorganisasikan

Bagi Aristoteles hubungan sesuatu sampai pada ujungnya atau nilai adalah satu bagian esensial dari sifatnya yang paling dasar. Objetivitas nilai merupakan pusat yang juga menjadi pemikiran era pertengahan. Filsafat Katholik Roma, sebagai satu satuan, memandang bahwa kebenaran, kebaikan, dan keindahan adalah nyata secara ontologis.

Page 16: Tayangan Chapter Report Filsafat

Beragam realist modern memberi perhatian terhadap status nilai. Bagi E.G Spaulding, nilai adalah subsistents bukannya keberadaan ruang dan waktu. Sebagai subsistent nilai bersifat bebas dari hasrat dan preferensi manusia; nilai ada dalam dunia kita untuk ditemukan. Nilai seperti kebenaran, kebaikan, dan keindahan bukanlah subjek kemalangan dari proses natural yang berjalan lambat. Realist lain, John Laird, mengatakan nilai sebagai ”kualitas tertier.” Nilai berbeda dari kualitas primer dan sekunder dari pengalaman kita.Kualitas tertier dikenali pada pengalaman yang segera dan nilai tersebut bersifat nyata dan permanen, walaupun sering tidak dapat didefinisikan dalam cara yang sama.

Page 17: Tayangan Chapter Report Filsafat

Dalam An Analysis of Knowledge and Valuation, Clarence Irving Lewis berpendapat bahwa pendapat kita tentang nilai – pendapat kita tentang baik dan jahat, benar dan salah, lebih baik dan lebih buruk – adalah jenis-jenis dari pengetahuan asli yang mungkin dapat diperbandingkan dengan pengetahuan empirik pada bidang lain. Pendapat nilai ini, ia percaya, adalah subjek dengan standar yang sama dari inkuiri dan validitas yang kita gunakan kapanpun. Valuation menampilkan satu jenis ”kognisi empirik” dan benar salah, bergantung pada bukti yang dapat diperoleh untuk melawannya. Tidak ada pengetahuan a priori yang hanya menyatakan subjektif. Sementara nilai berhubungan dengan kondisi-kondisi tertentu, dan sementara kita memverifikasinya dengan cara meluncurkannya pada tes pengalaman, ini tidak berarti nilai itu subjektif

Page 18: Tayangan Chapter Report Filsafat

Pendukung pandangan bahwa nilai adalah objektif akan menyampaikan bahwa nilai seperti keindahan dan kebaikan ada untuk semua pikiran serupa dan karenanya berada dalam budaya orang-orang, ada satu ukuran besar untuk persetujuan

Page 19: Tayangan Chapter Report Filsafat

Adanya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia oleh Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa kelompok objektvist mengklaim bahwa persetujuan ini berkaitan dengan nilai-nilai dasar yang merefleksikan kondisi-kondisi dan kebutuhan-kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial manusia dimana saja. Bila nilai adalah subjektif, kita mungkin menyebut sesuatu yang diinginkan indah atau baik. Sekalipun masih belum pasti nilai yang akan dicari adalah sosial, moral, atau estetika, merupakan pilihan-pilihan kita yang secara jelas adalah terbatas

Page 20: Tayangan Chapter Report Filsafat

NILAI SEBAGAI SATU HUBUNGAN DIANTARA VARIABEL-VARIABELSeorang subjectivist akan mengakui bahwa

orang, dalam proses evaluasi, akan berhubungan dan membuat perbedaan diantara objek-objek secara fisik. Seorang objektivist akan mengakui bahwa pengetahuan, hasrat, dan nilai pengalaman individu-individu atau apa saja yang ada adalah element subjektif yang hadir dalam penetapan nilai. Teori yang sekarang kita perlukan untuk menuntut kedua faktor subjektif dan objektif diperlukan untuk menciptakan nilai. Penilaian merupakan jenis khusus hubungan yang mengungkap orang-orang yang peka dan mau menerima fakta bahwa sesuatu itu boleh jadi baik dan indah sebagaimana benar.

Page 21: Tayangan Chapter Report Filsafat

C.J. Ducasse mengatakan : Pertanyaan apakah keindahan objektif atau subjektif adalah tidak dapat terjawab dengan mengatakan secara sederhana “ ya” pada satu sisi dan “tidak” pada sisi lain. Satu-satunya jawaban benar adalah keindahan adalah properti dari sebuah objek yang bersisi kapasitas dari objek yang menyebabkan kenyamanan pada sebuah subjek yang menikmatinya

Page 22: Tayangan Chapter Report Filsafat

Ralph Barton Perry menghubungkan nilai untuk menarik perhatian, membuat segala sesuatu dapat bernilai bagi kita bila hal itu dihasrati. Sebuah objek memperoleh nilai bila perhatian diberikan padanya, sama halnya sebuah objek menjadi sebuah target bilama seseorang mengarahkan padanya. Sebuah pendapat tentang nilai mencakup tiga elemen : linguistik, formal, dan empirik. Melalui penamaan kita mengidentifikasi beberapa objek. Terhadap objek ini beberapa pengertian yang dapat dimengerti diterapkan. Deskripsi elemen membawa kejelasan beberapa struktur sistematik dari kenyataan fakta. “ Bila saya menetapkan bahwa roti itu baik pada atau untuk seorang yang lapar, maka saya menetapkan subjek, orang lapar adalah subjek yang diperhatikan, dan roti adalah objek logis..”

Page 23: Tayangan Chapter Report Filsafat

STUDI DALAM BIDANG NILAI Masalah nilai adalah satu dari

pertanyaan paling penting dari jaman kita, bahkan mungkin yang paling terpenting; satu dari masalah paling sulit dan masih belum ada kesepakatan. Ada sejumlah studi tengah berlangsung tetapi tidak ada kesepakatan umum yang mempertemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan seperti : “ Apakah nilai itu ?”, “ Bagaimanakah nilai-nilai diverifikasi ?”

Page 24: Tayangan Chapter Report Filsafat

Charles Morris telah melaporkan hasil studi yang dilakukannya hampir dua dekade. Mahasiswa perguruan tinggi dari enam negara Barat dan Timur (Asiatic) ditanya untuk menjelaskan sikap mereka terhadap tiga puluh kemungkinan “ cara hidup “. Cara-cara tersebut dikelompokkan menjadi lima dimensi nilai: pembatasan sosial dan kontrol diri – kesenangan dan kemajuan dalam perang (in action) – penarikan uang dan kecukupan diri – penerimaan dan perhatian simpatik – kesenangan sendiri atau kenikmatan. Studi ini mencakup satu skala lintas budaya (cross-cultural) untuk mengukur nilai-nilai dan banyak data pengukung “bidang konsepsi nilai” – yang mana konsepsi nilai-nilai itu dipengaruhi oleh perbedaan kultur, fisik, temperamen, dan interaksi sosial. Oleh karenanya dikatakan bahwa studi nilai merupakan studi interdisipliner, menggabungkan karya orang-orang dari berbagai bidang.

Page 25: Tayangan Chapter Report Filsafat

John Dewey memunculkan pertanyaan dasar tertentu terhadap teori nilai.

Ray Lepley, sepakat dengan linguistik atau semantik dari teori nilai

Everett W. Hall menggunakan metode analisis linguistic. Sementara ia melakukan analisis linguistic, ia percaya bahwa metode ini lebih sukses daripada pendekatan lain dalam penyelesaian masalah “status kategori dari nilai”. Ia melihat nilai dan fakta sebagai sesuatu yang bebas

Modern Science and Human Values, dengan pengarang sama sepakat dengan perkembangan nilai bebas dari sains, dan dengan perkembangan perbedaan titik pandang dalam bidang teori nilai

Page 26: Tayangan Chapter Report Filsafat

Dalam bukuMoral Value, Walter G. Everest mengklasifikasikan nilai manusia dalam delapan kelompok :

(1) Nilai ekonomi. Nilai-nilai ini ditunjukkan oleh harga pasar, dan nilai-nilai tersebut mencakup seluruh sesuatu yang dapat dikemas. Nilai-nilai ekonomi adalah instrumental – oleh karenanya mereka digunakan untuk memperoleh nilai-nilai lain.

(2) Nilai Jasmaniah. Mencakup sesuatu yang terkait dengan ”layanan berkaitan dengan kesehatan, efisiensi, dan kebugaran kehidupan fisik.”

(3) Nilai Rekreasi. Mencakup nilai permainan dan senang-senang sepanjang berkaitan dengan penyuburan kehidupan.

(4) Nilai perkumpulan. Di sini mencakup berbagai bentuk perkumpulan manusia, mulai dari persahabatan dan kehidupan keluarga sampai dengan hubungan-hubungan bersifat dunia. Hal ini dapat disebut sebagai nilai sosial.

(5) Nilai Karakter. Mencakup semua yang diinginkan secara personal dan kebaikan-kebaikan sosial, termasuk keadilan, kebajikan, kontrol diri, dan kebenaran.

(6) Nilai Estetik. Nilai-nilai keindahan sebagaimana ditemukan di alam dan karya-karya seni adalah nilai-nilai estetik.

(7) Nilai intelektual. Mencakup nilai-nilai pengetahuan dan penyelidikan dam pencarian kebenaran.

(8) Nilai religius. Keyakinan mencakup peribadatan, kebaktian keagamaan, dan komitmen terhadap keyakinan seseorang yang paling tinggi nilainya.

Page 27: Tayangan Chapter Report Filsafat

TIGA NILAI UTAMADari jaman Yunani kuno sampai

sekarang, beberapa filosof telah menekankan tiga nilai sebagai yang utama dari pada lainnya : kebaikan, keindahan, dan kebenaran. Nilai-nilai ini dikatakan menjadi kecukupan diri

Page 28: Tayangan Chapter Report Filsafat

Nilai dan Masyarakat ManusiaManusia hidup dalam dua dunia – dalam

hal yang tampak, dunia fisik yang dapat dipersepsi dan dalam sebuah kemunculan (emerging), dunia yang tidak tampak yang berupa nilai-nilai dan ide-ide. Selama abad terakhir manusia memperoleh kekuatan untuk mengontrol dunia kebendaan. Kesulitan kita adalah bahwa semua kemajuan teknologi ini adalah cara dan mungkin dapat digunakan untuk kebaikan atau kejahatan.

Page 29: Tayangan Chapter Report Filsafat

Dalam The Abuse of Learning, Frederic Lilge telah mempelajari alasan kegagalan pendidikan German untuk menjaga dampak yang mana bangsa itu hilang. Sepanjang abad ke sembilan belas, dengan perkembangan cepat dari spesialisasi dan sains serta teknologi, studi nilai didorong perlahan atau mereka, juga, menjadi bersifat teknis dan hanya concern menjadi specialist. Hasilnya adalah sebuah bangsa yang ahli specialist terlatih yang tertarik hanya pada bidangnya saja, tetapi tidak tertarik masalah-masalah besar masyarakat dan dunia. Kebingunan nilai dan kehilangan moral membuat memungkinkannya kemenangan paham Nazi.

Page 30: Tayangan Chapter Report Filsafat

Ortega y Gasset, dalam The Revolt of Masses, mencoba mendiagnosis krisis Eropa Modern : Mereka memberi pengetahuan tentang ”teknik kehidupan modern”, pengetahuan tentang mesin dan peralatan kita, tetapi tanpa merasakan sejarah besar mereka atau peninggalan budaya luhur. Mereka hidup tanpa suatu kode moral dan tanpa aturan. Bilamana hal ini hilang maka tidak ada budaya, dan kita peroleh massa manusia, barbarian modern.

Bagian dari masalah yang kita temukan dalam masyarakat modern berpangkal dari fakta bahwa kita sangat bergantung pada fakta, lupa bahwa pengetahuan semacam itu hanya instrumental dan mungkin dapat digunakan untuk kebaikan atau kejahatan.

Page 31: Tayangan Chapter Report Filsafat

Carl R. Rogers : Pendapatku kemudian adalah bahwa beberapa usaha keras dalam sains, murni atau terapan, adalah terbawa dalam pencapaian tujuan atau nilai yang secara subjektif dipilih oleh seseorang. Hal ini penting bahwa pilihan ini membuat tegas, semenjak nilai tertentu menjadi diketemukan tidak pernah diuji atau dievaluasi, dikonfirmasi atau disangkal, oleh usaha keras secara ilmiah yang memberikan kelahirannya

Page 32: Tayangan Chapter Report Filsafat

Dalam diskusi ” Manusia Tanpa Nilai” dan pemikiran simptom-simptom sejenis itu, kita ”kehilangan gaya hidup yang jelas” dan ”perubahan sikap kita terhadap kejahatan dan serangan moral .

Erich Kahler mengatakan : Aspek yang paling menakutkan dari dunia kita saat ini bukanlah horror, kekejaman (atrocities), dan teknologi pemusnah, tetapi satu fakta yang sangat mengakar dari kesemuanya : memudarnya berbagai kriteria kemanusian, kekacauan isi dan substrata tanggungjawab kemanusiaan. Ada hubungan fatal suatu lingkaran setan dimana kita kelihatan menjadi terjepit : Tanpa sebuah komunitas manusia tidak ada tanggung jawab manusia secara individual, dan tanpa tanggung jawab seperti itu, tanpa moralitas dalam rasa kemanusiaan yang sejati maka tak ada komunitas manusia yang menjaga dirinya sendiri.

Page 33: Tayangan Chapter Report Filsafat

Tugas besar manusia masa kini adalah untuk menemukan satu nilai-nilai asli yang baru dari hidup dan menyumbangkannya dengan sejawatnya. Manusia harus belajar untuk menyatu dan mengharmoniskan dunia fakta dan dunia nilai. Fakta dan cara-cara dapat menjaga nilai-nilai dan akhir dari keberadaan manusia.

Page 34: Tayangan Chapter Report Filsafat

PENDAPAT PENULISNilai-nilai menolong kita membentuk pola-pola

suatu fakta dan mengidentifikasikan keberartian (makna) fakta-fakta tersebut. Nilai-nilai juga terkait erat dengan fakta-fakta.

Nilai-nilai diterima, dikukuhkan dan dilembagakan dalam masyarakat dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu cara yang dilakukan ialah dalam bentuk norma-norma sosial. Selain itu, norma menjadi peratura-peraturan sosial yang mengkhususkan apa yang diharapkan atau apa yang boleh, bagaimana, dan kepada siapa tanggung jawab atas peristiwa dan akibat - akibatnya diletakkan.

Page 35: Tayangan Chapter Report Filsafat

Nilai-nilai dan norma-norma yang telah diinternalisasikan ke dalam diri individu, akan menjadi kerangka refrensi individu tersebut, sebagai prinsip-prinsip etik. Prinsip-prinsip etik tersebut menjadi dasar orientasi dan petunjuk bagi individu dalam mengatasi masalah- masalah kehidupan menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Prinsip etik tersebut membantu pula mengatur dan memberikan makna dan kesatuan yang bulat terhadap kepribadian individu; motivasi individu dalam memilih perilaku, tujuan-tujuan dan gaya hidup, serta memungkinkan individu memperoleh landasan pembenaran dan pengambilan keputusan terhadap tindakan yang dilakukan.

Page 36: Tayangan Chapter Report Filsafat

Keberadaan suatu nilai berasal dari suatu fakta alam termasuk lingkungan social. Jadi nilai sebenarnya telah ada. Kita munculkan sebagai hasil persepsi sesuatu sedemikian rupa sehingga membentuk suatu konstruksi berupa aturan-aturan, sistematika, standard-standard kualitatif dan kuantitatif dalam banyak aspek kehidupan. Ada nilai yang disepakati bersama sesuai harkat kemanusian dalam kehidupan sebagai makhluk social, misalnya berupa hukum formal (positip), hukum adat, teori-teori dan hukum/dalil-dalil dalam sains, dan lain-lain. Namun ada pula nilai yang bersifat personal, termasuk nilai religius tentang keyakinan kepada Tuhan.

Page 37: Tayangan Chapter Report Filsafat

Nilai sebagai KualitasNilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri, ia

membutuhkan pengembang, yaitu manusia dengan gagasan dan pemikirannya, sehingga nilai itu memiliki keberadaannya. Oleh karena itu, nilai nampak hanya merupakan kualitas dari pengembang nilai; keindahan dari sebuah lukisan, kebagusan dari sepotong pakaian, kegunaan dari sebuah peralatan bergantung pada pengembang tersebut. Di dalam berbagai objek terdapat kualitas yang nampaknya hakiki bagi keberadaan objek tersebut; misalnya panjang , keadaan yang tidak dapat dimasuki oleh berat.

Page 38: Tayangan Chapter Report Filsafat

Nilai tidaklah memberi atau menambah eksistensi objek atau fakta. Contohnya sebongkah batu sudah ada sebelumnya dan menjadi sesuatu yang disebut baik, misalnya patung batu pahat. Eksistensi batu sudah ada sebelumnya, nilai hasil pahatan sehingga menjadi patung yang indah tidak menambah eksistensi batu. Kualitas dasar yang tanpa itu objek tidak dapat menjadi ada disebut ”Kualitas Primer”.

Kualitas Sekunder, atau kualitas yang dapat ditangkap oleh panca indera, seperti warna, rasa, bau, dan sebagainya, yang dapat dibedakan dengan yang Primer yang terpengaruh oleh besar kecilnya tingkat subjektifitas, karena kualitas tersebut membentuk sebagian esensi objek

Page 39: Tayangan Chapter Report Filsafat

Nilai itu merupakan kualitas yang tidak riel (nyata), meskipun tidak ideal, karena seperti yang kita lihat. Nilai itu tidak menambah realita atau substansi pada objek, melainkan hanya nilai.

Perbedaan yang terbaik dapat dilihat jika orang membandingkan keindahan, yang merupakan nilai ”objek ideal”. Kita menangkap keindahan melalui emosi (formulasi persepsi yang ada dalam abstraksi otak manusia), sedangkan ide tentang keindahan dipahami melalui intelektual (formulasi yang diwujudkan dalam bentuk kata-kata atau simbol bahasa).

Page 40: Tayangan Chapter Report Filsafat

Nilai Objektif dan Subjektif Jika orang lebih menyukai terminologi

yang lebih teknis dan tradisional; apakah nilai itu objektif atau subjektif. Nilai itu ” objektif” jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilainya; sebaliknya nilai itu ”subjektif” jika eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun fisik.

Page 41: Tayangan Chapter Report Filsafat

Nilai dan Fakta Nilai-nilai mengacu kepada sikap yang berkaitan

dengan tujuan yang diinginkan dan keadaan yang akan dicapai yaitu secara ideal untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia serta keuntungan lainnya bagi orang secara individu maupun kolektif.Berbagai nilai yang penting diantaranya: kelangsungan hidup individu dan kelompok, pengalaman diri, kebersamaan, penghargaan dan penghormatan diri, kemampuan-kemampuan diri, hal-hal yang bersifat pribadi, prestasi dan perwujudan diri.

Orientasi nilai sangat berbeda diantara berbagai kebudayaan dan sub budaya dalam masyarakat. Orientasi nilai budaya itu dinyatakan dalam konsep-konsep, sikap-sikap, dan harapan-harapan orang , yang bersangkut-paut dengan diri mereka sendiri atau orang lain, khususnya sebagai bagian dari peranan-peranan sosial yang mereka pakai (sepakati) dalam masyarakat.

Page 42: Tayangan Chapter Report Filsafat

KATA AKHIRNilai adalah bentuk abstraksi ide,

pendapat, gagasan tentang fakta yang diformulasikan secara intelektual dalam wujud pernyataan-pernyataan obyektif dan subyektif yang dapat digunakan sebagai pedoman, aturan, arah dalam berperilaku pada suatu bentuk kehidupan tertentu.

Page 43: Tayangan Chapter Report Filsafat

DAFTAR PUSTAKA

Bacaan Utama : (untuk Chapter Report)Harold H. Titus. 1959. Living Issues In

Philosophy : An Introductory Textbook. Third Edition. New York : American Book Company. Part 5 Chapter 22 p.343-359.

Bacaan Tambahan :Compton, Beullah R & Bud Galaway.

1979. Social Work Processes. Illinois : The Dorsey Press.

Frondizi, Riseiri, 2007. Pengantar Filsafat Nilai. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.

Page 44: Tayangan Chapter Report Filsafat

TERIMA KASIH