TAX AVOIDANCE -...

111
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE (Studi Empiris Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2009-2013) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Muhammad Oktofian NIM. 208082000058 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Transcript of TAX AVOIDANCE -...

Page 1: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

TAX AVOIDANCE

(Studi Empiris Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode

Tahun 2009-2013)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Muhammad Oktofian

NIM. 208082000058

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa
Page 3: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

ii

Page 4: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

iii

Page 5: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

iv

Page 6: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

1. Nama : Muhammad Oktafian

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Oktober 1990

3. Alamat : Jl. Minangkabau No. 12 RT. 002/010

4. Agama : Islam

5. Nama Ayah : Rianto

6. Nama Ibu : Sukanah

7. No. Telpon (HP) : 08978665966

8. Email : [email protected]

B. Data Pendidikan Formal

1. 1996 – 2002 : SDN 05 Pasar Manggis

2. 2002 – 2005 : SMP Negeri 3 Jakarta

3. 2005 – 2008 : SMA Negeri 37 Jakarta

4. 2008 -2015 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 7: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

vi

Abstract

Effect On Corporate Governance Tax Avoidance

(Empirical Study On Conventional Banks Listed on the Stock Exchange

Period 2009-2013)

Muhammad Oktofian

NIM. 208082000058

This study aims to influence corporate governance mengalisis against tax

avoidance. The data used in this research is secondary data obtained from the

financial statements of banking companies listed in Indonesia Stock Exchange

2009-2013 period. The sampling technique is done with judgment sampling. The

number of banking companies sampled as many as 20 companies, bringing the

total sample is 100. The method of analysis used is multiple linear regression

analysis.

Based on the results of tests performed in this study found that partial

institutional ownership has no significant effect on tax avoidance with a

significance of 0.221. Independent board does not have a significant effect on tax

avoidance with a significance of 0.201. Managerial ownership does not have a

significant effect on tax avoidance with a significance of 0.109. The audit

committee has a significant effect on tax avoidance with a significance of 0.023.

While simultaneously institutional ownership, independent board, managerial

ownership and audit committee significant effect on tax avoidance with a

significance of 0.000.

Keywords: Institutional Ownership, Board of Independent Commissioners,

Managerial Ownership, Audit Committee, and Tax Avoidance.

Page 8: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

vii

Abstrak

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

TAX AVOIDANCE

(Studi Empiris Pada Bank Konvensional yang Terdaftar di BEI Periode

Tahun 2009-2013)

Muhammad Oktofian

NIM. 208082000058

Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis pengaruh corporate governance

terhadap tax avoidance. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Teknik pengambilan sampel

yang dilakukan dengan judgment sampling. Jumlah perusahaan perbankan yang

dijadikan sampel sebanyak 20 perusahaan sehingga total sampel penelitian adalah

100. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada penelitian ini didapat

bahwa secara parsial kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap tax avoidance dengan signifikansi sebesar 0,221. Dewan

komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax

avoidance dengan signifikansi sebesar 0,201. Kepemilikan manajerial tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance dengan signifikansi

sebesar 0,109. Komite audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax

avoidance dengan signifikansi sebesar 0,023. Sedangkan secara simultan

kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial

dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance dengan

signifikansi sebesar 0,000.

Kata Kunci:Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen,

Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, dan Tax Avoidance.

Page 9: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah

SWT atas nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Corporate

Governance terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Sektor Perbankan

yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2009-2013)”. Shalawat beserta salam

semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan

para sahabat. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyusunan skripsi in peneliti mendapatkan bimbingan,

arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikat, rahmat dan karunia-Nya serta tetap

menuntun peneliti dijalan yang benar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Kedua orang tua, ayahanda Rianto dan ibunda Sukanah tercinta yang selalu

memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, dan do’a tak pernah putus-

putusnya untuk ananda, serta kakak-kakakku tersayang Sendy Meriyadi, Okni

Anggaraini, dan Jaka Yuliadi dan seluruh keluarga yang telah memberikan

keceriaan dan semangat untuk terus berusaha memberikan yang terbaik.

Page 10: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

ix

3. Bapak Dr. Arif Mufraini, LC., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Rini, SE., Ak., M.Si., CA., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu

pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya

skripsi ini bisa terselesaikan.

5. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat,

dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga

akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan.

6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang

sangat luas kepada peneliti selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang

bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.

8. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam

mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.

9. Sahabat-shabatku Akbar, Yopi, Fandi, Jodi, Bang Fauzan, Bang Anang, Sahid,

Ryan, Bang Wiwid, Hari, Eris, Uus, Adit, Pras Edwin, Asma, Ayun, Ana,

Page 11: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

x

Diyah, Tomi, Tri dan Uyang sahabat terbaik terima kasih atas bantuan,

semangat dan do’anya.

10. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2008 Jurusan Dendi, Yoga, Rafi,

Derry, Wahyu, Aryo, Indra, Aziezul, Ritakim, Suhendri dan teman-teman

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

11. Terimakasih kepada segenap teman-teman KKN Pers 2013 Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta.

12. Terima kasih kepada Rekan kerja PT. Resik Cemerlang Suhendera, SE.,

Hupang, S. Ak., Jhondy F.T.P., SE., dan teman-teman lainnya yang telah

memberikan dukungan selama penulis membuat penelitian ini.

13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu dan memberi inspirasi bagi peneliti, suatu kebahagiaan telah

dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua, terima kasih banyak.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti

harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan

informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 20 Mei 2015

Muhammad Oktofian

Page 12: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

xi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan Skripsi ................................................................................. i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif...... ..................................................... ii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian Skripsi ......................................................... iii

Lembar Keaslian Skripsi...... .............................................................................. iv

Daftar Riwayat Hidup...... ................................................................................... v

Abstrack...... ....................................................................................................... vi

Abstrak...... ........................................................................................................ vii

Kata Pengantar ................................................................................................. viii

Daftar Isi............................................................................................................. vi

Daftar Tabel...... ............................................................................................... xiv

Daftar Gambar...... ............................................................................................. xv

Daftar Lampiran...... ......................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...... .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...... ................................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...... ................................................................ 7

1. Tujuan Penelitian...... .............................................................................. 7

2. Manfaat Penelitian...... ............................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Corporate Governance...... .......................................................................... 10

1. Kepemilikan Institusional...... ............................................................... 15

Page 13: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

xii

2. Dewan Komisaris Independen ............................................... .............. 16

3. Kepemilikan Manajerial..... ................................................................... 21

4. Komite Audit..... .................................................................................... 22

B. Tax Avoidance (TA)..... ............................................................................... 25

C. Penelitian terdahulu..... ................................................................................ 29

D. Keterkaitan Antar Variabel..... .................................................................... 33

F. Kerangka Pemikiran..................................................................................... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian..... ...................................................................... 41

B. Metode Penentuan Sampel..... ..................................................................... 41

C. Metode Pengumpulan Data..... .................................................................... 42

D. Metode Analisis Data..... ............................................................................. 43

1. Uji Asumsi Klasik..... ............................................................................ 43

a. Uji Normalitas..... ............................................................................. 43

b. Uji Multikolinieritas..... .................................................................... 43

c. Uji Heteroskedastisitas..... ................................................................ 45

d. Uji Autokorelasi ............................................................................... 46

2. Analisis Regresi Linear Berganda..... .................................................... 47

a. Koefisien Determinasi (R2)..... ......................................................... 47

b. Uji t (Uji Parsial)..... ......................................................................... 48

c. Uji F (Uji Simultan)..... ..................................................................... 49

E. Operasionalisasi Variabel..... ....................................................................... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 14: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

xiii

A. Gambaran Umum Perusahaan..... ................................................................ 53

B. Hasil Dan Pembahasan.... ............................................................................. 55

1. Deskriptif Perhitungan Data Mentah.... ................................................... 55

a. Kepemilikan Institusional.... ............................................................... 55

b. Dewan Komisaris Independen.... ........................................................ 56

c. Kepemilikan Manajerial...................................................................... 58

d. Komite Audit.... .................................................................................. 59

e. Tax Avoidance.... ................................................................................. 60

2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik.... ........................................................... 61

a. Hasil Pengujian Normalitas Data.... .................................................... 61

b. Hasil Pengujian Multikolinieritas.... ................................................... 63

c. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas.... ............................................... 64

3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda.... .............................................. 67

a. Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda ......................................... 67

b. Koefisien Determinasi (Adjusted R2).... .............................................. 69

4. Hasil Pengujian Hipotesis.... .................................................................... 70

a. Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t).... ............................................... 74

b. Hasil Pengujian Uji F.... ...................................................................... 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.... ............................................................................................. 80

B. Implikasi.... .................................................................................................. 81

C. Saran………………………………………………………………. ............ 82

DAFTAR PUSAKA.... ...................................................................................... 84

DAFTAR LAMPIRAN.... ................................................................................. 87

Page 15: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

xiv

DAFTAR TABEL

No. Tabel Keterangan Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu ................................................ ...... 30

4.1. Hasil Perhitungan Data Kepemilikan Institusional ......... 61

4.2. Hasil Perhitungan Data Dewan Komisaris Independen .. 62

4.3. Hasil Perhitungan Data Kepemilikan Manajerial ........... 64

4.4. Hasil Perhitungan Data Komite Audit ............................ 65

4.5. Hasil Perhitungan Data Tax Avoidance .......................... 66

4.6. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ......................... 69

4.7. Hasil Pengujian Multikolinearitas .................................. 70

4.8. Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda ............... 72

4.9. Hasil Pengujian Adjusted R Square ................................ 74

4.10. Hasil Pengujian Uji t ...................................................... 75

4.11. Hasil Pengujian Uji F ..................................................... 81

DAFTAR GAMBAR

Page 16: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

xv

No. Gambar Keterangan Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran ................................................... 38

4.1. Uji Normalitas Data ................................................... 68

4.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas ...................................... 71

DAFTAR LAMPIRAN

Page 17: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

xvi

No. Lampiran Keterangan Halaman

1 Data Kepemilikan Institusional Periode Penelitian 2009-2013 ...... 87

2 Data Dewan Komisaris Independen Periode Penelitian

2009-2013 ............................................................................ ...... 88

3 Data Kepemilikan Manajerial Periode Penelitian 2009-2013 ... 89

4 Data Komite Audit Periode Penelitian 2009-2013 .................. 90

5 Data Tax Avoidance Periode Penelitian 2009-2013 ................. 91

6 Regresi Lienar Berganda ............................................................. 92

Page 18: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang terbesar, yaitu

1.148,36 triliun rupiah (76,5 %) dari total pendapatan negara 1.502 triliun

rupiah dalam APBN-P 2013 (Depkeu, 2013). Penerimaan tersebut antara lain

digunakan untuk meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan rakyat,

membangun infrastruktur pendorng pertumbuhan ekonomi, mendukung

ketahanan dan keamanan, serta untuk pembangunan di daerah. Begitu

besarnya peran pajak bagi negara, pemerintah senantiasa berupaya untuk

meningkatkan penerimaan dari sektor pajak, antara lain dengan pengenaan

pajak bagi UMKM yang dimulai pada tahun 2013.

Hal ini berbeda dengan yang dirasakan oleh para pemilik usaha, yang

senantiasa berupaya untuk mengurangi biaya-biaya usaha, termasuk beban

paak. Pengurangan beban pajak juga berkaitan dengan adanya kecenderungan

emosional Wajib Pajak tidak suka untuk membayar pajak. Bahkan pada

dasarnya tidak ada seorangpun yang senang membayar pajak (Mangunsong,

2002). Lebih lanjut, Hoque, et. al., (2011) dalam surveinya menemukan

alasan-alasan mengapa seseorang tidak melakukan kewajibannya membayar

pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa pajak,

sistem pajak dan persepsi dari keadilan yang berbeda, transparansi dan

akuntabilitas yang rendah untuk institusi publik, korupsi tingkat tinggi, ada

Page 19: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

2

kekosongan peraturan pajak dan peraturan keuangan yang lemah, biaya

kepatuhan yang tinggi, lemahnya penegakan atas hukum pajak, tidak tepatnya

pemungutan pajak, lemahnya kapasitas dalam mendeteksi dan tuntutan dalam

pelaksanaan pajak yang tidak tepat, tidak adanya kepercayaan terhadap

pemerintah, tarif pajak yang tinggi, dan administrasi pajak yang lemah.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi beban pajak inilah yang

disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance). Penghindaran pajak

dilakukan dengan menggunakan strategi, seperti memanfaatkan pengecualian

dan potongan yang diperkenankan dalam ketentuan, maupun memanfaatkan

hal-hal yang belum diatur (loopholes) dalam peraturan perpajakan yang

berlaku (Mangunsong, 2002).

Pandangan terhadap aktivitas penghindaran pajak perusahaan berbeda-

beda tergantung kepentingan pihak-pihak yang terkait. Karena sifat

penghindaran pajak yang tidak melanggar peraturan, pemerintah dalam hal ini

Direktorat Jenderal Pajak tidak dapat menjatuhkan sanksi hukum kepada

perusahaan, meski perilaku ini akan mengurangi penerimaan negara dari

sektor pajak. Meski penghindaran pajak perusahaan memiliki pengaruh tidak

langsung terhadap masyarakat, perusahaan yang melakukan penghindaran

pajak memberi kesan yang buruk karena masyarakat memandang bahwa

aktivitas ini akan membatasi transfer pendapatan kepada masyarakat luas

(Fuest dan Riedel, 2009). Padahal menurut masyarakat, semestinya

perusahaan berpartisipasi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat

melalui pembayaran pajak.

Page 20: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

3

Di sisi lain, perusahaan memandang bahwa penghindaran pajak

memberikan keuntungan ekonomi yang besar dan sumber pembiayaan yang

tidak mahal (Armstrong, et.al., 2012). Di dalam perusahaan terdapat

hubungan antara pemegang saham, sebagai prinsipal dan manajer, sebagai

agen. Pemegang saham yang merupakan pemilik perusahaan, mengharapkan

beban pajak berkurang sehingga memaksimalkan keuntungan. Pemegang

saham membutuhkan adanya penghindaran pajak dalam takaran yang tepat,

tidak terlalu sedikit mengurangi keuntungan, dan tidak terlalu banyak resiko

denda dan kehilangan reputasi (Amstrong, etl.al., 2013).

Sebuah perusahaan merupakan Wajib Pajak sehingga kenyataannya

bahwa suatu aturan struktur corporate governance mempengaruhi cara semua

perusahaan dalam memenuhi kewajiban pajaknya, tetapi di sisi lain

perencanaan pajak tergantung pada dinamika corporate governance dalam

suatu perusahaan (Friese, Link, dan Mayer, 2006).

Mengukur penghindaran pajak sulit dilakukan dan data untuk

pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan Pajak sulit didapat untuk itu

perlu pendekatan untuk menaksir berapa pajak yang sebenarnya dibayar

perusahaan kepada pemerintah, oleh karena itu dalam penelitian ini

mengadopsi pendekatan tidak langsung untuk mengukur variabel dependen

penghindaran pajak yaitu dengan memulai menghitung perbedaan laba

akuntansi dengan penghasilan atau laba kena pajak. Perbedaan yang

dilaporkan ke pemegang saham atau investor menggunakan GAAP/SAK,

Page 21: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

4

sedangkan ke Kantor Pelayanan Pajak dengan Peraturan Perpajakan,

perbedaan ini terkenal dengan sebutan book tax gap (Desai dan Dharmaphala,

2007).

Walaupun mungkin perusahaan memandang penghindaran pajak sebagai

bagian manajemen pajak yang merupakan hak perusahaan untuk

mengendalikan biayanya, mau tidka mau perusahaan tetap harus

memperhatikan pandangan negatif masyarakat, untuk menjaga reputasi dan

kelangsungan usaha jangka panjang. Di lain pihak, pemegang saham

membutuhkan masukan informasi untuk mengetahui cara-cara mempengaruhi

manajer perusahaan terkait penghindaran pajak sehingga memenuhi

kepentingannya.

Kondisi tata kelola perusahaan ternyata berpengaruh terhadap keputusan

yang diambil perusahaan. Dalam perusahaan dengan tata kelola yang buruk,

aktivitas penghindaran pajak ternyata tidak bernilai bagi pemegang saham,

dan bahkan mengurangi nilai perusahaan itu sendiri (Wahab dan Holland,

2012). Desai dan Dharmapala (2006) menunjukkan bahwa perusahaan dengan

tata kelola yang buruk, saat terjadi peningkatan keuntungan bagi manajer

berupa kompensasi, mengalami penurunan tingkat penghindaran pajak, yang

seharusnya dilakukan untuk pemegang saham. Sedangkan perusahaan dengan

tata kelola baik ternyata memiliki tingkat penghindaran pajak yang lebih

tinggi.

Karakteristik sistem pajak perusahaan mempengaruhi nilai pengambilan

keuntungan oleh manajer, dan peningkatan ketaatan pajak akan menaikkan

Page 22: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

5

nilai perusahaan dan mengurangi keuntungan pemegang kontrol atas

perusahaan, yaitu pemegang saham pengendali. Sedangkan di sisi lain,

kualitas dari tata kelola perusahaan memainkan peran penting dalam

menentukan sensitivitas penerimaan pajak pada perubahan tarif pajak.

Penelitian terhadap hubungan langsung antara corporate governance

dengan tax avoidance masih jarang dijumpai di Indonesia karena keterbatasan

data mengenai pajak badan usaha yang dibayar perusahaan yang dilaporkan

pada laporan keuangan khususnya laporan arus kas belum mencerminkan

keadaan yang sebenarnya, karena laporan arus kas untuk pembayaran pajak

bercampur dengan pajak-pajak yang lain yang menjadi kewajiban perusahaan

seperti pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, denda dan sangsi

pajak (Pohan, 2008). Dalam penelitian ini berusaha menginvestigasi sejauh

mana aktivitas corporate governance mempengaruhi perilaku perusahaan

dalam menentukan strategi perpajakannya melalui kegiatan tax avoidance

dengan sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian Desai dan Dharmapala (2006) menjelaskan bahwa dari segi

tradisional, mekanisme tax avoidance harus meningkatkan nilai pemegang

saham dan sebuah perspektif agency menyatakan bahwa tax avoidance

menyediakan prediksi yang berbeda. Secara spesifik corporate governance

menjadi determinan yang penting dari penilaian yang dimaksudkan untuk

penghematan pajak.

Pajak tidak hanya mempengaruhi corporate governance, ada juga

efeknya yang mengacu ke arah yang lain. Sistem corporate governance dan

Page 23: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

6

budaya perusahaan memiliki efek pada cara perusahaan menangani urusan

pajaknya, terutama pengaruh pendekatan perusahaan terkait perencanaan

pajak dan kepatuhan terhadap pajak (Sartori, 2010).

Dalam beberapa tahun terakhir otoritas pajak tampaknya telah berusaha

dengan semaksimal mungkin tidak hanya menegakkan batas yang jelas antara

penghindaran pajak dan penggelapan pajak dalam upaya perencanaa pajak,

tetapi juga untuk mencegah Wajib Pajak masuk ke dalam celah ambiguitas

yang ditimbulkan oleh peraturan perpajakan (Bovi, 2005). Tujuannya untuk

mencegah Wajib Pajak menggunakan struktur penilaian terhadap status

hukum yang tampak ambigu tersebut sehingga dapat diterima sebagai upaya

perencanaan pajak tetapi ternyata malah melanggar peraturan itu sendiri.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut maka dilakukan berbagai macam

tindakan antara lain diadakannya audit intensif, dan lain-lain. Untuk

mencegah tax payer tidak memanfaatkan peluang perencanaan dari hukum

pajak, maka kekuasaan otoritas pajak yang menentukan sudut pandang

perilaku pajak yang dapat diterima.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax

Avoidance (Studi Empiris Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di

BEI)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 24: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

7

1. Bagaimanakah corporate governance yang diproksikan dengan

kepemilikan institusional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

tax avoidance?

2. Bagaimanakah corporate governance yang diproksikan dengan prosentase

dewan komisaris independen secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap tax avoidance?

3. Bagaimanakah corporate governance yang diproksikan dengan

kepemilikan manajerial secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tax

avoidance?

4. Bagaimanakah corporate governance yang diproksikan dengan komite

audit secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance?

5. Bagaimanakah corporate governance yang diproksikan dengan

kepemilikan institusional, prosentase dewan komisaris independen,

kepemilikan manajerial, dan komite audit secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap tax avoidance?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini antara lain:

a. Untuk menganalisis pengaruh corporate governance yang diproksikan

dengan kepemilikan institusional terhadap tax avoidance.

Page 25: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

8

b. Untuk menganalisis pengaruh corporate governance yang diproksikan

dengan prosentase dewan komisatis independen terhadap tax avoidance.

c. Untuk menganalisis pengaruh corporate governance yang diproksikan

dengan kepemilikan manajerial terhadap tax avoidance.

d. Untuk menganalisis pengaruh corporate governance yang diproksikan

dengan komite audit terhadap tax avoidance.

e. Untuk menganalisis pengaruh corporate governance yang diproksikan

dengan kepemilikan institusional, prosentase dewan komisatis

independen, kepemilikan manajerial dan komite audit terhadap tax

avoidance.

2. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat

dan kontribusi sebagai berikut:

a. Bagi Akademisi

Dapat menjadi tambahan referensi dan bahan pengembangan penelitian

selajutnya terkait pengaruh corporate governance terhadap tax

avoidance di dunia Perbankan Indonesia.

b. Bagi Perusahaan

Bagi manajemen perusahaan dapat menjadi masukan dan dorongan

bahwa betapa pentinya pengaruh penerapan corporate governance

terhadap kegiatan tax avoidance dalam kegiatan operasional

perusahaan, sehingga dapat mencegah perusahaan terjerumus dalam

lingkar ambiguitas yang terdapat dalam peraturan perpajakan antara

Page 26: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

9

kegiatan yang legal maupun ilegal dalam perencanaan pajaknya. Hal ini

dapat meminimalkan resiko yang diterima oleh perusahaan terkait hal

tersebut, jadi manajemen dapat merancang suatu mekanisme corporate

governance yang sesuai dengan perusahaannyadan dapat terhindar dari

penyimpangan hukum pajak dalam kegiatan menentukan besarnya

pajak yang harus dibayarkan pada negara.

c. Bagi Investor

Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menilai bagaimana

kecenderungan tax avoidance dilihat dari sisi corporate governance

dari suatu perusahaan.

Page 27: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Corporate Governance

Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan

meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham (Herawati,

2008). Sedangkan Isgiyarta dan Triatiarini (2005) mendefinisikan corporate

governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditor, pemerintah,

karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang

berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu

sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Kehadiran suatu corporate governance yang baik bagi suatu perusahaan

akan menunjang aktivitas operasional perusahaan (Haruman, 2008), selain itu

mekanisme pelaksanaan corporate governance suatu perusahaan harus

menjadi perhatian utama perusahaan demi kelancaran kegiatan dalam

perusahaan. Mekanisme corporate governance yang baik memiliki

keterkaitan dengan kemakmuran perusahaan dan para pemegang saham,

sehingga penerapannya diharapkan memberikan kontribusi positif bagi

perusahaan secara keseluruhan.

. Di Indonesia Corporate Governance Index dikembangkan oleh

Indonesian Institute for Corporate Governance (IIGC). Pemeringkatan

Page 28: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

11

Corporate Governance tidak dilakukan untuk semua perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga sampel penelitian hanya terbatas

(kurniasih dan siregar, 2007). Adanya keterbatasan Corporate Governance

Index, dalam berbagai penelitian seringkali terkait Corporate Governance

akan menggunakan proksi sebagai alat ukur (Arifin, 2003; Khomsiyah, 2003).

Variabel yang digunakan sebagai proksi Corporate Governance dalam

beberapa penelitian, adalah kepemilikan institusional,kepemilikan manajerial

(Machfoedz, 2003), dewan komisaris independen, komite audit ( Mayang

sari, 2003).

Corporate Governance merupakan sebuah studi yang mempelajari

hubungan direktur, manajer, karyawan, pemegang saham, pelanggan, kreditur

dan pemasok terhadap perusahaan dan hubungan antar sesamanya (Hendra:

2012). Cadbury Committee, seperti dikutip oleh Forum for Corporate

Governance in Indonesia (FCGI), mengartikan Corporate Governance atau

Tata Kelola Perusahaan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak

kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan

ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau

dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Good Corporate Governance diartikan sebagai struktur, sistem, dan

proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk

memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka

panjang.

Page 29: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

12

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Corporate

Governance adalah suatu mekanisme yang mengatur dan mengendalikan

perusahaan melalui hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)

perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang

kepentingan intern dan ekstern lainnya sehingga dapat meningkatkan nilai

perusahaan. Penerapan Corporate Governance yang baik dan benar (GCG)

akan menjaga keseimbangan antara pencapaian tujuan ekonomi dan tujuan

masyarakat serta menjauhkan perusahaan dari pengelolaan yang buruk yang

mengakibatkan perusahaan terkena masalah (Dwitridinda dalam Hendra:

2012).

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Menurut Komite

Nasiaonal Kebijakan Governance (KNKG), yaitu:

1. Transparansi (Tranparency)

Transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang

disampaikan perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung

dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu,

perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat

waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sama.

Penyampaian informasi kepada publik secara terbuka, benar, kredibel dan

tepat waktu akan memudahkan untuk menilai kinerja dan resiko yang

dihadapi perusahaan.

Praktek yang dikembangkan dalam rangka transparansi diantaranya

perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan transaksi-transaksi penting

Page 30: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

13

yang terkait dengan perusahaan, resiko-resiko yang dihadapi dan rencana

atau kebijakan perusahaan yang akan dijalankan. Selain itu, perusahaan

juga perlu untuk menyampaikan kepada seluruh pihak struktur

kepemilikan perusahaan serta perubahan-perubahan yang terjadi.

2. Kewajaran (Fairness)

Prinsip ini menekankan pada jaminan perlindungan hak-hak para

pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para

pemegang saham asing serta perlakuan yang setara terhadap semua

investor. Praktek kewajaran ini juga mencakup adanya sistem hukum dna

peraturan serta penegakannya yang jelas dan berlaku bagi semua pihak.

Hal ini penting untuk melindungi kepentingan pemegang saham khususnya

pemegang saham minoritas dari praktek kecurangan dan praktek-praktek

insider trading.

3. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang

mengendalikan hubungan antara organ-organ yang ada di perusahaan.

Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi masalah

keagenan yang timbul antara pemegang saham dan direksi serta

pengendaliannya oleh komisaris. Oleh karena itu, akuntabilitas dapat

diterapkan dengan mendorong seluruh organ perusahaan menyadari

tanggung jawab, wewenang dan hak kewajibannya.

Praktek-praktek yang diharapkan muncul dalam menerapkan

akuntabilitas diantaranya pemberdayaan dewan komisaris, memberikan

Page 31: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

14

jaminan perlindungan kepada pemegang saham khususnya pemegang

saham minoritas dan pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi.

Pengangkatan komisaris independen merupakan bentuk implementasi

prinsip akuntabilitas, dengan tujuan untuk meningkatkan pengendalian

oleh pemegang saham terhadap kinerja perusahaan.

4. Responsibilitas (Responsibility)

Responsibilitas menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk

mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang

saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Hal tersebut untuk

merealisasikan tujuan yang hendak dicapai dalam good corporate

governance yaitu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang berkaitan

dengan perusahaan.

Responsibilitas juga berkaitan dengan kewajiban perusahaan untuk

mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku. Kepatuhan terhadap

ketentuan yang ada akan menghindarkan dari sangsi, baik sangsi hukum

maupun sangsi moral masyarakat akibat dilanggarnya kepentingan mereka.

Implementasi prinsip-prinsip good corporate governance dalam

pengelolaan perusahaan (corporate governance) mencerminkan bahwa

perusahaan tersebut telah dikelola dengan baik dan transparan. Hal tersebut

dapat merupakan modal dasar bagi timbulnya kepercayaan publik sehingga

perusahaan yang telah go public saham perusahaannya akan lebih diminati

oleh para investor dan berdampak positif terhadap peningkatan nilai

perusahaan atau harga saham, Arif (2008 : 142).

Page 32: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

15

Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) adalah sebagai

berikut:

1. Kepemilikan Institusional

Institusi sebagai pemilik saham dianggap lebih mampu dalam

mendeteksi kesalahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan investor institusi

lebih berpengalaman dibandingkan dengan investor individual. Institusi

sebagai investor yang sophisticated karena mempunyai kemampuan dalam

memproses informasi dibandingkan dengan investor individual. Dengan

demikian, akan semakin membatasi manajemen dalam memainkan angka-

angka dalam laporan keuangan (Saptantinah, 2005).

Menurut Bushee dalam Boediono (2005) menyatakan bahwa

kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif

para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan

yang intens. Kepemilikan institusional dapat menekan kecenderungan

manajemen untuk memanfaatkan discretionary dalam laporan keuangan

sehingga memberikan kualitas laba yang dilaporkan. Kepemilikan

institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen

melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan

manajemen melakukan manajemen laba. Persentase saham tertentu yang

dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan

keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai

kepentingan pihak manajemen.

Page 33: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

16

Kepemilikan institusional (INST) adalah kepemilikan saham

perusahaan oleh institusi. Kepemilikan institusional yang tinggi akan

menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak institusional

sehingga dapat menghalangi perilaku oportunistik dari para manajer

perusahaan. Kepemilikan institusional diukur dengan proporsi saham yang

dimiliki institusional pada akhir tahun dibandingkan dengan jumlah saham

yang beredar di perusahaan tersebut (Moh’d et al. 1998).

INST = Jumlah kepemilikan saham oleh Institusional

Seluruh modal saham perusahaan

2. Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan

untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan

manajemen atas pengelolaan sumber daya perusahaan agar dapat berjalan

secara efektif, efisien, dan ekonomis dalam rangka mencapai tujuan

organisasi, serta memberikan nasihat bilamana diperlukan (Darmawati,

2004). Karena posisinya yang sangat penting dalam perusahaan,

kemampuan dan pemahaman komisaris terhadap bidang usaha dan emiten

akan sangat mempengaruhi persetujuan dan keputusan yang dibuat,

sehingga komisaris harus memiliki dan menguasai latar belakang

pendidikan di bidang ekonomi.

Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal

perusahaan, memiliki peranan dalam aktivitas pengawasan (Siallagan dan

Machfoedz, 2006). Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa

Page 34: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

17

non-executive director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai

penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal

dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasehat kepada

manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk

melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good

corporate governance.

Dewan ada dua jenis sistem, yaitu sistem dewan unitary dan sistem

dewan two-tier. Dewan unitary terdiri dari baik itu direktur eksekutif (dari

dalam perusahaan atau insider) maupun direktur non-eksekutif (dari luar

perusahaan atau outsider), dan membuat keputusan sebagai kelompok

yang satu. Sedangkan di Indonesia mengikuti sistem dewan two-tier, yaitu

memiliki dua dewan yang terpisah, dewan manajemen dan dewan

pengawas. Dewan manajemen hanya mencakup eksekutif, dan berfokus

pada masalah operasional dan dikepalai oleh chief executive. Dewan

pengawas membuat keputusan strategis dan mengawasi dewan

manajemen. Komisaris perusahaan menjabat dalam dewan pengawas

sebagai non-eksekutif. Dewan pengawas terdiri hanya dari direktur non-

eksekutif (Solomon, 2007).

Di Indonesia, dewan manajemen disebut sebagai dewan direksi,

dikepalai oleh direktur utama, dan dewan pengawas disebut sebagai dewan

komisaris. Dewan komisaris sering dipakai untuk mewakili kepentingan

dari berbagai kelompok stakeholder. Sistem dewan two-tier dipandang

lebih baik untuk stakeholder daripada sistem unitary (Solomon, 2007).

Page 35: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

18

Peran individu cukup signifikan sebagai pengambil keputusan dalam

perusahaan. Peran dewan non-eksekutif yaitu: memberi saran dan arah

kepada manajemen perusahaan dalam mengembangkan dan mengevaluasi

strateginya; mengawasi manajemen perusahaan dalam menjalankan

strategi dan kinerjanya; mengawasi kinerja legal dan etis perusahaan;

mengawasi kejujuran dan kecukupan informasi keuangan perusahaan dan

informasi lainnya yang disediakan untuk investor dan stakeholder lainnya;

bertanggung jawab untuk menetapkan, mengevaluasi, dan jika dibutuhkan

memindahkan manajer senior; merencanakan pergantian posisi manajemen

puncak. Solomon (2007) mengungkapkan bahwa dewan non-eksekutif

harus independen dalam manajemen dan bebas dari hubungan apapun

yang dapat mempengaruhi independensi mereka (kecuali gaji dan

kepemilikan saham perusahaan).

Muntoro (2007) menyatakan bahwa dewan komisaris memiliki peran

yang penting dalam tata kelola perusahaa yang baik, dan bahwa tugas

utama dewan komisaris adalah mengawasi kebijakan dan pelaksanaan

kebijakan tersebut oleh direksi dalam menjalankan perusahaan dan

memberi nasehat pada direksi. Tugas komisaris dilakukan melalui komite-

komite seperti komite audit, komite remunerasi, dan komite lain. Semakin

banyak komite yang ada dalam struktur tata kelola perusahaan, maka

semakin banyak anggota komisaris yang dibutuhkan untuk mengisi

keanggotaan komite-komite tersebut.

Page 36: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

19

Komisaris independen didefinisikan sebagai anggota komisaris yang

berasal dari luar perusahaan, tidak mempunyai saham baik langsung

maupun tidak langsung pada perusahaan, tidak mempunyai hubungan

afiliasi dengan perusahaan, komisaris, direksi, atau pemegang saham

utama perusahaan, dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung

maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan

(BAPEPAM, 2004). Undang-Undang No. 40/2007 tentang “Perseroan

Terbatas” menyebutkan bahwa komisaris independen diangkat

berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan

pemegang saham utama, anggota direksi dan/atau anggota dewan

komisaris lainnya. Dalam proporsinya, jumlah komisaris independen harus

sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang

saham pengendali.

Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga

memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat,

serta dapat bertindak secara independen. Menurut pencatatan Peraturan

Nomor tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di

Bursa yaitu jumlah komisaris minimum 30%.

Dalam pola pengelenggaraan perusahaan yang baik. Perusahaan

tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlah

proporsionalnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan

pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris

Page 37: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

20

independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota

komisaris (Darmawati, 2004).

Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) menetapkan

beberapa kriteria untuk menjadi komisaris independen pada perusahaan,

yaitu sebagai berikut:

a. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali

perusahaan yang bersangkutan.

b. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direktur dan/atau komisaris

lainnya pada perusahaan yang bersangkutan.

c. Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lainnya yang

terafiliasi dengan perusahaan yang bersangkutan.

d. Tidak menduduki jabatan eksekutif atau mempunyai hubungan bisnis

dengan perusahaan yang bersangkutan dan perusahaan-perusahaan

lainnya yang terafiliasi dalam jangka waktu 3 tahun terakhir.

e. Tidak menjadi partner atau principal di perusahaan konsultan yang

memberikan jasa pelayanan profesional pada perusahaan dan

perusahaan-perusahaan lainnya yang terafiliasi.

f. Bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisnis atau hubungan yang

lain yang dapat diinterprestasikan akan menghalangi atau mengurangi

kemampuan komisaris independen untuk bertindak dan berpikir

independen demi kepentingan perusahaan.

g. Memahami peraturan perudang-undangan PT, UU Pasar Modal, dan

UU serta peraturan lain yang terkait.

Page 38: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

21

Komposisi dewan komisaris independen (KDKI) yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah proporsi Komisaris Independen dalam suatu

Dewan Komisaris perusahaan. Independensi Dewan Komisaris diukur

dengan (Bakhri, 2008):

KDKI = Jumlah anggota komisaris independen

Total anggota dewan komisaris

3. Kepemilikan Manajerial

Herawaty (2008) mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial

berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari

manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan

pemegang saham. Sehingga permasalahan keagenan dapat diasumsikan

akan hilang apabila seorang manajer dianggap sebagai seorang pemilik.

Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka

semakin baik kinerja perusahaan. Pemusatan kepentingan dapat dicapai

dengan memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Jika manajer

memiliki saham perusahaan, mereka akan memiliki kepentingan yang

sama dengan pemilik. Jika kepentingan manajer dan pemilik sejajar

(aligned) dapat mengurangi konflik keagenan. Jika konflik keagenan dapat

dikurangi, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Tetapi tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi dapat menimbulkan

masalah pertahanan. Artinya jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka

Page 39: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

22

mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan dan pihak

eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan

manajer. Hal ini disebabkan karena manajer mempunyai hak voting yang

besar atas kepemilikan manajerial (Siswantaya, 2007).

Kepemilikan manajerial (Manajerial ownership) adalah kepemilikan

saham perusahaan oleh pihak manajemen (Budiono, 2005). Kepemilikan

manajerial diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh

manajer dan dewan komisaris perusahaan (Erni, 2005).

KPMJ = Jumlah kepemilikan saham oleh Manajemen

Modal saham perusahaan

4. Komite Audit

Komite audit sesuai dengan Kep. 29/PM/2004 adalah komite yang

dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan

pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi

pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam

sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai

penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak

manajemen dalam menangani masalah pengendalian.

Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam

pelaksanaan prinsip good corporate governance. Komite audit merupakan

suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota komisaris dan

keberadaannya terbebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor dan hanya

bertanggung jawab kepada dewan komisaris (Surya, 2008).

Page 40: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

23

Seperti diatur dalam Kp-29/PM/2004 yang merupakan peraturan

yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit

antara lain:

a. Melakukan penelahaan atas informasi keuangan yag akan dikeluarkan

perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan

lainnya.

b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan

lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

c. Melakukan penelahaan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor

internal.

d. Melaporkan kepada komisaris berbagai resiko yang dihadapi

perusahaan dan pelaksanaan manajemen resiko oleh direksi.

e. Melakukan penelahaan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas

pengaduan yang berkaitan dengan emiten.

f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.

Menurut Surya (2008), pada umumnya komite audit mempunyai

tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu:

a. Laporan keuangan (financial reporting)

Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk

memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan

gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha,

rencana dan komitmen perusahaan.

Page 41: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

24

b. Tata kelola perusahaan (corporate governance)

Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan

adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai

dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku dan etika,

melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan

kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan.

c. Pengawasan perusahaan (corporate control)

Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan

termasuk di dalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung resiko dan

sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang

dilakukan oleh auditor internal.

Jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas

perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam mengambil

keputusan (Martina, 2009). Bank Indonesia melalui Peraturan Bank

Indonesia No. 8/4/PBI/2006 menetapkan pelaksanaan prinsip-prinsip good

corporate governance bagi komite audit bank umum meliputi:

a. Anggota komite audit paling kurang terdiri dari:

1) Seorang komisaris independen.

2) Seorang dari pihak independen yang memiliki keahlian di bidang

keuangan atau akuntansi.

3) Seorang dari pihak independen yang memiliki keahlian di bidang

hukum atau perbankan.

Page 42: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

25

b. Komite audit di ketuai oleh komisaris independen.

c. Anggota direksi dilarang menjadi anggota komite audit.

d. Komisaris independen dan pihak independen yang menjadi anggota

komite audit paling kurang 51% dari jumlah anggota komite audit.

e. Anggota komite audit wajib memiliki integritas, akhlak dan moral yang

baik.

B. Tax Avoidance (TA)

Menurut Mardiasmo (2011) pajak adalah iuran rakyat kepada kas

negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan dengan tiada

mendapat jasa timbale (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan

yang digunakan untuk membaayar pengeluaran umum.

Sedangkan menurut Waluyo (2009) pajak adalah iuran masyarakat

kepada negara (yang dipaksakan) yang tentang oleh yang wajibmembayarnya

menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat

prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara

untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Berdasarkan pengertian pajak di atas, maka Ilyas dan Burton (2008)

menyimpulkan bahwa ada lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak,

yaitu:

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang.

2. Sifatnya dapat dilaksanakan.

Page 43: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

26

3. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh

pembayar pajak.

4. Pemungutan pajak dilakukanoleh negara baik oleh pemerintah pusat

maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta), dan

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

(rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

Meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara,

mulai dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai

dengan yang melanggar peraturan perpajakan. Uaya meminimalkan pajak

secara eufimisme sering disebut denga n perencanaan pajak (tax planning).

Umumnya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa usaha dan

transaksi Wajib pajak (WP) supaya utang pajak berada dalam jumlah minimal

tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan (Suandy, 2008).

Menurut Suandy (2008), ada beberapa faktor yang memotivasi Wajib

Pajak untuk melakukan penghematan pajak dengan ilegal, antara lain:

1. Jumlah pajak yang harus dibayar. Besarnya jumlah pajak yang harus

dibayar oleh Wajib Pajak, semakin besar pajak yang harus dibayar,

semakin besar pula kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan

pelanggaran.

2. Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus,

semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran.

Page 44: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

27

3. Kemungkinan untuk terdeteksi, semakin kecil kemungkinan suatu

pelanggaran terdeteksi maka semakin besar kecenderungan Wajib Pajak

untuk melakukan pelanggaran, dan

4. Besar sanksi, semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran,

maka semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan

pelanggaran.

Adanya keinginan dari wajib pajak untuk tidak mematuhi peraturan

perpajakan membuat adanya perlawanan pajak yang mereka berikan.

Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu: perlawanan

pasif dan perlawanan aktif. Perlawanan pasif berupa hambatan yang

mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai hubungan erat dengan

struktur ekonomi. Sedangkan perlawanan aktif adalah semua usaha dan

perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan

tujuan untuk menghindari pajak (Sumarsan, 2010).

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Zain (2003), terdapat 2

potensi untuk bertahan terhadap pembayaran pajak, yaitu:

1. Wajib pajak selalu berusaha untuk membayar pajak yang terutang sekecil

mungkin, sepanjang hal itu dimungkinkan oleh ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

2. Wajib pajak cenderung untuk menyelundupkan pajak yaitu berusaha

mengindarkan pajak terutang secara ilegal. Upaya penghindaran ini

dilakukan sepanjang wajib pajak tersebut mempunyai alasan yang

menyakinkan bahwa akibat dari perbuatannya kemungkinan besar mereka

Page 45: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

28

tidak akan dihukum serta yakin bahwa rekan-rekannya melakukan hal

yang sama.

Dari definisi Zain (2003), dapat disimpulkan poin pertama merupakan

pengertian dari penghindaran pajak (tax avoidance). Penghindaran pajak

sering dianalogikan dengan upaya perencanaan pajak (tax planning) yang

merupakan proses mengorganisasi usaha wajib pajak penghasilan maupun

pajak-pajak lainnya berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal

ini dimungkinkan baik oleh ketentuan perundang-undangan perpajakan

maupun secara komersial (Setyani, 2008).

Menurut Bernard P. Heber (1976) dalam Setyani (2008), pengertian tax

avoidance adalah upaya wajib pajak dalam memanfaatkan peluang-peluang

yang ada dalam undang-undang perpajakan, sehingga dapat membayar pajak

lebih rendah. Perbuatan ini secara harfiah tidak melanggar undang-undang

perpajakan, namun dari sudut pandang jiwa undang-undang perpajakan,

perbuatan tersebut dikategorikan sebagai perbuatan yang melanggar jiwa

undang-undang. Sedangkan tax evasion merupakan perbuatan yang

melanggar undang-undang, baik secara harfiah maupun secara jiwa dan moral

undang-undang perpajakan.

Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi, atau bahkan

meniadakan hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan tidak

melanggar undang-undang yang ada. Menurut Dyreng et. al. (2010) variabel

ini dihitung melalui CASH ETR (cash effective tax rate) perusahaan yaitu kas

Page 46: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

29

yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.

Adapun rumus untuk menghitung CASH ETR adalah sebagai berikut:

CASH ETR = Pembayaran Pajak

Laba Sebelum Pajak

C. Penelitian Terdahulu

Untuk memberikan gambaran dan kerangka pemikiran dalam penelitian

maka perlu kiranya untuk membahas hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai

acuan dalam membandingkan penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu

sehingga akan menghasilkan suatu analisa yang sesuai dengan teori:

Page 47: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

30

Tabel 2.1.

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti/Judul/Sumber Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian

1. Nuralifmia Ayu Annisa

dan Lulus Kurniasih,

Pengaruh Corporate

Governance terhadap

Tax Avoidance, Jurnal

Akuntansi & Auditing

Volume 8/No. 2/Mei

2012: 95-189.

a. Sampel: Seluruh

perusahaan yang

terdaftar di BEI.

b. Tahun data: 2008

c. Variabel lain:

Jumlah dewan

komisaris dan

kualitas audit

(independen).

a. Metode analisis:

Regresi linear

berganda.

b. Jenis penelitian:

Kuantitatif.

c. Sumber data: Data

sekunder.

Berdasarkan hasil analisis dan

pengujian yang dilakukan dalam

penelitian ini, terdapat beberapa

kesimpulan yaitu: hasil uji

regresi menunjukkan bahwa

secara statistik terbukti tidak

terdapat pengaruh signifikan

kepemilikan institusional

terhadap tax avoidance, tidak

terdapat pengaruh signifikan

komposisi dewan komisaris

independen terhadap tax

avoidance, tidak terbukti

terdapat pengaruh signifikan

dewan komisaris terhadap tax

avoidance, terbukti terdapat

pengaruh signifikan komite audit

terhadap tax avoidance, dan

terbukti terdapat pengaruh

signifikan kualitas audit

terhadap tax avoidance.

2. Tresno Eka Jaya, M.

Yasser Arafat, dan

Dinda Kartika,

Corporate Governance,

Konservatisme

Akuntansi dan Tax

Avoidance, Prosiding

Simposium Nasional

Perpajakan 4.

a. Sampel: Sebanyak

178 perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI.

b. Metode analisis:

Regresi logistik.

c. Variabel lain:

Ukuran dewan

direksi, kualitas

audit, dan

konservatisme

akuntansi

(independen).

a. Jenis penelitian:

Kuantitatif.

b. Sumber data: Data

sekunder.

Berdasarkan hasil penelitian

maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut: 1) komposisi

kepemilikan saham institusional

tidak berpengaruh terhadap

praktek penghindaran pajak, 2)

ukuran dewan direksi tidak

berpengaruh terhadap praktik

penghindaran pajak, 3) kualitas

audit tidak berpengaruh terhadap

praktik penghindaran pajak. Dan

konservatisme akuntansi tidak

berpengaruh terhadap

penghindaran pajak.

3. Rahmi Fadhilah,

Pengaruh Good

Corporate Governance

terhadap Tax Avoidance

(studi Empiris Pada

Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di BEI

a. Sampel: Sebanyak

55 perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI.

b. Variabel lain:

kualitas audit

(independen).

a. Metode analisis:

Regresi linear

berganda.

b. Jenis penelitian:

Kuantitatif.

c. Sumber data: Data

sekunder.

Berdasarkan hasil temuan

penelitian dan pengujian

hipotesis yang telah dilakukan

dapat disimpulkan bahwa

proporsi kepemilikan

institusional tidak berpengaruh

terhadap tax avoidance, proporsi

Page 48: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

31

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Peneliti/Judul/Sumber Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian

2009-2011) Dewan komisaris independen

tidak berpengaruh terhadap tax

avoidance, komite audit

berpengaruh signifikan terhadap

tax avoidance, dan kualitas audit

berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap tax

avoidance pada perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2009-2011.

4. I Gede Hendy

Darmawan dan I Made

Sukartha, Pengaruh

Penerapan Corporate

Governance, Leverage,

Return On Assets, dan

Ukuran Perusahaan

Pada Penghindaran

Pajak, E-Jurnal

Akuntansi Universitas

Udayana, 9.1. (2014):

143-161.

a. Sampel: Sebanyak

460 perusahaan yang

terdaftar di BEI.

b. Variabel lain:

Leverage, Return On

Assets, dan Ukuran

Perusahaan

(independen).

a. Metode analisis:

Regresi Linear

Berganda.

b. Jenis penelitian:

Kuantitatif.

c. Sumber data:

Data sekunder.

Berdasarkan hasil temuan

penelitian dan pengujian

hipotesis yang telah dilakukan

dapat disimpulkan bahwa

corporate governance

berpengaruh pada penghindaran

pajak. Leverage tidak

berpengaruh pada penghindaran

pajak. ROA berpengaruh pada

penghindaran pajak. Dan ukuran

perusahaan berpengaruh pada

penghindaran pajak.

5. Tommy Kurniasih dan

Maria M. Ratna Sari,

Pengaruh Return On

Asset, Leverage,

Corporate Governance,

Ukuran Perusahaan,

dan Kompensasi Rugi

Fiskal Pada Tax

Avoidance, Buletin

Studi Ekonomi,

Volume 18, No.1,

Februari 2013

a. Sampel: Sebanyak

288 perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

periode 2007-2010.

b. Variabel lain: Return

On Asset, Leverage,

Ukuran Perusahaan,

Kompensasi Rugi

Fiskal.

a. Metode analisis:

Regresi Linear

Berganda.

b. Jenis penelitian:

Kuantitatif.

c. Sumber data: Data

sekunder.

Berdasarkan hasil temuan

penelitian dan pengujian

hipotesis yang telah dilakukan

dapat disimpulkan bahwa

corporate governance dan

Leverage tidak berpengaruh

signifikan secara parsial

terhadap Tax Avoidance. ROA,

ukuran perusahaan, dan

Kompensasi Rugi Fiskal

berpengaruh signifikan secara

parsial terhadap Tax Avoidance.

6 Robert Jao, Corporate

governance, Ukuran

Perusahaan, dan

Leverage Terhadap

Manajemen Laba

Perusahaan manufaktur

Indonesia, Jurnal

Akuntansi & Auditing

Volume 8/No.

a. Sampel: Sebanyak

112. perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

periode 2006-2009.

b. Variabel lain:

Ukuran Perusahaan,

Leverage,

Manajemen Laba.

a. Metode analisis:

Regresi Linear

Berganda.

b. Jenis penelitian:

Kuantitatif.

c. Sumber data: Data

sekunder.

Berdasarkan hasil penelitian

maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut: 1) Pelaksanaan

Corporate Governace melalui

kepemilikan manajerial,

komposisi dewan komisaris

independen, dan jumlah

pertemuan komite audit

mempunyai pengaruh positif

Page 49: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

32

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Peneliti/Judul/Sumber Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian

1/November 2011: 1-

94

Signifikan terhadap manajemen

laba, disisi lain kepimilikan

institutional dan ukuran dewan

komisaris mempunyai pengaruh

positif terhadap manajemen laba,

2) ukuran perusahaan

mempunyai hubungan negative

signifikan terhadap manajemen

laba, 3) leverage tidak

mempunyai pengaruh signifikan

terhadap manajemen laba.

7 Okta S. Hartadinata,

Analisis pengaruh

kepemlikian manajerial,

kebijakan hutang, dan

ukuran perusahaan

terhadap Tax

Aggressive pada

perusahaan manufaktur

di BEI tahun 2008-2010

a. Sampel: 222

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI,

periode tahun 2008-

2010

b. Variabel lain:

kebijakan hutang,

ukuran perusahaan

a. Metode Analisis:

Regresi Linear

Berganda

b. Jenis penelitian

kuantitatif.

c. Sumber data: data

sekunder

Berdasarkan hasil temuan

penelitian dan pengujian

hipotesis yang telah dilakukan

dapat disimpulkan bahwa

pengaruh yang signifikan dari

kepemilikan manajerial,

kebijakan hutang tidak

berpengaruh secara signifikan,

sedanglan ukuran perusahaan

berpengaruh secara signifikan.

8 Utkir Kholbadalov,

Hubungan

penghindaran pajak

perusahaan,

biaya hutang dan

kepemilikan

institusional: bukti

dari Malaysia, Atlantic

Review of Economics,

2st Volume 2012.

a. Sampel: Perusahaan

yang terdaftar di

Bursa Malaysia.

b. Variabel lain: biaya

hutang (independen).

a. Metode analisis:

Regresi Linear

Berganda.

b. Jenis penelitian:

Kuantitatif.

c. Sumber data: Data

sekunder.

Berdasarkan hasil temuan

penelitian dan pengujian

hipotesis yang telah dilakukan

dapat disimpulkan bahwa

pengaruh yang signifikan dari

kepemilikan institusional pada

hubungan ini, yang berarti

bahwa tingkat kelembagaan

kepemilikan tidak berdampak

pada hubungan antara

penghindaran pajak dan biaya

utang, tanpa

kepemilikan institusional tingkat

tinggi atau rendah.

Page 50: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

33

D. Keterkaitan Antar Variabel

1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance

Menurut Fadhillah (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

terdapat beberapa hal yang diduga menjadi alasan mengapa besarnya

kepemilikan insititusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Pertama, kepemilikan insititusional merupakan proporsi kepemilikan

saham oleh institusi diluar kepemilikan saham dewan komisaris

perusahaan, dimana pemilik institusional ikut serta dalam pengawasan dan

pengelolaan perusahaan namun demikian bisa saja pemilik institusional

mempercayakan pengawasan dan pengelolaan perusahaan kepada dewan

komisaris karena itu merupakan tugas mereka sehingga ada atau tidaknya

kepemilikan institusional tetap saja tax avoidance terjadi.

Kedua, kepemilikan institusional berpikir untuk memaksimalkan

kesejahteraan mereka terutama pada keuntungan atau laba yang akan mereka

peroleh pada perusahaan sehingga semua kegiatan yang akan merugikan

perusahaan termasuk adanya pajak agresif yang akan dilakukan perusahaan,

jika kegiatan itu menguntungkan bagi kesejahteraan pemilik instituional maka

mereka akan tetap mendukung setiap kegiatan atau kebijakan yang akan

dilakukan perusahaan sehingga besar atau kecilnya kepemilikan institusional

tidak akan mempengaruhi tindakan tax avoidance.

Ketiga, pemilik institusional kurang peduli dengan citra perusahaan

asalkan itu bisa memaksimalkan kesejahteraan mereka walaupun adanya

perilaku manajer dalam hal mengambil suatu keputusan terutama dalam hal

pajak yaitu tindakan tax avoidance.

Page 51: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

34

Hal ini sesuai juga dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Annisa dan Kurniasih (2012), menyatakan bahwa kepemilikan

institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai

berikut:

H1: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap

penghindaran pajak.

2. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance

Menurut Annisa dan Kurniasih (2012) dalam penelitiannya

menemukan bahwa semakin besar prosentase dewan komisaris independen

yang berasal dari luar perusahaan menuntut manajemen bekerja lebih

efektif dalam pengawasan dan pengendalian pengelolaan perusahaan oleh

direksi dan manajer, sehingga keberadaan mereka tidak hanya menjadi

simbol semata. Hasilnya kenaikan prosentase dewan komisaris independen

terhadap jumlah dewan komisaris secara keseluruhan tidak signifikan

mempengaruhi kebijakan tax avoidance yang dilakukan oleh suatu

perusahaan. Penelitian Antonia (2008) menunjukkan bahwa dewan

komisaris independen yang merupakan bagian dari komisaris perseroan

tidak melakukan fungsi pengawasan secara baik terhadap manajemen.

Hasil penelitian Widyaningdyah (2002) dalam Antonia (2008) juga yang

menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak signifikan

mempengaruhi manajemen laba, sehingga adanya manipulasi dalam

Page 52: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

35

menyajikan laporan keuangan yang mungkin dilakukan manajemen tidak

dapat dikendalikan oleh jumlah anggota dewan komisaris independen yang

semakin besar. Hal ini memberikan kesempatan bagi manajer untuk

melakukan aktivitas manipulasi laba dan nantinya akan menguntungkan

perusahaan dalam hal perpajakan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komisaris

independen akan memaksimalkan kinerja dewan komisaris dalam tugasnya

melakukan pengawasan terhadap usaha memaksimalkan laba perusahaan,

maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2: Dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

penghindaran pajak.

3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Tax Avoidance

Pemegang saham terbesar merepresentasikan kelompok yang

memegang kekuatan dalam voting di dalam Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS), dan memiliki perusahaan, namun tidak mengelola

perusahaan. Semakin tinggi persentase pemegang saham terbesar

menunjukkan bahwa pemegang saham memiliki pengaruh yang lebih besar

untuk menentukan kebijakan perusahaan dan dapat memastikan kebijakan

tersebut dapat menguntungkan mereka (Timothy : 2010).

Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan meningkatkan kepemilikan

manajerial akan menyelaraskan atau menyatukan kepentingan manajer

dengan pemegang saham sehingga mengurangi perilaku oportunistik.

Manajer akan ikut merasakan manfaat dari keputusan yang diambil dan

Page 53: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

36

ikut menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan

keputusan yang salah (Jao : 2011).

Semakin besar proporsi kepemilikan oleh manajerial, dikatakan

bahwa konsentrasi kepemilikan perusahaan tersebut kuat. Konsentrasi

kepemilikan yang kuat menandakan semakin baiknya tata kelola

perusahaan, sebab semakin besarnya kekuatan pemilik untuk mengontrol

manajer dalam pembuatan keputusan. Pemegang saham terbesar dapat

digunakan secara optimal sebagai salah satu mekanisme pengonrol

masalah agensi, dan meningkatkan kinerja perusahaan (Timothy, 2010).

Semakin besar proporsi kepemilikan oleh manajerial, dikatakan

bahwa konsentrasi kepemilikan perusahaan tersebut lemah, dan tata kelola

lebih baik. Karena dengan banyak insentif, mereka menjadi

memperhatikan kebijakan strategis perusahaan dan termotivasi mengontrol

pekerjaannya. Perusahaan dengan struktur kepemilikan yang tidak terlalu

tersebar tidak memiliki masalah dalam profitabilitasnya. Motivasi para

manajerial dalam mendapatkan laba yang sebesar-besarnya, menjadikan

strategi pajak yang diambil agresif. Maka dengan semakin besar

kepemilikan manajerial dalam perusahaan, penghindaran pajak perusahaan

akan semakin rendah (Timothy, 2010). Peningkatan kepemilikan

manajerial digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan

(Jensen et al., 1992). Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial

untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham

sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham.

Page 54: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

37

Peningkatan persentase kepemilikan tersebut membuat manajer

termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab

meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, apabila

persentase kepemilikan manajerial kecil maka manajer hanya terfokus

pada pengembangan kapasitas atau ukuran perusahaan. Hal ini tidak lain

karena manajer yang juga memiliki kepemilikan saham cenderung

mempertimbangkan kelangsungan usahanya sehingga tidak akan

menghendaki usahanya diperiksa terkait permasalahan perpajakan

sehingga tidak akan agresif dalam kebijakan perpajakannya (Hartadinata,

2013).

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dapat dikembangkan

adalah:

H3: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap

penghindaran pajak.

4. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance

Menurut Fadhilah (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa

komite audit berpengaruh positif terhadap tax avoidance perusahaan. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sriwedari (2009)

yang menyatakan bahwa keberadaan komite audit yang fungsinya untuk

meningkatkan integritas yang kredibilitas pelaporan keuangan agar dapat

berjalan dengan baik.

Beberapa alasan komite audit perusahaan berpengaruh positif

terhadap tax avoidance yaitu: pertama, jika semakin sedikit komite audit

Page 55: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

38

yang dimiliki oleh perusahaan maka pengendalian kebijakan keuangan

yang dilakukan oleh komite audit sangat minim sehingga akan

meningkatkan tindakan manajemen dalam melakukan pajak agresif, begitu

juga apabila semakin banyak jumlah komite audit dalam perusahaan maka

pengendalian kebijakan keuanganpun akan sangat ketat sehingga akan

mengurangi tindakan manajemen dalam tax avoidance. Kedua, kredibilitas

perusahaan yang memiliki komite audit yang sedikit atau kurang dari yang

ditetapkan BEI akan mempengaruhi integritas dan kredibilitas keuangan

perusahaan bisa saja pajak agresif atau tax avoidance dapat dilakukan

dengan mudah oleh perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komite audit

memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak, maka hipotesis yang

diajukan adalah sebagai berikut:

H4: Komite audit berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.

5. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen,

Kepemilikan Manajerial, dan Komite Audit terhadap Tax Avoidance

Menurut Fadhillah (2014), Annisa dan Kurniasih (2012), dan

Antonia (2008), menyatakan bahwa secara keseluruhan corporate

governance berpengaruh pada penghindaran pajak. Pemilik institusional

yang peduli dengan citra perusahaan itu bisa memaksimalkan kesejahteraan

mereka walaupun adanya perilaku manajer dalam hal mengambil suatu

keputusan terutama dalam hal pajak yaitu tindakan tax avoidance. Proporsi

dewan komisaris independen tidak signifikan mempengaruhi manajemen

Page 56: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

39

laba, sehingga adanya manipulasi dalam menyajikan laporan keuangan

yang mungkin dilakukan manajemen tidak dapat dikendalikan oleh jumlah

anggota dewan komisaris independen yang semakin besar.

Perusahaan dengan struktur kepemilikan yang tidak terlalu tersebar

tidak memiliki masalah dalam profitabilitasnya. Motivasi para manajerial

dalam mendapatkan laba yang sebesar-besarnya, menjadikan strategi pajak

yang diambil agresif. Maka dengan semakin besar kepemilikan manajerial

dalam perusahaan, penghindaran pajak perusahaan akan semakin rendah.

Dan perusahaan yang memiliki komite audit yang sedikit atau kurang dari

yang ditetapkan BEI akan mempengaruhi integritas dan kredibilitas

keuangan perusahaan bisa saja pajak agresif atau tax avoidance dapat

dilakukan dengan mudah oleh perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemilikan

institusional, dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan

komite audit memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak, maka

hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H5: Kepemilikan institusional, dewan komisaris independen,

kepemilikan manajerial, dan komite audit berpengaruh positif

terhadap penghindaran pajak.

E. Kerangka Pemikiran

Page 57: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

40

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diindentifikasi sebagai

masalah (Sugiyono, 2012). Berdasarkan telaah pustaka dan hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini, dikembangkan model sebagai kerangka pikir

teoritis dari penelitian ini seperti pada gambar di bawah ini:

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

TAX AVOIDANCE

(Studi Empiris Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode Tahun

2009-2013)

Kepemilikan Institusional (X1)

Tax Avoidance (Y)

Dewan Komisaris Independen (X2)

Kepemilikan Manajerial (X3)

Komite Audit (X4)

Variabel Independen Variabel Dependen

Uji Asumsi Klasik:

1. Uji Normalitas

2. Uji Multikolinearitas

3. Uji Heteroskedastisitas

4. Uji Autokorelasi

Uji Hipotesis:

1. Uji t

2. Uji F

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Interpretasi & analisis

pembahasan

Kesimpulan, implikasi dan

saran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Page 58: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih BEI sebagai tempat melakukan

observasi. Jadi penelitian yang dilakukan adalah observasi tidak langsung

berupa data sekunder dengan menggunakan data yang ada pada situs

www.idx.co.id. Untuk menganalisis permasalahan yang ada, penulis mendata

laporan keuangan dari perusahaan perbankan.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah

pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgment sampling). Metode

judgment sampling atau purposive pengumpulan data atas dasar strategi

kecakapan atau pertimbangan pribadi semata (Hamid, 2012).

Judgment sampling yaitu teknik sampling yang satuan samplingnya

dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh

satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria yang dikehendaki

dalam pengambilan sampel. Perusahaan perbankan dipilih dengan

pertimbangan agar data yang didapatkan homogen sehingga menggambarkan

kekhususan hasil pada satu jenis perusahaan

Bisa disimpulkan bahwa peneliti menentukan sendiri sampel yang

diambil karena ada pertimbangan tertentu, jadi sampel tidak diambil secara

acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti.

Page 59: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

42

Adapun alasan atau kriteria pertimbangan dalam pemilihan sampel

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

periode tahun 2009-2013.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan selama tahun 2009-

2013.

3. Perusahaan sampel mempunyai data yang lebih lengkap sesuai dengan

yang dibutuhkan untuk penelitan ini.

4. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang dinyatakan dalam

rupiah dan berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode pengamatan

tahun 2009-2013.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan

dengan masalah yang sedang diteliti, penelusuran data ini dilakukan dengan

cara:

1. Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil cetakan.

Data yang disajikan dalam format kertas hasil cetakan antara lain berupa

jurnal, buku, dan tesis.

2. Penelusuran dengan menggunakan komputer untuk data dalam format

elektronik. Data yang disajikan dalam format elektronik ini antara lain

berupa catalog perpustakaan, laporan-laporan BEI, dan situs internet.

Page 60: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

43

D. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan riset kausal. Riset kausal merupakan riset yang memiliki tujuan

utama membuktikan hubungan sebab akibat atau hubungan mempengaruhi

dan dipengaruhi dari variabel-variabel yang diteliti (Istijanto, 2009).

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

(Ghozali, 2011). Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian

adalah yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat

dengan beberapa cara, diantaranya yaitu dengan melihat kurva normal

P-Plot. Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan

titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran

titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.

b. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2011) Uji Multikolinieritas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara

variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi di antara variabel independent. Jika variabel

independent saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independent yang nilai

korelasi antar sesama variabel independent sama dengan nol. Untuk

Page 61: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

44

mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi

adalah sebagai berikut:

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris

sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independent

banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependent.

2) Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independent. Jika

antar variabel ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas

0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.

Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independent tidak

berarti bebas dari multikolinieritas. Multikolinieritas dapat

disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel

independent.

3) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan

lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini

menunjukkan setiap variabel independent manakah yang dijelaskan

oleh variabel independent lainnya. Dalam pengertian sederhana

setiap variabel independent menjadi variabel dependent (terikat) dan

diregres terhadap variabel independent lainnya. Tolerance mengukur

variabilitas variabel independent yang terpilih jika dijelaskan oleh

variabel independent lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama

dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off

yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas

adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

Page 62: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

45

Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang masih

dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0.10 sama dengan

tingkat kolonieritas 0.95. Walaupun multikolinieritas dapat dideteksi

dengan nilai tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak

mengetahui variabel-variabel independent mana sajakah yang saling

berkolerasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011) Uji Heteroskedastisitas bertujuan

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi

Heterokedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi

heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili

berbagai ukuran (kecil, sedang, besar).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heterokedastisitas adalah dengan cara melihat grafik Plot antara nilai

prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara

SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi,

dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah

Page 63: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

46

di-studentized. Dengan analisis jika ada pola tertentu, seperti titik-titik

yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar

kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heterokedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heterokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah

terjadi korelasi antara residual (anggota) pada serangkaian observasi

tertentu dalam suatu periode tertentu. Dalam model regresi linear

berganda juga harus bebas dari autokorelasi. Ada berbagai metode yang

digunakan untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi. Dalam

penelitian ini digunakan metode uji Durbin Watson. Menurut Durbin

Watson, besarnya koefisien Durbin Witson adalah antara 0-4. Kalau

koefisien Durbin Witson sekitar 2, maka dapat dikatakan tidak ada

korelasi, kalau besarnya mendekati 0, maka terdapat autokorelasi positif

dan jika besarnya mendekati 4, maka terdapat autokorelasi negatif.

Pengujian autokorelasi dilakukan dengan metode Durbin Witson. (DW-

test). Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : Tidak ada autokorelasi (r = 0)

Ha : Ada autokorelasi (r ≠ 0)

Page 64: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

47

Tabel 3.1.

Pengambilan keputusan ada dan tidaknya autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl

Tidak ada autokorelasi positif atau

negatif

Tidak ditolak Du < d ≤ 4 - du

Sumber: Ghozali (2011)

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda adalah alat untuk meramalkan nilai

pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat, yang

bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau

hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas (Nugroho, 2005).

Rumus regresi linier berganda:

Dimana:

Y = Tax Avoidance

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b 1 = Koefisien regresi kepemilikan institusional

X1 = Kepemilikan institusional

b2 = Koefisien regresi dewan komisaris independen

X2 = Dewan komisaris independen

b3 = Koefisien regresi kepemilikan manajerial

X3 = Kepemilikan manajerial

b4 = Koefisien regresi komite audit

X4 = Komite audit

e = Standar eror

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan variabel independent menjelaskan variabel

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Page 65: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

48

dependent. Kelemahan mendasar dalam penggunaan koefisien

determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel independent yang

dimasukkan ke dalam model (Ghozali, 2011). Setiap tambahan satu

variabel independent, maka R2

pasti meningkat tidak peduli apakah

variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependent. Oleh karena itu, banyak peneliti yang menganjurkan untuk

menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model

regresi yang terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai Adjusted R

2 dapat naik

atau turun apabila satu variabel independent ditambahkan ke dalam

model. Dalam kenyataan nilai adjusted R2

dapat bernilai negatif,

walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati

dalam (Ghozali, 2011), jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2

negatif, maka nilainya dianggap nol.

b. Uji t (Uji Parsial)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh masing-masing variabel independen secara individual

terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05.

Menurut Santoso (2009), dasar pengambilan keputusan adalah

sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau

Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau

Page 66: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

49

bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel

dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha

diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau

bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel

dependen atau terikat.

c. Uji F (Uji Simultan)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen

atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F

digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap

variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05.

Menurut Santoso (2009), dasar pengambilan keputusan adalah

sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau

Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen

atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha

diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen

atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen atau terikat.

Page 67: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

50

E. Operasionalisasi Variabel

Variabel operasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi

nilai yang diterapkan dalam suatu penelitian. Adapun cara pengukuran dari

variabel ini adalah dengan menggunakan skala pengukuran Rasio. Berikut ini

adalah variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu:

1. Tax Avoidance (Y)

Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi, atau

bahkan meniadakan hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan

tidak melanggar undang-undang yang ada. Menurut Dyreng et. al. (2010)

variabel ini dihitung melalui CASH ETR (cash effective tax rate)

perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan

laba sebelum pajak. Adapun rumus untuk menghitung CASH ETR adalah

sebagai berikut:

CASH ETR = Pembayaran Pajak

Laba Sebelum Pajak

2. Kepemilikan Institusional (X1)

Kepemilikan institusional (INST) adalah kepemilikan saham

perusahaan oleh institusi. Kepemilikan institusional yang tinggi akan

menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak institusional

sehingga dapat menghalangi perilaku oportunistik dari para manajer

perusahaan. Kepemilikan institusional diukur dengan proporsi saham yang

dimiliki institusional pada akhir tahun dibandingkan dengan jumlah saham

yang beredar di perusahaan tersebut (Moh’d et al. 1998).

Page 68: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

51

INST = Jumlah kepemilikan saham oleh Institusional

Seluruh modal saham perusahaan

3. Dewan Komisaris Independen (X2)

Komposisi dewan komisaris independen (KDKI) yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah proporsi Komisaris Independen dalam suatu

Dewan Komisaris perusahaan. Independensi Dewan Komisaris diukur

dengan (Bakhri, 2008).

KDKI = Jumlah anggota komisaris independen

Total anggota dewan komisaris

4. Kepemilikan Manajerial (X3)

Kepemilikan manajerial (Manajerial ownership) adalah kepemilikan

saham perusahaan oleh pihak manajemen (Budiono, 2005). Kepemilikan

manajerial diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh

manajer dan dewan komisaris perusahaan (Erni, 2005).

KPMJ = Jumlah kepemilikan saham oleh Manajemen

Modal saham perusahaan

5. Komite Audit (X4)

Penelitian ini mengukur latar belakang keahlian akuntansi atau

keuangan komite audit sebagai proporsi anggota komite audit yang

memiliki pengalaman sebagai akuntan, auditor, direktur keuangan atau

chief financial officer, atau kepala akuntansi atau chief accounting officer

(Krishnan dan Visvanathan, 2007; Robinson et. al., 2012; dan Abernathy

et. al., 2013) atau memiliki latar belakang pendidikan akuntansi (Putri,

Page 69: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

52

2011). Penelitian ini menyesuaikan dengan peraturan dari otoritas di

Indonesia, yaitu BAPEPAM-LK yang mengatur bahwa minimal 1 orang

dalam komite audit memiliki latar belakang akuntansi atau keuangan. Data

diperoleh dari profil komite audit dalam laporan keuangan. Kehadiran

komite audit diharapkan dapat memberikan pandangan mengenai masalah-

masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan

pengendalian intern.

Dalam penelitian ini digunakan jumlah komite audit dalam suatu

perusahaan sebagai alat ukur (Mayangsari, 2003).

Koma= ∑ Komite Audit

Page 70: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

53

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penlitian ini adalah perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2009-

2013. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling.

Berdasarkan kriteria sampel yang digunakan diperoleh sampel penelitian

sebanyak 20 perusahaan dengan total data 100 laporan keuangan perusahaan.

Data dipeoleh melaui website www.idx.co.id dan website perusahaan. Analisis

dan pembahasan yang tersaji dalam bab ini untuk menguji pengaruh Corporate

Governance terhadap Tax Avoidance.

Berikut ini adalah perincian perolehan sampel kriteria-kriteria yang

telah ditetapkan dan ditampilkan dalam tabel.

Tabel 4.1.

Karakteristik Sampel

No. Kriteria Jumlah

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI

pada tahun 2009-2013

20

2. Perusahaan yang mengalami delisting selama

periode 2009-2013

(0)

3. Perusahaan yang tidak mempublikasikan

laporan keuangan selama tahun 2009-2013

(0)

4. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan

keuangan yang dinyatakan dalam rupiah dan

berakhir pada tanggal 31 desember selama

periode pengamatan tahun 2009-2013

(0)

5. Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan

data variabel-variabel yang digunakan.

(0)

Jumlah perusahaan yang digunakan 20

Total keseluruhan sampel selama 5 tahun

(20x5)

100

Sumber: data sekunder yang diperoleh

Page 71: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

54

Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama periode 2009-2013 berjumlah 20 perusahaan

perbankan tersebut tidak ada perusahaan yang menglami delisting, tidak ada

perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keunagan selama 2009-2013,

dan tidak ada perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan selain mata

uang rupiah dan tidak terdaftar perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan

data terkait variabel yang digunakan. Sehingga perusahaan perbankan yang

dijadikan sampel perusahaan yang digunakan sebanyak 20 perusahaan.

Sedangkan total data yang dijadikan sampel penelitian ini adalah sebanyak 100

sampel. Adapun perusahaan yang dijadikan sampel dalam penilitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.2

Daftar Nama Perusahaan

No. PERUSAHAAN KODE

1 Bank Artha Graha International Tbk. INPC

2 Bank Cina Asia Tbk. BBCA

3 Bank Negara Indonesia Tbk. BBNI

4 Bank Rakyat Indonesia Tbk. BBRI

5 Bank Cimb Niaga Tbk. BNGA

6 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN

7 Bank International Indonesia Tbk. BNII

8 Bank Mandiri Tbk. BMRI

9 Bank Permata Tbk. BNLI

10 Bank Mega Tbk. MEGA

11 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. BBNP

12 Bank Mayapada International Tbk. MAYA

13 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN

14 Bank Bukopin Tbk. BBKP

15 Bank Tabungan Negara Tbk. BBTN

16 Bank Tabungan Pensiunan National Tbk. BTPN

17 Bank Windu Kentjana International Tbk. MCOR

18 Bank Himpuna Saudara Tbk. SDRA

19 Bank Sinarmas Tbk. BSIM

20 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. AGRO

Sumber: data diolah

Page 72: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

55

B. Hasil Dan Pembahasan

1. Deskriptif Perhitungan Data Mentah

Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam

model analisis Regresi Berganda, yaitu variabel Y(penghindaran pajak) dan

(kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kepemilikan

manajerial, dan komite audit) sebagai variabel bebas. Perhitungan dilakukan

dengan menggunakan software excel sesuai perhitungan berdasarkan rumus,

adapun penjelasan lengkap masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

a. Kepemilikan Institusional

Berikut hasil perhitungan kepemilikan institusional periode

penelitian 2009-2013:

Tabel 4.3

Hasil Perhitungan Data Kepemilikan Institusional

No. Kode Emiten 2009 2010 2011 2012 2013

1 BBNI 77% 77% 77% 72% 72%

2 MAYA 58% 85% 82% 82% 80%

3 BMRI 80% 90% 90% 88% 88%

4 MEGA 85% 94% 94% 89% 90%

5 BBRI 76% 76% 76% 77% 78%

6 PNBN 98% 98% 98% 89% 87%

7 BBTN 46% 46% 46% 54% 55%

8 BNII 80% 80% 80% 78% 78%

9 AGRO 61% 54% 53% 55% 56%

10 BBNP 51% 51% 51% 55% 56%

11 INPC 58% 58% 58% 65% 62%

12 BNLI 86% 86% 86% 77% 75%

13 BBCA 76% 76% 76% 74% 74%

14 BSIM 85% 85% 85% 77% 75%

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 73: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

56

Tabel 4.3 (Lanjutan)

No. Kode Emiten 2009 2010 2011 2012 2013

15 BNGA 82% 76% 76% 81% 81%

16 BTPN 77% 65% 70% 71% 71%

17 BDMN 64% 80% 80% 78% 78%

18 MCOR 87% 90% 90% 88% 88%

19 SDRA 89% 70% 75% 75% 75%

20 BBKP 73% 67% 67% 72% 77%

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada tahun 2009 sampai

2013 kepemilikan institusional terendah dimiliki oleh Bank Tabungan

Negara yaitu sebesar 46%, 46%, 46%, 54%, 55%, dan kepemilikan

institusional tertinggi dimiliki oleh Bank PAN Indonesia yaitu sebesar

98%, 98%, 98%, 89% pada tahun 2009 sampai 2012, sedangkan pada

tahun 212 sampai 2013 Bank Mega juga memiliki kepemilikan

institusional tertinggi pula yaitu sebesar 89%, dan 90%.

b. Dewan Komisaris Independen

Berikut hasil perhitungan dewan komisaris independen periode

penelitian 2009-2013:

Tabel 4.4

Hasil Perhitungan Data Dewan Komisaris Independen

No. Kode Emiten 2009 2010 2011 2012 2013

1 BBNI 33% 33% 33% 34% 34%

2 MAYA 20% 67% 40% 43% 45%

3 BMRI 33% 33% 33% 40% 44%

4 MEGA 33% 33% 33% 33% 43%

5 BBRI 75% 75% 25% 40% 30%

6 PNBN 67% 60% 20% 47% 40%

7 BBTN 33% 33% 33% 53% 33%

Page 74: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

57

Tabel 4.4 (Lanjutan)

No. Kode Emiten 2009 2010 2011 2012 2013

8 BNII 33% 33% 33% 55% 40%

9 AGRO 67% 33% 33% 56% 47%

10 BBNP 40% 33% 33% 53% 53%

11 INPC 33% 33% 33% 43% 75%

12 BNLI 40% 40% 40% 54% 67%

13 BBCA 43% 33% 33% 44% 33%

14 BSIM 25% 20% 20% 44% 33%

15 BNGA 20% 33% 33% 42% 67%

16 BTPN 33% 33% 33% 43% 33%

17 BDMN 33% 43% 44% 45% 75%

18 MCOR 54% 43% 60% 65% 60%

19 SDRA 66% 32% 45% 55% 33%

20 BBKP 70% 65% 55% 53% 33%

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada tahun 2009 dewan

komisaris independen terendah dimiliki oleh Bank Mayapada dan juga

Bank CIMB Niaga yaitu masing-masing sebesar 20%, dan yang paling

tinggi dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia. Tahun 2010 kepemilikan

dewan komisaris independen terendah dimiliki oleh Bank Sinarmas

sebesar 20%, dan paling tinggi dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia

sebesar 75%. Tahun 2011 Bank PAN Indonesia dan Bank Sinarmas

memiliki jumlah persentase dewan komisaris independen terendah yaitu

masing-masing sebesar 20%, dan yang memiliki jumlah persentase

dewan komisaris independen tertinggi yaitu Bank Windu Kentjana

sebesar 60%. Tahun 2012 Bank Mega memiliki jumlah persentase dewan

komisaris independen terendah yaitu sebesar 33%, dan Bank Windu

Kentjana memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 65%. Tahun 2013

Page 75: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

58

Bank Rakyat Indonesia memiliki persentase terendah sebesar 30%,

sedangkan persentase tertinggi dimiliki oleh Bank Artha Graha

Internasional dan Bank Danamon masing-masing sebesar 75%.

c. Kepemilikan Manajerial

Berikut hasil perhitungan kepemilikan manajerial periode

penelitian 2009-2013:

Tabel 4.5

Hasil Perhitungan Data Kepemilikan Manajerial

No. Kode Emiten 2009 2010 2011 2012 2013

1 BBNI 23% 23% 23% 20% 20%

2 MAYA 42% 15% 18% 24% 24%

3 BMRI 20% 10% 10% 19% 19%

4 MEGA 15% 6% 6% 10% 10%

5 BBRI 24% 24% 24% 20% 20%

6 PNBN 2% 2% 2% 5% 10%

7 BBTN 54% 54% 54% 40% 40%

8 BNII 20% 20% 20% 15% 15%

9 AGRO 39% 46% 47% 40% 40%

10 BBNP 49% 49% 49% 35% 35%

11 INPC 42% 42% 42% 37% 37%

12 BNLI 14% 14% 14% 20% 20%

13 BBCA 24% 24% 24% 20% 20%

14 BSIM 15% 15% 15% 17% 17%

15 BNGA 12% 12% 12% 15% 15%

16 BTPN 30% 30% 30% 32% 33%

17 BDMN 22% 30% 30% 33% 35%

18 MCOR 14% 15% 15% 16% 20%

19 SDRA 35% 35% 35% 34% 30%

20 BBKP 25% 25% 25% 30% 30%

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada tahun 2009 sampai

tahun 2013 kepemilikan manajerial terendah dimiliki oleh Bank PAN

Indonesia yaitu sebesar 2%, 2%, 2%, 5% dan 10%, kemudian ditahun

Page 76: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

59

2013 Bank Mega juga memiliki kepemilikan manajerial terendah yaitu

sebesar 10%. Dan kepemilikan manajerial tertinggi pada tahun 2009

sampai 2013 dimiliki oleh Bank Tabungan Negara yaitu sebesar 54%,

54%, 54%, 40%, dan 40%.

d. Komite Audit

Berikut hasil perhitungan komite audit periode penelitian 2009-

2013:

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan Data Komite Audit

No. Kode Emiten 2009 2010 2011 2012 2013

1 BBNI 0,5 0,67 0,67 0,5 0,67

2 MAYA 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

3 BMRI 0,5 0,67 0,67 0,5 0,67

4 MEGA 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

5 BBRI 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

6 PNBN 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

7 BBTN 0,67 0,67 0,67 0,33 0,67

8 BNII 0,67 0,67 0,67 0,67 0,4

9 AGRO 0,33 0,67 0,67 0,67 0,67

10 BBNP 0,67 0,4 0,4 0,67 0,67

11 INPC 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

12 BNLI 0,67 0,67 0,67 0,5 0,5

13 BBCA 0,33 0,33 0,33 0,67 0,67

14 BSIM 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

15 BNGA 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

16 BTPN 0,67 0,67 0,5 0,67 0,67

17 BDMN 0,67 0,67 0,67 0,5 0,67

18 MCOR 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

19 SDRA 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

20 BBKP 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67 Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada tahun 2009 sampai

tahun 2011 komite audit terendah dimiliki oleh Bank Central Asia yaitu

Page 77: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

60

sebesar 0,33, dan ditahun 2009 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga juga

memiliki komite audit terendah yaitu sebesar 0,33. Pada tahun 2012

Bank Tabungan Negara juga memiliki komite audit terendah yaitu

sebesar 0,33. Sedangkan ditahun 2013 Bank Interasional Indonesia juga

memiliki komite audit terendah yaitu sebesar 0,4. Dan hampir semua

Bank memiliki komite audit tertinggi dari mulai tahun 2009 sampai 2013

yaitu sebesar 0,67.

e. Tax Avoidance

Berikut hasil perhitungan tax avoidance periode penelitian 2009-

2013:

Tabel 4.7

Hasil Perhitungan Data Tax Avoidance

No. Kode 2009 2010 2011 2012 2013

1 BBNI 4,30% 3,19% 3,20% 3,45% 2,57%

2 MAYA 4,53% 3,26% 3,28% 3,31% 2,67%

3 BMRI 4,97% 3,07% 3,14% 3,21% 2,63%

4 MEGA 5,03% 3,14% 3,21% 3,08% 2,71%

5 BBRI 5,13% 3,36% 3,52% 3,46% 3,02%

6 PNBN 4,66% 3,01% 3,30% 3,21% 3,06%

7 BBTN 4,81% 3,01% 3,37% 3,33% 3,13%

8 BNII 4,80% 3,09% 3,39% 3,34% 3,08%

9 AGRO 4,36% 2,97% 3,18% 3,20% 3,72%

10 BBNP 4,49% 3,16% 3,21% 3,18% 3,67%

11 INPC 4,28% 3,71% 2,99% 3,01% 3,60%

12 BNLI 3,46% 2,80% 2,55% 2,81% 3,60%

13 BBCA 2,89% 2,90% 3,32% 3,76% 3,71%

14 BSIM 2,92% 2,77% 3,67% 4,23% 3,74%

15 BNGA 2,74% 3,05% 3,82% 3,67% 3,82%

16 BTPN 2,63% 2,95% 3,76% 3,59% 3,80%

17 BDMN 2,60% 2,87% 3,59% 3,58% 4,49%

Page 78: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

61

Tabel 4.7 (Lanjutan)

No. Kode 2009 2010 2011 2012 2013

18 MCOR 2,68% 2,96% 3,80% 3,67% 4,28%

19 SDRA 2,64% 3,03% 3,56% 3,64% 3,46%

20 BBKP 2,64% 3,65% 3,56% 3,64% 4,23%

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada tahun 2009 tax

avoidance terendah dimiliki oleh Bank Danamon yaitu sebesar 2,60%,

dan tax avoidance tertinggi pada tahun 2009 dimiliki oleh Bank Rakyat

Indonesia yaitu sebesar 5,13%. Tahun 2010 tax avoidance terendah

dimiliki oleh Bank Sinarmas yaitu sebesar 2,77%, dan tax avoidance

tertinggi pada tahun 2010 dimiliki oleh Bank Bukopin yaitu sebesar

3,65%. Tahun 2011 tax avoidance terendah dimiliki oleh Bank Permata

yaitu sebesar 2,55%, dan tax avoidance tertinggi pada tahun 2011

dimiliki oleh Bank CIMB Niaga yaitu sebesar 3,82%. Tahun 2012 tax

avoidance terendah dimiliki oleh Bank Permata yaitu sebesar 2,81%, dan

tax avoidance tertinggi pada tahun 2012 dimiliki oleh Bank Sinarmas.

Tahun 2013 tax avoidance terendah dimiliki oleh Bank Negara Indonesia

yaitu sebesar 2,57%, dan tax avoidance tertinggi pada tahun 2013

dimiliki oleh Bank Danamon yaitu sebesar 4,49%.

2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik

a. Hasil Pengujian Normalitas Data

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

Page 79: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

62

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

diketahui bahwa uji t dan uji f mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

1) Hasil Uji Normanlitas Secara Grafik

Untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu data dapat

dilihat berdasarkan gambar p-p plot, jika titik mendekati garis

diagonal maka dinyatakan normal (Ghozali, 2011:110), berikut ini

adalah hasil uji normalitas secara grafik.

Gambar 4.1

Uji Normalitas Data

Sumber: data diolah

Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik

menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

(mengikuti pada wilayah garis linear). Hal ini menunjukkan bahwa

data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi

tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu tax

Page 80: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

63

avoidance berdasarkan masukan variabel independen yaitu

kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kepemilikan

manajerial dan komite audit.

2) Hasil Uji Normalitas Secara Statistik

Uji normalitas secara grafik dapat menyesatkan kalau tidak

hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa

sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi

dengan uji statistik (Ghozali, 2011:149). Adapun hasil perhitungan uji

normalitas secara statistic yang dilihat berdasarkan uji kolmogorof-

smirnov adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tax Avoidance

N 100

Normal Parametersa Mean 2.9800

Std. Deviation .71038

Most Extreme Differences Absolute .329

Positive .329

Negative -.291

Kolmogorov-Smirnov Z 3.288

Asymp. Sig. (2-tailed) .236

a. Test distribution is Normal.

Sumber: data diolah

Berdasarkan uji kolmogorov-smirnov dapat diketahui bahwa

seluruh variabel memiliki nilai Asymp. sig. > 0,05, ini mengartikan

bahwa semua data terdistribusi dengan normal.

b. Hasil Pengujian Multikolinieritas

Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus

terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan

Page 81: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

64

korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas

dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) harus berada di

bawah 10 dan nilai tolerance di atas 0,1 hal ini akan dijelaskan sebagai

berikut:

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Multikolinearitas Coefficients

a

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Kepemilikan Institusional .188 5.331

Dewan Komisaris Independen .979 1.022

Kepemilikan Manajerial .190 5.268

Komite Audit .971 1.029

a. Dependent Variable: Tax Avoidance

Sumber: data diolah

Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi

gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu

dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai

10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala

multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih

besar dari 10 dan nilai tolerance di atas 0,1 keadaan seperti itu

membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.

c. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas varian variabel dependen (Tax Avoidance)

dalam model tidak layak terhadap variabel independen. Konsekuensi

adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang

diperoleh tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar. Diagnosis

Page 82: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

65

adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari pola

scatter plot diagram.

Gambar 4.2

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: data diolah

Pada gambar di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu.

Dengan demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model

ini tidak ada gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Sebelumnya). Untuk

mengetahui apakah model regresi terdeteksi ada atau tidaknya

autokorelasi maka salah satu caranya dengan melakukan uji Durbin-

Page 83: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

66

Witson (DW test). Berikut adalah tabel untuk pengambilan keputusan

ada atau tidaknya autokorelasi.

Tabel 4.9.

Pengambilan keputusan ada dan tidaknya autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl

Tidak ada autokorelasi positif atau

negatif

Tidak ditolak Du < d ≤ 4 - du

Sumber: Ghozali (2011)

Adapun hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan uji

Durbin-Witson (DW test) yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.10

Hasil Uji Autokorelasi menggunakan uji Durbin-Witson (DW test)

Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .609a .535 .371 6.06994 1.402

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional

b. Dependent Variable: Tax Avoidance

Sumber: data diolah

Nilai DW sebesar 1,402 akan dibandingkan dengan nilai tabel

pada signifikansi 5%, jumlah sampel (N) 100 dan jumlah variabel

independen 4 (k=4). Tabel 4.10 menunjukkan uji autokorelasi dengan

menggunakan uji Durbin-Witson (DW test) yaitu nilai DW sebesar 1,402

lebih besar pada batas atas (du) 1,171526 dan kurang dari 4 – 1,171526 =

2,828475 (4 – du), sesuai dengan tabel 4.9 mengenai keputusan uji

Durbin Witson (DW test) du < d < 4 – du. Oleh karena nilai DW 1,402

Page 84: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

67

lebih kecil dari batas atas (du) 1,171526 dan kurang dari 4 – 1,171526 (4

– du), (1,171526 < 1,402 < 2,828475) sehingga dengan nilai DW yang

diperoleh dan setelah dibandingkan dengan nilai du maka dalam model

regresi ini bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat

disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat autokorelasi.

3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

a. Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda

Adapun hasil regresi linier berganda berdasarkan pengolahan data

menggunakan SPSS untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

corporate governance (kepemilikan institusional, dewan komisaris

independen, kepemilikan manajerial, dan komite audit terhadaptax

avoidanceadalah sebagai berikut:

Tabel 4.11

Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.809 1.318 .614 .541

Kepemilikan Institusional .590 1.291 .284 1.231 .221

Dewan Komisaris Independen .669 .519 .130 1.288 .201

Kepemilikan Manajerial .117 1.307 .371 1.619 .109

Komite Audit .272 .765 .036 5.356 .023

a. Dependent Variable: Tax Avoidance

Sumber: data diolah

Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk

mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, dewan komisaris

independen, kepemilikan manajerial, dan komite auditterhadaptax

avoidancesebagai berikut:

Page 85: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

68

Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat

diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 3,809 menunjukkan

bahwa jika variabel kepemilikan institusional, dewan komisaris

independen, kepemilikan manajerial, dan komite audit bernilai nol atau

tidak naik ataupun turun atau bernilai konstan (tetap) maka nilai tax

avoidance adalah 3,809satuan.

Variabelkepemilikan institusional sebesar 0,590 menunjukkan

bahwa jika variabel kepemilikan institusionalmeningkat 1 satuan maka

akan meningkatkan tax avoidancesebesar 0,590satuan, dengan catatan

variabel lain dianggap konstan.

Variabel dewan komisaris independen sebesar 0,669 menunjukkan

bahwa jika variabel dewan komisaris independen meningkat 1 satuan

maka akan meningkatkan tax avoidance sebesar 0,669 satuan, dengan

catatan variabel lain dianggap konstan.

Variabel kepemilikan manajerial sebesar 0,117 menunjukkan bahwa

jika variabel kepemilikan manajerial meningkat 1 satuan maka akan

meningkatkan tax avoidance sebesar 0,117 satuan, dengan catatan

variabel lain dianggap konstan.

Variabel komite audit sebesar 0,272 menunjukkan bahwa jika

variabel komite audit meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan tax

Y = 3,809 + 0,590 X1 + 0,669 X2 + 0,117 X3 + 0,272 X4

Page 86: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

69

avoidance sebesar 0,272 satuan, dengan catatan variabel lain dianggap

konstan.

b. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Penggunaan koefisien determinasi yang telah disesuaikan

(AdjusredR²) lebih baik dalam melihat seberapa baik model

dibandingkan koefisien determinasi. Koefisien determinasi disesuaikan

merupakan hasil penyesuaian koefisien determinasi terhadap tingkat

kebebasan dari persamaan prediksi. Berikut ini merupakan hasil uji

determinasi:

Tabel 4.12

Hasil Pengujian Adjusted R Square Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .609a .535 .371 .70643

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional

b. Dependent Variable: Tax Avoidance

Sumber: data diolah

Berdasarkan pengujian serentak (Adjusted R2) dapat diketahui

besarnya koefisien determinasi (Adjusted R2

). Dari koefisien determinasi

(Adjusted R2

) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier

berganda menunjukkan besarnya variasi sumbangan empat variabel

bebas terhadap variabel terikatnya. Besarnya nilai pengaruh variabel

bebas ditunjukkan oleh nilai (Adjusted R2

) = 0,371 yaitu persentase

pengaruh variabel kepemilikan institusional, dewan komisaris

independen, kepemilikan manajerial, dan komite audit mempengaruhi tax

Page 87: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

70

avoidance sebesar 37,1%, sisanya sebesar 62,9% dipengaruhi variabel

lain di luar penelitian ini, seperti ukuran perusahaan, leverage, kualitas

audit, return on asset, kompensasi rugi fiskal, jumlah dewan komisaris,

dan lain-lain.

4. Hasil Pengujian Hipotesis

a. Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

yang terdiri dari kepemilikan institusional, dewan komisaris independen,

kepemilikan manajerial, dan komite audit berpengaruh secara parsial

terhadap tax avoidance.

Tabel 4.13

Hasil Pengujian Uji t Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.809 1.318 .614 .541

Kepemilikan Institusional .590 1.291 .284 1.231 .221

Dewan Komisaris Independen .669 .519 .130 1.288 .201

Kepemilikan Manajerial .117 1.307 .371 1.619 .109

Komite Audit .272 .765 .036 5.356 .023

a. Dependent Variable: Tax Avoidance

Sumber: data diolah

Berdasarkan pada tabel coefficients diatas untuk mengetahui

besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara

parsial (individual) terhadap variabel dependen adalah sebagai

berikut:

Page 88: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

71

1) Menguji Signifikansi Variabel Kepemilikan Institusional (X1)

Terlihat bahwa thitung koefisien kepemilikan institusional

adalah 1,231, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan

α=0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari

ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0,025 dan df=98 (didapat dari

rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 100-2=98). Didapat

ttabel adalah 1,98.

Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai p-value

0,221 > 0,05 artinya tidak signifikan, sedangkan thitung < ttabel,

(1,231 < 1,98), maka Ha ditolak dan Ho diterima, sehingga dapat

disimpulkan bahwa koefisien kepemilikan institusional secara

parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Annisa dan Kurniasih (2012), menyatakan

bahwa Tax avoidance dapat mengurangi transparansi

perusahaan dan menyebabkan information asymmetry dan

menciptakan moral hazard. Untuk itulah perlunya diterapkan

coorporate governance di perusahaan. Salah satu bentuk

coorporate governance adalah kepemilikan institusional.

Dengan adnaya kepemilikan institusional maka terdapat kontrol

yang lebih baik. Kepemilikan institusional berperan penting

dalam mengawasi kinerja manajemen yang lebih optimal.

Page 89: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

72

Dengan tingginya tingkat kepemilikan institusional, maka

semakin besar tingkat pengawasan kepada manajerial, sehingga

dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajemen dan

debt holders. Investor institusional dapat mengurangi biaya

hutang dengan mengurangi masalah keagenan, sehingga

mengurangi peluang terjadi penghindaran pajak.

Tujuan dari tax avoidance adalah untuk meningkatkan

laba perusahaan, sehingga meningkatkan kinerja perusahaan.

Salah satu indikator dari meningkatnya kinerja perusahaan

adalah dengan meningkatnya laba. Kepemilikan institusional

menginginkan terjadi peningkatan kinerja perusahaan, sehingga

kepemilikan institusional dapat memperkuat hubungan negatif

antara tax avoidance.

2) Menguji Signifikansi Dewan Komisaris Independen(X2)

Terlihat bahwa thitung koefisien dewan komisaris

independen adalah 1,288, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-

test, dengan α=0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika

mencari ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0,025 dan df=98 (didapat

dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 100-2=98).

Didapat ttabel adalah1,98.

Variabel dewan komisaris independen memiliki nilai p-

value 0,201 > 0,05 artinya tidak signifikan, sedangkan thitung<

ttabel, (1,288 < 1,98), maka Ha ditolak dan Ho diterima, sehingga

Page 90: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

73

dapat disimpulkan bahwa koefisien dewan komisaris

independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

tax avoidance.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Fadhilah (2014), menyatakan bahwa terdapat

beberapa hal yang diduga menjadi alasan mengapa besarnya

proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh

signifikan terhadap tax avoidance. Pertama, tidak semua

anggota dewan komisaris independen dapat menunjukkan

independensinya sehingga fungsi pengawasan tidak berjalan

dengan baik dan berdampak pada kurangnya pengawasan

terhadap manajemen dalam melakukan tax avoidance.

Kedua, kemampuan komisaris independen dalam rangka

memantau proses keterbukaan dan penyediaan informasi akan

terbatas apabila pihak-pihak terafiliasi yang ada di perusahaan

lebih mendominasi dan dapat mengendalikan dewan komisaris

independen kurang tanggap dalam memperhatikan ada atau

tidaknya tindakan tax avoidance atau pajak agresif dalam

perusahaan sehingga melalaikan kewajibannya kepada negara

terutama pajak.

3) Menguji Signifikansi Variabel Kepemilikan Manajerial (X3)

Terlihat bahwa thitung koefisien kepemilikan manajerial

adalah 1,619, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan

Page 91: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

74

α=0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari

ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0,025 dan df=98 (didapat dari

rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 100-2=98). Didapat

ttabel adalah1,98.

Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai p-value

0,109 > 0,05 artinya tidak signifikan, sedangkan thitung < ttabel,

(1,619 < 1,98), maka Ha ditolak dan Ho diterima, sehingga dapat

disimpulkan bahwa koefisien kepemilikan manajerial secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Timothy (2010), Pemegang saham terbesar

merepresentasikan kelompok yang memegang kekuatan dalam

voting di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan

memiliki perusahaan, namun tidak mengelola perusahaan.

Semakin tinggi persentase pemegang saham terbesar

menunjukkan bahwa pemegang saham memiliki pengaruh yang

lebih besar untuk menentukan kebijakan perusahaan dan dapat

memastikan kebijakan tersebut dapat menguntungkan mereka.

Semakin besar proporsi kepemilikan oleh manajerial,

dikatakan bahwa konsentrasi kepemilikan perusahaan tersebut

kuat. Konsentrasi kepemilikan yang kuat menandakan semakin

baiknya tata kelola perusahaan, sebab semakin besarnya

kekuatan pemilik untuk mengontrol manajer dalam pembuatan

Page 92: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

75

keputusan. Pemegang saham terbesar dapat digunakan secara

optimal sebagai salah satu mekanisme pengonrol masalah

agensi, dan meningkatkan kinerja perusahaan (Timothy, 2010).

Semakin besar proporsi kepemilikan oleh manajerial,

dikatakan bahwa konsentrasi kepemilikan perusahaan tersebut

lemah, dan tata kelola lebih baik. Karena dengan banyak

insentif, mereka menjadi memperhatikan kebijakan strategis

perusahaan dan termotivasi mengontrol pekerjaannya.

Perusahaan dengan struktur kepemilikan yang tidak terlalu

tersebar tidak memiliki masalah dalam profitabilitasnya.

Motivasi para manajerial dalam mendapatkan laba yang sebesar-

besarnya, menjadikan strategi pajak yang diambil agresif. Maka

dengan semakin besar kepemilikan manajerial dalam

perusahaan, penghindaran pajak perusahaan akan semakin

rendah (Timothy, 2010). Hal ini tidak lain karena manajer yang

juga memiliki kepemilikan saham cenderung

mempertimbangkan kelangsungan usahanya sehingga tidak akan

menghendaki usahanya diperiksa terkait permasalahan

perpajakan sehingga tidak akan agresif dalam kebijakan

perpajakannya (Hartadinata, 2013).

4) Menguji Signifikansi Variabel Komite Audit (X4)

Terlihat bahwa thitung koefisien komite audit adalah 5,356,

Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α=0,05,

Page 93: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

76

karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α

dibagi 2 menjadi 0,025 dan df=98 (didapat dari rumus n-2,

dimana n adalah jumlah data, 100-2=98). Didapat ttabel

adalah1,98.

Variabel komite audit memiliki nilai p-value 0,023<0,05

artinya signifikan, sedangkan thitung > ttabel, (5,356 > 1,98), maka

Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa

koefisien komite auditsecara parsial berpengaruh signifikan

terhadap tax avoidance.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Fadhilah (2014), hasil olah data statistik

menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap

tax avoidance perusahaan. Beberapa alasan komite audit

perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance yaitu:

pertama, jika semakin sedikit komite audit yang dimiliki oleh

perusahaan maka pengendalian kebijakan keuangan yang

dilakukan oleh komite audit sangat minim sehingga akan

meningkatkan tindakan manajemen dalam melakukan pajak

agresif, begitu juga apabila semakin banyak jumlah komite audit

dalam perusahaan maka pengendalian kebijakan keuanganpun

akan sangat ketat sehingga akan mengurangi tindakan

manajemen dalam tax avoidance. Kedua, kredibilitas

perusahaan yang memiliki komite audit yang sedikit atau kurang

Page 94: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

77

dari yang ditetapkan BEI akan mempengaruhi integritas dan

kredibilitas keuangan perusahaan bisa saja pajak agresif atau tax

avoidance dapat dilakukan dengan mudah oleh perusahaan.

b. Hasil Pengujian Uji F

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

yang terdiri dari kepemilikan institusional, dewan komisaris independen,

kepemilikan manajerial, dan komite audit secara simultan atau serentak.

Tabel 4.14

Hasil Pengujian Uji F ANOVA

b

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.551 4 15.638 6.258 .000a

Residual 47.409 95 2.499

Total 49.960 99

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional

b. Dependent Variable: Tax Avoidance

Sumber: data diolah

Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat dilihat

nilai Fhitung sebesar 6,258 dengan signifikan 0,000. Dengan mencari pada

tabel F, diperoleh nilai Ftabel 2,76. Dengan kondisi dimana Fhitung lebih

besar daripada Ftabel dan nilai signifikan lebih kecil dari alpha (0,05),

maka dapat diambil kesimpulan adalah Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti variabel-variabel independen (kepemilikan institusional, dewan

komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan komite audit)

berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tax avoidance.

Page 95: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

78

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan

oleh Fadhillah (2014), Annisa dan Kurniasih (2012), yang menyatakan

bahwa kepemilikan insititusional merupakan proporsi kepemilikan saham

oleh institusi diluar kepemilikan saham dewan komisaris perusahaan,

dimana pemilik institusional ikut serta dalam pengawasan dan

pengelolaan perusahaan namun demikian bisa saja pemilik institusional

mempercayakan pengawasan dan pengelolaan perusahaan kepada dewan

komisaris karena itu merupakan tugas mereka sehingga ada atautidaknya

kepemilikan institusional tetap saja tax avoidance terjadi. Kemudian

dengan adanya manipulasi dalam menyajikan laporan keuangan yang

mungkin dilakukan manajemen tidak dapat dikendalikan oleh jumlah

anggota dewan komisaris independen yang semakin besar. Hal ini

memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan aktivitas

manipulasi laba dan nantinya akan menguntungkan perusahaan dalam hal

perpajakan.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit komite audit yang

dimiliki oleh perusahaan maka pengendalian kebijakan keuangan yang

dilakukan oleh komite audit sangat minim sehingga akan meningkatkan

tindakan manajemen dalam melakukan pajak agresif, begitu juga apabila

semakin banyak jumlah komite audit dalam perusahaan maka

pengendalian kebijakan keuanganpun akan sangat ketat sehingga akan

mengurangi tindakan manajemen dalam tax avoidance. Kedua,

kredibilitas perusahaan yang memiliki komite audit yang sedikit atau

Page 96: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

79

kurang dari yang ditetapkan BEI akan mempengaruhi integritas dan

kredibilitas keuangan perusahaan bisa saja pajak agresif atau tax

avoidance dapat dilakukan dengan mudah oleh perusahaan.

Page 97: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh corporate

governance berdasarkan proporsi kepemilikan institusional, dewan komisaris

independen, kepemilikan manajerial, dan komite audit terhadap tax avoidance

dalam perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Berdasarkan hasil temuan penelitian

dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Proporsi kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

avoidance. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nuralifmia Ayu Annisa (2012).

2. Proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax

avoidance. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Rahmi Fadhilah (2014).

3. Proporsi kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap tax

avoidance. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Robert Jao (2011).

4. Proporsi komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuralifmia Ayu Annisa (2012), dan

Rahmi Fadhilah (2014).

Page 98: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

81

5. Proporsi kepemilikan Institusional, dewan komisaris independen,

kepemilikan manajerial, dan komite audit secara simultan berpengaruh

terhadap tax avoidance pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada tahun 2009-2013.

B. Implikasi

1. Bagi Perusahaan

Komite audit terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap Tax

Avoidance tetapi tidak untuk kepemilikan institusional, dewan komisaris

independen, dan kepemilikan manajerial. Perusahaan yang memiliki

kelebihan jumlah komite audit akan cendrung mengurangi penghindaran

pajak karena manajemen untuk melakukan tata kelola perusahaan tidak

hanya meningkatkan penghindaran pajak untuk meningkatkan laba

perusahaan, karena untuk menjaga reputasi dan kelangsungan usaha

jangka panjang.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

informasi mengenai praktik penghindaran pajak, teutama informasi

mengenai perusahan-perusahaan perbankan yang memiliki tata kelola

perusahaan yang tinggi. Dengan demikian, penelitian ini dapat berguna

dalam membantu penentuan kebijakan-kebijakan pasar modal dalam me-

listing perusahaan-perusahaan pada pasar modal agar dapat meningkatkan

dan mendorong tumbuhnya pasar yang teratur, terbuka, efisien, transparan,

Page 99: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

82

dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan kepada para

pemegang saham.

2. Bagi Investor

Penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan yang sedang

meningkatkan tata kelola perusahaan akan cendrung meningkatkan

investasi yang berlebih yang akan diikuti oleh penurunan kinerja operasi

manajemen pada periode berikutnya sehingga memotivasi manajemen

untuk melakukan penghindaran pajak. Hal ini perlu menjadi perhatian

investor untuk mempertimbangkan peningkatan Corporate governance

dalam suatu perusahaan perbankan. Dengan adanya penelitian ini, para

investor diharapkan dapat lebih cermat dan memahami tentang praktik

penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan perbankan yang terdaftar

di BEI. Sehingga para investor dapat membuat keputusan yang tepat untuk

berinvestasi dalam suatu perusahaan perbankan agar para investor tidak

merasa dibohongi dan dirugikan oleh para manajemen perusahaan yang

tidak bertanggung jawab.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan maka dapat

diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pemerintah hendaknya memberikan aturan yang jelas dan tegas antara

penghindaran pajak yang diperbolehkan dengan penghindaran pajak yang

Page 100: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

83

tidak diperbolehkan, agar wajib pajak dapat melakukan perencanaan pajak

sesuai dengan peraturan perpajakan.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan menggunakan

variabel lain yang mempengaruhi tax avoidance di luar variabel yang

digunakan dalam penelitian ini.

3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah rentang waktu

penelitian minimal 7 tahun untuk dapat benar-benar melihat perilaku

perusahaan terkait tingkat penghindaran pajak. Selain itu, mungkin sampel

bisa diperluas mencakup industri-industri lainnya selain industri

perbankan. Rentang waktu yang lebih panjang dan perluasan industri

sampel mungkin dapat memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan

terkait reformasi perpajakan terhadap tingkat penghindaran pajak.

Page 101: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

84

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Nuralifmida Ayu. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax

Avoidance (Studi Pada Perusahaan Terdaftar di BEI Tahun 2008)”. Skripsi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011

Boediono, Gideon, SB. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis

Jalur”. Solo: Simposium Nasional Akuntansi VIII. 2005.

Darmawati. “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan”.

Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar. 2004

Dyreng, Scott. et. al. The Effects of Executives on Corporate Tax Avoidance”.

Social Science Research Network. 2010

Erni, Masdupi. “Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang

dalam Mengontrol Konflik”. Keagenan Journal Ekonomi dan Bisnis

Indonesia, Vol. 20, No. 1: 57-69. 2005

Fadhilah, Rahmi. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax

Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

BEI 2009-2011)”. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

2014

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Pogram SPSS”. Semarang:

Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. 2011

Haruman, Tendi. “Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Keputusan Keuangan

Dana Nilai Perusahaan”. Pontianak: Simposium Nasional Akuntansi XI.

2008

Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan

Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2012

Hartadinata, Okta. S. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan

Hutang, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Aggressiveness pada

Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2008-

2010” Jurnal Ekonomi dan Bisnis No.3 Desember tahun 2013

Hasibuan, M.S.P. “Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara”. 2008

Herawati, Vinola. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating

Variabel dari Pengukuran Earnings Management terhadap Nilai

Perusahaan”. Pontianak: SNA XI. 2008

Ilyas, B Wirawan dan Richard Burton. “Hukum Pajak”. Jakarta: Salemba Empat.

2006

Page 102: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

85

Isgiarta, Midiastuty dan Triatiarini. ”Analisa Hubungan Mekanisme Corporate

Governance dan Indikasi Manajemen Laba”. Simposium Nasional

Akuntansi VI. IAI. 2005

Istijanto. “Aplikasi Praktis Riset Pemasaran”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama. 2009

Jao, Robert, Corporate governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap

Manajemen Laba Perusahaan manufaktur Indonesia, Jurnal Akuntansi &

Auditing, Volume 8/No. 1/November 2011.

Kurniasih, Tommy dan Sari, Maria M. Ratna. Pengaruh Return On Asset,

Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi

Rugi Fiskal Pada Tax Avoidance, Buletin Studi Ekonomi, Volume 18, No.1,

Februari 2013.

Manurung, Mandala, Prathama Rahardja. “Uang, Perbankan, dan Ekonomi

Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia)”. Jakarta: Penerbit FE UI. 2004

Martono. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Yogyakarta: Ekonosia Kampus

FE UII. 2010

Martina, Venti Yustianti. “Peran Corporate Governance dalam Meminimalkan

Praktik Manajemen Laba”. Jurnal Manajemen Indonesia, Vol. 9, No. 3.

2009

Midiastuty, P.P. dan Machfoedz, M. “Analis hubungan mekanisme Corporate

Governance dan indikasi Manajemen Laba”. Simposium Nasional

Akuntansi VI, Surabaya. 2003

Moh’d M.A., et. al. “The Impact of Ownership Structure on Corporation Debt

Policy: A Time-Series Cross-Sectional Analysis”. The Financial Riview, 33,

pp. 85-98. 1998

Nugroho, Agung. ”Strategi Jitu Memilih Metode Statistic Penelitian dengan

SPSS”. Yogyakarta: Andi. 2005

Putri, Destika Maharani. “Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap

Manajemen Laba”. Skripsi S1, Tidak Dipublikasikan. Universitas

Diponegoro Semarang. 2011

Santoso, Singgih. “Mastering SPSS Versi 17”. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo. 2009

Saptatinah, Dewi, Puji Astuti. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Motivasi Manajemen Laba di Seputar Right Issue”. Skripsi Universitas

Muhammadiyah, Malang. 2005

Page 103: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

86

Setyani, Rina. “Detterent Effect Penyidikan Pajak Asian Agri Group terhadap

Peningkatan Kepatuan Wajib Pajak Sektor Industry dan Perkebunan

Kelapa Sawit”. Tesis Program Master Ilmu Administrasi Universitas

Indonesia. 2008

Siamat, Dahla. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Jakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. 2004

Siallagan, Hamongan dan Machfoeds, Mas’ud. “Mekanisme Corporate

Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional

Akuntansi IX, Padang. 2006

Siswantaya, I Gede. “Mekanisme Corporate Governance dan Manajemen Laba

Studi Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek

Jakarta”. Tesis Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang. 2007

Susilo, Y. Sri, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso. “Bank & Lembaga

Keuangan Lain”. Jakarta: Salemba Empat. 2006

Suandy, Erly. “Perencanaan Pajak”. Jakarta: Salemba Empat. 2008

Sumarsan, Thomas. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Indeks. 2010

Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan. “Penerapan Good Corporate Governance:

Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha”.

LKPMK Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 2008

Ujiyantho, Arif Muh. Dan B.A. Pramuka. “Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi

X, Makasar. 2007

Waluyo, “Perpajakan Indonesia”. Edisi 9. Jakarta: Sa;emba empat. 2010

Zain, Mohammad. “Manajemen Perpajakan”. Jakarta: Salemba Empat. 2003

Internet:

www.fiskal.depkeu.go.id

www.idx.co.id

Page 104: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

87

Lampiran 1: Data Kepemilikan Institusional Periode Penelitian 2009-2013

No. Kode Emiten 2009 2010 2011 2012 2013

1 BBNI 77% 77% 77% 72% 72%

2 MAYA 58% 85% 82% 82% 80%

3 BMRI 80% 90% 90% 88% 88%

4 MEGA 85% 94% 94% 89% 90%

5 BBRI 76% 76% 76% 77% 78%

6 PNBN 98% 98% 98% 89% 87%

7 BBTN 46% 46% 46% 54% 55%

8 BNII 80% 80% 80% 78% 78%

9 AGRO 61% 54% 53% 55% 56%

10 BBNP 51% 51% 51% 55% 56%

11 INPC 58% 58% 58% 65% 62%

12 BNLI 86% 86% 86% 77% 75%

13 BBCA 76% 76% 76% 74% 74%

14 BSIM 85% 85% 85% 77% 75%

15 BNGA 82% 76% 76% 81% 81%

16 BTPN 77% 65% 70% 71% 71%

17 BDMN 64% 80% 80% 78% 78%

18 MCOR 87% 90% 90% 88% 88%

19 SDRA 89% 70% 75% 75% 75%

20 BBKP 73% 67% 67% 72% 77%

Page 105: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

88

Lampiran 2: Data Dewan Komisaris Independen Periode Penelitian 2009-2013

No. Kode Emiten 2009 2010 2011 2012 2013

1 BBNI 33% 33% 33% 34% 34%

2 MAYA 20% 67% 40% 43% 45%

3 BMRI 33% 33% 33% 40% 44%

4 MEGA 33% 33% 33% 33% 43%

5 BBRI 75% 75% 25% 40% 30%

6 PNBN 67% 60% 20% 47% 40%

7 BBTN 33% 33% 33% 53% 33%

8 BNII 33% 33% 33% 55% 40%

9 AGRO 67% 33% 33% 56% 47%

10 BBNP 40% 33% 33% 53% 53%

11 INPC 33% 33% 33% 43% 75%

12 BNLI 40% 40% 40% 54% 67%

13 BBCA 43% 33% 33% 44% 33%

14 BSIM 25% 20% 20% 44% 33%

15 BNGA 20% 33% 33% 42% 67%

16 BTPN 33% 33% 33% 43% 33%

17 BDMN 33% 43% 44% 45% 75%

18 MCOR 54% 43% 60% 65% 60%

19 SDRA 66% 32% 45% 55% 33%

20 BBKP 70% 65% 55% 53% 33%

Page 106: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

89

Lampiran 3: Data Kepemilikan Manajerial Periode Penelitian 2009-2013

No. Kode Emiten 2009 2010 2011 2012 2013

1 BBNI 23% 23% 23% 20% 20%

2 MAYA 42% 15% 18% 24% 24%

3 BMRI 20% 10% 10% 19% 19%

4 MEGA 15% 6% 6% 10% 10%

5 BBRI 24% 24% 24% 20% 20%

6 PNBN 2% 2% 2% 5% 10%

7 BBTN 54% 54% 54% 40% 40%

8 BNII 20% 20% 20% 15% 15%

9 AGRO 39% 46% 47% 40% 40%

10 BBNP 49% 49% 49% 35% 35%

11 INPC 42% 42% 42% 37% 37%

12 BNLI 14% 14% 14% 20% 20%

13 BBCA 24% 24% 24% 20% 20%

14 BSIM 15% 15% 15% 17% 17%

15 BNGA 12% 12% 12% 15% 15%

16 BTPN 30% 30% 30% 32% 33%

17 BDMN 22% 30% 30% 33% 35%

18 MCOR 14% 15% 15% 16% 20%

19 SDRA 35% 35% 35% 34% 30%

20 BBKP 25% 25% 25% 30% 30%

Page 107: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

90

Lampiran 4: Data Komite Audit Periode Penelitian 2009-2013

No. Kode Emiten 2009 2010 2011 2012 2013

1 BBNI 0,5 0,67 0,67 0,5 0,67

2 MAYA 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

3 BMRI 0,5 0,67 0,67 0,5 0,67

4 MEGA 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

5 BBRI 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

6 PNBN 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

7 BBTN 0,67 0,67 0,67 0,33 0,67

8 BNII 0,67 0,67 0,67 0,67 0,4

9 AGRO 0,33 0,67 0,67 0,67 0,67

10 BBNP 0,67 0,4 0,4 0,67 0,67

11 INPC 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

12 BNLI 0,67 0,67 0,67 0,5 0,5

13 BBCA 0,33 0,33 0,33 0,67 0,67

14 BSIM 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

15 BNGA 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

16 BTPN 0,67 0,67 0,5 0,67 0,67

17 BDMN 0,67 0,67 0,67 0,5 0,67

18 MCOR 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

19 SDRA 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

20 BBKP 0,67 0,67 0,67 0,67 0,67

Page 108: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

91

Lampiran 5: Data Tax Avoidance Periode Penelitian 2009-2013

No. Kode 2009 2010 2011 2012 2013

1 BBNI 4,30% 3,19% 3,20% 3,45% 2,57%

2 MAYA 4,53% 3,26% 3,28% 3,31% 2,67%

3 BMRI 4,97% 3,07% 3,14% 3,21% 2,63%

4 MEGA 5,03% 3,14% 3,21% 3,08% 2,71%

5 BBRI 5,13% 3,36% 3,52% 3,46% 3,02%

6 PNBN 4,66% 3,01% 3,30% 3,21% 3,06%

7 BBTN 4,81% 3,01% 3,37% 3,33% 3,13%

8 BNII 4,80% 3,09% 3,39% 3,34% 3,08%

9 AGRO 4,36% 2,97% 3,18% 3,20% 3,72%

10 BBNP 4,49% 3,16% 3,21% 3,18% 3,67%

11 INPC 4,28% 3,71% 2,99% 3,01% 3,60%

12 BNLI 3,46% 2,80% 2,55% 2,81% 3,60%

13 BBCA 2,89% 2,90% 3,32% 3,76% 3,71%

14 BSIM 2,92% 2,77% 3,67% 4,23% 3,74%

15 BNGA 2,74% 3,05% 3,82% 3,67% 3,82%

16 BTPN 2,63% 2,95% 3,76% 3,59% 3,80%

17 BDMN 2,60% 2,87% 3,59% 3,58% 4,49%

18 MCOR 2,68% 2,96% 3,80% 3,67% 4,28%

19 SDRA 2,64% 3,03% 3,56% 3,64% 3,46%

20 BBKP 2,64% 3,65% 3,56% 3,64% 4,23%

Page 109: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

92

Lampiran 6: Regresi Lienar Berganda

Variables Entered/Removed

b

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 Komite Audit, Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional

a

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Tax Avoidance

Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .609a .535 .371 6.06994 1.402

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional

b. Dependent Variable: Tax Avoidance

ANOVA

b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.551 4 15.638 6.258 .000a

Residual 47.409 95 2.499

Total 49.960 99

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional

b. Dependent Variable: Tax Avoidance

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 3.809 1.318 .614 .541

Kepemilikan Institusional .590 1.291 .284 1.231 .221 .034 .125 .123 .188 5.331

Dewan Komisaris Independen .669 .519 .130 1.288 .201 .147 .131 .129 .979 1.022

Kepemilikan Manajerial .117 1.307 .371 1.619 .109 .109 .164 .162 .190 5.268

Komite Audit .272 .765 .036 5.356 .023 .029 .036 .036 .971 1.029

a. Dependent Variable: Tax Avoidance

Page 110: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

93

Page 111: TAX AVOIDANCE - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30778/1/MUHAMM… · pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa

94

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tax Avoidance

N 100

Normal Parametersa Mean 2.9800

Std. Deviation .71038

Most Extreme Differences Absolute .329

Positive .329

Negative -.291

Kolmogorov-Smirnov Z 3.288

Asymp. Sig. (2-tailed) .236

a. Test distribution is Normal.