Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP...

33
Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP MANAJEMEN PAKAN Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui prinsip dan tatalaksana pemberian pakan pada ternak potong baik ruminansia besar (sapi, kerbau), ruminansia kecil (kambing, domba) maupun non ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan ternak. Tujuan Instruksional Khusus : Mengetahui kebutuhan nutrien pada berbagai komoditi ternak potong. Mengetahui penyusunan ransum pada ternak potong. Mengetahui teknik pemberian pakan pada ternak potong. Mengetahui tatalaksana pakan penggemukan di kandang. Mengetahui tatalaksana penggemukan di padang rumput. Uraian Materi : Pakan merupakan kebutuhan mutlak yang harus selalu diperhatikan dalam pemeliharaan ternak. Usaha ternak potong akan efisien dan ekonomis apabila kebutuhan pakan terpenuhi dalam kualitas maupun kuantitas. Pemberian pakan harus rasional (sesuai kebutuhan ternak) dan sesuai dengan tujuan dari pemeliharaan ternak potong. Pakan yang dikonsumsi ternak akan digunakan oleh tubuh ternak baik untuk pokok hidup (maintenance) maupun untuk berproduksi.

Transcript of Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP...

Page 1: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

Tatap muka ke : 7 – 8

POKOK BAHASAN IV

IV. PRINSIP MANAJEMEN PAKAN

Tujuan Instruksional Umum :

Mengetahui prinsip dan tatalaksana pemberian pakan pada ternak potong baik

ruminansia besar (sapi, kerbau), ruminansia kecil (kambing, domba) maupun non

ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan ternak.

Tujuan Instruksional Khusus :

Mengetahui kebutuhan nutrien pada berbagai komoditi ternak potong.

Mengetahui penyusunan ransum pada ternak potong.

Mengetahui teknik pemberian pakan pada ternak potong.

Mengetahui tatalaksana pakan penggemukan di kandang.

Mengetahui tatalaksana penggemukan di padang rumput.

Uraian Materi :

Pakan merupakan kebutuhan mutlak yang harus selalu diperhatikan dalam

pemeliharaan ternak. Usaha ternak potong akan efisien dan ekonomis apabila

kebutuhan pakan terpenuhi dalam kualitas maupun kuantitas. Pemberian pakan harus

rasional (sesuai kebutuhan ternak) dan sesuai dengan tujuan dari pemeliharaan ternak

potong. Pakan yang dikonsumsi ternak akan digunakan oleh tubuh ternak baik untuk

pokok hidup (maintenance) maupun untuk berproduksi.

Page 2: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

122

-Kualitas/kuantitas memenuhi syarat (protein,kalori,vitamin,mineral) -Sesuai kebutuhan (BB,kondisi,spesies)

Kebutuhan Nutrien dan Penyusunan Ransum

Jumlah pakan dan keadaan ransom yang akan diberikan pada ternak potong

berbeda sesuai dengan tingkat kelas dan keadaan fisiologisnya. Oleh karena itu untuk

mengetahui kebutuhan nutrisi ternak, harus mengacu pada feeding standard, dalam hal

ini biasanya menggunakan table identifikasi kebutuhan nutrisi ternak berdasarkan fungsi

produksi. Karena di Indonesia saat ini beluim ada pegangan yang telah distandarisasi

dengan pasti dan tepat, maka saat ini masih menggunakan standard dari luar, yaitu

table NRC (National Research Council).

Dalam menyusun ransum, harus diusahakan agar kandungan nutrient sesuai

dengan kebutuhan ternak yang dipelihara, baik untuk kebutuhan pokok, pertumbuhan,

produksi dan reproduksi. Karena tidak ada satu jenis bahan pakan pun yang kandungan

nutrientnya sesuai dengan kebutuhan ternak, maka dalam penyusunan ransum perlu

dikombinasi dengan beberapa jenis bahan pakan lain agar dapat disusun menjadi

ransum yang seimbang.

PAKAN

Breeding Fattening

Ternak kerja

Performens reproduksi

Performens produksi

Performens kerja

Produktivitas anak - gain

Perkembangan populasi

Efisiensi pakan

FCR

Karkas / meat

Efisiensi pakan

Feed cost/gain

Output daya

Efisiensi kerja

Page 3: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

123

Agar mendapatkan susunan ransum yang seimbang, perlu dipahami beberapa

petunjuk di bawah ini :

Penyusunan ransum : berdasarkan pedoman umur / berat badan ternak dan

berdasarkan kebutuhan nutrien (protein dan energi) untuk pokok hidup dan

produksi per hari.

Konsentrat umumnya digunakan sebagai sumber energi, jumlah energi dalam

ransum tidak boleh kurang dari 3% atau lebih dari 5% dari kebutuhan ternak.

Suplemen protein hanya digunakan untuk meningkatkan kandungan protein

ransum. Pemberian protein tidak boleh lebih dari 5% kebutuhan ternak.

Konsentrat kadang-kadang hanya diperlukan ternak pada sepertiga akhir

kebuntingan, pada ternak kerja atau untuk memproduksi susu atau lemak.

Sapi potong memerlukan pakan berdasarkan bahan kering sebanyak 2% dari

bobot tubuh, sapi yang digemukkan mengkonsumsi pakan 2-3% dari BB, tetapi

bila hanya diberi pakan hijauan saja membutuhkan 5 – 7% BB, terutama bila

hijauan berkualitas rendah.

Ternak babi membutuhkan lebih banyak konsentrat dalam ransum dengan

kandungan protein yang berkualitas tinggi.

Ransum sebaiknya ditambah vitamin A apabila proporsi hijauannya rendah.

Dalam menyusun ransum sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut :

Menentukan bahan-bahan yang akan disusun dan sebaiknya sudah diketahui

kandungan nutrientnya (sudah dianalisis proksimat). Dasar penyusunan

ransumnya dapat berdasarkan kebutuhan energi, protein, TDN maupun lainnya.

Usahakan bahan pakan terdiri dari sumber nabati dan hewani agar saling

menutupi kekurangan zat makanan yang dibutuhkan.

Menentukan kelas, umur, tingkat produksi dan kondisi fisiologis ternak yang

bersangkutan sehingga diketahui kebutuhannya baik untuk pokok hidup,

pertumbuhan dan produksinya serta pertambahan bobot badan yang diharapkan.

Page 4: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

124

Mengetahui margin of safety atau batas pemberian suatu bahan pakan yang

tidak membahayakan bagi ternak yang mengkonsumsinya. Contohnya

pemberian leguminosa tidak boleh melebihi 50% total ransum karena akan

menyebabkan terjadinya rontok bulu.

Pemberian Pakan

Prinsip pemberian pakan :

o Jumlah dan kualitas pakan disesuaikan dengan kebutuhan.

o Manajemen reproduksi / pengaturan perkawinan disesuaikan dengan

kontinyuitas pakan.

o Pengaturan efisiensi pakan dengan memperhatikan breeding load.

Pakan yang diberikan sebaiknya masih segar, pemberian minimal 2 kali sehari.

Usahakan pakan yang diberikan sudah dapat dihabiskan ternak sebelum

dilakukan pemberian pakan berikutnya.

Terdapat beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam memberikan pakan

untuk ternak potong, khususnya pada ternak sapi, sebagai berikut :

Kondisi. Ternak yang baru masuk kandang penggemukan biasanya masih sulit

makan, karena belum beradaptasi. Sapi yang kurus biasanya lebih cepat

mengkonsumsi pakan dibandingkan dengan sapi yang kondisinya lebih baik.

Umur. Pedet dan yearling cenderung mengkonsumsi pakan sesuai dengan

kebutuhan berdasarkan BB, tetapi sapi yang sudah tua akan mengkonsumsi

pakan lebih banyak dari kebutuhan berdasarkan BB tetapi menghasilkan

pertambahan BB yang lebih rendah dibandingkan dengan sapi yang masih muda.

Bangsa. Pada sapi potong, perbedaan bangsa tidak memberikan pengaruh besar

terhadap perbedaan konsumsi pakan, tetapi bangsa yang mempunyai bobot

badan tinggi, akan mengkonsumsi pakan lebih banyak.

Jenis kelamin. Sapi jantan kastrasi (steer) mengkonsumsi 5 – 10% pakan lebih

banyak daripada sapi dara (heifer) pada bobot badan yang sama.

Page 5: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

125

Tipe ransum. Pengambilan pakan oleh ternak dipengaruhi oleh kandungan air,

kandungan serat kasar dan tingkat energi pakan. Bila kandungan energi dan

serat kasar relatif konstan, sapi biasanya akan mengkonsumsi lebih banyak

pakan yang kadar airnya tinggi. Kadar serat kasar yang tinggi akan membatasi

pengambilan pakan, karena serat kasar membutuhkan waktu yang lebih lama

untuk dicerna.

Kondisi lingkungan. Saat kondisi lingkungan ekstrim, menjadi panas atau dingin

maka konsumsi pakan biasanya akan menurun. Namun demikian, pada daerah

yang bersuhu dingin, ternak sapi akan lebih banyak makan untuk menghasilkan

lebih banyak energi panas.

Manajemen pakan pada sapi

1. Manjemen pakan induk

Manajemen pakan pada sapi induk ditujukan untuk menunjang agar fertilitasnya

tinggi, menghasilkan susu yang dapat mencukupi kebutuhan pedet agar pedet dapat

tumbuh dengan baik. Kebutuhan pakan induk tergantung pada kondisi fisiologisnya,

apakah induk tersebut sedang bunting, laktasi atau dalam keadaan kering.

Pada fase antara melahirkan sampai akhir masa perkawinan, energi pakan untuk

induk harus ditingkatkan sekitar 50%, sedangkan kebutuhan proteinnya meningkat

hampir dua kali lipat dibandingkan dengan beberapa saat sebelum melahirkan.

Saat paling kritis yang harus diperhatikan dalam pemberian pakan induk (cow)

adalah selama masa beranak, yaitu pada 60 hari sebelum melahirkan sampai 90 hari

setelah melahirkan, karena dampaknya dapat mengakibatkan terjadinya abnormalitas,

bobot lahir rendah, bobot sapih rendah dan kegagalan berahi kembali atau kegagalan

konseptus.

Rendahnya nutrisi pada induk sebelum dan sesudah melahirkan akan

menyebabkan bobot sapih pedet menurun 5 – 10%. Dalam kondisi kekurangan pakan,

induk akan lebih mempertahankan kondisi pedetnya daripada penurunan bobot

tubuhnya sendiri.

Page 6: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

126

Pakan untuk induk bunting :

Kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan akan mempengaruhi pertumbuhan

embrio / foetus, litter size, berat lahir.

Selama trimester pertama, induk bunting memerlukan pakan yang cukup untuk

hidup pokoknya. Dalam hal ini dapat diberikan pakan yang berkualitas rendah,

tetapi memenuhi kebutuhan energinya.

Trimester akhir kebuntingan, duapertiga pertumbuhan janin terjadi pada masa ini,

oleh karena itu pada 90 – 120 hari terakhir kebuntingan, kebutuhan pakan harus

mencapai ADG antara 0,2 – 0,5 kg/hari. Jangan sampai terjadi overfeed

(kelebihan pakan) karena akan menyebabkan induk kegemukan, hal ini akan

mempersulit proses melahirkan.

Program pemberian pakan untuk induk bunting

Pertumbuhan foetus dlm kandungan

A B

Masa bunting Post natal

Keterangan :

A = 2/3 awal kebuntingan

o pakan yang diberikan digunakan untuk pokok hidup dan metabolisme

induk.

o Pertumbuhan janin masih lambat.

B = 1/3 akhir kebuntingan

o Pertumbuhan janin cepat

o pakan induk ditingkatkan karena pakan digunakan selain untuk pokok

hidup dan metabolisme induk juga untuk pertumbuhan foetus.

Pada akhir kebuntingan, sebaiknya pemberian pakan dikurangi agar ternak

mudah dalam melahirkan anak.

Page 7: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

127

Pakan untuk induk laktasi :

Harus memperhatikan kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan, karena akan

berpengaruh terhadap produksi susu induk yang pada akhirnya akan

mempengaruhi gain anak, penyakit dan mortalitas anak.

Pakan yang diberikan juga harus memenuhi kebutuhan induk untuk pemulihan

organ reproduksi (involusi uteri) dan pertambahan bobot badan sampai induk

siap kawin lagi.

2. Manajemen pakan betina pengganti (replacement)

Sapi dara pengganti umur 14 – 15 bulan perlu ADG sebesar 0,5 – 0,7 kg/hari,

sedangkan betina yang telah kawin perlu ADG sebesar 0,5 kg/hari pada 120 hari

pertama kebuntingannya karena nutrisi sangat diperlukan untuk menunjang

pertumbuhannya sendiri dan pertumbuhan janin.

3. Manajemen pakan pejantan

Secara khusus, pejantan diberi pakan yang berkualitas tinggi sekurang-

kurangnya dua bulan terakhir sebelum masa kawin sehingga kualitas semen sudah baik

beberapa minggu sebelum terjadi perkawinan.

Pejantan yearling perlu pertambahan bobot badan sebesar 0,7 kg/hari dan pada

saat itu siap mengawini 10 – 15 ekor betina. Pada umur lebih dari 2 tahun, perlu

pertambahan bobot badan 0,75 kg/hari.

4. Manajemen pakan bakalan

Kebutuhan protein dan energi dari pedet untuk calon bakalan harus ditingkatkan

sejak umur 3 bulan sampai sapih, sebab produksi susu induk mencapai puncak pada 2

bulan setelah lahir. Bila diberikan susu induk saja, maka kebutuhan nutrisi akan kurang,

hanya mampu mencukupu separo kebutuhan saja. Dengan demikian, walaupun belum

disapih, pedet yang akan digunakan sebagai bakalan harus diberi pakan (minimal dalam

bentuk hijauan) sebanyak setengahnya dari seluruh kebutuhan. Dalam keadaan ini

pemberian creep feeding menjadi sangat penting terutama apabila rumput kurang.

Page 8: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

128

Manajemen pakan pada domba

a. Manajemen pakan induk

Kebaikan domba induk adalah lebih efisien dalam mengkonsumsi hijauan

padangan dalam jumlah yang cukup banyak. Terdapat 2 fase kritis pada domba

yaitu pada saat akhir kebuntingan dan saat awal laktasi.

Untuk meningkatkan produktivitas domba dan kambing diperlukan suplemen

pakan.

Pemberian pakan pada domba dan kambing dibedakan menurut status fisiologis

ternak.

Pakan induk bunting

Pakan untuk breeding ewe

Flusing ewes : pemberian pakan ekstra 2 – 3 minggu sebelum masa kawin untuk

meningkatkan jumlah ovum, meningkatkan litter size, meningkatkan lamb / kid

crop 10 – 20 %

Pakan selama musim kawin : dari pakan flusing, efeknya akan berlanjut sampai

musim kawin, sehingga pemberian pakan flushing sampai dengan ternak kawin.

Pakan induk bunting

Dibedakan antara pakan untuk awal & tengah kebuntingan dan pakan untuk akhir

kebuntingan. Pakan yang baik selama kebuntingan merupakan kunci sukses untuk

panen cempe yang sehat dan kuat.

Janin akan tumbuh pesat mencapai 2/3 bobot lahirnya selama 6 minggu terakhir

kebuntingan. Bobot tubuh induk akan bertambah sebesar 9,1 – 13,6 kg selama

kebuntingan atau sebesar 3,6 – 6,8 kg selama 4 – 5 minggu kebuntingannya. Apabila

terjadi kekurangan nutrient selama 6 minggu terakhir kebuntingan, akan menyebabkan

bobot lahir cempe rendah, cempe lahir lemah, mortalitas cempe tinggi, pertumbuhan

cempe lambat dan rendahnya produksi susu induk rendah.

Oleh karena itu selama 4 minggu terakhir kebuntingan, induk domba perlu diberi

pakan sebanyak 0,25 – 0,7 kg/hari dalam bahan kering.

Page 9: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

129

Fungsi pakan pada induk bunting :

Untuk meningkatkan jumlah cempe yang hidup sehat dengan sehat dan kuat.

Memperpanjang umur produktif induk.

Meningkatkan produksi susu induk, sehingga cempe yang dihasilkan lebih sehat.

Meningkatkan produksi wool (untuk domba).

Menurunkan kemungkinan induk kehilangan cempe akibat kelelahan / kelemahan

pada waktu melahirkan.

Pakan pada periode akhir kebuntingan :

Merupakan periode kritis pakan

Satu bulan terakhir pada akhir masa kebuntingan, foetus tumbuh cepat sehingga

membutuhkan pakan yang lebih banyak baik dari kuantitas maupun kualitas.

Kehilangan cukup energi pakan dapat menimbulkan ketosis pada induk.

Pakan induk laktasi

Pakan untuk induk laktasi perlu mengandung energi, protein, kalsium, fosfor dan

vitamin untuk dapat memproduksi susu sebanyak 1 – 2 kg/hari guna menunjang

pertumbuhan cempenya. Banyaknya kebutuhan pakan induk laktasi tergantung pada

banyaknya cempe yang dilahirkan.

Pakan untuk pejantan (ram)

Dalam kondisi normal pejantan membutuhkan pakan tambahan selama musim

kawin.

Pejantan-pejantan yang gemuk (over fat) sebelum digunakan untuk perkawinan,

perlu dikurangi lemaknya (dikuruskan) lebih dahulu dengan cara kombinasi

antara penurunan / pengurangan pakan dan exercise.

Manajemen pakan cempe

Selain susu kolostrum dari induk, cempe harus diberikan creep feeding di

kandang agar cempe dapat tumbuh lebih cepat, lebih efisien dalam menggunakan

Page 10: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

130

pakan pada umur tersebut, lebih cepat mencapai bobot pasar pada umur muda

sehingga lebih cepat terjual dengan harga tinggi.

Kandungan protein pada pakan creep sebaiknya berkisar antara 15 – 16%,

dengan ditingkatkan menjadi 18% dapat dilakukan penyapihan dini. Kandungan protein

pakan tergantung pada bobot badan cempe, untuk cempe dengan BB 13,5 kg,

kandungan protein pakan 18 – 20%, BB 13,5 – 32 kg kandungan protein pakan 14 –

16%, sedangkan BB lebih dari 32 kg cukup 12 – 14% saja.

Pakan untuk cempe yang masih menyusu tergantung pada pakan dan produksi

susu induk. Pakan untuk cempe pada penyapihan awal atau orphan (cempe yatim /

piatu) :

Cempe diberi pakan creep feeding, berupa biji-bijian halus / digiling, hijauan yang

diberikan berkualitas baik. Kalau hijauan yang diberikan berkualitas rendah,

cempe diberi suplemen dengan protein dan vitamin.

Pakan dari sapih sampai dengan dijual :

Bervariasi, tergantung pada kondisi ekonomi dan klimat serta pakan yang

tersedia.

Teknik pemberian pakan :

Pemberian konsentrat dan hijauan sebaiknya diatur waktunya agar memberikan

tingkat kecernaan ransum yang lebih tinggi.

Kontinyuitas pakan tersedia.

Murah dan mudah didapat.

Memperhitungkan rasio energi dan protein, mineral dan vitamin (pakan rasional).

Pemberian sesuai kebutuhan dan efisien.

Jumlah pemberian pakan optimum, tetapi konversi pakan rendah.

Pakan yang diberikan tidak beracun.

Teknik pemberian pakan efisien (gambar 1).

Page 11: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

131

TEKNIK PEMBERIAN PAKAN

Pemberian konsentrat Waktu Pemberian konsentrat dua kali sehari pemberian tiga kali sehari

08.00

09.00

10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

pemb 16.00

17.00

18.00

19.00

Gambar 1. Teknik pemberian ransum pada penggemukan sapi.

METODE PRAKTIS PEMBERIAN PAKAN SAPI POTONG

Pola pemberian pakan adalah sebagai berikut:

a. Pada waktu pagi di beri pakan hijauan.

b. Pada jam 12.00 siang hari diberi pakan kosentrat, setelah konsentrat habis

kemudian diberi pakan hijauan.

c. Pada jam 16.00 sore diberi pakan kosentrat dan kemudian hijauan sampai jam

21.00.

d. Setelah jam 21.00 malan, lalu lampu di matikan dan sapi diharapkan tidur.

Kenapa pagi diberi hijuan, ini untuk merangsang bergeraknya rumen dalam alat

pencernaan sapi, dimana ada 4 tahapan proses pencernaaan sapi.

Untuk melihat hasil pencernaan sapi sudah maksimal bisa dilihat dengan cara: ambil

kotoran sapi kemudian masukan dalam gelas berisi air panas suhu 70 derajat celcius

kemudian aduk dan setelah itu letakkan dalam kertas putih. Hasil pencernaan bisa

Pemberian konsentrat I

Pemberian konsentrat I

Pemberian hijauan

Pemberian konsentrat II Pemberian hijauan 2-3 kali

Pemberian konsentrat II

Pemberian hijauan 2-3 kali

Pemberian hijauan

Pemberian konsentrat III

Pemberian hijauan 2-3 kali

Page 12: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

132

dilihat seberapa besar pakan yang sudah terurai dan mana yang tidak terurai. Semakin

banyak yang terurai semakin baik.

Komposisi Bahan Makanan Sapi Potong

Bahan Makanan Bahan

Kering

Komposisi Bahan Kering

Abu Protein Lemak Serat

Kasar BETN

Rumput alam lahan

kering 24,4 14,5 8,20 1,44 31,7 44,7

Rumput alam lahan

berair 19,7 12,5 10,2 2,77 35,4 39,1

Legum Calopogonium

muconoides 29,4 8,81 15,8 3,24 33,7 38,4

Legum Centrosema

pubescens 24,1 9,43 16,8 4,04 33,2 36,5

Dedak padi halus 87,7 13,6 13,0 8,64 13,9 50,9

Dedak padi kasar 89,2 16,9 8,36 3,97 28,9 41,9

Bekatul 88,0 9,98 12,8 8,10 7,13 62,0

Bungkil kelapa 88,6 8,24 21,3 10,9 14,2 45,0

Tetes 82,4 11,6 3,94 0,30 0,40 84,4

Ubi jalar 32,0 2,65 3,20 1,40 3,45 89,9

Jagung 86,8 2,15 10,8 4,28 2,55 80,2

Sumber: Sugeng (2001)

Hijauan rumput diberikan dalam bentuk potongan-potongan kecil. Konsentrat

yang dibuat terdiri dari campuran beberapa bahan makanan yang diformulasikan sesuai

dengan kebutuhan ternak akan nutrisinya. Perbandingan pemberian bahan kering

antara hijauan dan konsentrat yang baik adalah 50% : 50%.

Sebelum diberikan, tempat pakan dibersihkan dari sisa-sisa pakan yang tidak

termakan pada hari sebelumnya atau sudah berjamur. Apabila masih layak dimakan,

pakan tersebut tidak dibuang tetapi diberikan kembali pada sapi. Terutama sisa

konsentrat, dicampurkan kembali dengan konsentrat yang baru. Pemberian pakan dua

kali sehari. Pakan hijauan diberikan terlebih dahulu pada pagi hari sekitar pukul 07.30-

09.00 dan pakan konsentrat diberikan pada siang hari sekitar pukul 11.00-13.00.

Page 13: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

133

Menyusun Ransum untuk Domba

1.1. Latar Belakang

Pakan ternak merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam suatu usaha

peternakan. Oleh karena itu pengetahuan tentang pakan dan pemberiannya perlu

mendapat perhatian yang serius. Ransum yang diberikan kepada ternak harus

diformulasikan dengan baik dan semua bahan pakan yang dipergunakan dalam

menyusun ransum harus mendukung produksi yang optimal dan efisien sehingga usaha

yang dilakukan dapat menjadi lebih ekonomis.

Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian pakan ternak adalah kebutuhan

nutrisi ternak, komposisi nutrisi bahan pakan penyusun ransum dan bagaimana

beberapa bahan dapat dikombinasikan (penyusunan ransum standart) untuk mencukupi

kebutuhan ternak.

1.2. Bahan Pakan Ternak Kambing/domba

1. Pakan Dasar, terdiri dari hijauan baik berupa rumput-rumputan dan daun-daunan

maupun limbah pertanian.

Ciri-ciri hijauan pakan ternak berupa rumput-rumputan:

- Serat kasar tinggi

- Mutu rendah

- Kandungan protein lebih rendah dari hijauan

Beberapa rumput unggul yang perlu dibudidayakan untuk penyediaan hiajauan yang

berkelanjutan antara lain:

a. Rumput Gajah

b. Rumput Brachiaria

c. Jerami padi

d. Jerami kacang tanah

2. Pakan ternak tambahan, yaitu pakan yang terdiri dari serealia, kacang-kacangan,

tepung ikan, bungkil kelapa, bungkil kedelai, mineral dan vitamin.

a. Dedak

b. Bungkil kedelai

c. Tepung ikan

Page 14: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

134

1.3. Kebutuhan Nutrisi Kambing/Domba

Domba/kambing termasuk dalam golongan ternak ruminansia yang dicirikan

dengan berlambung ganda dan adanya aktifitas mikroorganisme dengan intensitas

yang tinggi pada lambungnya. Hal ini akan mempengaruhi bahan pakan yang

dibutuhkan dan kebutuhan akan zat nutrisinya. Dengan adanya aktifitas

mikroorganisme maka domba/kambing tidak memerlukan protein yang tinggi dan

bahkan bisa memanfaatkan urea sebagai sumber protein.

Nutrisi atau zat makanan adalah senyawa kimia yang terdapat dalam makanan

yang dapat dicerna menjadi senyawa lain yang digunakan untuk berfungsinya organ

fisiologis dalam rangkaian proses perkembangan, pertumbuhan dan produksi ternak.

Zat gizi yang penting adalah:

1. 1. Air

Air merupakan unsure terpenting dan mutlak dibutuhkan oleh makhuluk hidup.

Lebih dari 50% berat badan ternak adalah air. Unsur air mengisi sel-sel tubuh dengan

konsentrasi 7 – 90%. Hasil penelitian menunjukkan ternak lebih tahan tanpa makan dari

pada tanpa air. Fungsi air dalam tubuh:

a. Sebagai pelarut dan media bagi reaksi kimia dalam tubuh

b. Sebagai media transportasi masuknya zat-zat ke dan dari sel tubuh

c. Sebagai pengatur temperatur tubuh

1. 2. Protein

Merupakan unsur yang penting dan dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar

terutama dalam masa pertumbuhan, bunting dan menyusui. Penyusun protein adalah

asam amino, sehingga protein dicirikan dengan kandungan gugus aminanya (-NH2),

walaupun banyak macamnya ada yang mengandung S.

Fungsi protein:

a. Pembentukan dan mengganti sel-sel yang rusak

b. Penting dalam proses pertumbuhan

c. Berperan dalam percepatan reaksi metabolisme dalam tubuh (enzim)

d. Komponen yang penting dalam otot, kulit, rambut/bulu, hormone, immunoglobulin

Page 15: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

135

1. 3. Lemak

Berfungsi sebagai penghasil asam-asam lemak dan energi, setelah dicerna menjadi

asam lemak dan gliserol. Pencernaan dan penyerapan lemak pada saluran pencernaan

ternak ruminansia terjadi pada usus halus dengan bantuan enzim-enzim dari pangkreas

dan empedu.

1. 4. Mineral

Bahan yang berupa abu setelah suatu bahan dipanaskan dalam temperatur 500

◦C selama 3 jam. Unsure ini dibedakan atas mineral makro dan mineral mikro.

Termasuk dalam mineral makro yaitu unsure Ca, Cl, Mg, P, K, Na dan S. Sedangkan

unsur yang termasuk dalam mineral mikro yaitu Co, Cu, Fe, I, Mn, Mo, Se, dan Zn.

Mineral dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit tetapi sangat esensial karena tubuh tidak

mampu mensintesanya sendiri.

1. 5. Karbohidrat

Unsur nutrisi yang sebagian besar (50-80%) merupakan bagian dari bahan kering

bahan pakan. Strukturnya terdiri dari amilum, selulose, hemiselulose dan lignin.

Peranannya sebagian besar sebagai seumber energi

1. 6. Vitamin

Kebutuhan nutrisi ternak setiap harinya dipengaruhi oleh jenis ternak, umur,

bobot badan, kondisi tubuh (sakit/tidak), serta lingkungan (suhu dan kelembaban) dan

status fisiologis (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui dll). Jadi setiap ternak yang

berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda.

Standar untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak dapat digunakan rekomendasi yang

dikeluarkan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research Council/NRC).

Kebutuhan nutrisi untuk domba menurut NRC seperti tertera dalam Lampiran 1 dan 2.

1.4. Menyusun Ransum untuk Domba/Kambing

Langkah pertama menyusun ransum untuk ternak ruminansia adalah

menentukan kebutuhan nutrisinya. Selanjutnya dilakukan formulasi melalui suatu

metode sehingga kebutuhan nutrisi tersebut dapat dipenuhi oleh sejumlah bahan pakan

yang tersedia.

Page 16: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

136

Langkah-langkah dalam penyusunan ransum adalah:

1. Menentukan kebutuhan nutrisi ternak. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

- species ternak

- Berat badan

- Status fisiologis (pertumbuhan, bunting, laktasi dll)

2. Menentukan bahan makanan yang akan digunakan. Hal-hal yang perlu

diperhatikan:

- Jenis bahan pakan yang tersedia

- Kandungan nutrisinya

- Harga bahan pakan

3. Memformulasikan berbagai bahan untuk memenuhi kebutuhan ternak dengan

teknik perhitungan tertentu.

4. Melakukan receck terhadap hasil perhitungan disesuaikan dengan kebutuhan

ternak dihubungkan dengan status fisiologisnya.

5. Menyiapkan ransum yang telah tersusun sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

Contoh perhitungan:

1. Menyusun ransum untuk domba penggemukan dengan berat badan 30 Kg

dengan PBBH 50 gram per hari. Sedangkan bahan pakan yang tersedia adalah

rumput Benggala dan daun kaliandra.

Cara mengerjakan:

a. Menentukan kebutuhan ternak dengan data sebagai berikut:

- Jenis ternak: domba

- Berat badan: 30 Kg

- Status : penggemukan

- Kebutuhan nutrisi (lihat Tabel 1 dan 2)

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Domba

BB(Kg) BK(gram) Konsumsi TDN(%) Protein(%) Ca(%) P(%)

30 1300 64 11 0.37 0.23

Mencari kandungan nutrisi bahan pakan yang tersedia (lihat Tabel 2)

Page 17: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

137

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan

Bahan pakan BK (%) PK (%) Ca (%) P (%) SK (%)

Rumput Benggala 20 8.7 0.7 0.2 29.9

Daun Kaliandra 39 24 1.6 0.2 -

1. Memformulasikan/menghitung dengan metode Pearson Square

RB 8.7 13 13/15.3 x 100% = 84.96% 11 DK 24 2.3 2.3/15.3 x 100% = 15.03% 15.3

- Jumlah bahan kering (BK) yang tersedia dari :

RB = 84.96% x 1300 = 1104.48 gram

DK = 15.03% x 1300 = 195.39 gram

- Sehingga RB dan DK yang harus disediakan sebagai ransum (dalam bentuk

segar) adalah:

RB = 100/20 x 1104.48 gram = 5522.4 gram atau 5.5 Kg

DK = 100/39 x 195.39 gram = 500.99 gram atau 0.5 Kg

- Kandungan protein ransum :

RB = 8.7/100 x 1104.48 = 96 gram

DK = 24/100 x 195.39 = 46.89 gram 142.89 gram

atau 142.89/1300 x 100% = 10.99 atau 11% - teruskan untuk zat makanan yang lain:

Ca

- RB = 0.7/100 x 1104.48 = 7.73 g

- DK = 1.6/100 x 195.39 = 3.126 g 10.856 g

Atau 10.856/1300 x 100% = 0.835%

P

- RB = 0.2/100 x 1104.48 = 2.209 g

- DK = 0.2/100 x 195.39 = 0.391 g 2.60 g atau 2.6/1300 x 100% = 0.2%

Page 18: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

138

Sehingga kandungan nutrisi ransum yang disusun adalah

Tabel 3. Komposisi Bahan dan Kandungan Nutrisi Ransum yang Telah Disusun

Bahan pakan Jumlah

gram

BK PK Ca P SK

%

Rumput benggala 5522.40 20 8.70 0.7 0.2 29.9

Daun kaliandra 500.99 39 24.00 1.6 0.2 -

Kandungan nutrisi 6023.39 1300 10.99 0.85 0.2 -

Kebutuhan 1300 11 0.37 0.23 -

1. Membandingkan hasil perhitungan dengan kebutuhan domba (berdasarkan Tabel NRC), sudah

sesuai, maka tidak perlu tambahan sumber mineral lain. 2. Menyiapkan bahan pakan sesuai hasil formula yang disusun, pakan diberikan dalam bentuk

segar.

Contoh 2. Menyusun ransum untuk kambing yang sedang bunting 6 minggu dengan

bobot badan 50 Kg. Bahan pakan yang tersedia adalah rumput lapangan, dedak padi

dan daun lamtoro.

Cara mengerjakan:

Menentukan kebutuhan ternak berdasar Tabel Kebutuhan Ternak (Tabel 4,)

sebagai berikut:

- Jenis ternak : kambing

- Bobot badan : 50 Kg

- Status : bunting 6 minggu

Tabel 4. Kebutuhan Zat Makanan Kambing

BB(Kg) BK(gram) Konsumsi TDN (%) Protein(%) Ca(%) P(%)

50 1700 58 9.3 0.24 0.23

Mencari kandungan nutrisi bahan pakan yang tersedia (lihat tabel kandungan nutrisi

bahan pakan).

Page 19: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

139

Tabel 5. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan yang Digunakan untuk Menyusun Ransum

Bahan pakan BK (%) PK (%) Ca (%) P (%) SK (%)

Rumput lapangan (RL) 35 6.7 - - 34.2

Dedak padi 88.4 13.4 - - 11

Daun lamtoro (DL) 29 22.3 2.1 0.01 14.4

Memformulasikan/menghitung dengan metode Person Square

Kita buat asumsi dedak padi akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan BK 10% dari

keseluruhan ransum, sehingga BK dedak padi adalah:

= 10/100 x 1700

= 170 g BK

Kandungan protein yang terpenuhi dari dedak:

= 13.4/100 x 170

= 22.78 g protein

Sehingga untuk menyusun ransum dengan kebutuhan BK 1700 gram dan protein 9.3%

masih kekurangan:

– BK = 1700 – 170

= 1530 gram

– Protein = 9.3% atau 9.3/100 x 1700 = 158.1 gram

= 158.1 – 22.78

= 135.32 g atau 135.32/1530 x 100% = 8.84%

Kekurangan tersebut harus dipenuhi dari hijauan (rumput lapangan dan daun

lamtoro) dengan perhitungan sebagai berikut:

RL 6.7 13.5 13.5/15.64 x 100% = 86.5% 8.84 DK 22.3 2.14 2.14/15.64 x 100% = 13.7% 15.64

Page 20: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

140

Jumlah BK yang tersedia dari:

- RL = 86.5% x 1530

= 1323.95 g

- DL = 13.7% x 1530

= 209.6 g

Konversi dalam bentuk segar:

- Dedak = 100/88.4 x 170 g = 192.3 gram

- RL = 100/35 x 1323.95 g = 3781.28 g

- DL = 100/29 x 209.6 g = 722.79 g

Kandungan protein ransum:

- Dedak = 13.4/100 x 170 = 22.78 g

- RL = 6.7/100 x 1323.95 = 88.7 g

- DL = 22.3/100 x 209.61 = 46.74 g 158.22 g atau 158.22/1700 x 100% = 9.3 %

Kandungan SK ransum:

- Dedak = 11/100 x 170 = 18.7 g

- RL = 34.2/100 x 1323.95 = 452.79 g

- DL = 14.4/100 x 209.61 = 30.18 g 501.67 g atau 501.67/1700 x 100% = 29.5%

Page 21: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

141

Kandungan nutrisi ransum yang disusun adalah:

Tabel 6. Komposisi Bahan dan Kandungan Nutrisi Ransum yang Telah Disusun

Bahan pakan Jumlah BK PK Ca P SK

Gram

Dedak 192.3

Rumput Lapangan 3781.28

Daun lamtoro 722.79

Kandungan nutrisi ransum

1700 9.3 - - 29.5

Kebutuhan 1700 9.3 - - -

Membandingkan hasil dengan kebutuhan domba: dari hasil di atas dapat bahwa

kandungan nutrisi ransum yang disusun sudah sesuai dengan standar kebutuhan dan

tidak tersedia data untuk Ca dan P.

Contoh 3. Menyusun ransum untuk domba tujuan penggemukan dengan bobot badan

20 Kg.

Cara mengerjakan:

Menentukan kebutuhan ternak berdasar Tabel Kebutuhan Ternak (NRC)

(Lampiran ) sebagai berikut:

- Jenis ternak : domba

- Bobot badan : 20 Kg

- Status : penggemukan

BB(Kg) BK(gram) Konsumsi TDN (%) Protein(%)

20 600 72 12,39

Mencari kandungan nutrisi bahan pakan yang tersedia (lihat tabel kandungan

nutrisi bahan pakan).

Bahan pakan BK (%) PK (%) TDN (%)

Rumput Gajah (RG) 21 10.0 89

Daun singkong (DS) 23 17.0 81

Jerami padi (JP) 86 4.4 52

Tepung ikan (TI) 90 44.8 75

Page 22: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

142

Memformulasikan/menghitung dengan metode Person Square

Kekurangan tersebut harus dipenuhi dari hijauan ( rumput lapangan dan daun

lamtoro) dengan perhitungan sebagai berikut:

Golongan bahan dalam kriteria TDN yang berdekatan digabungkan, yaitu

golongan pertama rumput gajah dan daun singkong dan golongan kedua adalah

jerami padi dan tepung ikan.

Menghitung dengan metode pearson square antara RG dengan DS (campuran I)

RG 10 4,61 4.61/7.00 x 100% = 65.85%

12,39

DS 17 2.39 2.39/7.00 x 100% = 34.14%

7.00

Kandungan TDN yang terdapat dalam campuran I adalah:

RG = 65.85 % x 89 = 58.61%

DS = 34.14% x 81 = 27.66% 86.27%

Menghitung dengan metode pearson square campuran II, antara jerami padi dan

tepung ikan

JP 4.4 12.41 12.41/40.40 x 100% = 80.22% 12,39 TI 44.8 7.99 7.99/40.40 x 100% = 19.77% 40.40

Kandungan TDN yang terdapat dalam campuran II adalah:

JP = 80.22% x 52 = 41.72%

TI = 19.77% x 75 = 14.83% 56.55%

Menggabungkan campuran I dan campuran II dengan metode pearson square

berdasarkan kandungan kebutuhan TDN yaitu sebesar 72%.

Camp. I 86.27 15.45 15.45/29.72 x 100% = 52.29% 72

Page 23: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

143

Camp. II 56.55 14.27 14.27/29.72 x 100% = 47.71% 29.72 Maka prosentase masing-masing bahan dalam ransum adalah sebagai berikut:

RG = 52.29 x 65.68% = 34.44% ------ 3,44

DS = 52.29 x 34.14% = 17.85% 3,0345

JP = 47.71 x 80.22% = 38.27% 1,6839

TI = 47.71 x 19.77% = 9.43% 4,2246

Sehingga kandungan Bahan Kering (BK) setiap bahan pakan adalah:

RG = 34.44% x 600 = 206.64 g

DS = 17.85% x 600 = 107.71 g

JP = 38.27% x 600 = 229.62 g

TI = 9.43% x 600 = 56.58 g 600 gram

- Kebutuhan dalam keadaan bahan segar:

RG = 100/21 x 206.64 = 984.00 g

DS = 100/23 x 107.71 = 465.65 g

JP = 100/86 x 229.62 = 267.00 g

TI = 100/90 x 56.58 = 62.87 g

Susunan dan kandungan nutrisi ransum yang disusun adalah:

Bahan pakan Jumlah BK PK TDN

Gram

Rumput Gajah 984.00

Daun Singkong 465.65

Jerami padi 267.00

Tepung ikan 62.87

Kandungan nutrisi ransum

600 12.39

72

Kebutuhan 600 12.39 72

Page 24: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

144

Membandingkan hasil dengan kebutuhan domba: dari hasil di atas dapat bahwa

kandungan nutrisi ransum yang disusun sudah sesuai dengan standar

kebutuhan.

TATALAKSANA PADANG RUMPUT / HIJAUAN

Macam-macam padang penggembalaan

Padang rumput permanen

Padang rumput yang terus menerus digunakan sebagai sumber pakan dalam

jangka waktu yang cukup lama.

Padang rumput jangka pendek

Digunakan dalam waktu 2 – 5 tahun

Kemudian lahan diolah untuk tanaman lain

Daya tampung padangan harus maksimal.

Padang rumput rotasi jangka panjang

Penggunaan 6 – 10 tahun

Pergiliran tanaman 1 – 2 tahun saja

Padang rumput sementara

Padang rumput yang digunakan sebagai sumber pakan dalam jangka waktu

maksimal satu tahun.

Tujuannya adalah sebagai sumber pakan pada saat kritis / musim kering, untuk

menjaga kesuburan tanah dan memperbaiki struktur tanah.

Tatalaksana penggembalaan :

Penggembalaan kontinyu (continous grazing)

Ternak digembalakan untuk jangka waktu sangat lama pada suatu areal padang

penggembalaan tertentu / ternak ditempatkan di PP sepanjang tahun / selama

periode pertumbuhan.

Page 25: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

145

Efek dari penggembalaan kontinyu dapat mengakibatkan terjadinya over grazing

/ under grazing.

Pada under grazing dapat menyebabkan :

Spotted grazing : pengembilan rumput yang tidak merata, pada bagian

tertentu saja.

Selective grazing : pengambilan rumput pada bagian-bagian yang disukai

saja.

Penggembalaan bergilir (rotation grazing)

o Berdasarkan tingkat pertumbuhan HMT.

o Dibagi dalam beberapa petak padang penggembalaan.

o Jumlah petak dihitung berdasarkan :

Waktu rumput regrowth (hari) + 1 Lama waktu penggembalaan (hari)

Contoh :

waktu regrowth = 30 hari

lama penggembalaan 1 petak sampai rumput habis = 6 hari

jumlah petak yang harus tersedia = (30/6) + 1 = 6 petak

Penggembalaan rotasi tertunda (deferred grazing)

o Dengan menyisihkan petak-petak PP tertentu untuk digunakan pada fase

berikutnya, misalnya pada pembuatan standing hay (hay yang diperoleh

dengan cara membiarkan hijauan menjadi kering di tempat tumbuhnya,

tanpa dipotong terlebih dahulu) di daerah tropik.

Penggembalaan jalur (strip grazing)

o Merupakan bentuk intensif dari rotation grazing.

o Dibuat pagar listrik (electric fence) yang dapat dipindah 1 x atau 2 x sehari.

o Hanya bermanfaat pada PP yang bernilai gizi tinggi dan sangat produktif.

Page 26: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

146

o Keuntungan :

Jumlah HMT yang disediakan terbatas

Kesempatan ternak memilih HMT ditekan serendah mungkin.

Penggunaan PP merata.

Kerusakan karena injakan dan pencemaran kotoran lebih sedikit.

Latihan soal :

1. Jelaskan prinsip-prinsip pemberian pakan pada ternak sapi potong!

2. Jelaskan teknik pemberian pakan pada penggemukan sapi potong yang efisien!

3. Jelaskan program pemberian pakan pada induk domba bunting!

4. Susunlah ransum untuk domba jantan yang akan digemukkan, dengan bobot

badan 30 Kg dan bahan pakan yang tersedia adalah rumput lapangan dan daun

kaliandra

5. Susunlah ransum untuk kambing yang sedang bunting 6 minggu dengan bobot

badan 40 Kg. Bahan pakan yang tersedia adalah rumput lapangan, dedak padi

dan daun lamtoro.

RANGKUMAN SINGKAT

Pakan yang dibutuhkan oleh seekor ternak harus mengandung nutrien antara

lain : protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin serta air. Tujuan pemberian pakan

selain untuk memenuhi pokok hidup juga untuk produksi dan bereproduksi. Pemberian

pakan harus sesuai dengan tujuan peternakan, sedangkan penyusunan ransumnya

berdasarkan pedoman umur / berat badan ternak dan berdasarkan kebutuhan nutrien

(protein dan energi) untuk pokok hidup dan produksi per hari.

Page 27: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

147

Bahan kuliah tambahan

Grazing Management Concepts and Practices1

L. E. Sollenberger, J.M. B. Vendramini, and Y. C. Newman2

Introduction

Grazing management can be defined as the manipulation of livestock grazing to

accomplish a desired result. The desired result depends upon the enterprise, but for

most producers economic goals are of primary importance. Decisions regarding what

grazing management to use are based on the characteristics of the forage being grazed,

animal requirements, input costs associated with adopting a particular system, and the

probability of return on investment.

Grazing management is a powerful tool that strongly influences pasture and animal

performance. Choice of grazing management affects pasture yield, nutritive value, and

stand longevity. Choice of grazing management also affects weight gain or milk

production of an individual animal as well as the amount of milk or meat produced per

acre.

In order to implement an effective grazing management program, there are a number of

important issues of which we should be aware. These include a) what is required for

plants and animals to be productive in a pasture-livestock system, b) what management

choices have the greatest impact on success or failure of a grazing system, and c) how

can the nutritional requirements of the animal be matched with the ability of the pasture

to supply nutrients.

Plant and Animal Requirements

Plants and animals have specific requirements to live and be productive. Plants must

maintain growing points to produce regrowth after grazing. They must also maintain an

energy source, either leaf area that can produce new energy, or stems and roots that

contain stored energy. Animals must have enough forage to eat and it must be nutritious

enough to meet their requirements for maintenance and production. In some cases,

pasture managers (graziers) must favor the pasture in their management decisions, and

in other cases they must favor the animal. For example, if forage is in limited supply, the

Page 28: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

148

grazier may choose to end grazing and purchase hay if he thinks that further grazing

may seriously weaken the pasture. In a similar situation with a different forage, the

grazier may decide that the pasture is capable of tolerating overgrazing and will allow

grazing to continue and avoid the added cost of purchased feed. Understanding the give

and take between pastures and animals and being able to anticipate the results of

decisions are important steps in designing effective grazing management programs.

Critical Choices Affecting Success of Grazing Systems

The most important choices to be made in designing a grazing management program

are what forages to graze, what animals will do the grazing, and how close and how

often will the pasture be grazed. In this discussion of grazing management, it is

assumed that the forages and types of animals have already been determined. We will

focus on the issues of how close and how often grazing occurs.

How Close

How close to graze is the decision that has the greatest impact on pasture and animal

productivity. Some graziers use pasture height as the indicator of when it is time to move

cattle from a pasture or provide supplement to the animals. Others have a concept of

how many animals they can carry on their pasture over a growing season (stocking

rate). They understand that during dry or cool periods the pasture may be somewhat

overgrazed but during wet and mild times the pasture may be undergrazed.

Whether decisions about how close to graze are based on pasture height or on stocking

rate, closeness of grazing is very important. For the pasture, it determines how much

leaf area is remaining after grazing and how many growing points are available to

provide regrowth. As a general rule, tall-growing, bunch grasses that elevate their leaves

and growing points should be grazed to a taller stubble height than low-growing grasses,

like bahiagrass. The low-growing grasses typically have leaves and growing points at or

very close to the soil surface to protect them from being overgrazed. For the animal,

closer grazing forces them to eat more stem. Stem is less nutritious than leaf, so close

grazing will result in lower weight gain or milk production per animal. Undergrazing

allows animals to select leaf to eat and does not stress the plant, but it results in poor

Page 29: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

149

utilization of the pasture resource. Although meat or milk production per animal may be

high when pastures are undergrazed, production per acre will be low.

How Often

Consideration of how often to graze a pasture leads directly to the question of whether it

is better to use continuous or rotational stocking. Continuous stocking, also called

continuous grazing, is the continuous, unrestricted access to a pasture by livestock

throughout a year or grazing season. In this type of system, the livestock decide how

frequently and how close a particular plant or area of the pasture will be grazed.

Continuous stocking allows the animals to be more selective in their choice of diet, but it

does not provide for a regular period of rest for the pasture. If continuous stocking is

used with a high stocking rate, plants are defoliated very frequently, depleting their leaf

area, reserves, and growing points. Some desirable pasture species can be eliminated

over time using this type of grazing management. Advantages of continuous stocking

include lower input costs and fewer management decisions.

Rotational stocking, also called rotational grazing, is the grazing of two or more

subdivisions of the pasture, called paddocks, in sequence followed by a rest period for

the recovery and regrowth of the paddock. The major difference between continuous

and rotational stocking is that the grazier, and not the livestock, is controlling the length

of the rest period. Either rotationally or continuously stocked pastures can be

overstocked or understocked, managed well or mismanaged. So, rotational stocking

alone is no guarantee of good pasture management. Advantages of rotational stocking

may include improved pasture longevity, more timely utilization of forage, opportunities

to conserve surplus forage, increased stocking rate (generally 15-30%), more uniform

distribution of excreta by the animals, and better animal management. The latter occurs

because the grazier visits the pasture more often to move animals and sees animal

health problems sooner.

The main decisions that the grazier must make when using rotational stocking are the

length of the rest period between grazings and the length of time that the livestock will

be on one paddock (called the grazing period). With this information, the approximate

number of paddocks needed can be calculated. For example, if the grazier wants a

Page 30: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

150

pasture rest period of approximately 28 days and a grazing period of 7 days per

paddock, 5 paddocks will be needed. If a rest period of 20 days and a grazing period of

1 day is desirable, then 21 paddocks will be needed. A simple formula to calculate the

number of paddocks needed is the sum of length of grazing period and length of rest

period divided by the length of the grazing period. Many graziers will vary the length of

the rest period with season of the year. During times of slow pasture growth when the

weather is dry or cool, the rest period will be longer. When pasture growth rate increases

because rainfall is plentiful and temperatures are warm, the rate at which the forage

matures also increases. To avoid having stemmy, low quality forage on the pasture, the

rest period must be shortened. This can be accomplished by removing some paddocks

from the rotation and using them for hay or haylage, or by increasing the stocking rate

so that the grazing period can be reduced.

Many of the best managers have a concept of what the pasture height should be when

livestock enter a paddock and when they exit a paddock. These heights are different for

different forages, and sometimes for the same forage at different times of the year. The

nutritional requirements of the animal and the grazing tolerance of the pasture will be the

major factors that determine these heights.

Matching Animal Requirements with the Pasture's Ability to Supply Nutrients

Grazing management practices exist that allow the grazier to allocate nutrients to best

meet the nutritional needs of the grazing animal. Examples include creep grazing, first-

last grazing, and forward creep grazing.

Creep Grazing

Creep grazing is used when the mother is still nursing her offspring. The mothers are

grazing a base pasture and adjacent to the base pasture is a creep pasture that has

been planted to a forage that is high in nutritive value. Creep gates are present in the

fence line between the base pasture and the creep pasture. These gates, or openings,

are large enough that the offspring can pass through, but small enough that the mothers

cannot. Thus the offspring can gain access to very high quality forage that is better able

to meet their high nutrient requirements.

Page 31: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

151

First-Last Grazing

First-last grazing is used in conjunction with rotational stocking. In this system, the

animals with high nutrient requirements (for example, replacement heifers) enter the

paddock first and remove the leafy, high quality tops of the forage. After they have

removed the most nutritious forage, they are moved to the next paddock. Animals with

lower nutrient requirements (for example, mature dry cows) then are moved into the

paddock that the heifers just left. They graze the stemmy, lower quality material

remaining until a desired pasture height is reached. Using this system, a single forage or

forage mixture can be used to meet the differing nutritional requirements of two classes

of animals.

Forward Creep Grazing

Forward creep grazing is similar to the first-last grazing system. It is used with

rotationally stocked pastures, and there are creep gates between all paddocks. Thus,

when the mothers are grazing a given paddock, their offspring can move freely into the

next paddock to graze high quality forage. Forward creep grazing is different from first-

last grazing in that the animals with high nutrient requirements (the offspring in this case)

can move back and forth between paddocks in the forward creep grazing system.

Summary

Grazing management is an important tool for efficient utilization of the pasture resource.

To manage effectively the grazier must keep plant and animal requirements in mind and

maintain balance between them. Appropriate choices of stocking rate or height of

grazing (how close) and rotational or continuous stocking (how often) are critical to the

success of a grazing system. The best management practices match the nutritional

requirements of the animal with the ability of the pasture to meet these needs. This can

be done through choice of species and by choice of grazing management. Knowledge of

important relationships in pasture-livestock systems is the first step toward good grazing

management practice. There is no substitute for experience, however, and time spent

managing pastures is the best teacher.

Page 32: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

152

Managed intensive grazing

From Wikipedia, the free encyclopedia

Management Intensive Grazing (MIG,) is the practice of using rotational grazing and

careful, usually daily, management to get optimal production. The technique is applied

with herds of sheep, cattle, and occasionally other animals. The term "MIG" or "MiG"

was popularized by writers and graziers Jim Gerrish and Allan Nation.

One hallmark of MIG systems is rotational grazing, that is, the practice of dividing up

available pasture into multiple smaller areas, called paddocks, and then moving the

animals from one paddock to the next after a number of days. However, in some

instances continuous grazing is an accepted strategy under MIG.

The grazier manages the grazing by determining the number, size, and layout of the

paddocks, when to move animals from one paddock to the next, and when to cut hay or

provide supplemental feed. Also, the grazier can choose to add or remove animals from

the herd to match the herd size to the available pasture.

The decisions are based on estimates of the amount of forage in each paddock, soil

conditions, present and forecast weather conditions, season of the year, and condition

of the animals. Some MIG operations make objective measurements of forage condition

using devices that measure the height of the sward. Others rely more upon personal

observation and assessment.

One of the key concepts in MIG is the grazing wedge, which is the range of sward

heights where the forage grows most rapidly.

The monthly magazine The Stockman Grass Farmer is a leading forum of MIG ideas.

Graze is a primary source of information on dairy grazing and grazing in the northern

U.S. Grazing systems relating to the conservation and sustainable management of

rangelands is researched by the Society for Range Management.

Comparisons with traditional grazing and cattle ranching

For farmers and ranchers with cattle in open fields, there is a tendency for the animals to

beat down and trample the plants across a wide area. The animals also typically

Page 33: Tatap muka ke : 7 8 POKOK BAHASAN IV IV. PRINSIP …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20152_doc/VII-VIII... · ruminansia (babi dan kelinci) pada berbagai sistem pemeliharaan

153

congregate in one area such as around a water tank, feeding wagon, and often in

riparian areas where degradation of banks can have negative impacts on wildlife.

This repeated trampling of the same areas over and over destroys plant life faster than it

can recover. Eventually sections of the field become a permanent swath of exposed soil.

When it rains this turns into muck a foot deep, which in turn covers the animals and

makes maintaining sanitary conditions difficult. These exposed tracts of land often serve

as seed beds for invasive species of weeds.

The main idea of the paddock is the concept of rest. When a forage plant is grazed, it

must regrow from energy created by the remaining leaves, or from energy stored in the

roots. If the plant is grazed before it has had time to restore its energy, the plant will be

weakened. Rather than the same large areas being repeatedly trampled, the animals

are instead forced to only occupy just a small area of the total field inside the paddock.

By keeping the animals in this one small area, the trampled and grazed plants in other

previously occupied parts of the field are given time to recover and re-establish

themselves.

Additionally, constantly moving the animals every few days between paddocks prevents

animal wastes from building up to extreme levels in small areas. It also permits time for

the wastes to naturally break down so that there is minimal odor from a field of

paddocks, as opposed to a feedlot that is constantly trampled into a wet smelly mixture

of mud, manure, and urine.