Tanya Jawab 451
-
Upload
mohamad-shuhmy-shuib -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of Tanya Jawab 451
8/14/2019 Tanya Jawab 451
http://slidepdf.com/reader/full/tanya-jawab-451 1/3
Tanya Jawab (451):
Perbedaan niat imam dan makmum
Assalamualaikum
Tanya: Sewaktu Saya sholat sunnah, dari belakang ada yang menjadi makmum denganmenepuk pundak saya terlebih dahulu. Bagaimana sikap Saya yang benar dan apa
hukumnya. Terima Kasih
Wassalamualaikum
Sri Soedono
[Jawab]
Perbedaan niat imam dan makmum Fenomena yang sering menimbulkan pertanyaan di
kalangan kaum muslimin Indonesia adalah manakala seorang sholat sunnah sendiri,
misalnya sholat sunnah ba'diyah, atau sholat fardlu sendiri kemudian datanglah seseorangyang bermakmum kepadanya dengan menepuk pundak si mushalli pertama, sahkah
sholat seperti ini? Permasalahan ini dalam kitab fikih dibahas dengan judul perbedaanniat imam dan makmum. Para ulama berbeda pendapat mengenai tata cara sholat seperti
itu.
Pendapat pertama adalah madzhab Syafi'I mengatakan bahwa sah sholat jamaah dengan perbedaan niat imam dan makmum secara mutlak. Jadi meskipun imam sholat sunnah
dan makmum sholat fardlu, imam sholat dhuhur dan makmum sholat ashar, imam sholat
ada' dan makmum sholat qadla, semuanya sah, asalkan format sholat imam dan makmumsama. Kalau formatnya beda, maka tidak sah, seperti misalnya imam sholat gerhana dan
makmum sholat isya', maka tidak diperbolehkan. Madzhab Syafi'I ini merupakanmadzhab yang paling longgar.
Pendapat kedua adalah madzhab Maliki yang mengatakan tidak sah sholat imam dan
makmum yang berbeda niatnya, secara mutlak. Mereka yang sholat fradlu tidak boleh bermakmum dengan imam yang sholat sunnah, begitu makmum sholat dhuhur tidak sah
bila imamnya sholat selain fardlu. Ini pendapat paling ketat.
Pendapat ketiga adalah madzhab Hanafi yang mengatakan bahwa boleh orang sholatsunnah di belakang imam yang sholat fardlu tapi tidak sebaliknya. Begitu juga tidak sah
sholat makmum yang berbeda dengan sholat imamnya meskipun sama-sama fardlu.
Dalil-dalil:
Dalil pendapat pertama adalah:
1. Hadist riwayat Syafi'I dari Abu Bakrah bahwa Rasulullah s.a.w. keluar untuk mendamaikan satu persengketaan di Bani Sulaim, lalu beliau membagi sahabatnya
menjadi dua kelompok, kemudian beliau sholat mengimami dengan kelompok satu,
kemudian sholat lagi mengimami dikelompok kedua. Diriwayatkan itu sholat maghrib.
8/14/2019 Tanya Jawab 451
http://slidepdf.com/reader/full/tanya-jawab-451 2/3
Sangat jelas pada hadist tersebut bahwa Rasulullah mengimami
kelompok kedua, padahal beliau telah sholat di kelompok pertama.
Berarti sholat Rasulullah sunnah dan sholat makmum fardlu.
2. Hadist riwayat Muslim dari Jabir bin Abdullah bahwa Suatu hari
Muadz sholat bersama Rasulullah s.a.w. lalu ia datang ke kaumnyalalu ia mengimami kaumnya sholat Isya' dengan membaca surat Baqarah,
lalu seorang lelaki keluar dari jamaah dan menyelesaikan sendiri
sholatnya. Orang-orang pun menegurnya "Apakah anda orang manafik?",iapun menjawab"Tidak, aku akan adukan masalah ini kepada
Rasulullah". Sesampai kepada Rasulullah, orang itu berkata "Wahai
Rasulullah, kami orang-orang bekerja siang, Muzdz telah mengimami
kami sholat Isya' telah larut dan membaca surat Baqarah". KetikaRasulullah mendengar cerita itu, ditegurnya Muad'z "Apakah angkau
orang yang suka membuat fitnah? Mengapa tidak kau baca surat
Sabbihis dan Wallaili Idza Yaghsyaa".
Hadist ini juga menunjukkan perbedaan sholat imam dan makmum, dimana
Muadz telah sholat Isya bersama Rasulullah lalu menjadi imam dikaumnya. Bagi Muadz sholat sunnah dan bagi kaumnya sholat fardlu.
3. Hadist riwayat Ahmad dll. Suatu hari Rasulullah s.a.w. sholat
bersama sahabatnya, selesai salam datanglah seorang lelakiketinggalan lalu ia hendak sholat sendiri, lalu Rasuullah
bersabda "Siapa yang mau bersedekah dengan orang ini dengan
berjamaah dengannya".
Hadist ini juga menunjukkan sahnya sholat meskipun dengan perbedaan
niat antara makmum dan imam.
Imam Syafi'I menyimpulkan bahwa riwayat-riwayat di atas menunjukkan
bahwa perbedaan niat sholat antara imam dan makmum tidak membatalkansholat jamaah.
Dalil pendapat kedua dan ketiga:
1. Hadist diriwayatkan Bukhari dan Muslim dll. Rasulullah s.a.w. bersabda "Sesungguhnya dijadikan imam untuk diikuti, ketika ia
takbir maka takbirlah, ketika ruku' maka ruku'lah ketika sujud
sujudlah, ketika ia sholat berdiri maka berdirilah …
Hadist tersebut menegaskan bahwa makmum harus mengikuti imam,
perbedaan niat makmum menunjukkan sikap tidak mengikuti imam, makatidak sah sholatnya.
2. Hadist riwayat Ashabus Sunan dari Barra' bin Azib, Rasulullah
s.a.w. bersabda "Janganlah kalian berbeda, maka berbedalah hati
8/14/2019 Tanya Jawab 451
http://slidepdf.com/reader/full/tanya-jawab-451 3/3
kalian, sesungguhnyaAllah dan MalakatNya mendoakan para mushalli di
shaf pertama".
Hadist ini melarang berbeda dalam melakukan sholat, baik pada shaf
maupun niat, maka perbedaan niat imam dan makmum menjadikan sholat
tidak sah.
Imam Abu Hanifah nampak mencoba menggabung hadist-hadist di atas
secara tekstual, bahwa hanya makmum sholat sunnah boleh mengikutiimam yang sholat fardlu seperti yang dicontohkan dalam hadist.
Bagi pengikut madzhab Syafi'I, ketika sholat sendiri kemudian merasa
ada makmum yang datang mengikutinya, hendaknya ia tidak menunggumakmum tersebut, misalnya dengan memperpanjang bacaan dlsb, tapi
hendaknya ia konsentrasi penuh dengan sholatnya.
Bagi yang bermakmum kepada orang yang sholat sendiri atau sholatsunnah, ada baiknya makmum menepuk pundak mushalli. Menepuk pundak
mushally [orang yang salat] adalah sebuah isyarat adanya seseorangyang hendak bermakmum kepadanya. Demikian ini agar ia melakukan niat
menjadi imam. Karena tanpa niat tersebut ia tidak mendapatkan pahala
berjamaah. Sementara jamaah itu sendiri adalah sah, tanpa ada niat
dari imam, selama makmum telah berniat jamaah. Jadi, niatnya imamhanya untuk dirinya sendiri, agar ia mendapatkan pahala berjamaah.
Untuk wanita yang ingin berjamaah dengan seseorang yang masbuk, ia boleh menepuk pundak jika dirasa tidak menimbulkan fitnah. Dan jika
dirasa demikian, ia boleh memberi isyarat apapun yang dapat dipahami
oleh masbuk tsb. atau jika sulit, tak perlu ia memberi isyarat.mengetahuinya imam akan adanya seseorang yang bermakmum kepadanya
tidak merupakan syarat sah-nya berjamaah. Ketentuan ini tidak untuk
salat Jum'at. Karena di antara syarat sahnya salat jumat adalahdilaksanakan secara berjamaah. Pada salat Jum'at ini, imam harus
berniat jamaah sejak takbiratul ihram.
Ustadz Muhammad Niam