Tanya jawab nahwu

download Tanya jawab nahwu

of 97

Transcript of Tanya jawab nahwu

1 BAB KALAM 1. SOAL : Apakah semua tanwin itu merupakan kekhususan kalimat isim sebagaimana yang tercantum didalam nadzom ? JAWAB : Tidak, tetapi hanya khusus tanwin Tankir, Tamkin, Muqobalah, dan Iwad. Referensi : Ibnu Aqil juz 1 hal 25, Al Haromain

: ) (25 2. SOAL : Berdasarkan apa bahwa kalimat itu cuma ada tiga ? JAWAB : Berdasarkan dalil aqli dan naqli. Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 19, Dar Al Fikr

: ) ( (19 ) 3. SOAL : Pada nadzom .... lafadz diberi pengertian yang dimaksud dengan tersebut apakah pada mutakallim atau sami? JAWAB : Yang dimaksud adalah mutakallim, ada yang mengatakan mukhotob dan ada juga yang mengatakan keduanya. sebagaimana dikitab syarah Kafiyah. Referensi : Bahjah Al Mardliyah hal 5, Al Hidayah

: ) ( ( 5 ) BAB MUROB MABNI

2 1. SOAL : Mengapa isim itu yang asal adalah murob? JAWAB : Sebab isim tanpa adanya Irob tidak akan diketahui beberapa mana yang berbeda pada kalimat isim. Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 25, Dar Al Fikr

: ......... (25 ) 2. SOAL : Mengapa ,dan yang selalu di mudofkan itu hukumya mabni padahal mudof adalah salah satu tanda isim yang murob ? JAWAB : Sebab , dan selalu menetapi mudof pada jumlah, dan idofah pada jumlah itu hukumnya adalah khilaful asli kerana idofah tersebut mengira ngirakan infishol maka tidak dicegah kemabniannya., Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 26, Dar Al Fikr

: ) ( ( 26 ) 3. SOAL : Sudah maklum bagi kita bahwa kalimat huruf itu yang asal hurufnya kurang dari tiga dan jika ada kalimat huruf yang jumlah hurufnya tiga dan menyerupai isim seperti apakah dihukumi murob seperti isim ? JAWAB : Tidak, sebab Irob itu didatangkan untuk menunjukkan mana padahal huruf itu tidak mempunyai mana maka tidak boleh di murobkan. Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 26, Dar Al Fikr

: ....... (26 )

3

4. SOAL : Mengapa bina yang asal itu menggukan sukun sedangkan Irob itu menggunakan harokat ? JAWAB : Sebab bina itu berat sedangkan murob itu ringan , sedangkan sukun itu ringan dan harokat itu berat maka yang berat diberi yang ringan dan yang ringan diberi yang berat supaya adil. Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 29, Dar Al Fikr

: ( 29 ) 5. SOAL : Mengapa lafadz tidak bisa dijama' muannas salimkan ? 6. JAWAB : Yang asal lafadz itu tidak bisa dijama' muannas salimkan, karena tetapi ada yang mengatakan bisa, maka ji ka dijama'kan menjadi . Referensi : Al Khudori Juz 1 Hal 46, Al Hidayah

: ( 46 ) 1 7. SOAL : Apakah keistimewaan Asmaus sittah harus dimudlofkan pada isim jenis yang dhohir dan bukan shifat ? JAWAB : Karena menjadi lantaran menshifati lafadz setelahnya Referensi : Al Khudori Juz 1 Hal 46, Al Hidayah

: 1 ) 38 )

4 6. SOAL : Mengapa fiil madhi itu dimabnikan fathah / harokat padahal mabni yang asal adalah sukun ? JAWAB : Fiil madhi itu dimabnikan sebab mabni itu asal dan dimabnika fathah sebab keserupaannya dengan fiil mudhori yang murob. Referensi : Qodli Qudloth juz 1 hal 39, Al Haromain

: ( 39 ) 7. SOAL : Kalimat fiil itu dihukumi nakiroh atau marifat

JAWAB : Dihukumi nakiroh Referensi : Ibnu Hamdun Juz 1 hal 45, Dar Al Fikr

: ) ( ( 45 ) 1 8. SOAL : Sebab apakah fiil mudore ketika bertemu nun jamak niswah hukumnya mabni? JAWAB : Karena bertemunya fiil mudore dengan nun jamak niswah itu menyerupai fiil madli, tetapi menurut imam Sahil hukumnya adalah mu rob. Referensi : Audlhohul Masalik Hal 38

:

5

( 38 ) BAB ALAM 1. SOAL : kenapa alam laqob ketika bersamaan denga alam asma harus diakhirkan? JAWAB :Kalau laqob didahulukan maka akan disangka bahwa alam laqob tersebut nama asli (alam asma ). Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 56, Dar Al Fikr

: 1 ) ( 56 2. SOAL : Kenapa alam yang terdiri dari tarkib mazji yang diakhiri dengan akhirnuya mabni? JAWAB : Karena akhirnya tarkib mazji yang diakhiri itu melihat asal kejadian, lafadz sendiri yaitu mabni sebelum tarkib dan menurut sebagian pendapat bahwa lafadz itu berupa isim shout dan dimabnikan kasroh kerena bertemunya dua huruf yang mati. Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 57-58, Dar Al Fikr

: ) ( (58-57 ) 1 3. SOAL :Apakah lafadz itu bisa dinamakan alam jenis? JAWAB : Tidak, karena alam jenis itu samai tidak boleh diqiyaskan meskipun seakan akan lafadz tersebut mengandung jenis. Referensi :

6 Tashilul Masalik juz 1 hal 29.

: ) 1 ( 294. SOAL : Apakah ada alam manqul selain manqul yang telah disebutkan didalam nadzom ? JAWAB : ada Referensi :

: 5. SOAL : Kenapa alam manqul yang kejadian dari tarkib mazji yang tidak diakhiri lafdadz dihukumi mu'rob ? JAWAB : Karena lafadz itu diserupakan dengan isim fi'il seperti . Referensi : Ibnu Hamdun Juz 1 Hal 58, Dar Al Fikr

: ( 58 ) 1 BAB ISIM ISYAROH 1.SOAL : Kenapa isim isyaroh untuk mudzakar mufrod hanya satu ( ) sedangkan untuk muanatsnya sampai berjumlah sepuluh lafadz? JAWAB : Para ahli nahwu menjadikan ketentuan tersebut karena melihat beberapa hal diantaranya adalah karena muanats itu lebih banyak dibanding mudzakar dst. Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 60, Dar Al Fikr

:

7

: 1 ) ( 60 2.SOAL : Kenapa isim isyaroh yang didahului ha tambih tidak boleh dimasuki lam? JAWAB : Tidak bolehnya mengumpulkan ha tambih bersama lam karena menghindari banyaknya tambahan dalam isim isyaroh Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 61, Dar Al Fikr

: ) ( ) 1 16 ( 3.SOAL : Kenapa lam isim isyaroh disukun dan dikasroh? JAWAB : Lam isim isyaroh disukun karena melihat asal peletakannya sedangkan lamnya dikasroh karena menghindari bertemunya dua huruf yang mati dan membedakan dengan lam huruf jer yang bersamaan dengan dhomir. Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 61, Dar Al Fikr

: ) 1 16 ( 4.SOAL : Kenapa isim isyaroh yang mufrod muannas itu lebih banyak dari mufrod yang mudzakkar ? JAWAB : Diantaranya karena perempuan lebih banyak dari laki-laki. Referensi : Ibnu Hamdun Juz 1 Hal 60,Dar Al Fikr

: ) (60

8

5. SOAL : Kenapa isim isyaroh jika sudah ditambahkan lam tidak boleh menambahkan ha' tanbih ? JAWAB : Karena banyaknya huruf ziyadah (tambahan) Referensi : Ibnu Hamdun Juz 1 Hal 61,Dar Al Fikr

: ) (61 6. SOAL : Kenapa kaf yang ditambahkan pada pada isim isyaroh itu kaf harfiyah kok tidak berupa kaf ismiyah ? JAWAB : Supaya tidak serupa dengan dhomir. Referensi : Ibnu Hamdun Juz 1 Hal104,Dar Al Fikr

: ) (104 1 ISIM MAUSHUL 1. SOAL : Apakah fungsi tasydid yang ada pada nunnya isim maushul ketika tasniyah seperti ? JAWAB : Untuk menguatkan perbedaaan antara isim tasniyah yang mu'rob dan isim tasniyah yang mabni. Referensi : As Shoban Juz 1 Hal 216, Haromain / Dar Al Fikr

: ) ( ) (2162. SOAL : Dimanakah letak kemabnian isim maushul ketika tasniyah ?

9

JAWAB : Kemabnian kedua lafadz tersebut pada alif ketika tingkah rofa' dan ya' ketika tingkah nashob dan jer, bukan dimu'robkan keduanya. Referensi : Jamiuddurus Juz 1 Hal 99, Dar Al Kutub ilmiyah

: ( 99 ) 1 3. SOAL : Pada lafadz . kenapa tidak bisa dijadikan isim maushul ? JAWAB : Karena pada lafadz tersebut tidak berupa tam, adapun yang dimaksud tam disini yaitu bisa memberi faidah pada isim maushul. Referensi : Syarah Ibnu Aqil Juz 1 Hal 155, Al Hidayah

: ) (155

4. SOAL : Isim sifat seperti yang dimasuki maushul apakah menjadi ma'rifat ? JAWAB : Ya Referensi : Ibnu Hamdun Juz 1Hal

: . ) 1

10

MARIFAT NAKIROH 1. SOAL : Menurut imam Kholil yang berlaku adat tarif adalah al (alif dan lam ) apakah alasannya ? JAWAB : Sebab hamzah yang ada pada al adalah hamzah yang asli / hamzah qotho. Referensi : Qodli Qudloth juz 1 hal 154,

: ....... ) 1 ( 1542. SOAL : Hamzahnya al tarif dalam keadaan washol dibuang padahal menurut imam kholil hamzahnya al adalah hamzah qoto apa alasannya ? JAWAB : Sebab banyaknya berlaku adanya pembuangan. Referensi : Makudi Hamis Ibnu Hamdun juz 1 hal 70, Dar Al Fikr Ibnu Hamdun juz 1 hal 70, Dar Al Fikr

: ..... ) ( 70 ) ( ) (70 3. SOAL : Kenapa isim tasniyah harus disyaratkan berupa nakiroh, dan bagaimana dengan lafadz ? JAWAB : Karena isim nakiroh itu berma'na umum dan ma'rifat it khusus, adapun lafadz itu dikira-kirakan kenakirohannya pada .

11

Referensi : Hasyiah As Shoban Juz 1 Hal 76

: (76 ) 1

4.

SOAL : Lafadz jika disukun apakah tanda kema'rifatannya ? JAWAB : Yaitu menempati tempatnya isim yang menerima yaitu . Referensi : Syarah Asymuni Juz 1 Hal 156,Haromain / Dar Al Fikr

: ) ( 156 1

BAB MUBTADA WA KHOBAR 1. SOAL: Apakah perbedaan antara ziyadah dengan syibhu ziyadah dalam bab mubtada? JAWAB : Ziyadah adalah huruf yang masuk dan keluarnya tidak memberikan mana dan tidak mempunyai taaluq seperti ba dalam lafadz sedangkan syibhu ziyadah adalah huruf yang adanya mempunyai faedah dalam kalam dan tidak punya taaluk seperti contoh Referensi : Al kofrowi Hal 66-67

:

21

) 66- 76 (2. SOAL : Apakah dhorof atau majrur taaluknya dibuang ketika menjadi khobar ?saja .JAWAB: Tidak, bisa juga yang lainnya seperti menjadi sifat, hal dan lainnya : Referensi .841 An nahwu Al mawafi Juz 2 Hal

: ) 2 841 (

itu bisa mentarkib fa'il padahal tidak 3. SOAL : Kenapa pada contoh ? didahului nafi atau istifham JAWAB : Karena sudah memberi faidah dan terlaku : Referensi .Dahlan Alfiyah Hal 40 Al Hidayah

: ) ( : ...... ) 04(4 ? .SOAL : Kenapa khobar yang diringkas dalam mubtada' harus diakhirkan JAWAB : Karena kalau tidak diakhirkan ma'nanya akan terbalik : Referensi Syarhul Usymun juz 1 hal 309 Dar Al Fkr

:

13

(309 ) 1

KANA WA AKHOWATUHA 1 SOAL : Kenapa ,, , , harus didahului nafi atau syibh nafi ? JAWAB : Karena lafadz tersebut itu disyaratkan menunjukkan ma'na itsbat dan bisa menunjukkan ma'na tersebut apabila didahului nafi atau syibh nafi. Referensi : Hasyyah Al Khudhor juz 1 hal 111 Al Hdayah

: ) ( ) 1 ( 111

AF'ALUL MUQORABAH 1. SOAL : Af'alul muqorobah itu ada tiga macam. Kenapa yang dijadikan maudlu' (judul) itu ? JAWAB : Karena amalnya af'alul muqorobah itu lebih banyak dan pada yang lain Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 97 Dar Al Fkr .

: ............. ) ( ( 97 ) 1 2. SOAL : itu bisa beramal sebagaimana apakah khobarnya boleh mendahului isim / amilnya ?

14

JAWAB : Sebenarnya itu disamakan dengan hanya dalam segi pengamalannya, adapun mendahulukannya dari isimnya itu tidak diperbolehkan karena adanya itu lemah Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 97 Dar Al Fkr .

: ..... (97 ) 1 3. SOAL : Apa perbedaan antara dan yang sama-sama dalalahnya menunjukkan roja' (? ) JAWAB : dalalah roja' yang ada pada itu lebih kuat dari pada maka sah untuk membuang yang ada pada karena kuatnya dan tidak sah membuang pada karena lemahnya. Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 99 Dar Al Fkr .

: ) ( )( 1 ) (99

BAB INNA WA AKHOWATUHA 1. SOAL : Salah satu saudara adalah yang berfaidah ISTIDROK. Dan didalam huruf athof juga terdapat yang juga berfaedah ISTIDROK, Apakah ( yang saudaranya )itu asal dari ( huruf athof) yang kemudian ditambah yang ditasydid ? JAWAB : itu bukan ( huruf athof) yang ditambah TAUKID akan tetapi asalnya adalah - - kemudian diberi - - Ziyadah dan ditambah - TAUKID yang dibuang hamzahnya untuk tahfif Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 102 Dar al Fkr .

:

15

) ( ) 1 (1022.SOAL : Lam Ibtida' itu bisa masuk pada khobarnya yang dikasroh hamzahnya. Pertanyaan : - Apakah lam ibtida' bisa masuk pada khobar saudaranya ? - Apa alasannya ? JAWAB : Lam ibtida' tidak bisa menyertai saudaranya Referensi : Hams Ibnu Hamdun juz 1 hal 105 Dar AL Fkr .

: ) 105 ) Adapun wajah tidak diperbolehkannya lam ibtida' masuk pada saudaranya karena akan merubah ma'na ibtida' dan menghilangkan hukumnya, sedangkan fungsi diletakkannya lam ibtida' adalah untuk ( menguatkan ma'nanya mubatada'

: ) ( (105 ) 1 3 SOAL : Apa alasannya lam ibtida tidak bisa masuk pada khobar manfi dan fiil madli yang sepi dari qod ? JAWAB : Karena bila lam ibtida masuk pada khobar yang manfi akan terkumpul dua huruf yang serupa atau sejenis seperti dan Dan untuk huruf nafiyang disamakan, sedangkan tidak masuk pada fiil madli yang sepi dari qod karena tidak ada keserupaan dengan kalimat isim. Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 106 Dar Al Fkr .

:

61

) ( ) 1 601 (

4

SOAL : Kenapa inna dan saudaranya jika bertemu dengan ma zaidah ? pengamalannya menjadi batal,dan kenapa pada laita itu bisa Imal dan ihmal JAWAB : Karena ma zaidah yang pada inna dan saudaranya itu bisa menghilangkan kekhususan yang pada inna dan saudaranya, sedangkan laita itu .tidak batal pengamalannya meskipun dimasuki ma ziyadah

: Referensi Qodhl Qudhot juz 1 hal 314 Dar Al Fkr

: " " , , " " , ) 1 413 (5. SOAL : Apakah yang di maksud dengan dlomir syaan

JAWAB : Dlomir syaan adalah dlomir yang di tafsisri oleh lafadz setelahnya begitu juga dlomir qissoh, hanya saja kalau dlomir itu mudzakar maka di sebut dlomir syaan dan kalau dlomir itu muannas maka di sebut dlomir qissoh : Referensi .37 Hasyiah Al ubadah Hal

: ) (

17

( 73 )

BAB FAIL 1. SOAL : Apakah alasan ulama Bashroh tidak memperbolehkan mendahulukan fail atas fiil ? JAWAB : Karena fiil dan fail bagian satu kalimat dan sebagaimana tidak diperbolehkannya mendahulukan akhir suatu kalimat atas juz yang depan begitu juga tidak diperbolehkan mendahulukan fail atas fiil. Referensi : Qodlil Qudloth juz 1 hal 388, Al Haromain

: (388 ) 2. SOAL : Sebab apakah yang menjadikan fail dibaca rofa dan maful dibaca nashob ? JAWAB : Karena fail itu hanya satu (tidak mungkin taaddud) sehingga dihukumi ringan, sedangkan maful itu bisa taaddud sehingga dihukumi berat.Sedangkan Irob rofa hukumnya berat dan nashob hukumnya ringan.Irob rofa yang berat itu diberikan kepada fail yang ringan dan Irob nashob yang ringan diberikan kepada maful yang berat supaya ada keseimbangan antara fail dan maful

Referensi : Ibnu Hamdun Juz 2 hal 123, Dar Al Fikr

:

18

(123 ) 3. SOAL : Makna apakah yang dimaksud oleh perkataan ibnu malik pada nadzom ? JAWAB : Yaitu bahwa sesungguhnya dan itu digunakan untuk tujuan mubalaghoh dalam memuji dan mencela pada failnya. Referensi : Bahjah Al Mardliyah hal 68, Al Hidayah

: ) ( (68 ) 4. SOAL : Kapankah bisa terjadi keserupaan antara fail dan maful ? JAWAB : ketika salah satu dari keduanya itu berupa isim yang naqish (isim yang tidak bisa sempurna maknanya tanpa yang lainnya seperti isim maushul dan maushufah) sedangkan yang lain berupa isim tam. Referensi : Al Asymuni juz 2 hal 60, Al Haromain

: ) ( (60 ) 5. SOAL : Mengapa apabila antara fiil dan fail isim dhohir muannas haqiqi yang dipisah dengan itu tidak boleh memberi ta pada fiilnya ? JAWAB : Karena pada haqiqatnya failnya adalah mudzakar tapi dibuang Referensi : Al Khudlori juz 1 hal 163, Al Hidayah

: ) ( (163 )

19 6. SOAL : Mengapa fiil ketika disandarkan pada isim dzohir yang berupa tasniah atau jamak fiil tersebut tidak diberi tanda tasniah atau jamak? JAWAB: Adapun disepikannya fiil dari alamat tasniah atau jamak karena ketika kamu mengucapkan lafadz / maka kedua isim dzohir tersebut akan disangka mubtada muakhor dan lafadz sebelumnya yang berupa fiil dan fail itu disangka khobar mukoddam Referensi : Taswiqul kholan Hal 127,Al Hidayah

: ) ( 127

7. SOAL : Kenapa fiil harus di sepikan dari alamat tasniah, jamak jika disandarkan pada fail tasnih jamak dan kenapa jika failnya itu muannas fiilnya harus di beri alamat tanis? JAWAB : Untuk menjaga lafadz dari ziyadah yang tanpa faidah di karenaka batas akhir dari faidahnya huruf-huruf yang ditambahkan pada akhirnya fiil menumjukkan adannya fail itu tasniah atau jamak maka tidak adanya hajat untuk hal itu. Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 123 Dar Al Fkr .

..........) ( ( 123 ) 1 Adapun fiil tidak di sepikan dari alamat tanits karena di sebabkan karena adannya hajat padanya, karena sesungguhnya fail itu terkadang lafadnya mudzakar dan mananya muannats begitu pula sebaliknya maka murod (sesuatu yang di kehendaki ) tidak akan bisa di ketahuhi kecuali dengan adanya ta dan tidak adanya, berbeda dengan tasniah dan jamak karena sighot keduannya tidak butuh dari tanda.

20 Referensi : Al Khudhor juz 1 hal 161 Al Hdayah .

: ) ( ( 161 ) 1

BAB NAIBU FAIL 1. SOAL : Sebagian ulama mengatakan bahwa apabila tidak ada maful bih maka yang lebih berhak menggantikan adalah masdar, apa alasannya ? JAWAB : Karena massdar merupakan salah satu dari pada dua juz madlulnya amil yang paling mulia. Referensi : As Shoban juz 2 hal 68, Al Haromain

: ) ( ) (68 2. SOAL : Apakah semua jer majrur itu bisa dijadikan naibul fail ? JAWAB : Tidak, jer majrur itu bisa dijadikan naibul fail apabila mukhtash, huruf jernya tidak khusus mengejerkan lafadz tertentu seperti serta tidak menunjukkan mana talil seperti Referensi : Qodlil Qudloth juz 1 hal 423, Al Haromain

: .... . .... (423 )

21

3. SOAL : Bagaimanakah solusinya apabila ada fail / naibul fail yang mendahului fiilnya ? JAWAB : Fail / naibul fail harus ditarkib menjadi mubtada yang khobarnya berupa jumlah setelahnya yang merofakan dlomir mustatir yang kembali pada fail / naibul fail tersebut. Referensi : Dahlan Al Fiyah hal 69, Al Hidayah

: " " (69 ) 4. SOAL : Mengapa fiil amar tidak bisa dimabni majhulkan ? JAWAB : Karena jika di mabnikan majhul akan merusak makna, karena fiil amar adalah bermana insya sedangkan fiil yang mabni majhul adalah bermana khobariah sehingga keduanya saling menafikan. Referensi : Ibnu Hamdun Juz 1 hal 130, Dar Al Fikr

: (130 ) 5. SOAL : Apakah ada perbedaan antara istilah dengan ? JAWAB : Ada, disamping istilah yang awal itu lebih ringkas juga mencakup semua isim yang mengganti fail, berbeda dengan ibaroh / istilah yang kedua. Referensi : Al Khudlori juz 1 hal 167, Dar Al Fikr

: .....

22

) (167 BAB ISYTIGHOL 1. SOAL : Mengapa Masyghul anhu yang jatuh sebelum fiil tholab itu lebih baik dibaca nashob JAWAB : Karena membuat kalam khobariah (tarkib isytighol) dari jumlah tholabiah adalah menyalahi aturan yang semestinya, karena jumlah tholabiah itu tidak mengandung makna benar atau salah. Referensi : Qodlil Qudloth juz 1 hal 437, Al Haromain

: ) (437 2. SOAL : Bagaimana hukumnya masyghul anhu dalam contoh ? JAWAB: Boleh nashob dan rofa karena masghul berupa sifat sehingga adanya pemisah antara masghul dan masghul anhu tidak berpengaruh. Referensi : Al Asymuni juz 2 hal 73, Al Haromain Ibnu Aqil Hamisy Hasyiyah Al Khudlori juz 1 hal 177, Al Haromain

: (73 ) ( 177 . ) 3. SOAL : Mengapa amilnya isytighol wajib dibuang ?

23 JAWAB : Karena orang-orang arab itu tidak mau mengumpulkan antara sesuatu yang menjelaskan dengan yang dijelaskan. Referensi : Al Kawakib Durriyah juz 2 hal 6

: (6 ) 4. SOAL : Pada contoh antara masyghul dan masyghul anhu terpisah mengapa diperbolehkan ? JAWAB :Karena masghulnya berupa sifat sedangkan yang tidak diperbolehkan memisah antara masyghul dan masyghul anhu itu adalah apabila masyghulnya berupa fiil karena fiil itu bisa berdiri sendiri dan apabila masyghul berupa isim sifat maka diperbolehkan memisah karena isim sifat itu tidak bisa berdiri sendiri (harus disandarkan pada yang lain)

Referensi : Al Makudi juz 1 hal 138, Dar Al Fikr

: ) (1385. SOAL : Apa alasan mashgul yang jatuh setelah adat istifham, syarat, tahdid, itu masyghul anhunya wajib dibaca rofa ? JAWAB : Karena lafadz-lafadz yang jatuh setelah adat istifham dan seterusnya, itu tidak bisa mengamalkan pada lafadz sebelumnya dan sesuatu yang tidak bisa mengamalkan itu juga tidak bisa menafsiri amil yang dibuang sehingga masyghul anhu harus dijadikan mubtada. Referensi : Jamiud Durus juz 3 hal 423,

:

24

) (423 6. SOAL : Apakah lafad yang menasobkan isim sabiq harus mencocoki dengan amilnya ( masyghul anhu ) JAWAB : Ya, lafadz yang menashobkan isim sabiq harus mencocoki dengan amilnya dalam segi mananya saja atau lafadz dan mana Referensi : Al Khudhor juz 1 hal 173 Al Hdayah.

: ( 173 ) 1 6. SOAL : Apakah di perbolehkan membuang syaghil ? JAWAB :Boleh tetapi hukumnya qobih ( jelek ) karena memutus setelah di persiapkan Referensi : As Shoban juz 2 hal 103 Dar Al Kutub .

: ) (103 2

BAB MUTAADI WALLAZIM 1. SOAL : Apakah semua hamzah itu bisa memutaadikan fiil lazim ? JAWAB : Tidak, hamzah yang bisa memutaadikan adalah hamzah selain muthowaah yakni hamzah naqol. Referensi :

25 Hillul Ma'qud fi Nadzmil Maqshud hal 46

: ) ( .......... ) 46 BAB TANAZU FILAMALI 1. SOAL : Apa yang menyebabkan ulama bashroh lebih mengamalkan amil yang kedua ? JAWAB : Karena dekatnya amil yang kedua dengan mamul dan kerena selamatnya amil yang kedua dari athof sebelum sempurnanya mathuf alaih dan selamat dari memisah amil dengan mamul ajnabi. Referensi : Al Khudlori juz 1 hal 183, Dar Al Fikr

: ) ( ) (183 2. SOAL : Apakah yang menyebabkan ulama kuffah lebih mengamalkan amil yang pertama ? JAWAB : Karena dahulunya amil dan supaya amil selamat dari menyimpan dhomir sebelum disebutkan sebagaimana menurut ulama bashroh dan dari membuang dhomir rofa menurut imam kisai. Referensi : Al Khudlori juz 1 hal 183, Dar Al Fikr

: ) ( ) ( 183

26 3. SOAL : Dalam susunan tanazu ketika amil yang mulgho menuntut mamul selain rofa dan asalnya tidak berupa khobar, kenapa mamulnya( yang berupa dhomir ) harus dibuang ? JAWAB : Karena mamul tersebut fudlah yang tidak punya tempat untuk menyimpan dhomir sebelum menyebutkan , dan hal tersebut bila tidak ada keserupaan ketika membuangnya. Dan bila ada keserupaan ketika membuangnya maka dhomir tersebut disebutkan di akhir akan tetapi dalam kitab kafiyah condong mendhomirkan mamul fudlah didepan dan ini adalah dzohirnya kitab tashil. Referensi : Al Khudlori juz 1 hal 184, Dar Al Fikr

: ) ( ) ( 184 4. SOAL : Apakah tanazu ini berlaku selain fiil ? kalau tidak bagaimana dengan contoh ! JAWAB : Tanazu ini tidak berlaku selain fiil , mengenai contoh tersebut tidak dikatakan tanazu karena tanazu itu harus sama dalam mana sedangkan untuk musbat dan untuk nafi maka tidak dinamakan tanazu sedang mamul tersebut milik .

Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 148, Dar Al Fikr

: ) ( ) ( ) ( 148

72 5. SOAL : antar amil yang pertama dan amil yang kedua itukan terdapat huruf athof apakah disyaratkan dalam dua amil itu adanya penghubung sepeti ( ) athof 6. JAWAB : Ya, diantara dua amil itu disyaratkan adanya penyambung ( robith ),maka tidak boleh diucapkan : Referensi .Qodhl Qudhot juz 2 hal 454 Al Haroman

: , : ) 2 .454 (? SOAL : Apakah robithnya harus beruoa huruf athof JAWAB : Tidak, robithnya itu bisa menggunakan salah satu dari tiga perkara 1. Dengan huruf athof 2. Lafadz yang pertama mengamalkan lafadz yang kedua 3. Menjadi jawab yang dari yang pertama

: Referensi .Qodhl Qudhot juz 2 hal 158 Al Haroman

: : ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) () 2 851 (

BAB MAFUL MUTHLAK

28 1. SOAL : Mengapa maful muthlak yang berfeadah mentaukidi fiilnya harus mufrod ? JAWAB : Karena menempati tempatnya mengulang fiil sedangkan fiil tidak bisa ditasniahkan dan dijamakkan. Referensi : Al Makudi juz 1 hal 148, Dar Al Fikr

: ) ( 1482. SOAL : Mengapa maful muthlak yang madud boleh di tasniahkan dan jamakkan ? JAWAB : Karena, masdar itu ketika bersamaan dangan ta maka bermana dan ketika di kumpulkan untuk diulangi lagi maka ditasniahkan dan bila lebih dijamakkan. Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 148, Dar Al Fikr

: ( 148 ) 3. SOAL : Apa maksud dari pernyataan bahwa membuang amil dari maful muthlak muakkad menafikan ? JAWAB : Maksudnya,membuang adalah jalan untuk meringkas sedangkan taukid dalam maful muthlak itu untuk memanjangkan ucapan dan ketika amil dibuang maka akan menghilangkan maksud asal dari adanya taukid.

Referensi : Ibnu Hamdun Juz 1 hal 149

:

29

) ( 149 ) (4. SOAL : Kenapa fiil tidak bisa di jamakkan dan ditasniahkan ? JAWAB : Karena mana fiil mengandung sedikit dan banyak sebagaimana jenis dan jenis itu tidak ada akhirnya sedangkan tasniah dan jamak itu menambah sesuatu dari asal kejadian dan perlu diketahui! menambahi sesuatu yang tidak ada habisnya itu muhal. Referensi : Ibnu Hamdun Juz 1 hal 148, Dar Al Fikr

: ) ( ) (148 5. SOAL : Mengapa amilnya maful muthlak yang muakkad tidak boleh dibuang ? JAWAB : Karena masdar disebutkan untuk menetapkan mana amil serta menguatkannya sedangkan jika dibuang akan menafikan tujuan mendatangkan masdar. Referensi : Syarah Ibnu Aqil Hamisy Khudlori juz 1 hal 198, Al Hidayah Al Khudlori juz 1 hal 189, Al Hidayah

: ) ( 198 : : ) ( 189

30

6. SOAL : Apa alasannya membuang masdar yang mentafsiri lafadz sebelumnya ? JAWAB: Karena nasdar tersebut juga sebagai ganti untuk mengucapkan amilnya Referensi : Hasyyah As Shoban juz 2 hal 173 Dar Al Kutub.

: ) ( . ( 173 : ) : 2

BAB MAFULLAH 1. SOAL : Dinadzom al fiyah disebutkan bahwa masdar itu bisa nashab menjadi mafullah dan harus menetapi syarat masdar dengan amilnya, yaitu harus satu dalam zaman dan fiilnya. Apakah hanya itu saja syaratnya ? JAWAB : Tidak, ada syarat yang lain yaitu harus masdar, masdar yang qolby, harus satu dengan amilnya dalam zaman dan failnya, masdar itu menjadi illat atau sebab dari sesuatu pekerjaan. Referensi : Jami'ud Durus juz 3 hal 34, Dar Al Kutub 'Ilmiyah

: , , , ( ) (34 ) 2. SOAL : Apakah yang dimaksud masdar qolby ? JAWAB : Yaitu masdarnya fiil dari beberapa fiil yang ditimbulkan oleh beberapa anggota panca indra yang batin. Referensi : Jami'ud Durus juz 3 hal 34, Dar Al Kutub 'Ilmiyah

31

: : , . ) ( 34 3. SOAL :

# # Apakah yang dimaksud huruf jer diatas ? JAWAB : Yaitu huruf jer yang bi mana talil Referensi : Ibnu Aqil hal 82, Al Hidayah

: ) 82 ) 4. SOAL : Apa sajakah huruf jer yang bermakna talil itu ? JAWAB : Yakni "",,, Referensi : Ibnu Aqil hal 82, Al Hidayah

: ( 82 ) 5. SOAL

: Pada separuh nadzom tersebut hanya menerangkan masdar yang

mujarrod (tidak mudlof dan tidak di masuki al) sedangkan pada separuh nadzom tersebut hanya menerangkan masdar yang dimasuki al saja tidak menerangkan masdar yang mudlof, maka bagaimana hukumnya masdar yang mudlof tersebut ? JAWAB : Sama, yani tidak ada hukum banyak sedikitnya masdar yang mudlof baik di jerkan atau tidak. Referensi :

32 Dahlan hal 82, Al Hidayah

)

: ( 82

BAB MAFUL FIH 1. SOAL : # nadzom diatas menerangkan bahwa amilnya dhorof itu dibuang. Apa hokum pembuangan amil tersebut ? JAWAB : Ada yang wajib dan ada yang jawaz Referensi : Dahlan hal 82, Al Hidayah

: ) ( ( 82 ) 2. SOAL : Kapankah pembuangan amil itu wajib dan kapankah pembuangan amil itu jawaz ? JAWAB : Wajib ketika menjadi khobar, shilah, shifat, tarkib isytighol, atau memang samainya membuang amil. Dan jawaz ketika ada qorinah (tanda pembuangan) seperti lafadz yang menjadi jawab dari pertanyaan . Referensi : Dahlan hal 82, Al Hidayah

: ) ( : : : : ( 82 )

33

3. SOAL : Ketika amilnya dhorof dibuang, berupa lafadz apakah amil tersebut ? JAWAB : Yani amilnya berupa lafadz / kecuali bila dhorof tersebut berupa shilah, maka amil yang dibuang itu pasti berupa fiil karena shilah itu harus berupa jumlah. Referensi : Dahlan hal 82, Al Hidayah

: ( 82 ) 4. SOAL : Apakah dhorof itu harus punya taaluq sebagaimana huruf jer ? JAWAB : Ya, dhorof itu mempunyai taaluq sebagaimana huruf jer tetapi mutaalaqnya dhorof itu adakalanya disebut / ditetapkan dan adakalanya dibuang. Referensi : Jami'ud Durus hal 40, Dar Al Kutub 'Ilmiyah

: , , , : , , ) ( 40 5. SOAL : , tidak boleh dijadikan dhorof karena tidak menetapi syarat kemudian nasabya dan itu karena apa ? JAWAB : Khilaf, sebagian ulama mengatakan nashobnya itu karena dhorof yang syad (lemah sekali) dan ada yang mengatakan karena nazul khofidz (membuang huruf jer) dan sebagian mengatakan bahwa nasabnya itu karena diserupakan dengan maful bih. Referensi : Hamisy Hasyiyah Al Khudlori juz 1 hal 199, Dar Al Fikr

:

34

( 199 ) MAFUL MA'AH 1. SOAL :

#

nadzom diatas hanya menerangkan isim yang jatuh setelah wawu maiyah itu dinashobkan menjadi maful maah. Apa yang dimaksud dengan maful maah ? JAWAB : Isim yang dibaca nashob yang fudhlah yang terletak setelah wawu maiyah yang mana wawu maiyah tersebut jatuh setelah jumlah yang mengandung fiil / syibhul fiil. Referensi : Dahlan Al Fiyah hal 83, Al Hidayah

: (83 ) 2. SOAL : Apakah ada syarat-syarat tersendiri bagi isim yang setelah wawu maiyah tersebut yang dinashobkan menjadi maful maah ? JAWAB : Ada, yaitu isim yang jatuh setelah wawu maiyah tersebut harus fudhlah, sebelumnya wawu harus berupa jumlah, wawu tersebut harus bermana maah. Referensi : Jami'ud Durus juz 3 hal 540, Dar Al Kutub 'Ilmiyah

: : , (1 ) 2 3 ) (540

35 3. SOAL : Apakah wawu maah itu bisa mendahului amilnya ? JAWAB : Tidak bisa. Referensi : Jami'ud Durus juz 3 hal 57, Dar Al Kutub 'Ilmiyah

: " " (57 ) 4. SOAL : Mengapa maful maah ketika jatuh setelah atau harus mengira-ngirakan amil ? JAWAB : Karena termasuk salah satu syarat nasabnya maful maah adalah harus jatuh setelah fiil atau syibhul fiil yang menjadi amilnya lalu karena maful maah yang jatuh setelah atau itu tidak jatuh setelah fiil atau syibhul fiil maka ulama berpendapat amilnya dikira-kirakan yang musytaq dari masdar .

Referensi : Dahlan Al Fiyah hal 84, Al Hidayah

: (84 ) 5. SOAL : Apakah hukum penyimpanan amil tersebut ? JAWAB : Khilaf ada yang mengatakan jawaz dan ada yang mengatakan wajib. Referensi : Al Khudlori juz 1 hal 201, Al Hidayah

: ) ( ) (201

36 HURUF JER 1. SOAL : Lam berfaedah antaranya lilmilki dan syibhul milki apakah yang dimaksud dengan syibhul milki ? JAWAB : Yang dimaksud syibhul milki adalah lam yang jatuh diantara dua isim zat dan isim zat yang kedua itu tidak bisa memiliki isim zat yang pertama ( berbeda dengan lilmilki karena isim zat yang kedua bisa memiliki isim zat yang pertama ) contoh Referensi : Hasyiyah Al Khudlori juz 1 hal 230, Dar Al Fikr

: (230 ) 1 2. SOAL : disebutkan dalam nadzom huruf jer adalah termasuk salah satu huruf jer. - Bagaimana berlaku huruf jer ? - Apakah tidak serupa dengan yang nawasib ? JAWAB : - yang beramal sebagaimana huruf jer itu bertempat pada dua tempat yang pertama masuk pada istifhamiyah dan yang kedua dengan mengira ngirakan setelah atau langsung menyebutkan -Tidak serupa, kerena berlaku huruf jer itu harus menyebutkan atau mengira ngirakan setelahnya dan jika berlaku nawasib harus menyebutkan atau mengirangirakan sebelumnya. Referensi : Syarah Ibnu Aqil Hamisy Al Khudlori juz 1 hal 226, Al Hidayah Hasyiyah Al Khudlori juz 1 hal 226, Al Hidayah

: ....... ( 226 )

37

) ( ( 226 ) BAB IDLOFAH 1. SOAL : Apakah yang membedakan antara / dengan lafadz / mengapa kalau / itu mabni sedangkan / itu murob. Padahal, samasama membuang mudof ilaih dan mengira ngirakannya ? JAWAB : Lafadz / itu keduanya mutashorif dan tanwinnya adalah iwad karena itu dimurobkan dan lafadz / adalah ghoiru mutashorif karana itu ia mabni. Referensi : Ibnu Hamdun Juz 1 hal 203, Dar Al Fikr

: ) (203 2. SOAL : disebutkan dalam setengah nadzom diatas bahwa itu seperti dan sama-sama boleh di idlofahkan pada jumlah ismiyah atau filiyah - Apa sajakah lafadz yang serupa dengan lafadz itu ? - Termasuk idofah apakah itu ? JAWAB : - Setiap isim yang menyerupai dalam segi sama-sama isim zaman, mubham dan madli - Termasuk idofah yang mahdoh yang berfaedah tarif Referensi : Makudi Hamis Ibnu Hamdun juz 1 hal 196, Dar Al Fikr Ibnu Hamdun juz 1 hal 196, Dar Al Fikr

: ............ ) ( 196

38

) ( 196 3. SOAL : Apakah yang membedakan antara lafadz dikatakan mubham dan dikatakan ghoiru mubham dan kenapa

JAWAB : Lafadz ketika diucapkan yang dikehendaki adalah sebagian dari zaman yang memuat siang / malam contoh sedangkan lafadz adalah sejak munculnya matahari sampai terbenamnya. Referensi : Ibnu Hamdun juz 1 hal 196, Dar Al Fikr

: ) ( ) ( ............ ( 196 ) 1 BAB NIMA WABISA 1. SOAL : Apakah bisa dilakukan seperti isim?

JAWAB : Bisa, dengan syarat dimasuki huruf jer. Referensi : Jamiuddurus juz 1 hal 236

: ( 236 ) 1 2. SOAL : Apakah tamyiz yang menjelaskan failnya itu boleh dibuang? JAWAB : Tafsil,jika failnya berupa dhomir yang kembali pada fiil tersebut maka hukumnya tidak boleh dan hukumnya nadar jika membuangnya,namun bila failnya berupa isim dzohir maka fiilnya tidak perlu pada tamyiz.

93 : Referensi Jamiuddurus juz 1 hal 64.Dar Al kutub Al ilmiyah

: ........ ) 1 46 (

BAB AFALUT TAFDIL 3. SOAL : Ketika afalu tafdil tidak memenuhi syarat apakah yang bisa / menggantikan hanya hanya lafadz JAWAB :Tidak, tetapi bisa yang lain seperti : Referensi Jamiuddurus juz 1 hal 64. Dar Al kutub Al ilmiyah

: " " " " : " " ) 1 46 (

BAB NAAT ? 1. SOAL : Bila semua tabi' berkumpul manakah yang harus didahulukan 4 .JAWAB : Yand didahulukan adalah : 1- Na'at. 2- Athof bayan. 3- Taukid.Badal. 5- Athof nasaq : Referensi Al Kawakib Durriyah juz 2 hal 81, Al Hidayah

: ) 18(

40

2. SOAL : Mengapa na'at disyaratkan harus sama dengan man'utnya dalam segi ma'rifat dan nakirohnya ? JAWAB : Karena na'at dan man'ut adalah seperti sesuatu yang satu, jika satu ma'rifat dan satu nakirob maka akan terjadi pertentangan karena ma'rifat menuntut penjelasan dan nakiroh memberi arti kesamaran. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 8, Dar Al Fikr

: ) (8 3. SOAL : Mengapa jumlah tholabiyah tidak bisa dijadikan na'at ? JAWAB : Karena tidak menunjukkan sesuatu yang bisa menjelaskan man'utnya. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 9, Dar Al Fikr

: (9 ) 4. SOAL : Kenapa masdar yang menjadi na'at harus menetapi mufrod mudzakar ? JAWAB : Karena masdar tidak bisa ditasniahkan dan jama'kan, maka masdar harus berlaku menetapi asalnya untuk menjadi tanbih bahwa sesungguhnya masdar tidak bisa dijadikan na'at. Menjadikan masdar sebagai na'at karena untuk qosdu (mubalaghoh dan tawassu') dengan membuang mudlof. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 35-54, Al Hidayah Tashilul Masalik juz 2 hal 80, Huququ Thobi Wannasyri

:

14

) ( ) 53 45( ) 08(? 5. SOAL : Mengapa na'at sababi hanya mengikuti 2 dari 5 perkara .JAWAB : Karena na'at sababi serupa dengan fi'il dalam amal dan ma'nanya : Referensi Al Kawakib Durriyah juz 2 hal 84, Al Hidayah

: ) ( ) ( ) 48(? 6. SOAL : Kenapa man'ut dari jumlah harus berupa isim nakiroh JAWAB : Karena jumlah itu menempati hokum nakiroh dan juga jumlah tersebut .dita'wil dengan nakiroh

: Referensi Al Kawakib Durriyah juz 2 hal 82, Al Hidayah

: ) (

42

)( ) ( ) (82 BAB TAUKID 1. SOAL : Kenapa lafadz dan itu dijama'kan, jika mentaukidi tasniyah tidak mengambil kecukupan dengan dengan dlomir tasniyah ? JAWAB : Sebenarnya lafadz dan ketika dijadikan taukid untuk tasniyah tidak wajib dijama'kan tetapi boleh dimufrodkan dan mengambil kecukupan dhomir dan boleh ditasniyahkan akan tetapi yang dipilih adalah jama' sebab : 1. Tasniyah adalah jama' dalam ma'na 2. Karena tidak disukai berkumpulnya dua tasniyah Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 56, Al Hidayah

: ) ( (56 ) 2. SOAL : - -adalah ma'rifat karena mudlof pada dlomir. 1. Apakah lafadz ,itu ma'rifat ? 2. Apa alasannya ? JAWAB : 1. Ya, ma'rifat menurut imam Sibaweh. 2. Karena mengira-ngirakan mudlof pada dlomir dan menurut versi lain bahwa ma'rifatnya seperti alam jenis Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 15, Dar Al Fikr

:

43

) : ( ........ (15 ) 3. SOAL : Mengapa lafadz dan wajib mudlof pada dlomir ? JAWAB : Karena lafadz dan itu lebih umum dari pada dlomir dan dlomir mentaukidi keduanya. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 14, Dar Al Fikr

: )( (14 ) 4. SOAL : Apakah taukid ma'nawi bisa mentaukidi jumlah fi'liyah ? JAWAB : Tidak karena taukid ma'nawi khusus bagi isim. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 14, Dar Al Fikr

: "" (14 ) 5. SOAL : Apa yang menyebabkan dhomir muttashil mahal rofa' ketika ditaukidi dengan lafadz dan harus dipisah dengan dhomir munfashil ? JAWAB : Sebab bila tidak dipisah dengan dhomir munfashil dikhawatirkan terjadi keserupaan. Apakah lafadz dan itu taukid atau fa'il. Referensi : Hasyiyah Al Khudlori juz 2 hal 58, Al Hidayah

:

44

) ( (58 ) 6. SOAL : Sampai berapa kali pengulangan dalam taukid lafdzi apakah ada batasnya ? JAWAB : Dalam pengulangan taukid lafdzi itu tidak boleh lebih dari tiga kali. Referensi : Al Kawakib Durriyah juz 2 hal 101, Al Hidayah

: )( (101 ) 7. SOAL : Kenapa ketika mentaukidi dhomir muttashil dengan taukid lafdzi harus mengulang persambungannya dhomir yang awal ? JAWAB : Karena jika persambungan dhomir muttashil yang pertama tidak diulang maka tidak akan hasil tujuan taukid lafdzi karena dhomir yang kedua menjadi munfashil. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 17, Dar Al Fikr

: ) ( ) (17 8. SOAL : Apa yang menyebabkan dhomir munfashil mahal rofa' bisa mentaukidi semua dhomir muttashil ? JAWAB : Karena dhomir munfashil mahal rofa' adalah asal dari semua dhomir dan amilnya adalah ma'nawi ya'ni ibtida' sedangkan dhomir manshub dan majrur amilnya adalah lafdzi dan bila membuat taukid dengan dhomir manshub dan majrur maka dhomir tersebut membutuhkan untuk mendatangkan amilnya maka seakan-akan hal tersebut adalah amil lafdzi.

54 : Referensi Ibnu Hamdun juz 2 hal 19, Dar Al Fikr

: ) ( ) 91(. terjadi pengathofan fi'il pada isim 9. SOAL : dalam contoh .Kenapa hal itu diperbolehkan padahal berbeda jenis JAWAB : Diperbolehkan mengathofkan pada contoh diatas karena fi'il tersebut dita'wil dengan isim ya'ni bila ada isim athof pada fi'il maka isim tersebut harus .dita'wil dengan fiil : Referensi Ibnu Hamdun juz 2 hal 19, Dar Al Fikr

: ) ( )( ) 91( wajib dan 10. SOAL : Apakah dhomir muttashil yang ditaukidi dengan ? dipisah dengan dhomir munfashil .JAWAB : Ya. Wajib dipisah dengan dhomir munfashil : Referensi Ibnu Hamdun juz 2hal 16, Dar Al Fikr

: ) ( ) 61(

46 BAB ATHOF NASAQ 1. SOAL : Pada contoh kenapa yang kedua dimasukkan dalam bab huruf athof sedangkan yang pertama tidak ? JAWAB : Karena yang kedua itu selalu bersamaan dengan huruf athof, meskipun menurut ittifaq ulama' itu tidak termasuk huruf athof hal ini menurut Ibnu Ushfur. Referensi : Asymuni juz 3 hal 109, Al Haromain Mughni Labib juz 1 hal 57, Maktabah Dar Ihyaul Kutub Al Arobiyah

: ) (109 adapun yang pertama bukan huruf athof karena menghalangi antara amil dan ma'mul.

(57 ) 2. SOAL : Dalam nadzom ...apakah yang disamakan dengan disitu juga mencakup tujuh faidah yang ada pada ? JAWAB : Tidak, yang disamakan dengan disitu hanya mencakup 5 faedah dengan meninggalkan yang berma'na dan karena terlalu sedikitnya dan masih ada khilaf. Referensi : Asymuni juz 3 hal 109, Al Haromain

: ) ( ) (109

47 3. SOAL : Ketika ada satu kalimat yang bisa dii'robi dengan dua i'roban seperti contoh ( jer dan athof) manakah yang lebih bagus dipilih ? JAWAB : Yang lebih bagus dipilih adalah jer kecuali dalam bab isytighol seperti contoh maka nashob yang lebih baik. Referensi : Asymuni juz 3 hal 98, Al Haromain

: (98 ) 4. SOAL : Apakah yang berma'na itu harus ditakror (diulang-ulang) baik yang pertama maupun yang kedua ? JAWAB : Tidak, tapi kadang juga tidak butuh pada baik yang pertama atau yang kedua. Referensi : Asymuni juz 3 hal 109, Al Haromain

: (109 ) 5. SOAL : Contoh apakah yang kedua seperti dalam contoh itu memiliki semua ma'nanya ? JAWAB : Tidak, mengecualikan ma'na dan . Referensi : Qodlil Qudloth juz 2 hal 198,

: ) (198

48

6. SOAL : Mengapa disyaratkan ma'thufnya harus mufrod ? JAWAB : Karena ma'thufnya itu harus berupa juz atau yang menyerupai juz dari ma'thuf alaih dan hal itu tidak akan terjadi kecuali ma'thufnya berupa mufrod.

Referensi : As Shoban juz 3 hal 97, Al Haromain

: . (97 ) 7. SOAL : Apakah yang disebut hamzah Mughniyah ? JAWAB : Yaitu hamzah yang berfungsi untuk ta'yin (menjelaskan) ketika bersamaan dengan . Referensi : Hasyiyah Al Khudlori juz 2 hal 63, Al Hidayah

: ) ( 71 ) (23 ) ( ( 63 ) 2 8. SOAL : Kapankah huruf athof itu berma'na sababiyah dan ta'qib ? JAWAB : Yaitu jika sebelumnya berupa jumlah atau sifat. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 62, Al Hidayah

94

: ) ( 02 ) 26(? 9. SOAL : Apakah yang dinamakan yang jatuh setelah yani yang disepikan dari qoyyid JAWAB : Yaitu .) ) hamzah taswiyah atau setelah hamzah mughniyah 'an : Referensi Syarah Al Makudi juz 2 hal 23, Dar Al Fikr

: ) 32(? 10. SOAL : Apakah perbedaan syak dan ibham JAWAB : Ibham adalah Syak adalah :Mutakallim mengetahui hanya saja mutakallim .menyamarkan kepada mukhotob : Mutakallim sama sekali tidak mengetahui

: Referensi Syarah Al Makudi juz 2 hal 24, Dar Al Fikr

: ) 42 (BAB BADAL ? 1. SOAL : Apakah dhomir ghoib boleh dijadikan badal .JAWAB : Boleh, secara mutlaq : Referensi

50 Syarah Al Makudi juz 2 hal 31, Dar Al Fikr

: ) (31 2. SOAL : Apakah dhomir yang ada pada badal ba'du min kul itu hukumnya wajib ?

JAWAB : Ya wajib, dan dhomir tersebut adakalanya disebutkan atau dikirakirakan seperti contoh lafadz adalah badal dari lafadz merupakan badal ba'du min kul sedangkan dhomir yang ada pada badal tersebut adalah dikira-kirakan yaitu . Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 30, Dar Al Fikr

: . (30 ) BAB NIDA' 1. SOAL : Apakah huruf nida' termasuk isim fi'il ? JAWAB :Ya menurut sebagian ulama' huruf nida' termasuk Asma'ul Af'al. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 71, Al Hidayah

: )( ) (71 2. SOAL : Kenapa huruf nida' yang ada pada munada mandub munada dhomir dan munada mustghots tidak boleh dibuang ? JAWAB : Karena didalam munada mandub dan mustaghos tersebut menuntut memanjangkan sesuatu dan ketika huruf nida' dibuang maka akan menghilangkan

51 panjangnya sedangkan munada dhomir itu hukumnya syadz sehingga tidak diperbolehkan membuang huruf nida secara muthlaq ( menurut badhuhum ). Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 72, Al Hidayah

: ) ( ) (72 3. SOAL : Dalam contoh adalah diperbolehkan membuang huruf nida' pada isim jenis mengapa dalil yang digunakan adalah ucapan nabi musa padahal beliau adalah orang bani israil ? JAWAB : Menggunakan dalil ucapan nabi musa diatas adalah diperbolehkan karena nabi Muhammad SAW mengucapkan lafadz tersebut, sedang nabi Muhammad SAW sendiri adalah Afshohul Arab. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 23, Dar Al Fikr

: (23 ) 4. SOAL : Kenapa munada mufrod alam dan nakiroh maqsudah itu dimabnikan ? JAWAB : Karena serupa dengan kaf khitob dalam mufrod ma'rifat dan mengandung ma'na khitob. Referensi : Al Kawakib Durriyah juz 2 hal 7, Al Hidayah Ibnu Hamdun juz 2 hal 34

: )( (7 )

52

) ( ( 34 ) 5. SOAL : Kenapa mabninya munada mufrod alam dan nakiroh maqsudah itu menggunakan harokat padahal yang asli mabni itu adalah sukun. JAWAB : Dimabnikannya munada mufrod alam dan nakiroh maqsudah dengan harokat adalah sebagai peringatan bahwa mabninya itu adalah baru bukan asal. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 34, Dar Al Fikr Al Khudlori juz 2 hal 72, Al Hidayah

: ) ( (34 ) ) (726. SOAL : Kenapa mabninya mufrod alam dan nakiroh maqsudah menggunakan dhommah dan penggantinya alamat rofa' ? JAWAB : Karena bila tidak dimabnikan dhommah dan penggantinya, maka akan ada keserupaan dengan munada yang mudlof pada ya' mutakallim terutama juka munada mufrod alam dan nakiroh maqsudah berupa isim mufrod. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 34, Dar Al Fikr Al Khudlori juz 2 hal 72-73, Al Hidayah

: (34 ) ) (73 -72

53

BAB TABI'UL MUNADA 1. SOAL : Pada nadzom apakah kata itu sama dengan shifat-shifat yang sebelumnya, ya'ni na'at ? JAWAB : Ada perbedaan menurut dzohirnya dawuh mushonif secara muthlaq( baik jamid atau mustaq )sedangkan menurut ibnu sayid adalah athof bayan dan ada yang mengatakan jika berupa isim yang musytaq maka dijadikan na'at, dan jika berupa isim yang jamid maka dijadikan athof bayan. Referensi : Syarah Al Asymuni juz 2 hal 151, Al Haromain Ibnu Hamdun juz 2 hal 39, Dar Al Fikr

: (151 ) Tetapi pada contoh lafadz dibaca rofa' dan dijadikan na'at padahal lafadz tersebut adalah jamid, ini hanya perbedaan kitab.

: ) ( .... (39 ) 2. SOAL : Mengapa munada yang berupa isim isyaroh tidak bisa dishifati dengan isim isyaroh ? JAWAB : Karena munada yang berupa isim isyaroh jika dishifati dengan sendirinya maka tidak akan berfaedah. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 40, Dar Al Fikr

: ) (

54

(40 ) 3. SOAL : Apakah ada selain munada mufrod alam yang diulang-ulang ? JAWAB : Ada yaitu munada nakiroh maqshudah,hal ini menurut ulama' Bashroh. Referensi : Syarah Al Makudi juz 2 hal 40, Dar Al Fikr

: ) ( (40 ) 4. SOAL : Apakah pada lafadz ha' nya merupakan ha' tanbih atau ha' isim isyaroh. JAWAB : ha' tersebut merupakan ha' tanbih yang berlaku zaidah. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 77, Al Hidayah As Shoban juz 3 hal 152, Al Haromain

: ) ( ) (77 ) ( : ( 152 ) 5. SOAL : Mengapa yang mengiring-ngiringi lafadz mesti ha' tanbih JAWAB : Karena ha' tersebut adalah 'iwadl (sebagai ganti) dari lafadz yang berada pada susunan idlofah dan ha' tersebut menduduki dari lafadz itu. Referensi : Syarah Al Makudi juz 2 hal 39, Dar Al Fikr

:

55

) (39 ISTIGHOTSAH 1. SOAL : Mengapa huruf nida' selain tidak bisa masuk pada munada munada mustaghotsah ? JAWAB : Karena munada mustaghots itu seperti munad yang menunjukkan jauh dalam butuhnya munada tersebut untuk memanjangkan suara. Referensi : As Shoban juz 3 hal 163, Al Haromain

: ) ( ) (163 2. SOAL : Pada lafadz termasuk ha' apakah yang ada pada akhir kalimat tersebut dan apa tujuannya. JAWAB : Termasuk ha' sakat, adapun tujuannya adalah untuk menjelaskan alif, kerena waqof dengan alif itu samar, dan ketika sudah ditambah dengan ha kesamaran tersebut menjadi hilang. Referensi : Syarah Al Makudi juz 2 hal 48, Dar Al Fikr Ibnu Hamdun juz 2 hal 48, Dar Al Fikr

: ) ( (48 ) ) ( ( 48 )

56 3. SOAL : Mengapa huruf jer yang mengejarkan pada munada mustaghots itu hanya lam ? JAWAB : Karena huruf jer lam itu adalah untuk menunjukkan ikhtisosh, sedangkan munada mustaghots itu juga sama (menunjukkan ikhtishosh), agar terjadi munasabah maka dikhususkan lam. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 44, Dar Al Fikr

: ) ( .... ( 44 ) 4. SOAL : Mengapa lamnya huruf jer pada munada mlustaghots itu dibaca fathah ? JAWAB : Karena lam tersebut menempati tempatnya dhomir dan lam tersebut dibaca fathah ketika bersamaan dengan dhomir. Referensi : Al Makudi juz 2 hal 44, Dar Al Fikr

: ) (44 5. SOAL : Pada nadzom apakah ta'ajub pada nadzom tersebut sama dengan bab ta'ajub sebelumnya ? JAWAB : Tidak sama, karena menurut orang arab, yang dikatakan ta'ajub pada bab ini adalah suatu perkara yang didengar bersamaan adanya perkara yang ta'ajub (mengherankan). Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 45, Dar Al Fikr

: ) ( ) ( 45

57

BAB TARKHIM 1. SOAL : Mengapa munada tarkhim huruf akhirnya harus dibuang ? JAWAB : agar sesuai dengan ma'na tarkhim tersebut. Yaitu membuang huruf akhir munada. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 83, Al Hidayah

: ) (832. SOAL : Mengapa idlofah tidak bisa ditarkhim ? JAWAB : Karena mudlof ilaih tersebut menempati tanwin sebagaimana tidak boleh mentarkhim isim dengan membuang tanwin begitu juga mudlof tidak boleh ditarkhim dengan dengan membuang mudhof ilaih dan juga tidak tidak boleh diltarkhim dengan membuang huruf akhir dari mudhof ilaih, karena tarkhim dengan membuang huruf dari mudhof ilaih itu seperti tarkhim dengan membuang sebagian dan ini tidak diperbolehkan. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 51, Dar Al Fikr

: ) ( (51 ) 3. SOAL : Apakah ada perbedaan antara tarkib isnadiyang tam dan ghoiru tam dalam bisa dan tidaknya ditarkhim ? JAWAB : Tidak ada perbedaan antara keduanya, tarkib isnadi yang tam dan ghoiru tam itu keduanya tidak bisa ditarkhim. Referensi :

58 Ibnu Hamdun juz 2 hal 52, Dar Al Fikr

: ) ( (52 ) BAB TAHDZIR WAL IGHRA 1. SOAL : Apakah huruf athof dalam bab tahdzir khusus huruf athaf wawu ? JAWAB : Ya , dalam bab ini khusus huruf athof wawu tidak bisa lainnya, karena dalam bab tahdzir mana yang dikehendaki adalah mana mengumpulkan dan makna bersamaan dalam susunan kalam tahdzir sedangkan kedua mana tersebut bisa dihasilkan dengan selain wawu. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 58-59, Dar Al Fikr

: ) ( (59-58 ) 2 ASMA'UL AF'AL WAL 'ASHWAAT 1. SOAL : Bagaimana menggunakan isim fi'il yang tasniyah atau jama' JAWAB : Dengan menggunakan bentuk isim fi'il tersebut karena isim fi'il harus menetapi bentuk yang satu baik mutsanna ataupun jama'. Referensi : Jamiud Durus Al Arobiyah juz 2 119, Al Maktabatul Ishriyah

:

95

) 911(? 2. SOAL : Apakah isim fi'il itu semuanya dinakirohkan dengan tanwin JAWAB : Tidak, hanya sebagian isim fi'il. Ada yang selalu menetapi ma'rifat tidak boleh ditanwin dan ada yang wajib dinakirohkan dengan tanwin serta ada .yang boleh nakiroh dan marifat : Referensi Al Khudlori juz 2 hal 91, Al Hidayah

: ) ( ) 19(? ) dengan isim fi'il( 3. SOAL : Apakah perbedaan antara isim shout JAWAB : Dalam dhohirnya isim shout itu sama dengan isim fi'il (amar dan mudhori') tidak pada isim fi'il madhi. Tapi dalam haqiqatnya antara keduanya tidak sama yaitu isim fi'il (amar dan mudhori') itu bersambung dengan failnya yang berupa dhomir mustatir sedangkan isim shout itu tidak membutuhkan .dhomir mustatir : Referensi 29 Al Khudlori juz 2 hal

: ) ( ) 29(BAB NUN TAUKID

60 1. SOAL : Apakah fi'il madhi dapat dimasuki nun taukid ? JAWAB : Pada asalnya fi'il madhi tidak bisa dimasuki nun taukid tapi apabila fi'il madhi tersebut mengandung ma'na mustaqbal sekalipun lafadznya berbentuk madhi itu boleh dimasuki nun taukid. Referensi : Jamiud Durus juz 1 hal 67-68

: , ) ( 68-67 2. SOAL : Apakah fungsi dari nun taukid tsaqilah ? JAWAB : Untuk menambah mana taukid (agar taukid tersebut semakin kuat). Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 92, Al Hidayah

: (92 ) 3. SOAL : Pada lafadz mengapa nun taukid dibaca kasroh ? JAWAB : Karena diserupakan dengan nun mutsanna didalam tambahannya seetelah alif. Referensi : Hasyiyah Al Khudlori juz 2 hal 95, Al Hidayah Ibnu Hamdun juz 2 hal 67, Dar Al Fikr

: ) ( ( 95 ) tetapi yang lebih utama adalah diserupakan dengan nun alamat rofa', karena nunnya mutsanna itu hanya terjadi didalam isim sedangkan nun rofa' itu terjadi didalam fi'il dan nun taukid it juga ada didalam fi'il.

61

: ) ( (68 ) 4. SOAL : Pada lafadz , mengapa ketika nun yang jatuh setelah fathah dalam wajah itu nunnya dibuang ? JAWAB : Karena nunnya disamakan dengan tanwin. Referensi : Syarah Al Asymuni juz 3 hal 226, Al Haromain

: (226 ) 5. SOAL: Bolehkah fiil madli diberi nun taukid? JAWAB : Tidak boleh secara lafadz dan mananya Referensi : At tashrih alattaudih Hal 303

: : , . (303 )

BAB MA LA YANSHORIF 1. SOAL : Mengapa Alamiyah dan Washfiyah tidak dapat berkumpul ? JAWAB : Karena Alamiyah dan Washfiyah keduanya merupakan ilat manawiyah dan jika kedua manawiiyah berkumpul maka tidak diperbolehkan. Referensi : Al Kawakib Durriyah juz 1 hal 39 Ibnu Hamdun juz 2 hal 70, Dar Al Fikr :

26

) 93( ) 07(? mengapa ya tersebut harus dibuang 2. SOAL : Pada contoh JAWAB : Karena untuk meringankan bacaan dan sebagai ganti dari ya yang .dibuang maka diberi tanwin : Referensi Ibnu Hamdun juz 2 hal 74, Dar Al FIkr Al Khudlory juz 2 hal 101,Al Hidayah

: ) ( ) 47( ) ( ) 101(? termasuk tanwin apakah itu 3. SOAL : Pada contoh JAWAB : Ada perbedaan pendapat. Menurut Imam Sibaweh itu merupakan ). Dan menurut ( tanwin iwadl dari ya yang dibuang bukan tanwin shorf Imam Mubarrod zujaj itu merupakan tanwin iwadl dari harakat ya kemudian ya dibuang karena bertemunya dua huruf yang mati, tapi menurut Imam Akhfash itu .merupakan tanwin shorf : Referensi ,063 As Shoban juz 3 hal

:

63

(360 ) 4. SOAL : Pada nadzom mengapa muannasnya memakai ha bukannya ta ? JAWAB : Memakai ha tersebut adalah pendapatnya Imam Sibaweh yang sebagai ganti dari ta yang diwaqofkan tapi yang lebih utama adalah tetap memakai ta sebagaimana yang tertera dalam bab ta tanis. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 103,Al hidayah

: ) ( ) (1035. SOAL : Mengapa lafadz dan itu tidak bisa mencegah kemunshorifan suatu isim jika bersamaan dengan alamiyah ? JAWAB : Karena lafadz dan itu adalah merupakan kalimat yang mudzakar yang bertanwin dan ta yang ada pada kalimat tersebut bukan merupakan ta tanis melainkan ta dalam kalimat. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 103, Al Hidayah

: (103 ) 6. SOAL : Pada lafadz ilat apakah yang ada pada kalimat tersebut ? JAWAB : Ilatnya adalah ilhaq dengan alif tanis karena diserupakan dengan lafadz Referensi :

64 Al Kawakib Durriyah juz 1 hal 41, Al Hidayah

: )( (41 ) BAB IROBUL FIIL 1. SOAL : itu bisa menashobkan fiil setelahnya apabila antara dan fiil setelahnya tidak ada pemisah. mengapa jika pemisah yang berupa qosam itu masih menashobkan lafadz setelahnya ? JAWAB : Karena susunan tersebut disamakan dengan mudlof dan mudlof ilaih yang mana antara keduanya adalah merupakan susunan yang saling berkaitan, dan juga banyaknya memisah dengan qosam (sumpah) pada susunan yang saling berkaitan. Referensi : Al Makudi juz 2 hal 85, Dar Al Fikr

: ) ( ) (85 2. SOAL : Mengapa disyaratkan harus masuk pada fiil mudlori yang mempunyai zaman istiqbal ? JAWAB : Karena amil nawashib itu menuntut zaman istiqbal dan jika mananya fiil mudlori tidak berzaman istiqbal maka akan bertolak belakang. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 85, Dar Al Fikr

: (85 )

65 3. SOAL : Apakah ada pemisah selain qosam yang diperbolehkan ? JAWAB : Ada, tapi hukumnya syadz.seperti dipisah dengan nida, dua dan menurut Ibnu Ushfur dengan dhorof atau jer majrur. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 112, Al Hidayah

: (112 ) 4. SOAL : Apakah bisa mamulnya fiil memisah antara dengan fiilnya ? JAWAB : Bisa tapi menurut imam Kisai dan Hisyam. Referensi : As Shoban juz 3 hal 289, Al Haromain

: (289 ) 5. SOAL : Mengapa ketika yang berada diantara lam nafi dan laf harus didhohirkan ? JAWAB : Karena untuk menghindari berkumpulnya dua lam. Referensi : Al Makudi juz 2 hal 85, Dar Al Fikr

: ) (85 6. SOAL : Amil nawashib selain , , , ketika beramal menashobkan fiil mudhori itu harus menyimpan mengapa mesti yang disimpan padahal selain juga ada, seperti , , yang sama-sama menashobkan fiil mudlori dengan sendirinya. JAWAB : Karena itu merupakan ummul bab ( ) dan hanya huruf yang bisa menashobkan fiil mudlori secara lafadz dan mahalnya.

66

Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 111, Dar Al Fikr

: ) ( (111 ) 7. SOAL : Huruf nashob yang masuk pada fiil mudlori yang dibaca rofa seperti contoh termasuk huruf apakah tersebut ? JAWAB : Jika fiil mudlori tersebut berlaku zaman hal maka huruf tersebut berlaku ( hatta ibtidaiyah) dan sedangkan jika masuk pada fiil mudhori yang zaman istiqbal maka berlaku hatta huruf jer. Referensi : As Shoban juz 3 hal 301, Al Haromain

: (301 ) 8. SOAL : Kenapa fiil mudlori yang dimasuki ketika zaman istiqbal harus dibaca nashob ? JAWAB : Karena semua amil nawashib itu tidak bisa beramal pada selain zaman istiqbal. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 112, Dar Al Fikr

: ) ( (112 ) 9. SOAL : Pada contoh amil apakah yang menjazemkan lafadz ? JAWAB : Dijazemkan oleh adat syarat yang dikira-kirakan , yang asalnya adalah . Referensi :

67 Ibnu Hamdun juz 2 hal 89, Dar Al Fikr

: ) ( ) ( 89 10. SOAL : Pada nadzom . Apabila fiil mudhori yang jatuh setelah tholab yang murni dan tidak bersamaan fa akan tetapi masih dimaksudkan menjadi jawab maka harus dibaca jazem. Bagaimana kalau tidak dimaksudkan menjadi jawab apakah masih harus dibaca jazem ? JAWAB : Tidak, akan tetapi dibaca rofa Referensi : Al Asymuni juz 3 hal 452, Dar Al Kutub Ilmiyah

: 452 )

BAB AWAMIL JAWAZIM SOAL : Mengapa lam amr dibaca kasroh ? JAWAB : Karena lam amr menyerupai huruf jer dalam segi membandingi kekhususan lam jer yani lam amr khusus masuk pada fiil sedangkan lam jer khusus masuk pada isim. Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 93 Hasyiah Al khudlori juz 2 hal 119

: ) 2 ) ( ) (93 ) ( ........... (119 ) 2

68

SOAL :Apakah lam amr selamanya dikasroh ? JAWAB : Tidak, seperti ketika jatuh setelah wawu dan fa maka disukun dan terkadang disukun bila jatuh setelah Referensi : Jamiuddurus juz 2 hal 128, Dar Al-kutub Al- ilmiyah

: , ) 681 ( ) (128 2

BAB ADAD

1. SOAL : Pada susunan itu antara satuan dan puluhan harus dipisah dengan huruf athof, apakah pemisah selain huruf athof wawu diperbolehkan dan apakah faedah huruf wawu tersebut? JAWAB : Tidak diperbolehkan hanya khusus huruf athof wawu adapun faedahnya adalah untuk limuthlakil jami Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 114, Dar Al Fikr As Shoban juz 4 hal 110, Dar Al Kutub ilmiyah

: ...... ) 114 ) )( (110 ) 2. SOAL : Apa sebabnya lafadz / yang pertama () / dihukumi murob dan lafadz yang kedua (( / dihukumi mabni ?

96 dihukumi murob kerena mulhaq bilmutsanna / JAWAB : Lafadz dihukumi mabni karena mengandung mananya / sedangkan lafadz athof : Referensi Al Khudlori juz 2 hal 137-138, Dar Al Fikr / Al Hidayah Qodli Qudloth juz 4 hal 72, Dar Al Fikr

: ( ) ) 731-831( ) 27(? harus mufrod nakiroh 3. SOAL : Mengapa tamyiznya lafadz JAWAB : Karena tamyiz tersebut untuk menjelaskan haqiqatnya madud dan hal itu tidak akan bisa hasil kecuali tamyiznya mufrod nakiroh

: Referensi As Shoban juz 4 hal 98, Dar Al Kutub ilmiyah

: ) ( ) 89(

07

? berupa jama 4. SOAL : Apakah diperbolehkan tamyiznya JAWAB : Menurut jumhur ulama tidak diperbolehkan tapi menurut imam Farro itu diperbolehkan : Referensi Al Khudlori juz 2 hal 138, Al Hidayah

: ) ( ) 831(? harus dibaca nashab 5. SOAL : Mengapa tamyiznya JAWAB : Dibaca nasab karena tercegahnya menjadikan tiga pekara seperti sesuatu yang satu : Referensi As Shoban juz 4 hal 99, Dar Al Kutub ilmiyah

: ) ( ) 99(? boleh dibuang 6. SOAL: Apakah wawu pada contoh JAWAB : Tidak boleh : Referensi Syarah Al Asymuni juz 4 hal 110, Dar Al Kutub ilmiyah

: ) 011(

71 7. SOAL : Pada contoh ( ) yang dikeluarkan dari ( ) mengapa lafadz dihukumi murob dan dihukumi mabni ?

JAWAB : Lafadz ( )dihukumi murob kerena sepi dari tarkib yang dimudofkan langsung kepada murakkab tsani sedangkan lafadz ( )dihukumi mabni karena masih mengira ngirakan shodrul murakkab tsani Referensi : As Shoban juz 4 hal 108, Dar Al Kutub ilmiyah Al Khudlori juz 2 hal 140, Al Hidayah / Dar Al Fikr

: (108 ) ) ( ........ ) (1408. SOAL : Susunan apakah boleh menjadikan adad yang lebih kecil menyamai adad yang lebih besar dari murokkab ? JAWAB : Menurut ulama kufah dan bashroh tidak diperbolehkan tetapi menurut imam syibaweh dan golongan ulama lainnya memperbolehkan Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 140, Dar Al Fikr Syarah Al Asymuni juz 4hal 109, Dar Al Kutub Ilmiyah Syarah Ibnu Aqil Hamisy Hasyiyah Al Khudlori juz 2 hal 140, Dar Al Fikr

: ) ( ) (140

27

. , ) 901( ) 041( mengikuti wajah yang ketiga yaitu Tetapi jika susunan ini memang tidak diperbolehkan

: ) 901(? itu musytaq dari kalimat apa 9. SOAL : Lafadz kemudian alif diletakan setelah ha dan JAWAB : Mustaq dari kalimat kemudian wawu yang wawu diletakan di akhir kalimat sehingga menjadi ada diakhir kalimat yang jatuh setelah harakat kasroh diganti dengan ya sehingga menjadi : Referensi Ibnu Hamdun juz 2 hal 114, Dar Al FIkr

: ) ( ) 411(10 SOAL ?itu : Apakah asal lafadz

kemudian huruf sin itu asalnya adalah JAWAB : Dalam kamus lafadz dan dal terebut diganti dengan ta maka menjadi

73

Referensi : Asshoban hal 212

: ( 212 ) 11. SOAL : Mengapa pada lafadz setelah harokat kasroh ditambah alif

JAWAB : Ditambah nya alif agar tidak serupa dengan lafadz Referensi : Qowaidul Imla Hal 63.

: ( 63 )

BAB KAM KAAYIN WA KADZA 1. SOAL : Apakah lafadz bisa dilakukan istifhamiyah ? JAWAB : Secara mutlaq semua ( ) itu bisa dilakukan istifhamiyah tanpa memandang gholib dan nadarnya, tetapi yang berlaku adalah dilakukan kam khobariyah sedangkan jika dilakukan kam istifhamiyah itu hukumnya nadar. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 142, Al Hidayah

: (142 ) 2. SOAL : Apakah huruf jer yang masuk pada kam istifhamiyah itu terkhususkan huruf jer min ? JAWAB : Tidak.

74

Referensi : Syarah Al Makudi juz 2 hal 114, Dar Al Fikr

: (114 ) BAB HIKAYAH

1. SOAL : Dibaca apakah hikayahnya didahului huruf athof

yang berupa alam jika man tersebut

JAWAB Boleh dua wajah ; menurut ulama hijaz harus dibaca nashob menjadi hikayah sedangkan menurut bani tamim harus dibaca rafa. Referensi : Syarah Al Makudi juz 2 hal 118-119, Dar Al Fikr

: ) ( (119 -118 ) 2. SOAL : Apakah hikayah yang berupa alam itu khusus pada alam asma saja ? JAWAB : Tidak ,akan tetapi alam yang menjadi hikayahnya itu adalah mutlak baik alam asma, kunyah, maupun laqob. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 144, Dar Al FIkr

:

75

) ( (144 ) 3. SOAL : Apakah perbedaan antara hikayahnya dengan ? JAWAB : Perbedaan antara hikayah nya [ ] dengan [ ] itu ada lima itu khusus untuk hikayahnya lafadz yang berakal sedangkan itu penggunaannya secara umum baik berakal atau tidak itu khusus ketika waqof sedangkan itu umum bisa digunakan ketika waqof maupun washol - itu wajib dibaca isyba sedangkan tidak wajib - itu digunakan untuk hikayahnya isim nakiroh dan alam sedangkan itu khusus nakiroh - huruf yang jatuh setelah tatanis pada hikayah itu wajib dibaca fathah sedangkan pada hikayahya itu boleh fathah dan sukun. Referensi : Syarah Al Asymuni juz 4 hal 131, Dar Al Kutub Ilmiyah

: , , ) (131 BAB TANITS 1. SOAL : Apa sebabnya alamat tanits ta bisa dikira kirakan sedangkan alamat tanits alif tidak ? JAWAB Karena meletakkan ta pada suatu kalimat adalah suatu hal yang baru / tidak asal dan ta tersebut boleh dibuang dan hal ini berbeda dengan alamat tanits alif. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 145, Al Hidayah

67

: ) ( ) 541(? yang asal mempunyai mana wazan 2. SOAL : Mengapa pada wazan daripada yang banyak adalah berma,na JAWAB : Kerena pada wazan . bermana : Referensi Qodli Qudloth juz 4 hal 93, Dar Al Fikr

: ) 39 ( 3. SOAL : Pada nadzom ? selain naat itu diperbolehkan apakah tabi #

.JAWAB : Boleh, seperti menjadi athaf bayan atau hal : Referensi Al Khudlori juz 2 hal 146, Al Hidayah

: ) ( ) 641 ( huruf athofnya menggunakan 4. SOAL : Apa sebabnya pada ? tidak bisa yang lainnya adalah sebagai isyaroh bahwa antara ta JAWAB : Dikhususkanya huruf athof .dan alif itu tidak bisa berkumpul pada kalimat yang Satu : Referensi As Shoban juz 4 hal 133, Dar Al Kutub Ilmiyah

77

: ) ( ) ( 133 5. SOAL : Mengapa pada bab tanits pada nadzom alamatnya menggunakan ta tidak ha ? JAWAB : Pada nadzom tersebut tidak menyebut ha agar bisa mencakupi ta tanits yang ada pada fiil , tetapi menurut ulama bashroh kerana ta adalah asal sedangkan ha adalah cabang dari ta ketika waqaf adapun menurut ulama kuffah adalah sebaliknya. Referensi : Al Asymuni juz 4 hal 134, Dar Al Kutub Ilmiyah Al Khudlori juz 2 hal 133, Al Hidayah :

, (134 ( ) ( (133 ) BAB MAQSHUROH MAMDUDAH 1. SOAL : Apakah bisa disebut isim maqsur ? Alasannya ! JAWAB : Tidak bisa, karena alif yang ada pada merupakan alif yang mabni bukan alif yang lazimah. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 149, Dar Al Fikr

: ) ( ( 149 )

87 2. SOAL : Apakah hanya masdar dari fiil yang dimulai hamzah washol saja yang ? bisa disebut dengan isim mamdudah yang qiyasi JAWAB : Tidak , bisa juga berupa hamzah qatho ,masdar dari fiil yang . menunjukkan suara atau sakit , masdarnya fail dan juga mufrodnya wazan : Referensi Asymuni juz 4 hal 152, Dar Al Kutub Ilmiyah

: ) ( ........ . ) 251 (KAIFIYAH TASNIAH MAQSUR WAL MAMDUD WA JAMUHUMA TASHIHAN ketika di tasniahkan hamzahnya diganti dengan 1. SOAL : Mengapa lafad ? wawu tidak di ganti dengan ya JAWAB : Karena jika diganti dengan ya maka akan berkumpul tiga ya dan . kasroh dan itu sangat berat : Referensi Ibnu Hamdun juz 2 hal 125, Dar Al Fikr

: ) (

79

( 125 ) 2. SOAL : Manakah yang lebih utama antara mengganti wawu dengan menetapkan hamzah ketika mentatsniyahkan isim mamdud pada contoh ? JAWAB : -Jika hamzahnya gantian dari alif tanis seperti maka yang masyhur adalah hamzahnya diganti dengan wawu menjadi -Jika hamzahnya untuk ilhaq seperti atau gantian dari asal seperti maka boleh dua wajah antara mengganti wawu dengan menetapkan hamzah, tetapi ketika ilhag itu lebih baik diganti dengan wawu daripada menetapkan hamzah sedangkan hamzah yang gantian dari asal itu menetapkan hamzah lebih baik dari pada diganti dengan wawu. Referensi : Syarah Ibnu Aqil Hamisy Hasyiyah Al Khudlori juz 2 hal 151, Al Hidayah

: ) (151

3. SOAL : Mengapa pada lafadz huruf sebelumnya ya diharokati fathah tidak diharokat kasroh ? JAWAB : Ditetapkannya fathah sebelumnya karena sebagai dalil ada alif yang sudah dibuang sebelum ya dan untuk mengenang alif yang dibuang maka fathah di tetapkan. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 152, Al Hidayah

:

08

) 251 (? dijamak muanantskan tanya harus dibuang 4. SOAL : Mengapa muannats JAWAB : Karena supaya tidak berkumpul dua alamat tanits : Referensi Al Asymuni juz 4 hal 162, Dar Al Kutub Ilmiyah

: ) ( .... ) 261 (BAB TASHGHIR itu setelah yang muannatsnya 1. SOAL : Mengapa isim yang ikut wazan ? ya' tashghir difathah tidak dikasroh JAWAB : Tidak di harokati kasroh agar tidak merubah bentuk jamaknya : Referensi Al Makudi juz 2 hal 142, Dar Al Fikr

: ) 241( itu terkhususkan 2. SOAL : Apakah huruf mad pada nadzom ? alif .JAWAB : Tidak : Referensi Ibnu Hamdun juz 2 hal 144, Dar Al Fikr

:

18

) ( ) 441(? 3. SOAL : Apakah isim yang beramal seperti fi'il bisa ditashghir JAWAB : Tidak bisa : Referensi As Shoban juz 4 hal 156, l haromain A

: ) ( ) 651 (? 4. SOAL : Mengapa fi'il dan huruf tidak bisa ditashghir JAWAB : Karena tashgir itu menshifati pada ma'nanya sedangkan huruf itu tidak .bisa disifati dalam ma'nanya : Referensi Asymuni juz 4 hal 156, Al Haromain As Shoban juz 4 hal 156, Al Haromain

: )( : ) 651( ) ( ) 651(5. SOAL : Apakah isim yang mendapatkan tambahan dalam bab tasghir itu ?semuanya bisa ditarkhim JAWAB : Tidak, ada juga yang tidak bisa ditarkhim seperti

28 : Referensi Ibnu Hamdun juz 2 hal 146, Dar Al Fikr

: ) 641 ( antara ziadah alif nun dikatakan infishol 6. SOAL : Mengapa lafadz ? tidak dikatakan infishol sedangkan itu adalah satu JAWAB : Karena yang memisah ya' tasghir pada lafadz itu yang memisah adalah dua huruf dan huruf sedangkan pada lafadz .pemisah satu huruf itu tidak bisa mempengaruhi infshol : Referensi Al Khudlori juz 2 hal 166, Al Hidayah

: ) ( ) 661 (.7 SOAL dan : Apakah yang dikehendaki lafadz

: JAWAB adalah sesuatu yang di ucapkan atas bentuk aslinya adalah sesuatu yang yang diucapkan dengan menggunakan sedangkan / wazan : Referensi .89 Qowaidullughotul Arobiah Hal

: / ) 89(BAB NASAB

83

1. SOAL : Apakah perbedaan antara lafadz yang ya' nya berupa ya' nisbat dan yang ya' nya tidak berupa nisbat ? JAWAB : Jika ya' dibuang dan tidak merusak keisimannya karena tetap menunjukkan ma'na maka ya' nya lafadz adalah ya' nisbat dan jika ya' tersebut ketika dibuang dapat menjadikan isim tersebut tidak mempunyai ma'na maka ya' tersebut adalah ya' yang asal dan bukan ya' nisbat. Referensi : Al Khudlori juz 2 hal 169, Al Hidayah

: ) ( (169 ) 2. SOAL : Bagaimana cara mengetahui bahwa pada lafadz itu merupakan ya' nisbat atau ya' asal ? JAWAB : Tidak ada perbedaan antara keduanya kecuali hanya didalam kirakiranya (taqdirnya). Referensi : Ibnu Hamdun juz 2 hal 148-149, Dar Al Fikr

: ) (149-148 3. SOAL : Apakah membuang huruf ya' pada nadzom terkhususkan ya' yang jatuh pada urutan ketiga saja ? JAWAB : Tidak, bisa juga jatuh pada urutan keempat atau lebih Referensi : Khudlori juz 2 hal 171, Dar Al Fikr

: ....) (

84

) (171 4. SOAL : Mengapa isim yang dinasabkan ya nya ditasydid ? JAWAB : Supaya tidak serupa dengan ya' mutakallim Referensi : Khudlori juz 2 hal 169, Dar Al Fikr

: (169 ) 5. SOAL : Apakah alasannya hamzah pada lafadz diganti dengan wawu tidak dengan ya ? JAWAB : Karena hamzah itu lebih berat dari wawu dan kalau diganti dengan ya maka akan berkumpul tiga ya bersama kasroh dan ini tidak diperbolehkan. Referensi : As Shoban juz 4 hal 265, Dar al kutub Ilmiah

: ) ( (265 )

WAQOF 1. SOAL : Mengapa ma istifhamiyah yang dijerkan alifnya harus dibuang? JAWAB: Karena untuk membedakan ma istifhamiyah dengan ma syartiya dan maushula. Referensi : Al Khudlori Juz :2 Hal : 178. Al Hidayah Ibnu Hamdun Juz :2 Hal :161.Dar Al Fikr

: ) ( (178 ) 2

85

) ( ........ ) ( 161 2 2. SOAL : Mengapa ma istifhamiyah yang dijerkan dengan huruf boleh menambah ha sakat sedangkan yang dijerkan dengan isim wajib menambah ha sakat? JAWAB: Karena ketika dijerkan dengan huruf itu seperti satu juz tapi seolah olah seperti dua huruf,dan ketika dijerkan dengan mudlof,tidak bisa dianggap satu juz karena mudlof mempunyai mana sendiri serta antara mudlof dan ma itu dikirakirakan terpisa sehingga wajib menambah ha sakat supaya tidak terjadi waqof pada kalimat yang hurufnya hanya satu. Referensi : Al khudlori Juz 2 Hal 178, Dar Al Fikr

: ) ( (178 ) 2 3. SOAL : Apakah istifhamiyah yang bersamaan dengan ketika waqof alifnya harus dibuang? JAWAB: Tidak dibuang Referensi : Al Asymuni Juz 4 Hal 305,Dar Al Fikr

: 4 ) (305 IMALAH 1. SOAL : Apakah alif yang gantian dari ya yang tidak berada dipinggir itu bisa diimalahkan?

86

JAWAB: Ditafsil, jika alif menjadi ain fiilnya fiil maka bisa diimalahkan dan jika menjadi ain fiilnya isim maka tidak bisa diimalahkan Referensi : Al Khudlori Juz :2 Hal : 179. Al Hidayah Assobban Juz :4 Hal : 221,Al Haromain

: ) ( (179 ) 2 ) ( 4 ) ( 221 2. SOAL : Apakah alif yang gantian dari wawu yang berada di pinggir itu bisa di imalahkan ? JAWAB : Tidak bisa secara mutlaq, tapi apabila tidal dipinggir maka bisa ditafsil. Referensi : Al Khudlori Juz :2 Hal : 179. Al Hidayah

: (179 ) 2 TASHRIF 1. SOAL : Mengapa dalam menyebutkan bab yang kita pelajari dengan sebutan tashrif tidak menggunakan lafadz shorof? JAWAB : Karena tasrif adalah ilmu yang mengetahui bentuk kalimat selain Irobnya dan lafadz tashrif itu lebih berhak dan mencocoki ilmi nahwu dan asal. Referensi : Al Falah Hal 3

87

: (3 ) 2. SOAL : Mengapa fiil mujarrod minimal tiga huruf sedang maksimal empat huruf ? JAWAB: Karena tidak ditemukan kalimat fiil kurang dari tiga huruf. Referensi : Syarah Mathlub Hal 10.

: (10 ) 3. SOAL : Kenapa isim mujarrod yang paling banyak lima huruf ? JAWAB : Supaya tidak dianggap dua kalimat bila melebihi lima huruf yang setiap kalimatnya berupa tiga huruf atau lebih Referensi : Al Khidori Juz 2 Hal 183,Dar Al Fikr / Hidayah

: ) ( ( 183 ) 2 4. SOAL : Mengapa fiil hurufnya lebih sedikit dari isim (apabila mujarrod paling banya empat sedang isim lima dan apabila mazid paling banyak enam sedangkan ism tujuh) JAWAB : Karena tasrif dalam fiil itu lebih banyak daripada isim Referensi : Al Khidori Juz 2 Hal 184, Dar Al Fikr / Hidayah

88

: ) ( ( 184 ) 2 5. SOAL : Kenapa wazan dipillih sebagai fiil JAWAB: Karena dalam wazan tersebut terdapat tiga makhorijul huruf dan wazan itu juga termasuk fiil yang mempunyai mana yang lebih umum Referensi : Talkhishul Asas Hal 7.

: ( 7 ) 6. SOAL : Mengapa wazan itu menggunakan huruf ..tidak yang lainnya? JAWAB : Karena tiga huruf tersebut menyeluruh dalam afalul jawareh dan afalulqulub Referensi : Al Khidori Juz 2 Hal 185, Dar Al Fikr / Hidayah

: ) ( ........... .. ) ( 185 2 7. SOAL : Bagaimana cara mengetahui bahwa suatu huruf itu merupakan asal atau tambahan? JAWAB : Huruf itu dikatakan asal apabila ditasrif maka huruf itu tetap dan jika huruf itu ziyadah mak dalam sebagian tasrifnya ada yang gugur Referensi : Tarshif Fi Ilmi Tashrif Hal 10.

:

89

(10 ) BAB HAMZAH WASHOL 1. SOAL : Kapankah wajib membuang hamzah washol lafdzon wakhotton? JAWAB : Ketika berada pada tiga tempat,yaitu: 1. Pada lafadz yang disandarkan pada lafadz ) ) 2. Pada lafadz yang antara dua alam yang mana alam keduanya asli / bapak dari alam yang pertama serta lafadz ibnun tidak berada dipermulaan baris. 3. Pada AL yang kemasukan huruf jer lam. Referensi : Rowaiul Bayan Tafsirul Ayatil Ahkam Juz :1 Hal :15 Dar Al kutud Al islamiyah Sirojuttholibin Juz : 1 Hal : 8. Dar ihyail Kutub Al arobiyah Mathlub Fi syarhil Maqshud

: ) ( ( ) 1 ( 15 ( 8 ) 1 2. SOAL : Hamzah washol pada lafadz mengapa diperbolehka difathah dan dikasroh? JAWAB :Karena hamzah pada itu asalnya adalah hamzah qotho kemudian dijadikan hanzah washol karena banyaknua berlaku kemudian wajah dua dalam hamzahnya yani dikasroh melihat asal dan difathah untuk menghilangkan berat. Referensi : Hallul Maqud Hal : 28. Al Hidayah

:

09

) 82 ( disebutkan dalam kalimat yang didahului hamzah 3. SOAL : Kenapa lafadz ? adalah lughot lain dari washol padahal yani dengan tambahan mim merubah mana JAWAB : Karena lafadz mana mubalaghoh dan hukumnya itu diikutkan huruf sebelum mim yani dalam .harokat dan Irobnya : Referensi Al Khudhori Juz : 2 Hal : 189. Al Hidayah

: ) 2 981 (BAB IBDAL tidak diganti / 1. SOAL : Mengapa hamzah yang kedua dari lafadz ? dengan huruf mad JAWAB : Karena hamzah yang pertama pada contoh tersebut adalah hamzah .istifham yang terpisah dari satu kalimat : Referensi Al Makudi Juz 2 Hal 183, Dar Al Fikr

: ) 2 381 (? tidak dishohehkan 2. SOAL : Mengapa lafadz JAWAB : Karena lafadz tersebut adalah simai, sedangkan qiasinya adalah

91

Referensi : Risalatu Attashrif

: ) ( 3. SOAL : Kenapa harokatnya ya pada lafadz tidak dipindah? JAWAB: Karena mim pada lafadz mengikuti wazan Referensi : Al khudlori Juz 2Hal 204, Dar Al Fikr itu asli yang mengikuti wazan tidak

: ) ( ...... ( 204 ) 2 4. SOAL : Mengapa lafadz wawunya tidak diganti hamzah? JAWAB: Karena pada madlinya wawu tersebut tidak di Ilal Referensi : Tadijul Adna hal 4

: " " ( 4 ) 5. SOAL : Mengapa pada lafadz alifnya tidak dibuang padahal terjadi dua huruf yang mati ? JAWAB: Karena ketika isim maqsur yang ditanwin seperti secara lafadz alifnya di buang tetapi ditetapkan dalam tulisannya. Referensi : Jamiuddurus Juz 1 Hal 80, Dar Al kutub Al alamiyah

: ) ( 103 1

92

6. SOAL : Apakah wajib membuang wawu dalam lafadz ? JAWAB: Tidak wajib melainkan boleh Referensi : Syarah Arrodli Hal 189

: (189 ) 7. SOAL : Kenapa alif pada lafadz wajib diganti wawu ketika di mabnikan majhul? JAWAB: Diganti wawu supaya munasabah dengan dhomah Referensi : Ibnu Hamdun Juz 2 Hal 188-189, Dar Al Fikr

: ) ( 2 ) ( 188-189 BAB FASHLUN

# # SOAL : Dijelaskan pada nadzom diatas bahwa jika ada huruf ilat yang hidup dan menjadi ain fiil serta sebelumnya berupa huruf shoheh yang mati maka harokatnya huruf ilat tersebut harus dipindah pada huruf shoheh sebelumnya yang mati, namun hal tersebut terdapat beberapa pengecualian,yaitu : - Jika fiilnya berupa fiil taajub seperti lafadz - Jika fiilnya berupa mudoaf seperti lafadz - Dan jika ain dan lam fiilnya berupa huruf ilat keduanya seperti lafadz Apakah alasan masing-masing pengecualian diatas tersebut?

93

JAWAB : - Fiil taajub yang ain fiilnya berupa huruf ilat dan telah memenuhi syarat untuk mengalami Iilal perpindahan harokat namun tidak diiilal sebab ada keserupaan dengan isim tafdil dalam dua hal ( wazan dan dilalah ) dan juga apabila lafadz tersebut diilal maka akan serupa dengan wazan kalimat fiil. Referensi : Ibnu Hamdun Juz 2 hal 196,Dar Al Fkr / Hidayah Hasyiah Al Khudlori Juz 2 Hal 204, Dar Al Fkr

: ( ) ( ) (196 ) 2 Jika kalimat yang mudoaf tersebut mengalami Ilal pergantian harokat juga akan terjadi keserupaan yaitu dengan wazan isim fail.

: ) ( ) ( 204 2 Lafadz yang ain dan lam fiilnya berupa huruf ilat keduanya tidak diilal sebab terjadi dua Ilal dalam satu kalimat

: ) ( ) ( 204 2 SOAL : Apa yang menyebabkan wawu dan ya yang menjadi fa fiil ( )di ganti dengan ta? JAWAB : Yang menyebabkan digantinya wawu dan ya dengan ta itu ada dua :

94 1- Susahnya mengucapkan huruf lein mati yang bersamaan dengan ta karena berdekatan makhroj dan saling bertentangan dalam sifatnya yani huruf lein itu jelas dan ta itu mahmus 2- apabila tidak di ganti dengan ta maka akan terjadi permainan dalam harokat fa. Referensi : Qodli qudlot juz : 2 hal : 454-455

: : . -454 ) 2 .( 455SOAL : Kenapa wawu yang menjadi fa fiil bertempat pada fiil mudllore yang jatuh diantara fathah dan kasroh harus dibuang? JAWAB : Karena untuk memurnikan jatuhnya wawu diantara ya yang difathah dan kasroh karena ya dalam tabiatnya adalah musuh wawu dan fathahnya ya itu tidak bisa meringankan adanya musuhan karena fathah itu dekat dengan yasebagaimana wawu Referensi : Qodli Qodoth juz 2 Hal 456

: ) 2 ( 456SOAL : Apakah wajib membuang wawunya lafad ? JAWAB : Tidak, tetapi hukumnya adalah jawaz. Referensi Syarah Arrody,Hal 179

59

: ) 971 (BAB IDGHOM ? 1. SOAL : Apakah tujuan idghom JAWAB: Untuk meringankan bacaan yang berat : Referensi 32 Taftazani Hal

: ) 32 (?2. SOAL : Mengapa bab idghom diakhirkan JAWAB: Karena mengikuti ahlitasrif yang kebiasaannya mengakhirkan bab idghom dalam ilmu tashrif : Referensi Ibnu Hamdun Juz 2 Hal 202, Dar Al Fikr

: ) 2 202 ( yang mudloaf tidak 3. SOAL : Kenapa isim yang ikut pada wazan ?diidghomkan JAWAB: Karena ketiga wazan tersebut tidak sama dengan fiil dalam wazannya sedangkan idghom itu sendiri cabang dari idhzar maka idghom sendiri dikhususkan .untuk fiil karena hal itu cabang, begitu juga isim yang mengikuti wazannya fiil : Referensi

96 Dahlan Alfiyah Hal 206,Al Hidayah

: ( 206 ) 4. SOAL : Kenapa fiil yang mulhaq itu tidak boleh diidghomkan? JAWAB : Karena bila diidghomkan akan merusak ilhag. Referensi : Dahlan Alfiyah Hal 207, Al Hidayah

: ( 207 ) 5. SOAL : Apakah perbedaan lafadz/ dan lafadz ( fiil madli mudoaf yang kemasukan dhomir marfu mutaharek dan fiil mudhore mudoaf yang dimasuki amil jawazim) sehingga dibedakan bahwa sukun kalimat yang pertama asli sedang kalimat yang kedua baru ? JAWAB : Karena sukun pada lafadz yang pertama itu dihasilkan dengan memasuku lafadz lain yani dhomir fail yang mana kedudukannya dianggap satu juz dengan yang memasukinya ( fiil ) dan supaya tidak adanya empat harokat yang beruntun tanpa adanya pemisah dalam satu kalimat yang dianggap satu adapun lafadz yang kedua sukunnya dihasilkan sebab dimasuki amil jawazim yang mana dianggap kalimat lain karena amil jawazim tidak menetapkan tetapnya fail fiilnya. Referensi : Hamisy Talkhishul Asas Hal 59. Al Hidayah

: ,

79

) 95 (? tidak diidghomkan pada sejenis , , , 6. SOAL : Kenapa lafadz JAWAB : Adapun dalam lafadz yang pertama tidak diidghomkan supaya tidak membatalkan ilhaq sedangkan kalimat lainnya tidak diidghomkan karena bila diidghomkan akan terjadi keserupaan dengan kalimat lain : Referensi Talkhisul Asas hal : 57. Al Hidayah

: ) 75 (