tambahan makalah

18
KALENG Kegunaan kemasan kaleng Kemasan kaleng termasuk jenis kemasan yang banyak digunakan. Spesifikasi kaleng untuk mengemas pangan ditentukan oleh dua kebutuhan yaitu kebutuhan akan kekuatan yang dimiliki wadah dan daya simpan yang dimiliki oleh produk dalam kaleng. Kebutuhan terhadap daya simpan isi kaleng salah satunya ditentukan oleh sifat korosif produk. Untuk mengemas produk pangan, maka bagian dalam kaleng (sebagaimana halnya bagian luar kaleng) harus bersifat tahan korosi (karat). Pada bagian dalam kaleng, korosi dapat disebabkan oleh kontak langsung antara produk dan permukaan kaleng. Beberapa faktor yang menentukan terjadinya pembentukan karat pada bagian dalam kaleng antara lain sifat bahan pangan, terutama pH; pemacu pembentukan karat seperti nitrat, beberapa bahan belerang, zat warna antosianin; banyaknya sisa oksigen dalam bahan pangan, khususnya pada ruang udara (head space); suhu dan waktu penyimpanan; serta beberapa faktor yang berasal dari bahan kemas, seperti berat lapisan timah, macam dan komposisi lapisan baja dasar, efektifitas perlakuan pada permukaan lapisan, jenis lapisan dan lain sebagainya. Salah satu komponen yang memberi efek perlindungan kaleng terhadap pembentukan karat karena interaksinya dengan pangan yang dikemas adalah enamel yang digunakan. Enamel merupakan bahan organik yang dilapiskan pada kaleng untuk melindungi metal dari kemungkinan terjadinya korosi karena kontak dengan makanan. Selain itu, lapisan enamel juga melindungi kontak antara makanan dengan metal yang dapat menghasilkan warna dan

description

fgh

Transcript of tambahan makalah

Page 1: tambahan makalah

KALENG

Kegunaan kemasan kaleng

Kemasan kaleng termasuk jenis kemasan yang banyak digunakan. Spesifikasi kaleng

untuk mengemas pangan ditentukan oleh dua kebutuhan yaitu kebutuhan akan kekuatan yang

dimiliki wadah dan daya simpan yang dimiliki oleh produk dalam kaleng. Kebutuhan

terhadap daya simpan isi kaleng salah satunya ditentukan oleh sifat korosif produk. Untuk

mengemas produk pangan, maka bagian dalam kaleng (sebagaimana halnya bagian luar

kaleng) harus bersifat tahan korosi (karat). Pada bagian dalam kaleng, korosi dapat

disebabkan oleh kontak langsung antara produk dan permukaan kaleng. Beberapa faktor yang

menentukan terjadinya pembentukan karat pada bagian dalam kaleng antara lain sifat bahan

pangan, terutama pH; pemacu pembentukan karat seperti nitrat, beberapa bahan belerang, zat

warna antosianin; banyaknya sisa oksigen dalam bahan pangan, khususnya pada ruang udara

(head space); suhu dan waktu penyimpanan; serta beberapa faktor yang berasal dari bahan

kemas, seperti berat lapisan timah, macam dan komposisi lapisan baja dasar, efektifitas

perlakuan pada permukaan lapisan, jenis lapisan dan lain sebagainya.

Salah satu komponen yang memberi efek perlindungan kaleng terhadap pembentukan

karat karena interaksinya dengan pangan yang dikemas adalah enamel yang digunakan.

Enamel merupakan bahan organik yang dilapiskan pada kaleng untuk melindungi metal dari

kemungkinan terjadinya korosi karena kontak dengan makanan. Selain itu, lapisan enamel

juga melindungi kontak antara makanan dengan metal yang dapat menghasilkan warna dan

flavor yang tidak diingini. Sebagai contoh misalnya warna hitam yang disebabkan oleh reaksi

antara besi atau timah dengan sulfida pada makanan yang berasam rendah (berprotein tinggi),

atau pemucatan pigmen merah dari sayuran atau buah-buahan misalnya bit atau anggur

karena reaksi baja, timah atau aluminium.

Enamel kaleng umumnya berupa bahan non metal seperti polibutadiena, epon, oleoresin,

vinil, epoksi dan fenolik, dan pemilihannya disesuaikan dengan jenis pangan yang akan

dikalengkan. Tujuh sifat yang harus dimiliki enamel kaleng, yaitu tidak beracun; tidak

mempengaruhi cita rasa atau warna makanan; harus menjadi barrier yang efektif antara

makanan dengan permukaan dalam kaleng; harus mudah digunakan secara fabrikasi pada tin-

plate; tidak boleh terkelupas atau lecet selama pengalengan (sterilisasi pangan); memiliki

daya tahan mekanis pada proses pembuatan kaleng kosong dan ekonomis Dua jenis enamel

yaitu lapisan pelindung dalam (LPD) dan lapisan pelindung luar (LPL). Pelapisan kaleng

pada bagian luar kaleng selain mencegah korosi dari luar juga berfungsi untuk mendekor

Page 2: tambahan makalah

wadah. Aplikasi LPL adalah sebagai lapisan dasar (white coating, untuk warna putih yang

dominan dan sizing varnish, untuk kaleng trasnparan) dan sebagai warna yaitu solid (blok),

untuk cetakan tanpa kombinasi warna dan rester/screen untuk gambar campuran.

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/1798838-mengenal-enamel-pada-kemasan-

kaleng/#ixzz1QMKi1laB

Page 3: tambahan makalah

Sumber bahan pada kemasan kaleng

Kaleng adalah lembaran baja yang disalut timah (Sn) atau berupa wadah yang

dibuat dari baja dan dilapisi timah putih tipis dengan kadar tidak lebih dari 1,00-1,25% dari

berat kaleng itu sendiri. Terkadang lapisan ini dilapisi lagi oleh lapisan bukan metal yaitu

untuk mencegah reaksi dengan makanan ataupun minuman di dalamnya. Kelebihan menonjol

dari kemasan ini adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi, sehingga makanan yang

disimpan di dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet. Dan pengertian dari baja

adalah logam alloy yang komponen utamanya adalah besi (Fe), dengan karbon sebagai

material pengalloy utama. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras dan

memperkuat besi, tetapi juga lebih rapuh. Definisi klasik, baja adalah besi-karbon alloy

dengan kadar karbon sampai 5,1 persen; ironisnya, alloy dengan kadar karbon lebih tinggi

dari ini dikenal dengan besi (Fe). Definisi yang lebih baru, baja adalah alloy berdasar besi

yang dapat dibentuk secara plastik (http://id.wikipedia.org/wiki/Baja).

Pada kaleng, daya ketahanan timah terhadap korosi juga tidak sempurna, akan tetapi

terhadap reaksi dengan makanan di dalamnya lebih lambat dibandingkan dengan baja. Bagi

orang awam, kaleng sering diartikan sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang terbuat

dari logam dan digunakan untuk mengemas makanan, minuman, atau produk lain. Dalam

pengertian ini, kaleng juga termasuk wadah yang terbuat dari aluminium (Al). Kaleng timah

(tin can) merupakan pengembangan dari penemuan Nicolas Francois Appert pada dasawarsa

1800-an. Produk ini dipatenkan oleh seorang berkebangsaan Inggris, Peter Durand pada

1810. Berkat penemuan produksi massal, pada akhir abad ke-19, kaleng yang berbahan dasar

timah (Sn) menjadi standar produk konsumen. Produk-produk makanan maupun minuman

yang biasanya mengalami proses pengalengan ataupun menggunakan kaleng sebagai tempat

(wadahnya) adalah produk-produk yang disterilisasi dengan panas.

Page 4: tambahan makalah

Proses pembuatan kaleng

Proses pembuatan kaleng dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Proses pembuatan kaleng (Desrosier, 1988)

Keterangan :

(1) Bakal badan kaleng ditakik,

(2) Dibuat kait,

(3) Bakal badan kaleng dibentuk dengan mempertemukan kait ujung satu dengan yang lain,

(4) Bakal badan kaleng berkait dipipihkan untuk membentuk keliling samping,

(5) Bagian permukaan luar keliling dipatri, dan

(6) Bagian badan kaleng dibengkuk keluar dengan bentuk khusus untuk membuat bibir

kaleng.

Dalam kemasan kaleng, makanan dapat dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi

dan tekanan yang tinggi pula. Dengan demikian semua mikroba yang hidup bersama

makanan tersebut akan mati. Karena kaleng juga ditutup dengan sangat rapat, maka mikroba

baru tidak akan bisa masuk kembali ke dalamnya. Oleh karena itu makanan kaleng dapat

disimpan hingga dua tahun dalam keadaan baik, tidak busuk, dan tidak beracun. Semua jenis

makanan bisa dikemas didalam kaleng. Mulai dari daging, susu, ikan, sayuran, buah-buahan

dan makanan olahan seperti sosis, bumbu nasi goreng hingga sayur lodeh. Kini kita bisa

Page 5: tambahan makalah

menyaksikan berbagai jenis makanan yang dikemas di dalam kaleng ada di warung atau toko

kelontong (pasar tradisional) dan supermarket atau swalayan. Merknyapun bermacam-

macam, baik produksi dalam negeri maupun impor. Jadi, umur tempat jalannya reaksi panas

makanan selama penyimpanan ditentukan oleh daya tahan kaleng terhadap korosi. Banyak

sekali faktor yang mempengaruhi besarnya korosi pada kaleng bagian dalam, diantaranya :

a. Tingginya sisa oksigen dalam makanan.

b. Adanya akselator korosi, seperti Nitrat dan senyawa Sulfur lainnya.

c. pH makanan dalam kaleng

d. Suhu dan lama penyimpanan

e. Jenis kaleng dan lapisan penahan korosi

Biasanya besarnya korosi di bagian luar akan lebih mudah terkontrol, hal tersebut

dikarenakan oleh :

a. Komposisi air pendingin (mengandung klor,

melarutkan garam, dsb).

b. Ketipisan lapisan timah dan jenis kaleng yang

digunakan.

Sedangkan untuk bagian dalam kaleng dihindarkan dari terjadinya karat ataupun

reaksi terhadap makanan di dalamnya terutama reaksi dengan asam, yaitu dengan cara

melapisinya dengan Enamel. Dan biasanya enamel yang dipakai adalah campuran dari

Oleoresin Seng Oksida (ZnO). Oleh karenanya logam timah (Sn) dipilih sebagai bahan dasar

pembentuk kaleng karena relatif tidak beracun dan menambah daya tarik kemasan karena

berkilat dan tahan karat (http://id.wikipedia.org/wiki/Timah).

Dampak penggunaan kemasan kaleng

Kaleng yang dipergunakan untuk mengemas makanan itu cukup aman sebatas tidak

berkarat, tidak penyok dan tidak bocor. Namun demikian bila kita akan mengonsumsi

makanan yang dikemas dalam kaleng ini perlu melakukan pemanasan ulang. Yakni kurang

leblh l5 menit untuk menghindarkan adanya Escherichia coli yang sangat mematikan. Selain

Page 6: tambahan makalah

itu, ada pula kemasan kaleng disinyalir mengandung timbal (Pb) dan VCM (Vinyl Chlorid

Monomer) yang bersifat karsinogenik yaitu memacu sel kanker.

ALUMINIUM

Kegunaan aluminium

Faktor-faktor penting dalam memilih aluminium (Al) dan paduannya yaitu high strength-

to-weight ratio, ketahanan terhadap korosi oleh banyak bahan kimia, listrik dan konduktivitas

termal tinggi, nontoxicity, penampilan, dan kemudahan formability dan machinability, dan

mereka juga nonmagnetik .

Keutamaan dari penggunaan aluminium dan paduan aluminium, dalam urutan penurunan

konsumsi, adalah wadah dan kemasan (kaleng dan aluminium foil), bangunan dan jenis-jenis

konstruksi, transportasi (pesawat dan kedirgantaraan aplikasi, bus, mobil, gerbong kereta, dan

kerajinan laut) , listrik (ekonomis dan nonmagnetik konduktor listrik), konsumen tahan lama

(peralatan rumah tangga, peralatan memasak, dan mebel), dan peralatan portabel (Tabel 6.2

dan 6.3) Hampir semua transmisi tegangan tinggi kabel yang terbuat dari aluminium.

Struktural mereka (beban) komponen, 82 persen dari pesawat Boeing 747 dan 79 persen dari

pesawat Boeing 757 yang terbuat dari aluminium.

Pengertian Aluminium

Aluminium ialah unsur kimia dengan lambang Al, dan nomor atomnya 13. Aluminium

ialah logam paling berlimpah. Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, namun

merupakan elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah

ketiga. Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif makanan, antasida, buffered aspirin,

astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap tembakau,

penggunaan aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik , dan kembang api.

Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik. Terang dan kuat. Merupakan

konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi

kawat dan diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang, dan tahan

korosi. Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan darinya digunakan dalam kabel

bertegangan tinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela dan badan pesawat

Page 7: tambahan makalah

terbang. Ditemukan di rumah sebagai panci, botol minuman ringan, tutup botol susu dsb.

Aluminium juga digunakan untuk melapisi lampu mobil dan compact disks.

Sejarah Alumunium foil

Awal abad ke-19, aluminium menghiasi mahkota raja Denmark. Napoleon III

menggunakannya sebagai peralatan makan. Sejak akhir abad ke-19 aluminium digunakan

sebagai kemasan karena harganya lebih murah dibanding tin foil (foil dari timah).

Penggunaan logam sebagai bahan pengemas diperkenalkan oleh Nicholas Appert pada zaman

perang Napoleon Bonaparte. Nicholas Appert membuktikan makanan yang dikemas dalam

kaleng, disegel dan disterilisasi dengan merebusnya dapat disimpan untuk jangka waktu

lama. Produsen kemasan kaleng membuat kemasan seringan dan semurah mungkin dengan

mengurangi ketebalan logam. Banyak digunakan pada minuman kaleng dengan penutup yang

mudah dibuka tanpa alat. Agar kemasan lebih ringan, produsen mengurangi ketebalan

dinding kaleng. Produk minuman cola menggunakan logam tipis, namun bentuknya masih

dapat dipertahankan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh tekanan karbon-dioksida dari

dalam. Produk minuman ini menggunakan tiga material berbeda pada varian produknya,

yaitu logam, gelas, dan plastik (Astawan, 2008).

Teknik pengalengan makanan sebagai upaya pengawetan bahan pangan pertama sekali

dikembangkan pada tahun 1809 yaitu pada zaman pemerintahan Napoleon Bonaparte yaitu

dari hasil penemuan Nicholas Appert. Aspek legislasi pengalengan makanan ditetapkan tahun

1810 yang dikenal dengan “l’art de conserver”. Tahun 1810 Peter Duran dari Ingris

menciptakan kaleng. Tahun 1817 William Underwood (imigran asal Inggris) mendirikan

industri pengalengan makanan yang pertama di Amerika Serikat. Kapten Edward Perry yang

melakukan ekspedisi ke kutub utara pada tahun 1819, 1824 dan 1826 telah menggunakan

makanan kaleng sebagai logistik mereka (Julianti, 2007).

Alumunium foil (alufo) diproduksi secara komersial pertama kali pada tahun 1910.

Kaleng aluminium untuk kemasan bir digunakan pertama sekali tahun 1965. Awalnya

pembuatan kaleng dilakukan secara manual yaitu hanya dihasilkan 5-6 kaleng per jam. Akhir

tahun 1900 ditemukan cara pembuatan kaleng termasuk cara pengisian dan penutupannya

yang lebih maju dan bersih. Kaleng alumunium awalnya diperkenalkan sebagai wadah

pelumas. Tahun 1866 ditemukan alat pembuka kaleng yang berupa kunci pemutar untuk

Page 8: tambahan makalah

menggantikan paku atau pahat. Tahun 1875 ditemukan alat pembuka kaleng dengan prinsip

ungkit. Tahun 1889 ditemukan kaleng-kaleng aerosol, tetapi saat ini kaleng aerosol banyak

ditentang karena dapat merusak lapisan ozon (Julianti, 2007).

ALUMINIUM FOIL

Pengertian Alumunium foil

Foil adalah bahan tipis dari logam yang digulung dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm

dan memiliki lebar 1,52 meter hingga 4,06 meter. Umumnya foil tidak murni berbasis logam.

Karakteristik aluminum foil dikagumi karena kuat, ringan, tahan panas, dan hampir kedap

udara, tidak mengandung magnet, sehingga membantu memisahkan aluminium dari kaleng

saat daur ulang. Kekedapan terhadap oksigen membuat aluminum foil merupakan kemasan

ideal untuk ekspor karena sering mengalami kendala korosi. Selain itu, mudah dibentuk,

sekalipun mudah berkerut. Aluminum foil sering digunakan sebagai lapisan dalam dari

kontainer untuk melindungi produk dari kerusakan, seperti melapisi bagian dalam kotak jus.

Meskipun dapat menahan lemak, ketahanannya terhadap asam dan basa masih kurang,

sehingga memerlukan tambahan lapisan dari lilin atau lapisan kimia lain. Ketahanannya

terhadap panas matahari membuat aluminum foil banyak digunakan juga pada bahan-bahan

kesehatan. Ketahanan aluminum foil terhadap panas dapat mencapai suhu 550 derajat

Celsius, sehingga alat-alat kedokteran dapat disterilkan dengan dibungkus bahan ini

(Astawan, 2008).

Kegunaan Aluminium foil

Alumunium foil lebih ringan daripada baja, mudah dibentuk, tidak berasa, tidak berbau,

tidak beracun, dapat menahan masuknya gas, mempunyai konduktivitas panas yang baik dan

dapat didaur ulang. Alumunium Foil adalah bahan kemasan berupa lembaran logam

aluminum yang padat dan tipis dengan ketebalan <0.15 mm. Kemasan ini mempunyai tingkat

kekerasan dari 0 yaitu sangat lunak, hingga H-n yang berarti keras. Semakin tinggi bilangan

H-, maka Alumunium Foil tersebut semakin keras. Ketebalan dari Alumunium Foil

menentukan sifat protektifnya. Jika kurang tebal, maka foil tersebut dapat dilalui oleh gas dan

uap. Pada ketebalan 0.0375 mm, maka permeabilitasnya terhadap uap air = 0, artinya foil

tersebut tidak dapat dilalui oleh uap air. Foil dengan ukuran 0.009 mm biasanya digunakan

Page 9: tambahan makalah

untuk permen dan susu, sedangkan foil dengan ukuran 0.05 mm digunakan sebagai tutup

botol multitrip (Julianti, 2007).

Berbagai jenis produk makanan yang dikemas dengan menggunakan bahan pengemas

alumunium foil menunjukkan makanan tersebut cukup baik dan tahan terhadap alumuniu

dengan resiko pengkaratan kecil. Teknik pengemasan dengan cara mengkombinasikan

berbagai jenis bahan kemas bentuk (fleksibel) telah menghasilkan suatu bentuk yang disebut

“retort pouch“. Bahan kemasan yang berbentuk “retort pouch” memiliki beberapa

keunggulan diantaranya yaitu:

Daya simpan tinggi

Teknik penutupan mudah, dengan panas, kuat, tidak mudah sobek tertusuk,

Tahan thd proses pemanasan sterilisasi

Resisten terhadap penetrasi lemak, minyak atau komponen makanan lainnya

Tahan terhadap UV

Aluminium foil biasa digunakan untuk membungkus makanan atau menjaga agar

tetap panas. Namun Aluminium foil ternyata memiliki banyak manfaat lain yang tak

terduga. Diantaranya yaitu:

1. Menghilangkan karat

Remas selembar foil, lalu gunakan untuk menggosok titik-titik karat dari bumper

mobil dan batang besi tirai kamar mandi.

2. Dijadikan corong

Anda kesulitan memasukkan refill minyak ke dalam botolnya? Gulung selembar foil

membentuk kerucut, rekatkan dengan selotip, lalu jadikan corong. Mulailah menuang

minyak menggunakan corong foil ini.

3. Memperbaiki koneksi baterai yang longgar

Lipat selembar foil menjadi seukuran 2,5 cm beberapa kali, lalu selipkan di antara

baterai dan per yang longgar. Dengan cara ini baterai tetap terpasang kokoh.

4. Menempelkan ubin vinyl yang longgar

Page 10: tambahan makalah

Letakkan selembar foil di atas ubin vinyl yang longgar, lalu tekan foil dengan setrika

panas sampai perekatnya meleleh dan menempel kembali ke lantai.

5. Menajamkan gunting

Lipat selembar foil beberapa kali, lalu gunting dengan gunting yang sudah tumpul.

Hal ini ternyata bisa menajamkan kembali bilah gunting yang tumpul.

6. Memancarkan panas

Bungkus sepotong kayu lapis dengan foil, lalu selipkan di belakang radiator untuk

merefleksikan panas ke ruangan. Tentunya, hal ini berlaku jika Anda tinggal di tempat

yang berhawa dingin.

7. Mencegah tetesan air

Ketika Anda sedang mengecat pintu atau lemari, bungkus handel pintu, kenop, dan

penarik laci dengan foil untuk melindunginya dari cat yang mungkin akan menetes.

8. Membersihkan alat pemanggang

Remas selembar foil menjadi bola, lalu gunakan untuk menggosok sisa-sisa daging

dan bumbu yang sudah menempel di bilah pemanggang.

9. Memelihara sabut baja

Letakkan sabut penggosok Anda di atas foil untuk menjauhkannya dari karat.

10. Mengilapkan perak

Bungkus panci kaca dengan foil, tambahkan beberapa sendok makan baking soda, isi

panci dengan air mendidih. Setelah itu, cemplungkan peralatan makan perak yang

ternoda untuk membersihkannya dengan cepat.

Sumber: http://derazino.blogspot.com/2010/11/10-manfaat-aluminium-foil.html

Page 11: tambahan makalah

Sifat-sifat Alumunium foil

Sifat-sifat dari Alumunium Foil adalah hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya sehingga

dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang berlemak dan bahan-bahan yang peka

terhadap cahaya seperti margarin dan yoghurt. Alumunium Foil banyak digunakan sebagai

bahan pelapis atau laminan. Kombinasi Alumunium Foil dengan bahan kemasan lain dapat

menghasilkan jenis kemasan baru yang disebut dengan retort pouch. Syarat-syarat retort

pouch adalah harus mempunyai daya simpan yang tinggi, teknik penutupan mudah, tidak

mudah sobek bila tertusuk dan tahan terhadap suhu sterilisasi yang tinggi (Julianti, 2007).

Alumunium foil memiliki sifat-sifat yaitu tidak terpengaruh sinar matahari, tidak dapat

terbakar, tidak bersifat menyerap bahan atau zat lain, tidak menunjukkan perubahan ukuran

dengan berubah-ubah RH. Apabila secra ritmis kontak dengan air, biasanya tidak akan

terpengaruh atau bila berpengaruh sangat kecil. Sifat-sifat mekanis alumunium foil yang

sangat penting adalah “tensile strength“, elastisitas dan daya tahannya terhadap sobekan dan

lipatan (Suyitno, 1990).

Alumunium Foil menempati posisi yang penting dalam produk kemas fleksibel karena

memiliki barriers yang memuaskan dan penampilan yang baik. Foil yang biasa digunakan

dengan ketebalan antara 6 mikron sampai dengan 150 mikron baik soft temper maupun hard

temper. Soft maupun hard temper, tergantung dari komposisi dari alloy dan treatment

terhadap foil tersebut. Umumnya untuk kepentingan kemas fleksibel foil yang digunakan

tebalnya kurang dari 25 mikron. Namun demikian untuk keperluan tertentu dengan contoh

yang lebih tebal Alumunium Foil yang soft temper akan mudah membentuk dead-fold, dan

tidak mudah kembali, dan bisa dibentuk menurut keinginan (Departemen perindustrian,

2007).

Alumunium foil memiliki sifat tidak berbau, tidak ada rasa, tidak berbahaya dan

hygienis, tidak mudah membuat pertumbuhan bakteri dan jamur. Karena harganya yang

cukup mahal, maka aplikasi dari Alumunium Foil sekarang ini banyak disaingi oleh

Page 12: tambahan makalah

metalized aluminium film. Coating yang sangat tipis dari aluminium, yang dilaksanakan di

ruang vacuum, hasilnya adalah suatu produk yang ekonomis dan kadang-kadang fungsinya

dapat menyaingi Alumunium Foil, dalam aplikasi kemas fleksibel dan memiliki proteksi yang

cukup baik terhadap cahaya, moisture dan oksigen (Departemen perindustrian, 2007).

Sifat kekerasan alumunium foil menurut Suyitno (1990) adalah sebagai berikut:

1. “O” temper dihasilkan dengan membiarkan foil dikenakan pemanasan terkontrol,

disusul oleh pendinginan terkendali. Foil dengan “O” temper berarti paling empuk

dan memiliki sifat-sifat fisik fisik terendah.

2. “H” temper : dihasilkan dengan mengeraskan metal dibawah tegangan dengan rolling

sampai keras.

H 18 : keras penuh, dikeraskan dengan rolling

H 19 : “foil superhard”

Dampak penggunaan aluminium foil

Penggunaan alumunium foil sebagai kemasan mengandung bahan kimia yang dapat

memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan. Zat-zat berbahaya yang terkandung dalam

kemasan tersebut akan mencemari darah manusia dan mengganggu kesehatan sistem kerja

endokrin sehingga menyebabkan gangguan hormonal. Selama penelitiannya, para peneliti

mengamati tikus yang terkena zat dalam kemasan makanan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa senyawa ini terakumulasi dalam tubuh dan tidak dieliminasi. Para peneliti

mengungkapkan bahwa, bahan kimia tersebut dapat menyebabkan masalah seperti kerusakan

pada sistem kekebalan tubuh, meningkatkan kadar kolesterol serta menyebabkan kegagalan

dalam kelenjar tiroid.