HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

15
Istilah hipoglikemia merujuk pada kadar glukosa yang rendah. Hipoglikemia sesaat pada awal kehidupan neonatus cukup bulan merupakan hal yang wajar, sering didapatkan dan terjadi pada hampir seluruh mamalia. Hal ini akan normal dengan sendirinya dan bukanlah sesuatu yang patologis karena kadar glukosa darah meningkat secara spontan dalam 2-3 jam. Dalam situasi dimana kadar glukosa darah yang rendah karena belum mendapat asupan makanan (ASI belum ada) terjadi respon ketogenik yaitu metabolisme dari asam lemak menjadi badan keton. Otak bayi dengan kemampuannya akan memanfaatkan badan keton untuk menghemat glukosa bagi otak dan melindungi fungsi neurologis bayi.

description

J

Transcript of HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

Page 1: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

Istilah hipoglikemia merujuk pada kadar glukosa yang rendah. Hipoglikemia sesaat pada awal kehidupan neonatus cukup bulan merupakan hal yang wajar, sering didapatkan dan terjadi pada hampir seluruh mamalia. Hal ini akan normal dengan sendirinya dan bukanlah sesuatu yang patologis karena kadar glukosa darah meningkat secara spontan dalam 2-3 jam. Dalam situasi dimana kadar glukosa darah yang rendah karena belum mendapat asupan makanan (ASI belum ada) terjadi respon ketogenik yaitu metabolisme dari asam lemak menjadi badan keton. Otak bayi dengan kemampuannya akan memanfaatkan badan keton untuk menghemat glukosa bagi otak dan melindungi fungsi neurologis bayi.

Page 2: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

Bayi dengan risiko hipoglikemia

Pada bayi baru lahir yang mempunyai risiko hipoglikemia, kadar glukosa darahnya dipantau secara rutin, terlepas dari pemberian, macam dan cara minum apapun yang didapatkan. Terdapat 3 kategori bayi yang berisiko hipoglikemia:

1.Pemakaian glukosa yang berlebihan, termasuk kondisi hiperinsulinemia

2.Produksi dan cadangan glukosa yang tidak memadai

3.Peningkatan pemakaian glukosa dan penurunan produksi

Page 3: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

Bayi yang mempunyai risiko hipoglikemia:

1.Bayi dari ibu dengan diabetes. Ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol memiliki kadar glukosa darah yang tinggi yang bisa melewati plasenta sehingga merangsang pembentukan insulin pada neonatus. Saat lahir, kadar glukosa darah tiba-tiba turun karena pasokan dari plasenta berhenti, padahal kadar insulin masih tinggi, sehingga terjadi hipoglikemia. Pencegahannya adalah dengan mengontrol kadar glukosa darah pada ibu hamil.

2.Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK). Bayi BMK biasanya lahir dari ibu dengan toleransi glukosa yang abnormal.

Page 4: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

3.Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK). Selama dalam kandungan, bayi sudah mengalami kekurangan gizi, sehingga tidak sempat membuat cadangan glikogen, dan kadang persediaan yang ada sudah terpakai. Bayi KMK mempunyai kecepatan metabolisme lebih besar sehingga menggunakan glukosa lebih banyak daripada bayi yang berat lahirnya sesuai untuk masa kehamilan (SMK), dengan berat badan yang sama. Meskipun bayi KMK bugar, bayi mungkin tampak lapar dan memerlukan lebih banyak perhatian. Bayi KMK perlu diberi minum setiap 2 jam dan kadang masih hipoglikemia, sehingga memerlukan pemberian suplementasi dan kadang memerlukan cairan intravena sambil menunggu ASI ibunya cukup.

Page 5: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

4.Bayi kurang bulan. Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk pada trimester ke-3 kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan glikogen ini terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.

5.Bayi lebih bulan. Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai berkurang. Asupan glukosa dari plasenta berkurang, sehingga janin menggunakan cadangan glikogennya. Setelah bayi lahir, glikogen tinggal sedikit, sehingga bayi mudah mengalami hipoglikemia.

6.Pasca asfiksia. Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak sekali memakai persediaan glukosa. Pada metabolisme anaerob, 1 gram glukosa hanya menghasilkan 2 ATP, sedang pada keadaan normal 1 gram glukosa bisa menghasilkan 38 ATP.

Page 6: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

7.Polisitemia. Bayi dengan polisitemia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia dan hipokalsemia, karena pada polisitemia terjadi perlambatan aliran darah.

8.Bayi yang dipuasakan, termasuk juga pemberian minum pertama yang terlambat. Bayi dapat mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa darah tidak mencukupi

9.Bayi yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya ibu hamil dengan hipertensi. Setelah kelahiran, bayi mempunyai kecepatan metabolisme yang tinggi dan

memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan bayi lain.

Page 7: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

10.Bayi sakit. Bayi kembar identik yang terjadi twin to twin tranfusion, hipotermia, distress pernapasan, tersangka sepsis, eritroblastosis fetalis, sindrom Beckwith-Wiedermann,

mikrosefalus atau defek pada garis tengah tubuh, abnormalitas endokrin atau inborn error of metabolism dan bayi stres lainnya, mempunyai risiko mengalami hipoglikemia.

11.Bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah. Ibu yang mendapatkan pengobatan (terbutalin, propanolol, hipoglikemia oral), ibu perokok, ibu yang mendapat glukosa intra vena saat persalinan, dapat meningkatkan risiko hipoglikemia pada bayinya.

Page 8: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

Hipoglikemia neonatus dapat disebabkan oleh penyakit/kelainan penyerta seperti :

1.Patologik susunan saraf pusat defek bawaan,infeksi intra uterine atau perinatal, perdarahan atau kernicterus)

2.Sepsis3.Hydrops fetalis4.Kelainan jantung bawaan5.Asfiksia6.Anoksia7.Perdarahan kelenjar adrenalin8.Hipotiroidisme9.Kelainan bawaan multiple10.Tetanus neonatorum11.Cold injury12.Pasca tranfusi tukar13.Obat-obat yang diberikan pada ibu14.Penghentian tiba-tiba pemberian glucose hipertonik parenteral.

Page 9: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

Tata laksana umumData yang ada menunjukkan bahwa pemberian ASI yang tidak adekuat

meningkatkan risiko hipoglikemia, bahkan pada bayi yang sudah pulang ke rumah. Tata laksana pemberian ASI yang tepat sangat penting bagi perkembangan bayi.

Tata laksana umum pada bayi yang mempunyai risiko:1.Pemberian ASI sedini mungkin dalam 30-60 menit kemudianditeruskan sesuai keinginan bayi.Pemberian asupan enteral sedini mungkin — ungkin merupakan tindakan

pencegahan tunggal yang paling penting. Secara khusus disebutkan bahwa pemberian ASI sedini mungkin, merupakan hal yang terpenting untuk pencegahan bayi dengan risiko dan terapi hipoglikemia. Mengenali bahwa bayi menangis merupakan tanda yang terlambat jika bayi lapar. Bayi baru lahir akan mendapatkan kolostrum yang berisi protein, lemak, dan karbohidrat yang akan membuat glukosa darah stabil. Pemberian kolostrum tidak boleh dihentikan hanya karena bayi masuk dalam kriteria yang harus dipantau kadar glukosa darahnya.

Page 10: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

2.Memfasilitasi kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi untuk merangsang pembentukan ASI. Cara ini akan mempertahankan suhu tubuh normal, menurunkan

pengeluaran energi, dan mempertahankan kadar glukosa darah normal, sementara hal tersebut akan menstimulasi produksi ASI dan pengisapan. Dengan melekatkan bayi ke

ibunya secara sering dapat mencegah suplementasi pada banyak kasus.

3.Pemberian minum yang sering. Berikan minum 10-12 kali dalam 24 jam pada beberapa hari pertama sesudah lahir. Pemberian ASI yang sering, meskipun sedikit-sedikit, tetapi

dengan protein tinggi dan kalori tinggi dari kolostrum akan lebih baik bila dibandingkan dengan pemberian susu formula atau air gula.

Page 11: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

Tata laksana pemberian ASI pada bayi hipoglikemia:

a. Asimtomatik (tanpa manifestasi klinis)1.Pemberian ASI sedini mungkin dan sering akan

menstabilkan kadar glukosa darah. Teruskan menyusui bayi (kira-kira setiap 1-2 jam) atau beri 3-10 ml ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan suplementasi (ASI donor atau susu formula)

2.Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum berikutnya sampai kadarnya normal dan stabil

Page 12: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

3.Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya, hindari pemaksaan pemberian minum, dan mulailah pemberian glukosa intra vena. Pada beberapa bayi yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan yang seksama dan lakukan evaluasi untuk mendapatkan terapi yang intensif

4.Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi minum, mulailah terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah

5.ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena. Turunkan jumlah dan konsentrasi glukosa intra vena sesuai dengan kadar glukosa darah

6.Catat manifestasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining glukosa darah, konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik bayi (misalnya respon dari terapi yang diberikan).

Page 13: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

b. Simtomatik dengan manifestasi klinis atau kadar glukosa plasma < 20-25 mg/dL atau < 1,1 – 1,4 mmol/L.

 1.Berikan glukosa 200 mg tiap kilogram berat badan atau 2 mL tiap

kilogram berat badan cairan dekstrosa 10%. Lanjutkan terus pemberian glukosa 10% intra vena dengan kecepatan (glucose infusion rate atau GIR) 6-8 mg tiap kilogram berat badan tiap menit

2.Koreksi hipoglikemia yang ekstrim atau simtomatik, tidak boleh diberikan melalui oral atau pipa orogastrik.

3.Pertahankan kadar glukosa bayi yang simtomatik pada >45 mg/dL atau >2.5 mmol/L

4.Sesuaikan pemberian glukosa intravena dengan kadar glukosa darah yang didapat

5.Dukung pemberian ASI sesering mungkin setelah manifestasi hipoglikemia menghilang

Page 14: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

6.Pantau kadar glukosa darah sebelum pemberian minum dan saat penurunan pemberian glukosa intra vena secara bertahap (weaning), sampai kadar glukosa darah stabil pada saat tidak mendapat cairan glukosa intra vena.Kadang diperlukan waktu 24-48 jam untuk mencegah hipoglikemia berulang.

7.Lakukan pencatatan manifasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining glukosa darah, konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik (misal respon dari terapi yang diberikan).

Page 15: HIPOGLIKEMIA TAMBAHAN

KesimpulanPola normal pemberian ASI pada bayi cukup bulan yang sehat adalah

pemberian seawal mungkin, sesering mungkin dan secara ekslusif.Bayi yang mempunyai risiko hipoglikemia harus dipantau. Berikan ASI

sedini mungkin pada bayi yang memiliki risiko hipoglikemia. Jika perlu perah ASI untuk diberikan dengan cara alternatif lain atau dengan menggunakan pipa orogastrik, untuk mencegah hipoglikemia. ASI diberikan sesering mungkin. Kontak kulit ke kulit sangat membantu bayi dengan risiko hipoglikemia. Skrining glukosa dilakukan mulai umur 30-60 menit dan paling lambat umur 2 jam.

Bayi dengan hipoglikemia asimtomatik, pemberian ASI tetap diberikan sedangkan pada hipoglikemia simtomatik, diberikan glukosa intravena dengan glucose infusion rate (GIR).