Takwil dalam Matsnawi

16
Takwil Dalam Matsnawi Muhammad Nur Jabir

Transcript of Takwil dalam Matsnawi

Page 1: Takwil dalam Matsnawi

Takwil Dalam MatsnawiMuhammad Nur Jabir

Page 2: Takwil dalam Matsnawi

Bagaimana membedakan antara syair sufi dan bukan?

apakah syair berikut ini berasal dari seorang sufi?

api adalah cinta yang jatuh dalam seruling,baranya adalah cinta yang jatuh dalam minuman,

Page 3: Takwil dalam Matsnawi

Letak Perbedaan pada Penakwilannya *Kerumitan membedakan antara syair

sufi dan bukan karena syair sufi juga menggunakan bahasa kesehariaan.

*Persamaan secara lahiriyah dalam pemilihan diksi akan menyulitkan pembaca membedakan mana syair sufi dan yang bukan syair sufi.

*Cara membedakannya dengan melihat dari mana syair itu berasal.

Page 4: Takwil dalam Matsnawi

*Jika tak ada kunci dalam memahami niat seorang penyair, maka kita tidak akan bisa memahami apalagi menakwil sebuah syair.

*misalnya jika seorang sufi berbicara mengenai cinta, tentu cinta yang dimaksud bukan lagi cinta dalam pandangan awam, akan tetapi terkait dengan cinta ILahi meskipun fenomena dan rasa cinta tak ada perbedaan .

Page 5: Takwil dalam Matsnawi

Kata Rumi; *Cinta memiliki 500 sayap dan

setiap kepakan, dari puncak ‘Arsy hingga singgasana yang paling bawah,

*Zahid karena takut hingga kakinya bergerak, Namun para pecinta kepakannya melebihi percikan udara.

Page 6: Takwil dalam Matsnawi

Kata Rumi;Cinta adalah lidah api, saat menyala akan membakar segalanya kecuali kekasih.

Page 7: Takwil dalam Matsnawi

Mengapa sufi lebih memilih bahasa awam?tujuan utama sastra sufi ialah

berusaha mentransfer kondisi dan perasaan sufistik yang dialami oleh seorang sufi kepada pembaca agar

pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh seorang sufi meskipun melalui pengalaman

yang berbeda.

Page 8: Takwil dalam Matsnawi

Kondisi atau Rasa tak terpisah dari Makrifat *perbedaannya, dalam penyaksian yang

disertai dengan kondisi atau rasa yang dialami oleh seorang sufi pasti dibarengi dengan makrifat atau pengetahuan.

*seorang arif dalam setiap penyaksiannya menyingkap hakikat ILahiyah akan membuahkan pengetahuan sufistik dan pasti

dibarengi dengan suatu kondisi/rasa tertentu . *SYUHUD > MAKRIFAT > RASA > BAHASA

Page 9: Takwil dalam Matsnawi

~Salah seorang bertanya cinta itu apa?

Ku katakan, “perkara-perkara semacam ini jangan kau tanya

maknanya,”Saat kau menjadi diriku, kau akan menyaksikannya,Sebab saat dirimu membacanya, kau akan mengetahuinya .

~Rumi, Ghazal, 2733

Page 10: Takwil dalam Matsnawi

Rasa dan Kondisi adalah titik pertemuan antara sufistik (irfan) dan sastra.

tiga tahapan dalam sastra sufistik; ~tahap pemikiran atau pengetahuan

~tahap imajinasi ~tahap bahasa

Page 11: Takwil dalam Matsnawi

tahap pemikiran atau pengetahuan;pada tahap ini seorang sufi atau penyair berhadapan dengan suatu fenomena atau hakikat dan realitas serta mempersepsi fenomena atau realitas tersebut. Bersamaan dengan ini suatu kondisi atau rasa akan menyertai dirinya .

Page 12: Takwil dalam Matsnawi

tahap imajinasi; adalah tahap dimana seorang sufi atau penyair berusaha menyajikan atau mempresentasikan rasa dan persepsi yang diperoleh sebelumnya. Usaha ini akan berdampak pada perubahan makna dan merelasikannya dengan perangkat bahasa. Perubahan ini terjadi karena adanya proses perpindahan alam dari alam makna menuju alam bahasa. Sebab itu terkadang penulis tak lagi memperhatikan aturan bahasa demi menjaga makna yang dimaksud.

Page 13: Takwil dalam Matsnawi

tahap bahasa; adalah tahap akhir dari proses sebelumnya yaitu tahap menghadirkan proses sebelumnya dalam bentuk kalimat dan struktur bahasa .

Penggunaan kalimat yang digunakan sangat bergantung kepada konsep-konsep yang dimiliki sebelumnya, semakin kaya pengetahuan yang dimiliki, semakin luas pula bentuk kalimat yang dapat digunakan .

Page 14: Takwil dalam Matsnawi

Kata Rumi;Jika kau ingin menyusun sajak dan berpuisi, pergi! Enyahkan kata-katamu. Jangan berjalan diatas bait dan tulisan.Cintamu telah menjelmakan bait-bait dan ghazal bagi tiap helai rambutku! Ekstasimu telah menjadikanku sebuah tong madu!

Lihatlah darah dalam bait-baitku, bukan puisi! Karena mata dan hatiku sedang menuangkan darah cintanya.

Page 15: Takwil dalam Matsnawi

Kata Rumi;Ketika darah bercampur, kuserahkan warna puisi sehingga pakaianku tak berwarna-darah dan bukanlah darah-berwarna.Daya tarik Tuhan mewujudkan kata-kataku. Karena Dia lebih dekat denganku daripada diriku sendiri.Dia telah membawaku dari nonwujud dan menjadikanku mampu bicara setiap waktu,Dalam kemurahannya, kata-kataku menjelma mutiara.

Page 16: Takwil dalam Matsnawi

END