Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

88
Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq LAPORAN HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO TERJADINYA BATU GINJAL DI POLI UROLOGI RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO 2015 DISUSUN OLEH : FARENGKI 2013727017 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2015

Transcript of Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

Page 1: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

Unggul Dalam Iptek

Kokoh Dalam Imtaq

LAPORAN HASIL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO

TERJADINYA BATU GINJAL DI POLI UROLOGI

RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO

2015

DISUSUN OLEH :

FARENGKI

2013727017

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2015

Page 2: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

ii

Page 3: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

iii

Page 4: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

iv

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Penelitian, Februari 2015

Farengki

2013727017

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Resiko Terjadinya Batu Ginjal di Poli Urologi

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015

VII BAB + 62 Halaman + 4 Tabel + 2 Bagan + 4 Lampiran

ABSTRAK

Batu ginjal merupakan batu yang terdapat didalam pelvis atau calyces dari ginjal disebabkan

oleh kristalisasi dari substansi eksresi dalam urine. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

resiko terjadinya batu ginjal yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko terjadinya batu Ginjal

di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Desain yang digunakan pada penelitian ini

adalah deskriptif analitik. Sampel berjumlah 38 responden. Untuk menguji adanya faktor-

faktor yang berhubungan dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo maka digunakan uji chisquare. Berdasarkan hasil uji chisquare diperoleh P

value usia, jenis kelamin, dan pendidikan di atas 0,05 sehingga (P > 0,05) maka H0 diterima

sehingga disimpulkan bahwa tidak hubungan antara usia, jenis kelamin dan pekerjaan dengan

resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo. Sedangkan

untuk pengetahuan diperoleh p value 0,041, asupan air diperoleh p value 0,001 dan gaya hidup

diperoleh p value 0,005 dengan α = 0,05 sehingga P < 0,05 maka H0 ditolak sehingga

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, asupan air dan gaya hidup dengan resiko

terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini

merekomendasikan perlu adanya penyuluhan untuk peningkatan pengetahuan dalam pencegahan

resiko terjadinya batu ginjal.

Daftar Pustaka: 22 (2000-2014)

Kata Kunci: Batu Ginjal, Pengetahuan, Asupan Air dan Gaya Hidup.

Page 5: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Faktor-faktor

yang berhubungan dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo Tahun 2015”. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai persyaratan

untuk memperoleh Sarjana Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta.

Pada kesempatan ini, perkenankan penulis untuk menghaturkan terima kasih atas bantuan dan

bimbingannya selama penyusunan Skripsi ini kepada :

1. Bapak Muhammad Hadi, SKM. M.Kes. Selaku ketua program PSIK-FKK-UMJ.

2. Ibu Dr. Hj Tri Kurniati, SKp. M.Kes selaku pembimbing penelitian. Terima kasih atas

waktu, pikiran, tenaga dan kesabarannya dalam membimbing peneliti sehingga dapat

meyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Ns. Ernirita S.Kep. M.Epid Selaku wali kelas Program B angkatan 2013 yang telah

banyak memberikan bimbingannya.

4. Kedua orang tua tercinta, ayah dan ibu serta saudaraku yang selalu memberikan dukungan

moril, doa tulus yang tak ternilai harganya, serta biaya pendidikan yang tidak sedikit telah

dikeluarkan selama ini.

5. Rekan-rekan PSIK FKK Program B yang selalu memberikan masukan, semangat dan

dukungan selama masa perkuliahan dan penyusunan laporan penelitian ini yang tidak bisa

saya sebutkan satu persatu.

6. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Page 6: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

vi

Dengan segenap kerendahan hati dan keterbatasan yang dimiliki, peneliti menyadari dalam

penelitian ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, untuk itu peneliti sangat

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dalam penelitian selanjutnya dapat lebih baik

atau lebih sempurna.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan pahala dari Allah

SWT dan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.

Amien

Wassalamu’alaikum WR. Wb

Jakarta, Februari 2015

Penulis,

Farengki

Page 7: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN.................. ................................................................. iii

ABSTRAK ................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN ................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Masalah Penelitian ........................................................................ 5

C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 6

D. Tujuan penelitian ........................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Batu Ginjal ..................................................................................... 7

1. Pengertian Batu Ginjal ............................................................ 7

2. Komposisi dan Pembentukan Batu Ginjal .............................. 7

3. Jenis Batu ................................................................................. 9

4. Tanda dan Gejala ..................................................................... 16

5. Penatalaksanaan ...................................................................... 18

6. Pencegahan ............................................................................... 21

B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian batu ginjal ...... 24

1. Faktor Intrinsik ......................................................................... 24

2. Faktor Ekstrinsik...... ................................................................ 26

Page 8: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

viii

C. Penelitian Terkait ............................................................................ 31

D. Kerangka Teori Batu ginjal ............................................................ 32

BAB III. KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep ........................................................................... 33

B. Hipotesis ................................................................................. ....... 34

C. Definisi Operasional ....................................................................... 34

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ........................................................................... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. ....... 37

C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 37

D. Etika penelitian ............................................................................... 39

E. Pengumpulan Data .......................................................................... 40

F. Pengolahan Data ............................................................................. 42

G. Teknik Analisa Data ....................................................................... 42

BAB V. HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat ........................................................................... 44

B. Analisa Bivariat ........................................................................ ..... 46

BAB VI. PEMBAHASAN

A. Pembahasan Analisa Univariat ...................................................... 52

B. Pembahasan Analisa Bivariat ........................................................ 54

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................... 60

B. Saran ....................................................................................... ....... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................ ....... 35

Tabel 5.1 Karakteristik Berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pekerjaan di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015 .............................................. 44

Tabel 5.2 Karakteristik Berdasarkan Pengetahuan, Asupan Air, Gaya Hidup dan

Resiko Terjadinya Batu Ginjal di Poli Urologi RSUPN

Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015 ...................................................... 45

Tabel 5.3 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Resiko Terjadinya

Batu Ginjal Di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Tahun 2015 ................................................................................................ 47

Page 10: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ......................................................................................... 32

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................... 33

Page 11: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Penelitian

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Lembar Konsultasi

Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis

Page 12: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

1

B AB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batu ginjal adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu didalam pelvis

atau calyces dari ginjal (Menon, 2003). Penyakit ini dapat menyerang penduduk

diseluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak sama

diberbagai belahan bumi. Dinegara-negara berkembang banyak dijumpai pasien batu

buli-buli sedangkan dinegara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih

bagian atas, hal ini karena adanya status gizi dan aktifitas pasien sehari-hari (Purnomo,

2009).

Batu ginjal terbentuk dari garam dan mineral dalam urine (air seni) yang bercampur

menjadi satu, sehingga terbentuk kerikil kecil di dalam ginjal atau saluran kemih. Batu

tersebut dapat sekecil butir pasir atau sama besar dengan bola golf. Batu ginjal dapat

menyebabkan adanya darah dalam air seni dan nyeri dalam selangkangan, perut, atau

panggul. Satu dari setiap dua puluh orang pernah merasakan batu ginjal dalam hidup

mereka (Indra, 2010).

Komposisi batu ginjal yang dapat ditemukan adalah dari jenis asam urat, oksalat, fosfat,

sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu

campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik; diantaranya berkaitan

dengan sindrom alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium

(hidroksiapatit) kadang disebabkan hiperkalsuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat

Page 13: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

2

amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteria

yang menghasilkan urease sehingga urine menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu

asam urat disebabkan oleh hiperuremia pada artritis urika (Sjamsuhidajat, 2010).

Batu bisa berulang, jika memiliki batu ginjal, ada kemungkinan 50% batu lain dapat

dibentuk di masa yang akan datang (dalam waktu 5-7 tahun) (Macleod, 2005).

Tanda dan gejala penyakit batu ginjal ditentukan letaknya, besarnya, morfologinya.

Walaupun demikian, penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria, baik

hematuria nyata maupun mikroskopik. Selain itu, bila disertai infeksi saluran kemih,

dapat juga ditemukan kelainan endapan urine bahkan mungkin demam, atau tanda

sistemik lainnya (Sjamsuhidajat, 2004).

Batu ginjal tidak selalu menimbulkan gejala, terutama ketika batu ginjal masih kecil.

Namun, ketika ukuran batu ginjal sudah besar, batu ginjal dapat menyebabkan

ketidaknyamanan yang cukup besar itu. Dimulai dengan nyeri akut, mual, muntah, dan

perubahan bau atau warna urin. Pengobatan tergantung pada beberapa faktor, termasuk

jenis batu (Macleod, 2005).

Batu yang sudah menimbulkan masalah secepatnya harus dikeluarkan agar tidak

menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada

batu ginjal adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi atau harus diambil

karena nyeri hebat yang dirasakan oleh klien. Batu dapat dikeluarkan dengan cara

medikamentosa, (pemberian diuretikum dan minum banyak supaya dapat mendorong

batu keluar dari saluran kemih), dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan

endurologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka (Purnomo, 2009).

Page 14: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

3

Mengingat penyakit batu ginjal dapat menimbulkan rasa sakit dari yang ringan sampai

hebat, dan dapat menimbulkan komplikasi yang ringan sampai dengan nyeri kolik dan

jika tidak ditangani dengan segera akan menyebabkan gagal ginjal akut, gagal ginjal

kronik dan akhirnya kematian sehingga memerlukan biaya pengobatan yang tidak

sedikit maka pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian batu

ginjal harus diketahui.

Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang

dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya. Faktor

intrinsik itu antara lain adalah herediter, umur, jenis kelamin sedangkan faktor ekstrinsik

diantaranya adalah geografi, iklim dan temperatur, asupan air, diet, pekerjaan, stress,

obesitas, kebiasaan menahan buang air kecil yang mempengaruhi terjadinya batu ginjal

(Purnomo, 2009).

Penyakit batu ginjal di Amerika Serikat mencapai 5-10% penduduknya menderita

penyakit ini, sedangkan diseluruh dunia rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang

menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang

urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna (Purnomo,

2009).

Penelitian yang dilakukan Asosiasi Urologi Amerika (AUA). AUA www.auanet.org,

mengatakan bahwa kenaikan suhu global meningkatkan jumlah kasus batu ginjal.

Dehidrasi yang erat kaitannya dengan sakit batu ginjal, akan semakin berpeluang terjadi,

terutama di kawasan yang beriklim panas. Amerika sebagai kawasan yang terimbas

Page 15: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

4

kenaikan suhu global, para ahli dari AUA mendapati bahwa kawasan selatan negeri

Paman Sam itu memiliki prevalensi batu ginjal yang lebih besar dari pada kawasan lain.

Di perkirakan, jumlah penduduk Amerika yang berpotensi terkena sakit batu ginjal akan

melonjak dalam beberapa dekade ke depan. Jika pada tahun 2000 populasi yang berisiko

tinggi terkena sakit batu ginjal adalah 40 persen, maka pada 2050 angka itu meningkat

menjadi 50 persen. Ini artinya, jumlah orang yang terkena batu ginjal bertambah 1 juta

hingga 2 juta orang. AUA juga melihat kecenderungan kenaikan angka klien batu ginjal

tidak hanya akan berkonsentrasi di kawasan Amerika bagian selatan, tapi juga ke bagian

utara dan menyebar ke seluruh negeri. Selain peningkatan jumlah klien batu ginjal, AUA

juga memprediksi biaya pengobatan batu ginjal di Amerika akan melonjak hingga 1

miliar dollar per tahun pada 2050, atau 10-20 persen lebih tinggi dari keadaan saat ini

(Alpensteel, 2014).

Prevalensi kasus batu ginjal pada tahun 2013 jumlah klien di Poli Urologi RSUPN Dr.

Cipto Mangukusumo adalah sebanyak 597. Pada tahun 2014 jumlah klien di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebanyak 499. Meskipun pada tahun 2013

jumlah klien lebih tinggi dari pada tahun 2014 tetapi menurut peneliti angka tersebut

masih tinggi untuk penyakit batu ginjal.

Berdasarkan hasil survei awal peneliti pada 5 klien yang mengalami batu ginjal. Peneliti

melakukan wawancara pada klien, 4 klien mengatakan bahwa kebiasaan menahan buang

air kecil dan asupan minum kurang dari 2 liter sedangkan 1 klien tersebut mengatakan

bahwa tidak pernah menahan buang air kecil dan jumlah asupan minum 2 liter perhari.

Untuk jenis pekerjaan 2 Klien IRT, 1 klien PNS, 1 klien pensiunan PNS dan 1 klien

Page 16: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

5

tidak bekerja. Mereka juga mengatakan bahwa tidak mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan resiko terjadinya batu ginjal.

Pengetahuan yang cukup dan tindakan yang tepat mengenai faktor faktor yang

berhubungan dengan resiko terjadinya batu ginjal dapat mencegah kekambuhan.

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat

erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa pendidikan yang tinggi

maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu

ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan

rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh

melalui pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non

formal (Wawan, 2010).

Mengacu pada penelitian Muslim pada tahun 2007 tentang Batu saluran kemih suatu

problema gaya hidup dan pola makan serta analisis ekonomi pada pengobatannya yang

mengatakan bahwa gaya hidup seperti pekerjaan, stress, olahraga, kegemukan dan

kebiasaan menahan buang air kecil dapat mempengaruhi terjadinya batu ginjal.

B. Masalah Penelitian

Jumlah klien yang mengalami penyakit batu ginjal masih bertahan dikisaran 500 klien

pada 2 tahun terakhir ini di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Belum

adanya penelitian tentang resiko terjadinya batu ginjal di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo sehingga klien tidak mengetahui bagaimana cara melakukan

pencegahan penyakit batu ginjal dan tidak mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

Page 17: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

6

dengan resiko terjadinya batu ginjal. Peneliti memfokuskan pada faktor-faktor yang

berhubungan dengan resiko terjadinya batu ginjal. Faktor yang di maksud adalah faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh

seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan

disekitarnya. Faktor intrinsik itu antara lain adalah umur dan jenis kelamin sedangkan

faktor ekstrinsik diantaranya adalah pekerjaan, asupan air, pengetahuan dan gaya hidup

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian tersebut maka pertanyaan penelitian yang dapat

dirumuskan adalah Faktor-Faktor apa sajakah yang berhubungan dengan resiko

terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan karakteristik klien (umur, jenis kelamin, pekerjaan)

dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo Tahun 2015.

Page 18: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

7

b. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

c. Diketahuinya hubungan asupan air dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

d. Diketahuinya hubungan gaya hidup ( kebiasaan menahan buang air kecil,kebiasaan

olahraga,kebiasaan makan ) dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015 .

Page 19: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Batu Ginjal

1. Pengertian Batu Ginjal

Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam

saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi

ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2008).

Batu ginjal adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu didalam pelvis

atau calyces dari ginjal (Menon, 2003).

Kesimpulan : Batu ginjal merupakan batu yang terdapat didalam pelvis atau calyces

dari ginjal disebabkan oleh kristalisasi dari substansi eksresi dalam urine.

2. Komposisi dan Pembentukan Batu Ginjal

a. Komposisi Batu Ginjal

Komposisi batu yang ditemukan pada seseorang perlu ditentukan karena

komposisi batu dipakai untuk menelusuri etiologi penyakit batu saluran kemih.

Analisis batu dapat dilakukan secara kimiawi yaitu, cara kualitatif dan cara

kuantitatif dengan metode kromatografik dan autoanalis. Cara lain ialah cara optik

dengan diseksi mikroskopik binokuler dengan mikroskopik petrografik. Ada juga

cara instrumental melalui kristalografi radiografik, spektroskopi inframerah,

termoanalitik, mikroskopi elektron. Kristalografi radigrafik merupakan cara yang

Page 20: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

9

paling baik ditinjau dari segi kesederhanaan dan ketepatannya (Sjamsuhidajat,

2010).

Batu ginjal pada umumnya mengandupng unsur kalsium oksalat, atau kalsium

fosfat, asam urat, magnesium amonium fosfat (MAP), xanthyn, dan sistin, silikat

dan senyawa lainnya. Data mengenai komposisi zat yang terdapat pada batu sangat

penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif

(Purnomo, 2009).

Kesimpulan : Komposisi batu ginjal pada umumnya mengandung unsur kalsium

oksalat, atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium amonium fosfat (MAP),

xanthyn,sistin dan silikat.

b. Pembentukan Batu Ginjal

Pembentukan batu ginjal memerlukan keadaan supersaturasi dalam pembentukan

batu. Inhibitor pembentuk batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kalsium

oksalat dengan inhibitor sitrat dan gliko protein. Beberapa promotor (reaktan)

dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu pembentukan batu

kalsium oksalat. Aksi inhibitor dan reaktan belum diketahui sepenuhnya. Ada

dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi kristal, progresi

kristal atau agregasi kristal. Penambahan sitrat dalam kompleks kalsium dapat

mencegah agregasi kristal kalsium oksalat dan mungkin dapat mengurangi risiko

agregasi kristal dalam saluran kemih (Sya’bani, 2001).

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun

anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam

keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan

tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang

Page 21: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

10

saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian

akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi

kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih

rapuh dan belum cukup mampu untuk menyumbat saluran kemih. Untuk itu

agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal),

dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk

batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih (Purnomo, 2009).

Kondisi metastabel dipengaruhi oleh suhu, ph larutan, adanya koloid didalam

urine, konsentrasi solut didalam urine, laju aliran urine didalam saluran kemih,

atau adanya korpus alienum didalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti

batu. Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri dari batu kalsium, baik yang

berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat

dan kalsium fosfat sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium

amonium fosfat( batu infeksi), batu xanthyn, batu sistin, dan batu jenis lainnya.

Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu diatas hampir sama, tetapi keadaan

didalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak

sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam keadaan

asam, sedangkan batu magnesium amonium fosfat terbentuk karena urine bersifat

basa (Purnomo, 2009).

Kesimpulan : Batu ginjal terdiri atas kristal-kristal terlarut dalam urine. Jika tidak

terlarut dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-

kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang

kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi

kristal yang lebih besar.

Page 22: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

11

3. Jenis Batu

a. Batu Kalsium

Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80% dari seluruh batu

saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium

fosfat, atau campuran dari ke dua unsur tersebut (Purnomo, 2009).

1) Batu kalsium oksalat

Kalsium oksalat adalah yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih

(70-75%), batu terdiri dari kalsium oksalat, laki-laki 2 kali lebih sering dari

pada wanita. Angka kejadian tertinggi usia 30-50 tahun. Batu kalsium oksalat

terjadi karena proses multifaktor, kongenital dan gangguan metabolik sering

sebagai faktor penyebab. Dua bentuk yang berbeda yaitu:

a) Whewellite (Ca Ox Monohidrate), berbentuk padat, warna cokat/ hitam

dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.

b) Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (Ca Ox Dihidrat):

batu

berwarna kuning, mudah hancur dari pada whewellite, namun tipe ini memiliki

angka residif yang tinggi.

Batu kalsium oksalat dapat dianalisis melalui darah dan air kemih. Sering

terjadi gangguan metabolisme kalsium seperti hiperkalsiuria dan hiperkalsemia

atau keduanya (normal>2,5mmol/l). Gangguan metabolisme asam urat

merupakan tanda pembentukan batu kalsium oksalat, sehingga perlu

diperhatikan bila kadar asam urat >6,4 mg/100 ml. Peningkatan ekskresi asam

oksalat terjadi pada 20-50% pasien dengan batu oksalat. Tingginya ekskresi

oksalat berhubungan dengan pembentukan batu rekuren. Sitrat dan magnesium

Page 23: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

12

merupakan unsur penting yang dapat menghambat terjadinya kristalisasi.

Ekskresi yang rendah dari sitrat akan meningkatkan risiko pembentukan batu

kalsium oksalat (Hesse, 2002).

2) Batu kalsium fosfat

Dua macam batu kalsium fosfat terjadi tergantung suasana pH air kemih.

Karbonat apatite (dahllite) terbentuk pada pH>6,8 dengan konsentrasi kalsium

yang tinggi dan sitrat rendah. Seperti pada batu kalsium oksalat, batu kalsium

fosfat juga merupakan batu campuran. Terjadi pada suasana air kemih yang

alkali atau terinfeksi. Terjadi bersama dengan CaOx atau struvit. Brushite

(kalsium hydrogenfosfat) terbentuk pada pH air kemih 6,5-6,8 dengan

konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi. Batu ini mempunyai sifat keras dan

sulit dipecah dengan lithotripsy, cepat terbentuk dengan angka kekambuhan

yang tinggi. Sebanyak 1,5% monomineral,0,5% campuran bersama dengan

CaOx. Analisa darah dan air kemih menunjukkan hiperkalsemia(>2-2,5

mmol/l). Penyebab terbentuknya batu kalsium oksalat renal tubular asidosis dan

infeksi saluran kemih. Kalsium dalam air kemih>2,5 mmol/liter dan pH air

kemih>6,8) (Hesse, 2002).

Faktor terjadinya batu kalsium adalah:

Hiperkalsiuri

Hiperkalsiuri adalah kadar kalsium dalam urine lebih besar dari 250-300 mg/24

jam.

Menurut Pak (1976) dalam Purnomo 2009 terdapat tiga jenis penyebab

terjadinya hiperkalsiuri antara lain:

Page 24: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

13

Hiperkalsiuri absortif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi

kalsium melalui usus.

Hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi

kalsium melalui tubulus ginjal.

Hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium

tulang yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor

paratiroid.

Hiperoksaluri

Hiperoksaluri adalah ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 gram perhari.

Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang banyak mengalami gangguan

pada usus sehabis menjalani pembedahan usus dan pada pasien yang banyak

konsumsi makanan yang kaya oksalat, diantaranya adalah teh, kopi, kokoa,

arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam.

Hiperurikosuria

Hiperurikosuria adalah kadar asam urat yang melebihi 850 mg/24jam. Asam

urat yang berlebihan dalam urine bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya

batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal dari makanan

yang mengandung banyak purin maupun berasal dari metabolisme endogen.

Hipositraturia

Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat,

sehingga kalsium sitrat lebih mudah larut dari pada oksalat atau fosfat. Hal ini

dimungkinkan karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut dari pada kalsium

oksalat. Oleh karena itu sitrat dapat bertindak sebagai penghambat

Page 25: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

14

pembentukan batu kalsium. Hipositraturi dapat terjadi pada penyakit asidosis

tubuli ginjal atau renal tubular acidosis, sindrom malabsorbsi atau pemakaian

diueretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.

Hipomagnesuria

Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat

timbulnya batu kalsium, karena di dalam urine magnesium bereaksi dengan

oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium dengan

oksalat. Penyebab tersering hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus

(inflamatory bowel disease) yang di ikuti dengan gangguan malabsorbsi.

b. Batu Struvit

Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya disebabkan

oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman

golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease

dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman-

kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella,

serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stajilokokus. Meskipun E coli banyak

menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah

urea (Purnomo, 2009).

Disebabkan karena infeksi saluran kemih oleh bakteri yang memproduksi urease

(proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas). Frekuensi 4-6%, batu struvit

lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi

karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih>7. Pada kondisi

tersebut kelarutan fosfat menurun yang berakibat terjadinya batu struvit dan

kristalisasi karbon apatite, sehingga batu struvit sering terjadi bersamaan dengan

Page 26: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

15

batu karbonat apatite. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat

penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.

Disamping pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih menjadi

asam dengan methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan (Hesse,

2002).

c. Batu Asam Urat

Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu ginjal. Diantaranya 75-80%

batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran

kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh klien yang

menderita penyakit gout, penyakit mieloproliperatif, pasien yang mendapatkan

terapi anti kanker, dan banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya

sulfinpirazone, thiazide dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet

tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk menderita penyakit ini

(Purnomo, 2009).

Sumber asam urat berasal dari diet yang mengandung purin dan metabolisme

endogen di dalam tubuh. Degradasi purin di dalam tubuh melalui asam inosinat

dirubah menjadi hipoxantin. Dengan bantuan, enzim xanthin oksidase, hipoxanthin

dirubah menjadi xanthin yang akhirnya menjadi asam urat. Pada mamalia lain

mempunyai enzim urikase yang dapat merubah asam urat menjadi allantion yang

larut di dalam air. Pada manusia karena tidak mempunyai enzim itu, asam urat di

ekskresikan ke dalam urine dalam bentuk asam urat bebas dan garam urat yang

lebih sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat. Natrium urat lebih

mudah larut di dalam air di bandingkan dengan asam urat bebas, sehingga tidak

mungkin mengadakan kristalisasi di dalam urine (Purnomo, 2009).

Page 27: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

16

Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar

sehingga membentuk batu staghorn yang mengisi seluruh pelvi kalises ginjal.

Tidak seperti batu jenis kalsium yang bentuknya bergerigi, batu aam urat

bentuknya halus dan bulat sehingga sering kali keluar secara spontan. Batu asam

urat murni bersifat radiosulen, sehingga pada pemeriksaan PIV tampak sebagai

bayangan filling defect pada saluran kemih sehingga seringkali harus di bedakan

dengan bekuan darah, bentukan papila ginjal yang nekrosis, tumor, atau bezoar

jamur. Pada pemeriksaan USG memberikan gambaran bayangan akustik (acoustic

shadowing) (Purnomo, 2009).

Untuk mencegah timbulnya kembali batu asam urat setelah terapi, adalah minum

banyak, alkalinisasi urine dengan mempertahankan PH diantara 6,5-7, dan

menjaga jangan terjadi hiperurikosuria dengan mencegah terjadinya hiperurisemia.

Setiap pagi pasien dianjurkan untuk memeriksa pH urine dengan kertas nitrazin,

dan di jaga supaya produksi urine tidak kurang dari 1500-2000 ml setiap hari. Di

lakukan pemeriksaan kadar asam urat secara berkala dan jika tidak terjadi

hiperurisemia harus di terapi dengan obat-obatan inhibitor xanthin oksidase yaitu

allopurinol (Purnomo, 2009).

Lebih dari 15% batu ginjal dengan komposisi asam urat. Pasien biasanya berusia

60 tahun. Pada pasien berusia lebih muda biasanya juga menderita kegemukan.

Laki-laki lebih sering dari pada wanita. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam

urat. Diet menjadi risiko penting terjadinya batu tersebut. Diet dengan tinggi

protein dan purin serta minuman beralkohol meningkatkan ekskresi asam urat

sehingga pH air kemih menjadi rendah. Sebanyak 20-40% pasien pada Gout akan

membentuk batu, oleh karena itu tingginya asam urat yang berakibat

Page 28: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

17

hiperurikosuria. Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan

obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis (Hesse, 2002).

d. Batu Jenis Lain

Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang di jumpai.

Batu sistin di dapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu kelainan dalam

absrobsi sistin di mukosa usus. Demikian batu xanthin terbentuk karena penyakit

bawaan berupa defisiensi enzim xanthin oksidase yang mengkatalisis perubahan

hipoxanthin menjadi xanthin dan xanthin menjadi asam urat. Pemakaian antasida

yang mengandung silikat (magnesium silikat atau aluminometilsalisilat) yang

berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan timbulnya batu

silikat (Purnomo, 2009).

Batu Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.

Frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, cystine, arginin, lysin

danornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor

keturunan dengan kromosom autosomal resesif, terjadi gangguan transport amino

cystine, lysin, arginin dan ornithine. Memerlukan pengobatan seumur hidup. Diet

mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah

dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi cystine dalam air

kemih. Penting apabila produksi air kemih melebihi 3 liter/hari. Alkalinisasi air

kemih dengan meningkatkan pH 7,5-8 akan sangat bermanfaat untuk menurunkan

ekskresi cystine dengan tiopron dan asam askorbat (Hesse, 2002).

Kesimpulan : Ada 4 jenis batu ginjal yaitu batu kalsium, batu struvit, batu asam urat

dan batu jenis lainnya. Batu kalsium merupakan batu yang paling banyak dijumpai, yaitu

kurang lebih 70-80% dari seluruh batu ginjal. Penyebab dari batu kalsium adalah

Page 29: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

18

banyaknya konsumsi makanan yang mengandung oksalat oksalat, diantaranya adalah

teh, kopi, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayamn yang

bisa meningkatkan kadar asam urat.

4. Tanda dan Gejala

Menurut Marshal 2003 mengatakan bahwa ada 5 tanda gejala pada penyakit batu

ginjal , yaitu sebagai berikut :

a. Nyeri

Batu ginjal seringkali menyebabkan nyeri karena turunnya batu ke ureter yang

sempit. Kolik ginjal dan nyeri ginjal adalah dua tipe nyeri yang berasal dari ginjal.

Pada kaliks dapat menyebabkan obstruksi, sehingga memberikan gejala kolik

ginjal, sedangkan non obstruktif hanya memberikan gejala nyeri periodik. Batu

pada pelvis renalis dengan diameter lebih dari 1 cm umumnya menyebabkan

obstruksi pada uretropelvic juction sehingga menyebabkan nyeri pada tulang

belakang. Nyeri tersebut akan dijalarkan sepanjang perjalanan ureter dan testis.

Pada ureter bagian tengah akan dijalarkan di daerah perut bagian bawah,

sedangkan pada distal, nyeri dijalarkan ke suprapubis vulva (pada wanita) dan

skrotum pada (pria) (Marshal, 2003).

Menurut Purnomo 2009 mengatakan bahwa keluhan yang disampaikan oleh pasien

tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi.

Keluhan yang paling dirasakan oleh klien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini

mungkin bisa berupa nyeri kolik atau bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena

aktifitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha

untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan perisaltik itu

Page 30: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

19

menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari

terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat

peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Batu

yang terletak di sebelah distal ureter di rasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat

kencing atau sering kencing. Batu dengan ukuran kecil mungkin dapat keluar

spontan setelah melalui hambatan pada perbatasan uretero-pelvik, saat ureter

menyilang vasa iliaka dan saat ureter masuk ke dalam buli-buli.

b. Hematuria

Pada klien batu ginjal seringkali terjadi hematuria (air kemih berwarna seperti air

teh) terutama pada obstruksi ureter (marshal, 2003).

Hematuria sering kali di keluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran

kemih yang disebabkan oleh batu. Kadang-kadang hematuria di dapatkan dari

pemeriksaan urinalisis berupa hematuria mikroskopik (Purnomo, 2009).

c. Infeksi

Penyakit batu ginjal seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat

obstruksi dan stasis di proksimal dari sumbatan. Keadaan yang cukup berat terjadi

apabila terjadi pus yang berlanjut menjadi fistula renokutan.

d. Demam

Adanya demam yang berhubungan dengan batu ginjal merupakan kasus darurat

karena dapat menyebabkan urosepsis. Dalam hal ini harus secepatnya di tentukan

letak kelainan anatomik pada saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsi

dan segera di lakukan terapi berupa drainase dan pemberian antibiotika.

Page 31: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

20

e. Mual Dan Muntah

Obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan mual dan

muntah,dapat juga disebabkan oleh uremia sekunder.

Kesimpulan : Tanda dan gejala dari batu ginjal adalah nyeri, hematuria, infeksi,

demam, mual dan muntah.

5. Penatalaksanaan

Menurut Purnomo 2009 mengatakan bahwa penatalaksanaan untuk penyakit batu

ginjal dapat dilakukan dengan lima cara, yaitu:

a. Medikamentosa

Terapi medikamentosa di tujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,

karena di harapkan batu dapat keluar secara spontan. Terapi yang diberikan

bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian

diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran

kemih.

b. ESWL (extracorporeal shockwave lithotripsy)

Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy

pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau

batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah

menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran

kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan

perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.

Page 32: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

21

c. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu

saluran kemih yang terdiri atas memecahkan batu, dan kemudian

mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang di masukkan langsung ke

dalam saluran kemih. Alat itu di masukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil

pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat di lakukan secara mekanik,

dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan terapi

laser. Beberapa tindakan endourologi itu adalah sebagai berikut;

1) PNL (percutaneous nephro litholapaxy) : yaitu mengeluarkan batu yang berada

di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem

kalises melalui insisi pada kuilt. Batu kemudian di keluarkan atau di pecah

terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

2) Litotripsi : yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan

alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu di keluarkan

dengan evakuator Ellik.

3) Ureteroskopi atau uretero renoskopi yaitu memasukkan alat ureteroskopi

peruretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan

memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem

pelvikalises dapat di pecah melalui ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.

4) Ektraksi Dormia , yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan

alat keranjang dormia.

d. Bedah Laparoskopi

Bedah laparoskopi adalah jenis prosedur pembedahan dimana sayatan kecil

dibuat, biasanya dipusar, lalu suatu tabung penglihat (laparoskop) dimasukkan

Page 33: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

22

melaui sayatan kecil. Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu ginjal saat

ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

e. Bedah Terbuka

Klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai utnuk tindakan-

tindakan endurologi, laparoskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih di

lakukan dengan pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah

pielolitotomi, atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal dan

ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan

nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan

berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami

pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi

yang menahun.

Kesimpulan : Penatalaksanaan yang dilakukan untuk klien batu ginjal adalah

medikamentosa, ESWL, endurologi, bedah laparoskopi, bedah terbuka.

6. Pencegahan

Peneliti mengambil sumber dari Purnomo (2009) dan Nursalam (2008).

Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak kalah

penting adalah upaya untuk menghindari timbulnya kekambuhan. Angka

kekambuhan batu ginjal rata-rata 7% pertahun atau kurang lebih 50% dalam 10

tahun.

Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang yang

menyusun batu ginjal yang di peroleh dari analisis batu.

Pada umumnya pencegahan itu berupa:

Page 34: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

23

a) Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan di usahakan produksi urine

sebanyak 2-3 liter perhari.

b) Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.

c) Olahraga

Berolah raga ringan, selama satu hingga tiga jam sepekan bisa mengurangi

resiko batu ginjal hingga 31%

d) Pemberian medikamentosa.

Diet yang dianjurkan untuk mengurangi ke kambuhan adalah :

a) Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan

menyebabkan keadaan urine menjadi lebih asam.

b) Rendah oksalat

c) Rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria.

d) Rendah purin

Diet ini di berikan kepada pasien yang menderita penyakit batu ginjal asam urat

dan gout. Kadar purin makanan normal untuk pasien yang menderita penyakit

ini adalah 600-1000 mg/hr. Diet rendah purin mengandung 120-115- mg purin,

cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin, tinggi karbohidrat (karena

karbohidrat membantu pengeluaran asam urat), sedang lemak (karena lemak

cenderung menghambat pengeluaran asam urat), banyak cairan ( untuk

membantu pengeluaran kelebihan asam urat). Nilai gizi yang diberikan adalah

kalori sebanyak 1.848, protein 51 gr, lemak 32 gr, karbohidrat 338 gr, kalsium

0,3 mg, besi 15,9 mg, vitamin A 8,642 SI, vitamin C 170 mg dan purin 50-200

mg.

Page 35: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

24

Makanan yang tidak boleh di berikan adalah :

1. Sumber protein hewani : sarden, kerang, jantung , hati, limpa, otak

ekstrak daging, daging angsa, bebek, dan burung.

2. Minuman : alkohol

3. Bumbu-bumbu: ragi

e) Diet rendah kalsium tinggi sisa asam

Diet ini diberikan kepada pasien batu kalsium ginjal. Asupan makanan yang

baik untuk pasien yang menderita penyakit ini adalah kalori, protein, zat besi,

vitamin A, dan vitamin C yang cukup dengan syarat jumlah cairan 2.500 ml/hr

dan rendah kalsium untuk menurunkan kadar kalsium dalam urine. Nilai gizi

yang diberikan adalah kalori sebanyak 2.240, protein 63 g, lemak 54 g,

karbohidrat 372 g, kalsium 0,3 g, besi 16,8 mg, vitamin A 8.402 SI, dan vitamin

C 130 mg.

Makanan yang tidak boleh diberikan adalah

1. Sumber hidrat arang : Kentang, ubi, singkong, biskuit dan kue-kue yang

terbuat dari susu,

2. Sumber protein hewani : Susu, keju, udang, kepiting, ikan asin, sarden

dan daging

3. Sayuran : Bayam, daun melinjo, daun pepaya, daun lamtoro, daun talas,

daun katuk, daun kelor, jantung pisang, buah melinjo, sawi dan leunca.

f) Diet tinggi sisa basa

Diet ini di berikan kepada pasien yang menderita penyakit batu sistin dan asam

urat. Komposisi makanan yang cukup kalori, protein, mineral dan vitamin.

Page 36: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

25

Nilai gizi yang diberikan adalah kalori sebanyak 2.0006, protein 55 g, lemak 64

g, karbohidrat 217 g, kalsium 0,8 g, vitamin A 12,912 SI dan vitamin C 299

mg.

Makanan yang boleh diberikan adalah:

1. Sumber hidrat arang: nasi, maksimun ½ gelas sehari, roti 4 potong,

kentang ubi, singkong kue dari tepung maizena, hunkwe, tapioka, dan

selai

2. Sumber protein : daging 50 gr atau telur 2 butir sehari dan susu.

3. Lemak : minyak mentega dan margarin.

4. Sumber protein nabati : kacang-kacangan kering 25 gr, tahu, tempe, atau

oncom 50 gr/hari.

Kesimpulan : Pencegahan sangat penting dilakukan sebelum mengalami penyakit batu

ginjal atau pun setelah mengalami batu ginjal. Olahraga, minum air putih > 2 liter dan

pembatasan diet merupakan hal yang paling mudah untuk di lakukan untuk menghindari

timbulnya penyakit batu ginjal dan kekambuhan batu ginjal.

B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Batu Ginjal

1. Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik merupakan keadaan yang berasal dari tubuh seseorang (Purnomo,

2009). Faktor-faktor tersebut meliputi sebagai berikut :

a. Umur

Penyakit batu ginjal umumnya terjadi pada mereka yang berusia antara 30-60

tahun. Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan karena

adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet (Purnomo, 2009).

Page 37: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

26

b. Jenis Kelamin

Penyakit ini lebih sering diderita oleh kaum pria dari pada wanita, dengan

perbandingan 3:1. Hal ini disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada pria lebih

panjang dari pada wanita, didalam urin pria kadar kalsium lebih tinggi sedangkan

pada wanita kadar sitrat lebih tinggi, hormone testosterone pada pria dapat

meningkatkan produksi eksalat endogen di hati, dan hormone esterogen pada

wanita dapat mencegah agregasi garam kalsium (Purnomo, 2009).

Kejadian batu ginjal berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih

sering terjadi dibanding wanita. Khusus di Indonesia angka kejadian yang

sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat 170.000

kasus baru per tahun (Sya’bani, 2001).

Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi oksalat endogen oleh hati.

Rendahnya serum testosteron pada wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya

kejadian batu ginjal pada wanita dan anak-anak (Menon, 2002).

c. Herediter

Terdapat orang orang tertentu yang memiliki kelainan atau gangguan ginjal sejak

dilahirkan, meskipun kondisi ini jarang ditemui. Penderita kelainan ini, sejak usia

anak-anak sudah memiliki kecenderungan yang mudah mengendapkan garam dan

memudahkan terbentuknya batu. Oleh karena fungsi ginjalnya yang tidak normal,

maka proses pengeluaran urine pun mengalami ganggguan karena urinenya

banyak mengandung zat kapur, sehingga mudah mengendapkan batu. Salah satu

penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus ginjal

(ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau

Page 38: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

27

kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolik (Menon,

2002).

Riwayat bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam satu keluarga

Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan antara lain:

1). Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D

sehingga

penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria,

glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu

kalsium oksalat dan gagal ginjal.

2). Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih rendah

hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis (Rivers, 2000).

Kesimpulan : umur, jenis kelamin, dan herediter merupakan faktor intrisik terjadinya

penyakit batu ginjal.

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya

(Purnomo, 2009). Faktor-faktor tersebut meliputi sebagai berikut :

a. Asupan Air

Kurangnya asupan cairan dalam tubuh akan memicu terjadinya batu ginjal. Selain

itu banyaknya mengonsumsi air yang mengandung kadar kalsium tinggi akan

memicu terjadinya batu ginjal. Kurang mengkonsumsi air putih menyebabkan

sistem metabolisme tubuh tidak berjalan dengan optimal. Ginjal

memerlukan cairan dalam jumlah yang cukup banyak untuk menguraikan zat-zat

terurai dalam tubuh. Setidaknya minumlah 2 liter air dalam sehari agar volume

Page 39: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

28

urine bertambah dan mengurangi konsentrasi mineral dan garam ( Purnomo,

2009).

Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu ginjal adalah jumlah air yang

diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut.

Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan

dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena batu

ginjal. Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat

sehingga terjadi penurunan pH air kemih (Parivar, 2003).

Pengenceran air kemih dengan banyak minum menyebabkan peningkatan

koefisien ion aktif setara dengan proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang

diminum akan mengurangi rata-rata umur kristal pembentuk batu saluran kemih

dan mengeluarkan komponen tersebut dalam air kemih. Kandungan mineral dalam

air salah satu penyebab batu ginjal. Air yang mengandung sodium karbonat seperti

pada soft drink penyebab terbesar timbulnya batu ginjal (Menon, 2003).

b. Aktivitas

Faktor pekerjaan dan olah raga dapat mempengaruhi terbentuknya batu ginjal.

Resiko penyakit ini bertambah tinggi pada orang dengan aktivitas yang jarang

berolahraga atau tidak banyak bergerak, serta pada orang yang pekerjaannya

terlalu banyak duduk. Hal ini dikarenakan aktivitas yang kurang aktif

menyebabkan kurang lancarnya peredaran darah maupun urine, sehingga mudah

terbentuk batu ginjal. Selain itu, pola hidup yang aktif dapat membantu

pembentukan kalsium menjadi tulang. Sebaliknya, gaya hidup yang kurang

Page 40: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

29

bergerak dapat mendorong kalsium beredar dalam darah dan beresiko menjadi

kristal kalsium (Purnomo, 2009).

Kejadian batu ginjal lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan orang-

orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena mengganggu

proses metabolisme tubuh. Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan

antara olah raga dan kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah

terbukti batu ginjal jarang terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding

orang yang bekerja di kantor dengan banyak duduk (Menon, 2003).

c. Diet

Diet yang mengandung banyak purin, oksalat, dan kalsium akan memicu

terjadinya batu ginjal. Protein yang tinggi terutama protein hewani dapat

menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat dalam darah akan

naik (Purnomo, 2009).

Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu ginjal. Diet

berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah air

kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya

batu ginjal. Bila dikonsumsi berlebihan maka kadar kalsium dalam air kemih akan

naik, pH air kemih turun, dan kadar sitrat air kemih juga turun. Diet yang

dimodifikasi terbukti dapat mengubah komposisi air kemih dan risiko

pembentukan batu ( Menon, 2003).

Kebutuhan protein untuk hidup normal perhari 600 mg/kg BB, bila berlebihan

maka resiko terbentuk batu saluran kemih akan meningkat. Protein hewani akan

menurunkan keasaman (pH) air kemih sehingga bersifat asam, maka protein

hewani tergolong “acid ash food”, Akibat reabsorbsi kalsium dalam tubulus

Page 41: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

30

berkurang sehingga kadar kalsium air kemih naik. Selain itu hasil metabolisme

protein hewani akan menyebabkan kadar sitrat air kemih turun, kadar asam urat

dalam darah dan air kemih naik (Parivar, 2003).

Sayur bayam, kol, sawi, daun singkong menyebabkan hiperkalsiuria. Sayuran yang

mengandung oksalat sawi bayam, kedele, brokoli, asparagus, menyebabkan

hiperkalsiuria dan reabsorbsi kalsium sehingga menyebabkan hiperkalsium yang

dapat menimbulkan batu kalsium oksalat. Sebagian besar sayuran menyebabkan

pH air kemih naik (alkali ash food) sehingga menguntungkan, karena tidak

memicu terjadinya batu kalsium oksalat. Sayuran mengandung banyak serat yang

dapat mengurangi penyerapan kalsium dalam usus, sehingga mengurangi kadar

kalsium air kemih yang berakibat menurunkan terjadinya batu ginjal (Mennon,

2003).

d. Geografi

Pada beberapa daerah kasus batu ginjal cukup tinggi dibandingkan daerah lain

sehingga dikenal dengan sabuk batu ( stone belt ). Biasanya daerah ini berada di

dataran tinggi atau daerah pegunungan. Hal ini terjadi karena air yang dikonsumsi

mengandung mineral seperti phosphor, kalsium, magnesium, dan sebagainya (

Purnomo, 2009).

e. Kebiasaan Menahan BAK (Buang Air Kecil)

Kebiasaan menahan BAK akan menimbulkan statis urine yang dapat berakibat

timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan oleh kuman dapat

menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit (Purnomo, 2009).

Page 42: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

31

Selain itu dengan adanya stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal

(Menon, 2003).

f. Iklim Dan Temperature

Iklim panas dan temperatur yang tinggi akan memicu terjadinya batu ginjal hal ini

disebabkan karena paparan sinar ultraviolet tinggi yang akan memicu terjadinya

dehidrasi dan peningkatan vitamin D yang memicu peningkatan ekskresi kalsium

dan oksalat. Selain itu, Temperatur yang tinggi akan meningkatkan jumlah

keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang

meningkat dapat menyebabkan pembentukan kristal air kemih (Menon, 2003).

g. Stress

Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat

meningkatkan kemungkinan terjadinya batu ginjal. Secara pasti mengapa stres

dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti.

Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya

tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan terjadinya

batu ginjal (Menon, 2003).

h. Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik

diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Obesitas dapat ditentukan dengan

pengukuran antropometri seperti IMT, distribusi lemak tubuh/ persen lemak tubuh

melalui pengukuran tebal lemak bawah kulit. Dikatakan obesitas jika IMT ≥ 25

kg/m2. Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik didapatkan

59,2% terkena kegemukan. Pada laki-laki yang berat badannya naik 15,9 kg dari

berat badan waktu umur 21 tahun mempunyai RR 1,39. Pada wanita yang berat

Page 43: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

32

badannya naik 15,9 kg dari berat waktu berumur 18 tahun, RR 1,7. Hal ini

disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat

dan kalsium naik (Rivers, 2005).

i. Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini

terjadi setelah orang mengadakan pengideraan terhadap suatu objek tertentu.

penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indera manusia yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu

pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intesitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang cukup didalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu Memahami, Tahu, Aplikasi,Analisis, Sintesis,

Evaluasi.

Kesimpulan : jumlah air yang di minum, aktifitas, diet, geografi, kebiasaan menahan

BAK, iklim dan temperature, strees, obesitas dan pengetahuan merupakan faktor

ekstrinsik terjadinya batu ginjal.

C. Penelitian Terkait

Penelitian terkait yang di dapat peneliti adalah penelitian yang di lakukan oleh Patria

tentang faktor risiko penyakit batu ginjal yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas

Margasari Kabupaten Tegal Tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan Patria

adalah analitik dengan menggunakan desain kendali kasus. Sampel penelitiannya terdiri

atas 74 responden diantaranya 37 orang menderita penyakit batu ginjal, 37 lainnya tidak.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Data yang

Page 44: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

33

diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan rumus uji chi square. Hasil

analisis bivariat menunjukkan kesadahan air sumur gali (nilai p=0,001, OR=4,796),

riwayat keluarga (nilai p=0,01, OR=5,346), konsumsi sumber protein (nilai p=0,001,

OR=6,781), konsumsi sumber kalsium phospor (nilai p=0,010, OR=3,423), konsumsi

sumber asam urat (nilai p=0,001, OR=6,756), konsumsi sumber oksalat (nilai p=0,009,

OR=3,660), dan konsumsi sumber asam sitrat (nilai p=0,001, OR=27,429) berhubungan

dengan kejadian penyakit batu ginjal. kesimpulannya kesadahan air sumur gali, riwayat

keluarga, konsumsi sumber protein, konsumsi sumber kalsium phospor, konsumsi

sumber asam urat, konsumsi makanan yang bersumber dari oksalat, dan konsumsi

makanan yang bersumber asam sitrat merupakan faktor resiko penyakit batu ginjal.

D. Kerangka Teori Batu Ginjal

Kerangka teori diambil dari beberapa sumber yaitu Purnomo (2009), Marshal (2003),

Hesse (2002), Rivers (2005), Menon (2003), Notoadmojo (2003), Parivar (2003),

Nursalam (2008), Sjamsuhidajat (2010), dan Sya’bani (2001).

Page 45: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

34

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Komposisi dan

pembentukan

batu ginjal

Pengetian batu

ginjal

Faktor-faktor yang

mempengaruhi batu

ginjal

Jenis Batu ginjal

Tanda dan gejala

batu ginjal

Penatalaksanaan batu

ginjal

Pencegahan batu

ginjal

Page 46: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

35

BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau

diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep

ini merujuk dari Purnomo 2009, Notoadmojo 2003 dan penelitian Muslim pada tahun

2007. Dimana peneliti mengambil umur, jenis kelamin, pekerjaan, pengetahuan, asupan

air dan gaya hidup (kebiasaan menahan air kemih, kebiasaan makan, kebiasaan

olahraga) untuk variabel independen sedangkan variabel dependen adalah resiko

terjadinya batu ginjal.

Secara skematis, kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Page 47: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

36

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Karakteristik Klien

Umur

Jenis kelamin

pekerjaan

2. Pengetahuan

3. Asupan Air

4. Gaya Hidup (kebiasaan

Menahan air Kencing,

Kebiasaan makan,

Kebiasaan Olahraga )

B. Hipotesis

1. Hipotesis Mayor

Faktor-faktor ( umur, jenis kelamin, pekerjaan, asupan air, pengetahuan dan gaya

hidup) yang berhubungan dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

2. Hipotesis Minor.

a. Terdapat hubungan antara demografi ( umur, pekerjaan dan jenis kelamin) dengan

resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Tahun 2015.

b. Terdapat hubungan antara asupan air dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

Terjadinya Batu

Ginjal

Page 48: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

37

c. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan resiko terjadinya batu ginjal di

Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

d. Terdapat hubungan antara Gaya Hidup (kebiasaan Menahan Kencing,olahraga,

kebiasaan makan) dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN

Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

C. Definisi Operasional.

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang

yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No

Variabel Definisi Operasional

Alat

Ukur dan Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Umur rentang waktu dalam

tahun yang menyatakan

lama hidup klien dari

lahir sampai dengan

ulang tahunnya yang

terakhir.

Mengisi Kuesioner

0. 17-40 Tahun

1. >40-65 Tahun

Ordinal

2 Jenis Kelamin Gender pada klien batu

ginjal

Mengisi Kuesioner 0. Laki-laki

1. perempuan

Ordinal

3 Pekerjaan

Rutinitas yang

dijalankan oleh klien

pada bidang pekerjaan

tertentu untuk

memenuhi kebutuhan

hidup dan menjadi

sumber penghasilan

Mengisi kuesioner 0 = Tidak bekerja

1 = Bekerja

Ordinal

4 Pengetahuan

tentang batu

ginjal

Segala sesuatu yang

diketahui klien tentang

penyakit batu ginjal

Alat Ukur: Kuesioner

Pengukuran dilakukan

dengan cara klien

memilih pernyataan benar

atau salah.

0= Kurang,

( dengan nilai mean < 7)

1=Baik, ( dengan nilai

mean > dari nilai 7).

Ordinal

Page 49: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

38

5

Asupan Air Banyaknya jumlah air

yang diminum dalam

sehari

Alat Ukur: Kuesioner

Pengukuran dilakukan

dengan cara klien

memilih pernyataan

dengan memilih 1

diantara 4 pilihan

jawaban.

Pilihan jawaban itu adalah

1. Tidak Pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

4. selalu

0= minum < dari 2 liter

(dengan nilai mean <

14)

1= minum > dari 2 liter

(dengan nilai mean

>14)

Ordinal

6 Gaya Hidup Kebiasaan hidup yang

dilakukan oleh klien

dalam kehidupan sehari-

hari nya meliputi

kebiasaan makan,

kebiasaan olahraga,

kebiasaan menahan air

kemih

Alat Ukur: Kuesioner

Pengukuran dilakukan

dengan cara klien

memilih pernyataan

dengan memilih 1

diantara 4 pilihan

jawaban.

Pilihan jawaban itu adalah

1. Tidak Pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

4. Selalu

0= gaya hidup tidak

sehat

(dengan nilai mean <

10)

1= gaya hidup

sehat(dengan nilai mean

> 10)

Ordinal

7 Resiko

Terjadinya

Batu Ginjal

Klien yang mengalami

resiko terjadinya

penyakit batu ginjal

Alat Ukur: Kuesioner

Pengukuran dilakukan

dengan cara klien

memilih pernyataan

dengan memilih 1

diantara 4 pilihan

jawaban.

Pilihan jawaban itu adalah

1. Tidak Pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

4. Selalu

0= Terjadi Batu Ginjal

(dengan nilai mean <

15)

1= Tidak Terjadi batu

ginjal(dengan nilai mean

> 15)

Ordinal

Page 50: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

39

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian pada dasarnya merupakan strategi untuk mendapat data yang

dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan

penelitian serta sebagai alat untuk mengontrol atau mengendalikan berbagai variabel

yang berpengaruh dalam penelitian (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini desain

Penelitian yang digunakan berbentuk deskriptif analitik dengan cross sectional. cross

sectional adalah suatau penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-

faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat ( Notoadmojo, 2012). Dimana peneliti ingin mengetahui

faktor-faktor yang yang berhubungan dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta pada

awal Pebruari 2015 sampai dengan Maret 2015.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : subjek (misalnya

manusia/klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Nursalam, 2008). Adapun yang

Page 51: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

40

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh klien yang mengalami tanda dan

gejala penyakit batu ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun

2014 yaitu 499 klien. Peneliti mengambil populasi dengan cara menghitung jumlah

rata-rata klien penyakit batu ginjal dalam 1 bulan 499 : 12 = 42 klien.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti, tetapi hasilnya dapat

mewakili atau mencakup seluruh objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Peneliti menggunakan tabel Isaac dan Michael dalam menentukan jumlah sampel

dengan tingkat kesalahan 1%. Pada tabel Isaac dan Michael, jumlah populasi untuk

42 tidak ada dan peneliti mengambil antara 40-45 dengan tingkat kesalahan 1%

adalah 38. Jadi sampel untuk penelitian ini adalah 38 klien.

a. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel ini menggunakan purposive sampling. purposive

sampling adalah pengambilan sampel atas pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti (Notoatmodjo, 2012).

b. Kriteria Sampel

1) Kriteria Inklusi

Kriteri inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Klien dengan keluhan yang sama dengan tanda dan gejala penyakit batu

ginjal yang berobat di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

b) Klien yang bersedia menjadi responden

Page 52: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

41

c) Klien yang bisa membaca dan menulis

d) Klien yang berusia 17-65 Tahun.

D. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang ditetapkan dalam

kegiatan penelitian, dari proposal sampai dengan publikasi hasil penelitian. Pelaku

penelitian atau peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap

ilmiah serta berpegang teguh pada etika penelitian. Secara garis besar, dalam

melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh

(Notoatmodjo, 2012).

1. Menghormati Harkat Dan Martabat Manusia (respect for human dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapat

informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian. Sebagai ungkapan, peneliti

menghormati hak dan martabat subjek penelitian. Peneliti mempersiapkan fomulir

persetujuan subjek (inform concent) yang mecakup : menjelaskan manfaat penelitian,

jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang diberikan

oleh responden.

2. Menghormati Privasi Dan Kerahasiaan Subjek Penelitian (respect for privacy

and confidentiality).

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan

individu dalam pemberian informasi. Oleh sebab itu peneliti tidak boleh

menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti

cukup menggunakan coding sebagai pengganti indentitas responden.

Page 53: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

42

3. Keadilan Dan Inklusivitas/Keterbukaan (respect for justicean inclusiveness).

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneli dengan kejujuran, keterbukaan

dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga

memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.

Prinsip keadilan menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan

dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis dan sebagainya.

4. Memperhitungkan Manfaat Dan Kerugian Yang Ditimbulkan (balancing harms

and benefits).

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh menfaat semaksimal mungkin bagi

masyarakat umumnya dan subjek penelitian pada khususnya.

E. Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam

penelitian. Sebelum Penelitian, data perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar

dapat memperkuat hasil penelitian (Hidayat, 2009). Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer langsung diambil

dari responden di mana cara untuk memperoleh data tersebut dengan menggunakan

kuesioner dengan pertanyaan terstruktur melalui wawancara dengan klien sedangkan

data sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur yang berhubungan dengan objek

penelitian.

Page 54: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

43

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data.

Insrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner, formulir observasi, formulir-formulir

lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Untuk variabel penelitian ini yakni umur, jenis kelamin, pekerjaan, pengetahuan,

asupan air dan gaya hidup (kebiasaan makan, kebiasaan olahraga dan kebiasaan

menahan buang air kecil). Instrumen pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan wawancara terpimpin dalam bentuk kuesioner dengan pertanyaan

terstruktur dimana klien tinggal memilih jawaban yang ada.

a. Instrumen Pengetahuan

Instrumen untuk pengetahuan no 1-5 pertanyaan positif

Skor 1 jika menjawab benar.

Skor 0 jika menjawab salah.

Instrumen untuk pertanyaan no 6-10 pertanyaan negatif

Skor 1 jika menjawab salah

Skor 0 jika menjawab benar

b. Instrumen Asupan Air, Gaya Hidup dan Resiko Terjadinya Batu Ginjal

Instrumen untuk asupan air, gaya hidup dan resiko terjadinya batu ginjal adalah

pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.

Jika pertanyaan tersebut positif maka skor menjawabnya adalah sebagai berikut

Tidak pernah = 1

Kadang kadang = 2

Page 55: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

44

Sering = 3

Selalu = 4

Jika pertanyaan tersebut negatif maka skor menjawabnya adalah sebagai berikut

Tidak pernah = 4

Kadang kadang = 3

Sering = 2

Selalu = 1

c. Uji Instrument

Sebelum dilakukan pengumpulan data kepada responden, peneliti terlebih dahulu

melakukan uji coba kuesioner di Poli Urologi RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo.

Proses uji coba validitas & reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan suatu

alat ukur dengan konsistensi pengukuran yang dilakukan dengan pengumpulan

data yaitu melalui proses administrasi, proses pengumpulan responden, dan proses

terminasi. Uji validitas & reliabilitas dilakukan terlebih dahulu oleh peneliti pada

responden yang berbeda dengan karakteristik yang sama yaitu klien yang berobat

di Poli Urologi dan peneliti melakukan uji coba pada 20 Klien yang ada di Poli

Urologi. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas bila didapat

pertanyaan/pernyataan kurang dari nilai r tabel yaitu 0,444 dengan nilai cronbach’s

alpha 0,931 maka dari beberapa pertanyaan/pertanyaan kuesioner valid dan layak

digunakan untuk penelitian.

F. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan, selanjutnya diolah melalui tahapan sebagai berikut.

Page 56: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

45

1. Editing, memeriksa kelengkapan kuesioner dan jawaban semua pertanyaan yang

diajukan

2. Coding, mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau

bilangan

3. Scoring, menetapkan skor pada setiap variabel

4. Entri Data, Data yang telah diperiksa dan diberi kode dimasukkan ke dalam program

komputer untuk dianalisa.

5. Cleaning, Dilakukan untuk memastikan bahwa keseluruhan data sudah dientri dan

tidak terdapat kesalahan dalam memasukkan data sehingga siap untuk dianalisa.

G. Teknik Analisa Data

Data yang sudah diolah dengan komputerisasi kemudian dilakukan analisisnya

menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Digunakan untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel dimana data

tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui

variasinya serta populasi penyebarannya sebagai analisa selanjutnya.

2. Analisa Bivariat

Dilakukan untuk menguji hipotesis antara variabel independen dan variabel

dependen. Untuk itu menggunakan uji chi-square untuk menyimpulkan adanya

hubungan dua variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna dengan skala ukur

yang sama. Untuk kemaknaan hasil perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan

Page 57: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

46

= 0,05. Apabila p-value < 0,05 artinya ada hubungan. Apabila p-value > 0,05 artinya

terdapat perbedaan atau tidak ada hubungan yang bermakna.

Adapun analisa bivariat menggunakan rumus

Keterangan :

X2 :

Distribusi kuesioner atau Chisquare

O : Observasi Frekuensi (Frekuensi yang diamati)

E : Expected frekuensi (Frekuensi yang diharapkan)

Page 58: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

47

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

Analisis univariat menjelaskan secara deskriptif mengenai variabel-variabel penelitian

yang terdiri dari karakteristik responden dan variabel penelitian seperti: umur, jenis

kelamin, pekerjaan yang dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Karakteristik Berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pekerjaan di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015

1. Berdasarkan data pada tabel 5.1 diatas, variabel umur dengan kategori 17-40 tahun

sebanyak 14 orang (36,8%) dan yang berumur > 40 - 65 tahun sebanyak 24 orang

(63,2%). Dapat disimpulkan variabel dan kategori terbesar adalah berumur > 40 - 65

tahun sebanyak 24 orang (63,2%).

2. Berdasarkan data pada tabel 5.1 diatas, variabel jenis kelamin dengan kategori laki-

laki sebanyak 24 orang (63,2%), dan perempuan sebanyak 14 orang (36,8%). Dapat

disimpulkan variabel dengan kategori terbesar adalah laki-laki sebanyak 24 orang

(63,2%).

No. Variabel Kategori Frekuensi (%)

N= 38

1. Umur 17-40 tahun

> 40- 65 tahun

14 (36,8%)

24 (63,2%)

2. Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

24 (63,2%)

14 (36,8%)

3. Pekerjaan Tidak Bekerja

Bekerja

16 (42,1%)

22 (57,9%)

Page 59: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

48

3. Berdasarkan data pada tabel 5.1 diatas, variabel pekerjaan dengan kategori tidak

bekerja sebanyak 16 orang (42,1%), dan variabel pekerjaan dengan kategori bekerja

sebanyak 22 orang (57,9%). Dapat disimpulkan variabel dengan kategori terbesar

adalah bekerja sebanyak 22 orang (57,9%).

Tabel 5.2

Karakteristik Berdasarkan Pengetahuan, Asupan Air, Gaya Hidup

dan Resiko Terjadinya Batu Ginjal di Poli Urologi RSUPN

Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015

1. Berdasarkan data pada tabel 5.2 diatas, variabel pengetahuan dengan kategori

pengetahuan kurang baik sebanyak 14 orang (36,8%), dan pengetahuan baik

sebanyak 24 orang (63,2%). Dapat disimpulkan variabel dengan kategori terbesar

adalah pengetahuan baik sebanyak 24 orang (63,2%).

2. Berdasarkan data pada tabel 5.2 diatas, variabel asupan air dengan kategori minum <

2 liter sebanyak 13 orang (34,2%), dan minum > 2 liter sebanyak 25 orang (65,8%).

Dapat disimpulkan variabel dengan kategori terbesar adalah minum > 2 liter

sebanyak 25 orang (65,8%).

No Variabel Kategori Frekuensi (%)

N= 38

1. Pengetahuan

Pengetahuan kurang

baik

Pengetahuan baik

14 (36,8%)

24 (63,2%)

2. Asupan Air Minum < 2 liter

Minum > 2 liter

13 (34,2%)

25 (65,8%)

3. Gaya Hidup

Gaya hidup tidak

sehat

Gaya hidup sehat

14 (36,8%)

24 (63,2%)

4. Resiko terjadinya

Batu Ginjal

Resiko tinggi terjadi

batu ginjal

Resiko rendah terjadi

batu ginjal

15 (39,6%)

23 (60,5%)

Page 60: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

49

3. Berdasarkan data pada tabel 5.2 diatas, variabel gaya hidup dengan kategori gaya

hidup tidak sehat sebanyak 14 orang (36,8%), dan gaya hidup sehat sebanyak 24

orang (63,2%). Dapat disimpulkan variabel dengan kategori terbesar adalah gaya

hidup sehat sebanyak 24 orang (63,2%).

4. Berdasarkan data pada tabel 5.2 diatas, variabel resiko terjadinya batu ginjal dengan

kategori resiko tinggi terjadi batu ginjal sebanyak 15 orang (39,5%), dan resiko

rendah terjadi batu ginjal sebanyak 23 orang (60,5%). Dapat disimpulkan variabel

dengan kategori terbesar adalah resiko rendah terjadi batu ginjal sebanyak 23 orang

(60,5%).

B. Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat, peneliti ingin mengetahui hubungan dua variabel, yaitu variabel

independen (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pengetahuan, asupan air, gaya hidup)

dengan variabel dependen (resiko terjadinya batu ginjal), kedua variabel ini bersifat

kategorik, maka uji statistik yang digunakan dalah uji Chi-square dengan tingkat

kemaknaan 5% yaitu 0,05.

Page 61: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

50

Tabel 5.3

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Resiko Terjadinya Batu Ginjal Di

Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015

Variabel

Independent

Variabel Dependent

Resiko Terjadinya Batu

Ginjal

Total

OR

95 %

CI

p

value Resiko

Tinggi

Terjadi batu

ginjal

Resiko

rendah

terjadi batu

ginjal

N % N % N %

Umur

17 - 40 tahun

> 40- 65 tahun

4

11

28,6

45,8

10

13

71,4

54,2

14

24

100

100

0,473

0,115-

1,937

0,329

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

10

5

41,7

35,7

14

9

58,3

64,3

24

14

100

100

1,286

0,330-

5017

0,986

Pekerjaan

Tidak bekerja

Bekerja

7

8

43,8

36,4

9

14

63,6

60,5

16

22

100

100

1,362

0,365-

5,072

0,901

Pengetahuan

Pengetahuan

kurang baik

Pengetahuan baik

9

6

64,3

25

5

18

35,7

75

14

24

100

100

5,400

1,291-

22,596

0,041

Asupan Air

Minum < 2 liter

Minum > 2 liter

10

5

76,9

20

3

20

23,1

80

13

25

100

100

13,33

3

2,638-

67,387

0,001

Gaya Hidup

Gaya hidup tidak

sehat

Gaya hidup sehat

10

5

71,4

20,8

4

19

28,6

792

14

24

100

100

9,500

20,075-

43,502

0,005

Page 62: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

51

1. Hubungan Antara Umur Dengan Resiko Terjadinya Batu Ginjal Di Poli Urologi

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

Berdasarkan tabel 5.3 hasil analisis didapatkan variabel Umur dengan Resiko

Terjadinya Batu Ginjal Di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun

2015, di peroleh data 17 – 40 tahun sebanyak 4 orang (28,6%) resiko tinggi terjadi

batu ginjal, dengan variabel dependent 10 orang (71,4%) resiko rendah terjadi batu

ginjal, dan usia > 40 - 65 tahun 11 orang (45,8%) resiko tinggi terjadi batu ginjal.

Sedangkan yang resiko rendah terjadi batu ginjal sebanyak 13 orang (54,2%). Hasil

uji statistik p value 0,329 (α > 0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan

yang bermakna.

2. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Resiko Terjadinya Batu Ginjal Di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

Berdasarkan tabel 5.3 hasil analisis didapatkan variabel jenis kelamin dengan Resiko

Terjadinya Batu Ginjal Di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun

2015, di peroleh data laki-laki sebanyak 10 orang (41,7%) resiko tinggi terjadi batu

ginjal, dengan variabel dependent 14 orang (58,3%) resiko rendah terjadi batu ginjal,

dan perempuan sebanyak 5 orang (35,7%) resiko tinggi terjadi batu ginjal. Sedangkan

yang resiko rendah terjadi batu ginjal sebanyak 9 orang (64,3%). Hasil uji statistik p

value 0,986 (α > 0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang

bermakna.

3. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Resiko Terjadinya Batu Ginjal Di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

Page 63: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

52

Berdasarkan tabel 5.3 hasil analisis didapatkan variabel pekerjaan dengan Resiko

Terjadinya Batu Ginjal Di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun

2015, di peroleh data tidak bekerja sebanyak 7 orang (43,8%) resiko tinggi terjadi

batu ginjal, dengan variabel dependent 9 orang (56,3%) resiko rendah terjadi batu

ginjal, dan bekerja 8 orang (36,4%) resiko tinggi terjadi batu ginjal. Sedangkan yang

resiko rendah terjadi batu ginjal sebanyak 14 orang (63,6%). Hasil uji statistik p value

0,901 (α > 0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna.

4. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Resiko Terjadinya Batu Ginjal Di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

Berdasarkan tabel 5.3 hasil analisis didapatkan variabel pengetahuan dengan Resiko

Terjadinya Batu Ginjal Di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun

2015, di peroleh data pengetahuan kurang baik sebanyak 9 orang (64,3%) resiko

tinggi terjadi batu ginjal, dengan variabel dependent 5 orang (35,7%) resiko rendah

terjadi batu ginjal, dan pengetahuan baik sebanyak 6 orang (25%) resiko tinggi terjadi

batu ginjal. Sedangkan yang resiko rendah terjadi batu ginjal sebanyak 18 orang

(75%). Hasil analisis diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar 5,400 artinya

penegtahuan kurang baik 5,400 kali lebih besar beresiko terjadinya batu ginjal. Hasil

uji statistik p value 0,041 (α < 0,05), sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang

bermakna.

5. Hubungan Antara Asupan Air Dengan Resiko Terjadinya Batu Ginjal Di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

Berdasarkan tabel 5.3 hasil analisis didapatkan variabel asupan air dengan Resiko

Terjadinya Batu Ginjal Di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun

Page 64: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

53

2015, di peroleh data minum < 2 liter sebanyak 10 orang (76,9%) resiko tinggi terjadi

batu ginjal, dengan variabel dependent 3 orang (23,1%) resiko rendah terjadi batu

ginjal, dan minum > 2 liter sebanyak 5 orang (20%) resiko tinggi terjadi batu ginjal.

Sedangkan yang resiko rendah terjadi batu ginjal sebanyak 20 orang (80%). Hasil

analisis diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar 13,333 artinya minum < 2 liter

13,333 kali lebih besar beresiko terjadinya batu ginjal. Hasil uji statistik p value 0,001

(α < 0,05), sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna.

6. Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Resiko Terjadinya Batu Ginjal Di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

Berdasarkan tabel 5.3 hasil analisis didapatkan variabel gaya hidup dengan Resiko

Terjadinya Batu Ginjal Di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun

2015, di peroleh data gaya hidup tidak sehat sebanyak 10 orang (71,4%) resiko tinggi

terjadi batu ginjal, dengan variabel dependent 4 orang (28,6%) resiko rendah terjadi

batu ginjal, dan gaya hidup sehat sebanyak 5 orang (20,8%) resiko tinggi terjadi batu

ginjal. Sedangkan yang resiko rendah terjadi batu ginjal sebanyak 19 orang (79,2%).

Hasil analisis diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar 9,500 artinya gaya hidup tidak

sehat 9,500 kali lebih besar beresiko terjadinya batu ginjal. Hasil uji statistik p value

0,005 (α < 0,05), sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna.

Page 65: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

54

BAB VI

PEMBAHASAAN

Bab ini akan membahas hasil penelitian tentang mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Tahun 2015. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik variabel penelitian, dan dianalisis

dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Pada bab ini juga akan menjelaskan

keterbatasan peneliti yang telah dilaksanakan. Adapun keterbatasan yang peneliti temukan

selama masalah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Peneliti memiliki keterbatasan dalam desain instrument atau alat pada saat pengambilan

data. Meskipun demikian peneliti sudah membuat kuesioner berdasarkan teori dan telah

melakukan uji kelayakan dari lembar kuesioner tersebut hingga layak di gunakan untuk

penelitian.

2. Penelitian ini hanya di lakukan di ruang Poli Urologi Instalansi Rawat Jalan Terpadu

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, jadi penelitian ini tidak dapat di generalisir secara

luas.

A. Pembahasan Analisa Univariat

1. Karakteristik umur terhadap resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr.

Cipto Mangunkusumo Tahun 2015 berdasarkan umur. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa nilai rata-rata umur responden yang terbanyak adalah berumur >40-65 tahun

sebanyak 24 orang (63,2%).

Page 66: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

55

Menurut (Purnomo, 2009) Penyakit batu ginjal umumnya terjadi pada mereka yang

berusia antara 30-60 tahun. Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan

disebabkan karena adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.

Menurut peneliti bahwa usia > 40 – 65 tahun adalah usia yang beresiko terjadinya

batu ginjal pada klien, hal ini sesuai dengan data yang didapat oleh peneliti saat

melakukan penelitian. Faktor usia pun turut menmpengaruhi resiko terjadinya batu

ginjal. Walaupun dapat terjadi pada usia muda, namun kasus batu ginjal lebih sering

terjadi pada orang-orang berumur 40 tahun ke atas. Hal ini disebabkan oleh banyak

faktor untuk terjadinya resiko batu ginjal antara lain kurangnya olahraga.

2. Karakteristik jenis kelamin terhadap resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015 berdasarkan Jenis kelamin. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki

sebanyak 24 orang (63,2%).

Penelitian ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh Martha (2012) tentang

Angka kejadian batu ginjal di RSUP PROF DR. R.D. Kandou Manado periode

Januari 2010-Desember 2012 yang mengatakan bahwa Jumlah klien laki-laki lebih

banyak dari pada perempuan yang mengalami penyakit batu ginjal.

Menurut (Sya’bani, 2001) Kejadian batu ginjal berbeda antara laki-laki dan wanita.

Pada laki-laki lebih sering terjadi dibanding wanita. Khusus di Indonesia angka

kejadian yang sesungguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak

terdapat 170.000 kasus baru per tahun. Serum testosteron menghasilkan peningkatan

produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada wanita dan

Page 67: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

56

anak-anak menyebabkan rendahnya kejadian batu ginjal pada wanita dan anak-anak

(Menon, 2003).

3. Karakteristik pekerjaan terhadap terhadap resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015 berdasarkan pekerjaan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan responden yang terbanyak adalah bekerja

sebanyak 22 orang (57,9%).

Menurut (Menon, 2003) Kejadian batu ginjal lebih banyak terjadi pada pegawai

administrasi dan orang-orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya

karena mengganggu proses metabolisme tubuh.

Faktor pekerjaan dan olahraga dapat mempengaruhi terbentuknya batu ginjal. Resiko

penyakit ini bertambah tinggi pada orang dengan aktivitas yang jarang berolahraga

atau tidak banyak bergerak, serta pada orang yang pekerjaannya terlalu banyak

duduk. Hal ini dikarenakan aktivitas yang kurang aktif menyebabkan kurang

lancarnya peredaran darah maupun urine, sehingga mudah terbentuk batu ginjal.

Selain itu, pola hidup yang aktif dapat membantu pembentukan kalsium menjadi

tulang. Sebaliknya, gaya hidup yang kurang bergerak dapat mendorong kalsium

beredar dalam darah dan berisiko menjadi Kristal kalsium (Purnomo, 2009).

Menurut peneliti bahwa orang pekerjaanya terlalu sering duduk dan tempat yang

bersuhu dingin/berAC dapat mempercepat proses terjadinya resiko pembentukan batu

ginjal. hal ini disebabkan karena kurangnya asupan air pada tubuh.

Page 68: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

57

B. Pembahasan Analisa Bivariat

1. Hubungan Antara Karakteristik Data Demografi (Umur, Jenis Kelamin,

Pekerjaan) Dengan Resiko Terjadinya Batu Ginjal Di Poli Urologi RSUPN Dr.

Cipto Mangunkusumo Tahun 2015

Hasil uji statistik p value > 0,05, secara statistik dapat disimpulkan tidak ada

Hubungan antara umur, jenis kelamin dan pekerjaan dengan resiko terjadinya batu

ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

Menurut (Santoso, 2013) faktor usia turut mempengaruhi resiko klien menderita batu

ginjal. Walaupun dapat terjadi pada usia muda, namun kasus batu ginjal lebih sering

terjadi pada orang-orang berumur 40 tahun ke atas. Selain itu, anatomi ginjal yang

tidak normal, obesitas dan riwayat penderita batu ginjal di keluarga turut

mendongkrak risiko menderita batu ginjal.

Berdasarkan penelitian dari Institute of Medical and Veterinary Science di Adelaide,

Australia, mencatat penelitian berkelanjutan yang dilakukan selama 15 tahun, para

peneliti menemukan bahwa 70% dari total penderita batu ginjal adalah laki-laki.

2. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Resiko Terjadinya Batu Ginjal Di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015

Hasil uji statistik p value 0,041, secara statistik dapat disimpulkan ada Hubungan

dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo Tahun 2015.

Menurut Notoadmojo (2003) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi

setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. penginderaan

Page 69: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

58

terhadap obyek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intesitas perhatian

persepsi terhadap obyek.

Kurangnya pengetahuan pasien pada penyakit batu ginjal dapat mempercepat proses

pembentukan batu ginjal pada pasien. Diketahui pada orang-orang yang menderita

stres jangka panjang, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya batu ginjal. Secara

pasti mengapa stres dapat menimbulkan batu ginjal belum dapat ditentukan secara

pasti. Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi,

daya tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan

terjadinya batu ginjal (Menon, 2003).

Menurut peneliti tingkat pengetahuan sangat mempengaruhi seseorang untuk

mengetahui resiko terjadi batu ginjal. Semakin baik pengetahuan seseorang terhadap

resiko penyakit batu ginjal maka semakin baik pula seseorang untuk melakukan

pencegahan terjadinya penyakit batu ginjal.

3. Hubungan Antara Asupan Air Dengan Resiko Terjadinya Batu Ginjal Di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015

Hasil uji statistik p value 0,001, secara statistik dapat disimpulkan ada Hubungan

dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo Tahun 2015.

Page 70: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

59

Menurut Purnomo (2009) Kurangnya asupan cairan dalam tubuh akan memicu

terjadinya batu ginjal. Selain itu banyaknya mengonsumsi air yang mengandung

kadar kalsium tinggi akan memicu terjadinya batu ginjal. Kurang mengkonsumsi air

putih menyebabkan sistem metabolisme tubuh tidak berjalan dengan optimal. Ginjal

memerlukan cairan dalam jumlah yang cukup banyak untuk menguraikan zat-zat

terurai dalam tubuh. Setidaknya minumlah 2 liter air dalam sehari agar volume urine

bertambah dan mengurangi konsentrasi mineral dan garam.

Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu ginjal adalah jumlah air yang

diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut.

Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi

kronik dan asupan cairan kurang memiliki resiko tinggi terkena batu ginjal. Dehidrasi

kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi

penurunan pH air kemih (Parivar, 2003).

Pengenceran air kemih dengan banyak minum menyebabkan peningkatan koefisien

ion aktif setara dengan proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang diminum

akan mengurangi rata-rata umur kristal pembentuk batu saluran kemih dan

mengeluarkan komponen tersebut dalam air kemih. Kandungan mineral dalam air

salah satu penyebab batu ginjal. Air yang mengandung sodium karbonat seperti pada

soft drink penyebab terbesar timbulnya batu ginjal (Menon, 2003).

Menurut peneliti bahwa semakin banyak jumlah asupan air yang di minum oleh klien

maka semakin sedikit resiko terbentuknya batu ginjal di dalam tubuh.

Page 71: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

60

4. Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Resiko Terjadinya Batu Ginjal Di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015

Hasil uji statistik p value 0,005, secara statistik dapat disimpulkan ada Hubungan

dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo Tahun 2015.

Salah satu penyebab terjadinya batu ginjal yaitu diet sebagai faktor penyebab terbesar

terjadinya batu ginjal. Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi

rendahnya jumlah air kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan

dalam terjadinya batu ginjal. Bila dikonsumsi berlebihan maka kadar kalsium dalam

air kemih akan naik, pH air kemih turun, dan kadar sitrat air kemih juga turun. Diet

yang dimodifikasi terbukti dapat mengubah komposisi air kemih dan resiko

pembentukan batu ( Menon, 2003).

Kebutuhan protein untuk hidup normal per hari 600 mg/kg BB, bila berlebihan maka

resiko terbentuk batu saluran kemih akan meningkat. Protein hewani akan

menurunkan keasaman (pH) air kemih sehingga bersifat asam, maka protein hewani

tergolong “acid ash food”, Akibat reabsorbsi kalsium dalam tubulus berkurang

sehingga kadar kalsium air kemih naik. Selain itu hasil metabolism protein hewani

akan menyebabkan kadar sitrat air kemih turun, kadar asam urat dalam darah dan air

kemih naik (Parivar, 2003).

Sayur bayam, kol, sawi, daun singkong menyebabkan hiperkalsiuria. Sayuran yang

mengandung oksalat sawi bayam, kedele, brokoli, asparagus, menyebabkan

hiperkalsiuria dan reabsorbsi kalsium sehingga menyebabkan hiperkalsium yang

Page 72: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

61

dapat menimbulkan batu kalsium oksalat. Sebagian besar sayuran menyebabkan pH

air kemih naik (alkali ash food) sehingga menguntungkan, karena tidak memicu

terjadinya batu kalsium oksalat. Sayuran mengandung banyak serat yang dapat

mengurangi penyerapan kalsium dalam usus, sehingga mengurangi kadar kalsium air

kemih yang berakibat menurunkan terjadinya batu ginjal (Mennon, 2003).

Pola hidup yang aktif dapat membantu pembentukan kalsium menjadi tulang.

Sebaliknya, gaya hidup yang kurang bergerak dapat mendorong kalsium beredar

dalam darah dan beresiko menjadi kristal kalsium (Purnomo, 2009).

Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan

kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti batu ginjal jarang

terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di kantor

dengan banyak duduk (Menon, 2003).

Penelitian yang di lakukan oleh Patria tentang faktor risiko penyakit batu ginjal yang

dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Margasari Kabupaten Tegal Tahun 2011.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa ada hubungan faktor resiko penyakit

batu ginjal dengan konsumsi air sumur dengan nilai p value 0,001.

Menurut peneliti bahwa gaya hidup yang sehat seperti olah raga yang rutin,

mengurangi konsumsi makanan yang mengandung asam oksalat seperti kacang-

kacangan, jeroan dan tidak menahan buang air kecil dapat menurunkan resiko

terjadinya pembentukan batu ginjal d i dalam tubuh.

Page 73: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

62

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Peneliti ingin memberikan kesimpulan dan saran dari penelitian faktor-faktor yang

berhubungan dengan resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RS. Dr. Cipto

Mangunkusumo Tahun 2015. Adapun kesimpulannya meliputi variabel independent, dan

data hasil penelitian resiko terjadinya batu ginjal di Poli Urologi RS. Dr. Cipto

Mangunkusumo Tahun 2015.

A. Kesimpulan

1. Univariat

Hasil penelitian memberikan gambaran usia terbanyak > 40 - 65 tahun sebanyak 24

orang, jenis kelamin terbanyak laki-laki sebanyak 24 orang, dan bekerja sebanyak

22 orang.

2. Hasil analisa bivariat menunjukkan hasil:

1. Tidak ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pekerjaan dengan resiko

terjadinya Batu Ginjal Di Poli Urologi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015.

2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan resiko terjadinya Batu Ginjal Di Poli

Urologi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015 dengan p value 0,041.

3. Ada hubungan antara asupan air dengan resiko terjadinya Batu Ginjal Di Poli

Urologi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015 dengan p value 0,001.

4. Ada hubungan antara gaya hidup dengan resiko terjadinya Batu Ginjal Di Poli

Urologi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015 dengan p value 0,005.

Page 74: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

63

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas maka saran-saran yang dapat peneliti

sampaikan adalah:

1. Manfaat bagi bidang pelayanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat khususnya perawat

di Poli Urologi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dalam upaya mencegah resiko

terjadinya batu ginjal dan mencegah pengulangan penyakit batu ginjal. Aplikasinya

dengan memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pasien

dan keluarga.

2. Bagi bidang pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan bahan kajian dalam asuhan

keperawatan medikal bedah secara teoritis untuk pengembangan ilmu pengetahuan

dibidang kesehatan terutama tentang pengetahuan dengan resiko terjadinya Batu

Ginjal.

3. Manfaat bagi bidang penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain sebagai acuan dasar untuk

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko

terjadinya batu ginjal.

Page 75: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Text Book

Hesse, Alrecht etc all. 2002. Urinary Stones Diagnosis, Treatment and Prevention Of

Recurrence; 2nd edition.

Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik analisis Data. Salemba

Medika, Jakarta.

Marshall SR, etc all. 2003. Medical Management of Urolitiasis, In Stones Disease.

Public Health.

Menon M, Resnick, Martin I. 2003. Urinary lithiasis: Etiologi and Endourologi in

Champbell’s Urology, 8th ed, Vol 14, W.B. Saunder Company, Philadelphia.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Nursalam dan Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan

Sistem Perkemihan. Salemba Medika. Jakarta

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,

(edisi 2), Salemba Medika. Jakarta.

Parivar, etc all. 2003. The Influence of Diet on Urinary Stones Disease. J Urol, Vol 169,

Issue 2, Page 470-474.

Purnomo, B Basuki. 2009. Dasar-Dasar urologi. CV. Sagung Seto, Jakarta.

Rivers, etc all. 2000. When and How to Evaluation of Patient with Nephrolitiasis, in the

Urologic Clinic of North America. Vol 72. America.

Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta.

Suharsimi, A. 2002. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta,

Jakarta

Sya’bani, M. 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Balai Penerbit FK

UI. Jakarta.

Wawan, A dan Dewi M. 2010. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Nuha

Medika, Jakarta.

Page 76: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

Journal

Macleod, Dina. 2005. Kidney Stones (journal).

Tersedia dalam :

http://search.proquest.com/docview/22205890?accountid=38628

(Diakses 25 Oktober 2014).

Martha, Monoarfa, Limpeleh. 2012. Angka Kejadian Batu Ginjal Di Rsup Prof.R.D.

Kandou Manado Periode Januari 2010-Desember 2012. Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi Manado. Indonesia.

Muslim. 2007. Batu saluran kemih suatu problema gaya hidup dan pola makan serta

analisis ekonomi pada pengobatannya. Fakultas Kedokteran Universitas di

Ponegoro Semarang. Indonesia.

Patria, 2011. Faktor Resiko Penyakit Batu Ginjal. Universitas Negeri Semarang.

Indonesia.

Tersedia dalam : http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

Internet

Alpensteel, 2014. Pemanasan Global Picu Sakit Batu Ginjal (internet). Tersedia dalam :

http://www.alpensteel.com/article/133-230-pemanasan-global/1671--pemanasan-

global-picu-sakit-batu-ginjal (Diakses 7 Desember 2014).

Indra, P dan Syahu p. 2010. Batu Ginjal (internet). Tersedia dalam :

http://www.medicinenet.com/kidney_stone_pictures_slideshow/article.htm

(Diakses 7 Desember 2014).

Santoso. 2013. Kesehatan Waras Pria Lebih Beresiko Batu Ginjal (Internet)

Tersedia dalam:

http://www.menshealth.co.id/kesehatan/waras/pria.lebih.berisiko.batu.ginjal/004/

003/110 (Diakses 1 Maret 2015)

Page 77: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

Lampiran I

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Klien yang saya hormati.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta (FIK UMJ)

Nama : Farengki

NPM : 2013727017

Alamat : Kp Beting Jaya no 27 RT 001 RW 018 Kelurahan Tugu Utara

Kec Koja Jakarta Utara

Akan melakukan penelitian dengan judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Resiko Terjadinya Batu Ginjal di Poli Urologi di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo Tahun 2015. Saya sangat mengharapkan partisipasi

Bapak/ibu/Saudara dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan/pernyataan yang

diajukan. Saya menjamin kerahasian dan segala bentuk informasi yang

bapak/ibu/saudara berikan dan apabila ada hal-hal yang ingin ditanyakan, saya akan

memberikan penjelasan. Demikian penyampain dari saya, atas segala perhatian dan

kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih

Peneliti

Farengki

Page 78: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

Lampiran II

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia ikut berpartisipasi untuk

menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu

Keperawatan yang bernama Farengki, NIM : 2013727017, dengan judul penelitian

“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Resiko Terjadinya Batu ginjal di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015”

Saya telah diberikan penjelasan tentang penelitian ini dan saya mengetahui bahwa

informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi perkembangan

pengetahuan, khususnya keperawatan.

Dengan ini saya secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun menyatakan

bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Jakarta, Februari 2015

Responden

Page 79: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

KUESIONER PENELITIAN

”Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Resiko Terjadinya Batu Ginjal Di Poli

Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2015”

Petunjuk Soal

1. Sebelum mengisi / menjawab, bacalah pertanyaan dengan teliti.

2. Isilah kuisioner sesuai dengan perintah yang tertulis dengan memberi tanda

check list (√) pada jawaban yang telah disediakan.

3. Isilah kuisioner dengan objektif dan jujur, karena jawaban Bapak / Ibu tidak akan

mempengaruhi keadaan dan kondisi Bapak / Ibu.

4. Partisipasi Bapak / Ibu dalam penelitian ini sangat bermanfaat dalam menggali

permasalahan yang berkaitan dengan resiko terjadinya batu ginjal

A. Data Responden Tanggal wawancara :

1. Nama Responden :

2. Umur :

3. Pendidikan : SD SMP SMA PT

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

Perempuan

Page 80: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

B. Pengetahuan

No Pernyataan Benar Salah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Batu ginjal merupakan suatu keadaan dimana terdapat

satu atau lebih batu didalam ginjal

Tanda dan gejala batu ginjal adalah nyeri, mual dan

muntah, hematuria, infeksi dan demam

Faktor intrinsik merupakan keadaan yang berasal dari

tubuh seseorang. Yang menjadi faktor instrinsik

terjadinya batu ginjal umur, jenis kelamin, keturunan

Faktor ekstrinsik merupakan pengaruh yang berasal dari

lingkungan disekitarnya. Yang merupakan faktor

ekstrinsik adalah pekerjaan, iklim dan temperatur,

pengetahuan, obesitas, asupan air.

Pencegahan batu ginjal merupakan hal yang sangat

penting untuk mencegah kekambuhan batu ginjal. Minum

air putih lebih dari 10 gelas sehari merupakan salah satu

pencegahan terjadinya batu ginjal.

Banyak mengkonsumsi bayam, kepiting, jeroan, daging

merupakan pencegahan batu ginjal.

Batu ginjal yang terbanyak di Indonesia adalah batu

ginjal kalsium, penyebab dari batu ginjal kalsium adalah

karena iklim di indonesia yang panas.

Hematuria adalah kencing darah, hematuria merupakan

penyebab terjadiya batu ginjal

Pencegahan batu ginjal merupakan hal yang sangat

penting untuk mencegah kekambuhan batu ginjal. Minum

air putih 3 gelas sehari merupakan salah satu pencegahan

batu ginjal.

Penyebab terjadinya batu ginjal adalah minum lebih dari

10 gelas, banyak berolahraga, tidak menahan buang air

kecil

Page 81: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

Cara menjawab untuk pertanyaan berikut adalah sebagai berikut:

1. Isilah kuisioner sesuai dengan perintah yang tertulis dengan memberi tanda

check list (√) pada jawaban yang telah disediakan.

a) Tidak pernah c) Kadang-kadang

b) Sering d) Selalu

2. Isilah kuisioner dengan objektif dan jujur, karena jawaban Bapak / Ibu tidak akan

mempengaruhi keadaan dan kondisi Bapak / Ibu.

C. Asupan Air

No Pertanyaan Tidak

Pernah

Kadang-

Kadang

Sering Selalu

1.

Apakah anda minum air putih lebih dari 10 gelas

dalam sehari?

2. Apakah anda gemar minum air jeruk?

3.

Apakah anda mengkonsumsi minuman soft

drink seperti fanta, sprite, dan minuman soft

drink lainnya?

4. Apakah anda gemar menahan rasa haus?

5. Apakah anda minum air putih 3 gelas dalam

sehari?

Page 82: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

D. Gaya Hidup

No Pertanyaan Tidak

Pernah

Kadang-

Kadang

Sering Selalu

1.

Apakah anda punya kebiasaan menahan buang

air kecil?

2.

Apakah warna urine anda kuning dan keruh saat

buang air kecil?

3.

Apakah anda punya kebiasaan buang air kecil 3

kali dalam sehari

4.

Apakah anda mengkonsumsi makanan bayam,

sarden, jeroan, daging.

5.

Apakah anda punya kebiasaan berolaharaga 1

kali dalam seminggu?

Page 83: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

E. Resiko Terjadinya Batu Ginjal

No Pertanyaan Tidak

Pernah

Kadang-

Kadang

Sering Selalu

1

Apakah anda mengeluh sering merasakan nyeri pada

pinggang bagian belakang anda?

2

Apakah saat kencing anda sering melihat warna

merah pada air kencing anda?

3

Apakah saat kencing, air seni anda hanya keluar

sedikit?

4

Apakah saat kencing anda merasakan seperti

tertahan ketika mengeluarkan air kencing?

5 Apakah anda merasa nyeri ketika kencing

Page 84: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

LEMBAR KONSULTASI RISET

Nama : Farengki

NPM : 2013727017

Nama Pembimbing : Dr. Hj. Tri Kurniati, Skp. M.Kes.

Judul Penelitian : Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan

Resiko Terjadinya Batu ginjal Di Poli Urologi

RS. Dr. CiptoMangunkusumo Tahun 2015

No Hari/Tanggal MateriKonsul Saran Pembimbing TTD

pembimbing

1

2

3

4

5

6

7

Rabu, 1

Oktober 2014

Senin, 13

Oktober

Selasa, 21

Oktober 2014

Senin, 3

November

2014

Kamis, 20

November

2014

Jum’at, 19

Desember

2014

Kamis, 15

Januari 2015

Konsul judul tentang patient safety

Konsul Judul tentang Nefrostomy

Konsul judul untuk penyakit batu

ginjal

( Faktor-faktor yang berhubungan

dengan resiko terjadinya batu

ginjal)

Konsul BAB I

Konsul BAB I dan BAB II

Konsul BAB I, BAB II, BAB III,

dan BAB IV

Konsul BAB I, BAB II, BAB III,

dan BAB IV

Materi untuk KMB

Tindakan harus keperawatan

bukan kedokteran

Judul di ACC

Revisi BAB I dan lanjut

BAB II

Revisi BAB I dan BAB II

dan lanjut BAB III dan BAB

IV

Revisi BAB I s/d BAB IV

Revisi BAB I s/d BAB IV

Page 85: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

8

9

10

11

12

13

Jum’at, 30

Januari 2015

Senin, 2

Februari 2015

Jum’at, 6

Februari 2015

Selasa, 10

Februari

Jum’at, 27

Februari 2015

Senin, 2

Maret 2015

Konsul BAB I, BAB II, BAB III,

dan BAB IV

Konsul BAB I s/d BAB IV dan

kuesioner

Konsul BAB I s/d BAB IV dan

kuesioner

Konsul kuesioner

Konsul BAB V,BAB VI, BAB VII

Konsul BAB V,BAB VI, BAB VII,

Power Point, Abstrak

Revisi BAB I s/d BAB IV

dan lanjut kuesioner

Revisi

Revisi

ACC untuk penelitian

Revisi

ACC untuk sidang skripsi

Page 86: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id
Page 87: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id
Page 88: Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq - perpus.fikumj.ac.id

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Farengki

Tempat, Tanggal Lahir : Alang-alang, 18 Januari 1990

Agama : Islam

Alamat : Kp Beting Jaya no 27 RT 001 RW 018 Kelurahan

Tugu Utara Kec Koja Jakarta Utara

Nama Orang Tua :

1. Ayah : Ambo Tuo (ALM)

2. Ibu : Hj. Nurhayati

3. Kakak : Lili Hariyati

Lina Saprianti Am.Kep

Halijah S.Pd

Riwayat Pendidikan

Tahun 1995-2002 : SD Negeri 18/X Tanjab Timur

Tahun 2002-2005 : SMP Negeri 14 Tanjab Timur

Tahun 2005-2008 : SMA Negeri 7 Tanjab Timur

Tahun 2009-2012 : Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi