IAD - Imtaq Dan Iptek
-
Upload
eka-l-koncara -
Category
Documents
-
view
3.206 -
download
3
description
Transcript of IAD - Imtaq Dan Iptek
MAKALAH IMTAQ dan IPTEK yang Berpengaruh terhadap Alam, Sosial, dan Budaya
Dikorelasikan dengan Al-Qur’an
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar
Disusun Oleh: Eka Lusiandani Koncara
Semester 7B
Jurusan Pendidikan Agama Islam
STAI Dr. KHEZ Muttaqien Purwakarta
2009
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
hanya berkat petunjuk-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang
penulis susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar
di Program Pendidikan Agama Islam STAI Dr. KHEZ Muttaqien – Purwakarta.
Dalam makalah ini, penulis berusaha untuk membahas tentang
bagaimana IMTAQ dan IPTEK mempengaruhi alam, sosial, dan budaya, serta
bagaimana Al-Qur’an menanggapinya.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan banyak terima
kasih kepada segenap pihak yang telah turut mendukung dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu
segala kritik dan saran akan menjadi begitu berharga demi peningkatan kualitas
keilmuan kita bersama.
Demikian, semoga bermanfaat.
Purwakarta, Januari 2009
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I IMAN DAN TAQWA ............................................................................ 1
A. Iman ................................................................................................... 1
B. Taqwa ................................................................................................. 5
BAB II ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI ............................................ 10
A. ILMU PENGETAHUAN ......................................................................... 10
B. TEKNOLOGI ........................................................................................ 11
BAB III AL-QUR’AN BERBICARA TENTANG IMTAQ DAN IPTEK ...................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 17
1
BAB I
IMAN DAN TAQWA
A. IMAN
Taqwa sering dikaitkan oleh Allah dengan iman. Bahkan taqwa bermula
dari iman. Taqwa tumbuh dari iman. Iman adalah perkara pokok yang perlu
ditanamkan ke dalam hati seseorang terlebih dahulu. Apabila iman yang
ditanamkan itu sudah sejati barulah akan lahir taqwa dalam diri seseorang.
Orang yang beriman belum tentu bertaqwa. Tetapi orang yang bertaqwa sudah
tentu dia beriman. Karena iman itu berperingkat-peringkat. Tidak semua
peringkat iman bisa menghasilkan taqwa.
Peringkat Peringkat Iman, yaitu:
1. Iman taqlid
2. Iman ilmu
3. Iman 'ayyan
4. Iman haq
5. Iman haqiqat
Iman orang yang bertaqlid atau iman ikut-ikutan, imannya tepat yaitu dia
percaya kepada Allah dan Rasul tetapi kepercayaannya tanpa dalil, tanpa
keterangan dan tanpa ilmu pengetahuan. Orang begini tidak kuat dan tidak
teguh imannya. Imannya mudah goyang dan goncang.
Begitu juga iman ahli ilmu. Imannya tepat. Tetapi walaupun keyakinannya
kepada Allah dan Rasul dapat didukung dengan dalil-dalil, keterangan dan hujah-
hujah namun iman peringkat ini baru sekedar sah. Jiwanya belum kuat
sedangkan kekuatan seseorang itu adalah pada jiwanya. Iman seperti ini belum
sanggup melawan syaitan dan hawa nafsu. Karena itu orang yang peringkat
imannya di tahap ilmu akan melanggar perintah Allah dalam sadar. Orang yang
mempunyai iman ilmu hanya pandai berkata-kata karena dia ada ilmu tetapi
tidak dapat mengotakan kata-katanya. Mereka dalam golongan ini akan menjadi
mukmin 'asi (durhaka) atau mukmin yang fasik atau mukmin yang berpura-pura.
2
Orang mukmin seperti ini sebatas bisa mengucap dua kalimah syahadat
dengan lidahnya dan akalnya percaya adanya Allah Taala dengan segala sifat-sifat
yang wajib bagi-Nya. Tetapi dia belum dapat menanam kekuatan iman di dalam
hatinya. Hatinya belum merasakan bahwa Allah senantiasa melihat dan me-
mperhatikan tingkah laku dan gerak-geriknya. Mukmin seperti ini, walaupun
ilmunya tinggi melangit dan di dadanya penuh AI Quran dan Hadis, namun
nafsunya masih besar. Sifat-sifat mazmumah seperti riyak, ujub, hasad, sombong,
pendendam, bakhil, gila pujian, gila pangkat dan lain-lain masih banyak
bersarang di dalam hatinya dan syaitan pula sentiasa menggodanya.
Orang-orang mukmin seperti ini tidak sanggup menghadapi ujian-ujian
hidup sama ada yang berbentuk kesenangan maupun yang berbentuk kesusahan.
Artinya, kalau dia berhadapan dengan kesenangan, dia akan lupa diri dan akan
terus terjebak ke dalam perangkap nafsu dan syaitan. Manakala kalau dia
berhadapan dengan kesusahan pula, dia akan cemas dan akan hilang daya
pertimbangan. Dia akan bertindak di luar kehendak dan batas syariat.
Iman yang sejati itu, dari mana akan lahir taqwa, setidaknya adalah
peringkat iman 'ayyan iaitu iman orang yang cukup yakin dengan Allah dan Rasul,
lengkap dengan pengertian dan kepahamannya serta diikuti dengan tindak-
tanduk dan perbuatan.
Orang yang beriman taqlid perlu meningkatkan imannya ke peringkat
iman ilmu dengan cara belajar dan menambah ilmu. Orang yang beriman ilmu
pula perlu meningkatkan imannya ke peringkat iman 'ayyan dengan cara
mengamalkan ilmu-ilmu yang diketahuinya dengan faham dan khusyuk.
Iman orang yang soleh atau iman ashabul yamin atau iman golongan
abrar iaitu orang yang sentiasa sedar bahwa Allah Taala senantiasa mengawasi
dirinya. Dengan kata-kata lain, orang yang memiliki iman 'ayyan hatinya
senantiasa dapat merasakan kehebatan Allah. Dia ada hubungan hati dengan
Allah. Kalau pun ada lupa dan lalainya kepada Allah, itu terlalu kecil dan sedikit.
Karena itu, orang yang memiliki iman 'ayyan ini adalah orang yang senantiasa
takut kepada Allah dan kuat sekali penyerahan dirinya kepada Allah. Kalau iman
3
ilmu, keyakinan cuma bertempat di fikiran, tetapi iman 'ayyan, keyakinan
bertempat di hati. Ini digambarkan dalam sepotong ayat AI Quran:
Maksudnya: "Mereka yang sentiasa mengingati Allah dalam waktu
berdiri, waktu duduk dan di waktu berbaring dan mereka senantiasa memikir
tentang kejadian langit dan bumi lantas mereka berkata, Wahai Tuhan kami!
Tidak Engkau jadikan semua ini sia-sia:" (Ali Imran: 191)
Iman `ayyan mampu memacu umat ini menjadi umat yang gigih dalam
memikul beban perintah Allah SWT. Iman `ayyan juga merupakan benteng yang
kukuh yang melindungi umat dari terjebak dan terjerumus kepada berbagai
anasir negatif, kemungkaran dan kemaksiatan. Iman `ayyan menjadikan
seseorang itu memiliki kekuatan jiwa, gigih, kuat cita-cita, tahan diuji dan
sanggup berkorban.
Oleh karena orang mukmin yang sejati itu, perasaan bertauhid
menghayati jiwanya, maka dia sentiasa takut dengan Allah malah rasa takutkan
Allah itu bergelora di hatinya. Orang seperti ini sajalah yang bisa tunduk kepada
syariat Allah Taala. Firman Allah SWT:
Maksudnya: "Bahwasanya, orang mukmin yang sebenarnya itu, apabila
disebut saja nama Allah, gemetarlah hati-hati mereka dan apabila dibacakan
ayat-ayat Allah, bertambahlah mereka beriman dan mereka lalu menyerah diri
kepada Allah." (Al Anfal: 2)
Sikap orang mukmin yang sejati itu, apabila Allah Taala mendatangkan
hukum-hukum dan peraturan hidup, dia tidak akan memilih-milih mana yang
sesuai mengikut kehendak nafsunya dan menolak mana yang bertentangan
dengan kehendak nafsunya.
Orang mukmin yang sejati tidak mempersoalkan dan tidak
mempermasalahkan hukum Allah dan bersikap lurus dalam melaksanakan
hukum Allah atau dalam meninggalkan larangan-Nya walau apa pun yang terjadi.
Dia akan terus melaksanakan perintah Allah tanpa ragu oleh karena jiwa
tauhidnya berakar umbi di dalam hati. Dia patuh dan akan memberikan
perhatian yang sepenuhnya terhadap segala perintah Allah.
4
Firman Allah Taala:
Maksudnya: "Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila dipanggil
kepada Allah dan Rasul-Nya agar menghukum di antara mereka, mereka
ucapkan, "Kami dengar dan kami patuh" (An Nur: 51)
Berbeda dengan orang yang tidak takut dengan Allah, dia akan memilih-
milih hukum Allah di dalam perlaksanaannya. Dia akan mengamalkan
sesetengahnya dan meninggalkan sesetengahnya pula. Inilah sikap orang yang
bukan mukmin sejati. Dia Allah golongkan ke dalam golongan orangyang sesat
akibat dari sikapnya yang memilih-milih itu. Firman Allah SWT:
Maksudnya: "Tidak dianggap orang mukmin yang sebenar sama ada
lelaki mahupun perempuan apabila Allah dan Rasul-Nya mendatangkan sesuatu
perintah, bahawa mereka mahu memilih pada urusan mereka dan siapa yang
derhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka telah sesatlah dia dengan amat
nyata." (Al Ahzab: 36)
Iman yang paling baik ialah iman haq dan iman haqiqat. Ini adalah
merupakan kemuncak iman iaitu iman bagi orang-orang yang hampir dengan
Allah atau apa yang dinamakan sebagai golongan muqarrabin. Ia bukan lagi
sebatas iman sejati tetapi adalah iman yang sebenar dan iman yang sempurna.
Orang yang memiliki iman haq dan iman haqiqat adalah orang yang sangat
bertaqwa dan kuat penyerahan dirinya kepada Allah.
Kebanyakan orang tidak paham apa sebenarnya taqwa Walaupun istilah
taqwa selalu disebut tetapi ilmu tentang taqwa tidak pernah diajar. Jalan untuk
mendapatkan taqwa tidak pernah diberitahu. Syarat-syarat dan rukun-rukun
taqwa juga tidak pernah dinyatakan. Orang sudah lalai dengan perkataan taqwa.
Sebagian orang menganggap perkataan taqwa itu sudah tidak ada arti apa-apa
lagi karena kebanyakan orang tidak paham.
Sebab itu, setiap kali disuruh bertaqwa, orang tidak bertaqwa. Disebut
Ittaqullah, `bertaqwalah kamu kepada Allah’ namun orang tidak bertaqwa juga.
Walhal suruhan supaya bertaqwa itu disebut dalam setiap khutbah sembahyang
Jumaat, karena ia adalah rukun khutbah. Kalau tidak disebut taqwa, tidak sah
5
sembahyang Jumaat walaupun sembahyang khusyuk. Tetap, walaupun selalu
disebut, orang tidak paham. Ia tidak jadi ilmu, ia tidak jadi amalan dan pegangan,
jauh sekali untuk dihayati. Oleh itu macam mana hendak jadi orang yang
bertaqwa.
Taqwa bukan sebatas melaksanakan perintah dan meninggalkan
larangan. Bukan sebatas menunai ketaatan dan menjauhkan kemaksiatan. Bukan
sebatas membuat apa yang disuruh dan meninggalkan apa yang dilarang. Bukan
juga sebatas meninggalkan apa yang haram dan menunaikan apa yang fardhu.
Bukan sebatas menjauhkan yang syirik dengan beramal dan taat kepada Allah.
Bukan sebatas menjauhkan diri dari segala apa yang akan menjauhkan diri kita
daripada Allah. Bukan sebatas membatasi diri kepada yang halal saja dan bukan
sebatas beramal untuk menjuruskan ketaatan kepada Allah semata-mata.
Inilah kupasan dan kepahaman tentang taqwa yang dibawa oleh para
ustaz, para muallim, orang yang hafaz Quran dan Hadis bahkan juga para mufti
dan kadhi. Taqwa itu sangat dipermudahkan sehingga orang tidak merasakan
bahwa taqwa itu penting dan perlu diperjuangkan demi untuk mendapat ke-
selamatan di dunia dan Akhirat. Maksud taqwa sebenarnya lebih dalam dan lebih
luas dari itu. Taqwa adalah antara perkara yang terpokok dalam agama.
Orang membuat apa yang disuruh dan meninggalkan apa yang dilarang
atau orang menunaikan ketaatan dan menjauhkan kemaksiatan, tidak
semestinya berasaskan taqwa. Mereka taat mungkin karena ada sebab-sebab
lain. Mungkin ingin upah, ingin dipuji, ingin pengaruh atau untuk mengambil hati
orang. Mereka meninggalkan apa yang dilarang pun mungkin ada sebab-sebab
lain. Mungkin karena ingin dihormati, ingin menjaga nama dan kedudukan, takut
dihukum, takut orang mengatai dan menghina atau takut diasingkan orang.
B. TAQWA
Asas taqwa yang lahir bermula dari aqidah yang betul diikuti dengan
sembahyang, puasa, zakat dan naik haji. Itu adalah asas taqwa. Kalau asas taqwa
ini tidak ada artinya kita tidak ada benih untuk ditanam. Kalau tidak ada benih,
6
masakan akan ada pohonnya. Amalan-amalan yang lain adalah sebagai
tambahan.
Asas taqwa yang batin ialah rasa kehambaan yang sungguh mendalam. Di
antaranya rasa serba-serbi dhaif, lemah, hina, lalai dan lupa di sisi Allah SWT.
Rasa diri benar-benar dimiliki oleh Allah. Rasa diri tidak punya apa-apa.
Diri yang merasa lemah itu sangat merasakan dia beresiko kepada
berbagai kerosakan dan cacat. Tiada daya, tiada upaya dan tidak mampu
berbuat apa-apa. Rasa kehambaan yang mendalam ini menjadikan hati penuh
pasrah, merintih, mengharap dan memohon setiap sesuatu itu hanya dari Allah.
Ciri-Ciri Taqwa, yaitu:
Di antara ciri-ciri taqwa adalah:
1. Ingat Dua Perkara
Pertama: Kebaikan, jasa dan budi orang kepada kita perlu diingat
selalu dan sekiranya berpeluang, maka bagus jika disebut-sebut dan dibalas
walaupun balasan itu tidak setimpal dengan jasa dan budi orang itu kepada
kita. Itu terhadap kebaikan dan jasa manusia.
Lebih-lebih lagilah kita perlu ingat dan mensyukuri segala nikmat dan
limpah kurnia Allah SWT kepada kita yang tidak terhingga banyaknya. Firman
Allah SWT:
Maksudnya: "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu
menyebut-nyebutnya (sebagai tanda bersyukur)." (Adh Dhuha: 11)
Ini supaya kita terasa terhutang budi dan berterima kasih kepada
orang yang berbuat baik dan berjasa kepada kita. Tentulah terhadap Allah,
lebih-lebih lagi patut kita rasakan sedemikian rupa. Memang patut kita taat
dan bersyukur kepada Allah, dengan membuat amal kebajikan biarpun segala
amalan itu tidak mungkin setimpal dengan karunia Allah.
Kedua: Kesalahan kita kepada orang lain hendaklah sentiasa kita
ingat dan kita minta maaf kepadanya. Ingat selalu tentang kesalahan diri
agar kesalahan itu tidak diulangi. Rasa bersalah itu penting karena rasa
7
itulah yang mendorong kita meminta maaf. Itu terhadap kesalahan kita
terhadap sesama manusia.
Lebih-lebih lagi kita perlu mengingat dosa-dosa dan kedurhakaan kita
kepada Allah. Kita iringi ingatan kepada dosa-dosa itu dengan bertaubat.
Kekalkan rasa berdosa itu supaya kita terhindar dari terbuat dosa-dosa yang
lain dan hati kita sentiasa takut dan berharap agar Allah ampunkan dosa kita.
2. Lupa Dua Perkara
Pertama: Lupakan segala budi, jasa dan kebaikan kita kepada orang.
Jangan diungkit-ungkit dan dikenang-kenang. Kembalikan segala kebaikan
yang kita buat itu kepada Allah. Rasakan seolah-olah kita tidak pernah
berbuat baik kepada orang.
Lebih-lebih lagi, kita harus lupakan segala amal ibadah yang telah kita
buat kepada Allah. Jangan diungkit-ungkit atau dikenang-kenang. Rasakan
seolah-olah kita tidak beramal. Dengan itu moga-moga hati kita tidak dilintasi
oleh rasa ujub, sum'ah atau riyak atau rasa diri baik dan mulia.
Kedua: Lupakan kejahatan orang terhadap diri kita. Anggaplah
seolah-olah tidak ada siapa yang bersalah dengan kita supaya tidak tercetus
rasa marah atau dendam terhadap orang.
Lebih-lebih lagi hendaklah kita lupakan segala kesusahan, ujian,
musibah atau mala-petaka yang Allah timpakan kepada kita seperti sakit,
kematian, kerugian, kemalangan dan kegagalan. Atau banjir, kemarau, ribut
taufan, tsunami, wabak penyakit, kemerosotan ekonomi dan sebagainya.
Supaya tidak tercetus perasaan tidak sabar dan tidak redha dengan
ketentuan Allah.
3. Menyukai Apa Yang Allah Suka
Yakni kesukaan kita hendaklah sejalan dengan kesukaan Allah. Kita
melakukan apa saja perbuatan dan amalan menurut apa yang disukai Allah.
Ini mudah kalau apa saja yang Allah suka, kita pun suka. Bukan soal sesuatu
amalan itu kecil atau besar, fardhu, wajib atau sunat tetapi asalkan Allah
suka, kita pun suka dan akan membuatnya. Itu cara kita hendak meng-
8
hiburkan Allah. Itu manifestasi dari cinta kita yang mendalam kepada Allah.
Seseorang itu akan menyukai apa saja yang disukai oleh orang yang
dicintainya.
Soal amalan fardhu, wajib atau sunat sudah tidak jadi pertimbangan.
Semua amalan yang Allah suka akan kita buat. Ia bukan juga soal mendapat
pahala atau fadhilat. Ia lebih kepada hasrat untuk menyatakan dan
membuktikan cinta dan kehambaan kita kepada Tuhan.
4. Membenci Apa Yang Allah Benci
Yakni kebencian kita hendaklah sejalan dengan kebencian Allah. Kita
tinggalkan apa saja perbuatan dan amalan menurut apa yang dibenci oleh
Allah. Ini mudah kalau apa yang Allah benci, kita pun benci. Nafsu pasti
mendorong untuk berbuat apa yang Allah benci karena nafsu itu suka kepada
apa yang Allah benci dan benci kepada apa yang Allah suka.
Tetapi fitrah tetap kuat dan teguh. Fitrah yang suci murni itu,
wataknya berlawanan dengan watak nafsu. Ia suka kepada apa yang Allah
suka dan benci kepada apa yang Allah SWT benci. Nafsu tidak dapat
mengalahkannya karena rasa bertuhan dan rasa kehambaannya yang men-
dalam.
Amalan taqwa pula bukan sebatas apa yang terkandung di dalam rukun
Islam seperti puasa, zakat, haji dan sembahyang saja. Bukan sebatas membaca
Quran atau berwirid dan berzikir sambil menggentel biji tasbih. Bukan juga
bersuluk dan beruzlah menjauhkan diri dari orang banyak. Amalan taqwa bukan
saja di surau atau di masjid.
Amalan taqwa adalah apa saja amalan dan perbuatan di dalam kehidupan
yang berlandaskan syariat baik itu yang fardhu, wajib, sunat atau mubah atau
apa saja amalan dan perbuatan yang dijauhi dan ditinggalkan baik itu yang haram
atau makruh yang dilakukan berserta rohnya yaitu ada batinnya, penghayatan
dan penjiwaannya. Dengan kata-kata yang lain, ada terkait dengan akal, roh dan
terhubung dengan Allah, dibuat karena Allah dan mengikut cara yang Allah
inginkan.
9
Ini termasuklah segala perkara yang berlaku dalam kehidupan baik dalam
kehidupan seharian, dalam bidang ekonomi, pembangunan, pendidikan,
kenegaraan, kebudayaan, menejemen, ketenteraan, kesehatan dan sebagainya.
Asalkan apa yang dilakukan atau ditinggalkan itu terkait dan karena Allah maka
itulah taqwa. Amalan yang tidak terkait dan tidak dilakukan karena Allah, itu
adalah amalan bangkai yang tidak ada nyawa, jiwa atau rohnya. Ia tidak sampai
kepada Allah dan tidak ada apa-apa nilai di sisi-Nya.
Berbicara dapat menjadi taqwa kalau apa yang dibicarakan itu adalah
ilmu, nasihat atau perkara-perkara yang baik dan, manfaat dan dilakukan karena
Allah. Diam juga dapat menjadi taqwa kalau diam itu untuk mengelakkan dari
berkata-kata perkara yang maksiat dan sia-sia atau supaya tidak menyakiti hati
orang dan dilakukan karena takutkan Allah.
Dalam Islam, disamping ibadah lahir, ada banyak ibadah batin atau
ibadah yang bersifat rohaniah. Ibadah lahir banyak syarat rukun dan sah
batalnya. Tetapi ibadah batin tidak mengira tempat, waktu, masa, suci atau
berhadas, haul atau nisabnya. Ia bisa dilakukan kapan saja. Ini termasuklah
bertafakur, muhasabah diri, musyahadah, mujahadah, bertaubat, merintih
dengan Tuhan, sabar dalam menanggung sakit, ujian, musibah, cacian, kehinaan
dan makian orang, menyuburkan rasa-rasa. bertuhan dan rasa-rasa kehambaan
dan berzikir di hati. Ini semua adalah amalan rohani yang bisa menghasilkan
taqwa.
10
BAB II
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
A. ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan merupakan fondasi bagi teknologi sedangkan teknologi
adalah tulang punggung pembangunan. Ilmu pengetahuan dan teknologi atau
IPTEK merupakan segi yang tidak dapat dikesampingkan dari kehidupan dan
kesejahteraan manusia. Disadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dunia berkembang sangat cepat, dan perkembangan ini harus disadari
adanya dan diketahui arahnya. Pendirian pusat peragaan ini dimaksudkan untuk
menyadarkan masyarakat akan adanya perkembangan ini dan ikut maju bersama
perkembangan tersebut. Dengan peragaan ini pula masyarakat dapat melihat
dari dekat, bahkan ikut berperan serta di dalamnya dan memahami bagaimana
ilmu pengetahuan dan teknologi itu berjalan.
Adanya pengetahuan dan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari manusia.
Manusia adalah yang memiliki pengetahuan dan berilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan merupakan sistem yang dikembangkan manusia untuk mengetahui
keadaannya dan lingkungannya, serta menyesuaikan dirinya dengan lingkungan,
atau menyesuaikan lingkungan dengan dirinya dalam rangka strategi hidupnya.
Ilmu itu diolah ke dalam atau mejadi teknologi untuk diterapkan. Dengan
demikian, tujuan teknologi menjadi jelas dan pengembangannya terarah dan
bersasaran, yaitu untuk kesejahteraan, kemudahan, dan keuntungan bagi
manusia (Jacob, 19998:1). Di masa prailmiah, pengetahuan diperoleh secara
empiris turun-temurun, kemudian diteruskan dengan eksperimen dan logika.
Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi telah maju dengan sangat pesat.
Teknologi modern dalam era globalisasi ini telah mencapai kemajuan yang luar
biasa. Tetapi, mustahil akan ada titik terakhir, karena ilmu-ilmu baru dan
berbagai konsekuensinya akan terus bermunculan.
11
Ilmu sendiri memiliki segi positif dan negatif. Segi positifnya, ilmu
pengetahuan dapat meringankan kehidupan manusia. Tenaga alam
membebaskan manusia dari perbudakan, mesin membebaskan manusia dari
pekerjaan yang monoton, mesin cerdas membebaskan manusia dari berpikir, dan
pengobatan membebaskan manusia dari rasa sakit. Sedangkan sisi negatifnya,
ilmu pengetahuan dapat menghasilkan alat perang, apalagi jika disalahgunakan
seperti ketika bom atom diledakkan. Untuk itulah seorang ilmuwan harus harus
bermoral, bertanggung jawab, dan diikat oleh kode etik.
B. TEKNOLOGI
Teknologi adalah pengembangan dan penggunaan dari alat, mesin,
material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya.1 Kata
teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip
dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Akan tetapi, penemuan
yang sangat lama seperti roda dapat disebut teknologi. Definisi lainnya
(digunakan dalam ekonomi) adalah teknologi dilihat dari status pengetahuan kita
yang sekarang dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk
memproduksi produk yang diinginkan( dan pengetahuan kita tentang apa yang
bisa diproduksi). Oleh karena itu, kita dapat melihat perubahan teknologi pada
saat pengetahuan teknik kita meningkat.
Karena teknologi di dunia ini ada banyak sekali maka penerapannya
kemudian dibagi-bagi lagi kedalam cabang-cabang teknologi yang sudah banyak
diterapkan pada masa kini seperti diantaranya teknologi komunikasi, teknologi
nuklir, teknologi computer, bioteknologi, teknologi kedokteran dan masih banyak
lagi teknologi-teknologi yang lainnya.
1 Budi Raharjo, Teknologi dan Teknik, dalam, internet Br. School (of Thought), diakses 02
Nopember 2007.Br. School (of Thought)
12
BAB III
AL-QUR’AN BERBICARA TENTANG IMTAQ DAN IPTEK
Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau
qur’anan yang bererti “bacan atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an
didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu
mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan
malikat Jbril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara,
dan membacanya merupakan amal ibadah.
Al- Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber
dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana
keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk
ilmu pengethuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan[1],
semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai asfek kehidupan
manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah); sesama
manusia (Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu
alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan sebgaianya.(Q.S. Al-an’am: 38).
Lebih lanjut Achmad Baiquni mengatakan, “sebenarnya segala ilmu yang
diperlukan manusia itu tersedia di dalam Al-Qur’an”.
Salah satu kemu’jizatan (keistimewaan) Al-Qur’an yang paling utama
adalah hubungannya dengan sains dan ilmu pengetahuaan, begitu pentingnya
sains dan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an sehingga Allah menurunkan ayat
yang pertama kali Q.S Al-‘alaq 96/1-5.
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat tersebut di atas mengandung perintah membaca, membaca
13
berarti berfikir secara teratur atau sitematis dalam mempelajari
firman dan ciptaannya, berfikir dengan menkorelasikan antara ayat
qauliah dan kauniah manusia akan mampu menmukan konsep-konsep
sains dan ilmu pengetahuan.
Bahkan perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad SAW. dan umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain adalah
mengembangkan sains dan ilmu pengetahuan serta bagaimana cara
mendapatkannya. tentunya ilmu pengetahuan diperoleh di awali dengan cara
membaca, karena membaca adalah kunci dari ilmu pengetahuan, baik membaca
ayat qauliah maupun ayat kauniah, sebab manusia itu lahir tidak mengethui apa-
apa, pengetahuan manusia itu diperoleh melalui proses belajar dan melalui
pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra pendengaran dan
penglihatan demi untuk mencapai kejayaan, kebahagian dunia dan akhirat.
Dalam Al-Qur’an terdapat kurang lebih 750*4+ ayat rujukan yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan sementara tidak ada agama atau kebudayaan lain
yang menegaskan dengan begitu tegas akan kepentingan ilmu dalam kehidupan
manusia. Ini membuktikan bahwa betapa tingginya kedudukan sains dan ilmu
pengetauan dalam Al-Qur’an (Islam). Al-Qur’an selalu memerintahkan kepada
manusia untuk mendayagunakan potensi akal, pengamatan , pendengaran,
semaksimal mungkin.
Islam adalah satu-satunya agama di dunia yang sangat (bahkan paling)
empatik dalam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan Al-Qur’an itu
sendiri merupakan sumber ilmu dan sumber insfirasi berbagai disiplin ilmu
pengetahuan sains dan teknelogi. Betapa tidak, Al-Qur’an sendiri mengandung
banyak konsep-konsep sains, ilmu pengetahuan dan teknelogi serta pujian
terhadap orang-orang yang berilmu. Dalam Q.S. Al-Mujadalah 58/11 Allah
berfirman, “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu
dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat”. Selain Al-Qur’an,
Hadits-hadits Nabi juga sangat banyak yang mendorong dan menekankan,
bahkan mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu.
14
Rasulullah membrikan dorongan yang sangat kuat bagi kaum muslimin
untuk belajar mencari ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu-ilmu agama maupun
ilmu-ilmu umum, karena suatu perintah kewajiban tentunya harus dilaksanakan,
dan berdosa hukumnya jika tidak dikerjakan. Lebih lanjut Rasulullah mewajibkan
kepada umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayatnya, tanpa di batasi usia,
ruang, waktu dan tempat sebagaimana sabdanya “Tuntutlah ilmu dari buayan
sampai liang lahat)”. Dan “Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina”. Dorongan
dari al-Qur’an dan perintah dari Rasul tersebut telah diperaktekkan oleh generasi
Islam pada masa abad pertengahan (abad ke 7-13 M)[7]. Hal ini terbukti dengan
banykanya ilmuan-ilmuan Muslim tampil kepentas dunia ilmu pengetahuan,
sains dan teknelogi, seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, Ikhwanusshafa, Ibn
Miskwaih, Nasiruddin al-Thusi, Ibn rusyd, Imam al-Ghazali, Al-Biruni, Fakhrudin
ar-Razy, Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Hambali dan lain-lain.
Ilmu yang mereka kembangkan pun bebagai maca disiplin ilmu, bahkan meliputi
segala cabang ilmu yang berkembang pada masa itu, antara lain: ilmu Filsafat,
Astrnomi, Fisika, Astronomi, Astrologi, Alkemi, Kedokteran, Optik, Farmasi,
Tasauf, Fiqih, Tafsir, Ilmu Kalam dan sebagainya, pada masa itu kejayaan,
kemakmuran, kekuasaan dan politik berda di bawah kendali umat Islam, karena
mereka meguasai sains, ilmu pengetahuan dan teknelogi. Rasul pernah bersabda
“Umatku akan jaya dengan ilmu dan harta”. Banyak lagi hadits-hadits beliau yang
memberikan anjuran dan motivasi kepada umatnya untuk belajar menuntut
ilmu, namun dalam kesempatan ini tentunya tidak dapat disebutkan semuanya.
Allah SWT. telah menganugrahkan akal kepada manusia, suatu anugrah
yang sangat berharga, yang tidak diberikan kepada makhluk lain, sehingga umat
manusia mampu berpikir kritis dan logis. Agama Islam datang dengan sifat
kemuliaan sekaligus mengaktifkan kerja akal serta menuntunnya kearah
pemikiran Islam yang rahmatan lil’alamin. Artinya bahwa Islam menempatkan
akal sebagai perangkat untuk memperkuat basis pengetahuan tentang keislaman
seseorang sehingga ia mampu membedakan mana yang hak dan yang batil,
15
mampu membuat pilihan yang terbaik bagi dirinya, orang lain, masyarakat,
lingkungan, agama dan bangsanya.
Sains Islam bukanlah suatu yang terlepas secara bebas dari norma dan
etika keagamaan, tapi ia tetap dalam kendali agama, ia tumbuh dan berkembang
bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya Islam . Karena antara agama
dan sains dalam Islam tidak ada pemisahan, bahkan sains Islam bertujuan untuk
menghantarkan seseorang kepada pemahaman yang lebih mendalam terhadap
rahasi-rahasia yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, baik ayat qauliah maupun
ayat kauniah melalui pendayagunaan potensi nalar dan akal secara maksimal.
Sains Islam tetap merujuk kepada sumber aslinya yakni Al-Qur’an dan Hadits,
tidak hanya berpandu kepada kemampuan akal dan nalar semata, tetapi
perpaduan anatara dzikir dan fikir, sebab bila hanya akal dan nalar yang menjadi
rujukan, maka tidak jarang hasil temuaannya bertentangan ajaran agama atau
disalah gunakan kepada hal-hal yang menyimpang dari norma-norma dan ajaran
agama. Hasil penemuan tersbut bisa-bisa tidak mendatangkan manfaat tepi
malah mendatangkan mafsadah, kerusakan, dan bencana di sana sini.
Berbeda halnya dengan sains dan ilmu pengetahuan dalam agama
Kristen, dalam agama Kristen sains dan ilmu pengetahuan tidak ada ikatan
dengan agama, karena antara Gereja dan ilmuan ada pertentangna yang sangat
tajam sebagaimana kita dapati dalam fakta sejarah dihuukm matinya seorang
ilmuan Galileo Galilei (1564-1050M) hanya disebabkan pendapatnya berbeda
dengan Gereja pada ketika itu. Para ilmuan Kristen dalam melakukan riset
pengembangan keilmuannya tidak ada panduan wahyu sama sekali, maka tidak
jarang atau sering kali hasil penemuan ilmiyah mereka tidak sejalan dengan etika
moral keagamaan, menyimpang dari ajaran agama dan hal ini dimaklumi karena
akal punya keterbatasan untuk mengungkapkan nilai-nilai kebenaran bila tidak
didukung dan dipandu oleh wahyu. Agama, sains dan ilmu pengetahuan dalam
agama Kristen berjalan sendiri-sendiri tidak ada keterikatan antara keduanya.
Karekteristik dari sains Islam adalah keterpaduan antara potensi nalar,
akal dan wahyu serta dzikir dan fikir, sehingga sains yang dihasilkan ilmuan
16
Muslim batul-betul Islami, bermakna, membawa kesejukan bagi alam semesta,
artinya mendatangkan manfaat dan kemaslahatan bagi kepentingan umat
manusia sesuai dengan misi Islam rahmatan lil’alamin. Sains Islam selalu terikat
dengan nilai-nilai dan norma agama dan selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan
Sunnah, dan ia membantu menghantarkan para penemunya kepada
pemahaman, keyakinan yang lebih sempurna kepada kebanaran informasi yang
terkandung dalam ayat-ayat Allah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
keimanan, ketakwaan kepada Allah, mengakui keagungan, kebesaran, dan
kemaha kuasan-Nya.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ikhwan-global-locus.info/?module=taqwa&act=detail&id=5
http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=4&ch=wisata&id=20
http://just-drop-by.blogspot.com/2008/04/ilmu-pengetahuan-dan-
kekuasaan-tinjauan.html
http://smamujahidin-ptk.sch.id/cetak.php?id=35