Potensi IPTEK - Produksi Dalam Negeri dalam

Membangun Ketahanan Nasional

Jakarta 20 Februari 2020

Ashwin Sasongko SASTROSUBROTO

CV Ringkas

• 1978 Lulus dari jurusan Elektroteknika ITB

• 1978 – 1990 Fungsional Peneliti pada Lembaga Elektroteknika Nasional LIPI, Bandung (termasuk tugas belajar MSc dan PhD, Eletrical and Electronics Eng, Aston Univ, UK)

Sebagai PNS, dipekerjakan di berbagai Institusi

• 1990 – 1998 di BUMN PT LEN Industri, Bandung, memprodukdi TV dan Radio TX, Stasiun Bumi, Signaling KA, PLT Surya, Defence Electronics dsb

• 1998 di Kementrian Negara BUMN, Jakarta

• 1998 – 2002 di BPPT, Jakarta

• 2002 di Kementrian Negara Kominfo, Jakarta

• 2002 – 2005 di Kementrian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta

• 2005 – 2013 di Departemen Kominfo, lalu (berubah nama) Kem. Kominfo, Jakarta;

• 2014 – 2019; Fungsional Peneliti di Puslit Informatika LIPI, Bandung;

• Saat ini : Anggota Dewan TIK Nasional, Ketua Komisi TIK Dewan Riset Nasional, Pengajar pada Program Pasca Univ. Langlangbuana dan Telkom Univ, Ketua Research Center ICT Public and Business Policy Telkom Univ., Steering Committe member ASEAN IVO, reviewer penelitian Kemenristekdikti, Ikut serta di berbagai Organisasi pengembangan IPTEK dan TIK di Indonesia spt ID IGF, Mastel, BKE PII dll

Pemikiran para Pimpinan Indonesia

Pendahuluan tentang Topik

• Akan dibahas bagaimana kemampuan IPTEK DN dapat membangun ketahanan Nasional secara umum.

• IPTEK disini mencakup kegiatan2 Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, Penerapan dan Perekayasaan sampai Produksinya;

• Definisi2 nya sebagaimana ditentukan pada pasal 1, UU No 11/2019 tentang Sisnas IPTEK

• Pembahasan akan difokuskan mulai dari Perekayasaan sampai Produksinya

Dasar Pemikiran

• Berdasarkan hasil2 Penelitian dan Pengembangan sebelumnya, baik dilakukan sendiri maupun berdasarkan referensi, maka kegiatan Pengkajian, Penerapan IPTEK sampai Perekayasaan suatu produk dapat mulai dilaksanakan; dibuat model dan prototypenya di Lab, di Lantai Produksi sampai di Produksi dan kemudian dioperasikan.

• Untuk diperhatikan, bahwa pengetahuan yg mendalam diperlukan utk melaksanakan rangkaian kegiatan ini, dan tentunya berbeda dengan kegiatan merakit dan testing suatu produk, karena kegiatan ini merupakan kegiatan2 akhir dari proses produksi.

Proses Teknis Secara UmumPengembangan Suatu Produk :

13

No

Ideageneration

Lab Model

PreliminaryDesign

Disain di ataskertas / computer

Feasibilitystudy

Production Prototype

Productfeasible?

Yes

Lab

Prototype

Production

Design & ManufacturingSpecifications

CommercialPrototype

Produk dioperasikan

Mengoperasikan Produk Import/Rakitan (1)

• Memerlukan pengetahuan ttg bagaimana mengoperasikan Produk Import tsb dan ini HARUS diberikan beredasarkan Pengetahuan yg dimiliki oleh Produsen nya.

• Setiap Produsen bisa mensyaratkan sertifikasi utk produknya, mengatur konten pelatihan, tingkat kesulitan, syarat2 peserta dsb tergantung keperluannya.

• Beberapa Produsen juga bisa melaksanakan koordinasi dgn suatu Institusi Teknis untuk membuat konten pelatihan yg berupa pengetahuan dasar/generik, utk kemudian diberikan sertifikasinya;

• Pelatihan khusus utk mengoperasikan peralatan dari suatu produsen tentu harus dilaksanakan tapi konten yg dibutuhkan tentu sudah berkurang.

15

16

Mengoperasikan Produk Import/Rakitan (2)

• Dengan cepatnya perkembangan IPTEK maka jenis produk juga berkembang cepat, demikian juga fitur2 nya.

• Tanpa ‘pembatasan’ jenis Produk/Teknologi, maka jumlah nya akan terus bertambah sehingga tenaga ahli/skill yg dibutuhkan tentu akan bertambah terus dan diperkirakan akan sulit sekali utk mencukupinya, baik untuk mengoperasikannya apalagi untuk memproduksinya sendiri.

• Sebagai contoh dapat dilihat sistem telpon/komunikasi yg digunakan sampai beberapa waktu lalu; AMPS/GSM/PHS/CDMA/dsb

• Difihak lain, pembatasan dapat di ‘kritik’ sbg ke tidak netralan teknologi

• Kebijakan Publik dan Regulasi perlu direviu dgn melihat koridor diatas.

Produk Import/Rakitan – Produk DN

• Dari segi IPTEK, perbedaan utamanya adalah pengetahuan tentang Produk tersebut; Dimana pengetahuan ini dapat dikembangkan secara terus menerus.

• Jikalau produk DN sulit dikembangkan karena berbagai masalah non teknis, misalnya kurangnya biaya, maka kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan tetap perlu dilaksanakan agar kita menjadi ‘SMART BUYER’ – Dapat memilih produk yang tepat, dapat mengatasi kalau ada masalah, dan tidak harus tergantung sepenuhnya pada produsen di LN. Hal ini dapat dilihat dari berbagai berita di berbagai belahan dunia.

19

Hilirisasi Hasil Penelitian - Perekayasaan

• Hilirisasi atau implementasi hasil penelitian DN sampai menjadi produk yang digunakan masyarakat DN dan bahkan diharapkan bisa di export, merupakan topik yang krusial dan diharapkan pelaksanaannya oleh berbagai fihak.

• Sebagai contoh, disini akan disampaikan masalah yg dihadapi untuk Hilirisasi suatu produk yg sederhana kandungan IPTEK nya, tidak memerlukan Sertfikasi, yaitu Smart Card sebagai ID Card; ID Card ini digunakan oleh hampir setiap Institusi, setiap kantor termasuk RS, Apotik, dsb;

• Contoh ini merupakan bagian dari diskusi ttg Hiliisasi di KemenRistek yg dilaksanakan bbrp waktu lalu.

Contoh Masalah yg dihadapi : Smart Card sbg ID Card• Riset Smartcard dimulai sbg pemikiran di DRN komisi TIK – Teknologi Informasi

dan Komunikasi; studi pasarnya dilaksanakan Balitbang Kominfo thn 2010 dan lalu 2015

• Riset Smart Card utk ID Card dilaksanakan sejak 2016 oleh KSCI – Konsorsium Smart Card Indonesia; Kerjasama 4 Universitas (ITB, UI, UnHas dan TelU) serta beberapa Industri; Kegiatan ini mencakup juga keseluruhan sistem antara lain Pembuatan Semiconductor chip, Kartu, Reader, Operating System, berbagai Aplikasi, SAM dsb

• Pembiayaan dilaksanakan oleh Kemenristekdikti, dilaksanakan oleh 4 Universitas yaitu UI, ITB, UnHas dan Telkom Univ, dilakukan 2016-2017; Bekerja sama dgn Industri2 anggota KSCI.

• Pada thn 2018, Kemenristekdikti membiayai pembuatan protype dlm jumlah besar dan telah digunakan sbg ID Card para mahasiswa baru ke 4 Univ;

• Foto2 terlampir menunjukkan berbagai kegiatan tsb

Studi Smart Card oleh Balitbang Kominfo 2010

Contoh pasar smart card utk Mobile Phone

Studi Smart Card oleh Balitbang Kominfo 2015

Pembentukan KSCI

Semiconductor chip

Chip yg sdh diberi connector

Smart Card utk ID Card

Kegiatan selanjutnya

• Kemenristekdikti mengharapkan Smart Card ini untuk tahun 2019 dst dapat digunakan langsung oleh Universitas2, mulai dari 4 Univ yg melaksanakan Riset tsb sendiri; Surat dari Kemenristekdikti juga sudah dikirimkan ke pimpinan 4 Univ tsb.

• Team Teknis juga menyiapkan ‘Spec Smart Card’ dalam bentuk RfC –Request for Comments, agar dapat jadi acuan bagi 4 Univ dan Univ2 lain yang akan menggunakan smart card tsb sbg ID Card; Versi 2.1 release 2018

Spesifikasi Smart card, release 2.1:2018

Surat Kemenristekdikti kepada ke 4 Rektor Univ anggota KSCI

Masalah yang masih dihadapi

• Pimpinan Universitas belum sepenuhnya menggunakan hasil Risetnya sendiri, umumnya diperkirakan karena kendala administratif/ keuangan/ legal; Misal, anggaran utk ID Card di suatu Univ adanya di Unit Administrasi dan dilaksanakan melalui Proses Pengadaan Barang dan Jasa yang sesuai aturan harus melaksanakan temder; di fihak lain, unit yang sanggup membuat Smart Card adalah Unit Teknis di Univ tersebut sendiri yang tidak dapat mengikuti tender di Univ nya sendiri.

• K/L terkait diharapkan dapat melaksanakan Koordinasi untuk mengatasi masalah2 admin spt ini. Misal, apakah mungkin dlm jangka pendek, anggaran dipindahkan dari ‘Pengadaan ID Card’ menjadi ‘Trial masiv hasil Riset Smart Card’; Dalam jangka menengah hasil riset diransfer ke Industri.

• Jikalau Smart Card sbg ID Card sdh digunakan secara menyeluruh di ke 4 Univ ini, diharapkan Univ2/Institusi2 lain akan menyusul.

Kaitan dengan kegiatan Jangka menengah/panjang• Jikalau Smart Card lokal ini dapat digunakan sbg ID Card seluruh mahasiswa di

Indonesia, jumlahnya sdh sekitar 4 - 5 juta, dgn tambahan sekitar 1 juta/tahun

• Jikalau Smart Card lokal ini berhasil digunakan sbg ID Card seluruh PNS Pusat (seluruh K/L) dan Daerah , maka jumlahnya sudah sekitar 4-5 juta

• Pada tahap ini, mungkin sdh dpt dipertimbangkan pengembangan Foundry Semiconductor.

• Jikalau smart card lokal ini sdh digunakan sekitar10 an juta pengguna, maka tahap selanjut nya adalah mempertimbangkan penggunaan Smart Card lokal ini sbg ID Card berupa e-KTP bagi Warga Negara Indonesia, yg jumlahnya sekitar 250 juta. Hal ini akan meningkatkan Perlindungan Data Pribadi WNI.

• Pengunaan lain2 sbg SIM Card Mobile Phone, kartu Bank dsb, tentu perlu mempertimbangkan Regulasi/Sertifkasi/Standard/ dsb yg seringkali juga harus mengikuti aturan2 Internasional.

Evaluasi dari Hilirisasi Smartcard (1)

• Desain Smartcard mencakup terutama HW Semiconductornya serta SW nya. Termasuk diantaranya adalah fitur pengaman SAM – Secured Access Module untuk ‘membuka’ data yg disimpan di smartcard tsb.

• Dari aspek Etika, konsumen Smartcard tsb perlu mendapat informasi selengkap mungkin dari produk tsb termasuk penguasaan tunggal dari SAM dan fitur2 lain yg diperlukan, agar keamanan dapat terjaga.

• Dari aspek Legal, PP 82/2012 jo 71/2019 ttg PSTE juga mengatur agar Source Code diserahkan kepada pengguna.

• Dgn pelaksanaan Litbangrap DN maka kebutuhan SDM untuk mengoperasikan produk TIK diperkirakan tidak akan mengalami kesulitan;

• Aspek2 Pengamanan juga diharapkan dapat dikontrol dgn se baik2 nya.

Evaluasi dari Hilirisasi Smartcard (2)

• Litbangrap serta pengoperasian Smartcard sbg ID Card dapat berjalan karena kemampuan teknis yg ada di DN sudah jauh melampaui kemampuan teknis yg diperlukan.

• Produk hasil riset tsb dapat langsung digunakan sebab tidak terkait regulasi/sertifikasi yang masih memerlukan pengembangan berbagai aspek legal; Perlu dicatat bahwa proses sertifikasi, akreditasi lab penguji, perizinan dsb bisa memerlukan waktu karena aspek Legal yg mendukung kegiatan teknis juga harus dipersiapkan.

• Hasil Riset tsb dapat digunakan oleh Institusi Pelaksana Riset tersebut sendiri. Berikutnya baru ditawarkan ke Institusi lain nya.

Evaluasi dari Hilirisasi Smartcard (3)

• Masalah yg dihadapi untuk Penerapan smart card ini secara masive/Hilirisasi, tampaknya terutama adalah masalah Administrasi/Legal, BUKAN masalah teknis dan/atau kekurangan SDM Teknis.

• Tampaknya kekurangan terjadi pada SDM yang menangani berbagai aspek Tata Kelola (Aspek Kebijakan Publik dan Regulasi penerapan) yang diharapkan dapat membuat peraturan perundangan yg dapat mendukung Hilirisasi hasil Litbangrap IPTEK DN. Hal serupa juga pada SDM terkait APH, khususnya yg menangani Audit dan LikDik.

• Jikalau produk Smartcard DN ini digunakan oleh suatu institusi di LN, maka mereka juga tentunya akan mengalami masalah kurang atau bahkan tidak adanya SDM TIK di negaranya yg mampu mengoperasikan Smartcard tsb dan harus mendapat pelatihan/Sertifikasi oleh pelaksana Litbangrap/Produsen dari Indonesia;

Tambahan2 yg perlu perhatian(menuju Omnibus/for everything Law ?)• Sanksi Administratif – Pidana terhadap pelanggaran

• KPI Institusi Penelitian/Univ : Paper/Patent/WTP/ yg lain ?

• Ada KPI yg terkait Hilirisasi/Industrialisasi/Pemanfaatan hasil Riset ?

• Aspek perlindungan hukum pada pelaksanaan Hilirisasi ?

• Peraturan PerUndangan terkait Keuangan - KPI Pemeriksa/Auditor

• Kasus2 yg menjadi perhatian para pelaksana Hilirisasi ?

Hilirisasi Hasil2 Riset lain

• Utk produk2 lain; pendekatan yg dilakukan dpt disesuaikan. Tapi prinsipnya diperkirakan akan mirip dgn kasus Smart card sbg ID Card.

• DISKUSI BERSAMA untuk meningkatkan Hilirisasi hasil Litbang DN.• Smart Card sbg ID Card

• Dan hasil2 Riset lainnya

• dsb

Catatan Akhir

• Dengan melihat keinginan pimpinan negara dari dulu sampai saat ini, serta contoh Hilirisasi, maka diharapkan bisa disimpulkan bahwa kegiatan IPTEK sampai memperkuat Produksi DN merupakan keharusan.

• Perlu bersama sama dicari jalan keluar mengatasi masalah2 yang ada.

Terima kasih

Kementerian Kesehatan RI

@KemenkesRI kemenkes_ri

ashwin.sasongko@gmail.com