TAK Chapter 3

download TAK Chapter 3

of 25

Transcript of TAK Chapter 3

MAKALAH CHAPTER 13 APPLYING THEORY TO ACCOUNTING REGULATION

Kelompok 2: Siti Farida - 0906491231 Yolanda Oclines 0906525945 Okta Vadhyah Ahlina - 0906532515 Sukha Adi Putra 0906558962

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2012

STATEMENT OF AUTHORSHIP

Saya/kami

yang

bertandatangan

dibawah

ini

menyatakan

bahwa

makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan dengan jelas menggunakannya. Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme. Mata ajaran Judul tugas Tanggal Dosen Nama Siti Farida Yolanda Oclines Okta Vadhyah Ahlina Sukha Adi Putra : Teori Akuntansi Keuangan : Resume Chapter 13 Applying Theory to Accounting Regulation : 23 Februari 2012 : Nurul Husnah NPM 0906491231 0906525945 0906532515 0906558962 MAKALAH CHAPTER 13 APPLYING THEORY TO ACCOUNTING REGULATION TTD

LEARNING OBJECTIVE 1 : The Theories of Regulation Relevant to Accounting and Auditing Terdapat tiga teori relevan mengenai akuntansi dan kegiatan audit yang dapat membantu untuk menjawab mengapa perusahaan (manager) harus mengumumkan informasi-informasi perusahaannya dalam bentuk laporan keuangan. Tiga teori tersebut adalah :

Theory of Efficient Markets / Efficient Market Hypothesis (EMH) Agency Theory Theories of Regulation

A. Theory of Efficient Market / Efficient Market Hypothesis (EMH) Para ekonom pasar bebas berpendapat bahwa, pasar akan berfungsi secara maksimal ketika tidak ada intervensi pemerintah. Tingkat efisiensi maksimal dapat dicapai dengan membiarkan kekuatan supply dan demand di pasar dapat membentuk perilaku pasar dengan sendirinya (secara alami). Bagaimanapun, intervensi pemerintah dalam pasar bebas akan tetap ada namun dengan tujuan yang berbeda. Tujuan intervensi pemerintah pada pasar bebas adalah untuk memantau perkembangan pasar dan sebagai usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam pasar bebas dengan persaingan sempurna, harga ditentukan oleh : (1) ketersediaan produk (supply); (2) keinginan untuk memiliki barang tersebut (demand). Besar harga dan jumlah barang yang akan diperjualbelikan akan ditentukan berdasarkan pertemuan antara supply dan demand tersebut di pasar.

supply Pric e

demand

Quantity

Akuntansi dapat dipandang sebagai informasi dalam sebuah industry. Yaitu, sebagai bisnis penyedia informasi. Para advokat dari penganut prinsip pasar bebas, mengatakan bahwa informasi akuntansi sama halnya dengan barang-barang lain yang fungsi supply dan demandnya harus beroperasi di pasar. Terdapat permintaan informasi akuntansi oleh para pengguna laporan keuangan dan terdapat penawaran atas informasi tersebut yang disediakan oleh perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Harga keseimbangan atas informasi akuntansi tersebut nantinya secara teoritis dapat terbentuk sesuai dengan pertemuan antara supply dan demand atas informasi akuntansi. Dengan kata lain, kekuatan pasar bebas dapat menentukan jenis data apa yang perlu disediakan dan standar akuntansi yang mendasarinya. Namun, banyak kritik terhadap prinsip pasar bebas ini. Kritik tersebut mengatakan bahwa mekanisme pasar tidak dapat mencapai titik keseimbagan harga yang ideal karena beberapa hal berikut : a.Informasi akuntansi tidak dapat disamakan dengan barang-barang lainnya karena informasi akuntansi temasuk jenis public good. Ketika informasi diumumkan oleh perusahaan, maka informasi tersebut tersedia untuk siapa saja. Walaupun informasi tersebut dapat dijual hanya kepada orang-orang tertentu, namun orang-orang yang tidak membeli (membayar) kepada perusahaan untuk memperoleh informasi tersebut tidak bisa dikeluarkan

begitu saja dari kelompok pengguna laporan keuangan. Fenomena ini disebut free-rider. Hanya intervensi peraturan dari pemerintah yang dapat membujuk perusahaan untuk mengumumkan informasi hanya kepada orang-orang tertentu untuk memenuhi permintaan pasar. b.Perusahaan memiliki kekuatan monopoli atas penyediaan informasi mengenai perusahaannya. Oleh karena itu, akan timbul kecenderungan bahwa perusahaan akan mengurangi informasinya (underproduce) dan menjual informasi tersebut pada harga yang tinggi.

1.

Bentuk-bentuk Efficent Market Weak Form Pada EMH dengan weak form, riwayat harga (historical price) atas saham akan menimbulkan estimasi yang bias terhadap perkiraan future price atas saham tersebut. Investor tidak bisa menghasilkan excess return dengan hanya mengandalkan pengetahuan atas harga-harga sebelumnya. Selain itu pada EMH dengan weak form, harga pasar menggabungkan semua informasi harga saham yang terdahulu untuk membentuk harga saham yang sekarang. Oleh karena itu, grafik tren atas sekuritas tidak dapat menghasilkan informasi apapun untuk para investor. Implikasi atas EMH dengan bentuk weak form adalah beberapa informasi yang disediakan oleh analis sekuritas tidak berguna karena informasi tersebut telah tergabung dalam proses penentuan harga pada pasar.

Semi-strong Form Perbedaan antara weak, semistrong dan strong forms pada EMH adalah jumlah informasi yang tersedia untuk menentukan harga sekuritas. Pada

semistrong form, informasi yang bersifat umum termasuk harga saham terdahulu diasumsikan menjadi hal yang penting untuk menentukan harga sekuritas. Dengan kata lain, tidak ada investor yang dapat memperoleh excess return dengan menggunakan informasi public yang tersedia karena informasi tersebut telah digunakan untuk menentukan harga sekuritas di pasar. Implikasi dari semistrong form ini adalah bahwa pengungkapan footnote oleh akuntan bersifat sama relevannya dengan informasi yang ada pada laporan keuangan.

Strong Form Pada EMH dengan strong form, segala informasi termasuk tren harga sekuritas, informasi umum yang tersedia dan insider information telah terikat dalam harga sekuritas sehingga tidak ada kesempatan untuk mendapatkan excess return. Implikasi dari strong form ini adalah pasar akan mempertimbangka segala informasi yang tersedia, baik itu informasi eksternal maupun internl. Sehingga, dengan cepat orang-orang akan mengetahui setiap detail dari informasi tersebut. Selain itu, strong form mengimplikasikan bahwa informasi akuntansi yang diumumkan (published) tidak lebih bernilai dibandingkan jenis-jenis informasi yang tersedia , baik tersedia untuk public maupun tidak.

B. Agency Theory Atkinson dan Feltham menyatakan bahwa teori agensi ini banyak membahas mengenai pelayanan terhadap kebutuhan informasi. Teori ini fokus terhadap hubungan antara satu orang yang mempercayakan haknya kepada orang lain, agen (manager). Atkinson dan Feltham menjelaskan bahwa permintaan atas informasi tersebut didasari oleh :

Motivasi egen Pendistribusian risiko secara efisien

Informasi dikatakan bernilai jika informasi tersebut dapat memperbaiki alokasi sumber daya dan risiko dalam perekonomian. Hal ini dilakukan dengan cara mengurangi ketidakpastian. Ketidakpastian dalam teori agensi ini dikalsifikasikan menjadi dua hal. Ex ante dan Ex post. Ex ante (sebelum) adalah ketidakjelasan yang terjadi pada saat keputusan akan dibuat. Sedangkan Ex post merupakan ketidakjelasan yang terjadi setelah keputusan dibuat dan hasilnya telah direalisasikan. Atkinson dan Feltham memandang peran standarisasi sebagai salah satu identifikasi situasi dimana peningkatan kesejahteraan dapat diperoleh dari aturan laporan keuangan yang telah diberikan. Oleh karena itu, dalam pandangan ini, konsekuensi ekonomi atas standar akuntansi memegang peranan penting.C.

Theories of Regulation

Public Interest Theory Alasan ekonomi yang paling utama atas intervensi pemerintah pada operasi di berbagai pasar adalah kegagalan pasar. Dalam kerangka teori ini, aturan yang dibuat oleh legislatif cenderung untuk melindungi kepentingan konsumen dengan menstabilkan peningkatan kinerja ekonomi. Potensi kegagalan pasar terjadi ketika terdapat kegagalan pada salah satu kondisi yang diperlukan agar kegiatan operasi dalam pasar persaingan sempurna dapat tetap berjalan. Contoh kegagalan tersebut adalah :o

Tidak adanya persaingan (untuk pasar monopoli, oligopoli)

o Adanya halangan untuk masuk ke pasar

o Adanya asimetri informasi antara pembeli dan penjual atau beberapa sinyal pasar (contoh : reputasi penjual)o

Natur public good beberapa barang dimana ketetapannya hanya untuk beberapa individu (individu tertentu) namun public good ini juga tersedia untuk individu-individu lainnya dalam jumlah yang sama dan tidak ada biaya (costlessly). Kegagalan pasar terjadi disini karena penetapan harga secara normal tidak berfungsi di dalam pasar.

Teori kepentingan public berdasarkan pada asumsi bahwa pasar ekonomi merupakan subjek terhadap rangkaian ketidaksempurnan pasar atau kegagalan transaksi dimana jika ini dibiarkan salah terus menerus akan mengakibatkan hasil yang tidak sama dan tidak efisien. Regulatory Capture Theory Teori ini menganggap bahwa walaupun tujuan asli dari dibuatnya peraturan adalah untuk melindungi kepentingan umum, namun tujuan ini sebenarnya tidak dapat tercapai karena dalam prosesnya, pihak pelaksana peraturan tersebut cenderung untuk mengatur atau mendominasi para pembuat peraturan itu sendiri. Teori Capture mengasumsikan bahwa : a.pertama bahwa semua anggota masyarakat adalah rasional secara ekonomi, oleh karena itu, masing-masing orang akan mengejar kepentingan dirinya sendiri pada satu titik dimana manfaat tambahan untuk pribadi yang didapatkan dengan melobi pembuat peraturan sama dengan biaya tambahan yang dikeluarkan. Sehingga orang-orang akan melobi peraturan untuk meningkatkan kesejahteraannya. b.Kedua, sama halnya dengan teori kepentingan public, bahwa pemerintah tidak memiliki peran independen dalam proses pembuatan peraturan dan

kepentingan kelompok akan bersaing untuk mengawasi kewenangan pemerintah untuk mencapai distribusi kesejahteraan. Alasan utama teori capture adalah bahwa keputusan atas peraturan biasanya memiliki dampak terbesar pada kepentingan industry. Sehingga, industry-industri tersebut merasa bahwa posisi keuangan secara keseluruhan dipengaruhi oleh keputusan peraturan secara signifikan. Teori capture menyarankan kepada lembaga akuntansi professional atau sector korporat untuk mencari control sebanyak-banyaknya dalam mengatur standar akuntansi yang dapat menjadi panduan dalam sistem pelaporan oleh para anggotanya (industry). Private Interest Theory Teori ini mengasumsikan bahwa peraturan menjadi sebuah eksistensi sebagai hasil dari tanggapan pemerintah terhadap permintaan public untuk memperbaiki segala bentuk ketidakefisiensian atau ketidaksamaan praktik yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi (strongly challenged by Stigler in 1971). Tantangan Stigler adalah pemerintah memiliki satu sumber daya dasar yang tidak dibagikan bahkan kepada warga yang paling kuat sekalipun : the power to coerce. The power to coerce ini merupakan sumber daya potensial untuk mengancam firma bisnis dimana dengan kekuatan tersebut dapat melarang atau memaksa untuk menyediakan atau mengambil pajak dan subsidi, dengan kata lain pemerintah dapat menolong atau bahkan mencelakai berbagai bisnis. Stigler berpendapat bahwa kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan peraturan relative berhubungan dengan kekuatan politik dari beberapa kepentingan kelompok. Interaksi mereka adalah dengan para politikus dimana para politikus tersebut bersifat tidak netral. Politikus cenderung memaksimalkan kesempatan mereka untuk kesuksesan kampanye masa depan. Esensi dari transaksi ini dalam pasar politik adalah untuk mentransfer kesejahteraan dengan para pemilih dari sisi permintaan dan wakil politik mereka dari sisi penawaran.

Teori ini percaya bahwa terdapat pasar dengan regulasi yang sama yaitu kekuatan supply dan demand yang beroperasi dalam pasar modal. Dalam pasar politik ini, banyak terdapat bidder (penawar). Namun hanya satu kelompok yang akan berhasil, yaitu keompok dengan penawaran tertinggi. Biasanya, produsen merupakan kelompok dengan tawaran (bid) tertinggi sehingga mereka dapat menggunakan kewenangan pemerintah untuk mengambil manfaat sendiri. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, produsen merupakan kelompok dengan tawaran tertinggi, sehingga otomatis konsumen merupakan kelompok dengan tawaran paling rendah. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu : o Cost of organization o Information cost Pernyataan dasar dari teori kepentingan pribadi ini adalah bahwa terdapat hukum diminishing returns dalam hubungan antara ukuran kelompok dan biaya untuk mengunakan proses politik. Teori ini percaya bahwa peraturan bukan merupakan hasil dari respon pemerintah atas permintaan public melainkan untuk melayani kepentingan pribadi beberapa kelompok dan dibuat serta dijalankan untuk mengambil keuntungan diri sendiri. Sehingga, peraturan dapat dipandang sebagai alat untuk mentransfer keuntungan kepada kelompok yang well-organised dalam hal subsidi, penetapan harga, pengawasan atas masuknya pesaing politik, dan lain-lain. Teori ini memprediksikan bahwa pembuat peraturan akan menggunakan kewenangannya untuk mentransfer pendapatan dari mereka yang tidak memiliki kekuatan politik kepada mereka yang memiliki kekuatan politik. LEARNING OBJECTIVE 2 : How Theories of Regulation Apply to Accounting and Auditing Practices 1. Application of Public Interest Theory

Di dalam public interest theory, pemerintah merasa perlu untuk mengeluarkan suatu regulasi yang berguna untuk melindungi kepentingan publik. Hal ini terjadi karena mekanisme pasar gagal sehingga untuk meluruskannya, pemerintah harus turut campur dengan pembuatan regulasi baru. Contoh aplikasi di dunia nyata adalah kasus Enron dimana pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk mengeluarkan Sarbanas-Oxley Act (SOX) pada tahun 2002 agar meminimalisir terulangnya kasus semacam Enron. Selain itu, pemerintah Australia juga melindungi kepentingan pubik dengan mendirikan Accounting Standard Review Board (ASRB) pada tahun 1984. ASRB mengintervensi dalam standar-standar akuntansi karena sudah terlalu banyak perusahaan yang jatuh karena pelanggaran-pelanggaran dalam pembuatan laporan keuangan. Hal ini sangat merugikan investor karena investor tidak dapat memastikan bahwa informasi keuangan yang ia terima adalah benar. Investor sangat berisiko dalam menerima informasi asimetris. Sebelum adanya campur tangan pemerintah, informasi keuangan perusahaan sangat tinggi risiko akan penipuan karena laporan keuangan dipandang sebagai barang publik sehingga tidak diperlukan biaya dalam mendapatkannya. Maka manajemen dan para akuntan tidak ada tanggung jawab dalam membuat laporan keuangan yang menguntungkan penggunanya. Mereka justru membuat laporan keuangan yang menguntungkan pihak internal perusahaan yaitu mereka sendiri. Mereka lebih fokus dalam membuat laporan keuangan yang membuat citra perusahaan semakin bagus dan dapat menarik sebanyak-banyaknya investor. Setelah adanya campur tangan pemerintah, investor sebagai public interest, dilindungi dengan adanya standar-standar yang harus di penuhi perusahaan dalam membuat laporan keuangan. Malah dengan adanya pilihan laporan keuangan untuk diaudit, tidak hanya investor saja yang diuntungkan tetapi juga para internal perusahaan. Mereka dapat meminimalkan risiko informasi mengenai perusahaannya

sehingga bank mau meminjamkan hutang dengan bunga yang lebih rendah dan dengan syarat-syarat yang lebih mudah. 2. Application of Capture Theory Walker memberikan pendapatnya mengenai ASRB. Ia berpendapat bahwa terjadinya capture theory dalam proses pembuatan peraturan oleh ASRB. Ia menyimpulkan bahwa para profesi akuntan mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh ASRB. Hal ini terlihat karena ASRB mengadakan merger dengan AARF (Australian Accounting Research Foundation) dan setelah merger ini, 22 dari 23 standar yang dikeluarkan oleh ASRB datang dari profesi akuntan. Padahal, ASRB bebas menerima masukan standar dari sumber manapun. Menurut Walker, ASRB gagal dalam mendirikan fungsinya sebagai pembuat standar laporan keuangan yang netral dan tidak bias. Contoh asumsi lain apakah telah terjadi capture theory di dunia akuntansi yaitu keputusan untuk membuat IFRS sebagai standar akuntansi di seluruh dunia. Hal ini memperlihatkan bahwa keputusan penggunaan IFRS secara global sangat menguntungkan perusahaan-perusahaan besar yang go public karena ini akan mempermudah mereka dalam mendapatkan modal secara bebas. Ini disebabkan investor lebih mudah mengerti laporan keuangan perusahaan dari negara lain dan dapat membandingkan laporan keuangan dengan lebih mudah antara perusahaan lokal dengan perusahaan negara lain. 3. Application of Private Interest Theory Rahman memberikan komentar atas pendapat yang dikeluarkan oleh Walker. Rahmat berpendapat bahwa studi kasus yang dilakukan Walker kurang mendalam dan kurang luas karena pihak-pihak yang dapat mengintervensi keputusan ASRB tidak hanya datang dari profesi akuntan saja tetapi juga datang dari Ministerial Council Australia. Tugas Ministrial Council ini adalah menyetujui atau tidak menyetujui keputusan yang dibuat ASRB. Keputusan yang tidak disetujui adalah keputusan yang

berisiko mebuat gejolak permasalahan politik. Selain itu, keputusan juga dapat dipengaruhi oleh National Companies and Securities Commission (NCSC) sekarang disebut Australian Securities and Investment Commission (ASIC). Rahman berpendapat bahwa bukan capture theory yang terjadi melainkan private interest theory. Rahman juga berpendapat bahwa Walker tidak memperhatikan siapa saja yang menduduki jabatan di dalam ASRB. Orang-orang yang menduduki posisi di ASRB sebagian besar adalah para corporate manager dan direktur perusahaanperusahaan yang akan sangat terpengaruhi atas keputusan yang dibuat ASRB. Menurut Rahman, memang para profesi akuntan terpengaruhi oleh standar yang dikeluarkan ASRB, tetapi yang terpengaruhi dalam kegiatan mereka adalah kegiatan dalam membuat laporan keuangan saja. Lain hal jika dibandingkan pengaruh yang di alami oleh para corporate manager dan direktur yang juga menduduki posisi di ASRB. Merekalah orang-orang yang harus dapat membuat perusahaan tetap memiliki performa baik di mata investor walaupun harus menghadapi standar laporan keuangan yang dikeluarkan ASRB. Maka ASRB sebenarnya membuat peraturan yang menguntungkan kepentingan pribadi para pejabat di ASRB. Standard Setting as a Political Process Proses pembuatan peraturan sering kali di pandang sebagai proses politik karena dampak yang dihasilkan cukup besar dan pihak-pihak yang terpengaruhi akan berusaha untuk turut campur dalam pembuatan peraturan itu. Menurut Watts dan Zimmerman, proses politik itu sebenarnya adalah pihak-pihak yang mengejar dan melindungi self-interest. Maka dalam membuat peraturan akuntansi yang tentu berdampak politik harus dapat melindungi kepentingan seluruh pihak terutama kepentingan pengguna laporan keuangan. Contoh dalam dunia nyata adalah joint project yang dilakukan oleh IASB dan FASB. Disini mereka sedang menentukan standar yang diberlakukan mengenai lease accounting. Karena banyak sekali perusahaan yang melakukan kontrak operating lease untuk menghindari penulisan debt di laporan keuangan mereka. Misal 90% perjanjian

kontrak lease di Australia dilakukan dengan off-balance sheet atau operating lease. Bahkan di Amerika Serikat, pembayaran lease yang harus dilakukan oleh US-listed companies mencapai $1,4 Triliun dan semua ini off-balance sheet. Tentu saja ini sangat merugikan pengguna laporan keuangan karena mereka tidak mendapatkan gambaran yang sebenarnya mengenai perusahaan dimana mereka akan atau sudah berinvestasi. Contoh lain lagi adalah mengenai IAS 39 tentang Financial Instruments Recognition and Measurement di European Union (EU). Negara-negara di Eropa pada awalnya mengikuti standar GAAP masing-masing negara dalam metode pelaporan akuntansi. Tetapi sejak tahun 2002, mereka diharuskan untuk mengikuti IAS, minimal dalam pelaporan akun-akun konsolidasi. Perubahan ini sangat besar dan dramatis karena pada awalnya mereka menggunakan historical cost dalam pelaporan financial instrument dan menyatakan gain jika instrument tersebut dijual. Tetapi sekarang dengan IAS 39, mereka harus melaporkan unrealized gain and losses yaitu menyatakan gain dan loss sesuai naik atau turunnya harga pasar walaupun mereka tidak menjual instrument tersebut. Negara-negar di Eropa terutama Perancis dan Jerman tidak setuju karena mereka tidak familiar dengan metode ini. Selain itu menurut mereka, IAS 39 sangat merugikan karena pergerakan tahunan laporan keuangan mereka akan tidak stabil. Lalu perusahaan-perusahaan, professional associations, industry representative, mereka akan peraturan IAS 39. Hasilnya adalah negara-negara di Eropa harus mengikuti peraturan IASB termasuk IAS 39 tetapi dengan beberapa pengecualian yaitu mereka tidak harus menghitung dengan fair value dan peraturan lain tentang hedging. Maka dapat terlihat bahwa kegiatan politik ini pun sukses dalam merubah arah standar akuntansi yang diberlakukan. Contoh yang terakhir adalah tentang IAS 38 mengenai Intangible Assets. IAS 38 menggunakan sistem intangible assets yang sangat berbeda dengan yang diberlakukan di Australia. Misal di IAS 38, intangible asset yang dibuat secara internal dan dan Europian representative bodies seperti FEE dan EFRAG menyuarakan ketidaksetujuan

intengable asset yang tidak memiliki active market tidak boleh di laporkan di laporan keuangan. Australian Accounting Standard Board (AASB) berupaya untuk merubah keputusan International Accounting Standard Board (IASB) agar Australia tidak perlu memberlakukan IAS 38 ini. Tetapi berbeda kasusnya dengan yang terjadi di Eropa, IASB menolak permintaan AASB dan tetap mengharuskan Australia mengikuti IAS 38. Bahkan pemerintah Australia juga memilih untuk tidak ikut campur dalam permasalahan IAS 38 sehingga dapat kita lihat bahwa IASB berupaya untuk terlihat sebagai badan yang independen dan tidak dipengaruhi oleh keadaan politik apapun. Ini memperlihatkan bahwa pengaruh dari corporate sector dalam penentuan standar akuntansi sudah hilang. LEARNING OBJECTIVE 3 : The Regulatory Framework for Financial Reporting Ada beberapa pihak yang berperan aktif dalam pelaporan keuangan, yaitu: pihak yang menyiapkan laporan keuangan (direktur perusahaan, eksekutif, dan manajer) dan auditor eksternal perusahaan. Aktifitas dari pihak-pihak tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dimana laporan keuangan tersebut bertempat, seperti legal, ekonomi, politik, dan sosial. Beberapa fitur lingkungan yang spesifik menghasilkan suatu kerangka regulasi untuk pelaporan keuangan. Beberapa elemen yang terdapat dalam kerangka regulasi tersebut adalah: statutory requirements (persyaratan hukum), corporate governance (tata kelola perusahaan), auditors and oversight (auditor dan pengawasan), dan independent enforcement bodies (badan pelaksana independen). Statutory Requirements Partisipan utama dalam memproduksi laporan keuangan adalah direktur perusahaan (beserta para eksekutif dan manajer) dan auditor independen. Banyak sekali motivasi bagi para manajer untuk secara sukarela menyediakan informasi keuangan yang akan diverifikasi secara independen melalui proses audit. Sekarang, yang ingin dijelaskan adalah peran dari persyaratan hukum sebagai suatu insentif bagi perusahaan untuk menyediakan laporan keuangan yang diaudit. Dalam beberapa negara, hukum

mewajibkan direktur untuk menyediakan laporan keuangan yang diaudit. Dengan demikian, motivasi utama bagi direktur dan auditor adalah memenuhi persyaratan hukum tersebut. Di lain sisi, peraturan perusahaan mungkin akan mewajibkan persyaratan dasar yang berkaitan dengan laporan mana yang harus disiapkan, frekuensi penyiapan, dan informasi apa yang harus dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, di Australia, perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan informasi mengenai performa lingkungan mereka. Persyaratan mengenai laporan keuangan berasal dari standar akuntansi yang spesifik dan bagi beberapa jurisdiksi, standar tersebut memiliki kekuatan hukum. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan European Union (EU) yang terdaftar di bursa saham wajib mengikuti standard IASB dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Sementara di Australia, peraturan perusahaan mensyaratkan semua pihak untuk mengikuti standar akuntansi IASB. Peraturan perusahaan sebagai bagian dari sistem legal yang luas mungkin juga memiliki cara untuk memonitor kesesuaian dengan persyaratan hukum tersebut. Selain itu, sistem tersebut juga menyediakan sanksi dan penalti yang mendukung kesesuaian dengan peraturan perusahaan. Corporate Governance Davis memiliki pandangan yang luas mengenai tata kelola perusahaan dan menyatakan bahwa tata kelola perusahaan adalah sebuah struktur, proses, dan institusi di dalam dan sekitar organisasi yang mengalokasikan kekuatan dan kontrol sumber daya di antara para partisipan. Beberapa praktik tata kelola perusahaan berasal dari hukum yang mensyaratkan direktur untuk mengambil tindakan spesifik yang berkaitan dengan manajemen perusahaannya. Sebagai contoh, persyaratan untuk melakukan rapat dengan pemegang saham dan pengungkapan informasi penting mengenai perusahaan merupakan salah satu tata kelola perusahaan yang tergolong dasar namun sudah memiliki kekuatan hukum. Bagaimanapun juga, sebuah kerangka regulasi dapat berisi tambahan pedoman dan peraturan tata kelola perusahaan yang timbul dari rekomendasi sektor swasta yang diberikan secara sukarela dan peraturan yang terdaftar dalam bursa saham (stock exchange). Pedoman tata kelola perusahaan dapat menjadi arahan yang

baik bagi direktur untuk mengadopsi mekanisme perusahaan yang tepat dan sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan. The International Federation of Accountants merupakan salah satu contoh pedoman dari kode tata kelola perusahaan yang diterbitkan di Ingggris. Persyaratan perusahaan berkaitan dengan laporan keuangan dapat dilaksanakan oleh bursa saham atau badan pemerintah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan persyaratan pelaporan keuangan. Sebagai contoh, di Inggris dan Amerika, bursa saham yang disegani merekomendasikan kesesuaian dengan kode tata kelola perusahaan dan mewajibkan perusahaan yang tidak sesuai untuk menyediakan penjelasan mengenai alasan mengapa tidak sesuai. Aturan ini dikenal dengan nama if not, why not.

Auditors and Oversight Di banyak negara, auditor memiliki peranan dan fungsi yang penting dalam menyediakan kepastian mengenai kualitas laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Bentuk regulasi yang paling dasar dari profesi auditor adalah membatasi anggota hanya untuk orang-orang yang memiliki kualifikasi tertentu dan pengalaman serta membutuhkan pendaftaran untuk berlatih. Bentuk regulasi lainnya adalah dibutuhkannya komitmen dari para anggota profesional terhadap kode etik. Hampir semua bentuk dari regulasi tersebut merupakan self-imposed, karena seorang profesional setuju mengikuti keseluruhan peraturan untuk menjaga keistimewaan posisi dan melindungi hak mereka untuk melakukan praktik sebagai seorang profesional. Sebagai contoh, sektor swasta yang membuat peraturan sendiri (self-regulation) mengenai profesi akuntan merupakan bentuk awal pengawasan terhadap auditor. Badan profesional telah mengambil peranan untuk mengawasi profesi auditor secara serius dengan menggunakan sumber daya yang tersedia demi mengembangkan standard profesi dalam level nasional dan internasional. Banyak badan nasional yang mewakili para auditor untuk mengadopsi International Standard of Auditing (ISA) sebagai

sebuah indikasi dari komitmen mereka untuk menyediakan jasa berkualitas tinggi dan mendemonstrasikan sikap yang tepat kepada semua anggota profesi. Lingkup tanggung jawab untuk pengawasan auditor melalui badan hukum menyediakan regulasi yang lebih independen dibandingkan dengan melakukan self-regulation. Pilihan melalui peraturan hukum dibandingkan self-regulation dapat mencerminkan perbedaan ekonomi atau politik dalam mengelola pasar modal. Independent Enforcement Body Peran badan pelaksana independen dalam regulasi pelaporan keuangan adalah mendukung kesesuaian dengan regulasi yang mengatur mengenai pelaporan keuangan, yang terdapat dalam hukum dan standar akuntansi. Badan pelaksana independen merupakan perpanjangan dari pengajuan pengawasan yang merupakan bagian dasar dalam kerangka regulasi. Pendirian badan pelaksana independen berkaitan dengan adopsi IFRS tahun 2005. Seorang regulator pasar sekuritas merupakan bentuk pengawasan yang paling sering digunakan untuk mengawasi badan pelaksana independen, contohnya adalah Security Exchange Commission di Amerika Serikat. Badan pelaksana independen dapat memiliki kewajiban dan kekuatan yang luas berkaitan dengan regulasi pasar sekuritas, yang jauh melebihi dari pengawasan laporan keuangan. Meskipun demikian, badan tersebut dapat secara aktif melaksanakan persyaratan pelaporan keuangan yang terdapat dalam hukum dan standard akuntasi yang berlaku.

LEARNING OBJECTIVE 4 The Institutional Structure for Setting Accounting & Auditing Standards Dalam diskusi mengenai kerangka peraturan pelaporan keuangan (regulatory framework for financial reporting), kita mengetahui bahwa syarat pelaporan keuangan pada dasarnya berasal dari undang-undang hukum dan standar akuntansi. Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai perkembangan dari badan pembuat standar internasional

(international standard setting body) dan proses pembentukan standar akuntansi dan audit internasional (process of setting international accounting and auditing standards). Background Perkembangan awal standar akuntansi dimulai ketika dibentuknya International Accounting Standards Committee (IASC) di London pada tahun 1973. Komite ini berisikan perwakilan dari badan akuntansi profesional dari sembilan negara, yaitu Australia, Kanada, Prancis, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris-Irlandia, Amerika Serikat, dan Jerman Barat. Tujuan komite ini adalah untuk mengembangkan standar akuntansi sektor swasta yang cocok untuk digunkan di negara-negara seluruh dunia. Sebelum tahun 2005, International Accounting Standards (IAS) berpengaruh di banyak negara. Papua New Guinea dan Indonesia mengadopsi IAS karena negaranegara tersebut belum memiliki struktur pembuat standar nasional. IAS juga digunakan oleh Singapur dan Hongkong dalam pengembangan standar akuntasi nasional mereka. Selain itu, ternyata IAS juga telah digunakan sejak awal tahun 1990 oleh Switzerland dan Jerman. Perusahaan-perusahaan negara tersebut menggunakan IAS untuk menyediakan informasi tambahan kepada paserta pasar modal dalam bentuk yang lebih transparan dan dapat dibandingkan (comparable). Karena IASC dibentuk oleh negara-negara yang memiliki praktik akuntansi dan pendekatan standar akuntansi yang berbeda, maka pada awalnya IAS sering memperbolehkan pilihan kebijakan akuntansi untuk memasukkan preferensi dari berbagai negara anggota. Oleh karen itu, selama akhir tahun 1980, IASC mulai mengerjakan Improvement Project, yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas IAS dan menghilangkan banyak perlakukan opsional (optional treatments). Pada tahun 2001, IASC direstrukturisasi karena dianggap tidak independen, sehingga dibentuk International Accounting Standards Board (IASB). IASB ini merupakan badan pembuat standar yang independen dan strukturnya berdasarkan Financial Accounting Standards Board (FASB). IASB ini beranggotakan empat belas orang

dengan jam kerja penuh (full time members), yang ahli dan berpengalaman dalam akuntansi profesional dan pembuatan standar. IASB memiliki kewajiban untuk terus memperbaharui IAS yang sudah ada dan membuat International Financial Reporting Standards (IFRS). Aktivitas yang dilakukan oleh IASB menjadi semakin penting dan terus meningkat, terutama dimulai sejak tahun 2002. Pada tahun tersebut, European Commission (EC) memutuskan untuk mengadopsi standar IASB pada tahun 2005. Oleh karena itu, EC mengumumkan kepada seluruh perusahaan publik di negara-negara anggota European Union (EU) untuk bersiap-siap menggunakan standar IASB. Hal ini menjadi sebuah perubahan fundamental dalam langkah mempromosikan pembuatan informasi keuangan yang lebih transparan dan dapat dibandingkan. Tujuan keputusan ini adalah menciptakan sebuah pasar modal terpadu di Eropa. Tentunya penerapan standar IASB ini tidak bisa secara instan, tetapi membutuhkan proses. Oleh karena itu, dalam menghadapi keputusan penerapan standar IASB ini, IASB dan negara-negara anggota EU melakukan berbagai aktivitas persiapan seperti :1. IASB diminta untuk membuat standar yang stabil dan selesai pada tanggal 1

Maret 2004. Standar ini kemudian ditinjau ulang oleh Accounting Regulatory Committee (ARC) dari EC dan komite ini akan merekomendasikan standar tersebut kepada EC. 2. Setiap negara anggota EU harus menyiapkan diri untuk mengadopsi standar internasional dengan mempertimbangkan bagaimana IFRS akan diintegrasikan dengan standar pelaporan keuangan nasional masing-masing Negara. 3. Profesi akuntansi (baik auditor internal maupun eksternal) harus bersiap menghadapi adopsi dan penggunaan IFRS. Oleh karena itu, dilakukanlah pelatihan-pelatihan untuk mempelajari standar internasional tersebut. Perusahaan juga harus mempersiapkan para karyawannya untuk mengerti standar internasional tersebut dan perusahaan juga harus menyampaikan

informasi kepada para investor mengenai dampak dari adopsi IFRS kepada laporan keuangan mereka. The IASB & FASB Convergence Program Pada tahun 2002, dibentuk program konvergensi IASB/FASB yang dinamakan dinamakan Norwalk Agreement. Program konvergensi tersebut mengharuskan FASB dan IASB untuk mengidentifikasi perbedaan antara masing-masing standar, untuk meninjau solusi yang tersedia dan untuk mengadopsi perlakuan yang lebih baik. Dalam praktiknya, proses konvergensi ini sangat rumit. Beberapa perbedaan muncul karena perbedaan dasar antara kedua standar. US GAAP dikenal sebagai standar yang berdasarkan aturan (rule-based standards), sedangkan IAS merupakan standar yang berdasarkan prinsip (principle-based standards). Di Indonesia, konvergensi antara PSAK dan IAS/IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi konvergensi IFRS 2012 yang dilakukan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesai (DSAK IAI) adalah gradual (bertahap) dengan melakukan evaluasi terhadap dampak (impact) dan melakukan peningkatan dalam penerapan konvergensi (improve). Gambar Strategi Konvergensi IFRS 2012 (sumber : http://www.iaiglobal.or.id)

Berikut ini adalah IAS/IFRS yang telah ke dalam PSAK per Desember 2011 : (sumber :http://www.iaiglobal.or.id)

Accounting Standards for Public Sector Telah dinyatakan sebelumnya bahwa IASB menetapkan standar untuk sektor swasta. Standar yang berbeda-beda mungkin saja diterapkan di sektor pemerintahan karena organisasi pemerintahan memiliki tujuan dan pemangku kepentingan yang berbeda dibandingkan dengan perusahaan swasta. Di Indonesia, sektor pemerintahan menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan. Namun, penerapannya masih sangat lemah. Mengutip perkataan Bapak Deddi Nordiawan, dosen Akuntansi Pemerintahan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, sektor pemerintahaan masih belum menganggap akuntansi sebagai alat pengambilan keputusan pemerintahaan. Hal ini terbukti dengan tidak dipermasalahkannya laporan keuangan pemda-pemda di Indonesia, yang diberikan opini tidak wajar terkait karena tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. International Auditing Standards Pada awal sejarahnya, audit merupakan self-regulated, artinya tidak ada standar internasional yang baku untuk digunakan. Pada abad ke -19, Companies Act terjadi di Inggris dan mengharuskan audit dilakukan. Di Amerika Serikat, American Institute of Accountants menetapkan standar audit untuk pertama kalinya pada tahun 1939.

Sejak terjadinya kasus Enron dan Worldcom, dibuatlah sebuah aturan yang disebut Sarbanes-Oxley Act (2002). Sejak saat itu, peninjauan kepada kantor audit di Amerika Serikat dilakukan oleh badan pemerintah yang disebut Public Company Accounting and Oversight Board (PCAOB). PCAOB juga bertanggung jawab dalam menetapkan standar audit untuk perusahaan publik. International Standards on Audit (ISA) dikembangkan oleh International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB). IAASB beroperasi dibawah International Federation of Accountant (IFAC). IFAC kemudian membentuk Public Interest Oversight Board (PIOB) pada tahun 2005 dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan pada standar yang diterbitkan oleh IAASB dan IFAC.

DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. Accounting Theory, 7th Ed. John Wiley & Sons, Inc. 2010 Schroeder, Clark, and Cathey. Financial Accounting Theory and Analysis, 9th Edition. John Wiley & Sons, Inc. 2009http://www.iaiglobal.or.id