Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi...

24
BAB I PENDAHULUAN Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah; terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi berkisar 6-15%. 1 Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi disebut sebagai silent killer. 1 Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam keadaan gawat darurat. 1

Transcript of Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi...

Page 1: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan

masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah;

terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi,

Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia,

prevalensi hipertensi berkisar 6-15%.1

Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya

hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau

dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini

sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi

akan merusak jantung), ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga,

hipertensi disebut sebagai silent killer.1

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam

keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut

menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi

krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa

penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis

hipertensi menjadi kurang dari 1 %.2

1

Page 2: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Definisi

Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah

mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan

organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera,

dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat

kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit

atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk

dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan

referensi di Indonesia memakan patokan >220/140.

2.2. Etiologi

Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi

kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan

organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ target pada

hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi

ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem

kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut,

edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut,

retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik mikroangiopatik.

Faktor Resiko Krisis Hipertensi

Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat. Kehamilan Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal. Pengguna NAPZA Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala,

penyakit vaskular/ kolagen)

2

Page 3: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

2.3. Klasifikasi Hipertensi

Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah DiastolikNormal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg

Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Stadium 1(Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2(Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Stadium 3(Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg

Stadium 4(Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam

keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut

menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi

krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa

penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis

hipertensi menjadi kurang dari 1 %.

2.4. Patofisiologi

Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder,

dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik

meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat

menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima

arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada

retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan

udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan

merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.

3

Page 4: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun

penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160

mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu

lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik

yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat

mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible.

Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan

kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis

hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita

feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang

menetap atau berkala.

Gambar 1. Skema Patofisiologi Hipertensi Emergensi

Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami

perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan

pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan

hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg,

sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan

4

Page 5: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

mempercepat timbulnya oedema otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa

terjadi melalui beberapa cara:

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih

banyak cairan pada setiap detiknya.

Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak

dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang

sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi

pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena

arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat

terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu

mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan

darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu

membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh

meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas

memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar

dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.

2.5. Manifestasi Klinis

5

Page 6: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang

terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi

aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan

lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping

sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya. Gambaran

klinik hipertensi darurat dapat dilihat pada table 2.

Tabel 2. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat 5

Tekanan

darah

Funduskopi Status neurologi Jantung Ginjal Gastrointestinal

> 220/140

mmHg

Perdarahan,

eksudat,

edema papilla

Sakit kepala,

kacau, gangguan

kesadaran,

kejang.

Denyut jelas,

membesar,

dekompensasi,

oliguria

Uremia,

proteinuria

Mual, muntah

Table 3. Hipertensi Emergensi (darurat)

6

Page 7: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hany dari

tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan TD,

bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir kenaikan

TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai contoh : pada penderita

hipertensi kronis, jarang terjadi hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan

kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya

pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan penghentian

obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga pada eklampsi,

hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160/110 mmHg.

2.6. Diagnosis

Diagnosis hipertensi emergensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil

terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil

pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah

dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.

2.6.1 Anamnesis 2

Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting

ditanyakan :

a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.

b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.

c. Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.

d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).

e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )

f. Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru,

nyeri dada ).

g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.

h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.

7

Page 8: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

2.6.2 Pemeriksaan fisik 2,4

Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan,

mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung

kongestif, diseksi aorta ). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk

mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.

Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi

ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain

seperti penyakit jantung koroner.

2.6.3 Pemeriksaan penunjang 2,4

Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah

dan

elektrolit.

Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thorak

Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,

ekokardiogram, ultrasonogram.

2.7. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan

darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis

penderita. Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan

pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari

keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru.

Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja

cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah

dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak

tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.

8

Page 9: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak

terburu-buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan

iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu

1 menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam.

Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN

INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan

dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil

merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan

meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug,

Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.

Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5

Parameter Hipertensi Mendesak Hipertensi Darurat

Biasa Mendesak

Tekanan darah

(mmHg)

> 180/110 > 180/110 > 220/140

Gejala Sakit kepala,

kecemasan; sering

kali tanpa gejala

Sakit kepala hebat, sesak

napas

Sesak napas, nyeri dada,

nokturia, dysarthria, kelemahan,

kesadaran menurun

Pemeriksaan Tidak ada kerusakan

organ target, tidak

ada penyakit

kardiovaskular

Kerusakan organ target;

muncul klinis penyakit

kardiovaskuler, stabil

Ensefalopati, edema paru,

insufisiensi ginjal, iskemia

jantung

Terapi Awasi 1-3 jam;

memulai/teruskan

obat oral, naikkan

dosis

Awasi 3-6 jam; obat oral

berjangka kerja pendek

Pasang jalur IV, periksa

laboratorium standar, terapi obat

IV

Rencana Periksa ulang dalam

3 hari

Periksa ulang dalam 24

jam

Rawat ruangan/ICU

9

Page 10: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak

(urgency) dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5: Obat hipertensi oral 3,5

Obat Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khusus

Captopril 12,5 - 25 mg PO; ulangi per 30 min ; SL, 25 mg

15-30 min/6-8 jam ; SL 10-20 min/2-6 jam

Hipotensi, gagal ginjal, stenosis arteri renalis

Clonidine PO 75 - 150 ug, ulangi per jam

30-60 min/8-16 jam Hipotensi, mengantuk, mulut kering

Propanolol

10 - 40 mg PO; ulangi setiap 30 min

15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi, blok jantung, hipotensi ortostatik

Nifedipine

5 - 10 mg PO; ulangi setiap 15 menit

5 -15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi, gangguan koroner

SL, Sublingual. PO, PeroralSedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk

pemakaian parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat

pada tabel 6.

Tabel 6: Obat hipertensi parenteral 3,5

Obat Dosis Efek / Lama

Kerja

Perhatian khusus

Sodium

nitroprusside

0,25-10 mg / kg /

menit sebagai

infus IV

langsung/2-3

menit setelah

infus

Mual, muntah, penggunaan jangka

panjang dapat menyebabkan keracunan

tiosianat, methemoglobinemia,

asidosis, keracunan sianida.

Selang infus lapis perak

Nitrogliserin 500-100 mg

sebagai infus IV

2-5 min /5-10

min

Sakit kepala, takikardia, muntah, ,

methemoglobinemia; membutuhkan

sistem pengiriman khusus karena obat

mengikat pipa PVC

Nicardipine 5-15 mg / jam

sebagai infus IV

1-5 min/15-30

min

Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,

peningkatan tekanan intrakranial;

hipotensi

Klonidin 150 ug, 6 amp

per 250 cc

Glukosa 5%

30-60 min/ 24

jam

Ensepalopati dengan gangguan koroner

10

Page 11: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

mikrodrip

Diltiazem

5-15 ug/kg/menit

sebagi infus IV

1-5 min/ 15-

30 min

Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,

peningkatan tekanan intrakranial;

hipotensi

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi

emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat

sehingga tidak memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan

komplikasi dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi 2,5

Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah

Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera

mungkin

AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside,

nicardipine

Sekunder untuk bantuan

iskemia

Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin,

labetalol

10% -15% dalam 1-2 jam

Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside,

labetalol

20% -25% dalam 2-3 jam

Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam

Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam

Subarachnoid

hemorrhage

Nitroprusside, nimodipine,

nicardipine

20% -25% dalam 2-3 jam

Stroke Iskemik nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam

AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.

11

Page 12: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi

Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi

tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi

emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat

diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi

intravena ( IV ).

1. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun

venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 – 2 dosis 1 – 6

ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.

2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan

dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit,

duration of action 3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek

samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.

3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V

bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of action

4 – 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap

5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock, mual,

muntah, distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.

4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1 jam,

i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus : 10

– 40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta

Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume

12

Page 13: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

intravaskular. Efeksamping : refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan

cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.

5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15 –

60 menit. Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.

6. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama

untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 – 20 mg secar i.v

bolus atau i.m. Onset of action 11 – 2 menit, duration of action 3 – 10 menit.

7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi

sistem simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v. Onset

of action : 1 – 5 menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi,

ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.

8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 – 80 mg

secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5 –

10 menit Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala,

bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam,

duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan

komplikasi lebih sering dijumpai.

9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf

simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 – 60

menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + )

demam, gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset of

actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai

untuk terapi awal.

13

Page 14: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-

pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan

titrasi dosis. Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau

beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit

pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus

obat.

Pengobatan khusus krisis hipertensi

1. Ensefalopati Hipertensi

Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari

hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia. Biasanya

tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah,

bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan penglihatan, babinsky positif,

reflek asimetris, dan parese terbatas) melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang

dan akhirnya meninggal. Obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide

dan Trimetapan.

2. Gagal Jantung Kiri Akut

Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat

dari bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik bila

tensi telah terkontrol.

Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV

akan mempercepat perbaikan

3. Feokromositoma

Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan

berakibat kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri kepala,

14

Page 15: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

palpitasi, keringat banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.

4. Deseksi Aorta Anerisma Akut

Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang

meluas. Bila terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya

adalah nyeri dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota bawah.

Auskultasi : didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan perbedaan

tekanan darah pada kedua lengan. Pengobatan dengan pembedahan, dimana

sebelumnya tekanan darah diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan :

Trimetapan atau Sodium Nitroprusid.

5. Toksemia Gravidarum Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan

kebingungan. Obat pilihan : Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.

6. Perdarahan Intrakranial

Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati,

karena penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah

disekitar tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan. Penurunan

tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik dipertahankan sekitar 110-

120 mmHg Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.

15

Page 16: Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5 · Web viewPemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

1. Christy Hopkins, MD, MPH, Hypertensive Emergencies, Available at : www.

Emedicine.com/ diakses 30 Mei 2011.

2. ABDUL MAJID, KRISIS HIPERTENSI ASPEK KLINIS DAN

PENGOBATAN, Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara

3. Calhoun D.A, Oparil . S ; 1990 : Treatmenet of Hypertensive Crisis, New Engl J

Med, 323 : 1177-83.

4. Gifford R.W, 1991 : Mamagement of Hypertensivi Crisis, JAMA SEA,266; 39-45.

5. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Edition, page 1463 – 1480.

6. Chirag K. Vaidya, MD Jason R. Ouellette, M, Hypertensive Urgency and

Emergency, Hospital Physician March 2007

7. Andrew R. Haas and Paul E. Marik, Current Diagnosis and Management of

Hypertensive Emergency, Division of Critical Care, Pulmonary, Allergy and

Immunologic Disease, Jefferson Medical College of Thomas Jefferson University,

Philadelphia, Pennsylvania, Seminars in Dialysis—Vol 19, No 6 (November–

December) 2006 pp. 502–512

8. Carl J Vaughan, Norman Delanty, Hypertensive emergencies, THE LANCET • Vol

356 • July 29, 2000

16