Surveilans

download Surveilans

of 14

description

Pengertian, manajemen dan komponen surveilans

Transcript of Surveilans

TUGAS TERSTRUKTUR EPIDEMIOLOGISURVEILANS

Oleh :PALUPI SURYA KG1B010071FEN ANGGRAYEDIL1A006131TRI FITHRIYYATIG1B011011RATNA JUWITAG1B011015IRFAN FEBIARYG10B011026

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATANJURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

2012

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita bangsa jika diselenggarakan oleh manusia yang cerdas dan sehat. Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasonal. Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda. Penyakit infeksi dan menular masih memerlukan perhatian besar, sementara itu terjadi peningkatan penyakit tidak menular. Kemajuan transportasi dan komunikasi, membuat penyakit dapat berpindah dari satu daerah atau Negara ke Negara lain dalam waktu relative singkat serta tidak mengenal batas wilayah administrasi. Selanjutnya berbagai penyakit baru ditemukan, serta kecendurungan meningkatnya kembali beberapa penyakit yang selama ini sudah berhasil dikendalikan.Dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, masalah penyakit di Indonesia akan didominasi oleh penyakit endemis seperti DBD, kusta, rabies, diare yang sewaktu-waktu dapat menibulkan terjadinya Kejadian Luar biasa ( KLB) yang mengakibatkan banyak kematian.Seusai dengan Keputusan Direktur Jenderal pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukian No : 4-51/PD.03.041.F/1991 maka untuk kewaspadaan Keadaan Luar biasa (KLB) perlu adanya penyilidikan epidemiologi. Kebutuhan informasi tentang penyelidikan penyakit ini diperoleh melaui kegiatan surveilans epidemiologi yang digunakan untuk Sistem Kewaspadaan Keadaan Luar Biasa (KLB). Kegiatan tersebut secara teknis oleh Seksi Pengamatan Penyakit.Informasi hasil surveilans ini harus dapat menunjukkan sebaran penyakit menurut orang yang terkena penyakit, tempat penyebaran penyakit serta waktu (periodisasi) kejadian penyakit, serta menunjukkan peringatan (warning) terjadinya KLB suatu penyakit sesuai dengan indikator kriteria kerja KLB yang telah ditetapkan oleh depatemen kesehatan tentang pedoman penanggulangan penyakit dan kejadian luar biasa.Sistem surveilans di Indonesia masih belum berjalan dengan baik, sehingga diperlukan banyak perbaikan agar tercapainya sistem surveilans yang efektif. Permasalahannya tidak hanya mengenai system surveilans melainkan juga terjadi pada pelaksanaanya.

B. Tujuan1. Mengetahui sejarah surveilans2. Mengetahui definisi surveilans3. Mengetahui tujuan surveilans4. Mengetahui ruang lingkup surveilans 5. Mengetahui jenis-jenis surveilans6. Mngetahui pendekatan surveilans7. Mengetahui manajemen surveilans8. Mengetahui komponen surveilans9. Mengetahui sifat umum surveilans

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Sejarah SurveilansLebih dari 6 (enam) abad lalu, konsep keilmuan surveilans mortalitas dan morbiditas mulai muncul di Eropa. Sejak jaman Renaissance tersebut, konsepnya kemudian meluas ke benua Amerika bersama-sama dengan berbondong-bondongnya mereka memasuki benua tersebut. Perkembangan surveilans semula hanya berkaitan dengan penyakit yang mengancam jiwa manusia sehingga kematian karena penyakit tertentu yang menjadi perhatian saat itu. Berikut adalah sejarah perkembangan surveians: 1. Abad XIV dan XV Tahun 1348an di Eropa terjadi Epidemi Pneumonia karena pes yang dikenal dengan Black Death karena itu dilakukan deteksi penyakit. Dianggap sebagai kegiatan surveilans secara primitif yang dilakukan untuk pertama kalinya. 2. Abad XVI Dilakukan pencatatan kematian di kotakota besar Eropa. Tetapi manfaat pencatatan secara ilmiah, tampak beberapa abad kemudian, diperkenalkan oleh John Graunt.3. Abad XVII Pencatatan kematian yang biasanya secara sporadis dan hanya bila ada wabah pes, ditertibkan. Laporan mingguan secara ilmiah disusun oleh John Graunt (1662), memuat informasi tentang jumlah penduduk London yang meninggal karena sebab tertentu. John Graunt adalah orang yang pertama kali mempelajari konsep jumlah dan pola penyakit secara epidemiologi. 4. Abad XVIII Tahun 1741, Negara bagian Rhode Island menetapkan bahwa pegawai restoran wajib melaporkan penyakit menular yang diderita rekannya. Dua tahun kemudian disetujui mengenai keharusan wajib lapor bagi penderita cacar, demam kuning dan kolera. Tahun 1776, Johan Peter Frank melakukan surveilans dengan data polis kesehatan di Jerman. 5. Abad XIX William Farr (Penemu konsep Surveilans moderen) dalam tugasnya mengumpulkan, mengolah, menganalisa, menginterpretasikan statistik vital dan menyebarluaskan hasilnya dalam bentuk laporan (mingguan, bulanan, tahunan). Menggunakan data sensus dan kematian untuk memantau kecenderungan kejadian penyakit. 6. Abad XX Mulai dikenal pemakaian konsep surveilans untuk pendeteksian epidemi dan pencegahan penyakit infeksi. Jenis-jenis penyakit yang harus dilaporkan juga bertambah banyak termasuk HIV/AIDS. Tahun 1965 didirikan unit surveilans epidemiologi pada divisi penyakit menular di WHO, Geneva.Pertama kali surveilans digunakan untuk memantau individu yang kontak dengan penderita penyakit menular yang berbahaya seperti pes, cacar, tifus dan sifilis untuk mendeteksi gejala awal, sehingga isolasi dapat degera dilakukan (Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular).Selanjutnya berkembang sehingga kemudian dikenal kegiatan pengamatan yang lain :a. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menularb. Surveilans Epidemiologi Kes. Lingkungan & Perilakuc. Surveilans EpidemiologiMasalah Kesehatand. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra

B. Definisi Surveilans Surveilans adalah proses pengamatan secara teratur dan terus-menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan serta penanggulangan. Menurut WHO, surveilans adalah pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan terus-menerus, serta diseminasi informasi tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat. Surveilans merupakan jenis studi epidemiologi observasional, ditandai dengan kegiatan monitoring terus-menerus kejadian penyakit dalam suatu populasi. Tujuan klasik surveilans adalah mengamati kecenderungan peningkatan dan penurunan insidensi penyakit, mendeteksi, daan memprediksi epidemi pada populasi tertentu.Center for Disease Control (CDC) mendefinisikan surveilans ialah pengumpulan, analisis, dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus-menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan diseminasi data secara tepatwaktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahuinya.Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans dilakukan secara terus menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan dilakukan intermiten atau episodik. Dengan mengamati secara terus-menerus dan sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan penyakit dan faktor yang mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat.

C. Ruang Lingkup Penyelenggaraan SurveilansMasalah kesehatan dapat disebabkan oleh beberapa sebab, oleh karena itu secara operasional diperlukan tatalaksana secara integratif dengan ruang lingkup permasalahan sebagai berikut: a. Surveilans Epidemiologi penyakit Menular Merupakan analisis terus menerus dan sistematika terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk upaya pemberantasan penyakit menular. b. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular. c. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan. d. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu. e. Surveilans Epidemiologi Kesehatan MatraMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.D. Tujuan SurveilansTujuan utama surveilans epidemiologi adalah untuk memperoleh gambaran kejadian morbiditas dan mortalitas serta kejadian peristiwa vital secara teratur sehingga dapat digunakan dalam berbagai kepentingan perencanaan dan tindakkan yang berkaitan dengan kesehatan dalam masyarakat. Secara lebih rinci tujuan tersebut dapat meliputi hal berikut,1. Identifikasi, investigasi, dan penanggulangan situasi luar biasa atau wabah yang terjadi dalam masyarakat sedini mungkin.2. Identifikasi kelompok penduduk tertentu dengan resiko tinggi.3. Untuk penentuan penyakit dengan prioritas penanggulangannya.4. Untuk bahan evaluasi antara input pada berbagai program kesehatan dengan hasil luarannya berupa insiden dan prevalensi penyakit dalam masyarakat.5. Untuk memonitoring kecenderungan perkembangan situasi kesehatan maupun penyakit dalam masyarakat.

E. Jenis penyelenggaraan Surveilans

1. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan : Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan dan atau faktor resiko kesehatan. Surveilans epidemiologi Khusus, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan , faktor resiko atau situasi khusus kesehatan Surveilans sentinel, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas. Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi pada periode tertentu serta populasi atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau fakto resiko kesehatan.2. Penyelenggaraan Berdasarkan Aktifitas Pengumpulan Data Surveilans aktif adalah penyelenggaraan Surveilans epidemilogi dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya. Surveilans Pasif, adalah Penyelenggaraan Surveilans epidemiologi dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.3. Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan Pola Kedaruratan, adalah kegiatan Surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana Pola Selain Kedaruratan, adalah kegiatan Surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau wabah dan atau bencana,4. Penyelenggaraan berdasarkan Kualitas Pemeriksaan Bukti klinis atau tanpa perlatan pemeriksaan, adalah kegiatan Surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan. Bukti labortorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemerksaan laboratorium atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.

F. Pendekatan Surveilans

a) Pendekatan Surveilans Individu Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis.Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperke- nankan terus bekerja.Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pos- pos lainnya tetap bekerja.Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007). b) Pendekatan Surveilans Penyakit Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria.Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpe- lihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya.Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masing- masing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.c) Pendekatan Surveilans Terpadu Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersa- ma. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakit- penyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006).Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: (1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services); (2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk; (3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; (4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatih- an dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya); (5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).G. Manajemen SurveilansSistem Surveilans mencakup dua komponen kegiatan manajemen (Mcnable et al, 2002; WHO, 2001)1. Kegiatan Inti (Core acitivities): Surveilans Kesehatan Masyarakat (Public Health Surveilance), mencakup : deteksi, pencatatan, pelaporan data, analisis data konfirmasi epidemiologis mapupun laboratoris, umpan balik (feedback). Tindakan Kesehatan Masyarakat ( Public Health Action), mecakup : respons segera (epydemic type response); dan respons terencana (management type response).2. Kegiatan Pendukung (Support activities) Pelatihan, supervisi, penyediaan sumber daya manusia dan laboratorium, manajemen sumber daya, dan komunikasi.d) Kegiatan Epidemiologi surveilansUntuk mencapai masing-masing tujuan tersebut diatas maka dapat dikembangkan berbagai bentuk kegiatan epidemiologi surveilans. Bentuk kegiatan tersebut dapat bersifat rutin maupun khusus. Bentuk kegiatan bersifat rutin meliputi berbagai kegiatan berikut ini.1. Laporan rutin kasus penyakit terrtentu, baik penyakit menular, atau berbagai kejadian yang berhubungan dengan kesehatan secara umum. Laporan ini dilakukan secara berkala dalam bentuk laporan mingguan, bulanan, dan laporan tahunan. Hassil analisis dari laporan tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan bidang kesehatan, baik untuk penyusunan program maupun evaluasi program serta analisis status kesehatan masyarakat.2. Pencatatan dan pelaporan khusus kejadian tertentu dalam masyarakat biasanya terbatas pada berbagai kejadian yang mungkin mempunyai dampak yang berrat atau yang mempunyai dampak yang berat atau yang mempunyai potensi mewabah.3. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan jenis penyakit yang wajib dilaporkan termasuk berbagai penyakit menular tertentu atau penyakit karantina serta berbagai penyakit yang dianggap mempunyai potensi mewabah atau penyakit yang jarang dijumpai dalam masyarakat. Jenis penyakit yang wajib dilaporkan ini, biasanya tidak sama untuk setiap negara.4. Surveilans ekologi dan lingkungan yakni surveilans yang khusus dilakukan terhadap berbagai vektor penyakit menular, pengamatan terhadap pencemaran lingkungan, tanah, air dan udara serta pengamatan terhadap beradanya bahan berbahaya lain dalam lingkungan yang dapat berupa: vektor penyakitr tertentu, pengotoran lingkungan dan lain-lain.5. Pengamatan dan pengawasan pemakaian zat terrtentu seperti insektisida, vaksit, obat-obat yang bersifat keras, dan zat lainnya yang dianggap berbahaya.6. Pencatatan dan pelaporan peristiwa vital yang meliputi kelahiran, perkawinan, perrceraian, dan kematian.Pada umumnya pelaksanaan surveilans yang bersifat rutin ini dilakukan secara terprogram melalui pusat-pusat pelayanan kesehatan pada tingkat tertentu. Selain itu dikenal pula pelaksanaan epidemiologi surveilans yang bersifat kegiatan khusus dan dilakukan pada batas waktu tertentu atau secara periodik dengan selang waktu tertentu.1. Pelaksanaan survei berkala untuk berbagai hal tertentu seperti status kesehatan masyarakat melalui survei kesehatan rumah tangga, berbagai jenis survei epidemiologis penyakit tertentu (misalnya HIV) dalam masyarakat.2. Pengamatan khusus terhadap kejadian luar biasa atau wabah serta penelitian aktif penyakit tertentu.3. Pengamatan khusus oleh dokter praktik swasta, pengamatan di klinik-klinik swasta dan lain-lain (misalnya penyakit menular seksual).H. Komponen SurveilansEpidemiologi surveilans dalam pelaksanaan kegiatannya, secara teratur dan terencana melakukan berbagai komponen utama surveilans.1. Pengumpulan atau pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya. Data yang dikumpulkan meliputi data epidemiologi yang jelas, tepat, dapat dipercaya dengan validitas dan reliabilitas yang tinggi dan ada hubungannya dengan penyakit yang mengalami surveilans. Jenis dan bentuk data yang dikumpulkan disesuaikan dengan tujuan surveilans.2. Pengelolaan data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti. Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk mentah (row data) yang perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan. Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat.4. Penyebarluasan data atau keterangan termassuk umpan balik. Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki nilai keterangan yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluasskan kepada semuua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Penyebarluasan data atau informasi dilakukan dalam tiga arah yang meliputi:a. Ditujukan ketingkat administrasi yang lebih tinggi sebagai informasi untuk dapat menentukan kebijakan selanjutnya.b. Dikirim pada instansi pelapor atau ke tingkat administrasi yang lebih rendah yang berfungsi sebagai pengumpul dan pelapor data dalam bentuk umpan balik.c. Disebarluaskan kepada instansi terkait dan kepada masyarakat luas.5. Hasil evaluasi data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi atau penilaian hasil kegiatan.

I. Sifat Utama Sistem Surveilans

Sederhana (simplicity).Kesederhanaan surveilans menyangkut struktur dan pengorganisasian sistem. Kesederhanaan sistem surveilans dinilai baik dari sudut pandang struktur, termasuk aliran informasi dan kesederhanaan pelaksanaan. Salah satu cara termudah untuk menilai kesederhanaan sistem surveilans adalah denganmelihat bagan alirnya. Besar dan jenis informasi yang diperlukan untuk menunjang diagnosis, sumber pelapor, cara pengiriman data, organisasi yang menerim apelaporan, pengolahan dan analisa data perlu dirancang agar tidak membutuhkan sumberdaya yang terlalu besar dan prosudur yang terlalu rumit. Kelenturan (flexibility)Sistem surveilans disebut lentur jika mempunyai fleksibilitas pada perubahan-perubahan. Sistem surveilans yang lentur dapat mengadaptasi perubahan perubahan dalam kebutuhan informasi atau kondisi operasional tanpa memerlukan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dapatditerima (acceptability).Penerimaan terhadap sistem surveilans tercermin dari tingkat partisipasi individu, organisasi dan lembaga kesehatan. Interaksi sistem dengan mereka yang terlibat, termasuk pasien atau kasus, yang terdeteksi dan petugas yang melakukan diagnosis dan pelaporan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sistem tersebut. Beberapa indikator penerimaan terhadap sistem surveilans adalah jumlah proporsi para pelapor, kelengkapan pengisian formulir pelaporan, dan ketepatan waktu pelaporan. Tingkat partisipasi dalam sistem surveilans dipengaruhi oleh pentingnya kejadian kesehatan yang dipantau, pengakuan atas kontribusi mereka yang terlibat dalam sistem, tanggapan sistem terhadap saran atau komentar, beban sumber daya yang tersedia, adanya peraturan dan perundangan yang dijalankan dengan tepat. Kepekaan (sensitivity).Sensitivitas sistem surveilans suatu sistem surveilans dapat dinilai dari kemampuan mendeteksi kejadian kasus-kasus penyakit atau kondisi kesehatan yang dipantau dan kemampuan mengidentifikasi kejadian luarbiasa (KLB) atau wabah. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah: proporsi penderita, yang berobat kepelayanan kesehatan, kemampuan mendiagnose secara benar dan kemungkinan kasus yang terdiagnose akan dilaporkan. Suatu sistem surveilans yang kurang sensitive masih bermanfaat untuk memantau adanya trend penyakit asalkan sensitivitas sistem tidak berubah. Kemampuan memberikan nilai duga positif (positif predictive value)Daya prediktif suatu surveilans diukur sebagai proporsi mereka yang diidentifikasi sebagai kasus, yang memang menderita penyakit atau kondisi sasaran surveilans (positif predictive value). Sistem surveilans dengan nilai rendah akan menimbulkan banyak kasus yang sebenarnya merupakan penyakit lain, bukan penyakit sasaran surveilans. Daya prediktif suatu surveilans diukur sebagai proporsi mereka yang diidentifikasi sebagai kasus, yang memang menderita penyakit atau kondisi sasaran surveilans (positive predcktive value). Sistem surveilans dengan nilai prediksi rendah akan menimbulkan banyak kasus yang sebenarnya merupakan penyakit lain, bukanpenyakit sasaran surveilans. Akibatnya terjadi pemborosan khususnya bila kasus-kasus palsu tersebut diselidiki sebagai wabah. Daya prediksi dipengaruhi oleh prevalensi atau insiden penyakit dan sensivitas (Gordis, 1996). Keterwakilan (representativeness).Sistem surveilans yang representative mampu mendeskripsikan secara akurat distribusi kejadian penyakit menurut karakteristik orang, tempat dan waktu. Keterwakilan dinilai dengan membandingkan karakteristik dari peristiwa yang dilaporkan dengan seluruh peristiwa yang sebenarnnya terjadi Kualitas data merupakan karakteristik sistem surveilans yang representatif. Sebagian besar sistem surveilans mengumpulkan banyak data selain dari jumlah kasus, informasi yang dikumpulkanmeliputikarakteristikdemografiindividu yang mengalamiperistiwakesehatan yang diamati, rincianperistiwakesehatan, dan keterpaparan terhadap faktor resiko. Kualitas data (data quality).Kualitas data merupakan bagian penting dari keterwakilan kualitas data menggambarkan kelengkapan dan validitas dari data yang dikumpulkan dalam sistem kesehatan masyarakat, dan untuk melihat data tersebut dapat dilihat berapa jumlah yang tidak melaporkan serta laporan yang tidak diketahui. Kualitas data sistem surveilans berhubungan dengan keterwakilan dan penerimaan serta dipengaruhi oleh pelaksanaan skrining dan tes diagnostic dalam lini penerapan dari definisi kasus yang tepat. Stabilitas data (data stability)Stabilitas data berhubungan dengan keterandalan ( kemampuan untuk mengumpulkan data, mengorganisasi dan menyediakan data tanpa mengalami hambatan ketersediaan, kemampuan untuk kelangsungan beroperasinya sewaktu dibutuhkan dari sistem surveilans. Kekurangan sumber daya dapat mempengaruhi pelaksanaan sistem surveilans. Kurangnya tenaga pelaksanaan mengancam dari keterandalan dan kelangsungan sistem.