SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT

27
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT Materi Kuliah SMT V Dosen Pengamu! Margo Utomo

description

ikm

Transcript of SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT

  • SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKITMateri Kuliah SMT VDosen Pengampu: Margo Utomo

  • SE DIARE:Diare adalah peny yg ditularkan secara langsungPenyebab: kuman, bakteri, virus & parasit.Data2 yg dikumpulkan:MorbiditasMortalitasPem LaboratInvestigasi wabahLaporan investigasi wabahSurvey untuk masyarakatPenyelidikan epidemiologi (PE)Jumlah penduduk & lingkunganPengetahuan program2 lain.

  • Ad 1.Morbiditas:Kegunaannya:Mendapatkan gambaran secara deskriptif dng cara dibandingkan menurut : - waktu: th, bulan, mingguan - tempat: Kel/Desa, Kec., Dati II - orang: jenis kelamin, gol umurb. Melihat endemisitas peny: bila selama 3 th terakhir selalu ada penderita dsbt endemisc. Merencanakan yan kes pengobatand. Merencanakan operasional penanggulangan penye. Memantau program (PWS).Tolok ukur yang dipantau:Kasus /penderita diare: yi - pdrt berak >/= 3X/ 24 jam dengan perubahan konsistensi tinja - menurut waktu: akut < 2 minggu persisten>/= 2 minggu.

  • LanjutanTermasuk diare:kholera,Typhus perutParatyphusDisentri; dimana no 1-4 yg disertai diare.Peny lain + diare 1orang dihitung 2 peny/kasus.b. Tersangka kholera & klinis kholera: - B A B seperti air leri - baunya khas - cepat dehidrasi.c. Diagnosa kholera bila lab (+) vibrio cholerae.

  • Ad 2. Mortalitas:Kegunaannya:Menilai keberhasilan yan kes pengobatan makin kecil kematian makin baikMenentukan prioritas peny yg ditanggulangiSalah satu indikator utk menentukan derajat kes.Ad 3. Pemeriksaan Lab:Kegunaannya: Menentukan kepastian peny.Menentukan tindak lanjut dpt berupa: - penanggulangan makanan - pemberian obat kpd penderita - kepastian sembuh.

  • Ad 4. Investigasi wabah:Kegunaannya:Menget penyebaran penularanMenget kasus tambahanMenget luas daerah yg terjangkitMenetukan tindak lanjut (spt no 3) Prediksi macam wabah yang akan datangAd 5. Lap investigasi wabah:Kegunaannya:Untuk publikasi dan informasiMacam wabah yang akan datang.

  • Ad 6. Survey pd masy:Kegunaannya:Mengetahui kasus baru (insidens)Menget PSP masy thd diareUtk informasi dlm penyuluhan.Ad 7. Penyelidikan Epid(PE):Kegunaannya:Menget penyebaran penularanMenget adanya kasus tambahan @ catatan: 2 X MI kasus baru (-)PE bisa dihentikan.

  • Ad 8. Penduduk & Lingk:Makin banyak penduduk makin mudah penularanMakin buruk lingk makin tinggi morbiditas.Ad 9. Pengetahuan thd program2 lain:Seksi PKLSeksi KIASeksi PKM

  • LAPORAN:Dasar: UU No 4 Th 1984: tentang Wabah peny menularUU No 36 Th 2009 tentang kesehatanUU No 5 Th 1974: Pokok2 Pem DaerahPermenkes RI No 560/MenKes/Per/VIII/1989: tentang jenis peny tertentu yg dapat menimbulkan wabah.Pengumpulan Data: Sumbernya:RS Pem/RS ABRI/ RS SwastaPuskesmasPustuBP/BKIAPosyanduMasyarakat

  • Sarana:Mekanisme pelaporan: lisan/telpun atau tertulis mis PE Tetanus Neonatorum KDH5.Sensus harian peny: lembar laporan ukuran 40X50 cm berisi kolom2 penderita diisi dng melidiNo . Kel.Dati II: ada buku lap harian peny al berisi: - a. No urutb. Nama pdrt/ Ortuc. Umurd. Alamat E. Tgl masuk RSF. Kead pdrt : pulang sembuh atau mati.

  • Macam Pelaporan:Puskesmas:KLB W1 PuMingguan W2 PuBulanan LBDK/LB1; P4D; LB2 (Kematian).4. Laporan Kader LB35. PWS Cakupan pelayanan - Kwalitas tatalaksana pdrt - Target > 95 % - Masalah tatalaksana pdrt (target >/=3%)6. Laporan Tribulanan7. Lap semester8. Laporan tahunan.

  • PWS (Pemantauan wilayah setempat):Cakupan pelayanan: jumlah pdrt diare yg berobat di Puskesmas + kader dibagi jumlah perkiraan pdrt diare(3% Jumlah penduduk) - target = 100%b. Kualitas tatalaksana pdrt: Jumlah pdrt diare yg diberi oralit dibagi jumlah pdrt yg periksa (diare) X 100% - target >95 %c. Masalah tatalaksana pdrt: jumlah pdrt diare diinfus dibagi pdrt diare yg diperiksa X 100%. target >/=3 % * Puskesmas Sentinel: LB1 S

  • Laporan RS:Bulanan: RL 2a=lap rawat inap- peny ttt/kematianRL 2b= rawat jalanRL2c= Peny PD3IKLB= W1 RSLap tahunan: RL 2a: rawat inap RL 2b: rawat jalanLap DKK: KLB: W1 KaMingguan: W2KaBulanan: DLB1: lap kesakitan DLB2: lap kematian DLB3: lap kader Rekap P4D KBU/P KBU/Rd. Lap tribulane. Lap semesterf. Lap Tahunan

  • Alur Laporan:Masy /Toma PustuPuskesmasDKKDari RS DKK dan tembusan ke Puskesmas utk penyakit potensial wabah.

    *Pengolahan Data:Tabulasi: a. waktu: Mg-an, Bulanan, Tahunan b. Tempat: Kel, Kec, Puskesmas c. Orang: jenis kelamin, golongan umur2. Grafik3. Peta.

  • SKD Peny Diare:Kead sebelum peningkatan kasus endemis:Sanitasi lingkunganPerilakuAgentPerubahan musimBencana/banjir2. Setelah ada Peningkatan kasus:Jumlah kasusPenggunaan oralitCakupan imunisasi campak

  • Sumber informasi:Inspeksi sanitasi Pencatatan kaderSP2TP/SP3LabMeteorologiMass media.

  • Surveilans PD3ISurveilans Penyakit Difteri:Difteri adalah peny menular akut pd tonsil, pharynx & hidung kadang2 pd selaput mukosa dan pd kulit. Epidemiologi Difteri:Penyebab Corynebacterium DifteriaeInfeksi tidak invasive , tetapi kuman dpt mengeluarkan toxin yaitu exotoxin yg memp efek patologik. Ada 3 type varians: type mitis, type intermedius & type gravisBakteri, dengan cara bacteriophage lysis dibagi 19 type; type I-III termasuk type mitis; type IV-VI type intermedius; type VII type gravis yg tidak ganasSedangkan yg lain termsuk type gravis yg virulen.

  • LanjutanKuman yg tidak ganas dpt ditemukan pd tenggorokan manusia, pd selaput mukosa yg sifatnya sementara yi luka bakarToxin yg dikeluarkan bekerja imunogen, apalagi jika kuman berada di tempat itu dlm waktu lamaSering infeksi tanpa gejala, maka bisa dimengerti mengapa sebagian besar dr penduduk memberi Shick test negatip yg berarti mereka memp antitoxin antibody yg beredar dlm darah yg bisa mengikat antitoxin DifteriOrang2 yg mengandung kuman tanpa gejala peny merupakan carrier DifteriMenurut Christie di Rumania pd masa non epidemi ditemukan carrier rate 0,5 1,2% dr penduduk dan kumannya type mitis, sedangkan pd masa epidemi carrier rate meningkat jadi 25-40 % dan kumannya type gravis.

  • LanjutanStrain yg mulanya non toxigenic menjadi toxigenic, jika strain tsb terinfeksi oleh virus yg specifik atau bacteriphage, kuman tsb mengeluarkan toxin dlm jumlah besar menyebabkan sakit & kematian pd anak yg tidak divaksinasi.Penyakit ini sebagian besar pd anak umur 1-5 tahunSebelum umur 1 th anak mendapat perlindungan pasif dr antibodi ibunyaMulai umur 1 th antibodi ibunya habis, maka Difteri mulai muncul.

  • LanjutanSesudah umur 5 th, age specific attack rate makin menjadi kecilSumber peny: manusia (penderita dan carrier)Masa tunas: 2-5 hariGejala klinis: Panas >38 C; ada pseudomembrane putih keabu-abuan, tak mudah lepas & mudah berdarah; letak pseudomembrane bisa di pharynx, larynx atau tonsil; sakit waktu menelan; Leher membengkak spt leher sapi (bullneck) karena pembengkakan kelenjar leher.Sesak nafas disertai stridorTidak semua gejala tampak, maka setiap anak panas yg sakit menelan harus diperiksa pharynx & tonsilnya apakah ada pseudomembrane.Bila tampak pd tonsil dan sekitarnya terdapat membrane putih keabu-abuan sebaiknya diambil sediaan (specimen) swab tenggorokan pem lab.

  • Kerentanan & Ketahanan manusia:Masa penularan difteri: - dari penderita, 2-4 minggu - dari carrier bisa sampai 6 bulan. Setiap orang dpt terinfeksi Difteri, tetapi kerentanan thd infeksi tgt dari pernah tidaknya ia terinfeksi Difteri & kekebalan tubuhnya.. Bayi yg dilahirkan oleh ibuyg kebal, akan mendapat kekebalan pasif, tetapi tak akan lebih dari 6 bulan & pd umur 1 th kekebalan sudah habis. Seseorang yg sembuh dr peny Difteri tidak selalu mempunyai kekebalan abadi. Paling baik ialah kekebalan yg didapat secara aktif dng imunisasi.

  • Pelaksanaan Surveilans Difteri:Difteri= peny menular yg dpt dicegah dng imunisasi & potensial terjadi KLB.Dampak imunisasi hrs dpt dipantau terus menerus, walaupun insidensdifteri perlu terus dikembangkan dan laporan nihil, serta umpan balik diintensifkan serta memulai membuat daftar list kasus Difteri di masing2 wilayah kerja.Setiap letusan KLB harus segera dilakukan penyelidikan epid (PE) thd kontak terdekat dng kasus dng pengambilan & pem specimen.

  • Definisi Kasus:Kriteria klinis: panas danada selaput putih kelabu pada selaput tenggorokan (Pseudomembrane) disertai sakit menelan, leher membengkak dan sesak nafas disertai bunyi (stridor).Klasifikasi kasus Difteri dlm SE:Kasus Probable: klinis Difteri yg dpt disertai laryngitis atau phryngitis atau tonsilitis.Kasus konfirmasi lab: kasus probable yang disertai hasil konfirmasi lab positif atau ada hub epidemiologi dng kasus lain yg memiliki hasil Lab positif.

  • Sumber Data Surveilans Difteri:Sumber data kasus:Rumah Sakit: laporan morbiditas dan mortalitas bulanan pdrt peny rawat inap dan rawat jalan lap RS melalui Lap RL2a dan RL2b yg dihimpunpd data Sistem Surveilans Terpadu Penyakit (SSTP) Kab/Kota atau Prop & Lap Kewaspadaan Dini RS (KDRS) setiap ada kasus merupakan indek kasus yg perlu dilakukan penelusuran kontak terdekat di lapangan.Puskesmas: Laporan SP2TP atau SP3 atau SIMPUS yg datanya dihimpun dlm data Sistem Surveilans Terpadu Penyakit (SSTP) Kab/Kota atau propinsi, atau lap Puskesmas Sentinel sebagai Kab/Kota yg memiliki. Laporan W2 Puskesmas, Surveilans Kab/Kota & Surv Prop, serta lap W1 (24 jam) bila ada KLB.Hasil Pem Lab

  • Lanjutan3. Hasil Pem Lab:Dapat mendeteksi KLB agar dpt melakukan segera tindakan penanggulanganInformasi Insidens Rate menurut Umur, geografi utk mengetahui specifik area yg memiliki risiko tinggi.Penyelidikan KLB difteri akan mengetahui epidemiologi & mengetahui faktor penyebab KLB agar tidak terulang kembali.4. Laporan rutin bulanan Balai Lab Kes Pusat/daerah atau Biofarma serta Balai Lab swasta yg saat ini akan digunakan sbg data surveilans.5. Hasil penyelidikan kasus kontak di lapangan oleh petugas: Pengumpulan aktif data difteri dilapangan sangat penting & bermanfaat, karena mungkin akan dpt didapatkan kasus tambahan Follow up kasus difteri di lapangan sebaiknya segera setelah mendapatkan informasi dr RS/sumber lain.

  • Kegiatan Pelacakan lapangan sbb:Kontak serumah: didatangi dng menggunakan Form pelacakan difteri, seluruh anggota keluarga diperiksa & diambil apusan tenggorokan atau apusan hidung. Kontak yg menunjukkan gejala klinis difteri segera diberi pengobatan & dirujuk ke RS atau fasilitas Kes yg terdekat.Kontak teman sekolah & teman bermain atau tetangga terdekat: Indek kasus dng pem apusan tenggorokan. Guru sekolah dpt diminta bantuan melakukan pengamatan thd anak sekolah Data cakupan imunisasi: Cakupan imunisasi DPT3 menurut Desa & Puskesmas digunakan oleh surveilans di Kab/Kota, dan data ini selanjutnya dipakai oleh Prop

  • Presentasi & Analisa Data:Grafik: Kasus difteri menurut umu dan status imunisasi, kasus menurut periode waktu bulan/th, laporan nihil, cakupan imunisasi DPT3 menurut tahun.Tabel: - Kasus menurut tempat geografi kasus & hasil lab - Insiden rate per area geografis kasus - % Laporan bulanan difteriMap: Insidens rate/ 100 000 populasi menurut area geografi.Daftar list kasus difteri berdasarkan wilayah Puskesmas yg meliputi identitas kasus, status imunisasi, gejala, konfirmasi lab & kead kasus setelah pengobatan oleh surveilans di maisng2 tk administrasi

    Kegunaan Data surveilans utk manajemen: a. Monitoring Case Fatality Rate utk meningkatkan manajemen kasus di RS b. Monitor insiden rate utk menilai dampak program imunisasi.