Surveilans epidemiologi diare

21
SURVEILANS DIARE

description

bhb

Transcript of Surveilans epidemiologi diare

SURVEILANS DIARE

SURVEILANS DIAREPENGERTIANSurveilans Diare adalah kegiatan yang terus menerus, teratur dan sistematis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data diare untuk menghasilkan informasi yang akurat yang dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi setempat.

Surveilans DiareSurveilans diare dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kecamatan Tembalang Semarang pada bulan Januari Agustus 2012.Keadaan GeografisPuskesmas Kedungmundu terletak di kelurahan Kedungmundu dengan wilayah kerja meliputi 11 kelurahan dengan batas-batas sebagai berikut:Sebelah Utara : Kecamatan Candi SariSebelah Selatan: Kabupaten SemarangSebelah Barat : Kecamatan BanyumanikSebelah Timur: Kabupaten Demak

Keadaan DemografiData kependudukan Kecamatan Tembalang sebagai wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu adalah :Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan NoKelurahanJumlah1Kelurahan Sendangmulyo33.563 jiwa2Kelurahan Sendangguwo20,645 jiwa3Kelurahan Tandang23,953 jiwa4Kelurahan Sambiroto14,680 jiwa5Kelurahan Meteseh15.060 jiwa6Kelurahan Jangli6,441 jiwa7Kelurahan Kedungmundu10,896 jiwa8Kelurahan Mangunharjo6,734 jiwa9Kelurahan Bulusan4,510 jiwa1011Kelurahan KramasKelurahan Tembalang3,068 jiwa5,742 jiwaJumlah156,254 jiwaKEGIATAN POKOK SURVEILANS PUSKESMASPengumpulan dataTabulasi dan analisis dataPenyebarluasan hasil dan informasi

SUMBER DATA SURVEILANS PUSKESMASLaporan (catatan/registrasi) KematianKesakitanLaboratoriumKejadian Luar Biasa/WabahKasus individuLaporan penelitian (eksperimen atau observasi) Survei khusus terhadap penyakit tertentu atau screeningLaporan vektor binatang (reservoir)Data lingkungan (sanitasi, geografi termasuk curah hujan, ketinggian, dll)Data penduduk (termasuk social budaya, komposisi umur, dll)Peran dan Mekanisme Kerja Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di PuskesmasA. Pengumpulan dan Pengolahan Data.Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan & register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data.

B. Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut.Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit potensial KLB tertentu, maka Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. C. Umpan Balik.Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanyaD. Laporan.Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir PWS KLB. Setiap bulan, Puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit dan variabelnya sebagaimana formulir STP.PUS. Pada data PWS penyakit potensial KLB dan data STP Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data kader kesehatan. Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Diare Sebagai KLB di wilayah Kecamatan TembalangTabel 4.2 Distribusi kasus diare pada setiap kelurahanNoKelurahanJumlah PenderitaProsentase1Kelurahan Sendangmulyo43 kasus (31,6%)2Kelurahan Sendangguwo20 kasus(14,7%)3Kelurahan Tandang26 kasus(19,1%)4Kelurahan Sambiroto12 kasus(8,8%)5Kelurahan Meteseh4 kasus(2,9%)6Kelurahan Jangli6 kasus(4,4%)7Kelurahan Kedungmundu11 kasus(8,1%)8Kelurahan Mangunharjo7 kasus(5,1%)9Kelurahan Bulusan5 kasus(3,7%)1011Kelurahan KramasKelurahan Tembalang1 kasus1 kasus(0,7%)(0,7%)Jumlah136 kasus100%Data yang didapatkan peneliti, wilayah dengan kasus diare terbanyak adalah kelurahan Sendangmulyo 43 kasus (31,6%), kemudian diikuti oleh kelurahan Tandang sebanyak 26 kasus (19,1%). Kelurahan dengan insiden kasus sedikit adalah kelurahan Kramas dan Tembalang 1 kasus (0,7%).

Tabel 4.3 Distribusi kasus diare pada periode Januari Agustus 2012BulanJanFebMaretAprilMeiJuniJuliAgustKasus423767481319Diare(30,9%)(27,2%)(4,4%)(5,14%)(2,9%)(5,9%)(9,6%)(13,9%)Selama periode Januari-Agustus 2012, kasus terbanyak pada bulan Januari yaitu 42 kasus (30,9%) dan diikuti bulan Februari yaitu 37 kasus (27,2%). Bulan dengan insiden terendah adalah bulan Mei dengan 4 kasus (2,9%) . Dilihat dari periode waktu, kejadian diare di daerah kecamatan tembalang terjadi peningkatan kejadian diare pada bulan-bulan tertentu. Hal ini dapat diikuti dengan pola curah hujan tertentu pula sehingga keduanya saling berhubungan.

PembahasanHubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di Kecamatan Tembalang Penelitian ini mengambil beberapa variable epidemiologi yaitu variable tempat yang dalam hal ini adalah kondisi lingkungan dan sanitasi serta variable manusia khususnya pada kepadatan penduduk dan perilaku individu.Berdasarkan hasil tersebut di atas maka di wilayah kecamatan Tembalang terjadi kasus diare yang jumlahnya cukup besar. Faktor-faktor yang berpengaruh di sini adalah kondisi lingkungan yang mempengaruhi terjadinya diare antara lain kondisi tempat pembuangan tinja manusia (jamban), tempat pembuangan sampah dan yang paling utama adalah sumber air bersih yang digunakan sehari-hariTabel 4.4 Faktor Resiko terjadinya diare di setiap kelurahanKelurahanSumber air bersihJambanTempat sampahAir sumurPAMGalon10 mterbukaTertutupSendangmulyo81017515812Sendangguwo3652680Tandang101349121Sambiroto7260963Meteseh2120202Jangli3121340Kedungmundu4003113Mangunharjo0110110Bulusan1010110Kramas1011001Tembalang1110110Total40294018504820Diketahui bahwa kelurahan Sendangmulyo memiliki kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan Tembalang dengan kasus diare tertinggi. Penduduk di Kelurahan Sendangmulyo juga banyak menggunakan air PAM . Letak jamban dengan sumber air bersih lebih banyak menunjukkan lebih dari 10 m (75%) . Kemudian Kelurahan Tandang dengan kasus tertinggi kedua diketahui menggunakan air sumur (69%), lalu sumur yang digunakan masyarakat adalah sumur pribadi dan sumur athetis. Sumur athetis adalah sumur yang digunakan bersama-sama dimana sumber air di dalam tanah dibor kemudian disalurkan ke beberapa rumah didekatnya. Oleh karena itu jarak jamban di Kelurahan Tandang menunjukkan lebih dari 10 m . Tempat pembuangan sampah sebagai indikasi tempat vektor seperti lalat, kecoa, dan tikus menunjukkan bahwa di kelurajan Sendangmulyo menggunakan tempat sampah tertutup (60%), sedangkan di kelurahan Tandang lebih banyak menggunakan tempat sampah terbuka dibanding tempat sampah tertutup (92%). Tempat sampah yang dimaksud adalah bak terbuka maupun langsung dibuang langsung ke sungai.Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, penulis menemukan kesesuaian antara teori dan kasus yang dikaji yaitu bahwa kasus diare cenderung mengelompok di daerah yang kepadatan penduduknya tinggi, keadaan lingkungan sekitar yang kurang bersih, dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat yang kurang. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan air bersih, pemanfaatan jamban, dan pembuangan sampah terbuka (di bak terbuka maupun sungai), serta jarak jamban yang kurang dari 10 m di beberapa kelurahan di Kecamatan Tembalang. Oleh karena itu intervensi lebih diprioritaskan pada daerah tersebut, serta masyarakat mendapatkan ketersediaan air bersih yang cukup.

Sedangkan permasalahan yang ditemui di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu antara lain :Kondisi lingkungan yang mempengaruhi terjadinya diare antara lain kondisi tempat pembuangan tinja manusia (jamban), tempat pembuangan sampah dan yang paling utama adalah sumber air bersih yang digunakan sehari-hari. Masih kurangnya perhatian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya.Masih kurangnya penyuluhan dari Puskesmas tentang Perilaku Hidup Bersih pada masyarakat sekitar.

Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan penanggulangan wabah diare di wilayah Puskesmas Kedungmundu adalah:Melakukan promosi kesehatan yang mencakup pemanfaatan jamban,air bersih, dan minum air yang sudah dimasak, pengendalian serangga/lalat.Melakukan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal pencegahan dan penanggulangan wabah diare.Melakukan surveilans ketat hingga wabah dinyatakan berhenti.

DAFTAR PUSTAKADiah W. 2010. Analisis Spasiotemporal Kasus Diare pada Balita. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/23193/1/Diah_W.pdf. Diunduh tanggal 17 Maret 2015.

Murti, Bhisma.2010. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Diakses dari http://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf. diunduh tanggal 17 Maret 2015.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.Prosedur Tetap Penanggulangan KLB dan Bencana Provinsi Jawa Tengah. 2006. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Puskesmas Wedi. 2002-2012. Laporan Program Surveilans Diare bulan Januari 2012-Agustus 2012.

Sulistyaningsih. 2011. Epidemiologi dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

THANK YOU. . .