Suplemen Majalah SAINS Indonesia Edisi Desember...

8
Edisi Desember 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Transcript of Suplemen Majalah SAINS Indonesia Edisi Desember...

�Edisi Desember 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

� Edisi Desember 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

�Edisi Desember 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Meski sebagian orang sudah meninggalkan penganan satu ini, namun penggemar setianya tetap

mencari dan memburunya meski hanya sebagai makanan selingan. Di sisi lain, tiwul masih saja identik dengan makanan bercita rasa rendah, kurang gizi, dan baunya yang khas (cenderung apek). Akibatnya sebagian orang pun enggan mengkonsumsinya.

Selain itu, proses pengolahan tiwul tradisional juga membutuhkan waktu lama. Tidak semua orang bisa membuatnya hingga seringkali sulit untuk mendapatkan makanan ini.

Keberadaan tiwul di masyarakat perlu dipertahankan karena dapat dijadikan sebagai makanan tradisional khas Indonesia, selain mendukung upaya diversifikasi berbahan baku

pangan lokal. Nilai jualnya perlu diangkat, agar bisa diterima konsumen dari berbagai kalangan sehingga menyentuh pasar lebih luas.

Ada banyak merek tiwul instan beredar di pasaran dengan berbagai modifikasi dan perbaikan cara penyajian tiwul tradisional. Namun tidak sedikit yang mempertanyakan kandungan gizinya.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), melalui Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), berinisiatif menghasilkan tiwul instan yang praktis, dengan tampilan lebih menarik, bercita rasa lebih baik dan kaya gizi. Menurut peneliti Balitkabi, Ir Erliana Ginting, MSi, bahan baku tiwul instan kreasinya terdiri dari tepung ubi kayu sebanyak 42,6 – 47,4%, tepung kacang hijau kupas kulit sekitar 14,2

Tiwul Instan,

Makanan TradisionalKaya GiziBagi masyarakat desa khususnya di Jawa, tiwul bukanlah nama asing. Makanan tradisional berbahan baku utama ubi kayu, sejak lama merupakan pangan utama khususnya bagi masyarakat di Gunungkidul, Wonogiri, Wonosobo, Pacitan, dan juga Blitar.

�Edisi Desember 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

� Edisi Desember 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Penggunaan tepung kacang hijau yang dipadukan tepung ubi kayu menjadi salah

satu alternatif jitu dalam menaikkan nilai jual tiwul instan. Bukan hanya karena nilai gizinya

yang bertambah namun penampilannya juga jauh lebih menarik.

– 8,4%, dengan tambahan bahan pemanis berupa gula pasir dan gula merah, serta garam berbentuk butiran yang telah dikukus dan dikeringkan.

Cara penyajiannya secara instan cukup dengan menambahkan sedikit air lalu dikukus kurang lebih 15 menit. Siapapun bisa membuat penganan ini dengan mudah.

Tiwul instan mengandung 88,6% karbohidrat, energi sebesar 376 kkal, dan 0,3% lemak. Juga protein sebanyak 4,5% atau hampir tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan tiwul-tiwul instan sebelumnya dengan protein hanya 1,2%. Naiknya kandungan protein disebabkan adanya tambahan bahan tepung kacang hijau yang mengandung beberapa zat penting bagi tubuh. Dalam setiap 100 gr tepung kacang

hijau terkandung 4,5 gr protein, 83,5 gr karbohidrat, 1,0 gr lemak, 100 mg fosfor, dan 1 mg zat besi.

Penggunaan tepung kacang hijau yang dipadukan tepung ubi kayu menjadi salah satu alternatif jitu dalam menaikkan nilai jual tiwul instan. Bukan hanya karena nilai gizinya yang bertambah namun penampilannya juga jauh lebih menarik.

Harapannya, akan lebih banyak konsumen tertarik mengkonsumsinya, termasuk para generasi muda yang cenderung menyukai dan memilih makanan berbahan baku impor dan bercita rasa modern. Dengan semakin luasnya pasar tiwul instan, pamor panganan ini akan terus menonjol dan dapat menjadi panganan tradisional kebanggaan Nusantara.

� Edisi Desember 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

�Edisi Desember 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Sejatinya, mangga asal Pasuruan itu adalah Mangga Gadung 21. Sebutan alpukat tersemat pada mangga ini

karena dapat dimakan dengan cara unik, yaitu dilepas bijinya dan dagingnya disendok lazimnya mengkonsumsi alpukat. Cara seperti itu hanya bisa dilakukan apabila buahnya matang di pohon.

Meski unik, namun konsumen masih sering salah membedakan mangga jenis ini dengan Arumanis 143 karena keduanya secara morfologis memang relatif susah dibedakan. Padahal, mangga Gadung 21 memiliki banyak keunggulan.

Gadung 21,

Mangga “Alpukat” Andalan PasuruanMusim Mangga tahun ini membuat kesibukanRini Yusuf (45) makin bertambah. Meroketnya

popularitas Mangga Alpukat di sejumlah kota besar membuat wanita pengusaha itu kewalahan

melayani pesanan pelanggan.

Ukuran buahnya cenderung lebih besar (350 – 650 gram), lebih bulat, dan lebih tebal daging buahnya (2,2 – 2,41 cm) dibandingkan mangga Arumanis 143. Kadar pati yang ada dalam buahnya juga jauh lebih tinggi yaitu 10,27% dibandingkan Arumanis 143 yang hanya 6,83%, selain rasa manisnya mencapai TSS 15 – 21°Brix. Tak heran, citarasanya juga lebih nikmat di lidah.

Kandungan vitamin C sekitar 11,08 – 15,24 mg/100 gram. Sayangnya, dari sisi produksi, justru lebih rendah yaitu 108 – 136 kg/pohon/tahun, sedangkan Arumanis berkisar 111 – 185 kg/pohon/tahun.

� Edisi Desember 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Gadung 21 sebenarnya sudah berkembang sejak puluhan tahun lalu di daerah asalnya. Baru tahun 2016 resmi mendapatkan legalitas sebagai Varietas Unggul Baru (VUB) serta memperoleh Tanda Daftar Varietas Hasil Pemuliaan dari Kementerian Pertanian.

Kabupaten Pasuruan memang terkenal sebagai salah satu wilayah sentra produksi mangga nasional dengan jangkauan pasar mangganya di berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, bahkan

hingga Papua. Program Pertanian Rakyat Terpadu mengawali pengembangannya dan hingga sekarang arealnya mencapai 3.925 ha tersebar di Kecamatan Rembang, Sukorejo, dan Wonorejo dengan total tanaman sekitar 337.375 pohon.

Masifnya jaringan pemasaran baik di tingkat lokal, regional, dan nasional semakin mengangkat citra mangga satu ini. Mangga Gadung 21 sebenarnya tidak hanya dapat menjangkau pasar dalam negeri. Dengan penanganan lebih baik khususnya sertifikasi kualitas dan mutu produk, mangga ini sangat potensial berpenetrasi ke pasar internasional dan menjadi primadona baru.

Teknologi pasca panen seperti rekayasa coating mangga juga sangat diperlukan untuk memperpanjang umur simpan dan memperluas jangkauan pasar. Kontinuitas dan kuantitas produksi juga butuh dijaga dan ditingkatkan, sehingga mangga ini lebih mudah didapatkan di pasaran.

Pelibatan dan partisipasi aktif berbagai stakeholder mulai dari lembaga penelitian seperti Balitbangtan, dinas terkait, pemerintah daerah, swasta/pengusaha sampai petani menjadi prasyarat pengembangannya. Sehingga mangga-mangga produksi dalam negeri dapat terus bertahan dan bersaing dengan mangga impor yang sangat deras membanjiri pasar domestik. Saatnya mangga dalam negeri menjadi tuan di negerinya sendiri.

Dengan penanganan lebih baik khususnya

sertifikasi kualitas dan mutu produk, mangga ini sangat potensial berpenetrasi ke pasar internasional dan

menjadi primadona baru.

�Edisi Desember 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

� Edisi Desember 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia