Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS...

8
Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Transcript of Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS...

Page 1: Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_371.pdfpengembangan sorgum manis juga akan ... di antara

�Edisi Agustus 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Page 2: Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_371.pdfpengembangan sorgum manis juga akan ... di antara

� Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Page 3: Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_371.pdfpengembangan sorgum manis juga akan ... di antara

�Edisi Agustus 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian sukses membuat terobosan

dengan menghasilkan gula kristal berbahan baku sorgum. Sulitnya mengkristalisasi (mengubah menjadi kristal) nila sorgum manis membuat pengolahan sebelum ini baru sebatas gula cair atau sirup manis.

Kandungan amilum cukup tinggi membuat nira sorgum sulit mengkristal. Untuk

menyiasatinya, peneliti Balitbangtan mencampur nira sorgum manis, nira tebu, dan bahan

tambahan lainnya seperti susu kapur, enzim alfa-

amilase, enzim dekstranase, dan kristalisator (biang

gula).

Gula Sorgum KristalAman Bagi Penderita Diabetes

Kualitas nira sorgum manis hampir menyamai nira tebu dengan sukrosa sekitar 10 – 14,40 % dan kandungan brix 13,60 – 18,40 %. Gula sorgum aman bagi penderita diabetes karena kandungan glikemiknya rendah.

Page 4: Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_371.pdfpengembangan sorgum manis juga akan ... di antara

� Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Kepraktisan gula kristal membuat gula pasir dari tebu lebih disukai dan termasuk jenis gula paling populer di masyarakat. Hampir semua jenis makanan dan minuman mengandung gula jenis ini.

Gula kristal memang belum dapat dibuat dari 100% nira sorgum manis. Namun temuan ini memberikan harapan baru diversifikasi produk gula serta menyediakan alternatif gula yang lebih sehat. Bahkan dengan potensi produksinya yang besar, bukan tidak mungkin menjadi bahan gula pengganti.

Kualitas nira sorgum manis hampir menyamai nira tebu dengan kandungan sukrosa dan brix dalam sorgum manis kisarannya hampir setara dengan sukrosa

dan brix dalam nira tebu. Nira sorgum manis menyimpan sukrosa sekitar 10 – 14,40% dan kandungan brix 13,60 – 18,40%.

Meski kadar glukosanya cukup besar, namun sorgum memiliki indeks glikemik rendah yang baik bagi penderita diabetes. Kandungan glikemik seperti pada gula tebu memang menjadi momok dan dihindari para konsumen yang didiagnosis diabetes.

Produksi gula kristal dari sorgum manis masih memerlukan langkah panjang dari berbagai aspek. Ke depan, diharapkan gula kristal dapat diproduksi seluruhnya dari nira sorgum dan tidak butuh tambahan nira lainnya. Pemetaan lokasi potensial untuk pengembangan sorgum manis juga akan menjadi informasi pendukung penting.

Tak kalah krusial adalah terobosan dari sisi penelitian, utamanya teknologi pengolahan gula kristal berbahan baku sorgum. Selain itu promosi manfaat gula dari sorgum secara masif juga perlu diperbanyak untuk menarik lebih banyak konsumen dan membuka jaringan pasar lebih luas.

Meski kadarglukosanya cukup

besar, namun sorgum memiliki indeks glikemik

rendah yang baikbagi penderita

diabetes.

Page 5: Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_371.pdfpengembangan sorgum manis juga akan ... di antara

�Edisi Agustus 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Asosiasi Produsen Tepung Terigu (Aptindo) melansir realisasi impor gandum tahun 2016 mencapai 10,5

juta ton, terdiri dari 8,3 juta ton untuk pangan dan 2,2 juta ton untuk pakan. Dengan prediksi pertumbuhan 6%, Aptindo mengestimasi kebutuhan gandum untuk pangan tahun ini bakal meningkat menjadi 8,79 juta ton.

Tanaman serelia ini cukup digemari karena mudah diolah menjadi berbagai makanan yang

tahan lama. Bahan olahannya pun mudah mengembang karena kandungan gluten yang dimilikinya. Tak heran bila tingkat konsumsi per tahunnya cenderung meningkat.

Dalam setiap biji gandum terkandung beberapa zat penting bagi tubuh seperti karbohidrat sekitar 60 – 80%, protein 10 – 20%, lemak 2 – 2,5%, mineral 4 – 4,5%, dan sejumlah vitamin tertentu. Peningkatan konsumsi gandum seiring pertambahan jumlah penduduk dan kian berkembangnya beragam industri berbahan baku utama gandum.

Sayangnya, kebutuhan gandum nasional yang tinggi belum dibarengi dengan kecukupan pasokan gandum produksi dalam negeri. Ketergantungan pada impor pun sulit dihindari dan menyedot devisa negara. Periode Januari

– Mei 2016 saja misalnya, nilai impor gandum mencapai US$ 1.327,9 juta atau naik sekitar 27,19% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2014, nilai impor gandum merupakan yang tertinggi di antara tujuh produk pangan impor lainnya yang mencapai US$ 2,39 miliar.

Mengapa produksi gandum di dalam negeri sulit diungkit? Areal pertanaman gandum masih sangat terbatas dan belum

Prospek PengembanganGandum Nasional

Peningkatan konsumsi gandum nasional setiap tahun perlu diimbangi dengan peningkatan produksi gandum dalam negeri. Salah satu upaya yang telah dilaksanakan adalah dirilisnya varietas unggul baru

gandum dengan produktivitas tinggi.

Page 6: Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_371.pdfpengembangan sorgum manis juga akan ... di antara

� Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

menggairahkan petani untuk menanamnya. Sempitnya luas lahan, menjadikan petani harus memilih komoditas yang menguntungkan. Akibatnya gandum sulit bersaing dengan komoditas tanaman pangan lainnya semisal padi, jagung, atau kacang-kacangan.

Dari aspek teknis, tanaman ini sesuai untuk dikembangkan di daerah dataran tinggi tropis dengan kelembaban rendah. Tantangannya, kawasan ini justru kondusif bagi pertumbuhan berbagai jenis penyakit tanaman seperti karat dan hawar daun, sehingga mengancam kestabilan hasil.

Teknologi budidaya gandum juga relatif belum banyak dikuasai petani, sehingga penerapannya masih terbatas. Tak hanya itu, pengembangan gandum nasional juga berkelindan dengan terbatasnya pasar untuk menyerap produk mentahnya (raw material), karena relatif spesifik. Pada akhirnya, produksi gandum dalam negeri masih jauh dari target.

Inovasi teknologi gandum di Indonesia sejatinya sudah lumayan lama ada. Uji coba di beberapa lokasi semacam Sumatra Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur juga sudah pernah dilakukan. Tahun 1981, Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukarami, menemukan adanya potensi keragaan dan daya adaptasi gandum di lahan dataran tinggi.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian juga terus berpacu mengejar senjang produksi gandum nasional. Menggandeng lembaga penelitian Badan Tenaga Nuklir Nasional dan tiga universitas (IPB, Universitas Andalas (Unand), dan UKSW), tahun 2013, mengambil nama Gandum untuk Rakyat Indonesia (Guri), dua varietas unggul baru (VUB) Guri-1 dan Guri-2 berhasil dirilis. Dengan umur panen sekitar 134 hari dan potensi hasil mencapai 7,4 ton/ha, Guri-1 dapat dibudidayakan di daerah berketinggian diatas 1.000 meter diatas permukaan laut (mdpl). Guri-2 juga beradaptasi baik pada

ketinggian seiras, umur panen 133 hari dan potensi hasil sedikit lebih rendah, yaitu 7,2 ton/ha.

Sayangnya, Guri-1 dan Guri-2 terdedah penyakit karat dan hawar daun. Akan tetapi, inovasi tak berhenti disitu. Setahun setelahnya, empat VUB juga dilepas serta dikenal dengan Guri-3 Agritan, Guri-4 Agritan, Guri-5 Agritan, dan Guri-6 UNAND. Guri-3 dan Guri-4 Agritan, meski hanya adaptif di dataran tinggi 1000 mdpl, lebih resistan penyakit hawar daun. Sementara Guri-5 Agritan dan Guri-6 UNAND tidak hanya stabil dari serangan penyakit tersebut, namun juga berhabituasi pada ketinggian medium 600 mdpl. Lahirnya berbagai terobosan inovasi tersebut tentu menjadikan pilihan lokasi pengusahaan gandum di Indonesia semakin berkembang. Pemerintah juga perlu menstimulasi pasar, sehingga apabila produksi gandum nasional sudah digenjot, petani tidak mengalami kesulitan menjualnya.

Page 7: Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_371.pdfpengembangan sorgum manis juga akan ... di antara

�Edisi Agustus 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Page 8: Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_371.pdfpengembangan sorgum manis juga akan ... di antara

� Edisi Agustus 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia