Edisi Oktober 2017 Suplemen Majalah SAINS...

8
Edisi Oktober 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Transcript of Edisi Oktober 2017 Suplemen Majalah SAINS...

�Edisi Oktober 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

� Edisi Oktober 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

�Edisi Oktober 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Tebu termasuk komoditas strategis yang digarap Kementerian Pertanian, untuk mencapai target terwujudnya

swasembada gula nasional. Permintaan gula yang terus meningkat setiap tahunnya merupakan dampak pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan bermunculannya industri pangan olahan berbahan baku gula.

BPS mencatat adanya gap yang cukup lebar antara demand dan supply pada gula konsumsi. Meskipun pada tahun 2016 luas areal tebu nasional bertambah dibandingkan tahun 2015, kemampuan produksi gula nasional masih banyak bertumpu pada bahan baku dari perkebunan milik rakyat.

Data BPS menunjukkan bahwa luas areal perkebunan tebu rakyat mencapai 62 % dari luasan nasional. Sementara perkebunan swasta sebesar 24 % dan perkebunan negara

sebesar 14%. Dengan demikian, menjadi sangat penting untuk membina petani agar memiliki ketrampilan dalam meningkatkan produksi tebunya.

Swasembada GulaUpaya mencapai swasembada gula antara

lain dilakukan dengan program intensifikasi disertai penyediaan bibit unggul, bongkar ratoon, rawat ratoon dan revitalisasi alsintan. Keberadaan kebun benih menjadi kunci utama tersedianya benih unggul tebu dalam jumlah besar, terutama untuk mendukung program bongkar ratoon dan tanam tebu baru atau plant cane.

Benih unggul tebu dapat dihasilkan melalui pembibitan bud chips (mata tunas tebu). Keunggulan bud chips antara lain: mampu membentuk jumlah anakan yang banyak (10-20 anakan), setiap anakan dapat

Bud Chips Bikin Tebu Berdaya Kecambah Tinggi

Benih tebu bud chips. Perkecambahan benih tebu bud chips.

Pertumbuhan anakan dari benih tebu bud chips. Batang dalam rumpun dari satu benih tebu bud chips.

� Edisi Oktober 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

tumbuh sempurna sampai panen sebanyak 8-10 batang per rumpun, serta anakan tumbuh serempak pada umur 1-3 bulan. Dengan pertumbuhan awal yang seragam, maka akan dapat meningkatkan rendemen dan produksi per satuan luas tanam.

Selama ini, telah tersedia mesin pengambil mata tunas tebu menggunakan alat bor. Akan tetapi, dengan potongan bulat silinder dan permukaan berserabut, hasil pengambilan mata tunas dengan alat itu kurang baik, bahkan sangat mungkin terjadi mata tunas yang rusak. Akibatnya, daya kecambah dan vigor benih pun rendah.

20 Benih Per HariPerekayasa Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menciptakan invensi mesin pengambil mata tunas tebu untuk perbenihan (bud chipper machine). Mesin ini tidak lagi menggunakan sistem bor, tetapi memakai sistem sexer pisau. Kapasitas mesin ini tidak tanggung-tanggung mencapai angka 2.400-2.500 benih/jam atau setara dengan 17.500-20.000 benih/hari. Invensi hasil rekayasa Edi Purlani dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) ini diyakini dapat membawa perbaikan dalam

Dimensi:panjang 67 cm,lebar 58 cm,tinggi 116 cm

Berat:62 kg

Daya:3,6 A - 220 V - 50 HZ

Kapabilitas mesin:2.640 bcp/jam

Kapasitas operasional:2.400 - 2.500 bcp/jam(17.500 - 20.000 bcp/hari).

Mesin Bud Chips Tebu

penanganan perbenihan tebu. Teknologi mampu memproduksi benih lebih cepat, namun menggunakan sedikit tenaga kerja dan biaya lebih murah.

Keunggulan lain dari mesin bud chipper ini mampu menghasilkan permukaan irisan yang halus, yang dapat mempertahanan potensi daya kecambah hingga 96 %. Tingkat kerusakan benih akibat penggunaan mesin pun bisa ditekan hingga sebesar 3 %. Bandingkan dengan benih yang dihasilkan mesin sistem bor yang berdaya kecambah kurang dari 80 % dengan tingkat kerusakan benih lebih dari 30 %.

�Edisi Oktober 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Di lahan kering, komoditas jagung menjadi primadona. Bahkan sejak abad ke-17, jagung disebut-sebut

sebagai bahan pangan utama di wilayah yang mengandalkan pertanian lahan kering. Produktivitas jagung di lahan kering masih perlu ditingkatkan sesuai potensi hasilnya. Potensi hasil jagung hibrida dapat mencapai 5-7 ton/ha, sedangkan untuk varietas bersari bebas berkisar 4-5 ton/ha.

Pengembangan lahan kering untuk budidaya jagung banyak ditemukan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bahkan provinsi ini bertekad menjadi Provinsi Jagung sejak tahun 2008. Mimpi itu cukup beralasan. Pasalnya, produksi jagung NTT terus meningkat dari tahun ke tahun. Prestasi gemilang diraih pada tahun 2016, yaitu sebagai provinsi dengan produksi jagung tertinggi di Indonesia, yaitu mencapai 680 ribu ton.

Masyarakat NTT banyak yang menanam jagung di pekarangan rumahnya. Konsumsi jagung tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakatnya, meskipun mereka juga mengonsumsi beras sejak Negara menjadikan beras sebagai pilihan utama pembangunan pertanian. Sejak itu pula terjadi pergeseran preferensi dari jagung ke beras. Penyebabnya antara lain, peningkatan pendapatan, ketersediaan beras di perkotaan maupun di perdesaan, adanya prestise tertentu jika mengonsumsi beras, dan adanya kebijakan beras untuk rakyat miskin (Raskin) atau beras bersubsidi.

Pada umumnya, jagung yang dikonsumsi masyarakat adalah dalam bentuk beras jagung, yaitu jagung yang sudah disosoh agar hilang kulit ari dan lembaga pada bijinya, kemudian digiling hingga menyerupai butiran beras. Oleh karena itulah dinamakan beras jagung.

Proses produksi beras jagung tidak semudah beras padi, karena teknologi

Mesin Pembuat Beras Jagung Mampu Hemat Biaya Hingga 47 %

� Edisi Oktober 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

penyosoh biji jagung dengan tenaga mesin belum berkembang. Padahal proses penyosohan jagung ini penting untuk menghilangkan kulit ari dan lembaga yang akan mempermudah proses penanganan lanjutan. Sementara itu, teknologi pecah kulit dan penyosohan pada padi sudah berkembang, akibatnya harga beras padi pun lebih murah daripada beras jagung.

Mesin Pemberas JagungUntuk mendukung penyediaan beras

jagung yang murah bagi masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menciptakan alat pemberas jagung. Adalah Helena Da Silva, peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Timur yang merancang bangun mesin ini.

Menurut Helena, mesin ini dapat menghasilkan beras jagung yang siap dimasak. Tidak perlu lagi melewati beberapa tahapan pengolahan karena semuanya berada dalam satu kesatuan proses pada disain mesinnya.

“Produksi beras jagung menjadi lebih efisien dan dapat menekan tingginya harga

Produksiberas jagung menjadi lebih efisien dan dapat

menekan tingginya harga beras jagung dari

Rp 15.000/kg menjadi Rp 8.000/kg.

beras jagung dari Rp 15.000/kg menjadiRp 8.000/kg,” ujar Helena.

Ada empat produk akhir dari penggunaan alat pemberas jagung ini, yaitu bekatul, dedak, tepung jagung dan beras jagung.

Lebih UnggulPemisahan produk akhir menjadi empat

jenis produk merupakan salah satu keunggulan dari invensi alat pemberas jagung ini. Selama ini, produk akhir dari mesin pengolahan jagung yang ada di pasaran berupa jagung giling yang masih tercampur antara bekatul, dedak, dan beras jagung. “Sebelum ada mesin ini, diperlukan proses penanganan lanjutan secara manual dan berulang-ulang,” tutur Helena.

Selain membutuhkan tenaga dan waktu, juga biaya yang tidak sedikit. Akibatnya, harga beras jagung pun lebih mahal. Invensi alat pemberas jagung ini bukan hanya menciptakan efisiensi produksi, namun juga menghasilkan beras jagung siap dimasak dengan harga lebih murah.

�Edisi Oktober 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

� Edisi Oktober 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia