SUMBER 1

12
SUMBER: http://rasydinsjatry.blogspot.co.id/2013/04/bahasa- indonesia-ragam-ilmiah_162.html A. Pengertian dan Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempatnya, bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik secara tertulis maupun secara lisan. Selanjutnya, bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. 1. Cendekia Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya. Perhatikan contoh kalimat cendekia di bawah ini! (1) Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia. (2) Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia. 2 Contoh kalimat (2) di atas secara jelas mampu menunjukkan hubungan kausalitas, tetapi hal itu tidak terungkap secara jelas pada

description

Ini adalah rangkuman BI Ragam Ilmiah

Transcript of SUMBER 1

Page 1: SUMBER 1

SUMBER: http://rasydinsjatry.blogspot.co.id/2013/04/bahasa-indonesia-ragam-ilmiah_162.html

A.      Pengertian dan Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah

Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia

yang digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Sebagai bahasa

yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan

dari keempatnya, bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif

untuk komunikasi ilmiah, baik secara tertulis maupun secara lisan. Selanjutnya,

bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik cendikia, lugas dan jelas,

menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif,

ringkas dan padat, dan konsisten.

1.        Cendekia

     Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu

mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa

yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga

gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.

Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga

suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah

kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki

hubungan kausalitas, dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara

jelas dalam kalimat yang mewadahinya.

                 Perhatikan  contoh kalimat cendekia di bawah ini!

(1)       Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran

nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke

negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan  nilai-nilai budaya dan

moral bangsa Indonesia.

(2)       Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai

moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke

Indonesia.

2Contoh kalimat (2) di atas secara jelas mampu menunjukkan hubungan

kausalitas, tetapi hal itu tidak terungkap secara jelas pada contoh (1).

Kecendekiaan bahasa juga tampak pada ketepatan dan keseksamaan penggunaan

kata. Karena  itu, bentukan kata yang dipilih harus disesuaikan dengan  muatan isi

pesan yang akan disampaikan.

Page 2: SUMBER 1

(3)                    (4)

pemaparan        paparan

pembuatan        buatan

pembahasan      bahasan

pemerian           perian

                 Kata-kata pada contoh (3) menggambarkan suatu proses, sedangkan contoh

(4) menggambarkan suatu hasil. Dalam pemakaian bahasa ilmiah, penggunaan

kedua jenis bentukan kata tersebut perlu dilakukan secara cermat.

Kalau paparan  itu mengacu pada proses, kata-kata yang cocok adalah kata-kata

pada contoh (3), tetapi kalau paparan itu mengacu pada hasil, kata·kata yang

cocok adalah kata-kata pada contoh (4).

(5)       Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut

para ahli psikologi bahwa korteks adalah pusat otak yang paling rumit.

(6)      Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli

psikologi korteks adalah pusat otak yang paling rumit.

Kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu

kata dipilih secara cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat

idiomatis. Pilihan kata maka dan bahwa pada contoh (5) termasuk mubazir. Oleh

sebab itu, kata tersebut perlu dihilangkan sebagaimana contoh(6).

(7)       Meskipun sudah diuraikan, namun paparannya belum jelas .

                  Meskipun sudah diuraikan, papararnya belum  jelas .

                  Paparannya sudah diuraikan, namun belum  jelas.

(8)       Mulai sejak penentuan masalah penelitian  itu tidak jelas arahnya.

                  Mulai penentuan  masalah, penelitian  itu tidak jelas  arahnya.

                  Sejak penentuan  masalah, penelitian itu tidak jelas  arahnya.

Kerancuan pilihan kata dalam artikel  ilmiah perlu  dihindari. Kerancuan

pilihan kata pada umumnya terjadi karena  dua struktur kalimat yang digabung

menjadi  satu. Untuk membetulkannya perlu  dikembalikan pada struktur asal.

Pilihan kata meskipun dan namun serta  mulai dan sejakpada contoh (7) rancu.

Untuk itu, perlu dikembalikan pada struktur asal sebagaimana contoh (8).

3(9)     Peneliti  terdiri orang-orang yang mewakili lembaga.

       Hubungan rumusan masalah dengan simpulan tidak cocok.

(10)  Peneliti  terdiri atas orang·orang yang mewakili lembaga.

       Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok.

Page 3: SUMBER 1

Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata

idiomatis yang tidak cermat tampak pada contoh (9) terdiri dandengan. Pilihan

kata yang cermat tampak pada contoh (10).

2.      Lugas dan Jelas

Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu

menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan

diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna

lugas. Pemaparan bahasa Indonesia yang lugas akan menghindari

kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat. Penulisan yang bernada

sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan

dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang

lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan muncul pada kalimat yang

sangat panjang.

              Perhatikan  contoh kalimat lugas di bawah ini!

(1)     Para pendidik  yang kadangkala atau bahkan sering kena getahnya oleh  ulah

sebagian, anak-anak mempunyai  tugas yang tidak bisa dikatakan ringan.

(2)      Para pendidik  yang kadang-kadang atau bahkan sering  terkena  akibat ulah

sebagian anak-anak mempunyai  tugas yang berat.

Kalimat (1) bermakna  tidak lugas. Hal itu tampak pada pilihan kata kena

getahnya dan tidak bisa dikatakan ringan.Kedua ungkapan itu tidak mampu

mengungkapkan gagasan secara lugas.Kedua ungkapan itu dapat digantiterkena

akibat dan berat yang memiliki makna langsung, separti kalimat (2).

Perhatikan  contoh kalimat jelas berikut!

(3)      Penanaman  moral di sekolah  sebenarnya  merupakan kelanjutan dari

penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui mata pelajaran Pendidikan

Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung

menyangkut tentang moral Paneasila, juga diintegrasikan ke dalam mata

pelajaran-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian.

4(4)      Penanaman moral di sekolah sebenarnya  merupakan kelanjutan dari penanaman

moral di rumah. Penanaman  moral di Sekolah  dilaksanakan melalui mata

pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling

strategis karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila. Di samping itu,

penanaman moral Pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata pelajararan-mata

pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian.

Contoh (3) tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain

karena kalimat terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya

Page 4: SUMBER 1

hubungan antargagasan yang disampaikan. Hal itu berbeda dengan  contoh (4),

kalimat-kalimatnya pendek sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara

jelas. Ini tidak berarti bahwa dalam menulis artikel ilmiah tidak dibenarkan

membuat kalimat panjang.Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis

cermat dalam menyusun kalimat sehingga hubungan antargagasan dapat diikuti

secara jelas.

Untuk membentuk kalimat yang memiliki gagasan yang jelas  diperlukan kiat

khusus. Gagasan yang akan dituangkan ditata secara sistematis. Dengan  tataan

itu dapat ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan dalam sebuah kalimat

atau dalam sejumlah kalimat. Jika gagasan itu cukup dituangkan dalam sebuah

kalimat, tidak perlu gagasan itu dituangkan dalam sejumlah kalimat.Sebaliknya,

apabila sebuah gagasan tidak cukup diungkap dalam sebuah kalimat, jangan

dipaksa diungkap dalam sebuah kalimat. Kalimat (3) berisi gagasan yang tidak

dapat diungkap dalam sebuah kalimat. Untuk itu, kalimat (3) perlu  dipecah

sebagaimana tertera pada kalimat (4).

(5)     Pendidikan teknologi perlu  dimulai dan digalakkan untuk segenap lapisan

masyarakat. Sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di dalamnya

teknologi mutakhir.

(6)      Pendidikan teknologi perlu  dimulai dan digalakkan untuk seganap lapisan

masyarakat sehingga masyarakat tidak buta teknologi,  termasuk di dalamnya

teknologi mutakhir.

Contoh (5) berikut  merupakan contoh pengungkapan gagasan yang salah.

Gagasan pada contoh (5) seharusnya diungkap sebagaimana contoh (6).

3.        Menghindari Kalimat Fragmentaris

Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat

fragmentaris. Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat

terjadi antara lain karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam

beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.

Perhatikan  contoh kalimat fragmentaris di bawah ini!

(1)  

5Harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Fragmentaris)

(2)   Tugas tersebut harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Lengkap)

4.       Bertolak dari Gagasan

Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam

ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada

Page 5: SUMBER 1

gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-

kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif

dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.

Perhatikan  contoh kalimat bertolak dari gagasan di bawah ini!

(1)     Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina

anak berbakat sangat penting.

(2)     Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak

berbakat sangat penting.

Contoh kalimat (1) beroriantasi pada penulis. Hal itu tampak pada pemilihan

kata penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat tersebut. Contoh (2) berorientasi

pada gagasan dengan  menyembunyikan kehadiran penulis. Untuk menghindari

hadirnya pelaku dalam paparan, disarankan menggunakan kalimat pasif. Orientasi

pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga perlu

dihindari. Oleh sebab  itu, paparan yang melibatkan pembaca dalam kalimat perlu

dihindari.

Perhatikan  contoh kalimat di bawah ini!

(3)     Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam

pananaman moral Pancasila.

(4)     Perlu  diketahui bahwa pandidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam

pananaman moral Pancasila.

Contoh (3) merupakan penyempurnaan dari contoh (4) yang berorientasi pada

pelaku bukan penulis. Dari Contoh-contoh di atas, bukan berarti bahwa kalimat

aktif tidak boleh digunakan dalam karangan ilmiah. Kalimat aktif yang berorientasi

pada gagasan dapat digunakan sebagaimana contoh berikut.

(5)     Soedjito (1998) menyatakan bahwa yang paling berpengaruh pada mutu proses

balajar mengajar adalah sistem penilaian.

(6)     Perkembangan teknologi komputer berjalan sangat cepat.

            5.        Formal

6Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat

keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa kata, bentukan

kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap

dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.

Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek

dan predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran

isi, dan tampilan esei formal.

Perhatikan  contoh di bawah ini!

Page 6: SUMBER 1

(1)     Kata Formal                                       (2)   Kata Informal

Berkata                                                      Bilang 

Membuat                                                    Bikin

Hanya                                                         Cuma

Memberi                                                     Kasi

Bagi                                                            Buat

Daripada                                                     Ketimbang

6.        Objektif

Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah

menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan

menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan

secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan  hanya

menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan

dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak

digunakan.

Perhatikan contoh kalimat objektif berikut ini !

(1)     Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti betapa besarnya peranan orang tua

dalam pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut kiranya dapat

disimpulkan sebagai berikut.

(2)     Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti besarnya peranan oraug tua dalam

pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan sebagai

berikut.

Hadirnya kata betapa dan kiranya pada contoh (1)  menimbulkan sifat

subjektif. Berbeda dengan  contoh (2) yang tidak mengandung unsur subjektif.

(3)      Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pastidiawali

adanya masalah.

7(4)     Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraph. Penelitian diawali adanya

masalah.

Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan

emosional. Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti,

dan selalu perlu dihindari. Penulisan  kalimat (3) berikut  perlu dihindari karena

barsifat subjektif/emosional. Penulisan  kalimat yang tidak subjektif tampak pada

contoh (4).

7.        Ringkas dan Padat

Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa

yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri

Page 7: SUMBER 1

padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur

bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur

bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.

Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan

tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.

Perhatikan contoh kalimat ringkas dan padat berikut ini !

(1)     Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap  warga negara Indonesia.

(2)   Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan dasar

pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara Indonesia.

Contoh (1) berikut  termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat, sedangkan

contoh (2) adalah bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya katasebagaimana tersebut

pada paparan dan kata dan dasar pegangan hidup dan kehidupan pada kalimat (2)

tidak memberi tambahan makna yang berarti.Dengan  demikian,  hadirnya kata-

kata tersebut mubazir.

(3)     Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

(BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan  aturan yang

berlaku. Jadi, tidak ada pelaksanaan proyek yang menyalahi aturan.Artinya,

pelaksanaan proyek itu sudah benar.Isu negatif yang selama ini berkembang tidak

benar.

(4)     Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

(BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang

berlaku.  Isu nagatif yang selama ini berkembang tidak benar.

8Keringkasan dan kepadatan panggunaan bahasa tulis ilmiah tidak hanya

ditandai dengan  tidak adanya kata-kata yang berlebihan, tetapi juga ditandai

dengan  tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam artikel  ilmiah.

Contoh (3) dan (4) berikut  dapat memperjelas  keringkasan dan kepadatan bahasa

tulis ilmiah. Hadirnya kalimat yang dicetak miring pada contoh (3) tidak memberi

tambahan makna yang berarti.Dengan  demikian, kalimat itu perlu  dibuang

sebagaimana contoh (4).

8.        Konsisten

                 Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara

konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah

digunakan sesuai dengan  kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara

konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan

tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu,

Page 8: SUMBER 1

apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah

Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut.

                 Perhatikan contoh kalimat konsisten berikut ini !

(1)       Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran,

pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra.

Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagimuslim

Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.

(2)      Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan

kendaraan yang eukup. Pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan semua

kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak

penting bagi muslim Bosnia. Untuk mereka yang penting adalah peneabutan

embargo persenjataan.

Contoh (2) tidak konsisten dengan  kaidah yang berlaku. Sementara itu,

9contoh yang konsisten adalah contoh (1).

B.       Ragam Bahasa Indonesia Pidato Ilmiah (Presentasi Ilmiah)

Ragam pidato ilmiah terdiri atas beberapa jenis, antara lain: presentasi

makalah ilmiah, presentasi skripsi, presentasi tesis, presentasi disertasi dan pidato

pengukuhan guru besar. Penulisan makalah ilmiah dilanjutkan dengan presentasi,

diskusi dan tanya jawab. Adapun penulisan skripsi, tesis dan disertasi dilanjutkan

dengan presentasi, pertanyaan ujian, dan diakhiri dengan penentuan kelulusan.

9Untuk mendapat hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus

memperhatikan beberapa hal, yaitu:

a.         Etika ilmiah, makdsunya bahwa seseorang presenter ilmiah (1) harus

menggunakan ragam bahasa ilmiah, (2) penalaran ilmiah, (3) bersikap obejktif, (4)

menggunakan kalimat yang terukur kebenarannya, (5) mematuhi aturan formal

presentasi, (6) mempresentasikan seluruh materi (secara singkat) sesuai dengan

waktu yang ditentukan, (7) mengutip konsep, data, dan pendapat dengan

menyebutkan sumbernya, (8) mengutip data yang relevan dengan pembuktian, (9)

tidak mempresentasikan masteri di luar bahasa karya ilmiah, (10) dapat menjawab

pertanyaan pendengar atau penguji atas bahasa materi, konsep, data, kata, istilah,

penalaran, pembuktian, konsekuensi logis dari karya ilmiahnya, (11) mencermati

setiap respon pendengar (penguji).

b.         Ketentuan lembaga (universitas), yaitu (1) mengikuti format penulisan sesuai

dengan ketentuan lembaga atau universitas, (2) mengikuti produser (aturan) yang

Page 9: SUMBER 1

berlaku pada lembaga atau universitas, (3) mengikuti sistem yang berlaku pada

lembaga atau universitas.

c.         Kemampuan personal, yakni, (1) bersikap simpatik, sopan dan hormat kepada

pendengar (penguji), (2) bersikap santun dalam setiap tutur kata, tidak

menunjukkan kemampuan diri berlebiha, (3) menghindari subjektivitas dengan

menggunakan akau, saya rasa, saya pikir, dan lain-lain. Sebaiknya seseorang

presenter menggunakan kata pengalaman membuktikan ..., uji coba menunjukkan,

dan lain-lain, (4) berpakaian sopan, (5) menunjukkan sikap positif, serius, cermat,

dan percaya diri.

d.        Kemampuan teknis, yakni (1) menganalisis data primer dan sekundewr, baik

kualitatif maupaun kuantitatif, (2) mengaplikasikan penggunaan pustaka, (3)

melengkapi pembuktian (sumber) teori, (4) menggunakan saran visual seperti,

LCD, OHP, peraga, dan data (dokumen), (5) memvisualkan data pendukung

gambar, grafik, atau data lain yang relevan.

Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter juga dituntut untuk berusaha

sekiuat tenaga agar bahasa Indonesia ilmiah sebagaimana yang dikemukakan di

atas. Sementara itu, beberapa fasilitas dalam penggunaan bahasa lisan tetap

dapat dimanfaatkan, misalnya adanya kesempatan untuk mengulang-ulang,

menekankan dengan menggunakan intonasi, jeda, dan unsur intonasi lainnya.

Contoh pidato presentasi skipsi:

10Bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara yang saya hormati,

Perkenanakan saya memaparkan skripsi saya secara ringkas!

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penjualan Saham terhadap Laba Usaha pada PT

BNI Cabang Makassar tahun 2007”. Skripsi ini memasahkan bagaimana pengaruh

penjualana saham terhadap laba usaha pada perusahaan tersebut sejak 1 Juli

hingga 31 Desember 2007. Penjualan saham merupakan variabel bebas dan laba

usaha merupakan variabel terikat.

Kajian teoritik bersumber pada data sekunder yang diperoleh melalui buku,

jurnal, ensiklopedia, website, dan beberapa laporan penelitian dalam bahasan

yang sejalan dengan topik ini. Kajian ini menggunakan sumber data yang

diterbitkan pada tahuan 2006-2007. Kajian ini dideskripsikan dalam Bab II

Deskripsi Teori.

Berdasarkan kajian teoritik tersebut dilakukan pengumpulan data  di lapangan,

yaitu kantor PT BNI Cabang Makassar dan di kantor-kantor cabang pembantu

lainnya untuk mendapatkan data prmier. Data ini dikumpulkan sejak tanggal  1 juli

Page 10: SUMBER 1

sampai dengan 31 Desember 2007. Data ini diperoleh melalui observasi, angket,

wawancara, dan melalui website.  Data ini dideskripsikan dalam Bab V Deskripsi

Data, Analisis, dan Hasil Analisis Data. Selanjutnya, data ini dianalisis secara

deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahawa penjualan  saham terhadap laba

usaha memenngaruhi secara signifikan. Sebagai kesimpulan bahwa penjualan

saham berpengaruh secara positif terhadap laba usaha.

C.      Ragam Ilmiah dalam Menulis Akademik

Menggunaan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi

ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta,

konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil

penelitian secara tertulis dan lisan. Itu berarti bahwa pada saat menulis tulisan

ilmiah, penulis harus berusaha keras agar bahasa Indonesia yang digunakan

benar-benar menunjukkan sifat yang cendekia, lugas dan jelas, mengindari kalimat

yang fragmentasi, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat,

dan konsisten. Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan pada

pilihan kata, pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan dalam

menggunakan ejaan, dan aspek-aspek lainnya.

11

Ciri-ciri penggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam penulisan karya

ilmiah sebagai berikut :

1)    Baku. Sturuktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa indonesia

baku, baik mengenai struktur bahasa kalimat maupun kata. Demikian juga,

pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan.

2)    Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa indonesia ragam ilmiah

dapat diterima akal.

3)    Kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.

Perhatikan contoh di bawah ini:

4)     Tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh

pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda..

5)     Denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih

sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat

ilmu yang objektif.

6)     Runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya,

baik dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah seperangkat

kalimat yang mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.

Page 11: SUMBER 1

Contoh :

                      Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas

sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru dapat terwujud apabila manusia terlibat

di dalamnya. Di dalam berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama

menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan

bahasanya, inpterpretasi-interpretasi lainnya terhadap tindakan lawan bicara.

Setiap peserta penutur bertanggung jawab atas tindakan dan penyimpangan

terhadap kaidah kebahasaan yang dilakukan dalam interaksi lingual itu.