Tugas 1 Manajemen Sumber Daya Air
-
Upload
mareli-telaumbanua -
Category
Documents
-
view
124 -
download
11
Transcript of Tugas 1 Manajemen Sumber Daya Air
TUGAS I
TEKNIK DAN MANAJEMEN SUMBEDAYA AIR
(TPE813)
Disusun Oleh :
MARELI TELAUMBANUA
12/342296/STP/00166
PROGRAM PASCASARJANA TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
a. Penjelasan tentang manajemen sumber daya air
Jawaban :
Manajemen sumberdaya air adalah suatu cara pengelolan air dari suatu daerah
aliran sungai (DAS) untuk berbagai kepentingan. Dalam hal ini pengelolaan air yang
dimaksutkan lebih ditekankan kepada pola pembagian airnya yang tentunya akan
dihadapkan dengan berbagai alternatif pola. Dalam manajemennya, pola yang diambil
adalah pola yang paling optimal, dalam arti diperoleh keuntungan yang maksimum.
Tujuan dari manajemen sumberdaya air adalah :
1. Menyediakan jaminan air minum di pemukiman penduduk.
2. Melindungi dari ancaman banjir.
3. Memperluas lahan beririgasi.
4. Penyediaan lahan yang terdrainase dengan baik.
5. Penyediaan air untuk pemukiman, perkotaan dan industri.
6. Penyediaan pusat-pusat listrik tenaga air untuk pemukiman dan industri kecil
di pedesaan.
7. Menyuntik dana agar terjadi perputaran roda ekonomi.
8. Mengusahakan latihan keterampilan kerja.
9. Penyediaan lapangan kerja.
10. Membuat suasana hingga mendorong pembangunan.
Ketersediaan sumberdaya air sangatlah beragam secara spatial maupun
temporal. Sumberdaya air dalam konteks siklus hidrologi merupakan sumberdaya
yang sangat dinamis. Artinya sumberdaya tersebut senantiasa berubah dari waktu ke
waktu dan dari satu tempat ke tempat lain. Dengan dinamika tersebut maka
ketersediaan dan penggunaan kebutuhan sumberdaya air selalu berubah dan dinamis
setiap saat. Terjadinya ketimpangan antara kebutuhan dengan ketersediaan akan
menimbulkan masalah, yang kemudian disebut sebagai krisis air. Krisis air ini
menurut Unesco dibagi menjadi tiga hal besar, yaitu kelangkaan air (water scarcity),
kualitas air (water quality), dan bencana berkaitan dengan air (water-related disaster).
b. Penjelasan tentang manajemen sumber daya air yang terintegrasi
Jawaban :
Manajemen sumber daya air yang terintegrasi adalah pengalokasi
(penempatan) air dan keputusan manajemen dalam mempertimbangkan penggunaan
air yang memenuhi keseluruhan tujuan sosial dan ekonomi termasuk pencapaian dan
pengembangan sarana dan prasarana yang berkesinambungan.
Sistem manjemen sumberdaya air mencakup manajemen keseluruhan sistem
dan terintegrasi pada proses penanganan sumberdaya air. Dalam memanajemen setiap
sub sistem dalam satu kesatuan manajemen sumberdaya air, dilakukan sesuai dengan
pendekatan sistem. Hal ini membutuhkan berbagai input yang diolah melalui suatu
proses untuk menghasilkan output dengan teknik dan penangana tertentu.
Secara implisit dalam setiap proses manajemen sumberdaya air melibatkan 3
elemen utama:
a. Subjek, yaitu pemerintah atau masyarakat baik perorangan, maupun
kelompok yang berperan penting dalam realisasi manajemen sumberdaya
air yang terintegrasi.
b. Objek, yaitu pengguna dan keseimbangan kandungan air dalam tanah
(lingkungan).
c. Metode seperti kebijakan, pendekatan dan pelaksanaannya.
Gambar 1. Manajemen Pengelolaan Sumberdaya Air
Dalam manajemen sumberdaya air yang terintegrasi harus melibatkan beberapa :
1. Management pelestarian atau konservasi sumberdaya air
2. Manajemen pembangunan pengelolaan sumberdaya pengairan
3. Manajemen operasi dan pemeliharaan pengelolaan sumberdaya pengairan
Manajemen sumberdaya air sangat diperlukan dalam rangka menanggulangi
krisis air yang terjadi baik dalam skala global, nasional maupun lokal. Salah satu
bentuk manajemen sumberdaya air adalah pengelolaan daerah aliran sungai (DAS).
Pengelolaan DAS sangat diperlukan dalam rangka mempertahankan keberadaan DAS
agar tidak menjadi DAS kritis. Hal tersebut dilakukan melalui monitoring dan
perlindungan ekosistem kawasan DAS. Melalui pengelolaan eksositem DAS secara
komprehensif diharapkan permasalahan kekurangan air, kualitas air dan bencana
terkait air dapat ditanggulangi. Beberapa hal yang berkaitan dengan pengelolaan DAS
yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Pengelolaan DAS harus memberikan batasan-batasan operasional terhadap
berbagai penggunaan lahan dan pemanfaatan kawasan DAS. Dimana
diperlukan regulasi dan remonitoring tehadap pertumbuhan permukiman
baru dan konversi lahan pertanian produktif menjadi areal terbangun.
Persyaratan-persyaratan terhadap areal terbangun baru harus memenuhi
kaedah lingkungan, menerapkan sistem sumur resapan dan membuat
saluran drainase yang memadai. Pemanfaatan Lahan pinggiran
sungai/riparian untuk daerah permukiman baru perlu dikaji ulang. karena
hal ini secara lingkungan sangat kontra produktif.
2. Pembangunan sistem peringatan dini (early warning system) merupakan
kebutuhan yang mendesak sebagai bagian dari manajemen bencana.
Investasi pada program early warning system, baik berupa perangkat
lunak, organisasi, maupun infrastruktur peringkatan dini, merupakan hal
yang sangat diperlukan.
3. Ekosistem DAS harus dipahami sebagai kawasan cross boundary antar
kabupaten/kota. Program pelestarian kawasan DAS harus melibatkan
kerjasama antar kabupaten, sehingga muncul sinergitas dalam kaitannya
dengan otonomi daerah. Dalam hal ini bukan tidak mungkin keberadaan
potensi sumberdaya alam pada suatu daerah nilai beban yang ditanggung
akan lebih besar daripada nilai kemanfaatan yang diperoleh. Pada daerah
hulu sungai, biaya untuk menjaga daerah tangkapan, daerah penyangga
dan daerah konservasi sangat besar dibandingkan dengan manfaat
(ekonomis) yang diperoleh. Apabila daerah hulu mengelola dan
memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada kurang hati-hati maka
dampak lingkungan dan kerugian yang akan menerima adalah daerah lain.
c. Pendapat tentang pengembangan sumber dayaair terintegrasi di sungai
brantas
Jawaban :
Terdapat beberapa masalah dalam Permasalahan pokok di DAS Kali Brantas
seperti fluktuasi air permukaan yang ditandai oleh dua peristiwa yaitu kekeringan di
musim kemarau dan banjir di musim hujan. Kegagalan panen dan kelaparan menjadi
akibat dari kekurangan air di musim kemarau, sebaliknya di musim hujan terjadi
bencana yang mengakibatkan korban harta bahkan jiwa. Selain itu, kondisi aliran air
Kali Brantas juga terkendala oleh endapan sedimen yang dihasilkan letusan Gunung
Kelud. Setiap 10 hingga 15 tahun, gunung ini meletus dan melontarkan abu dan batu
piroklastik ke bagian tengah dari DAS Kali Brantas yang pada akhirnya menimbulkan
gangguan fluvial pada aliran air Kali Brantas. Adanya beberapa gunung berapi yang
aktif di bagian hulu sungai, yaitu Gunung Kelud dan Gunung Semeru menyebabkan
banyak material vulkanik yang mengalir ke sungai ini. Hal ini menyebabkan tingkat
sedimentasi bendungan-bendungan yang ada di aliran sungai ini sangat tinggi.
Wilayah Sungai (WS) Brantas merupakan wilayah sungai strategis nasional
dan menjadi kewenangan Pemerintah Pusat berdasarkan Permen PU No. 11A Tahun
2006. Luas WS Kali Brantas adalah 14.103 km2 melintasi 15 Kab/Kota (9 kabupaten
dan 6 kotamadya), terdiri atas 4 DAS yaitu:
1. DAS Kali Brantas seluas 11.988 km2 (25% dari luas Propinsi Jawa
Timur), terdiri atas 6 Sub DAS, 32 Basin Block.
2. DAS Tengah seluas 596 km2, terdiri atas Kali Ngampo, Kali Tengah, dan
Kali Tumpak Nongko.
3. DAS Ringin Bandulan seluas 595 km2, terdiri atas Kali Klathak, Kali
Kedungbanteng, Kali Ngrejo, dan Kali Sidorejo.
4. DAS Kondang Merak seluas 924 km2, terdiri atas Kali Glidik dan Kali
Bambang.
Gambar 2. Wilayah Sungai Brantas
Sungai Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi Jawa Timur
mengingat 60% produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran
sungai ini. Akibat pendangkalan dan debit air yang terus menurun sungai ini tidak bisa
dilayari lagi. Fungsinya kini beralih sebagai irigasi dan bahan baku air minum bagi
sejumlah kota disepanjang alirannya. Untuk mengembalikan fungsi utama DAS
brantas, dilakukan pengembangan melalui 4 (empat) rencana induk pengembangan
DAS. Sasaran utama rencana induk berturut-turut adalah :
1. Master Plan I, Pengendalian banjir (tahun 1961)
Rencana induk pertama memiliki sasaran pengendalian banjir oleh karena
tanpa pengendalian maka pengembangan yang lain tidak bisa dilakukan. Pengendalian
banjir dilakukan dengan membangun sejumlah bendungan untuk menampung
kelebihan air, perbaikan alur sungai di bagian tengah DAS dan pembuatan jalur
pelepas banjir (flood way). Selain itu disiapkan pula sistem peringatan dini banjir dan
jejaring pemantauan hidrologi.
2. Master Plan II, Penyediaan air irigasi (tahun 1973)
Rencana induk kedua memiliki sasaran penyediaan air irigasi, seiring
kebijakan Pemerintah untuk mencukupi kebutuhan beras nasional dengan memperluas
pertanian berbasis irigasi teknis. Sejumlah bendung dan bangunan pengambilan air
dibangun dalam tahapan rencana induk ini.
3. Master Plan III, Penyediaan air baku (tahun 1985)
Rencana induk ketiga memiliki sasaran penyediaan air baku, khususnya
pelayanan air di daerah tengah dan hilir dari DAS Kali Brantas. Sejumlah bendung,
sistem suplesi (penambahan debit) dan infrastruktur lain yang dapat dipakai melayani
air baku dibangun dalam tahapan rencana induk ini.
4. Master Plan IV, Konservasi dan manajemen sumberdaya air (tahun 1998)
Rencana induk ke empat ditekankan pada konservasi dan pengelolaan
sumberdaya air. Pengelolaan air tidak saja mencakup aspek kuantitas namun juga ke
arah pengendalian kualitas walaupun masih bersifat terbatas. Dalam tahap ini
dikembangkan sistem pengelolaan informasi hidrologi.
Saat ini upaya terpadu dan komprehensif telah dilakukan untuk membangun
DAS yang terintegrasi antara lain:
1. Pengaturan prioritas pembangunan.
2. Penguatan pengembangan penduduk di DAS Brantas.
3. Perubahan perilaku masyarakat di hulu-tengah-hilir.
4. Pembangunan infrastruktur, yang tidak hanya memerlukan investasi besar
komitmen jangka panjang, tetapi juga koordinasi antar sektor, daerah dan
stakeholder dengan dukungan institusi yang kuat.
5. Pengaturan peran pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, kantor
proyek khusus dalam batas-batas DAS yang mengatur penerimaan
manfaat proyek termasuk peraturan kelembagaan, peraturan struktur
pengumpulan pendapatan, institusi yang dapat mengoperasikan dan
memelihara infrastruktur
6. Pengupayaan keterlibatan publik: konsultasi dan kesadaran publik melalui
kampanye.
Untuk mendukung upaya terpadu dan komprehensif dalam manajemen DAS
yang terintegrasi, maka dilakukan diupayakan yaitu pembentukan kelembagaan,
yakni:
1. Komite Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur
2. Komite Sumber Daya Air DAS Brantas (di bawah Koordinasi DPU untuk
mengatur pemanfaatan air)
3. Forum DAS Brantas (di bawah Koordinasi Departemen Kehutanan/BP
DAS Brantas untuk mengatur upaya konservasi lahan guna
mempertahankan kuantitas dan kualitas air)
4. Pelayanan Sumber Daya Air Provinsi
5. Unit Operasi DAS Brantas (di bawah propinsi)
6. Unit Pelaksana Teknis Brantas (dibawah pemerintah pusat)
7. Perum Jasa Tirta
Hasil pengembangan ini telah menghasilkan sejumlah besar prasarana
pengairan. Manfaat pembangunan antara lain:
1. Pengendalian banjir 50 tahunan di sungai utama yang mengurangi luas
genangan sekuas 80.000 ha.
2. Irigasi untuk sawah seluas 345.000 ha dimana 83.000 ha berupa irigasi teknis
langsung dari sungai induk (2,5 miliar m³ per-tahun). Kali Brantas
mempunyai peran yang cukup besar dalam menunjang Provinsi Jatim sebagai
lumbung pangan nasional. Dalam tahun 1994–1997, Provinsi Jatim telah
memberi kontribusi rata-rata 470.000 ton beras/tahun atau sebesar 25% dari
stok pangan nasional
3. Energi listrik 1.000 giga-W-jam per-tahun.
4. Suplai air baku untuk industri 130 juta m³ per-tahun dan domestik 240 juta m³
per-tahun.
Hasil pengembangan ini telah menjadikan DAS brantas telah terintegrasi
walaupun masih belum dapat dikatakan sangat baik. Untuk itu masih dibutuhkan
pembangunan, perawatan dan perbaikan dalam menjaga, untuk keberlanjutan dari
DAS brantas. Untuk mencapai ini, dibutuhkan konsistensi dan sinergi di antara
berbagai pihak yang saling berkepentingan dan juga masyarakat.
Langkah-langkah yang dapat menjadikan DAS brantas terintgrasi dengan baik
adalah :
1. Kebijakan konsisten dengan dukungan politik, keuangan; untuk merencanakan,
mengembangkan dan mengelola.
2. Tahapan pembangunan, mengingat pengembangan SDA memerlukan investasi
yang besar.
3. Penerapan prinsip pembayaran bagi Penerima Manfaat sekaligus untuk solusi
beban Operasi-Pemeliharaan pembangunan infrastruktur
4. Kerangka Hukum, sebagai dukungan dan dasar hukum kegiatan.
5. Institusi atau badan yang kuat untuk melaksanakan kegiatan operasional dan
atau pengembang.
6. Komite atau Dewan Air serta Forum DAS; sebagai perwakilan pemangku
keentingan/stakeholder sebagai bentuk kesadaran-keterlibatan publik.
7. Usaha yang terus menerus untuk memperbaiki regulasi, institusi,dan
pembangunan baik dari aspek teknis maupun administrasi.