STUDI PENDEKATAN ISLAM "FEMINISME"

download STUDI PENDEKATAN ISLAM "FEMINISME"

If you can't read please download the document

Transcript of STUDI PENDEKATAN ISLAM "FEMINISME"

PENDEKATAN STUDI ISLAM : FEMINISME Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Pendekatan Islam Konsentrasi Psikologi Pendidikan Islam Dosen : Prof. Dr. H. Adang Djumhur Dr. Ilman Nafia

Disusun Oleh : ABDU AZIS AHMADI

PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) SYEKH NURJATI CIREBON TAHUN 2010 BAB I PENDAHULUAN Setiap perbincangan yang melibatkan topic feminism dengan wacana keagama an, selalu terpantul dua wajah paradox, di satu sisi pantulan cermin realita sos io-historik, yang kemudian ditarik menjadi simpul-simpul ideologi baru yang seku lar, namun disisi lain, terpantul supremasi keagamaan yang doktrinal, dengan par adigma-paradigma sistematis yang transenden terhadap dinamika sejarah. Sebagai sebuah agama, Islam mentransformasikan nilai-nilainya termasuk n ilai keperempuanan selalu berujung dan berpangkal pada sisi kerahmatan. Misi tersebut mendasari viralitas Risalah Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW mela lui syariatnya yang adil, bijak dan menyentuh wahana terdalam umat manusia. Munculnya anggapan yang berbau stereotype terhadap doktrin-doktrin keaga maan semata-mata karena titik pandangnya yang hanya tertuju pada suatu sisi dan suatu system analisis. Rasionalisme dan eksperimentalisme bagi perempuan, misaln ya, sering kali diangkat ke permukaan untuk mengukur frekuensi nilai-nilai keadi lan dalam keagamaan. Cara pandang ini memang konstribusi secara akademis bagi pe mahaman keperempuanan, tetapi sekaligus bisa menyesatkan apabila dihadapkan deng an landasan keagamaan, dengan penghadapan konflik. Piranti sosiologis, bukan satu-satunya piranti ijtihad untuk memahami pe rempuan secara proporsional. Apalagi upaya dekonstruktif yang dikembangkan dalam pemikiran gender, sangat dilandasi oleh protes keadilan gender dari pergulatan sejarah yang nisbi dan semu. Demikian juga dalam perbincangan feminisme, dataran dan cakrawalanya aka n sama dengan sejarah misi Islam melalui wahyu di muka bumi. Kepedulian wahyu te rhadap sejarah, karena sejarah determinan, manusia gagal membangun agama dan keb enaran melalui eksistensi yang dimiliki, kecuali sekedar rekayasa akal budi untu k menikmati mimpi peradaban dunia. Kebutuhan manusia akan wahyu, mutlak diperlukan. Mengingat bahwa manusia tidak mampu memahami dirinya sendiri tanpa bimbingan wahyu. Sementara pendekata n-pendekatan sekular yang direkayasa untuk memahami eksistensi manusia dengan ke hidupannya, hanya berakhir pada pangkal skeptisisme yang disakralkan sebagai dog ma akademi. Padahal skeptisisme adalah kepuasan-kepuasan dini, akibat kegagalann ya mencapai puncak kepuasan spiritual yang sebenarnya. Dengan demikian pandangan tentang feminisme yang selama ini sangat beran eka ragam dalam pendekatan agama, tentunya menjadi sebuah perbincangan atau waca na yang sangat menarik. Maka kajian studi Islam dalam pendekatan feminisme akan

menambah wawasan keilmuan dan keislaman yang luas.

BAB II MATERI PEMBAHASAN A. Kelahiran dan Perkembangan Feminisme Membicarakan tentang feminisme pada umumnya merupakan pembicaraan tentang bagaim ana pada relasi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, serrta bagaimana hak, status, dan kedudukan perempuan di sektor domestik dan publik. Dalam perkembanga nnya, tidak ada standar yang tunggal dalam aplikasi ide ini. Kamla Bahsin dan Ni ghat Said Khan berpendapat banhwa : tidak mudah untuk merumuskan definisi femin ism yang dapat diterima oleh atau diterapkan kepada semua feminism di semua temp at dan wahyu. Karena definisi feminisme berubah-ubah sesuai dengan prbedaan real itas sosio kultur yang melatarbelakangi kelahirannya serta perbedaan tingkat kes adaran, persepsi, serta tindakan yang dilakukan para feminis itu sendiri. Namun demikian masih menurut mereka berdua feminisme harus didefinisikan secara jelas dan luas supaya tidak terjadi kesalah pahaman. Untuk keperluan itulah mere ka mengajukan definisi yang menurutnya memiliki pengertian yang lebih luas, yait u suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan (diskriminasi) terhadap perempua n dalam masyarakat, di tempat kerja, dan dalam keluarga serta tindakan sadar ole h perempuan maupun laki-laki untuk merubah keadaan tersebut. Oleh karena itu, se lain sebagai sebuah gerakan, feminisme juga menjadi metode analisis (cara pandan g) dalam menilai keberadaan wanita dalam sebuah masyarakat berikut pola relasiny a. Untuk memahami realitas ide ini, sehingga memungkinkan kita menetapkan sikap yang tepat terhadapnya bahkan akan menampilkan pembahasan tentang konsep-konsep penting yang ditawarkan kaum feminis untuk menopang dan memperkuat analisisnya ( konsep gender, patriarkhi), bagaimana ruang-ruang social historis bagi munculnya ide tersebut sekaligus peerkembangan dalam ragam gerakannya, serta bagaimana pa ndangan agama tentang feminisme yang saat ini sudah menjadi wacana dalam masyara kat. B. Feminisme di Dunia Islam Istilah feminisme atau tepatnya gerakan yang sekarang disebut dengan feminisme di dunia Islam boleh jadi sudah dikenal sejak awal abad ini. Misalnya lewat pem ikiran-pemikiran Aisyah Taymuriyah, penulis dan penyair Mesir, Zaynab Fawwaz, Es ais Libanon, Rokeya Sakhawat Hossain dan Nazar Sajjad Haydar. Termasuk R.A. Kart ini, Emilie Ruete dari Zanzibar, dll. Mereka adalah perintis-perintis besar dala m menumbuhkan kesadaran atas persoalan sensitive gender, termasuk dalam melawan kebudayaan dan ideologi masyarakat yang hendak mengurung kebebasan perempuan. Sebenarnya feminisme Islam seperti halnya feminisme pada umumnya tidak muncul da ri satu pemikiran teoritis dan gerakan yang tunggal yang berlaku bagi seluruh pe rempuan di seluruh negeri Islam. Secara umum feminisme Islam adalah alat analisi s maupun gerakan yang bersifat historis dan kontekstual sesuai dengan kesadaran baru yang berkembang dalam menjawab masalah-masalah yang aktual menyangkut ketid ak-adilan dan ketidak-sederajatan. Apa yang khas dari feminisme Islam ini adalah dialog yang intensif antara prinsip-prinsip keadilan dan kesederajatan yang ada dalam teks-teks keagamaan misalnya Al Quran, Hadits dan tradisi keagamaan deng an realitas perlakuan terhadap perempuan yang ada atau hidup dalam masyarakat mu slim. Feminisme ini sebagai alat analisis dapat menghadirkan kesadaran akan adanya pen indasan dan pemerasan terhadap kaum perempuan di dalam masyarakat, di tempat ker ja dan di dalam keluarga yang seringkali disahkan dengan argument-argumen yang d iklaim bersifat keagamaan. Dengan analisis feminisme yang disebut analisis gende r diharapkan bisa muncul tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk me ngubah kondisi tersebut, melalui empowerment atas diri kaum perempuan itu sendir i. Perubahan cara pandang dan penafsiran teks keagamaan adalah kata kunci yang pali ng penting dan merupakan tujuan feminisme Islam ini, berhadapan dengan kecenderu ngan mempertahankan status quo tafsir-tafsir tradisional yang mensub kordinasika

n perempuan sebagai manusia kelas dua. Salah satu persoalan paling besar yang dibicarakan dalam feminisme Islam ini ada lah Patriarkhi yang oleh kaum feminis Islam sering dianggap sebagai asal-usul dari seluruh kecenderungan misigonis yaitu kebencian terhadap perempuan yang m endasari penulisan-penulisan teks keagamaan yang biasa untuk kepantingan laki-la ki, misalnya seperti terlihat dalam banyak buku fiqh perempuan yang boleh dikata kan tidak pernah ditulis berdasarkan pengalaman dan penghayatan keagamaan peremp uan sendiri. Kata patriarkhi ini seperti sering muncul dalam kamus adalah kekuasaan sang aya h berkaitan dengan system sosial, dimana sang ayah menguasai semua anggota kelu arganya, harta miliknya serta sumber-sumber ekonomi. Ayah adalah pembuat semua k eputusan penting dalam keluarga. Dalam sistem sosial termasuk agama, patriarkhi ini memunculkan berbagai bentuk kepercayaan atau ideologi. Misalnya bahwa laki-l aki lebih tinggi dan mulia kedudukannya karena itu lebih berharga daripada per empuan. Disinilah banyak feminis perempuan di dunia Islam dewasa ini, seperti Riffat Has an, Fatima Mernissi, Nawal el-Saadawi, Aminah Wadud dan sebagainya termasuk Ward ah Hafidz, Lies Marcoes Natsir dan Nurul Agustina di Indonesia, melalui tulisantulisan mereka berusaha membongkar berbagai macam pengetahuan normatif yang bias tersebut, tetapi selalu dijadikan orientasi kehidupan beragama, khususnya menya ngkut relasi gender (hubungan laki-laki dan perempuan). Pengetahuan keagamaan in i biasanya bersifat bias patriarkhi. Mereka menyadari bahwa banyak hukum agama ( misalnya hukum personal keluarga) praktik keagamaan, praktik sosial dan politik (misalnya soal keabsahan kepemimpinan sosial politik apalagi keagamaan) disusun berdasarkan asumsi patriarkhi ini. Sistem yang berdasarkan patriarkhi ini pada akhirnya selalu mengasingkan perempuan ke dalam rumah; dengan demikian laki-laki bisa lebih leluasa menguasai kaum perempuan. Sementara itu pengasingan perempua n di rumah menjadikan perempuan tidak mandiri secara ekonomis, dan selanjutnya t ergantung secara psikologis. Semua ini menurut Fatima Mernessi, dalam bukunya Be yond the veil : Male/female Dinamics in Modern Muslim Society. Distruktur melalu i pandangan stereotype tentang hijab, yang menjadi pembatas yang tegas antara la ki-laki dan perempuan dalam dunia publik dan domestik. Dunia publik adalah dunia laki-laki, sementara dunia domestik adalah dunia perempuan. Selanjutnya norma-norma moral, sosial dan hukum pun lebih banyak member hak kepa da kaum laki-laki dari pada perempuan, justru karena alasan bahwa laki-laki lebi h bernilai secara publik daripada perempuan. Dalam perkembangannya patriarkhi in i sekarang telah menjadi istilah terhadap semua sistem kekeluargaan maupun sosia l, politik dan keagamaan yang merendahkan bahkan menindas kaum perempuan, dari l ingkungan rumah tangga hingga masyarakat. Dalam paruh kedua abad ini ketika jumlah perempuan-perempuan kelas menengah dan atas yang mendapatkan kesempatan dan akses dalam kehidupan di dunia publik, baik lewat dunia pendidikan maupun pekerjaan mulai meningkat secara kuantitas para f eminis di dunia islam pun menulis banyak hal mengenai relasi-relasi gender yang timpang dan hubungannya dalam keluarga dan masyarakat. Misalnya tentang eksploit asi seksual yang menjadikan perempuan sebagai objek dalam kehidupan masyarakat t iddak menjadikannya sebagai subjek kecenderungan misogini dan patriarkhi yang ma asih menguasai penafsiran atas teks-teks keagamaan, dan kombinasi penindasan gen der dan kelas dari imperialism kontemporer, misalnya developmentalisme. Akibat propokasi atau tulisan-tulisan para feminis muslim ini, di tengah masalah -masalah perempuanyang sangat aktual dewasa ini berkaitan dengan kekerasan terha dap perempuan, pelecehan seksual, diskriminasi upah maupun hak-hak perempuan dal am dunia kerja, munculnya kesadaran akan hak-hak reproduksi yang dimiliki peremp uan sendiri, sampai pada ideologi peran ganda dan pandangan-pandangan Negara t entang perempuan yang sebenarnya tetap membuat perempuan disubordinasi dalam dun ia domestik feminisme Islam jelas mempunyai relevansi yang sangat penting. Feminisme juga penting dalam melawan arus konservatif yang sekarang ini muncul d alam diskursus-diskursus keagamaan, yang berusaha keras mau mengembalikan peremp uan ke rumah, dengan legitimasi-legitimasi yang dianggap suci, karena dianggap m erupakan perintah agama dengan menekankan bahwa kodrat perempuan adalah di rumah , hanya mengurus keluarga dan suami, karena memang untuk itulah is diciptakan. P

adahal, ini bukanlah kodrat tetapi bentukan sosial, yang selanjutnya dilegitimas ikan dengan teks-teks keagamaan. C. Teologi Feminis Akhirnya memang makin mendesak kebutuhan kita akan sebuah teologi perempuan pasc a patriarkhi. Kita membutuhkan sebuah penafsiran ulang atas pandangan-pandangan keagamaan mengenai perempuan, yang selama ini ada tapi bias patriarkhi. Apalagi ditulis oleh laki-laki yang hanya memandang dari pengalaman dan kepentingan kole ktifnya. Tujuan feminisme dalam Islam ini bukan hanya untuk membebaskan perempua n muslim saja, tetapi juga laki-lakinya dari struktur-struktur sosial (misalnya hukum) dan pandangan keagamaan yang tidak adil, yang tidak memungkinkan hubungan yang setara antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sosial, hukum maupun keagamaan. Inilah agenda paling penting feminisme Islam pasca patriarkhi; yaitu menegakan kembali hak-hak perempuan, yang sebenarnya dijamin oleh Al Quran. Mi salnya hak kesetaraan dan keadilan, hak-hak dalam perkawinan/perceraian, hak unt uk membangun martabat individual sebagai perempuan hingga soal-soal hukum person al/keluarga Islam yang menurut kacamata feminisme dewasa ini perlu diperbaharui sesuai dengan martabat individual perempuan sendiri. Mengikuti bahasa Mohammed Arkoun, kita akhirnya memerlukan pembacaan ulang dan d ekonstruksi atas teks-teks keagamaan lama yang bias gender. Penafsiran baru atas teks-teks keagamaan perlu dilakukan, justru untuk menemukan kembali pesan keaga maan yang perennial : bahwa agama memberi perintah kepada manusia tentang keadil an. Seperti dikatakan Riffat Hassan, Meskipun segala sesuatu sudah berjalan salah d alam kehidupan perempuan muslim yang tak diperhitungkan selama berabad-abad ini, saya sungguh yakin, masih ada harapan di masa depan, karena meningkatnya jumlah umat Islam baik laki-laki maupun perempuan yang mulai melakukan perenungan yang semakin mendalam terhadap ajaran Al Quran. Dalam Al Quran terlihat jelas bahw a tugas tertinggi yang dipercayakan Tuhan kepada umat manusia sebagai wakil Tuha n di muka bumi, hanya bisa diselesaikan dengan meninggalkan pandangan-pandangan dan nilai-nilai yang bias patriarkhi. Dengan demikian dapat diharapkan, upaya-upaya gerakan feminisme sekarang ini ter us berkembang di lapisan masyarakat menengah atas dan bahkan masyarakat lapisan bawah telah menyadari akan hak-hak, keadilan perempuan itu sendiri. Dengan gerak an ini kaum feminis akan mendapat tempat yang layak dan sesuai dengan ruang gera knya. BAB III KESIMPULAN 1. Feminisme dapat didefinisikan secara jelas dan luas supaya tidak terjadi kesalah pahaman. Maka feminisme yaitu suatu kesadaran akan penindasan dan pemer asan (diskriminasi) terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja, dan da lam keluarga serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk merubah keadaan tersebut. 2. Secara umum feminisme menurut Islam adalah alat analisis maupun gerakan yang selalu bersifat historis dan kontekstual sesuai dengan kesadaran baru yang berkembang dalam menjawab masalah-masalah yang aktual menyangkut ketidak adilan dan ketidak sederajatan. Apa yang khas dari feminisme Islam ini adalah dialog ya ng intensif antara prinsip-prinsip keadilan dan kesederajatan yang ada dalam tek s-teks keagamaan misalnya Al Quran, Hadits dan tradisi keagamaan dengan realita s perlakuan terhadap perempuan yang ada atau hidup dalam masyarakat muslim. 3. Tujuan teologi feminis dalam Islam ini bukan hanya untuk membebaskan per empuan muslim saja, tetapi juga laki-lakinya dari struktur-struktur social (misa lnya hukum) dan pandangan keagamaan yang tidak adil, yang tidak memungkinkan hub ungan yang setara antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sosial, hukum m aupun keagamaan. DAFTAR PUSTAKA

Abudin Natta, Metodologi Studi Islam, Grafindo, Jakarta, 2003 Budhy Munawar Racman, Membincang Feminisme : Diskursus Gender Perspektif Islam, Gusti Risalah, Surabaya, 1996 Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan Releva nsinya, Gema Insani Press, Jakarta, 1995 Siti Muslikhati, Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan Dalam Timbangan Islam, Gem a Insani Press, Jakarta, 2004 Siti Ruhaini D, Feminisme Dalam Perspektif Islam (Studi terhadap hal-hal yang me nguatkan dan melemahkan Feminisme), Gusti Risalah, Surabaya, 1996