STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN...

93
STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN MANGROVE DI DESA TANJUNG BUNGA KABUPATEN KONAWE UTARA SKRIPSI Oleh : MUH. OSMAR D1B5 09 118 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016

Transcript of STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN...

Page 1: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

i

i

STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN

HUTAN MANGROVE DI DESA TANJUNG BUNGA

KABUPATEN KONAWE UTARA

SKRIPSI

Oleh :

MUH. OSMAR

D1B5 09 118

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2016

Page 2: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

ii

ii

STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN

HUTAN MANGROVE DI DESA TANJUNG BUNGA

KABUPATEN KONAWE UTARA

SKRIPSI

diajukan kepada fakultas kehutanan dan ilmu lingkungan

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana pada jurusan kehutanan

Oleh :

MUH. OSMAR

D1B5 09 118

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2016

Page 3: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

iii

iii

Page 4: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

iv

iv

Page 5: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

v

v

Page 6: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

vi

vi

ABSTRAK

MUH. OSMAR (D1B5 09 118). Studi Analisis Komposisi dan Struktur Tegakan

Hutan Mangrove di Desa Tanjung Bunga Kabupaten Konawe Utara, dibawah

bimbingan SAFRIL KASIM sebagai Pembimbing I dan ZULKARNAIN sebagai

Pembimbing II.

Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan hutan mangrove di Desa

Tanjung Bunga Kabupaten Konawe Utara pada bulan Juni sampai Desember

2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan struktur

tegakan hutan serta keanekaragaman jenis hutan mangrove di Desa Tanjung

Bunga Kabupaten Konawe Utara.

Pengambilan sampel menggunakan metode garis berpetak, penentuan

transek pertama dilakukan secara purposive sampling dan transek selanjutnya di

lakukan secara sistematis dengan jarak antar transek 50 Meter. Luas kawasan

penelitian yaitu 16,47 Ha. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat 9 jenis

vegetasi, 8 jenis vegetasi terdapat pada tingkat pohon dan pancang yaitu

Avicennia marina, Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrica, Bruguiera

gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba dan

Xilocarpus granatum serta 9 Jenis pada tingkatan semai yaitu Acrostichum

Aureum, A.marina, A.officinalis, B.cylindrica, B.gymnorrhiza, B.sexangula,

R.stylosa, S.alba dan X.granatum. Pada tingkat pohon yang memiliki kerapatan

tertinggi yaitu jenis S.alba dengan nilai 37,5 Ind/Ha, B.gymnorrhiza (36,11

Ind/Ha) dan jenis R.stylosa (33,3 Ind/Ha), tiga jenis ini mempunyai nilai frekuesi

tinggi yang masing-masing yaitu 44%, 44% dan 61%. Sedangkan dominansi

paling tinggi dimiliki B.gymnorrhiza dengan nilai 2,11 m2/ha, jenis ini pula yang

memiliki indeks nilai penting tertinggi dengan nilai 84,16. Tingkat pancang jenis

yang memiliki nilai kerapatan, frekuensi dan indeks nilai penting tertinggi yaitu

pada jenis R.stylosa, dan jenis ini mendominasi pada tingkatan semai. Jenis

R.stylosa memiliki daya penyesuaian yang baik terhadap habitatnya dalam

persaingan antara komunitas tumbuhan hutan. Nilai indeks keanekaragaman jenis

(H’) pada tingkat pohon sebesar 1,78, tingkat pancang sebesar 1,67 dan untuk

tingkat semai yaitu 1,94, ketiganya termasuk dalam kategori sedang.

Kata Kunci : hutan mangrove, Desa Tanjung Bunga, Bruguiera gymnorrhiza,

Rhizophora stylosa

Page 7: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

vii

vii

ABSTRACT

MUH. OSMAR (D1B5 09 118). Study Analysis of Composition and Structure of

Mangrove Forest Stands in Tanjung Bunga Village of Konawe Utara Regency,

under the guidance of SAFRIL KASIM as Supervisor I and ZULKARNAIN as

Supervisor II.

This study was conducted at mangrove forest area in Tanjung Bunga

Village of Konawe Utara Regency. This was conducted from June to October,

2015. The objectives of this study were to find out the composition and the

structure of forest stands and also the variety of mangrove forest in Tanjung

Bunga Village of Konawe Utara Regency.

Technique of sampling was taken by using parceled line method,

determination of the first transect was conducted by using purposive sampling and

the subsequent transects were conducted systematically, with the space among

transects was 50 meters. The area of this study was 16.47 Ha. The result of this

study showed that there were 9 types of vegetation, 8 types of vegetation were

found on the tree levels and the stake were Avicennia marina, Avicennia

officinalis, Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula,

Rhizophora stylosa, Sonneratia alba and Xilocarpus granatum, and then 9 types

of seedling level were Acrostichum Aureum, A.marina, A.officinalis, B.cylindrica,

B.gymnorrhiza, B.sexangula, R.stylosa, S.alba and X.granatum. On the tree levels,

types that had the highest density were S.alba with a value of 37,5 Ind/Ha,

B.gymnorrhiza (36,11 Ind/Ha), and R.stylosa (33,3 Ind/Ha). These three types had

high frequency value. Each of them had its own values, were 44%, 44% and 61%.

While the highest dominance was B.gymnorrhiza with a value of 2,11 m2/ha, this

type also had the highest important value index by 84,16. On the stake level, the

type that had density value, frequency and important value index was on the type

of R.stylosa, and this type also which was dominated on seedling level. R.stylosa

type had good adapting power to its habitation in the rivalry among the forest

plants communities. Variety value index of type (H’) on the tree level was 1.78,

on the stake level was 1.67 and for seedling level was 1.94, all three are included

in the medium category.

Keywords: Mangrove Forest, Tanjung Bunga Village, Bruguiera gymnorrhiza,

Rhizophora stylosa.

Page 8: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

viii

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena

atas Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Studi Analisis Komposisi dan Struktur Tegakan Hutan

Mangrove di Desa Tanjung Bunga Kabupaten Konawe Utara” untuk

memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu

Oleo Kendari.

Ucapan terima kasih dan penghormatan serta penghargaan setinggi-

tingginya kepada Ayahanda Suddin. L dan Ibunda Mira atas segala perhatian,

kasih sayang, doa, serta dukungan yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup

penulis serta kepada saudara-saudaraku Fredi, Musta’al, S.Pd beserta istri

Lijayani, S.Pd, Titi Elpian S.Kom. terima kasih atas doa dan motivasinya.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghormatan kepada

Bapak Safril Kasim, SP., MES selaku Pembimbing I dan Bapak Zulkarnain,

S.Hut., M.Si selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu baik secara

moral maupun bimbingan, saran, kritik, nasehat, serta permohonan maaf atas

segala kesalahan penulis perbuat, baik sengaja maupun tidak sengaja mulai dari

awal sampai akhir pembimbingan.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dosen penguji, Ibu Dr. Ir. Hj. Husna, MP., Bapak Dr. Faisal Danu

Tuheteru, S.Hut., M.Si., dan Ibu Asrianti Arif, S.Hut., M.Si yang telah

Page 9: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

ix

ix

meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik dalam perbaikan

skripsi penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Laode Sabaruddin, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Bapak Zulkarnain, S.Hut., M.Si selaku

Ketua Jurusan Kehutanan dan Ibu Dr. Ir. Sitti Marwah., M.Si sebagai

penasehat akademik, atas segala petunjuk, nasehat dan bimbingan selama

masa studi hingga tahap penyelesaian studi.

3. Dosen Lingkup Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan

serta staf di lingkup Jurusan Kehutanan atas budi baiknya.

4. Teman-teman seperjuangan kehutanan angkatan 2009 Muh. Yasir, S.Hut.,

Ardianto, S.Hut., Try Sutriono, S.Hut., Miduanto, S.Hut, Pebrianti Banasur,

S.Hut, Ramadhan Apagoda, Ramadhan, La Arwan, S.Hut, Abdul Hakam

Rasyid, Sulirman, S.Hut, Nani Marlina Simon, S.Hut, Isra, S.Hut, Niko

Rahmat, S.Hut, Sudarno Alimasri, Murtato Umar, S.Hut, Asdawar Arsamid,

S.Hut, Gusti Putu Adi Prema, S.Hut, Segar Alam, Erlin, Muh Rizal, Rasidin,

Eko Aditiyas Saputra, S.Hut, Elvian Jaka Purnama, S.Hut, Toto Gunarto,

S.Hut, Gusti Komang Arya, S.Hut, Saldin, S.Hut, Djiondan Taruna, S.Hut,

Suci Rari Wulan B., S.Hut Liswati, Suharni, S.Hut, Linda Trisnasari, S.Hut,

Erna, Karni, S.Hut, Fatmawati, Ati Karmila, S.Hut, Ismawati, S.Hut, Cipto

Arief, Astin Angreani Abdulah, Sitti Endriyani S,Hut, Ikhsan serta teman-

teman yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu.

5. Keluarga besar Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kabupaten Konawe

Utara dan Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Kendari,

Page 10: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

x

x

khususnya pada komisariat Fakultas Pertanian, yang telah memberi banyak

bantuan serta sebagai motivator dalam menyelesaikan studi. Semoga tetap jaya

dalam tujuan sebagai insan pencipta dan pengabdi yang merupakan lokomotif

pembentuk kedar kepemimpinan yang tangguh. Yakin Usaha Sampai.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan

serta dukungan yang diberikan kepada penulis dan permohonan maaf atas segala

kesalahan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, namun penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi

mereka yang membutuhkannya.

Kendari, Januari 2016

Penulis

Page 11: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

xi

xi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Muh. Osmar dilahirkan

pada tanggal 25 Juli 1991 di Kelurahan Andowia, Kecamatan

Andowia Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi

Tenggara. Penulis merupakan anak ke delapan dari sepuluh

bersaudara dari pasangan Bapak Suddin. L dan Ibu Mira. Penulis mengawali

jenjang pendidikan formal di SD Negeri Anggolohipo pada tahun 2000.

Kemudian pada tahun 2003, penulis melanjutkan pendidikan pada SMP Negeri 1

Asera dan tamat pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

jenjang pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Asera dan

menyelesaikan studi pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan di

Universitas Halu Oleo Tahun 2009. Penulis diterima pada Jurusan Kehutanan

Fakultas Kehutanan melalui jalur SPMB.

Selama menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo, penulis aktif

dalam beberapa kegiatan dan kelembagaan kemahasiswaan antara lain anggota

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakulas Pertanian periode 2011-2012, pengurus

Himpunan Mahasiswa Jurusan Kehutanan pada periode 2010-2011, MPM

Alzaitun Faperta, Lembaga Da’wah Kampus UHO, kader Himpunan Mahasiswa

Islam cabang Kendari, sekretaris Ikatan Mahasiswa Kehutanan Konawe Utara,

Ketua Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kecamatan Andowia dan sekretaris

Umum Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kabupaten Konawe Utara

Page 12: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

xii

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i

HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii

PERNYATAAN ....................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ................................... v

ABSTRAK ............................................................................................... vi

ABSTRACT ............................................................................................. vii

UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................... viii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................. xi

DAFTAR ISI ............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Hutan Mangrove ........................................................... 5

B. Morfologi Mangrove .................................................................. 6

C. Jenis-jenis Hutan Mangrove ....................................................... 11

D. Struktur Hutan Mangrove ........................................................... 13

E. Manfaat Hutan Mangrove ........................................................... 14

F. Zonasi Vegetasi Hutan Mangrove .............................................. 16

G. Parameter dalam Analisis Komunitas ......................................... 17

H. Metode Pengambilan Contoh ..................................................... 24

I. Kerangka Pikir ............................................................................ 27

III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu ....................................................................... 29

B. Bahan dan Alat ............................................................................ 29

C. Populasi ....................................................................................... 29

D. Prosedur Penelitian ..................................................................... 30

E. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 32

F. Variabel Penelitian ...................................................................... 33

G. Analisis Data ............................................................................... 33

H. Indikator Penelitian ..................................................................... 36

I. Konsep Operasional .................................................................... 37

Page 13: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

xiii

xiii

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Batas Wilayah ........................................................... 39

B. Aksesbilitas ................................................................................. 39

C. Keadaan Iklim ............................................................................ 40

D. Keadaan Penduduk ..................................................................... 41

E. Mata Pencaharian Penduduk ....................................................... 41

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rekapitulasi Komposisi Jenis Mangrove yang Ada di Desa

Tanjung Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara ... 43

B. Analisis Vegetasi ........................................................................ 50

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 63

B. Saran .......................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Indikator Kerapatan Jenis................................................................... 36

2. Indikator Frekuensi Relatif (FR) ........................................................ 36

3. Indikator Indeks Dominansi (D) ........................................................ 36

4. Indikator Indeks Nilai Penting (INP) ................................................. 36

5. Indikator Indeks Keanekaragaman Jenis............................................ 36

6. Aksesbilitas Terhadap Jarak dan Waktu Tempuh Antara Desa

Tanjung Bunga dengan Pusat Pemerintahan ..................................... 40

7. Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Di Kecamatan Lasolo

Tahun 2013 ........................................................................................ 40

8. Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala

Keluarga ............................................................................................ 41

9. Data Jumlah Mata Pencaharian Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah

Kepala Keluarga di Desa Tanjung Bunga 2013 ................................. 42

10. Rekapitulasi Jenis, Famili, Jumlah Dan Tingkat Kemunculan Setiap

Jenis Pada Tiap Tingkatan Vegetasi Yang Ditemukan Dikawasan

Hutan Mangrove di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Lasolo

Kabupaten Konawe Utara ................................................................. 43

11. Komposisi dan Keanekaragaman Vegetasi Tingkat Pohon dalam

Kawasan Hutan Mangrove di Desa Tanjung Bunga Kecamatan

Lasolo Kabupaten Konawe Utara ..................................................... 50

12. Komposisi dan Keanekaragaman Vegetasi Tingkat Pancang dalam

Kawasan Hutan Mangrove di Desa Tanjung Bunga Kecamatan

Lasolo Kabupaten Konawe Utara ..................................................... 55

13. Komposisi dan Keanekaragaman Vegetasi Tingkat Semai dalam

Kawasan Hutan Mangrove di Desa Tanjung Bunga Kecamatan

Lasolo Kabupaten Konawe Utara ..................................................... 57

14. Hasil Perhitungan Pada Indeks Keanekaragaman ............................. 60

Page 15: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Morfologi Bruguiera cylindrica ........................................................ 7

2. Morfologi Sonneratia alba ................................................................ 9

3. Morfologi Avicennia marina .............................................................. 10

4. Morfologi Xylocarpus moluccensis ................................................... 11

5. Desain Pengambilan Contoh dengan Metode Garis Berpetak ........... 26

6. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................. 28

7. Desain Transek Pengamatan Vegetasi . ............................................. 31

8. Morfologi jenis Rombio (A.aureum) ................................................. 44

9. Morfologi jenis Api-api (A.marina) ................................................... 45

10. Morfologi jenis Api-api (A.officinalis) .............................................. 45

11. Morfologi jenis Burus (B.cylindrica) ................................................. 46

12. Morfologi jenis Tanjang (B.gymnorrhiza) ......................................... 47

13. Morfologi jenis Tongge (B.sexangula) .............................................. 47

14. Morfologi jenis Uwakata (R.stylosa) ................................................. 48

15. Morfologi jenis Peropa (S.alba) ......................................................... 49

16. Morfologi jenis Kondawu (X.granatum) ........................................... 49

Page 16: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................ 67

2. Peta Lokasi Penempatan Sampel ....................................................... 68

3. Perhitungan Analisis Vegetasi Pada Tingkat Pohon ......................... 69

4. Perhitungan Analisis Vegetasi Pada Tingkat Pancang ..................... 70

5. Perhitungan Analisis Vegetasi pada Tingkat Semai ......................... 71

6. Daftar Jenis Mangrove yang Teridenfikasi di Desa Tanjung Bunga

Pada Tingkat Pohon .......................................................................... 72

7. Daftar Jenis Mangrove yang Teridenfikasi di Desa Tanjung Bunga

Pada Tingkat Pancang ....................................................................... 72

8. Daftar Jenis Mangrove yang Teridenfikasi di Desa Tanjung Bunga

Pada Tingkat Semai .......................................................................... 73

9. Dokumentasi Penelitian .................................................................... 74

Page 17: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

1

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda dalam memelihara

keseimbangan siklus biologi dalam suatu perairan laut. Mangrove juga memegang

peranan penting dalam kehidupan manusia karena disamping dapat menghasilkan

kayu yang mempunyai nilai ekonomi juga berfungsi sebagai pelindung pantai dan

daratan (Setyawan et al., 2006).

Kawasan Hutan Mangrove di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010

memiliki luas 54.259 Ha, mengalami penurunan pada tahun 2012 dengan luas

41.525.91 Ha. Kenyataan ini disebabkan oleh alih fungsi lahan mangrove menjadi

tambak, pengembangan kawasan periwisata yang tidak akrab lingkungan,

perkebunan dan berkembangnya kawasan pemukiman digaris hijau pantai. kondisi

tersebut adalah permasalahan utama yang sering kali menjadi penyebab degradasi

kawasan mangrove (Arisandi, 2001). Pertambahan penduduk terutama didaerah

pantai menyebabkan perubahan tata guna lahan dan pemanfatan sumberdaya alam

secara berlebihan, sehingga kawasan mangrove makin cepat menipis dan rusak.

Kondisi ini juga dapat kita lihat diwilayah Kabupaten Konawe Utara pada Desa

Tanjung Bunga Kecamatan Lasolo yang bersinggungan langsung dengan wilayah

ekosistem mangrove sehingga hal ini menjadi perhatian yang serius.

Page 18: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

2

2

Desa Tanjung Bunga mempunyai kakayaan hutan mangrove yang

memiliki potensi untuk dimanfaatkan bagi kelangsungan masyarakat sekitar, yang

memiliki jumlah penduduk 415 jiwa. Desa Tanjung Bunga memiliki vegetasi

hutan mangrove dengan luas . Kawasan hutan mangrove ini

merupakan salah satu potensi sumber daya alam untuk kehidupan biota laut dan

ekosistem mangrove.

Kawasan hutan mangrove Desa Tanjung Bunga saat ini wilayahnya telah

dimanfaatkan untuk keperluan tambak ikan, lahan pemukiman dan pengambilan

kayu untuk kebutuhan masyarakat sekitar. Selain itu pembukaan jalan oleh

pemerintah setempat disepanjang jalur yang berdekatan dengan vegetasi karena

adanya pemekaran wilayah administrasi juga berpotensi mempengaruhi

kelestarian mangrove di wilayah tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengelolaan yang tepat demi menjaga kelestarian ekosistem mangrove di Desa

Tanjung Bunga. Salah satu aspek penting dalam pengelolaan adalah tersedianya

data yang memadai mengenai kondisi vegetasi hutan mangrove. Penelitian ini

penting dilakukan untuk mengkaji komposisi dan struktur tegakan hutan

mangrove di Desa Tanjung Bunga Kabupaten Konawe Utara. Analisis vegetasi

merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui susunan komposisi jenis dan

bentuk struktur vegetasi dalam suatu area, dengan adanya data tersebut maka

diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan pengelolaan

hutan mangrove Desa Tanjung Bunga Kabupaten Konawe Utara.

Page 19: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

3

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana komposisi dan struktur vegetasi hutan mangrove di Desa Tanjung

Bunga Kabupaten Konawe Utara?

2. Bagaimana keanekaragaman jenis hutan mangrove di Desa Tanjung Bunga

Kabupaten Konawe Utara ?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui komposisi dan struktur vegetasi hutan mangrove di Desa

Tanjung Bunga Kabupaten Konawe Utara.

2. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis hutan mangrove di Desa Tanjung

Bunga Kabupaten Konawe Utara.

Manfaat yang diharapkan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pengetahuan bagi masyarakat yang berada disekitar pesisir

pantai agar dapat memanfaatkan hutan mangrove secara bijaksana tanpa

merusak kelestariannya.

2. Sebagai Informasi dasar kepada masyarakat mengenai keanekaragaman jenis

dan kondisi ekosistem hutan mangrove yang berada di Desa Tanjung Bunga

Kabupaten Konawe Utara.

Page 20: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

4

4

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian tentang hutan mangrove serta sebagai bahan pemikiran bagi

pemerintah Kabupaten Konawe Utara khususnya pemerintah di Desa Tanjung

Bunga.

Page 21: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

5

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definis Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh

disepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa

disuatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai

dengan reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan

sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai

yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas dari

genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap

garam (Santono et al., 2005).

Menurut Snedaker (1978), dalam Yudha (2007), hutan mangrove adalah

kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh disepanjang garis pantai tropis sampai

sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa disuatu lingkungan yang mengandung

garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Adapun

menurut Noor et al., (2006), hutan mangrove adalah tumbuhan yang halofit yang

hidup disepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai

daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan

sub-tropis.

Hutan mangrove merupakan komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah

tropik dan didominasi oleh tumbuhan yang mempunyai akar napas atau

pneumatofora dan mempunyai kemampuan untuk tumbuh di daerah perairan asin.

Jenis tumbuhan yang sering dijumpai dalam ekosistem mangrove adalah genus

Page 22: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

6

6

Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera,

Laguncularia, Aigiceras, Aegiatilis, Snaeda dan Conocarpus (Indriyanto, 2006).

Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropika yang didominasi

oleh beberapa spesies pohon bakau yang mampu tumbuh dan berkembang pada

kawasan pasang surut pantai berlumpur. Komunitas ini pada umumnya tumbuh

pada kawasan intertidal dan supratidal yang mendapat aliran air yang mencukupi,

dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Karena itu

hutan mangrove dijumpai di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan

kawasan-kawasan pantai yang terlindung (Rusdianti dan Sunito 2012).

Ekosistem hutan mangrove disebut juga dengan hutan pasang surut karena

hutan ini secara teratur atau selalu digenangi air laut, atau dipengaruhi oleh pasang

surut air laut dan terdapat di daerah litorial yaitu daerah yang berbatasan dengan

darat. Ekosistem hutan ini juga disebut ekosistem hutan payau karena terdapat di

daerah payau (estuarin), yaitu perairan dengan kadar garam/salinitas antara 0,5 %

dan 30 % (Indriyanto, 2006)

B. Morfologi Mangrove

1. Bakau Putih (Bruguiera cylindrica).

Nama setempat: Bakau putih, burus, lindur, tanjang sukim, tanjang

Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Rosidae

Ordo: Myrtales

Page 23: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

7

7

Bunga b. Buah c. (1) Akar, (2) Pohon a. Bunga

Famili: Rhizophoraceae

Genus: Bruguiera

Spesies: Bruguiera cylindrica (L.) Bl.

Sumber: http://www.plantamor.com

Deskripsi umum: pohon selalu hijau, berakar lutut dan akar papan yang

melebar ke samping dibagian pangkal pohon, ketinggian pohon kadang-kadang

mencapai 23 Meter. Kulit kayu abu-abu, relatif halus dan memiliki sejumlah

lentisel kecil.

Tanaman ini tumbuh mengelompok dalam jumlah besar, biasanya pada

tanah liat dibelakang zona Avicennia, atau dibagian tengah vegetasi mengrove

kearah laut. Jenis ini juga memiliki kemampuan untuk tumbuh pada tanah/substrat

yang baru terbentuk dan tidak cocok untuk jenis lainnya. Kemampuan tumbuhnya

pada tanah liat membuat pohon jenis ini sangat bergantung kepada akar nafas

untuk memperolah pasokan oksigen yang cukup, dan oleh karena itu sangat

responsif terhadap penggenangan yang berkepanjangan. Memiliki buah yang

ringan dan mengapung sehingga penyebarannya dapat dibantu oleh arus air, tapi

pertumbuhannya lambat. Perbungaan terjadi sepanjang tahun (Noor et al., 2006).

Gambar 1. Morfologi Bruguiera cylindrica Sumber: http://www.wildsingapore.com

a b c

Page 24: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

8

8

2. Bogem (Sonneratia alba Smith).

Nama setempat: Pedada, bogem, bidada, posi-posi, kedada, perepat laut

Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Rosidae Ordo: Myrtales

Famili: Sonneratiaceae

Genus: Sonneratia

Spesies: Sonneratia alba Smith.

Sumber: http://www.plantamor.com

Deskripsi umum: pohon selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian kadang-

kadang hingga 15 Meter. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat, dengan

celah longitudinal yang halus. Akar berbentuk kabel dibawah tanah dan muncul

kepermukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya

mencapai 25 cm.

Tanaman ini merupakan jenis pionir, tidak toleran terhadap air tawar

dalam periode yang lama. Menyukai tanah yang bercampur lumpur dan pasir,

kadang-kadang pada batuan dan karang. Sering ditemukan dilokasi pesisir yang

terlindung dari hempasan gelombang, juga dimuara dan sekitar pulau-pulau lepas

pantai. Bunga hidup tidak terlalu lama dan mengembang penuh pada malam hari,

diserbuki oleh ngengat, burung dan kelelawar pemakan buah. Dijalur pesisir yang

berkarang mereka tersebar secara vegetatif. Buah mengapung karena adanya

jaringan yang mengandung air pada bijinya. Akar nafas tidak terdapat pada pohon

yang tumbuh pada substrat yang keras (Noor et al., 2006).

Page 25: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

9

9

a. Daun b. Bunga c. Buah d. Akar

3. Api-api Jambu (Avicennia marina (Forsk.) Vierh.

Nama setempat: Api-api jambu, Api-api putih, pejapi, pai

Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Asteridae

Ordo: Scrophulariales

Famili: Acanthaceae

Genus: Avicennia

Spesies: Avicennia marina (Forsk.) Vierh. Sumber: http://www.plantamor.com

Deskripsi umum: belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar,

ketinggian pohon mencapai 30 Meter. Memiliki sistem perakaran horizontal yang

rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan

sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas

dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning,

tidak berbulu.

Merupakan tumbuhan pionir pada lantai yang terlindung, memiliki

kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang surut, bahkan

Gambar 2. Morfologi Sonneratia alba. Sumber: http://www.wildsingapore.com

a b c d

Page 26: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

10

10

a. Bunga b. Buah c. Daun d. Akar

ditempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang

paling umum ditemukan dihabitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan

membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah

timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat

tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah

membuka pada saat setelah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga

terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air (Noor et al.,

2006).

4. Nyiri Batu Xylocarpus moluccensis

Nama setempat: Nyiri batu, nyirih, siri, nyirih gundik, nyuru, pamuli

Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Rosidae

Ordo: Sapindales

Famili: Meliaceae

Gambar 3. Morfologi Avicennia marina. Sumber: http://www.wildsingapore.com

a b c d

Page 27: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

11

11

a. Bunga b. Buah c. Akar

Genus: Xylocarpus

Spesies: Xylocarpus moluccensis (Lamk) M. Roem.

Sumber: http://www.plantamor.com

Deskripsi umum: pohon tingginya antara 5-20 Meter. Memiliki akar nafas

mengerucut berbentuk cawan. Kulit kayu halus, sementara pada batang utama

memiliki guratan-guratan permukaan yang tergores dalam. Jenis mengrove

sejatidi hutan pasang surut, pematang sungai pasang surut, serta tampak sepanjang

sungai (Noor et al., 2006).

C. Jenis-jenis Hutan Mangrove

Asia merupakan daerah yang paling tinggi keanekaragaman dan jenis

mangrovenya. Di Thailand terdapat sebanyak 27 jenis mangrove, di Ceylon ada

32 jenis, dan terdapat sebanyak 41 jenis di Filipina. Di Benua Amerika hanya

memiliki sekitar 12 spesies mangrove, sedangkan di Indonesia disebutkan

memiliki sebanyak tidak kurang dari 89 jenis pohon mangrove, atau paling tidak

menurut FAO terdapat 37 jenis. Dari berbagai jenis mangrove tersebut, yang

Gambar 4. Morfologi Xylocarpus moluccensis Sumber: http://www.wildsingapore.com

a b c

Page 28: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

12

12

hidup di daerah pasang surut, tahan air garam dan berbuah vivipar terdapat sekitar

12 famili (Irwanto, 2006)

Hutan mangrove meliputi pohon-pohonan dan semak yang terdiri dari 12

tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops,

Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda dan

Conocarpus) yang termaksut ke dalam 8 Famili. Vegetasi hutan mangrove di

Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis

tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19

jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya terdapat

kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak

didalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan dominan yang

termasuk ke dalam empat famili: Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera,

Ceriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicennia), dan

Meliaceae (Xylocarpus) (Bengen, 2001).

Jenis mangrove yang banyak ditemukan di Indonesia antara lain adalah

jenis api-api (Avicennia sp.), bakau (Rhizophora sp.), tanjang (Bruguiera sp.), dan

bogem atau pedada (Sonneratia sp.), merupakan tumbuhan mangrove utama yang

banyak dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang

menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah habitatnya (Irwanto,

2006).

Page 29: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

13

13

D. Struktur Hutan Mangrove

Struktur hutan mangrove di Indonesia lebih bervariasi bila dibandingkan

dengan daerah lainya, dapat ditemukan mulai dari tegakan Avicennia marina

dengan ketinggian 1-2 meter pada pantai yang tergenang air laut, hingga tegakan

campuran Bruguiera, Rhizophora dan Ceriops dengan ketinggian lebih dari 30

meter (misalnya di Sulawesi Selatan). Di daerah pantai terbuka, dapat ditemukan

Nypa fruticans dan Sonneratia caseolaris. Umumnya tegakan mangrove jarang

ditemukan yang rendah kecuali mangrove anakan dan beberapa semak seperti

Acanthus ilicifolius dan Acrotichum aureum (Noor et al., 2006).

Struktur tegakan hutan merupakan hubungan fungsional antara kerapatan

pohon dengan diameternya. Struktur tegakan adalah sebaran jumlah pohon per

satuan luas tertentu pada berbagai kelas umur. Pengamatan terhadap struktur

tegakan dapat didekati dari 3 komponen, yaitu:

1. Struktur vertikal atau stratifikasi yang merupakan diagram profil

menggambarkan lapisan (strata) pohon, tiang, sapihan, semai dan herba

sebagai penyusun vegetasi tersebut.

2. Sebaran horizontal dari jenis penyusun vegetasi tersebut yang

menggambarkan letak dan kedudukan dari suatu anggota terhadap anggota

yang lain. Bentuk penyebaran tersebut dapat digolongkan menjadi tiga tipe

yaitu acak (random), berkelompok (aggregated) dan teratur (regular).

3. Kelimpahan atau banyaknya individu dari jenis penyusun tersebut.

Page 30: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

14

14

Menurut Indrawan (1982) dalam Fachrul (2007), struktur vegetasi dibatasi

oleh tiga komponen yaitu susunan jenis tumbuhan secara vertikal atau stratifikasi

vegetasi, susunan jenis tumbuhan secara horizontal atau sebaran individu dan

kelimpahan tiap jenis tumbuhan yang ada. Kelimpahan (abudance) tumbuhan

yang ada dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan nilai kerapatan (density) atau

berat kering bahan atau bagian tumbuhan yang dihasilkan dalam persatuan luas.

E. Manfaat Hutan Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam pesisir yang

mempunyai peranan penting ditinjau dari sudut sosial, ekonomi dan ekologis.

Fungsi utama mangrove adalah sebagai penyeimbang ekosistem dan penyedia

berbagai kebutuhan hidup bagi manusia dan mahluk hidup lainnya. Sumberdaya

hutan mangrove, selain dikenal memiliki potensi ekonomi sebagai penyedia

sumberdaya kayu juga sebagai tempat peminjah (spawning ground), daerah

asuhan (nursery ground), dan juga sebagai daerah mencari makan (feeding

ground) bagi ikan dan biota laut lainnya, serta berfungsi untuk menahan

gelombang laut dan intrusi air laut daerah darat (Ahmad et al., 2011).

Manfaat hutan mangrove dapat dirasakan dampaknya dari sisi ekologis,

sosial, ekonomi dan sosial budaya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar et

al., (2006) tentang manfaat hutan mangrove adalah sebagai berikut:

1. Manfaat ekologi

Peranan hutan mangrove dari segi ekologi antara lain:

a. Dapat mencegah terjadinya gejala-gejala alam yang membahayakan

seperti abrasi, gelombang badai dan terjadinya tsunami.

Page 31: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

15

15

b. Mangrove juga berperan dalam penekanan laju intrusi air laut kearah

daratan

c. Hutan mangrove berfungsi sebagai penghasil serasah yang menjadi

sumber energi bagi organisme yang hidup didalamnya.

d. Semakin menurunnya luas areal hutan mangrove maka akan

memperbanyak jumlah nyamuk Anoples sp. Jadi populasi hutan

mangrove berpengaruh terhadap perkembangan nyamuk Anoples sp.

e. Hutan mangrove menjadi habitat jenis satwa liar dan menjadi habitat

fauna akuatik.

2. Manfaat Sosial Ekonomi

a. Pemanfaatan tanaman yang tumbuh didalam hutan mangrove bisa

dimanfaatkan sebagai arang yang berkualitas tinggi seperti jenis

Rhizophora apiculata dan lain sebagainya.

b. Penempatan tambak ikan yang diletakkan didekat hutan mangrove

akan didapatkan hasil yang berbeda dengan tambak yang tidak ada

hutan mangrovenya.

Manfaat beberapa jenis tanaman mangrove yang telah digunakan di

Indonesia menurut (Saparinto, 2007) antara lain : (1). Acanthus ebracteatus

(buahnya dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan, dan untuk

mengobati luka gigitan uIar), (2). Acrostichum aureum (bagian tumbuhan muda

dapat dimakan untuk sayuran dan untuk pakan ternak), ( 3 ) . Avicennia marina

(daun yang muda untuk sayur, pollen bunganya menarik lebah madu yang

diternakkan, abu kayunya baik untuk bahan dasar sabun cuci), (4). Bruguiera

Page 32: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

16

16

gymnirriza (kayu untuk industri arang kayu bakar, kulit batang yang muda untuk

menambah penyedap rasa ikan segar), (5). Ceriops tagal (kulit batang untuk zat

pewarna, pengawet alat tangkap nelayan dan industri batik, kayunya berkualitas

untuk kayu lapis, kulitnya dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional), (6).

Rhizophora mucronata (rebusan daun buah, kulit akar yang muda untuk obat

pengusir nyamuk dari badan, kulitnya sebagai obat diare, nektarnya mengandung

madu), (7). Sonneratia spp (buahnya dapat dimakan mentah, daunnya untuk

pakan ternak, cairan buah untuk bahan kosmetika menghaluskan kulit muka),

(8). Xylocarpus spp (kayunya untuk papan dan kerajinan ukiran tangan, kayu

bakar, kulitnya untuk obat diare, buah yang berminyak untuk industri kosmetika

obat rambut akarnya untuk bahan kerajinan hiasan, untuk bahan industri pensil)

F. Zonasi Vegetasi Hutan Mangrove

Zonasi adalah mintakat atau suatu daerah yang dicirikan oleh suatu

organisme atau biota yang hidupnya melimpah dan mendominasi serta seragam

pada daerah tertentu. Zonasi pada tumbuhan mangrove dapat dilihat sebagai suatu

proses suksesi dan merupakan hasil reaksi ekosistem terhadap kekuatan yang

datang dari luar. Kondisi ini terjadi disebabkan oleh adanya peran dan

kemampuan jenis tumbuhan mangrove dalam beradaptasi dengan lingkungan

yang berada di kawasan pesisir (Budiman dan Suhardjono, 1993 dalam Pramudji,

2001).

Hutan mangrove juga dapat dibagi menjadi zonasi-zonasi berdasarkan

jenis vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut:

Page 33: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

17

17

1. Zona Avicennia, terletak paling luar dari hutan yang berhadapan langsung

dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur lembek dan kadar

salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona pioner karena jenis tumbuhan yang

ada memilliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan gelombang, serta

mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen.

2. Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia. Substratnya masih

berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya agak rendah. Mangrove pada

zona ini masih tergenang pada saat air pasang.

3. Zona Bruguiera, terletak di belakang zona Rhizophora dan memiliki substrat

tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air pasang tertinggi

atau 2 kali dalam sebulan.

4. Zona Nypa, merupakan zona yang paling belakang dan berbatasan dengan

daratan.

Meskipun kelihatannya terdapat zonasi dalam vegetasi mangrove, namun

kenyataannya dilapangan tidaklah sederhana itu. Banyak formasi serta zonasi

vegetasi yang tupang tindih dan bercampur serta sering kali struktur dan korelasi

yang nampak disuatu daerah tidak selalu dapat diaplikasikan di daerah yang lain.

G. Parameter dalam Analisis Komunitas

Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan

atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur tegakan. Dalam ekologi hutan,

satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang

merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu

habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas

Page 34: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

18

18

adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu

wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2006).

Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai

komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak

hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah individu

dari setiap spesies organisme (Soegianto, 1994). Lebih lanjut Soegianto (1994)

menjelaskan, bahwa hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif suatu

spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi individu

antarspesies dalam komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada

keseimbangan sistem dan akhirnya akan berpengaruh pada stabilitas komunitas.

Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif

menurut Soerianegara dan Indrawan (1982) dalam Fachrul (2007). Dengan

demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara

kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif dengan parameter

kuantitatif. Namun persoalan yang sangat penting dalam analisis komunitas

adalah bagaimana cara mendapatkan data terutama data kuantitatif dari semua

spesies tumbuhan yang menyusun komunitas, parameter kuantitatif dan kualitatif

apa saja yang diperlukan, penyajian data, dan interpretasi data, agar dapat

mengemukakan komposisi floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan secara

utuh dan menyeluruh.

1. Parameter kualitatif dalam analisis komunitas

Analisis kualitatif komunitas tumbuhan dapat dibagi kedalam beberapa

parameter yaitu sebagai berikut:

Page 35: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

19

19

a. Fisiognomi merupakan penampakan luar dari suatu komunitas yang dapat

dideskripsikan berdasarkan kepada penampakan spesies tumbuhan dominan,

penampakan tinggi tumbuhan dan warna tumbuhan yang tampak oleh mata.

Studi ini dilakukan pada spesies dari komunitas yang dianggap penting.

b. Fenologi merupakan perwujudan spesies pada setiap fase dalam siklus

hidupnya. Bentuk dari tumbuhan berubah-ubah sesuai dengan umurnya,

sehingga spesies yang sama dengan tingkat umur yang berbeda akan

membentuk struktur komunitas yang berbeda.

c. Periodisitas merupakan kejadian musiman dari berbagai spesies dalam

kehidupan pertumbuhan. Kejadian musiman pada tumbuhan dapat ditunjukan

oleh perwujudan bentuk daun dan ukurannya, masa pembuangan, masa

bertunas dan pelurahan buah atau biji.

d. Stratifikasi merupakan distribusi tumbuhan dalam ruangan vertikal. Semua

spesies tumbuhan dalam komunitas tidak sama ukurannya, serta secara

vertikal tidak menempati ruang yang sama.

e. Kelimpahan merupakan parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi

relatif spesies organisme dalam komunitas. Kelimpahan pada umumnya

berhubungan dengan densitas berdasarkan penaksiran kualitatif. Menurut

penaksiran kualitatif, kelimpahan dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu:

sangat jarang, kadang-kadang atau jarang, sering atau tidak banyak, banyak

atau berlimpah-limpah, dan sangat banyak atau sangat berlimpah.

Page 36: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

20

20

f. Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan

spesies organisme pada ruang secara horizontal. Penyebaran tersebut dapat

dikelompokkan menjadi tiga, antara lain random, seragam dan berkelompok.

g. Bentuk pertumbuhan adalah penggolongan tetumbuhan menurut bentuk

pertumbuhannya, habitat, atau menurut karakter lainnya. Bentuk pertumbuhan

yang umum dan mudah disebut misalnya pohon, semak, perdu, herba dan

liana (Gopal dan Bhardwaj, 1979 dalam Indriyanto, 2006).

2. Parameter kuantitatif dalam analisis komunitas tumbuhan

Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979) dalam Indriyanto (2006), untuk

kepentingan deskripsi suatu komunitas tumbuhan diperlukan parameter kuantitatif

antara lain: Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif,

Dominansi, Dominansi Relatif, Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks

Keanekaragaman.

Analisis kuantitatif komunitas tumbuhan dapat dibagi ke dalam beberapa

parameter yaitu sebagai berikut:

a. Kerapatan (Densitas)

Densitas adalah jumlah individu per unit luas atau per unit volume.

Dengan kata lain, densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan

ruang. Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, istilah yang mempunyai

arti sama dengan densitas dan sering digunakan adalah kerapatan diberi notasi K.

Kerapatan (K) = Jumlah individu suatu jenis

Luas seluruh petak contoh

Kerapatan Relatif (FR) = Kerapatan suatu jenis x 100%

Kerapatan seluruh jenis

Page 37: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

21

21

b. Frekuensi

Frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel

yang berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel. Frekuensi spesies

tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat diketemukannya suatu spesies dari

sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya intensitas

diketemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan keberadaan

organisme pada komunitas tumbuhan. Frekuensi spesies (F) dan Frekuensi relatif

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Frekuensi (F) = Jumlah petak contoh ditemukannya suatu jenis

Jumlah seluruh petak contoh

Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi suatu jenis x 100%

Frekuensi seluruh jenis

Menurut Raunkiaer, 1934; Gopal dan Bhardwaj, 1979 dalam Indriyanto

(2006), frekuensi tumbuhan dibagi menjadi lima kelas yaitu:

a) Kelas A yaitu spesies yang mempunyai frekuensi 0 – 20%

b) Kelas B yaitu spesies yang mempunyai frekuensi 21 – 40%

c) Kelas C yaitu spesies yang mempunyai frekuensi 41- 60%

d) Kelas D yaitu spesies yang mempunyai frekuensi 61 – 80%

e) Kelas E yaitu spesies yang mempunyai frekuensi 81 – 100%

Menurut hukum frekuensi Raunkiaer yaitu spesies dengan frekuensi

rendah lebih banyak individunya dari pada frekuensi tinggi. Selanjutnya didalam

komunitas suatu vegetasi mempunyai bentuk sebaran yang ditentukan berdasarkan

hukum Raunkiaer yaitu sebagai berikut:

Page 38: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

22

22

a) Jika A > B > C = < D < E, berarti spesies-spesies yang menyusun

komunitas berdistribusi normal.

b) Jika E > D, sedangkan A, B dan C rendah berarti kondisi komunitas

tumbuhan homogen.

c) Jika E < D, sedangkan A, B dan C rendah berarti kondisi komunitas

terganggu.

d) Jika B, C dan D tinggi, maka kondisi komunitas tumbuhan heterogen.

c. Dominansi (Dominance)

Dominansi adalah parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya

dominasi (penguasaan) spesies dalam suatu komunitas. Penguasaan atau

dominansi spesies dalam komunitas bisa terpusat pada satu spesies, atau pada

banyak spesies yang dapat diperkirakan dari tinggi rendahnya indeks dominansi

(ID), dengan rumus sebagai berikut :

Dominansi (D) = Jumlah Luas Bidang Dasar suatu jenis (LBD)

Luas petak contoh

Dominansi Relatif (DR) = Dominansi suatu jenis x 100 %

Dominansi seluruh jenis

Nilai Indeks Dominansi berkisar antara 0-1. Jika indeks dominansi

mendekati nilai 0, dapat dikatakan bahwa didalam struktur komunitas tidak

terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya dan biasanya diikuti dengan

indeks keseragaman yang besar. Sementara jika indeks dominansi mendekati

nilai1, berarti didalam komunitas terdapat satu spesies yang mendominasi spesies

lainnya dan nilai indeks keseragaman kecil (Basmi, 2000).

Page 39: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

23

23

d. Indeks Nilai Penting (Important Value Index)

Indeks Nilai Penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai

untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas

tumbuhan. Spesies-spesies yang dominan dalam suatu komunitas tumbuhan akan

memiliki indeks nilai penting yang tinggi, sehingga spesies yang paling dominan

tentu saja memiliki indeks nilai penting yang paling besar, maka jenis itu sangat

mempengaruhi kestabilan ekosistem mangrove tersebut.

Besarnya nilai INP juga menggambarkan tingkat pengaruh suatu jenis

vegetasi terhadap kestabilan ekosistem. Agar INP dapat ditafsirkan maknanya

maka digunakan kriteria berikut: nilai INP tertinggi dibagi tiga, sehingga INP

dapat dikelompokkan tiga kategori yaitu Tinggi, Sedang dan Rendah. Untuk

mengetahui jenis dominan disetiap tingkat pertumbuhan digunakan metode indeks

nilai penting (INP), dimana INP terdiri atas kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan

dominansi relatif dengan nilai maksimum 300 % pada tingkat pohon dan tingkat

tiang sedangkan untuk tingkat semai dan tingkat pancang nilai maksimum INP

ialah 200% terdiri dari jumlah kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR)

Fachrul (2007). Dengan demikian INP dapat dituliskan dengan rumus sebagai

berikut:

INP = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif

e. Indeks Keanekaragaman Jenis (Indeks Of Diversity)

Keanekaragaman spesies merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan

organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk

menyatakan struktur komunitas. Keanekaragaman spesies juga dapat digunakan

Page 40: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

24

24

untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk

menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-

komponenya. Untuk keanekaragaman jenis dan kemantapan komunitas setiap

areal dapat digambarkan dengan Indeks Shannon (Shannon-Wiener, 1963 dalam

Odum, 1993) dengan rumus sebagai berikut:

H’ = - ∑ {n.i / N} Ln { n.i / N}

Besarnya indeks keanekaragaman spesies menurut Shannon-Wiener

didefenisikan dalam tiga tingkatan yakni:

a. Nilai H' > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies yang ada pada

suatu transek atau stasiun berada dalam kemelimpahan yang tinggi.

b. Nilai H' 1 ≤ H' ≤ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada

suatu transek atau stasiun berada dalam kemelimpahan yang sedang

c. Nilai H' < 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu

transek atau stasiun berada dalam kemelimpahan yang sedikit atau rendah,

(Odum 1993 dalam Fachrul, 2007).

H. Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh untuk analisis komunitas tumbuhan menurut

Soegianto (1994); Kusmana (1997) dalam Indriyanto (2006) antara lain:

1. Metode petak merupakan prosedur yang paling umum digunakan untuk

pengambilan contoh berbagai tipe organisme termasuk komunitas tumbuhan,

petak yang digunakan dapat berbentuk segi empat, persegi, atau lingkaran.

Selain itu, untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan dapat digunakan

petak tunggal atau petak ganda.

Page 41: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

25

25

a. Petak tunggal hanya dibuat satu petak contoh dengan ukuran tertentu yang

mewakili suatu tegakan hutan atau suatu komunitas tumbuhan. Ukuran

minimum petak contoh dapat ditentukan dengan menggunakan kurva

spesies area. Luas minimum petak contoh ditetapkan dengan dasar bahwa

penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih

dari 5%.

b. Petak ganda pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan menggunakan

banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata pada areal yang

dipelajari dan peletakkan contoh sebaiknya secara sistematik, serta

disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan bentuk tumbuhnya.

2. Metode jalur merupakan metode yang paling efektif untuk mempelajari

perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi dan elevasi.

Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis kontur (garis tinggi/garis topografi)

dan sejajar satu dengan yang lainnya.

3. Metode garis berpetak dianggap sebagai modifikasi dari metode petak ganda

atau metode jalur, yaitu dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak

dalam jalur, sehingga sepanjang garis rintisan terdapat petak-petak pada jarak

tertentu yang sama. Semua parameter kuantitatif dapat dihitung dengan

menggunakan rumus dan cara perhitungan semua parameter kuantitatif sama

dengan cara pada petak ganda maupun pada cara jalur. Bentuk peletakannya

dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 42: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

26

26

Gambar 5. Desain Pengambilan Contoh Dengan Metode Garis Berpetak

Keterangan :

Petak A = Petak berukuran 20 x 20 m untuk pengamatan pohon

Petak B = Petak berukuran 5 x 5 m untuk pengamatan pancang

Petak C = Petak berukuran 2 x 2 m untuk pengamatan semai

4. Metode sensus merupakan penarikan atau pengambilan data dengan jelas

melibatkan seluruh anggota populasi. Seorang peneliti meskipun mengetahui

bahwa metode sensus ini akan banyak memerlukan pikiran, memakan waktu

yang relatif lama dan biayanya mahal, namun tetap melakukan sensus, hal ini

disebabkan karena:

a. Untuk ketelitian

Suatu penelitian sering meminta ketelitian dan kecermatan yang tinggi,

sehingga memerlukan data-data yang besar jumlahnya. Apabila unsur

ketelitian dan kecermatan ini harus diprioritaskan maka harus digunakan

metode sensus.

b. Sumber bersifat heterogen

Apabila menghadapi sumber informasi yang bersifat heterogen dimana sifat

dan karakteristik masing-masing sumber sulit untuk dibedakan maka lebih

baik menggunakan metode sensus.

Arah A B

C

A B

C

Page 43: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

27

27

I. Kerangka Pikir

Aktifitas manusia diarea pesisir telah menyebabkan gangguan dan

kerusakan serta penyempitan lahan mangrove yang berdampak menurunkan

keanekaragaman jenis mangrove. Era pembangunan yang semakin pesat dengan

pengembangan ekonomi, menempatkan wilayah pesisir dan pantai pada posisi

yang penting.

Desa Tanjung Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara

pemerintah melakukan pengembangan ekonomi dengan melakukan pembangunan

inprastruktur jalan desa disepanjang sekitar dekat dengan vegetasi hutan

mangrove, serta sebagian untuk pemukiman, tambak ikan dan udang. Hal ini

merupakan dilema bagi kelestarian mangrove, sementara menurut Setyawan et al.,

(2003, 2006) dan Yudha (2007) bahwa pembangunan lahan di sekitar mangrove

secara nyata telah mempengaruhi kelestarian ekosistem mangrove.

Karena adanya pengembangan wilayah tersebut maka data-data kekinian

mengenai struktur tegakan dan komposisi hutan mangrove perlu diadakan.

Sehingga pengukuran yang terdiri dari dari tingkat semai, pancang dan pohon

harus dilakukan untuk semenjadi data dasar dalam pengelolaan serta sebagai

upaya perlindungan dan pelestarian hutan mangrove.

Secara ringkas kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan dalam

Gambar 6 berikut :

Page 44: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

28

28

Gambar 6. Kerangka Pikir Penelitian

INFORMASI KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI

Analisis Vegetasi

- Frekuensi

- Kerapatan

- Dominansi

- INP

- Keanekaragaman

Komposisi dan Struktur Vegetasi

- Semai

- Pancang

- Pohon

Perubahan Ekosistem Mangrove

Analisis Komposisi dan Struktur Tegakan

Hutan Mangrove

Hutan Mangrove

di Desa Tanjung Bunga, Kab. Konawe Utara

Pengembangan Ekonomi

Page 45: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

29

29

II. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dikawasan hutan mangrove di Desa Tanjung

Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara

pada Bulan Juni 2015 sampai Januari 2016.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, tali rafia, dan tanaman

mangrove sebagai sampel penelitian dan alat tulis menulis. Sedangkan alat yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu Global Positioning System (GPS) merek

Garmin GPS 60i, kamera digital merek Cannon EOS 600 DL, meteran rol, pita

meter, parang, tally sheet, alat tulis menulis dan buku identifikasi panduan

pengenalan mangrove (Noor et al., 2006).

C. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah hutan mangrove yang terdapat di

Desa Tanjung Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara dengan luas ±

14,67 Ha. Kriteria pembagian struktur golongan vegetasi adalah :

1. Pohon dewasa (diameter > 10 cm).

2. Tingkat pancang (sapling) yaitu tingkat pertumbuhan yang mencapai tinggi

1,5 meter dengan diameter batang 2-10 cm.

3. Tingkat semai (seedling) yaitu sejak perkecambahan sampai tinggi 1,5 meter.

Page 46: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

30

30

Soerianegara dan Indrawan (1982) dalam Indriyanto (2006) menyatakan

bahwa besaran intensitas sampling pada analisis vegetasi bervariasi, berkisar

antara 2 – 10 % semakin luas hutan yang akan dianalisa maka intensitas sampling

yang akan digunakan semakin kecil. Hutan Mangrove di Desa Tanjung Bunga

memiliki luas ± 14,67 Ha Sehingga intensitas sampling yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu 5 % sehingga besar luas sampel 0,73 Ha. Besaran ini

ditetatapkan secara sengaja dan maksudkan untuk meningkatkan ketelitian data

serta sebagai luasan yang cukup, karena semakin tinggi intensitas sampling juga

akan berkorelasi pada waktu dan biaya yang lebih banyak.

D. Prosedur penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Survei awal untuk mengetahui dan menentukan lokasi penelitian

2. Pengambilan sampel menggunakan metode garis berpetak, penempatan

transek pertama dilakukan secara purposive sampling dan transek selanjutnya

dilakukan secara sistematis, dengan jarak antar transek 50 Meter

3. Mempersiapan bahan dan alat dilakukan untuk memudahkan pada saat

dilokasi penelitian yaitu:

- Tali raffia ukuran panjang 2, 5 dan 20 meter,

- Tally sheet,

- Meteran rol dan

- Buku petunjuk identifikasi karya Noor et al., (2006).

4. Jumlah transek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 5 transek

dengan jumlah plot masing-maing transek 3 dan 4 plot. Penempatan plot 3 dan

Page 47: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

31

31

4 dikarenakan kondisi lokasi penelitian yang mempunyai luasan tidak

berimbang dari arah pantai ke darat.

5. Melakukan pembuatan plot ukur untuk kategori pohon berukuran 20 x 20 m,

pancang berukuran 5 x 5 m dan semai berukuran 2 x 2 m sebanyak 18 Plot

ukur mulai dari arah ujung tepi laut ke darat dengan jarak antar plot 20 Meter

dan jarak antar transek 50 Meter, (Gambar 7).

Keterangan :

Petak A = Plot berukuran 20 m x 20 m, untuk pengamatan tingkatan pohon

Petak B = Plot berukuran 5 m x 5 m, untuk pengamatan tingkatan pancang

Petak C = Plot berukuran 1 m x 1 m, untuk pengamatan tingkatan semai

6. Melakukan pengukuran keliling tegakan setiap jenis (setinggi dada), pada

kategori pohon dan pancang, serta menghitung jumlah tegakan setiap jenis

pada kategori semai.

D A

R

A

T

L A

U

T

20 m

A

B C

I

II

III

IV

V

50 m

Gambar 7. Desain transek pengamatan vegetasi

Page 48: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

32

32

7. Melakukan identifikasi setiap jenis mangrove berdasarkan bentuk daun, buah,

bunga, batang, akar dan tekstur untuk penentuan spesies mangrove dengan

menggunakan buku identifikasi panduan pengenalan mangrove di Indonesia

karangan Noor et al., (2006).

E. Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer adalah data yang dikumpulkan melalui observasi, pengamatan

dan pengukuran dilapangan yang diperoleh langsung dari subjek penelitian

dengan mengunakan alat pengukuran, data primer yang dikumpulkan di

lapangan yaitu jenis-jenis vegetasi, keliling tegakan, jumlah individu jenis,

serta kemunculan setiap jenis dalam petak pengamatan yang dihitung pada

semua kategori yaitu pohon, pancang dan semai.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi/lembaga terkait

dan/atau pihak lain yang berhubungan dengan kegiatan dan tujuan penelitian

yang meliputi letak dan keadaan fisik lingkungan (topografi dan iklim), peta

kawasan serta literatur (data pendukung lain) yang relevan dengan penelitian.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber dari

pengamatan langsung dilapangan yang dilakukan secara sampling melaui

observasi untuk ketegori data primer. Sedangkan data sekunder bersumber dari

instansi terkait yang bisa menunjang perolehan data dalam penelitian ini misalnya

data dari kantor Desa Tanjung Bunga dan kantor Kecamatan Lasolo Kabupaten

konawe Utara.

Page 49: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

33

33

F. Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kerapatan (K), kerapatan atau densitas merupakan jumlah individu per unit

luas atau per unit volume.

2. Frekuensi (F), frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara

jumlah plot yang berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total plot.

3. Dominansi (D) menyatakan luas bidang dasar suatu spesies per luas petak

contoh.

4. Indeks nilai penting (INP), indeks nilai penting adalah parameter kuantitatif

yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi spesies dalam suatu

komunitas tumbuhan (Kusmana, 1997 dalam Indriyanto, 2006).

5. Indeks Keanekaragaman (Hi), merupakan ciri tingkatan komunitas tumbuhan

yang digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas.

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif

kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Deskriptif kualitatif merupakan tehnik yang

memaparkan data penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel. Data-data

numerik dikompilasi untuk melihat sebaran data, jumlah dan nilai rata-rata dari

seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Metode deskriptif kualitatif

dilakukan melalui tiga tahap penelitian yaitu: penelitian lapangan (observasi

langsung), kajian pustaka dan analisis data (Gopal dan Bhardwaj, 1979 dalam

Indriyanto, 2006).

Page 50: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

34

34

Analisis deskriptif kuantitatif merupakan data yang diperoleh dilapangan

ditabulasi dan dianalisis untuk menentukan besaran Kerapatan, Kerapatan Relatif,

Frekuensi, Frekuensi Relatif, Dominansi, Dominansi Relatif dan Indeks Nilai

Penting serta variabel Tingkat Keanekaragaman Jenis.

Analisis Kerapatan Jenis, Kerapatan Relatif, Frekuensi Jenis, Frekuensi

Relatif, Dominansi, Dominansi Relatif dan Indeks Nilai Penting (INP) dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Kerapatan suatu jenis (K)

K = Jumlah individu suatu jenis

Luas Seluruh petak contoh

2. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

KR = Kerapatan suatu jenis x 100%

Kerapatan seluruh jenis

3. Frekuensi Suatu Jenis (F)

F = Jumlah petak contoh ditemukan suatu jenis

Jumlah seluruh petak contoh

4. Frekuensi Relatif Suatu Jenis (FR)

FR = Frekuensi suatu jenis x 100 %

Frekuensi seluruh jenis

5. Dominansi (D)

D = Jumlah luas bidang dasar suatu jenis (LBDS)

Luas petak contoh

LBD = ¼ d2

; D = k

Page 51: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

35

35

Dimana :

k = keliling batang (cm)

D = diameter setinggi dada (1,3 m)

= konstanta dengan nilai 3,14

6. Dominansi relatif suatu jenis (DR)

DR = Dominansi suatu jenis × 100 %

Dominansi seluruh jenis

7. Indeks Nilai Penting (INP)

- Untuk tingkat pancang dan semai dengan rumus :

Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR

- Untuk tingkat pohon dan tiang dengan rumus :

Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR

Dimana:

INP = Indeks nilai penting (%)

KR = kerapatan relatif (%)

FR = frekuensi relatif (%)

DR = dominansi relatif (%)

8. Indeks Keanekaragaman (H’)

Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus Shannon

Index of General Diversity (Shannon-Weiner, 1963 dalam Odum, 1993):

H’ = - ∑ {n.i / N} Ln { n.i / N}

Dimana :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

n.i = Jumlah individu jenis ke-I

N = Jumlah total individu

Ln = Logaritma natural

n.i/ N = proposi sampel dalam spesies

Page 52: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

36

36

H. Indikator Penelitian

Indikator penelitian ini berdasarkan kriteria stadium pertumbuhan dapat

dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 1. Indikator Kerapatan Jenis

No. Kriteria (Jenis) Indikator

1.

2.

3.

4.

5.

Tingkat kerapatan ≤ 20 pohon/ha

Tingkat kerapatan 21 – 50 pohon/ha

Tingkat kerapatan 51 – 100 pohon/ha

Tingkat kerapatan 10 – 200 pohon/ha

Tingkat kerapatan ≥ 201 pohon/ha

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi Sumber :Kepmen KLH No. 02/1988

Tabel 2. Indikator Frekuensi Relatif (FR)

No. Kriteria Indikator

1.

2.

3.

4.

5.

Jenis dengan frekuensi 01 – 20%

Jenis dengan frekuensi 21 – 40%

Jenis dengan frekuensi 41 – 60%

Jenis dengan frekuensi 61 – 80%

Jenis dengan frekuensi 81 – 100%

Kelas A (Sangat rendah)

Kelas B (Rendah)

Kelas C (Sedang)

Kelas D (Tinggi)

Kelas E (Sangat tinggi) Sumber : Raunkiaer, 1934; Gopal dan Bhardwaj, 1979 dalam Indriyanto (2006)

Tabel 3. Indikator Indeks Dominansi (D)

No. Kriteria Indikator

1.

2.

ID mendekati nilai 0

ID mendekati nilai 1

Indeks keseragaman besar / tinggi

Indeks keseragaman kecil / rendah Sumber : Basmi (2000)

Tabel 4. Indikator Indeks Nilai Penting (INP)

No. Tingkatan Kriteria Indikator

1.

2.

Pohon dan Tiang

Pancang dan Semai

INP ≥ 15 %

INP ≥ 10 %

Jenis dikatakan berperan

Jenis dikatakan berperan Sumber : Sutisno (1993) dalam Heriyanto(2004)

Tabel 5. Indikator Indeks Keanekaragaman Jenis

No. Kriteria Indikator

1.

2.

3.

H’ > 3

H’ 1 ≤ H’ ≤ 3

H’ < 1

Kemelimpahan tinggi

Kemelimpahan sedang

Kemelimpahan sedikit atau rendah Sumber : Odum (1993) dalam Fachrul(2007)

Page 53: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

37

37

I. Konsep Operasional

Konsep operasional adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-

ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep yang digunakan dalam

penelitian ini. Tujuannya agar dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan

hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya.

1. Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat disepanjang pantai atau muara

sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang terletak di Desa

Tanjung Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.

2. Komposisi vegetasi mangrove adalah jumlah dan susunan jenis golongan

pohon, tiang, pancang dan semai pada hutan mangrove yang terdapat dalam

plot pengamatan pada lokasi penelitian.

3. Keanekaragaman jenis adalah parameter yang berguna untuk mengetahui

pengaruhnya dari gangguan biotik atau untuk mengetahui tingkat suksesi atau

kestabilan dari suatu jenis mangrove pada lokasi penelitian.

4. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari komposisi jenis (susunan) dan

struktur vegetasi (bentuk) tumbuh-tumbuhan yang ada diwilayah yang

dianalisis.

5. Metode garis berpetak adalah modifikasi metode petak ganda atau metode

jalur dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur sehingga

sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama.

6. Proposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan

persyaratan sampel yang diperlukan.

Page 54: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

38

38

7. Sampel adalah bagian terkecil dari suatu populasi yang akan diikutsertakan

dalam tempat pengambilan data.

8. Jalur ukur adalah suatu jalur yang dibuat dalam suatu populasi guna

melakukan pengamatan dengan menggunakan petak ukur.

9. Petak ukur adalah petak dengan ukuran tertentu yang dibuat guna melakukan

pengukuran dengan perhitungan vegetasi.

10. Kerapatan adalah jumlah individu jenis mangrove dalam suatu luasan tertentu

pada lokasi penelitian.

11. Frekuensi adalah jumlah petak contoh dimana ditemukan jenis mangrove

tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat pada lokasi penelitian.

12. Dominansi adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies

tumbuhan mangrove dengan luas total habitat pada lokasi penelitian.

13. Indeks Nilai Penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai

untuk menyatakan tingkat penguasaan spesies-spesies dalam komunitas hutan

mangrove pada lokasi penelitian.

14. Pohon (tree) adalah tumbuhan dewasa dengan diameter lebih dari > 10 cm.

15. Pancang atau sapihan (sapling) adalah permudaan yang tingginya >1,5 m atau

lebih sampai pohon-pohon muda yang berdiameter kurang dari 10 cm.

16. Semai adalah permudaan mulai dari kecambah sampai dengan tinggi <1,5 m.

Page 55: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

39

39

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Batas Wilayah

Letak geografis Kecamatan Lasolo tergolong sebagai daerah pantai dengan

topografi datar dan berbukit sehingga sangat potensial untuk pengembangan

sektor perikanan dan pariwisata. Batas wilayah Kecamatan Lasolo disebelah utara

adalah Kecamatan Molawe, sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda, sebelah

selatan berbatasan dengan Kecamatan Lembo dan sebelah barat berbatasan

dengan Kabupaten Konawe yaitu Kecamatan Anggaberi. Luas wilayah daratan

Kecamatan Lasolo 26.250 Hektar (termasuk wilayah kepulauan).

Desa Tanjung Bunga merupakan bagian dari Kecamatan Lembo yang

mempunyai luas wilayah 158 Ha atau 0,60 % dari total luas keseluruhan

Kecamatan Lasolo, dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Sebalah utara berbatasan dengan Desa Kampoh Bunga

- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Alo-alo

- Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda

- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Alo-alo

B. Aksesbilitas

Akses dari ibukota kecamatan keseluruh desa di wilayah Kecamatan

Lasolo relatif mudah, karena semua desa dapat dilewati dengan kendaraan mobil

dan motor, kecuali untuk desa-desa kepulauan seperti, Boenaga, Waturambaha,

dan Labengki akses ke ibukota kecamatan harus dengan menggunakan perahu

motor tempel yang pada musim Timur (April-September) gelombang cukup

Page 56: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

40

40

tinggi. Jarak dan waktu tempuh yang dibutuhkan dari Desa Tanjung Bunga

ketempat pusat pemerintahan sebagaimana disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Aksesbilitas Terhadap Jarak dan Waktu Tempuh Antara Desa Tanjung

Bunga dengan Pusat Pemerintahan

Dari Ke Pusat

Pemerintahan

Jarak

(Km)

Waktu

Tempuh

(Menit)

Keterangan

Desa

Tanjung

Bunga

Kecamatan 25.5 15 menit Menggunakan

Mobil dan

Motor Kabupaten 41.2 35 menit

Provinsi 94.1 90 menit Sumber: Data sekunder, profil desa dan kelurahan, 2013

C. Keadaan Iklim

Curah hujan di Kecamatan Lasolo selama tahun 2013 tidak merata, hal ini

dapat dilihat pada Tabel 7. Tahun 2013 curah hujan tertinggi terjadi pada bulan

Juni yaitu 475,5 mm dengan jumlah hari hujan adalah 17 hari dan terendah pada

bulan September sebanyak 39 mm dengan jumlah hari hujan 5 hari. Jumlah curah

hujan paling sedikit adalah bulan Agustus yaitu 38 mm dengan jumlah hari hujan

4 hari.

Tabel 7. Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan di Kecamatan Lasolo

Tahun 2013

No. Bulan Hari Hujan Curah Hujan

(hh) (mm)

1. Januari 8 227,0

2. Februari 10 337,0

3. Maret 12 322,5

4. April 11 185,5

5. Mei 9 209,0

6. Juni 17 475,5

7. Juli 13 403,0

8. Agustus 4 38,0

9. September 5 39,0

10. Oktober 7 180,0

11. Nopember 6 114,0

12. Desember 9 231,0

Total 111 2.761,5

Rata-Rata 9 230,1

Sumber: Data sekunder, kantor camat Lasolo 2013

Page 57: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

41

41

D. Keadaan penduduk

Jumlah penduduk di Desa Tanjung Bunga pada Tahun 2014 adalah 487

Jiwa, yang terdiri dari 251 penduduk laki-laki dan 236 penduduk perempuan,

terdapat pada 109 rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga

sebesar 4 – 5 jiwa per rumah tangga dan seluruhnya merupakan Warga Negara

Indonesia Jumlah Penduduk Desa Tanjung Bunga menurut Jenis Kelamin

disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala

Keluarga

No Jenis Kelamin Tahun 2014

1. Jumlah Laki-laki 251

2. Jumlah Perempuan 236

Jumlah Total 487

Jumlah Kepala Keluarga 109 KK Sumber: Data Sekunder, Kantor Desa Tanjung Bunga 2014

E. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk terbesar di Desa Tanjung Bunga pada tahun

2014 yaitu pada propesi nelayan sebanyak 85 orang, kemudian disusul wiraswasta

17 orang, tukang kayu 7 orang, Honorer 4 Orang, Petani 3 orang, tukang batu 2

orang dan kemudian pegawai negeri sipil dan bidan swasta masing-masing 1

orang. Mata pencaharian penduduk di Desa Tanjung Bunga dapat dilihat pada

Tabel 9 yaitu sebagai berikut:

Page 58: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

42

42

Tabel 9. Data Jumlah Mata Pencaharian Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah

Kepala Keluarga di Desa Tanjung Bunga 2013

No Jenis Pekerjaan Laki-Laki

(orang)

Perempuan

(orang)

1. Petani 2 1

2. Pegawai Negeri Sipil 1 -

3. Peternak - -

4. Nelayan 85 -

5. Honorer 3 1

6. Tukang Batu 2 -

7. Tukang Kayu 7 -

8. Penjahit - 1

9. POLRI - -

10. Pensiunan PNS/TNI/POLRI -

11. Dukun Kampung Terlatih - -

12. Bidan Swasta - 1

13. Wiraswata 5 12

Jumlah 105 16

Jumlah Total 111 Sumber: Data sekunder, kantor Desa Tanjung Bunga, 2014

Page 59: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

43

43

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rekapitulasi Komposisi Jenis Mangrove yang Ada di Desa Tanjung

Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jenis mangrove di Desa Tanjung

Bunga Kecamatan Lasolo di temukan 9 (sembilan) jenis utama mangrove seperti

disajikan pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah jenis

yang ditemukan dalam kawasan hutan mangrove di Desa Tanjung Bunga

Kecamatan Lasolo yaitu terdapat 9 (sembilan) jenis yang terkelompok dalam 5

(lima) famili, 8 (delapan) jenis pada tingkatan pohon dan pancang, 9 (sembilan)

jenis pada tingkatan semai dengan total keseluruhan sebasar 602 individu.

Tabel 10. Rekapitulasi Jenis, Famili, Jumlah dan Tingkat Kemunculan Setiap

Jenis pada Tiap Tingkatan Vegetasi yang Ditemukan Dikawasan Hutan

Mangrove di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten

Konawe Utara.

No. Nama Jenis Famili Pohon Pancang Semai Total

Ind/Jenis

1 Acrostichum aureum Pteridaceae - - 43 43

2 Avicennia marina Acanthaceae 4 1 3 8

3 Avicennia officinalis Acanthaceae 5 1 18 24

4 Bruguiera cylindrica Rhizophoraceae 15 7 34 56

5 Bruguiera gymnorrhiza Rhizophoraceae 26 8 58 92

6 Bruguiera sexangula Rhizophoraceae 7 21 91 119

7 Rhizophora stylosa Rhizophoraceae 24 38 97 159

8 Sonneratia alba Sonneratiaceae 27 15 39 81

9 Xilocarpus granatum Meliaceae 3 1 16 20

Jumlah 111 97 399 602

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015

Tabel 10. menunjukkan bahwa dari 9 (sembilan) jenis yang ditemukan,

jenis R.stylosa merupakan jenis dengan jumlah individu yang paling ban yak

yaitu sebesar 159 individu yang terdistribusi dalam tiga tingkatan pertumbuhan,

Page 60: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

44

44

c. Daun b. Daun d. Batang

sedangkan untuk jumlah individu terendah terdapat pada jenis A.marina yang

terkelompok dalam famili Acanthaceae dengan jumlah 8 (delapan) individu,

terdistribusi dengan sebaran 4 (empat) individu pada tingkatan pohon, 1 (satu)

individu pada tingkatan pancang dan 3 (tiga) individu pada tingkatan semai. Tabel

10 juga memperlihatkan bahwa jumlah individu yang paling banyak ditemukan

terdapat pada tingkatan semai dengan total sebanyak 399 individu, selanjutnya

diikuti pada tingkatan pohon dengan jumlah sebanyak 111 individu. Kemudian

terakhir ditemukan pada tingkat pancang dimana yang ditemukan 97 individu.

Berikut adalah deskripsi mengenai jenis-jenis yang ditemukan di lokasi penelitian

Desa Tanjung Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara:

1. Rombio (Acrostichum aureum)

Rombio (Acrostichum aureum) merupakan salah satu jenis yang

ditemukan di lokasi penelitian dengan nama lokal yaitu (Rombio), membentuk

rumpun yang lebat,berakar serabut, bentuk daun linear, permukaanya tampa

rambut, gundul dan licin. Tata letak daunya berpasangan dan berhadapan,

sedangkan pangkal daunya bundar membusur dengan ujung daun meruncing.

Jenis ini ditemukan pada daerah terbuka dan disinari matahari.

Gambar 8. Morfologi jenis Rombio (A.aureum)

a b c

Page 61: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

45

45

a. Bunga b. Daun c. Akar

a. Bunga b. Daun c. Akar

2. Api-api (Avicennia marina)

Api-api (Avicennia marina) merupakan jenis mangrove yang ditemukan

pada lokasi penelitian dengan nama indonesia yaitu (Api-api), memiliki diamater

batang hingga mencapai 22 cm. Memiliki akar nafas tegak berbentuk seperti

pensil. Kulit kayu halus dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Bagian atas

permukaan daun berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih-abu-abu muda.

Bentuk daunya bulat telur dengan bagian terlebar dekat ujung daun. Pangkalnya

runcing serta ujung daun berbentuk tumpul. Letak daun berpasangan dan

berhadapan.

3. Api-api (Avicennia officinalis)

Api-api (Avicennia officinalis) merupakan jenis mangrove yang ditemukan

pada lokasi penelitian dengan nama indonesia yaitu (Api-api). Mempunyai akar

Gambar 9. Morfologi jenis Api-api (A.marina)

a b c

a b c

Gambar 10. Morfologi jenis Api-api (A.officinalis)

Page 62: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

46

46

a. Daun b. Bunga d. Akar

akar nafas yang tipis. Kulit kayu bagian luar memiliki permukaan yang agak halus

jika dibandingkan pada jenis B.gymnorrhiza memiliki warna keabu-abuan.

Permukaan atas daun berwarna hijau tua dan abu-abu kehijauan di bagian

bawahnya. Permukaan atas daun berbentuk cekung dan memiliki sejumlah bintik-

bintik putih. Pangkal dan ujung daun tumpul serta letak daunya berlawanan.

4. Burus (Bruguiera cylindrica)

Burus (Bruguiera cylindrica) merupakan jenis mangrove yang ditemukan

pada lokasi penelitian dengan nama indonesia yitu (Burus), memiliki diamater

batang hingga mencapai 17 cm. Kulit kayu berwarna abu-abu dan berakar lutut,

memiliki jumlah kelopak bunga 8 dengan warna hijau kekuningan. Permukaan

bawah daun hijau agak kekuningan. bentuknya elips memanjang ujungnya agak

meruncing. Letak daunya berseling, hanya satu helai daun melekat pada setiap

buku, daun tertata mengintari ranting seperti spiral.

Gambar 11. Morfologi jenis Burus (B.cylindrica)

a b c

Page 63: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

47

47

a. Buah b. Batang c. Akar

a. Bunga b. Batang c. Akar

5. Tanjang (Bruguiera gymnorrhiza)

Tanjang (Bruguira gymnorrhiza) merupakan salah satu jenis mangrove

yang ditemukan dilokasi penelitian dengan nama indonesia yaitu (Tanjang),

dengan diamater batang hingga mencapai 68 cm. Pohon tegak lurus berwarna abu-

abu tua Memiliki akar lutut yang muncul kepermukaan di sekitar pohon. Daun

berkulit berwarna hijau tua pada lapisan atas dan hijau kekuningan pada bagian

bawahnya, permukaan daun tanpa rambut, gundul dan licin. Berbentuk elips

memanjang dengan bagian terlebar berada ditengah daun. Ujungnya agak

meruncing. Bunga terletak pada ketiak daun, memiliki kelopak bunga, berwarna

merah. Buah bundar dengan bentuk spiral, agak bengkok dan pada ujung buah

tumpul serta berwarna hijau tua.

6. Tongge (Bruguiera sexangula)

Gambar 12. Morfologi jenis Tanjang (B.gymnorrhiza)

Gambar 13. Morfologi jenis Tongge (B.sexangula)

a b c

a b c

Page 64: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

48

48

a. Bunga b. Daun c. Akar

Tongge (Bruguiera sexangula) merupakan jenis pohon yang mempunyai

nama setempat (Tongge), kulit kayu berwarna coklat muda-abu-abu dengan

permukaan kasar. Diamater batang hingga mencapai 24 cm dan mempunyai akar

lutut. Daunnya tunggal dan bersilangan, bunganya terletak di ketiak daun

munculnya pertandan, memiliki kelopak bunga berwarna kemerahan. Permukaan

daun tanpa rambut dan cekung kebawah, berbentuk elips dengan bagian terlebar

berada pada dekat ujung daun, ujungnya agak meruncing.

7. Uwakata (Rhizophora stylosa)

Uwakata (Rhizophora stylosa) merupakan jenis yang mendominasi pada

hutan mangrove yang ada di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten

Konawe Utara dengan nama setempat yaitu (Uwakata). Diameter batang hingga

mencapai 46 cm dan model perakaran berupa akar tunjang. Bunga muncul pada

ketiak daun serta dalam bentuk pertandan, buahnya memanjang dan agak

membulat, permukaanya kasar berwarna coklat muda. Daun lebar dengan ujung

daun yang meruncing, dibagian belakang daun terdapat bintik-bintik hitam.

Warna daun hijau muda.

Gambar 14. Morfologi jenis Uwakata (R.stylosa)

a b c

Page 65: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

49

49

a. Buah b. Batang c. Akar

a. Buah b. Batang c. Akar

8. Peropa (Sonneratia alba)

Peropa Soneratia alba dengan nama setempat yaitu (Peropa), pohon

dengan batang besar dengan diamater batang hingga mencapai 44 cm. Akar dari

bawah tanah muncul kepermukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut

tumpul. Memiliki kelopak dengan helai kelopak menyebar dan sedikit

melengkung kearah buah, berwarna hijau. Buahnya seperti bola dengan ujung

bertangkai, benang sari jumlahnya banyak, ujungnya putih Tata letak daunya

berpasangan dan berhadapan, permukaan daun berkeriput dan tebal, tulang daun

tenggelam, bentuknya bulat telur dengan ujung daun membundar sampai berlekuk

kedalam.

9. Kondawu (Xilocarpus granatum)

Gambar 15. Morfologi jenis Peropa (S.alba)

Gambar 16. Morfologi jenis Kondawu (X.granatum)

a b c

a b c

Page 66: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

50

50

Kondawu (Xilocarpus granatum) merupakan salah satu jenis mangrove

yang ditemukan pada lokasi penelitian dengan nama lokal yaitu (Kondawu),

memiliki diamater batang hingga mencapai 14 cm. Kulit kayu berkeriput

berwarna coklat muda dan mengelupas. Buah sangat besar seperti bola atau

kelapa, berkulit dan berwarna hijau kecoklatan. Buahnya bergelantungan pada

dahan. Daunya bertangkai kebanyakan dua pasang pertangkai, letaknya

berlawanan. Bentuknya elips ujungnya membundar.

B. Analisis Vegetasi

a. Tingkatan Pohon

Hasil analisis vegetasi tingkat pohon pada lokasi penelitian disajikan pada

Tabel 11.

Tabel 11. Tingkat Pohon dalam Kawasan Hutan Mangrove di Desa Tanjung

Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015

Keterangan : K (kerapatan), KR (kerapatan relatif), F (frekuensi), FR (frekuensi relatif), C (dominansi), CR (dominansi

relatif), INP (indeks nilai penting).

Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat 8 (delapan) jenis vegetasi dalam

ketegori ukuran pohon, dengan total 154,17 pohon/Ha dan terdistribusi pada

kisaran kerapatan antara 4,17-36,11 Ind/Ha. Berdasarkan hasil perhitungan

menunjukkan bahwa kerapatan pada tingkat pohon tergolong dalam 2 kategori

No Nama Jenis K

(Ind.Ha-1

)

KR

(%) F

FR

(%)

D

(m/ha)

DR

(%)

INP

(%)

1 Avicennia marina 5,56 3,60 0,11 5 0,17 3,37 11,97

2 Avicennia officinalis 6,94 4,50 0,11 5 0,16 3,12 12,63

3 Bruguiera cylindrica 20,83 13,51 0,22 10 0,31 5,94 29,45

4 Bruguiera gymnorrhiza 36,11 23,42 0,44 20 2,11 40,74 84,16

5 Bruguiera sexangula 9,72 6,31 0,17 7,5 0,17 3,31 17,12

6 Rhizophora stylosa 33,33 21,62 0,61 27,5 0,90 17,43 66,55

7 Sonneratia alba 37,5 24,32 0,44 20 1,30 25,14 69,46

8 Xilocarpus granatum 4,17 2,70 0,11 5 0,05 0,95 8,65

Jumlah 154,17 100 2,22 100 5,19 100 300

Page 67: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

51

51

yaitu pada jenis S.alba, R.stylosa dan B.gymnorrhiza dalam ketegori Rendah dan

sisanya yaitu jenis B.saxangula, B.cylindrica, X.granatum, A.marina dan

A.officinalis masuk dalam kategori Sangat rendah. Pembagian kerapatan tersebut

didasarkan atas nilai Baku Mutu Lingkungan (Kepmen KLH No. 02/1988), untuk

kerapatan vegetasi bahwa tingkat kerapatan ≤ 20 individu/Ha termasuk Sangat

rendah, 21-50 individu/Ha tergolong Rendah, 51-100 individu/Ha tergolong

Sedang, 101-200 individu/Ha tergolong Tinggi dan kerapatan ≥ 201 individu/Ha

tergolong Sangat tinggi.

Jenis S.alba, B.gymnorrhiza dan R.stylosa merupakan jenis yang memiliki

jumlah individu paling banyak mengungguli jenis yang lainya dengan jumlah

masing-masing 27, 26 dan 24 individu, serta mempunyai nilai kerapatan yang

tertinggi dari jenis lainya yaitu 37,5 Ind/Ha, 36,11 Ind/Ha dan 33,33 Ind/Ha.

Fenomena ini mengambarkan pola penyesuaian yang besar terhadap kondisi

habitatnya, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu daya dukung habitat, 3

jenis ini juga dapat dikatakan sebagai ciri umum komunitas tumbuhan pada lokasi

penelitian. Jenis yang memiliki jumlah individu terendah yaitu X.granatum

dengan jumlah 3 individu hal ini tentunya berkorelasi pada tingkat kerapatan yang

memiliki nilai terendah yaitu 4,17 Ind/Ha, maka jenis ini pada lokasi penelitian

yang kondisi tanahnya bersubstrat berlumpur dan pasir memiliki adaptasi yang

kurang dalam persaingan antara komunitas tumbuhan hutan. Jenis ini tidak

mampu bersaing dalam komunitas untuk mempertahankan jenisnya baik dalam

pemenuhan unsur hara, ruang habitat, baik dari masing-masing jenis yang sama

maupun dari jenis yang berbeda.

Page 68: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

52

52

Frekuensi suatu jenis menunjukkan penyebaran suatu jenis-jenis dalam

suatu areal. Dari analisis tingkat pohon diketahui bahwa terdapat 1 spesies

tergolong Tinggi (R.stylosa), 2 spesies tergolong sedang (B.gymnorrhiza, S.alba),

1 spesies tergolong rendah (B.cylindrica) dan 4 spesies tergolong sangat rendah

(A.marina, A.officinalis, B.sexangula, X.granatum). Dengan demikian, R.stylosa

merupakan jenis yang mampu menyebar pada berbagai wilayah dalam vegatasi

mangrove dengan nilai frekuensi sebesar 61 %, sehingga nilai ini mengambarkan

keberadaan spesies pada ruang secara horizontal tergolong Tinggi, hasil ini jika

dibandingkan pada penelitian lain yang dilakukan oleh Niko (2015) menunjukkan

bahwa ada kesamaan terhadap penelitian sebelumnya walaupun pada wilayah

yang berbeda yaitu di Desa Lalemo Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton

Utara yang mengemukakan bahwa Jenis R.stylosa merupakan jenis yang memiliki

jumlah individu terbanyak dan penyebaran yang tinggi, dibanding dengan jenis

lainnya pada wilayah tersebut, hal ini juga berkorelasi terhadap apa yang

dikemukakan oleh Noor et al., (2006) bahwa R.stylosa memiliki wilayah

penyebaranya sepanjang Indonesia serta mampu tumbuh pada habitat yang

beragam di daerah pasang surut, lumpur, pasir dan batu. Juga merupakan

tumbuhan pionir dilingkungan pesisir atau pada bagian daratan dari mangrove,

sehingga dapat dikatakan bahwa jenis ini sebagai jenis yang memiliki adaptasi

yang tinggi terhadap lingkunganya dan dalam persaingan antara komunitas

tumbuhan hutan. Pengelolaan frekuensi didasarkan menurut Indriyanto (2006)

terdiri atas 5 (lima) kelas, yaitu kelas A adalah spesies yang mempunyai frekuensi

1 - 20% tergolong kategori Sangat rendah, kelas B adalah spesies yang

Page 69: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

53

53

mempunyai frekuensi 21 - 40% tergolong kategori Rendah, Kelas C adalah

spesies yang mempunyai frekuensi 41 - 60% tergolong kategori Sedang, Kelas D

adalah spesies yang mempunyai frekuensi 61 - 80% tergolong kategori Tinggi dan

kelas E adalah spesies yang mempunyai frekuensi 81 – 100% tergolong kategori

Sangat tinggi.

Dominansi adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies

tumbuhan dengan luas total habitat. Jenis B.gymnorrhiza menguasai ruang

tumbuh per satuan luas (D) dan mendominasi jenis lainya (DR) berdasarkan luas

bidang dasarnya yang memiliki dominansi tinggi yaitu jenis B.gymnorrhiza

dengan nilai 40,74%, sehingga dapat dikatakan bahwa jenis ini memiliki adaptasi

yang baik serta mempu mamanfaatkan semua sumber daya yang dibutuhkan untuk

pertumbuhanya, pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Smith

(1997) dalam Alimuddin (2010) bahwa jenis yang dominan adalah jenis yang

dapat memanfaatkan semua sumber daya yang dibutuhkan untuk pertumbuhanya

dalam suatu kompetisi, meliputi kompetisi terhadap unsur hara dan air, cahaya

dan ruang tumbuh pada lingkungan yang di tempatinya secara efisien daripada

jenis lainya dalam tempat yang sama. Sedangkan jenis yang memiliki nilai

dominansi yang lebih rendah adalah pada jenis X.granatum yaitu 0,95 %. Jenis ini

kurang mampu dalam memanfaatkan lingkungan yang ditempatinya secara efisien

sehingga spesies ini tertekan oleh jenis lain yang lebih mendominasi.

Indeks nilai penting (INP) merupakan nilai yang menggambarkan peranan

keberadaan suatu jenis dalam komunitas tumbuhan. Jenis yang memiliki INP

tertinggi merupakan jenis yang sangat mempengaruhi suatu komunitas tumbuhan.

Page 70: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

54

54

Indeks Nilai Penting tertinggi pada tingkat pohon ditemukan pada jenis

B.gymnorrhiza dengan nilai 84,16%, S.alba dengan nilai 69,46% dan R.stylosa

yaitu dengan nilai 66,55%. Parameter Indeks Nilai Penting, berdasarkan pendapat

yang dikemukakan oleh Sutisno (1993) dalam Heriyanto (2004) bahwa tingkatan

vegetasi (pohon dan tiang) suatu jenis dapat dikatakan berperan jika INP > 15%.

Jenis tersebut tergolong memiliki peran untuk komunitas jenis mangrove yang

tumbuh disekitarnya. Nilai ini mengindikasikan bahwa jenis-jenis tersebut

mempengaruhi kestabilan ekosistem. Ketiga jenis tersebut merupakan jenis yang

paling mempengaruhi komunitas, hilangnya spesies-spesies ini akan berdampak

besar terhadap kestabilan ekosistem. Penabangan pohon secara besar-besaran pada

ketiga spesies ini akan menciptakan ruang yang luas di antara tajuk karena

memiliki kerapatan yang sangat tinggi, penyebaran yang luas, dan ukuran pohon

yang besar, sehingga memungkinkan munculnya spesies lain yang dominan. Hal

ini sejalan dengan Bengen (2001) menyatakan bahwa nilai penting berkisar antara

0-300. Ini memberikan gambaran bahwa semakin besar nilai indeks nilai penting

suatu jenis memberikan gambaran besarnya sumberdaya lingkungan yang

dimanfaatkan oleh jenis tersebut dalam pertumbuhannya. Sedangkan yang

tergolong dalam nilai INP rendah terdapat pada X.granatum, A.marina,

A.officinalis dan B.sexangula. Hal ini menunjukkan bahwa keempat jenis tersebut

merupakan jenis yang kritis karena disusun oleh kerapatan, frekuensi dan

dominasi yang kecil dengan nilai INP kurang dari 15 % yang berarti jenis-jenis

tersebut sangat rentan untuk hilang dari ekosistem hutan mangrove karena tingkat

keberadaannya yang sangat rendah.

Page 71: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

55

55

b. Tingkat Pancang

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap parameter kuantitatif untuk

tingkatan pancang pada lokasi penelitian maka diperoleh hasil yang disajikan pada

Tabel 12.

Tabel 12. Komposisi Vegetasi Tingkat Pancang dalam Kawasan Hutan Mangrove

di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara

No Nama Jenis K

(Ind.Ha-1

) KR (%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Avicennia marina 22,22 1,09 0,06 3,03 4,12

2 Avicennia officinalis L. 22,22 1,09 0,06 3,03 4,12

3 Bruguiera cylindrica 155,56 7,61 0,22 12,12 19,73

4 Bruguiera gymnorrhiza 177,78 8,70 0,17 9,09 17,79

5 Bruguiera sexangula 466,67 22,83 0,44 24,24 47,07

6 Rhizophora stylosa 844,44 41,30 0,61 33,33 74,64

7 Sonneratia alba J.E Smith 333,3 16,30 0,22 12,12 28,43

8 Xilocarpus granatum 22,22 1,09 0,06 3,03 4,12

Jumlah 2044,44 100 1,83 100 200

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015

Tabel 12 memperlihatkan bahwa terdapat 2044,44 individu/Ha dengan

kisaran antara 22,22 – 844,44 individu/Ha. Pada tingkatan pertumbuhan ini

R.stylosa merupakan jenis yang memiliki kerapatan tertinggi yaitu 844,44

individu/Ha sedangkan untuk jenis yang memiliki kerapatan terendah adalah pada

jenis X.granatum, A.marina, dan A.officinalis yaitu 22,22 Ind/Ha. Berdasarkan

pembagian kerapatan (Kepmen KLH No. 02/1988) maka spesies R.stylosa,

B.sexangula dan S.alba merupakan spesies yang tergolong sangat tinggi. karena

memiliki nilai kerapatan ≥ 201 individu/Ha, jumlah tersebut sangat berlimpah

sehinga jenis ini pada lokasi penelitian memiliki adaptasi yang sangat baik dalam

persaingan antara komunitas tumbuhan hutan dan penting untuk kestabilan

ekosistem kerena Pancang merupakan generasi pelanjut untuk kelestarian

ekosistem dimasa yang akan datang. Sedangkan pada jenis X.granatum, A.marina,

Page 72: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

56

56

dan A.officinalis yang memiliki kerapatan tergolong Rendah yaitu 22,22

individu/Ha. Jenis ini tidak mampu bersaing dalam komunitas untuk

mempertahankan jenisnya baik dalam pemenuhan unsur hara, ruang habitat, baik

dari masing-masing jenis yang sama maupun dari jenis yang berbeda. Semakin

baik kondisi hutan berarti penutupan tajuk hutannya juga semakin rapat dan lantai

hutan semakin tertutup. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya iklim mikro di

dalam hutan yang relatif baik serta akan memperkecil tumbuhnya vegetasi luar

yang akan berkembang di dalam hutan mangrove sehingga kelestarian vegetasi

mangrove bisa tumbuh dengan stabil.

Pada parameter frekuensi ditemukan bahwa terdapat 1 spesies tergolong

Tinggi yaitu pada jenis R.stylosa (61%), 1 spesies tergolong Sedang terdapat pada

B.sexangula (44%), 2 jenis ketegori Rendah yaitu S.alba (22%), B.cylindrica

(22%) dan 4 jenis yang masuk dalam kategori Sangat rendah yaitu jenis

B.gymnorrhiza (17%) serta jenis A.marina, A.officinalis dan X.granatum dengan

nilai yang sama yaitu 6%, penggolongan tersebut berdasarkan penggolongan

tumbuhan menurut frekuensinya. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis ini

masih kurang keberadaanya pada ruang secara horizontal atau rentan untuk hilang.

Jenis yang memiliki INP tertinggi merupakan jenis yang sangat

mempengaruhi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan hasil perhitungan

ditemukan jenis yang berperan dalam komunitas tumbuhan yaitu R.stylosa dengan

nilai 74,64 %. Dengan demikian jenis tersebut merupakan jenis yang paling

mempengaruhi komunitas tumbuhan, jenis-jenis tersebut berdampak besar

terhadap kestabilan ekosistem karena memiliki kerapatan yang cukup tinggi dan

Page 73: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

57

57

penyebaran yang luas. Sedangkan yang tergolong dalam nilai INP rendah terdapat

pada X.granatum, A.marina, A.officinalis dengan nilai 4,02%. Hal ini

menunjukkan bahwa 3 (tiga) jenis tersebut merupakan jenis yang kritis karena

disusun oleh kerapatan, frekuensi dan dominasi yang kecil yang berarti jenis-jenis

tersebut sangat potensial untuk hilang dari ekosistem hutan mangrove karena

tingkat keberadaannya yang juga sangat rendah.

c. Tingkat Semai

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap parameter kuantitatif untuk

tingkatan semai pada lokasi penelitian maka diperoleh hasil yang seperti disajikan

pada Tabel 13.

Tabel 13. Komposisi Vegetasi Tingkat Semai dalam Kawasan Hutan Mangrove di

Desa Tanjung Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara

No Nama Jenis K

(Ind.Ha-1

) KR (%) F FR (%)

INP

(%)

1 Acrostichum aureum 5972,22 10,78 0,28 13,16 23,94

2 Avicennia marina 416,67 0,75 0,06 2,63 3,38

3 Avicennia officinalis L. 2500 4,51 0,056 2,63 7,14

4 Bruguiera cylindrical 4722,22 8,52 0,22 10,53 19,05

5 Bruguiera gymnorrhiza 8055,56 14,54 0,17 7,89 22,43

6 Bruguiera sexangula 12638,89 22,81 0,44 21,05 43,86

7 Rhizophora stylosa 13472,22 24,31 0,61 28,95 53,26

8 Sonneratia alba 5416,67 9,77 0,22 10,53 20,3

9 Xilocarpus granatum 2222,22 4,01 0,06 2,63 6,64

Jumlah 55416,67 100 2,116 100 200

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015 Keterangan : K (kerapatan), KR (kerapatan relatif), F (frekuensi), FR (frekuensi relatif), C (dominansi), CR (dominansi

relatif), INP (indeks nilai penting).

Tabel 13 menunjukkan bahwa hasil analisis komposisi vegetasi semai

menunjukkan bahwa terdapat 9 (sembilan) jenis semai yang tumbuh dibawah

tegakan pohon, dengan kerapatan 55.416 individu/Ha dalam kisaran antara 416 –

13.472 individu/Ha. Jenis yang memiliki kerapatan tertinggi yaitu pada jenis

R.stylosa dengan nilai 13.472 Ind/Ha sedangkan jenis yang memiliki kerapatan

terendah adalah pada A.marina yaitu 416 Ind/Ha. Berdasarkan pembagian

Page 74: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

58

58

kerapatan nilai Baku Mutu Lingkungan (Kepmen KLH No. 02/1988) maka dapat

disimpulkan bahwa semua spesies tumbuhan bawah tergolong sangat Tinggi.

karena memiliki nilai kerapatan ≥ 201 individu/Ha dengan nilai yaitu 416 - 13.472

ind/Ha. Hal ini tentu sedikit besarnya dipengaruhi oleh adanya kerusakan yang

terjadi dalam kawasan penelitian yang menciptakan ruang yang luas diantara

tajuk, sehingga pemakaian ruang dan cahaya lebih signifikan untuk pertumbuhan

semai, perbungaan dan pembuahan sepanjang tahun pada spesies mangrove juga

menjadi faktor pendukung dalam kemelimpahan semai.

Pada lapisan ketiga memperlihatkan bahwa tidak ada perubahan yang

berarti terhadap macam spesies penyusun ekosistem, hanya ditemukan 1 spesies

yaitu jenis Acrostchum aureum. Pada tingkatan pertumbuhan ini, R.stylosa tetap

merupakan spesies terbanyak dalam penyebaranya yaitu tergolong Tinggi diikuti

oleh B.sexangula dalam kategori Sedang dan jenis Acrostichum aureum,

B.cylindrica, S.alba yang masuk kategori Rendah serta sisanya yang merupakan

kategori Sangat rendah yaitu pada spesies B.gymnorrhiza, X.granatum, A.marina

dan A.officinalis.

Berdasarkan kisaran frekuensi pada setiap tingkatan umur pertumbuhan

maka pola distribusi atau penyebaran spesies pada komunitas hutan mangrove di

Desa Tanjung Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara mengalami

gangguan. Hal ini ditunjukan oleh jumlah spesies yang berdistribusi (frekuensi)

pada kategori tinggi (D) lebih sedikit dari kategori sedang (C) sedangkan A dan B

rendah, sehingga mengambarkan bahwa kondisi habitat mengalami gangguan.

Ketentuan ini didasarkan atas pembagian hutan menurut frekuensi sebaranya

Page 75: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

59

59

bahwa apabila kelas A > B > C > = < D < E, maka spesies-spesies yang menyusun

komunitas tumbuhan berdistribusi normal. Jika E > D, sedangkan A, B dan C

rendah, maka kondisi komunitas tumbuhan homogen. Jika B, C, dan D tinggi,

maka kondisi komunitas tumbuhan heterogen. Sedangkan jika E < D, sedangkan

A, B, dan C rendah, maka kondisi komunitas tumbuhan terganggu Raunkiaer

dalam Indriyanto (2006).

Indeks Nilai Penting tertinggi pada tingkat semai ditemukan pada jenis

B.sexangula yaitu 43,86 %. Parameter INP (Indeks Nilai Penting), berdasarkan

pendapat yang dikemukakan oleh Sutisno (1993) dalam Heriyanto (2004) bahwa

tingkatan vegetasi (sapihan dan semai) suatu jenis dapat dikatakan berperan jika

INP > 10%. Dengan demikian jenis-jenis yang memiliki INP yang berperan

penting adalah jenis R.stylosa, B.sexangula, A.aureum, B.gymnorrhiza, S.alba dan

B.cylindrica dengan nilai INP antara 19% – 53%. Nilai ini mengindikasikan

bahwa jenis mangrove tersebut mempengaruhi kestabilan ekosistem.

d. Indeks Keanekaragaman

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap parameter kuantitatif Indeks

keanekaragaman hutan mangrove disajikan pada Tabel 14. Berdasarkan data pada

Tabel 14 untuk tingkat pohon nilai total indeks keanekaragaman jenis (H’) yaitu

1,78 yang nilai tersebut menandakan bahwa indeks keanekaragaman komunitas

(H’) pada tingkat suksesi atau kestabilan dari suatu komunitas untuk tingkat

pohon masuk dalam kategori sedang dengan kriteria H’ 1-3 atau tingkat

keanekaragaman jenis sedang.

Page 76: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

60

60

Tabel 14. Hasil Perhitungan Pada Indeks Keanekaragaman

No

Nama Latin

Nilai Indeks Keanekaragaman (H')

Pohon Pancang Semai

1 Acrostichum aureum

0,26

2 Avicennia marina 0.13 0.08 0,07

3 Avicennia officinalis L. 0.13 0.08 0,12

4 Bruguiera cylindrica 0.23 0.23 0,22

5 Bruguiera gymnorrhiza 0.36 0.22 0,25

6 Bruguiera sexangula 0.16 0.34 0,33

7 Rhizophora stylosa 0.33 0.37 0,35

8 Sonneratia alba J.E Smith 0.34 0.28 0,23

9 Xilocarpus granatum 0.10 0.08 0,11

Jumlah 1.78 1.67 1,94 Sumber : Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan penilaian keanekaragaman flora nilai indeks keanekaragaman

jenis yang tergolong tinggi yaitu jenis B.gymnorrhiza dengan nilai 0,36 masuk

dalam kategori Sangat tinggi, sedangkan jenis yang tergolong rendah yaitu jenis

X.granatum dengan nilai 0,10 masuk dalam kategori Rendah, pembagian

golongan keanekaragaman jenis tersebut Berdasarkan Baku Mutu Lingkungan.

Ditunjukkan bahwa keanekaragaman 0,00-0,07 tergolong sangat rendah, 0,08-

0,15 tergolong rendah, 0,16-0,23 tergolong sedang, 0,24-0,31 tergolong tinggi

dan diatas 0,32 tergolong sangat tinggi (Kepmen KLH Nomor 02 tahun 1988).

Dengan demikian, terdapat 3 spesies Sangat tinggi yaitu B.gymnorrhiza, S.alba

dan R.stylosa, 1 spesies tergolong tinggi yaitu B.cylindrica, 1 spesies tergolong

sedang yaitu B.sexangula, dan 3 spesies tergolong rendah yaitu X.granatum,

A.marina dan A.officinalis.

Nilai Keanekaragaman untuk tingkat pancang pada lokasi penelitian

menunjukkan nilai total keanekaragaman berjumlah 1,67 yang nilai tersebut

menandakan bahwa indeks keanekaragaman komunitas pada tingkat pancang

masuk dalam kategori sedang dengan kriteria H’ 1-3. Sedangkan untuk nilai

Page 77: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

61

61

keanekaragaman jenis nilai tertinggi ditemukan pada 2 jenis yaitu R.stylosa dan

B.sexangula dengan nilai masing-masing keanekaragaman 0,37 dan 0,34 masuk

dalam kategori sangat tinggi, 1 jenis dalam kategori tinggi, 2 jenis dalam kategori

sedang serta 3 jenis untuk kategori rendah yang terdapat pada jenis X.granatum,

A.marina dan A.officinalis dengan nilai keanekaragaman 0,08.

Sedangkan pada tingkat semai nilai total indeks keanekaragaman yaitu

sebesar 1,94. Berdasarkan besaran kriteria yang dikemukakan oleh oleh Shannon-

Weiner yaitu H’< 1 kategori Rendah, H’ 1-3 kategori Sedang dan H’ 3 > kategori

Tinggi, sehinga berdasarkan pengklasifikasian diatas maka keanekaragaman

komunitas untuk tingkat semai merupakan kategori Sedang. Selanjutnya,

berdasarkan jenis tetumbuhan yang indeks keanekaragaman tergolong sangat

tinggi terdapat 2 jenis yaitu R.stylosa dan B.sexangula, 2 jenis tergolong tinggi

yaitu pada spesies A.aureum dan B.gymnorrhiza, 1 jenis dalam kategori sedang, 2

jenis dalam kategori rendah yaitu jenis A.officinalis dan X.granatum dan sisanya

yaitu A.marina yang masuk dalam kategori sangat rendah.

Rendahnya keanekaragaman jenis pada semua tingkatan mengindikasikan

adanya gangguan dan tekanan oleh faktor luar yang menyebabkan kerusakan pada

vegetasi hutan mangrove, adanya aktifitas manusia yang melakukan pengambilan

tegakan kayu untuk keperluan bangunan rumah maupun untuk keperluan keramba

ikan dan kayu bakar dengan cara melakukan penebangan, pemanfaatan lokasi

sekitar mangrove sebagai lahan pemukiman. Selain itu, rendahnya

keanekaragaman juga akibat terjadinya pasang surut atau pengeringan yang

menyebabkan mekanika tanah berpengaruh buruk terhadap perakaran pohon serta

Page 78: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

62

62

mengganggu pertukaran gas, udara tanah dan atmosfer. Subtrat yang berlumpur

yang berhubungan dengan penguapan dan infiltrasi pada umumnya menghambat

perkecambahan sehingga jenis vegetasi yang kurang mampu beradaptasi terhadap

subtrasi ataupun lingkungan menyebabkan adanya tegakan mangrove yang

tertekan dan mati khususnya pada tingkat semai dan pancang. Hal ini selaras

dengan apa yang dikemukakan oleh Irwanto (2006) bahwa rendahnya

keanekaragaman menandakan ekosistem mengalami tekanan atau kondisinya

mengalami penurunan, ini bisa disebabkan karena mangrove hidup pada tingkatan

ekstrim seperti kadar garam yang tinggi serta subtrat yang berlumpur. Oleh karena

itu untuk dapat hidup harus melalui seleksi yang sangat ketat dan daya adaptasi

yang tinggi.

Page 79: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

63

63

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Komposisi vegetasi hutan mangrove yang ada di Desa Tanjung Bunga

Kecamatan Lasolo terdiri dari 9 (sembilan) jenis vegetasi yaitu Acrostichum

aureum, A.marina, A.officinalis, B.cylindrica, B.gymnorrhiza, B.sexangula,

R.stylosa, S.alba, dan X.granatum. Vegetasi ini tersebar pada 8 (delapan)

Jenis pada tingkatan pohon dan pancang serta 9 jenis pada tingkatan semai.

2. Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) pada tingkat pohon sebesar 1,78,

tingkat pancang sebesar 1,67 dan untuk tingkat semai yaitu 1,94, ketiganya

termasuk dalam kategori sedang.

B. Saran

1. Perlu dilakukan pengkayaan jenis, khususnya pada jenis-jenis yang memiliki

kerapatan dan frekuensi rendah yang rentan terhadap hilangya spesies dalam

kawasan

2. Pemerintah maupun masyarakat setempat perlu melakukan perlindungan dan

pengawasan untuk meminimalisir kerusakan kawasan yang lebih lanjut,

selain itu perlu diadakan kegiatan rehabilitasi dalam meningkatkan fungsi

hutan mangrove demi kelestarian masa kini dan masa yang akan datang.

Page 80: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

64

64

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, F. Timban, J. Dan Suzana, B. 2011. Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove di

Desa Palaes Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara.

Jurnal ASE, 7 (2) : 5-11

Alimuddin. 2010. Komposisi dan Struktur Vegetasi Hutan Produksi Terbatas di

Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Agriplus, 20 (02) :

6-11

Anwar, Gunawan, Hendra. 2006. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan

Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir. Ekspose

hasil-hasil penelitian. Padang, 20 September 2006.

Arisandi, P. 2001. Mangrove Jawa Timur, Hutan Pantai yang Terlupakan.

(ECOTON). Gresik.

Banasur, F. 2014. Analisis Komposisi dan Struktur Tegakan Hutan Mangrove di

Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari (Skripsi). Jurusan

Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan.

Basmi, H.J. 2000. Planktonologi: Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Bengen, D. G., 2001. Pedoman teknik pengenalan dan pengelolaan ekosistem

mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisisr dan Laut. Institut pertanian

Bogor. Bogor.

BP-DAS Sampara 2008. Pelaksanaan Pembangunan dan Rehabilitasi Lahan dan

Perhutanan Sosial (Inventarisasi Tahun 2004-2008). BP-DAS Sampara

Sulawesi Tenggara Kendari.

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 2005. Teknik Rehabilitasi

Mangrove. Fakultas Kehutanan Institut Petanian. Bogor.

Hakim, N., Nyakpa, A.M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Saul, M.K., Go Ban

Hong dan Barley, H.H. 2001. Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.

Haryani, S. N., 2013. Analisis Perubahan Hutan Mangrove Menggunakan Citra

Satelit. Jurnal. Peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh – LAPAN :

42-49

Page 81: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

65

65

Heriyanto, NM. 2004. Suksesi Hutan Bekas Tambahan Dikelompok Hutan Sungai

Lekawai-Sungai Jengonoi, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Jurnal

Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 1 (2): 5-11

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara Jakarta.

Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove. Yogyakarta.

Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.

Irwanto. 2013. Teknik Analisis Vegetasi Metode Dengan Petak. http://

www.irwantoshut.net/analisis_vegetasi_Teknik_Analisis_Vegetasi.html.

Diakses: 06 November 2015

John. 2012. Mangrove conservation. www.wildsingapore.com/wildfacts/plants/

mangrove.htm. Diakses: 06 November 2015

Nasir. 1993. Penilaian Ekonomi Ekosistem Mangrove dan Aplikasinya dalam

Perencanaan Wilayah Pesisir. Graha Ilmu. Jogyakarta.

Niko, R. 2015. Analisis komposisi dan Struktur Hutan Mangrove di Desa Lelamo

Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Konawe Utara. Skripsi Jurusan

Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan.

Odum, E. HLM. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono

Samingan dari Buku Fundamentals of Ecology. Yogyakarta. Gadjah Mada

Universitas.

Plantamor. 2008. Plantamor Situs Dunia Tumbuhan, Data Tumbuhan.

http://plantamor.com. Diakses: 06 November 2015

Poedjirahajoe, E. 2007. Dendrogam Zonasi Pertumbuhan Mangrove Berdasarkan

Habitat Di Kawasan Rehabilitasi Pantai Utara Jawa Tengah Bagian

Barat. Jurnal Ilmu Kehutanan. 1(2): 5-9

Pramudji. 2001. Studi Ekosistem Hutan Mangrove di Beberapa Pulau Kepulauan

Tanimbar, Maluku Tenggara. Lingkungan dan Pembangunan 16 (3) : 200-

209.

Putra, A, M,. 2010. Studi Kesesuaiyan Lingkungan Untuk Rehabilitasi Mangrove

di Desa Sorue Jaya Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Selatan

Sulawesi Tenggara. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Rohman, Fatchur dan I Wayan Surberartha.2001.Petunjuk Praktikum Ekologi

Tumbuhan.JICA: Malang

Page 82: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

66

66

Rusdianti, K., dan Sunito, S. 2012. Konservasi Lahan Hutan Mangrove Serta

Upaya Penduduk Lokal Rehabilitasi Ekosistem Mangrove. Jurnal

Sosiologi Pedesaan. 06 (01) : 5-9

Noor, YR., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan

Mangrove di Indonesia. Cetakan Kedua. PHKA/WI-IP, Bogor.

Salimudin, LD,. 2012. Analisis komposisi dan Struktur Tegakan Hutan Mangrove

di Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Skripsi Jurusan

Kehutana, Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo.

Santono, N., Bayu, C.N., Ahmad, F.S, dan Ida, F. 2005. Resep Makanan

Berbahan Baku Mangrove dan Pemanfaatan Nipah. Lembaga

Pengembangan dan Pengkajian Mangrove.

Saparinto, C., 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Dahara Priza.

Semarang.

Setyawan, A. D., Indrowuryatno, Wiryanto, K. Winarno, dan A. Susilowati. 2006.

Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah: 1. Keanekaragaman Jenis.

Biodiversitas. 6 (2): 90-94.

Setyawan, A. D., K. Winarno, dan P. C. Purnama. 2003. REVIEW: Ekosistem

Mangrove di Jawa: 1. Kondisi Terkini. Biodiversitas. 4 (2) : 124-130.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan

Komunitas. Jakarta: Penerbit Usaha Nasional.

Subiandono, E. Dan Herianto, N,M. 2012. Komposisidan Struktur Tegakan

Biomasa dan Potensi Kandungan Karbon di Taman Nasional Alas Purwo.

Jurnal Penelitian dan Konservasi Alam. 9 (1) : 8-10

Yudha, I. G. 2007. Kerusakan Wilayah Pesisir Pantai Timur Lampung. Laporan

Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Lampung 2007. Program Studi

Budidaya Perairan FP Universitas Lampung. Lampung.

Page 83: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

67

67

Page 84: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

68

68

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

68

Page 85: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

69

69

Lampiran 2. Peta Lokasi Penempatan Transek

69

Page 86: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

70

70

Lampiran 3. Perhitungan analisis vegetasi pada tingkat pohon

Keterangan :

Luas Plot : Ukuran plot (20m x 20m) / Hektar (10.000)

Total luas plot : Luas plot x jumlah plot (18)

D (m) : Diameter

LBDS : Luas Bidang Dasar

K : Kerapatan

KR (%) : Kerapatan Relatif (persen)

F : Frekuensi

FR (%) : Frekuensi Relatif (persen)

C : Dominansi

CR (%) : Dominansi Relatif (persen)

INP : Indeks Nilai Penting

INP Pohon : KR (%) + FR (%) + CR (%)

H’ : Indeks Keanekaragaman

No Nama Jenis Plot

Ditemukan

Jumlah

Individu

D

(m)

LBDS

(m)

K

(Ind.Ha-1)

KR

(%) F

FR

(%)

C

(m/ha)

CR

(%)

INP

(%) H'

1 Sonneratia alba J.E Smith 8 27 5,03 0,94 37,5 24,32 0,44 20 1,30 25,14 69,46 0,34

2 Bruguiera sexangula 3 7 1 0,12 9,72 6,31 0,17 7,5 0,17 3,31 17,12 0,16

3 Rhizophora stylosa 11 24 4,04 0,65 33,33 21,62 0,61 27,5 0,90 17,43 66,55 0,33

4 Bruguiera gymnorrhiza Lamk. 8 26 6,03 1,52 36,11 23,42 0,44 20 2,11 40,74 84,16 0,36

5 Bruguiera cylindrical 4 15 2,10 0,22 20,83 13,51 0,22 10 0,31 5,94 29,45 0,23

6 Xilocarpus granatum 2 3 0,36 0,04 4,17 2,70 0,11 5 0,05 0,95 8,65 0,10

7 Avicennia marina 2 4 0,80 0,13 5,56 3,60 0,11 5 0,17 3,37 11,97 0,13

8 Avicennia officinalis L. 2 5 0,75 0,12 6,94 4,50 0,11 5 0,16 3,12 12,63 0,13

Jumlah

111 20,09 3,73 154,17 100 2,22 100 5,19 100 300 1,78

70

0

Page 87: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

71

71

Lampiran 4. Perhitungan analisis vegetasi pada tingkat pancang

No. Nama Jenis Plot

Ditemukan

Jumlah

Individu K (Ind.Ha-1) KR (%) F FR (%) INP (%) H'

1 Sonneratia alba J.E Smith 4 15 333,3 16,30 0,22 12,12 28,43 0,28

2 Bruguiera sexangula 8 21 466,67 22,83 0,44 24,24 47,07 0,34

3 Rhizophora stylosa 11 38 844,44 41,30 0,61 33,33 74,64 0,37

4 Bruguiera gymnorrhiza Lamk. 3 8 177,78 8,70 0,17 9,09 17,79 0,22

5 Bruguiera cylindrica 4 7 155,56 7,61 0,22 12,12 19,73 0,23

6 Xilocarpus granatum 1 1 22,22 1,09 0,06 3,03 4,12 0,08

7 Avicennia marina 1 1 22,22 1,09 0,06 3,03 4,12 0,08

8 Avicennia officinalis L. 1 1 22,22 1,09 0,06 3,03 4,12 0,08

Jumlah

92 2044,44 100 1,83 100 200 1,67

Keterangan :

Luas Plot : Ukuran plot (5 m x m) / Hektar (10.000)

Total luas plot : Luas plot x jumlah plot (18)

D (m) : Diameter

LBDS : Luas Bidang Dasar

K : Kerapatan

KR (%) : Kerapatan Relatif (persen)

F : Frekuensi

FR (%) : Frekuensi Relatif (persen)

C : Dominansi

CR (%) : Dominansi Relatif (persen)

INP : Indeks Nilai Penting

INP Pohon : KR (%) + FR (%)

H’ : Indeks Keanekaragaman

71

Page 88: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

72

72

Lampiran 5. Perhitungan analisis vegetasi pada tingkat semai

No Nama Jenis Plot

Ditemukan

Jumlah

Individu

K

(Ind.Ha-1)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%) H'

1 Sonneratia alba J.E Smith 4 39 5416,67 9,77 0,22 10,53 20,3 0,23

2 Bruguiera sexangula 8 91 12638,89 22,81 0,44 21,05 43,86 0,33

3 Rhizophora stylosa 11 97 13472,22 24,31 0,61 28,95 53,26 0,35

4 Bruguiera gymnorrhiza Lamk. 3 58 8055,56 14,54 0,17 7,89 22,43 0,25

5 Bruguiera cylindrica 4 34 4722,22 8,52 0,22 10,53 19,05 0,22

6 Xilocarpus granatum 1 16 2222,22 4,01 0,06 2,63 6,64 0,11

7 Avicennia marina 1 3 416,67 0,75 0,06 2,63 3,38 0,07

8 Avicennia officinalis L. 1 18 2500 4,51 0,056 2,63 7,14 0,12

9 Acrostichum aureum 5 43 5972,22 10,78 0,28 13,16 23,94 0,26

Jumlah

55416,67 55416,67 100 2,116 100 200 1,94

Keterangan :

Luas Plot : Ukuran plot (2 m x 2 m) / Hektar (10.000)

Total luas plot : Luas plot x jumlah plot (18)

D (m) : Diameter

LBDS : Luas Bidang Dasar

K : Kerapatan

KR (%) : Kerapatan Relatif (persen)

F : Frekuensi

FR (%) : Frekuensi Relatif (persen)

C : Dominansi

CR (%) : Dominansi Relatif (persen)

INP : Indeks Nilai Penting

INP Pohon : KR (%) + FR (%)

H’ : Indeks Keanekaragaman

72

Page 89: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

73

73

Lampiran 7. Daftar jenis mangrove yang teridenfikasi di Desa Tanjung Bunga pada tingkat pancang

No Jenis Spesies Famili Lokasi

Transek Lokasi Petak

Total Petak

ditemukan Jenis

1 Sonneratia alba J.E Smith Sonneratiaceae 2,3 1,2,3,4 4

2 Bruguiera sexangula Rhizophoraceae 2,3,4 1,2,3,3,4,1,2,3 8

3 Rhizophora stylosa Rhizophoraceae 1,2,3,4,5 2,3,1,2,3,1,2,3,1,4,1,4 11

4 Bruguiera gymnorrhiza Lamk. Rhizophoraceae 1,4,5 1,4,2 3

5 Bruguiera cylindrical Rhizophoraceae 3,4,5 1,2,4,1 4

6 Xilocarpus granatum Meliaceae 5, 3, 1

7 Avicennia marina Avicenniaceae 1, 3, 1

8 Avicennia officinalis L. Avicenniaceae 5, 2, 1

Lampiran 6. Daftar jenis mangrove yang teridenfikasi di Desa Tanjung Bunga pada tingkat pohon

No Jenis Spesies Famili Lokasi

Transek Lokasi Petak

Total Petak

ditemukan Jenis

1 Sonneratia alba J.E Smith Sonneratiaceae 1,2,3,5 1,3,1,2,3,1,4,1 8

2 Bruguiera sexangula Rhizophoraceae 2,3,4 1,3,3 3

3 Rhizophora stylosa Rhizophoraceae 1,2,3,4,5 2,3,1,2,3,2,4,2,4,1,4 11

4 Bruguiera gymnorrhiza Lamk. Rhizophoraceae 1,4,5 1,2,1,2,4,2,3,4 8

5 Bruguiera cylindrical Rhizophoraceae 3,5 1,2,4,1 4

6 Xilocarpus granatum Meliaceae 5, 2,3 2

7 Avicennia marina Avicenniaceae 1, 2,3 2

8 Avicennia officinalis L. Avicenniaceae 5, 2,3 2

73

Page 90: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

74

74

Lampiran 8. Daftar jenis mangrove yang teridenfikasi di Desa Tanjung Bunga pada tingkat semai

No Jenis Spesies Famili Lokasi

Transek Lokasi Petak

Total Petak

ditemukan Jenis

1 Sonneratia alba J.E Smith Sonneratiaceae 2, 1,2,3 3

2 Bruguiera sexangula Rhizophoraceae 2,3,4 1,2,3,3,4,1,2,3 8

3 Rhizophora stylosa Rhizophoraceae 1,2,3,4,5 2,3,1,2,3,1,2,1,2,3,4,1 12

4 Bruguiera gymnorrhiza Lamk. Rhizophoraceae 1,4,5 1,1,2,4,2,3,4 7

5 Bruguiera cylindrica Rhizophoraceae 3,5 1,2,4,1 4

6 Xilocarpus granatum Meliaceae 5, 2, 1

7 Avicennia marina Avicenniaceae 1, 3, 1

8 Avicennia officinalis L. Avicenniaceae 5, 4, 1

9 Acrostichum aureum Pteridaceae 3,4 1,2,3,4,4 5

74

Page 91: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

75

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

1. Foto di kawasan penelitian Desa Tanjung Bunga Kabupaten Konawe Utara

2. Foto dalam buku Noor et al., 2006

3. Foto di kawasan penelitian Desa Tanjung Bunga Kabupaten Konawe Utara

Acrostichum aureum A.marina A.officinalis

Acrostichum aureum A.marina A.officinalis

B.cylindrica B.gymnorrhiza B.sexangula

Page 92: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

76

76

4. Foto dalam buku Rusila Noor et al, 2006

5. Foto di kawasan penelitian Desa Tanjung Bunga Kabupaten Konawe Utara

6. Foto dalam buku Rusila Noor et al, 2006

Lokasi Penelitian di Desa Tanjung Bunga

Kecamatan Lasolo

Pengukuran Luasan Penelitian

Menggunakan GPS

B.cylindrica B.gymnorrhiza B.sexangula

Rhizophora stylosa Sonneratia alba J.E Xilocarpus granatum

Rhizophora stylosa Sonneratia alba J.E Xilocarpus granatum

Page 93: STUDI ANALISIS KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/d1b509118_sitedi_SKRIPSI (MUH... · Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Kepala Keluarga

77

\

Persiapan Tali Ukur Untuk Pembuatan

Jalur dan Plot Pengamatan

Pembuatan Jalur dan Plot Pengamatan

Pengukuran Keliling

Batang

Pengukuran Keliling

Batang

Pengukuran Keliling

Batang

Gambar Bunga Gambar Akar Lutut Gambar Pohon