Stroke

26
IDENTITAS PASIEN - Nama : Tn. H - Usia : 63 tahun - Agama : Islam - Pekerjaan : Pensiunan - Alamat : Pulo Gadung - Suku : Sunda ANAMNESIS Anamnesis dilakukan aloanamnesis. Keluhan utama : lemah badan mendadak sebelah kanan sejak dini hari di hari ini. Riwayat Penyakit Sekarang: Pukul 03.00 wib pasien bangun tidur dan pergi ke kamar mandi, kemudian mendadak pasien merasa lemah badan sebelah kanan, bicara menjadi rero, dan pasien tampak mengantuk terus-menerus dan tidak sadarkan diri. Sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri kepala dan pusing, mata berair, pasien tersedak saat diberi minum, dan muntah (+). Sebelumnya pasien tidak ada riwayat trauma, nyeri kepala terus menerus (-), keluhan demam tidak ada, tidak ada riwayat kejang sebelumnya. Pasien memiliki riwayat Stroke

description

stroke word

Transcript of Stroke

IDENTITAS PASIEN

- Nama : Tn. H

- Usia : 63 tahun

- Agama : Islam

- Pekerjaan : Pensiunan

- Alamat : Pulo Gadung

- Suku : Sunda

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan aloanamnesis.

Keluhan utama : lemah badan mendadak sebelah kanan sejak dini hari di hari ini.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pukul 03.00 wib pasien bangun tidur dan pergi ke kamar mandi, kemudian mendadak

pasien merasa lemah badan sebelah kanan, bicara menjadi rero, dan pasien tampak

mengantuk terus-menerus dan tidak sadarkan diri.

Sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri kepala dan pusing, mata berair, pasien

tersedak saat diberi minum, dan muntah (+).

Sebelumnya pasien tidak ada riwayat trauma, nyeri kepala terus menerus (-), keluhan

demam tidak ada, tidak ada riwayat kejang sebelumnya. Pasien memiliki riwayat

Stroke sekitar 1 tahun yang lalu. Riwayat Hipertensi sudah diderita sejak lama,

namun tidak kontrol teratur.

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat Hipertensi (+) namun tidak kontrol rutin, Riwayat Stroke (+) 1 tahun yang

lalu. Riwayat Diabetes Melitus tidak pasti.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat hipertensi dalam keluarga, begitu juga dengan DM. Tidak ada yang

menderita gejala yang sama sebelumnya.

Riwayat Pengobatan

Pasien tidak berobat rutin untuk hipertensinya. Pengobatan stroke 1 tahun yang lalu

pun tidak tuntas.

Riwayat Psikososial

Pasien seorang pensiunan melakukan kegiatan-kegiatan ringan saja di rumah.

Pemeriksaan di IGD

Anamnesis:

Os tiba-tiba tidak bisa menggerakkan kaki dan tangan kanannya, terjadi saat pasien

bangun tidur.

Pemeriksaan Fisik:

Kesadaran: Compos mentis.

TD: 150/90 mmHg, RR 20 kali/mnt, P 80 kali/mnt, Suhu 36,30C.

Parese N.VII kanan sentral, parese N.XII kanan sentral.

STATUS GENERALIS (Pemeriksaan di Bangsal)

Keadaan umum:

Pasien tampak sakit sedang.

Kesadaran :

Compos Mentis

TTV:

• TD : 180/90 mmHg

2

• Pulse : 64 kali/menit (regular)

• RR : 28 kali/ menit (reguler)

• S : 36,1 ⁰ C

Mata : konjungtiva anemis (-), sclera ikterik(-).

Leher : pembesaran KGB (-), JVP normal

Pulmo : dada simetris kanan kiri, vesikuler, wh -/-, rho -/-

Cor : BJ I, II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : cekung, supel, BU (+) Normal, NT (-), Hepar dan Lien tidak tampak

membesar, Ballotement (-/-).

Ekstremitas atas dan bawah : otot tampak kaku, edema (-), akral hangat, sianosis (-).

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

• Kesadaran : somnolen, kontak (+).

• R. Meningeal

- Kaku Kuduk : (-)

- Lasegue sign : tidak terbatas

- Kernig sign : tidak terbatas

- Brudzinski I : (-)

- Brudzinski II : (-)

- Brudzinski III : (-)

• Saraf otak :

3

Pupil bulat, isokor, Φ ODS 2 mm, reflex cahaya +/+, gerak bola mata baik ke

segala arah, parese N.VII kanan sentral. Parese N.XII kanan sentral.

• Motorik:

• Sensorik : tidak dapat dinilai.

• Vegetatif : baik

• Fungsi luhur : baik

• R.fisiologis : BTR +/+

Brachioradialis +/+

KPR +/+

APR +/+

• Reflex patologis D/S

– Babinski -/-

– Chaddock -/-

– Oppenheim -/-

Pemeriksaan Penunjang:

Hasil Pemerikasaan LaboratoriumPemeriksaan Hasil13 April 2014WBC 12.1RBC 5.29 HGB 11.9PLT 157 GDS 126

2 50 5

4

14 April 2014GDP 112Ureum 54.8 Kreatinin 1.2Kolesterol total 119 HDL 38.0SGOT 40SGPT 26 Asam urat 7.9 Trigliserida 84

RESUME

Pukul 03.00 wib pasien bangun tidur dan pergi ke kamar mandi, kemudian

mendadak pasien merasa lemah badan sebelah kanan, bicara menjadi rero, dan pasien

tampak mengantuk terus-menerus dan tidak sadarkan diri.

Sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri kepala dan pusing, mata berair, pasien

tersedak saat diberi minum, dan muntah (+).

Sebelumnya pasien tidak ada riwayat trauma, nyeri kepala terus menerus (-), keluhan

demam tidak ada, tidak ada riwayat kejang sebelumnya. Pasien memiliki riwayat

Stroke sekitar 1 tahun yang lalu. Riwayat Hipertensi sudah diderita sejak lama,

namun tidak kontrol teratur.

Tidak ada riwayat hipertensi dalam keluarga, begitu juga dengan DM. Tidak ada yang

menderita gejala yang sama sebelumnya. Pasien tidak berobat rutin untuk

hipertensinya. Pengobatan stroke 1 tahun yang lalu pun tidak tuntas.

Keadaan umum:

Pasien tampak sakit sedang.

TTV:

• TD : 180/90 mmHg

5

• Pulse : 64 kali/menit (regular)

• RR : 28 kali/ menit (reguler)

• S : 36,1 ⁰ C

Pemeriksaan fisik umum: tidak ada kelainan.

Pemeriksaan Neurologis

• Kesadaran : somnolen, kontak (+)

• R. Meningeal

- Kaku Kuduk : (-)

• Saraf otak :

Pupil bulat, isokor, Φ ODS 2 mm, reflex cahaya +/+, gerak bola mata baik ke

segala arah, parese N.VII kanan sentral. Parese N.XII kanan sentral.

• Motorik:

• Sensorik : tidak dapat dinilai.

• Vegetatif : baik

• Fungsi luhur : baik

• R.fisiologis : BTR +/+

Brachioradialis +/+

KPR +/+

APR +/+

• Reflex patologis D/S

– Babinski -/-

2 50 5

6

– Chaddock -/-

– Oppenheim -/-

DIAGNOSIS KERJA

Stroke e.c Perdarahan Intra Serebral Sistem Karotis kiri factor risiko hipertensi.

DIAGNOSIS BANDING

Stroke e.c Infark Serebri Sistem Karotis kiri factor risiko hipertensi.

PENGOBATAN DI IGD :

—Infus A2 20 tetes/ menit

—Piracetam 3x1 gr

—Citicolin 2x 500 mg

Follow up

13 April 2014• TD : 120/80 mmHg

• Kesadaran: somnolen, kontak negatif.

• Keluhan : nyeri kepala, lemas anggota gerak sebelah kanan.

SO : Pupil bulat, isokor, Φ ODS 2 mm, reflex cahaya +/+, gerak bola mata

baik ke segala arah, parese N.VII kanan sentral. N.XII sulit dinilai.

• Motorik: sulit dinilai

• Sensorik: sulit dinilai

• RF : BTR (+/+), KPR (+/+), APR (+/+)

• RP : babinski (-/-), chaddok (-/-)

14 April 2014• TD : 110/70 mmHg

• Kesadaran: somnolen, kontak negatif.

7

• Keluhan : nyeri kepala, lemas anggota gerak sebelah kanan.

SO : Pupil bulat, isokor, Φ ODS 5 mm, reflex cahaya -/-. gerak bola mata

sulit dinilai, parese N.VII kanan sentral. N.XII sulit dinilai.

• Motorik: sulit dinilai

• Sensorik: sulit dinilai

• RF : BTR (+/+), KPR (+/+), APR (+/+)

• RP : babinski (-/-), chaddok (-/-)

PERMASALAHAN

- Bagaimana dasar diagnosa pada penderita ini?

Definisi stroke :

Gangguan fungsional otak fokal atau global yang terjadi secara mendadak, yang

disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (baik tersumbatnya aliran darah

maupun pecahnya pembuluh darah) dan lebih dari 24 jam, dan mempunyai pola

gejala yang berhubungan dengan waktu.

Pada pasien ini

- Terdapat defisit neurologis fokal :

Motorik : kelemahan pada satu sisi (hemiparese kanan)

Motorik :

Parese N.VII & XII kanan sentral.

Sensorik : hemihipestesi kanan

- Terdapat defisit neurologis global, yaitu berupa penurunan kesadaran.

- Keluhan terjadi secara tiba-tiba, yaitu setelah pasien kembali dari kamar

mandi pada dini hari tersebut.

2 50 5

8

- Keluhan ini terjadi >24 jam mulai dari kejadian sampai follow-up terakhir.

Diagnosis

• Berdasarkan klinis anamnesis & pemeriksaan neurologis

• Sistem skoring untuk membedakan jenis stroke

– Algritma stroke Gajah Mada à 3 tanda : penurunan kesadaran, nyeri

berat, dan

– Skor stroke Allen

– Skor stroke Sirriraj

• CT-scan (gold standar) untuk membedakan infark dgn perdarahan.

• MRI lebih sensitif m’deteksi infark sereberi dini dan infark batang otak.

Skor stroke Siriraj

• Rumus :

(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tek.

Diastolik) – (3 x petanda ateroma) – 12.

Hasil

– Skor > 1 : perdarahan supratentorial

– Skor < 1 infark serebri

• Keterangan

– Derajat kesadaran

• Komposmentis = 0

• Somnolen = 1

• Sopor/koma = 2

– Vomitus

• Ada = 1

• Tidak ada = 0

– Nyeri kepala

• Ada = 1

• Tidak ada = 0

9

– Ateroma (diabetes, angina, peny. Pembuluh darah)

• Ada = 1

• Tidak ada = 0

Pada pasien ini:

Kesadaran somnolen=1, Vomitus ada=1, Nyeri kepala ada=1, ateroma tidak ada=0,

menjadi:

Rumus Skor stroke Siriraj:

(2,5 x 1) + (2 x 1) + (2 x 1) + (0,1 x 90) – (3 x 0) – 12 = 3.5

Berarti masuk ke dalam kriteria Stroke Perdarahan.

Berdasarkan lokasi lesi vaskuler

1) Sistem karotis

a.Motorik : hemiparese kontralateral, disartria

b.Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia

c.Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis fugaks

d.Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia

2) Sistem vertebrobasiler

a.Motorik : hemiparese alternans, disartria

b.Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia

c.Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia

Pada pasien ini

Pada pasien ini lokasi lesi vaskuler kemungkinan sistem karotis kiri

- Hemiparese kanan, hemihipestesi kanan

Faktor resiko

10

Faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifiable)

dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable).

- Faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi,

penyakit jantung (fibrilasi atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi

alkohol, hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan stenosis arteri karotis.

- Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin,

ras/suku, dan faktor genetik.2,4

Pada pasien ini

Pada pasien ini faktor resiko yang dapat dimodifikasi, yaitu Hipertensi dengan TD

140/80 mmHg.

TINJAUAN PUSTAKA

11

Stroke ialah bencana atau gangguan peredaran darah di otak. Dalam bahasa inggris

dinamai juga sebagai Cerebro-vascular Accident. Kata stroke berarti pukulan (to

strike). Dari kata ini dapat disimpulkan bahwa timbulnya stroke ialah mendadak. Kata

lain untuk penyakit stroke ini ialah brain attack, yaitu serangan otak.

Definisi Stroke menurut WHO : Gangguan fungsional otak fokal atau global yang

terjadi secara mendadak , yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (baik

tersumbatnya aliran darah mauoun pecahnya pembuluh darah)dan lebih dari 24 jam.

Dan mempunyai pola gejala yang berhubungan dengan waktu.

Angka kejadian stroke

Di negara industri penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomor

tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan kanker.

Namun, stroke paling banyak menyebabkan orang cacat pada kelompok usia di atas

45 tahun. Banyak penderitanya yang menjadi cacat, menjadi invalid, tidak mampu

lagi mencari nafkah seperti sediakala, menjadi tergantung kepada orang lain, dan

tidak jarang menjadi beban bagi keluarganya. Beban ini dapat berupa beban tenaga,

beban perasaan dan beban ekonomi.

Stroke dapat terjadi pada setiap usia, dari bayi baru lahir sampai pada usia sangat

lanjut. Namun, angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Makin

tinggi usia, makin banyak kemungkinannya untuk mendapatkan stroke.

12

Secara pukul rata dapat dikatakan bahwa angka kejadian (insiden) stroke adalah 200

per 100.000 penduduk. Dalam satu tahun, diantara 100.000 penduduk, maka 200

orang akan mendapat stroke

Bila dipilah menurut usia maka angka ini menjadi sebagai berikut : pada kelompok

usia 35 - 44 tahun, insidennya ialah 0,2 per seribu (‰). Pada kelompok usia 45 - 54

tahun, 0,7 ‰, kelompok usia 55 - 64 tahun, 1,8 ‰, 65 - 74 tahun 2,7 ‰, 75 - 84

tahun 10,8 ‰ dan 85 tahunke atas 13,9 ‰.

Ditaksir bahwa 1000 orang yang berusia 55 - 64 tahun, dalamsatu tahun 1,8 orang

atau kira-kira 2 orang mendapat stroke.

Sirkulasi Darah pada Sistem Saraf Pusat

Sirkulasi darah pada sistem saraf terbagi atas sirkulasi pada otak dan medula

spinalis. Dalam keadaan fisiologik jumlah darah yang dikirim ke otak sebagai blood

flow cerebral adalah 20% cardiac out put atau 1100-1200 cc/menit untuk seluruh

jaringan otak yang berat normalnya 2% dari berat badan orang dewasa. Untuk

mendukung tercukupinya suplai oksigen, otak mendapat sirkulasi yang didukung oleh

pembuluh darah besar.

Suplai Darah Otak

1. Arteri Carotis Interna kanan dan kiri

– Arteri communicans posterior

Arteri ini menghubungkan arteri carotis interna dengan arteri cerebri posterior

– Arteri choroidea anterior, yang nantinya membentuk plexus choroideus di

dalam ventriculus lateralis

– Arteri cerebri anterior

Bagian ke frontal disebelah atas nervus opticus diantara belahan otak kiri dan

kanan. Ia kemudian akan menuju facies medialis lobus frontalis cortex cerebri.

Daerah yang diperdarahi arteri ini adalah:

a) facies medialis lobus frontalis cortex cerebro.

b) facies medialis lobus parietalis.

c) facies convexa lobus frontalis cortex cerebri.

13

d) facies convexa lobus parietalis cortex cerebri.

e) Arteri cerebri media

– Arteri cerebri media

Berjalan lateral melalui fossa sylvii dan kemudian bercabang-cabang untuk

selanjutnya menuju daerah insula reili. Daerah yang disuplai darah oleh arteri

ini adalah Facies convexa lobus frontalis cortex cerebri mulai dari fissura

lateralis sampai kira-kira sulcus frontalis superior, facies convexa lobus

parielatis cortex cerebri mulai dari fissura lateralis sampai kira-kira sulcus

temporalis media dan facies lobus temporalis cortex cerebri pada ujung frontal.

2. Arteri Vertebralis kanan dan kiri

Arteri vertebralis dipercabangkan oleh arteri sub clavia. Arteri ini berjalan ke

kranial melalui foramen transversus vertebrae ke enam sampai pertama kemudian

membelok ke lateral masuk ke dalam foramen transversus magnum menuju cavum

cranii. Arteri ini kemudian berjalan ventral dari medula oblongata dorsal dari olivus,

caudal dari tepi caudal pons varolii.

Arteri vertabralis kanan dan kiri akan bersatu menjadi arteri basilaris yang

kemudian berjalan frontal untuk akhirnya bercabang menjadi dua yaitu arteri cerebri

posterior kanan dan kiri. Daerah yang diperdarahi oleh arteri cerebri posterior ini

adalah facies convexa lobus temporalis cortex cerebri mulai dari tepi bawah sampai

setinggi sulcus temporalis media, facies convexa parietooccipitalis, facies medialis

lobus occipitalis cortex cerebri dan lobus temporalis cortex cerebri.

Anastomosis antara arteri-arteri cerebri berfungsi utnuk menjaga agar aliran

darah ke jaringan otak tetap terjaga secara continue. Sistem carotis yang berasal dari

arteri carotis interna dengan sistem vertebrobasilaris yang berasal dari arteri

vertebralis, dihubungkan oleh circulus arteriosus willisi membentuk Circle of willis

yang terdapat pada bagian dasar otak. Selain itu terdapat anastomosis lain yaitu antara

arteri cerebri media dengan arteri cerebri anterior, arteri cerebri media dengan arteri

cerebri posterior.

14

Klasifikasi stroke

Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke. Semuanya berdasarkan atas gambaran

klinik, patologi anatomi, sistem pembuluh darah dan stadiumnya.

Dasar klasifikasi yang berbeda beda ini perlu, sebab setiap jenis stroke mempunyai

cara pengobatan, preventif dan prognosa yang berbeda, walaupun patogenesisnya

serupa.

I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya

1. Stroke iskemik

a. Transient Ischemic Attack (TIA)

b. Thrombosis serebri

c. Embolia serebri

2. Stroke hemoragik

a. Perdarahan intra serebral

b. Perdarahan subarachnoid

II. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu

a. T I A

b. Stroke – in - evolution

c. Completed stroke

III. Berdasarkan sistem pembuluh darah

1. Sistem carotis

2. Sistem vertebra-basilar

Stroke mempunyai tanda klinik spesifik, tergantung daerah otak yang mengalami

iskemia atau infark. Serangan pada beberapa arteri akan memberikan kombinasi

gejala yang lebih banyak pula.

Mekanisme terjadinya stroke hemoragik

Timbulnya infark serebral regional dapat juga disebabkan oleh pecahnya arteri

serebral. Daerah distal dari tempat dinding arteri pecah, tidak lagi kebagian darah

sehingga wilayah tersebut menjadi iskemik dan kemudian menjadi infark yang

15

tersiram daerah ekstravasal hasil perdarahan. Daerah infark itu tidak berfungsi lagi

sehingga menimbulkan deficit neurologic, yang biasanya berupa hemiparalisis. Dan

daerah ekstravasal yang tertimbun intraserebral merupakan hematoma yang cepat

menimbulkan kompresi pada seluruh isi tengkorak berikut bagian rostral batang otak.

Keadaan demikian menimbulkan koma dengan tanda-tanda neurologi yang sesuai

dengan kompresi akut terhadap batang otak secara restrokaudal, yang terjadi dari

gangguan pupil, pernapasan, tekanan darah sistemik dan nadi. Apa yang dilukiskan di

atas ialah gambaran hemoragia intraserebral yang di dalam klinik dikenal sebagai

apopleksia serebri atau “hemorrhagic stroke”.

Arteri yang sering pecah ialah arteria lentikulostriata di wilayah kapsula interna.

Dinding arteri yang pecah selalu menunjukkan tanda-tanda, bahwa disitu terdapat

aneurisma kecil-kecil yang dikenal sebagai aneurisma Charcot Bouchard. Aneurisma

tersebut timbul pada orang-orang dengan hipertensi kronik, sebagai hasil proses

degenerative pada otot dan unsur elastic dinding arteri. Karena perubahan

degenerative itu ditambah dengan beban yang tekanan darah yang tinggi, maka

timbulah beberapa pengelembungan kecil setempat yang dinamakan aneurisma

Charcot Bouchard. Karena sebab-sebab yang belum jelas, aneurismata tersebut

kadang berkembang terutama pada rami perforantes arteria serebri media, yaitu

arteria lentikulostriata. Pada lonjakan tekanan darah sistemik, sewaktu orang marah,

menegluarkan tenaga banyak, dan sebagainya aneurisma kecil itu bisa pecah. Pada

saat itu juga orangnya jatuh pingsan, nafasnya mendengkur dalam sekali dan

16

memperlihatkan tanda-tanda hemiplegia. Oleh karena itu stress yang menjadi factor

presipitasi, maka haemoragic stroke disebut juga stress stroke.

Komplikasi Stroke

Komplikasi pada penderita stroke selama menjalani perawatan di RS, pasien stroke

dapat mengalami komplikasi akibat penyakitnya. Komplikasi yang umum terjadi

adalah bengkak otak (edema) yang terjadi pada 24 jam sampai 48 jam pertama setelah

stroke.

Berbagai komplikasi lain yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:

- Kejang. Kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke perdarahan. Kejadian

kejang umumnya memperberat defisit neurologik

- Nyeri kepala: walaupun hebat, umumnya tidak menetap. Penatalaksanaan

membutuhkan analgetik dan kadang antiemetik

- Hiccup: penyebabnya adalah kontraksi otot-otot diafragma. Sering terjadi pada

stroke batang otak, bila menetap cari

penyebab lain seperti uremia dan iritasi diafragma.

- Selain itu harus diwaspadai adanya:

- Transformasi hemoragik dari infark

- Hidrosefalus obstruktif

- Peninggian tekanan darah. Sering terjadi pada awal kejadian dan turun beberapa hari

kemudian.

- Demam dan infeksi. Demam berhubungan dengan prognosa yang tidak baik. Bila

ada infeksi umumnya adalah infeksi paru dan traktus urinarius.

- Emboli pulmonal. Sering bersifat letal namun dapat tanpa gejala. Selain itu, pasien

menderita juga trombosis vena dalam (DVT).

- Abnormalitas jantung. Disfungsi jantung dapat menjadi penyebab, timbul bersama

atau akibat stroke. Sepertiga sampai setengah penderita stroke menderita komplikasi

gangguan ritme jantung.

17

- Gangguan fungsi menelan, aspirasi dan pneumonia. Dengan fluoroskopi ditemukan

64% penderita stroke menderita gangguan fungsi menelan. Penyebab terjadi

pneumonia kemungkinan tumpang tindih dengan keadaan lain seperti imobilitas,

hipersekresi dll.

- Kelainan metabolik dan nutrisi. Keadaan undernutrisi yang berlarut-larut terutama

terjadi pada pasien umur lanjut. Keadaan malnutrisi dapat menjadi penyebab

menurunnya fungsi neurologis, disfungsi kardiak dan gastrointestinal dan

abnormalitas metabolisme tulang.

- Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia. Akibat pemasangan kateter dauer, atau

gangguan fungsi kandung kencing atau sfingter uretra eksternum akibat stroke.

- Perdarahan gastrointestinal. Umumnya terjadi pada 3% kasus stroke. Dapat

merupakan komplikasi pemberian kortikosteroid pada pasien stroke. Dianjurkan

untuk memberikan antagonis H2 pada pasien stroke ini.

- Dehidrasi. Penyebabnya dapat gangguan menelan, imobilitas, gangguan komunikasi

dll.

- Hiponatremi. Mungkin karena kehilangan garam yang berlebihan.

- Hiperglikemia. Pada 50% penderita tidak berhubungan dengan adanya diabetes

melitus sebelumnya. Umumnya berhubungan dengan prognosa yang tidak baik.

- Hipoglikemia. Dapat karena kurangnya intake makanan dan obat-obatan.

Prognosis

• Sekitar 50% penderita yang mengalami kesembuhan dan kembali

menjalankan fungsi normalnya.

• Penderita lainnya mengalami kelumpuhan fisik dan mental dan tidak mampu

bergerak, berbicara atau makan secara normal.

• Sekitar 20% penderita meninggal di rumah sakit.

• Yang berbahaya adalah stroke yang disertai dengan penurunan kesadaran dan

gangguan pernafasan atau gangguan fungsi jantung.

• Kelainan neurologis yang menetap setelah 6 bulan cenderung akan terus

menetap, meskipun beberapa mengalami perbaikan.

18

PENATALAKSANAAN

Langkah yang pertama dan paling awal adalah ABC (Airway, Breathing, dan

Circulation). Masalah dengan jalan nafas (Airway) pada pasien PIS, lebih sering

timbul dan mungkin membutuhkan intubasi dan ventilasi. Jika peningkatan TIK

dicurigai atau pasien menunjukkan gejala-gejala herniasi (koma, dilatasi, pupil

unilateral, third nerve palsy), hiperventilasi (PaCO2 30 mmHg) harus dipastikan

hingga terapi definitive dapat dilakukan. Pada pasien kecurigaan herniasi, harus

mendapatkan terapi Mannitol (1 gr/IV bolus). Posisikan pasien dengan elevasi

300.

Mengatasi perdarahan

- Vit K dan plasma beku

- Protamin

- Asam traneksamat

19