stres-ht

111
HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN TINGKAT HIPERTENSI DI PUSKESMAS NUSA INDAH KOTA BENGKULU TAHUN 2012 Skripsi Oleh ALI MAHMUDI NPM : 102426067 SP PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DEHASEN

description

ghjgjk

Transcript of stres-ht

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN TINGKATHIPERTENSI DI PUSKESMAS NUSA INDAH KOTA BENGKULU TAHUN 2012

Skripsi

OlehALI MAHMUDI NPM : 102426067 SP

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DEHASENBENGKULU 2012

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN TINGKAT HIPERTENSI DI PUSKESMAS NUSA INDAH KOTA BENGKULU TAHUN 2012

SkripsiDiajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program S 1 Keperawatan Stikes Dehasen Bengkulu

OlehALI MAHMUDI NPM : 102426067 SP

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DEHASENBENGKULU 2012

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa untuk dipertahankan dihadapan Tim penguji Skripsi Program Studi S I keperawatan Stikes Dehasen

Bengkulu, Juli 2012

Pembimbing I

Ns. Yusran Hasymi, S.Kep. M.Kep. Sp. KMB.

Pembimbing II

Dessy Sundari, S.Kp. M.Pd

ABSTRAK

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang sangat besar dan serius. Hipertensi merupakan gangguan kesehatan di mana keadaan ini tidak dapat di sembuhkan tetapi dapat di kontrol dengan pola hidup yang sehat. Faktor lingkungan yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi diantaranya adalah stres. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan desain cross-sectional. Dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 91 orang dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel secara kebetulan bertemu dengan peneliti yang berobat di puskesmas Nusa Indah. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret April. Data yang di analisa adalah stress dah tingkat hipertensi. Dari hasil analisa 91 responden maka diperoleh bahwa responden yang mengalami stress sebanyak 77 orang, 14 orang lainnya tidak strres dan yang mengalami hipertensi berat 49, hipertensi sedang 28, hipertensi ringan 14 orang. Sedangkan dari hasil analisis Chi Square diperoleh nilai p = 0,029 < = 0,05, sehingga secara statistik Ha di terima berarti ada hubungan yang signifikan antara stress dengan kejadian tingkat hipertensi. Disarankan kepada pihak puskesmas di harapkan dapat mengembangkan organisasi lebih lanjut dan dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam bidang promosi kesehatan, agar dapat menambah pengetahuan tentang penyakit hipertensi. Kata kunci : Stres dan Hipertensi.

KATA PENGATAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan Program S-1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesahatan Dehasen Bengkulu yang berjudul Hubungan Stres Dengan Kejadian Tingkat Hiperensi di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012.Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :1. Ibu Hj. Dra. Ice Rakizah Syafrie, M. Kes. selaku Ketua STIKES Dehasen Benguklu.2. Bpk Ns. Yusran Hasymi, S.Kep. M.Kep. Sp. KMB. selaku Pembimbing I yang telah memberi masukan dan dukungan dalam penyusunan Skripsi ini.3. Ibu Dessy Sundari, S.Kp. M.Pd selaku Pembantu Ketua I STIKES Dehasen Bengkulu dan pembimbing II yang selalu memberikan motivasi dengan penuh perhatian sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.4. Bpk Heru Laksono, SKM. MPH selaku penguji I yang telah menyediakan waktu dan arahan beserta kritik dan saran dalam penyelesaiaan skripsi.5. Bpk A. Tarmizi Daud, S. Sos. SKM. M.Kes selaku penguji II yang telah menyediakan waktu dan arahan beserta kritik dan saran dalam penyelesaiaan skripsi.6. Kedua orang tuaku yang telah memberikan dorongan baik materil maupun doa dan semangat kepada penulis.7. Seluruh Dosen dan Staf Institusi Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dehasen Bengkulu yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan untuk penulis dalam mengikuti pendidikan di STIKES Dehasen Bengkulu.Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas mereka yang telah memberikan bantuan kepada penulis untuk penyusunan Skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan dan penyusunan Skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan Skripsi ini.

Bengkulu, Juli 2012

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL ................................................................................................. iHALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................. iiABSTRAKS .............................................................................................................. iiiKATA PENGANTAR ..............................................................................................ivDAFTAR ISI ............................................................................................................. viDAFTAR TABEL ..................................................................................................... ixDAFTAR BAGAN ................................................................................................... xDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 11.2 Rumusan Masalah .........................................................................51.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................51.4 Manfaat Penelitian ........................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep hipertensi .........................................................................72.1.1 Pengertian Hipertensi ........................................................72.1.2 Penyebab dan jenis-jenis Hipertensi ..................................71.1.3 Klasifikasi ..........................................................................82.1.4 Tanda dan gejala ................................................................92.1.5 Patofisiologi .......................................................................102.1.6 Pemeriksaan Diagnostik .....................................................122.1.7 Penatalaksanaan ................................................................ 122.1.8 Epidemiologi Hipertensi .................................................. 152.1.9 Faktor Risiko Hipertensi ................................................... 172.2 Stres .............................................................................................222.2.1 Pengertian Stres ................................................................222.2.2 Psikofisiologi Stres ...........................................................232.2.3 Penyebab Stres dan Stresor Psikososial ..........................242.2.4 Tahapan Stres ...................................................................282.2.5 Reaksi Tubuh Terhadap Stres .......................................... 312.2.6 Cara Mengukur Tingkat Stres ..........................................32 2.2.7 Dampak Stres ..................................................................332.2.8 Hubungan Stres Dengan Kejadian Hipertensi ..................372.3 Kerangka Konsep .........................................................................392.4 Hipotesis .......................................................................................39

BAB III METODE PENELITIAN3.1 Desain Penelitian .........................................................................403.2 Definisi Operasional ....................................................................413.3 Populasi dan Sampel ....................................................................413.4 Tekhnik Pengumpulan Data ........................................................423.5 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................433.6 Etika Penelitian ............................................................................433.7 Pengolahan, dan Analisa Data ..................................................... 45BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil penelitian ................................................................................ 484.1.1. Jalannya Penelitian ............................................................... 484.1.2. Hasil Penelitian .................................................................... 484.2. Pembahasan ...................................................................................... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 545.2. Saran ................................................................................................. 54DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL No TabelJudul TabelHalaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi8

Tabel 3.1 Definisi Operasional40

Tabel 4.1Distribusi Frekuensi berdasarkan stress pasien yang berobat di puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012 48

Tabel 4.2Distribusi Frekuensi berdasarkan tingkat hipertensi pasien yang berobat di puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 201248

Tabel 4.3Hubungan Stress dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012.49

DAFTAR BAGAN

No BaganJudul BaganHalaman

Bagan 2.1Variable penelitian38

Bagan 3.1Desain penelitian 39

DAFTAR LAMPIRANNo. Lampiran Judul lampiran

Lampiran 1Permohonan menjadi responden

Lampiran 2Pernyataan menjadi responden

Lampiran 3Kuisioner alat ukur tingkat stress

Lampiran 4Surat pra penelitian/izin pengambilan data

Lampiran 5Surat Kesbanglinmas Propinsi Bengkulu

Lampiran 6Surat Kesbanglinmas Kota Bengkulu

Lampiran 7Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu

Lampiran 8Surat selesai penelitian

Lampiran 9Pengumpulan data

Lampiran 9Master table penelitian

Lampiran 10Hasil pengolahan data

Lampiran 11Jadwal penelitian

Lampiran 11Daftar riwayat hidup

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat (Bustan, 2007). Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik, dan meningkatnya pencemaran lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti Hipertensi (Bustan, 2007).Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang sangat besar dan serius. Di samping prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, hipertensi merupakan gangguan kesehatan di mana keadaan ini tidak dapat di sembuhkan tetapi dapat di kontrol dengan pola hidup yang sehat. (Lumenta, 2007)Hipertensi adalah the silent killer, karena hipertensi merupakan si pembunuh diam-diam, Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya, penyakit ini menjadi muara beragam penyakit degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian. Dalam hal ini dapat kita sebut terjadinya komplikasi kardiovaskular akut. Data yang dikumpulkan dari berbagai literature menunjukkan jumlah penderita hipertensi dewasa seluruh dunia pada tahun 2005 adalah 975-978 juta orang. Prevalensi ini diduga akan semakin meningkat setiap tahunnya sampai mencapai angka 1,56 milyar atau 60% dari populasi orang dewasa pada tahun 2025. (Bethesda, 2007). WHO 2007 menetapkan hipertensi sebagai faktor resiko nomor tiga penyebab kematian didunia, hipertensi bertanggung jawab terhadap 62 % timbulnya kasus stroke, 49 % timbul serangan jantung, 7 juta kematian prematur tiap tahun disebabkan oleh hipertensi ( Corwin, 2007 ). Menurut WHO 2003 prevalensi hipertensi di negara maju sekitar 10% - 20%, ( Depkes, RI, 2003). Hipertensi lebih sering ditemukan pada pria terjadi setelah usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 ( setelah menopause). Di Jawa Barat prevalensi hipertensi pada laki laki sekitar 23,1% sedangkan pada wanita sekitar 6,5%. Pada usia 50 59 tahun prevalensi hipertensi pada laki laki sekitar 53,8%. sedangkan pada wanita sekitar 29% dan pada usia lebih dari 60 tahun prevalensi hipertensi sekitar 64,5%. Menurut Indonesian Society of Hypertension tahun 2007, secara umum prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang dewasa berumur lebih dari 50 tahun adalah antara 15%-20%. Survei faktor resiko penyakit kardiovasculer oleh WHO di Jakarta menunjukkan di Indonesia prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin dengan tekanan darah 160/90 mmHg pada pria tahun 1988 sebesar 13,6%, tahun 1993 sebesar 16,5% dn pada tahun 2000 sebesar 12,1%. Sedangkan pada wanita prevalensi tahun 1988 mencapai 16%, tahun 1993 sebesar 17% dan tahun 2000 sebesar 12,2% (Kurnia, 2007).Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2007 penderita hipertensi adalah 5.714 orang, pada tahun 2008 penderita hipertensi meningkat menjadi 7.175, dan pada tahun 2009 penderita hipertensi meningkat kembali menjadi 9.375, sedangkan pada tahun 2010 terjadi peningkatan juga sebesar 10.887 (Profil Dinas Kesehatan Kota Bengkulu 2007-2010). Berdasarkan hal tersebut angka kejadian hipertensi dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan yang signifikan.Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun tahun 2010 yang terdiri dari 8 kecamatan dan 19 Puskesmas, Puskesmas Nusa Indah merupakan Puskesmas dengan penderita hipertensi paling banyak di Kota Bengkulu yang berjumlah 1.542 orang atau 26,7% dari jumlah penduduknya yaitu 5.772 orang, sedangkan penderita hipertensi paling rendah adalah Puskesmas Suka Merindu yang berjumlah 100 orang. Berdasarkan survey awal 5 responden yang diwawancarai menderita hipertensi yang berada di Puskesmas Nusa Indah, diketahui bahwa 4 klien merasakan tekanan darah tinggi naik ketika mereka dalam keadaan stress emosional misalnya sedang ada masalah yang berat. Faktor lingkungan yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi diantaranya adalah stres. Stres dan aktivasinya pada sistem saraf simpatis, salah satu bagian dari sistem saraf otonom (tidak disadari), yang mendominasi saat stres, memegang peran penting dalam menciptakan tekanan darah tinggi. Telah menjadi semakin jelas bahwa perubahan gaya hidup bisa menurunkan kadar kotekolamin, bahan kimia yang berpotensi negatif yang meningkat saat stres. Kecemasan dan stres emosional meningkatkan tekanan darah pada banyak orang, namun tidak semua orang, dan walaupun ketegangan tidak selalu identik dengan hipertensi. Penelitian berulang-ulang menunjukkan bahwa kecemasan adalah salah satu emosi yang menyebabkan melonjaknya tekanan darah. Banyak penelitian telah diketahui hubungan antara stress dan hipertensi. Seperti misalnya pasien yang mengalami stress kecemasan sebelum dilakukan operasi dapat mengalami peningkatan tekanan darah secara mendadak. Tidak heran pula bila kita pernah mendengar seseorang mengalami serangan jantung maupun stroke pada saat orang tersebut tidak dapat mengontrol emosi negatif, seperti amarah (Braverman E. R, 2008).Hasil penelitian Sugiharto (2007) terdapat hubungan antara stress dengan kejadian hipertensi yaitu orang yang stress kejiwaan mengalami hipertensi. Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi negatif seperti cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan individu tersebut baru menyadari saat setelah timbul gejala fisik, seperti misalnya hipertensi. Jadinya dari uraian di atas, jelaslah bahwa pengobatan hipertensi tidak hanya mengandalkan obat-obat dari dokter maupun mengatur diet semata, namun penting pula untuk membuat tubuh kita selalu dalam keadaan rileks dengan memberikan stimulus emosi positif ke otak kita. Berbagai terapi telah diketahui dapat memberikan stimulus positif pada otak kita, seperti misalnya meditasi, yoga, maupun terapi musik. Berbeda dengan yoga dan meditasi ,terapi musik lebih mudah diaplikasikan tanpa batasan apapun.Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas masalah dalam penelitian ini adalah masih tingginya angka kejadian hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Bengkulu. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara stress dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu.

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1. Tujuan UmumTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah.1.3.2. Tujuan Khususa. Diketahui distribusi frekuensi berdasarkan stres di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu.b. Diketahui distribusi frekuensi kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu.c. Diketahui hubungan stress dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu.

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1. Bagi puskesmas Nusa Indah BengkuluSebagai masukan dalam peningkatan dalam pelayanan kesehatan terutama pendidikan kepada penderita hipertensi yang di harapkan dapat mengontrol keadaan stress emosional.1.4.2. Bagi akademikSebagai literatur untuk pengetahuan kurikulum dalam pembahasan tentang hipertensi terutama tentang hubungan stress terhadap kejadian tingkat hipertensi. 1.4.3. Bagi peneliti selanjutnyaDari hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan literatur dan dapat memberikan informasi serta dapat dijadikan perbandingan bila ingin melakukan penelitian tentang hipertensi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Hipertensi2.1.1. PengertianHipertensi adalah peningkatan tekanan darah (TD), tekanan sistol lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastole lebih dari 90 mmHg (Batubara, 2008)Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah kondisi medis dimana tekanan darah dalam arteri melebihi batas normal (Hariwijaya, 2007).Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang di tandai dengan peningkatan tekanan darah, hipertensi tak ubahnya bom waktu, dia tidak mengirimkan sinyal-sinyal terlebih dahulu (Marliani, 2007).2.1.2. Penyebab dan Jenis-jenis HipertensiMenurut Hariwijaya (2007) Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu :1. Hipertensi primer atau esensialHipertensi primer artinya hipertensi yang belum di ketahui penyebabnya dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, stres psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, kegemukan dan heriditas (keturunan). Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah kembali normal. Sekitar 90 % pasien hipertensi termasuk dalam kategori ini. 2. Hipertensi SekunderHipertensi sekunder yang penyebabnya telah di ketahui umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. Dapat di sebabkan oleh penyakit endokrin, penyakit jantung. Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon efinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).2.1.3. Klasifikasi Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada Pertemuan Ilmiah Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada tanggal 13-14 Januari 2007 belum dapat membuat klasifikasi hipertensi sendiri untuk orang Indonesia. Hal ini dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang. Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan klasifikasi WHO dan JNC 7 (Joint National Committee 7) sebagai klasifikasi hipertensi yang digunakan di Indonesia.

Table. 2.1. Klasifikasi Hipertensi menurut WHOKategoriSistol (mmHg)Diastol (mmHg)

Optimal< 120< 80

Normal< 130< 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan)140-15990-99

Sub grup : perbatasan140-14990-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang)160-179100-109

Tingkat 3 (hipertensi berat) 180 110

Hipertensi sistol terisolasi 140< 90

Sub grup : perbatasan140-149< 90

2.1.4. Tanda dan GejalaJika hipertensi karena faktor genetik tidak dikendalikan dengan baik, maka dapat menyebabkan kelainan pada jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah tubuh berupa aterosklerosis kapiler. Karena ada hubungan antara hipertensi, penyakit jantung koroner, dengan gagal ginjal khususnya gagal ginjal kronis. Munculnya hipertensi, tidak hanya di sebabkan oleh tingginya tekanan darah. Akan tetapi, ternyata juga karena adanya faktor risiko lain seperti komplikasi penyakit dan kelainan pada organ target, yaitu jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah. Hipertensi memang jarang muncul sendiri, lebih sering muncul dengan faktor lain. Bila satu atau lebih faktor resiko tersebut ada pada penderita hipertensi tentu akan meningkat resiko akibat hipertensi.Adapun gejala hipertensi yang mungkin di alami antar lain :1). Sering pusing kepala 2). Gampang marah3). Sulit tidur dan sering gelisah4). Sesak nafas5). Leher belakang sering kaku6). Gangguan penglihatan7). Sulit berkomunikasi.(Hariwijaya, 2007)2.1.5. PatofisiologiMekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

2.1.6. Pemerikasaan DiagnostikHipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrikardiografi, protein dalam urine dapat di deteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengonsentrasikan urine dan peningkatan nitrogen urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram, pielogram intravena, arteriogram renal, pemerikasaan fungsi ginjal terpisah, dan penentuan kadar urine dapat juga di lakukan untuk mengidentifikasi klien dengan penyakit renovaskuler. Adanya faktor resiko lainnya juga harus dikaji dan di evaluasi (Nurachmach, 2009).2.1.7. PenatalaksanaanTujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program di tentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas sehubungan dengan terapi. a. Modifikasi Gaya HidupBeberapa penelitian menunjukkan pendekatan nonfarmakologi yang dapat mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut ;1. Teknik-teknik mengurangi stres.2. Penurunan berat badan.3. Pembatasan alkohol, natrium dan tembakau.4. Olahraga/latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi).5. Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi.b. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.1. Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.2. Penghambat SimpatetikGolongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin3. BetablokerMekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.4. VasodilatorObat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.5. Penghambat enzim konversi AngiotensinCara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.6. Antagonis kalsiumGolongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.7. Penghambat Reseptor Angiotensin IICara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual. Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan. (Corwin, 2001).2.1.8. Epidemiologi Hipertensia. Orang Pada negara yang sudah maju, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang memerlukan penanganan yang baik karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Hipertensi lebih sering ditemukan pada pria terjadi setelah usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 ( setelah menopause). Di Jawa Barat prevalensi hipertensi pada laki laki sekitar 23,1% sedangkan pada wanita sekitar 6,5%. Pada usia 50 59 tahun prevalensi hipertensi pada laki laki sekitar 53,8% sedangkan pada wanita sekitar 29% dan pada usia lebih dari 60 tahun prevalensi hipertensi sekitar 64,5%. Menurut Indonesian Society of Hypertension tahun 2007, secara umum prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang dewasa berumur lebih dari 50 tahun adalah antara 15%-20%. Survei faktor resiko penyakit kardiovasculer oleh WHO di Jakarta menunjukkan di Indonesia prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin dengan tekanan darah 160/90 mmHg pada pria tahun 1988 sebesar 13,6%, tahun 1993 sebesar 16,5% dn pada tahun 2000 sebesar 12,1%. Sedangkan pada wanita prevalensi tahun 1988 mencapai 16%, tahun 1993 sebesar 17% dan tahun 2000 sebesar 12,2% (Kurnia, 2007).b. Tempat Prevalensi hipertensi ditiap daerah berbeda-beda tergantung pada pola kehidupan masyarakatnya. Dari hasil riskesda (riset kesehatan dasar) 2007 diketahui prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun sebesar 29,8%. Secara nasional 10 kabupaten/kota dengan prevalensi hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%), Katingan (49,6%), Wonogiri (49,5%), Hulu sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir (47,7%), Kuantan Sengigi (46,3%), Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%) dan Kota Salatiga (45,2%). Sedangkan prevalensi terendah terdapat di Jaya Wijaya (6,8%), Teluk Wondama (9,4%), Bengkulu Selatan (11,0%), Kepulauan Mentawai (11,1%), Tolikara (12,5%), Yahukimo (13,6%), Pegunungan Bintang (13,9%), Seluma (14,6%), Sarmi (14,6%), Tulang Bawang (15,9%). Penduduk yang tinggal di daerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengonsumsi garam lebih tinggi dibandingkan daerah pegunungan yang lebih banyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan (Kurnia, 2007).

c. Waktu Penderita hipertensi berdasarkan waktu berbeda pada setiap tahunnya. Studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 2001 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi mengalami peningkatan dari 96 per 1000 penduduk pada tahun 1995 naik menjadi 110 per 1000 penduduk tahun 2001.2.1.9. Faktor Risiko HipertensiFaktor risiko hipertensi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi pada masyarakat. Faktor risiko hipertensi terbagi dua yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah adalah faktor risiko yang dapat dicegah atau dikendalikan, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah faktor risiko yang tidak dapat dicegah atau dikendalikan. a. Faktor Risiko Hipertensi Yang Tidak Dapat Diubah 1. Genetika Dinyatakan bahwa pada 70-80% kasus hipertensi essensial, didapatkan riwayat hipertensi didalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur) apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan inilah yang menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi.

2. Umur Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Gunawan, 2001).3. Jenis Kelamin Prevalensi penderita hipertensi lebih sering ditemukan pada kaum pria daripada kaum wanita, hal ini disebabkan pada umumnya yang bekerja adalah pria, dan pada saat mengatasi masalah pria cenderung untuk emosi dan mencari jalan pintas seperti merokok, mabuk minum minuman alkohol, dan pola makan yang tidak baik sehingga tekanan darahnya dapat meningkat. Sedangkan pada wanita dalam mengatasi, masih dapat mengatasinya dengan tenang dan lebih stabil.13 Tetapi tekanan darah cenderung meningkat pada wanita setelah menopause daripada sebelum menopause, hal ini disebabkan oleh faktor psikologi dan adanya perubahan dalam diri wanita tersebut. Hipertensi lebih sering ditemukan pada pria terjadi setelah usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 ( setelah menopause). Di Jawa Barat prevalensi hipertensi pada laki laki sekitar 23,1% sedangkan pada wanita sekitar 6,5%. Pada usia 50 59 tahun prevalensi hipertensi pada laki laki sekitar 53,8% sedangakan pada wanita sekitar 29% dan pada usia lebih dari 60 tahun prevalensi hipertensi sekitar 64,5%. 4. Ras atau Suku Bangsa Banyak penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah berbeda pada tiap -tiap ras atau suku bangsa .Di Amerika Serikat, kaum negro mempunyai prevalensi hipertensi 2 kali lipat lebih tinggi daripada kelompok kulit putih. Prevalensi ini 3 kali lebih besar pada pria kulit hitam dan 5 kali lebih besar untuk wanita kulit hitam. Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan genetik antara ras yang berbeda sehingga membedakan kerentanan terhadap hipertensi. b. Faktor Risiko Hipertensi Yang Dapat Diubah 1. ObesitasMereka yang memiliki lemak yang bertumpuk didaerah sekitar pinggang dan perut lebih mudah terkena tekanan darah tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki kelebihan lemak dipanggul dan paha. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah kombinasi antara tinggi dan berat badan untuk mengukur kadar kegemukan yang melibatkan seluruh berat badan. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Berat Badan (Kg) Indeks Massa Tubuh (IMT) = ------------------------------------------------- Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) Dimana dikatakan kurus bila IMT 20, berat badan ideal bila IMT 20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas bila IMT 27. 2. Konsumsi Garam Garam merupakan hal yang sangat netral dalam patofisiologis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gr perhari prevalensi hipertensi akan beberapa persen saja, sedangkan asupan garam 5 15 g per hari, prevalensi hipertensi meningkat 15 20 %. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti ole peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga akan kembali pada keadaan hemodinamik yang normal. 3. Konsumsi Rokok dan Kopi Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovasculer dan non kardiovasculer pada penderita hipertensi. Merokok dapat menghapus efektifitas beberapa obat antihipertensi, misalnya pengobatan hipertensi yang menggunakan terapi beta blocker dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke hanya bila pemakainya tidak merokok. Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf, otak, dan organ tubuh lainnya bekerja tidak normal, juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung. Kopi juga berakibat buruk pada penderita hipertensi karena kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Minum kopi lebih dari empat cangkir kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg. 4. Konsumsi Alkohol Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi. Orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit. Menurut Hendra Budiman dari FK-UNIKA Atmajaya, pada penelitian epidemiologi dengan pendekatan cross sectional rata-rata tekanan darah meningkat bila intake alkohol diatas tiga gelas per hari. Pada penderita hipertensi yang konsumsi alkoholnya tinggi, tekanan darah akan menurun dengan menurunnya konsumsi alkohol. 5. Stres Stres bisa bersifat fisik maupun mental, yang menimbulkan ketegangan dalam kehidupan sehari hari dan mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan lebih cepat, kelenjar seperti tiroid dan adrenalin juga akan bereaksi dengan meningkatkan pengeluaran hormon dan kebutuhan otak terhadap darah akan meningkat yang pada akhirnya akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah. Hubungan antara stres dan penyakit bukanlah hal baru, selama ber abad-abad para dokter telah menduga bahwa emosi dapat mempengaruhi kesehatan seseorang secara berarti. Diawal tahun 1970, ada dugaan bahwa semua penyakit kesakitan yang terjadi, 60% nya berkaitan dengan stres. Berdasarkan temuan terbaru tentang interaksi pikiran tubuh, diperkirakan bahwa sebanyak 80% dari dari semua masalah yang berkaitan dengan kesehatan disebabkan atau diperburuk oleh stres. 6. Olahraga Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam, ketika berolah raga secara teratur anda akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada mereka yang tidak melakukan olah raga. Hal ini sebagian disebabkan karena mereka yang berolah raga makan secara lebih sehat, tidak merokok, dan tidak minum banyak alkohol, meskipun olah raga juga tampaknya memiliki pengaruh langsung terhadap menurunnya tekanan darah . Sebaiknya melakukan olah raga yang teratur dengan jumlah yang sedang daripada melakukan olah raga berat tetapi hanya sesekali. Dengan melakukan gerakan yang tepat selama 30-45 menit atau lebih dari 3-4 hari perminggu dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mm Hg pada bacaan sistolik maupun diastolik. Selain dapat menurunkan tekanan darah,olah raga juga dapat menurunkan berat badan,membakar lebih banyak lemak dalam darah dan memperkuat otot (Kurnia, 2007).

2.2. Stress2.2.1. PengertianStres adalah suatu tekanan fisik maupun psikis atau kejadian yang tidak menyenangkan yang terjadi pada diri dan lingkungan di sekitar berlangsung terus menerus sehingga kita tidak dapat mengatasinya secara efektif. (Marliani, 2007).Stres adalah apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang di bebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat megalami stres. Stres adalah tanggapan tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini yang dinamakan distres. Tubuh akan berusaha menyelaraskan rangsangan atau manusia akan cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruh-pengaruh pengalaman stres. Manusia mempunyai suplai yang baik dari energi penyesuaian diri untuk dipakai dan di isi kembali bilamana perlu (Yosep, 2009 ).2.2.2. Psikofisilogi StresMenurut shelly (2009) stres merupakan tanggapan non spesefik terhadap setiap tuntutan yang di berikan kepada suatu organisme yang digambarkan sebagai GAS (General Adaptation Syndrome). Konsep ini menunjukkan reaksi stres dalam 3 fase, yaitu fase sinyal (alarm), fase perlawanan (resistance), dan fase keletihan (exhaustion). Ilustrasi dari ketiga fase tersebut dapat dilihat dari gambar di bawah ini.Gambar 1. Fase reaksi stres

A B C Alarm Resistance Exhaustion Dikutip dari : (Taylor, 1991)Tahap sinyal adalah mobilisasi awal dimana badan menemui tantangan yang diberikan oleh penyebab stres. Ketika penyebab stres ditemukan, otak mengirimkan suatu pesan biokimia kepada semua sistem tubuh. Pernafasan meningkat, tekanan darah naik, anak mata menjadi membesar, ketegangan otot naik, dan seterusnya, jika penyebab stres terus aktif, GAS (General Adaptation Syndrome) beralih ke tahap perlawanan. Tanda-tanda masukya tahap perlawanan termasuk keletihan, ketakutan, dan ketegangan.Pribadi yang mengalami tahap tersebut selanjutnya melawan penyebab stres. Sementara perlawanan terhadap suatu penyebab stres khusus mungkin tinggi selama tahap ini, perlawanan terhadap stres lainnya mungkin rendah, seseorang hanya memiliki sumber energi terbatas, konsentrasi dan kemampuan untuk menahan penyebab-penyebab stres. Induvidu-individu sering lebih mudah sakit selama priode stres ketimbang pada waktu lainnya.Tahap terakhir GAS (General Adaptation Syndrome) adalah keletihan. Perlawanan terhadap penyebab stres yang sama dalam jangka panjang dan terus menerus mungkin akhirnya menaikkan penggunaan energi penyesuaian yang bisa dipakai, dan sisitem menyerang penyebab stres menjadi letih.2.2.3. Penyebab stres dan stresor psikososialMenurut Yosep (2009), Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, atau dewasa), sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau menaggulangi stresor yang timbul. Namun, tidak semua mampu mengadakan adaptasi dan mampu menanggulanginya, sehingga timbulah keluhan-keluhan kejiwaan, antara lain depresi. Pada umumnya jenis stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut :

a. PerkawinanBerbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stres yang di alami seseorang, misalnya pertengkaran, perpisahan (saparation), perceraian, kematian salah satu pasangan, ketidaksetiaan, dan lain sebagainya. Stresor perkawinan ini dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.b. Problem orang tuaPermasalahan yang dihadapi orangtua, misalnya tidak punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit, hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan, dan lain sebagainya. Permasalahan tersebut di atas merupakan sumber stres yang pada gilirannya seseorang dapat jatuh dalam depresi dan kecemasan.c. Hubungan interpersonalGangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang mengalami konflik, konflik dengan kekasih, antara atasan dan bawahan, dan lain sebagainya. Konflik hubungan interpersonal ini dapat merupakan sumber stres bagi seseorang, dan yang bersangkutan dapat mengalami depresi dan kecemasan karenanya.d. PekerjaanMasalah pekerjaan merupakan sumber stres kedua setelah masalah perkawinan. Banyak orang yang menderita depresi dan kecemasan karena masalah pekerjaan ini, misalkan pekerjaan telalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan, pekerjaan (PHK), dan lain sebagainya. e. Lingkungan hidupKondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang, misalnya soal perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan (kriminalitas) dan lain sebagainya. Rasa tercekam dan tidak merasa aman ini amat mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh ke dalam depresi dan kecemasan.f. KeuanganMasalah keuangan (kondisi sosial ekonomi) yang tidak sehat, misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan, dan lain sebagainya. Problem keuangan amat berpengaruh tehadap kesehatan jiwa seseorang dan seringkali masalah keuangan ini merupakan faktor yang membuat sesorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.g. HukumKeterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan sumber stres pula, misalnya tuntutan hukum, pengadilan, penjara dan lain sebagainya. Stres dibidang hukum sesorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.

h. PerkembanganYang di maksud disini adalah masalah perkembangan baik fisik maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopouse, usia lanjut, dan lain sebagainya. Kondisi setiap perubahan fase-fase tersebut diatas, untuk sebagian individu dapat menyebabkan depresi atau kecemasan, terutama pada mereka yang mengalami menopause atau usia lanjut.i. Penyakit fisik atau cideraSumber stres yang dapat menimbulkan kecemasan dan depresi disini antara lain ; penyakit, kecelakaan, operasi/pembedahan, aborsi, dan lain sebagainya. Dalam hal ini penyakit yang banyak menimbulkan depresi dan kecemasan adalah penyakit kronis, jantung, kanker, dan sebagainya.j. Faktor keluargaYang di maksud disini adalah faktor stres yang dialami oleh anak dan remaja yang di sebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik (yaitu sikap orang tua), misalnya :1. Hubungan kedua orang tua yang dingin, atau penuh ketegangan, atau acuh tak acuh.2. Kedua orang tua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk bersama dengan anaknya.3. Komunikasi antara orang tua dan anaknya tidak baik.4. Kedua orang tua berpisah atau bercerai.5. Salah satu orang tua menderita gangguan jiwa/kepribadian.6. Orangtua dalam pendidikan anak kurang sabar, pemarah, keras, dan otoriter, dan lain sebagainya.k. Lain-lainStresor kehidupan lainnya juga dapat menimbulkan depresi dan kecemasan adalah antara lain, bencana alam, kebakaran, pemerkosaan, kehamilan di luar nikah, dan lain sebagainya.2.2.4. Tahapan stresMenurut Yosep (2009), gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan timbulnya dan seringkali kita tidak menyadari. Namun meskipun demikian dari pengalaman praktik psikiatrik, parah ahli mencoba membagi stres tersebut dalam enam tahapan. Setiap tahapan memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang di rasakan oleh yang bersangkutan, hal mana berguna bagi seseorang dalam rangka mengenali gejala stres sebelum memeriksakannya ke dokter. Petunjuk-petunjuk tahapan stres tersebut sebagai berikut :1. Stres tingkat 1Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan bisa disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :a. Semangat besar.b. Penglihatan tajam tidak sebagai mana biasanya.c. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang lalu bertambah semangat, tapi tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis. 2. Stres tingkat II Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut :a. Merasa letih sewaktu bangun pagi.b. Merasa lelah sesudah makan siang.c. Merasa lelah menjelang sore hari.d. Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar-debar.e. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher).f. Perasaan tidak bisa santai.3. Stres tingkat IIIPada tahap ini keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan gejala-gejala :a. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke belakang)b. Otot-otot terasa lebih tegang.c. Perasaan tegang yang semakin meningkat.d. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun di malam hari dan sukar tidur kembali,, atau bangun terlalu pagi).e. Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan)Pada tahap ini penderita sudah harus berkonsultasi pada dokter, kecuali kalau beban stres atau tuntutan-tuntutan harus di kurangi, dan tubuh dapat kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi, guna memulihkan suplai energi. 4. Stress tingkat IVTahapan ini sudah menunjukan keadaan yang lebih buruk yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit. b. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit.c. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat. d. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan, dan seringkali terbangun dini hari. e. Perasaan negativistik. f. Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam.g. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengetahui mengapa. 5. Stress tingkat VTahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan IV di atas, yaitu : a. Keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaition )b. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu. c. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses cair dan sering ke belakang. d. Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik. 6. Stress tingkat VI Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat. Tidak jarang penderita dalam tahapan ini dibawa ke ICCU. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan : a. Debar jantung terasa amat keras,hal ini disebabkan zat adrenalin yang dikeluarkan, karena stress tersebut sangat tinggi dalam peredaran darah. b. Nafas sesak, megap-megap. c. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran. d. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan, atau collaps

2.2.5. Reaksi tubuh terhadap stresStres yang di alami seseorang dapat menimbulkan reaksi yang ada pada tubuh baik fisiologis maupun psikologi. Di antara reaksi tubuh tersebut seperti terjadi perubahan warna rambut yang semula hitam lambat laun dapat mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan dan kusam, perubahan ketajaman mata seringkali menurun karena kekenduran pada otot-otot mata sehungga mempengaruhi fokus lensa mata, pada telinga terjadi gangguan seperti adanya suara berdenging, pada daya pikir sering kali adanya penurunan konsentrasi dan keluhan sering sakit kepala dan pusing, ekspresi wajah tampak tegang, mulut dan bibir terasa kering, reaksi kulit yang dapat di temui sering berkeringan dan kadang-kadang panas, dingin dan juga akan dapat menjadi kering atau gejala lainnya seperti urtikaria, pada sistem pernafasan, sedangkan pada sistem kardiovaskuler terjadi gangguan seperti berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit kadang-kadang terjadi kepucatan atau kemerahan pada muka dan terasa kedinginan dan kesemutan pada daerah pembuluh darah perifer seperti pada jari tangan atau kaki, sistem pencernaan juga mengalami gangguan seperti lambung terasa kembung, mual, pedih, karena peningkatn asam lambung, pada sistem perkemihan terjadi gangguan seperti adanya frekuensi buang air kecil yang sering, pada otot dan tulang terjadi ketegangan dan terasa di tusuk-tusuk, khusunya pada persendian dan terasa kaku. Pada sistem endokrin atau hormonal seringkali di jumpai adanya peningkatan kadar gula dan terjadi penurunan libido dan penurunan kegairahan pada seksual. (Sriati. A, 2007).2.2.6. Cara mengukur tingkat stresTingkatan stres ini di ukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Livibond dan Lovobond (1995). Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS) yang terdiri dari 42 item. DASS adalah seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya di gambarkan sebagai stres. DASS dapat di gunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian.Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut memiliki makna 0-29 (normal), 30-59 (ringan), 60-89 (berat), >120 (sangat berat). (Sriati A. 2008)2.2.7. Dampak stresOrang yang mengalami stres dapat mengalami hanya untuk sementara waktu saja atau dapat untuk waktu lama. Pada tahap yang terakhir stres psikologik akan menampakkan diri dalam bentuk fisik dan sakit psikis. Kesehatan jiwa terrganggu. Orang dapat menjadi agresif, dapat menjadi depresi, dapat menderita neurosis cemas, dapat menderita gangguan psikosomatik, dapat tidak sehat badan, yaitu menderita penyakit fisik :1) RambutWarna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.2) MataKetajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.3) TelingaPendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).

4) Daya pikirKemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.5) Ekspresi wajahWajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimic nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan kulit muka kedutan (tic facialis).6) MulutMulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa tercekik.7) KulitPada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam; pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain daripada itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat (basah).8) Sistem PernafasanPernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otototot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastic sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paruparu juga mengalami spasme.9) Sistem KardiovaskulerSistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau seluruh tubuh terasa panas (subfebril) atau sebaliknya terasa dingin.10) Sistem PencernaanOrang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.11) Sistem Perkemihan.Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus).12) Sistem Otot dan tulangStres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang (musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan pegal-linu.13) Sistem EndokrinGangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus); gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).( Sriati . A, 2008).

2.2.8. Hubungan stres dengan kejadian tingkat hipertensiStres merupakan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor. Faktor utama yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak di ketahui dengan pasti. Pencegahan penyakit hipertensi yang efektif antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat. Stres adalah rasa takut dan cemas dari perasaaan dan tubuh kita terhadap perubahan di lingkungan. Secara fisiologis, bila ada sesuatu yang mengancam, kelenjar pituitary otak mengirimkan alarm dan hormon kekelenjar endokrin, yang kemudian mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam darah. Hasilnya, tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang muncul. Secara alamiah yang kita rasakan adalah degup jantung yang berpacu lebih cepat, dan keringat dingin yang biasanya mengalir di tengkuk (Braverman E. R, 2008).Memang dalam kondisi stres tubuh langsung menyesuaikan diri terhadap tekanan yang datang. Inilah sebabnya banyak dikatakan bahwa stres yang melebihi daya tahan atau kemampuan tubuh biasanya. Akan tetapi, penyesuaian tubuh ini dapat menyebabkan gangguan baik fisik maupun psikis. Adanya hormon adrenalin dan hidrokortison yang di hasilkan sebagai reaksi tubuh terhadap stres bila berlebihan dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan rangkaian reaksi dari organ tubuh yang lain. Peneliatian di AS menemukan, enam penyabab utama kematian yang erat hubungannya denggan stres adalah penyakit jantung koroner, kanker, paru-paru, kecelakaan, pengerasan hati dan bunuh diri. (Hariwijaya, 2007).Perubahan fungsional tekanan darah pada beberapa tempat dapat disebabkan oleh stres akut, bila berulang secara intermiten beberapa kali, dapat menyebabkan suatu adaptasi struktural hipertropi kardiovaskuler. Bila stress berkepanjangan akan mempengaruhi tekanan darah pada penderita hipertensi. Stress akan mempengaruhi peningkatan tekanan darah, jika penderita hipertensi mengalami stress, cenderung akan tetap tekanan darahnya bahkan bisa bertambah tinggi atau menjadi berat tingkat hipertensinya. Bila ini terjadi pada tingkat vaskuler akan ada peningkatan tahanan (resistensi), yang disebabkan peningkatan rasio dinding pembuluh dengan lumennya. Hal ini kemudian mempertinggi pengaruh homodinamik tekanan. Kemungkinan besar bahwa faktorfactor tropik neurohormonal adalah penting dalam perkembangan hipertensi jangka panjang yang mengikuti perpanjangan stres penginduksi hipertensi. Misalnya, suatu penelitian yang baru-baru ini menunjukkan bahwa angiotensin II, suatu hormon yang sering meningkat dalam situasi-situasi yang penuh stres, menyebabkan peningkatan sintesis protein dalam sedian sel otot polos vaskuler (pembuluh darah). Efek ini dapat menyebabkan hipertropi endothelial dan agaknya menurunkan ukuran lumen, sehingga menyebabkan peningkata tekanan. Disamping itu peningkatan atheroslerosis sering kali tampak pada orang setelah stres kronik penginduksi hipertensi, yang juga mengurangi lumen dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang irreversibel. Dengan munculnya teknik-teknik baru dalam bidang biologi seluler dan molekuler, mungkin akan ditemukan beberapa faktor-faktor penginduksi tekanan darah yang merangsang hipertropi dinding pembuluh darah.2.3. Kerangka KonsepPada penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti yang didasarkan atas opini peneliti dan kemungkinan dapat dilaksanakannya penelitian, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut :Bagan 2.1. Kerangka Konsep

StressKejadian tingkat hipertensiHipertensi Berat Hipertensi Sedang Hipertensi Ringan Variable independentVariable dependent

2.4. Hipotesis Ha : Ada hubungan stress dengan kejadian tingkat hipertensi di puskesmas Nusa Indah Bengkulu.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1. Desain PenelitianMetode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara survey analitik dengan menggunakan desain cross-sectional yang merupakan rencana penelitian dengan menggunakan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara variable bebas dengan variable tergantung, (Hidayat, 2002).

Hipertensi ringanBagan 3.1. Desain Penelitian

Stres Hipertensi sedang

Hipertensi berat

Pasien Hipertensi

Hipertensi ringan

Normal Hipertensi sedang

Hipertensi berat

3.2. Definisi operasionalTabel 3.1. Definisi OperasionalNoVariabelDefinisi operasionalAlat UkurCara UkurHasil UkurSkala Ukur

1 IndependenStresPasien yang mengalami stress dimana kondisi pasien mengalami beban yang sangat berat tetapi pasein tidak dapat mengatasi hal tersebut yang terukur dengan DAAS 42.KuisionerWawancara Stress = > 30Normal = 0-29 Ordinal

2Dependen Tingkat HipertensiPasien Yang telah di diagnosa dokter dengan hipertensi dan tercatat di register Puskesmas Nusa Indah Bengkulu dengan kategori hipertensi berat, sedang dan ringan. Medical recordStudy dokumentasi0 = Hipertensi ringan1 = hipertensi sedang2 = hipertensi beratOrdinal

3.3. Populasi dan Sampel1. populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan di teliti (Notoatmojo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Hipertensi yang berkunjung di Puskesmas Nusa Indah kota Bengkulu dari bulan Januari sampai Desember 2011, yang berjumlah 1102 orang.

2. SampelSampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2002). Pada penelitian ini sampel diambil secara accidental sampling, Pengambilan sampel ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia selama penelitian. Di hitung menggunakan rumus :

= 1102 1 + 1102 (0,1)

= 1102 1 + 11,02

= 1102 12,02

= 91Ket :N = Jumlah Populasin = jumlah Sampel(d)= Derajat Kepercayaan (0,1)

3.4. Teknik Pengumpulan Data1. Cara Pengumpulan DataDalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan cara menyebarkan kuisoner pada pasien yang melakukan pengobatan di puskesmas Nusa Indah kota Bengkulu. Untuk memperoleh data hipertensi penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari register Puskesmas Nusa Indah Bengkulu. Untuk memperoleh data tentang hubungan stress terhadap hipertensi dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond & Lovibond (1995)..2. Instrument PenelitianDalam penelitian ini instrument yang di gunakan yaitu lembar kuisoner yang di gunakan untuk memperolah data. Untuk mengukur tingkat stress menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42).

3.5. Waktu dan Tempat Penelitian1. WaktuPenelitian ini di lakukan lebih kurang selama 1 bulan, sedangkan pengumpulan data di lakukan pada bulan Maret sampai April 2012.2. TempatTempat penelitian ini di lakukan di Puskesmas Nusa Indah kota Bengkulu.

3.6. Etika PenelitianMasalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah :

1. informed concentInformed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden dengan memberikan lembar persetujuan. Informed concent tersebut di berikan sebelum penelitian di lakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. 2. Anonimity (tanpa nama)Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam menggunakan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan di sajikan.3. Confidentiality (kerahasiaan)Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang di laporkan pada hasil riset. Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak, ,menjamin kerahasiaan identitas responden dan mencegah kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden sebelum pelaksanaan penelitian. Responden akan mendapat penjelasan tentang tujuan penelitian, selanjutnya responden di minta untuk menjadi partisipan setelah membaca dan memahami isi surat persetujuan. Apabila bersedia, respon diminta menandatangani surat persetujuan (informed concent). penandatanganan informed concent di lakukan saat responden dalam keadaan tenang, tidak sedang menderita sakit ingatan dan telah memahami surat persetujuan serta telah mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan menjadi partisipan.

3.7. Teknik Pengolahan dan analisis Data1. Pengolahan DataData yang dikumpulkan selanjutnya diolah dengan bantuan komputerisasi yang meliputi beberapa tahap sebagai berikut :a. Pengeditan Data (editing)Langkah ini di lakukan peneliti untuk memeriksa kembali kelengkapan data yang di perlukan untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan pengelompokkan dan penyusunan data.b. Pengkodean Data (Coding)Coding adalah pengalokasian jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya kebentuk kode-kode agar lebih mudah dan sederhana.c. Entry DataSetelah di lakukan koding data, maka dilakukan entry data.d. Memproses Data (Processing)Setelah data di kumpulkan kemudian diproses dengan computer dengan menggunakan program SPSS untuk di analisis.e. Cleaning DataBila di temukan adanya jawaban yang tidak konsisten dengan pertanyaan sebelumnya maka di lakukan perbaikan sebelumnya.

2. Analisis DataDalam penelitian ini di gunakan analisa data univarat dan analisa bivarat.a. Analisis UnivaratAnalisa univarat adalah seluruh variabel yang akan di gunakan dalam analisa di tampilkan dalam distribusi frekuensi, Analisa univarat untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variable dependen dan independen dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : P : Jumlah persentase yang di cariF : Jumlah frekuensi untuk setiap katagoriN : Jumlah PopulasiDari rumus di atas, proporsi yang di harapkan dalam bentuk persentase dapat di interpretasikan dengan menggunakan skala :0%: Tidak satupun responden1% - 25%: Sebagian kecil responden26% - 45%: Hampir sebagian responden 46% - 55%: Sebagian responden56% - 66%: Lebih dari sebagian responden67% - 90%: Hampir seluruh responden 100%: Seluruh responden (Arikunto, 2006)

b. Analisis BivaratAnalisa bivarat adalah analisa yang di gunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan variable independen secara bersamaan dengan menggunakan analisa statistic Chi-Square (X) dan apabila ada cell yang kurang dari 5 menggunakan Fishers Exact Test, dengan derajat kemaknaan (), dan tingkat signifikan 95%.Data diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi. Dengan criteria hasil :Ha : Di terima apabila p 0,05, berarti ada hubungan yang signifikan antara stress terhadap kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah BengkuluHa : Di tolak apabila p > 0,05, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara stres terhadap kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Bengkulu

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 1.4.1. Jalan PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu mulai dari bulan Maret April 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Stress Dengan Kejadian Tingkat Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan desain cross-sectional. Dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 91 orang dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel secara kebetulan bertemu dengan peneliti yang berobat di puskesmas Nusa Indah Bengkulu. Pengumpulan data ini dengan menggunakan data primer, yaitu data yang di peroleh langsung dari responden dengan cara menyebarkan kuisioner pada semua pasien yang berobat di puskesmas Nusa Indah Bengkulu untuk memperoleh data tentang Hubungan Stress Dengan Kejadian Tingkat Hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012. Data yang di peroleh di olah dan di analisis.1.4.2. Hasil penelitiana. Analisis Univariat pada penelitian ini untuk melihat distribusi masing-masing variable penelitian yaitu stress sebagai variabel independen dan kejadian tingkat hipertensi sebagai variabel dependen dapat di lihat pada table berikut.Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan stress pasien yang berobat di puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012

NoStressFrekuensi(f)Persentase (%)

1.Stress 7076,9

2.Normal2123,1

Jumlah 91100

Dari tabel 4.1 Menunjukan bahwa hampir seluruh pasien (76,9 %) mengalami stres.Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan tingkat hipertensi pasien yang berobat di puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012

NoTingkat HipertensiFrekuensi(f)Persentase (%)

1.Hipertensi Berat4953,8

2.Hipertensi Sedang2830,8

3.Hipertensi Ringan1415,4

Jumlah 91100

Dari tabel 4.1 Menunjukkan bahwa sebagian responden (53,8 %) mengalami hipertensi berat.b. Analisa Bivariat Analisis ini di gunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu Hubungan Stress dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012.

Tabel 4.3 Hubungan Stress dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012.

Stress Tingkat HipertensiTotal XPValue

HipertensiBerat HipertensiSedangHipertensi Ringan

F%F%F%f%

Stress 4361,41825,7912,9701007,0170,03

Normal 628,61047,6523,821100

Jumlah49281491100

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 70 orang yang mengalami stress ada 43 (61,4%) responden mengalami hipertensi berat, dari 21 responden yang tidak mengalami stress terdapat 10 (47,6%) responden mengalami hipertensi sedang.Dari Hasil uji statistik di dapatkan nilai p = 0,03 < = 0,05, sehingga secara statistik Ha di terima berarti ada hubungan yang signifikan antara stress dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Bengkulu.

4.2. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70 orang yang mengalami stress ada 43 (61,4%) responden mengalami hipertensi berat, dari 21 responden yang tidak mengalami stress terdapat 10 (47,6%) responden mengalami hipertensi sedang. Dari Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara stress dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Bengkulu tahun 2012 (P = 0,03). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sugiharto (2007) terdapat hubungan antara stress dengan kejadian hipertensi yaitu orang yang stress kejiwaan mengalami hipertensi. Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap yang berarti semakin stress seseorang akan semakin tinggi tekanan darahnya. Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi negatif seperti cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan individu tersebut baru menyadari saat setelah timbul gejala fisik, seperti misalnya hipertensi. Stres merupakan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap atau semakin tinggi. Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor. Faktor utama yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak di ketahui dengan pasti. Pencegahan penyakit hipertensi yang efektif antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat. Stres adalah rasa takut dan cemas dari perasaaan dan tubuh kita terhadap perubahan di lingkungan. Secara fisiologis, bila ada sesuau yang mengancam, kelenjar pituitary otak mengirimkan alarm dan hormon kekelenjar endokrin, yang kemudian mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam darah. Hasilnya, tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang muncul. Secara alamiah yang kita rasakan adalah degup jantung yang berpacu lebih cepat, dan keringat dingin yang biasanya mengalir di tengkuk. Kondisi psikis seseorang dapat mempengaruhi tekanan darah, misalnya kondisi psikis seseorang yang mengalami stres atau tekanan. Respon tubuh terhadap stres disebut alarm yaitu reaksi pertahanan atau respon perlawanan. Kondisi ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan, dan ketegangan otot. Selain itu stres juga mengakibatkan terjadinya peningkatan aliran darah ke otot-otot rangka dan penurunan aliran darah ke ginjal, kulit, dan saluran pencernaan. Stres akan membuat tubuh lebih banyak menghasilkan adrenalin, hal ini membuat jantung bekerja lebih kuat dan cepat (Lawson.R, 2007). Memang dalam kondisi stres tubuh langsung menyesuaikan diri terhadap tekanan yang datang. Inilah sebabnya banyak dikatakan bahwa stres yang melebihi daya tahan atau kemampuan tubuh biasanya. Akan tetapi, penyesuaian tubuh ini dapat menyebabkan gangguan baik fisik maupun psikis. Adanya hormon adrenalin dan hidrokortison yang di hasilkan sebagai reaksi tubuh terhadap stres bila berlebihan dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan rangkaian reaksi dari organ tubuh yang lain. Perubahan fungsional tekanan darah pada beberapa tempat dapat disebabkan oleh stres akut, bila berulang secara intermiten beberapa kali, dapat menyebabkan suatu adaptasi struktural hipertropi kardiovaskuler. Stres merupakan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap atau semakin tinggi. Begitupula stres yang di alami penderita hipertensi akan mempengaruhi peningkatan tekanan darahnya yang cenderung akan tetap tekanan darahnya bahkan bisa bertambah tinggi atau menjadi berat tingkat hipertensinya. Bila ini terjadi pada tingkat vaskuler akan ada peningkatan tahanan (resistensi), yang disebabkan peningkatan rasio dinding pembuluh dengan lumennya. Hal ini kemudian mempertinggi pengaruh homodinamik tekanan. Kemungkinan besar bahwa faktorfactor tropik neurohormonal adalah penting dalam perkembangan hipertensi jangka panjang yang mengikuti perpanjangan stres penginduksi hipertensi. Misalnya, suatu penelitian yang baru-baru ini menunjukkan bahwa angiotensin II, suatu hormon yang sering meningkat dalam situasi-situasi yang penuh stres, menyebabkan peningkatan sintesis protein dalam sedian sel otot polos vaskuler (pembuluh darah). Efek ini dapat menyebabkan hipertropi endothelial dan agaknya menurunkan ukuran lumen, sehingga menyebabkan peningkata tekanan.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang hubungan stress dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :5.1.1. Hampir seluruh pasien hipertensi yang berobat (76,9 %) di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012 mengalami stres.5.1.2. Sebagian responden pasien hipertensi yang berobat (53,8 %) di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012 mengalami hipertensi berat.5.1.3. Ada hubungan yang signifikan antara stress dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012, (p = 0,03).

5.2. Saran

1.4.4. Bagi puskesmas Nusa Indah Bengkulu Kepada pihak puskesmas di harapkan dapat mengembangkan organisasi lebih lanjut dan dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam bidang promosi kesehatan, agar dapat menambah pengetahuan tentang penyakit hipertensi. Dan membuat poster-poster tentang hipertensi.

1.4.5. Bagi Akademik Kepada pihak akademik di harapkan dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam penerapan penyuluhan kesehatan terutama pada pasien hipertensi, sehingga dalam praktik di lapangan mahasiswa dapat memberikan penyuluhan yang baik untuk menambah pengetahuan tentang pentingnya mengontrol keadaan stress emosional.1.4.6. Bagi peneliti selanjutnyaKepada peneliti lain di harapkan dapat menentukan variable penelitian lain yang berhubungan dengan hipertensi dan dapat menambah jumlah sampel yang lebih luas agar dapat hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta.Bustan. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.Bethesda stroke. (2007). Data hipertensi. Diakses dari http:/www. Dethesdastoke. Pada tanggal 12 Desember 2011Braverman, E. R. (2008). Penyakit jantung dan penyembuhannya secara alami. Gramedia : Jakarta.Batubara, P. L. (2008). Farmakologi dasar untuk mahasiswa farmasi dan keperawatan. Leskonfi : Jabar Bruner and sudarth. (2002). Keperawatan medical bedah. Edisi ke VIII. EGC : JakartaCorwin, Elizabeth. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.Depkes, RI. (2003). Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. Jakarta. Dinkes Kota Bengkulu. (2010). Laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2010. Bengkulu.Gunawan. (2001). Hipertensi, Jakarta: PT Gramedia.Hariwijaya, M. (2007). Pencegahan dan pengobatan penyakit kronis. Edsa Mahkota : JakartaHidayat, A, A. (2009). Pengantar konsep dasar keperawatan. Salemba medika : Jakarta

Kurnia, R. (2007). Karakteristik Penderita Hipertensi yang di Rawat Inap d Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang Sumatra Barat Tahum 2002-2006. Diakses dari http//Prepository.usu.ac.id. Pada Tgl 22 Januari 2012.Lovibon,S.H & Lovibon, P.F. (1995). Manual for the Depression Anxiety & Stress Scales (Second edition). Psychology Foundation. Diakses dari www. Serene. Me. Uk. Pada tanggal 12 Desember 2011Marliani, L. (2007). 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta : Elek Media Komputindo.Nuracmach, E. (2009). Asuhan keperawatan system kardiovaskuler. Medika salemba : JakartaNotoatmodjo, S . (2002) . Metodologi penelitian kesehatan Rineka cipta : JakartaSugiharto, Aris. (2007). Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Gtade II Pada Masyarakat di Kabupaten Karanganyar. Diakses dari http//Prepository.ac.id. Pada Tgl 22 Januari 2012.Seriati . A. (2008). Tinjauan tentang stres.Universitas padjajaran : Jatinagor.STIKES Dehasen Bengkulu (2012). Buku Pedoman Karya Tulis Ilmiah. BengkuluShelly, Tailor, et. Al. (2009). Psikologi Sosial Edisi keduabelas. Jakarta : Media Group.Utaminingsi, W. R. Mengenal dan mencegah penyakit diabetes, hipertensi, Jantungdan hipertensi untuk hidup lebih berkualitas. Media ilmu :Yokyakarta. Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Rapika Aditama.WHO and JNC 7. Klasifikasi Hipertensi. Diakses dari www. Serene. Me. Uk. Pada tanggal 12 Desember 2011

KUISIONERNama Inisial:Umur:Jenis kelamin:Diagnosa Medis:Petunjuk pengisian : Kuisioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman saudara/I dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari, terdapat empat pilihan jawaban yang di sediakan untuk setiap pertanyaan yaitu :0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah1 : Sesuai dengan saya dengan tingkatan tertentu, atau kadang-kadang2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan sering3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.Selanjutnya saudara/i di minta untuk menjawab dengan cara member tanda silang X pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman bapak/ibu selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itulah isilah sesuai keadaan diri saudara/I yang sesungguuhnya yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran saudara/i.

NoPertanyaan0123

1Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele

2Saya merasa bibir saya sering kering

3Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif

4Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya : seringkali terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya)

5Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan

6Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi

7Saya merasa goyah ( misalnya kaki terasa mau copot)

8Saya merasa sulit untuk bernafas

9Saya menemukan diri saya berada berada dalam situasi yang membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir

10Saya merasa tidak ada hal yang bisa saya harapkan di masa depan

11Saya menemukan diri saya mudah merasa menyesal

12Saya merasa tidak menghabiskan banyak energy untuk merasa cemas

13Saya merasa sedih dan tertekan

14Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalny : kemacetan lalu lintas menunggu sesuatu)

15Saya merasa lemas seperti mau pingsan

16Saya merasa kehilangan minat akan segala hal

17Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang manusia

18Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung

19Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya : tangan berkeringat) padahal temperature tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya

20Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas

21Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat

22Saya merasa sulit uuntuk beristirahat

23Saya mengalami kesulitan dalam menelan

24Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya lakukan

25Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya : merasakan detak jantung meningkat atau menurun)

26Saya merasa putus asa dan sedih

27Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah

28Saya merasa saya hampir panic

29Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal

30Saya takut bahwa saya akan terhambat oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa saya lakukan

31Saya merasa tidak antusias dalam hal apapun

32Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan

33Saya sedang merasa gelisah

34Saya merasa bahwa saya tidak berharga

35Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan

36Saya merasa sangat ketakutan

37Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan

38Saya merasa bahwa hidup tidak berarti

39Saya menemukan diri saya mulai gelisah

40Saya merasa khawatir dengan situasi di mana saya mungkin menjadi panik

41Saya merasa gemetar (misalnya pada tangan)

42Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu

Keterangan : Kotak 0-1/ nilai 0-29 = Normal Kotak 2-4/nilai > 30 = Stres

Lampiran :

HASIL PENGOLAHAN DATAHUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN TINGKAT HIPERTENSIDI PUSKESMAS NUSA INDAH KOTA BENGKULU TAHUN 2012

1. Analisa Univariat

Frequency Table

2. Analisa Bivariat

Crosstabs