Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

download Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

of 18

Transcript of Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    1/18

    STRATEGI PERUBAHAN

    PROSES PENGADAAN MENJADI e-PROCUREMENT

    Author :

    Ir. Adhi PramonoPerekayasa Madya

    I. PENDAHULUAN

    Business process pengadaan barang/jasa harus mengikuti ketentuan yang diatur

    dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

    Barang/Jasa Pemerintah. Pada dasarnya pengadaan barang/jasa harus dilaksanakan

    sesuai dengan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak

    diskriminatif dan akuntabel. Melalui penerapan teknologi informasi, prinsip-prinsip

    pengadaan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik. Paling tidak, kemungkinan

    kesalahan prosedur, baik yang disengaja maupun tidak, akan berkurang berkat

    pemanfaatan teknologi informasi.

    Salah satu penerapan teknologi informasi dalam bidang pengadaan barang/jasa

    adalah e-procurement. Aplikasi e-procurementyang sangat populer digunakan di instansi

    pemerintah adalah SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik). Sebenarnya

    e-procurementmerupakan salah satu inisiatife-governmentuntuk pelayanan administratif

    publik. e-Procurement ini memiliki karakteristik yang melibatkan banyak pihak, seperti

    lembaga pemerintah, panitia pengadaan/Unit Layanan Pengadaan (ULP), Pejabat

    Pembuat Komitmen (PPK), penyedia barang/jasa, layanan perpajakan dan bank.

    Banyaknya pihak yang terlibat dalam proses e-procurement menunjukkan bahwa

    e-procurement bersifat lintas sektor dan membutuhkan koordinasi antar sektor,

    diantaranya sektor pemerintah, swasta, perpajakan dan perbankan.

    Penerapan e-procurement memberikan banyak manfaat, diantaranya efisiensi

    biaya dan waktu serta adanya rasa aman dan nyaman. Proses e-procurement yang

    terbuka akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, sehingga mendorong

    terciptanya persaingan yang sehat, adil dan non diskriminatif antar para penyedia

    barang/jasa sebagai pelaku usaha.

    1 / 18

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    2/18

    Banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan e-procurement tidak

    berarti bahwa implementasi e-procurement tidak menghadapi kendala. Menerapkan

    e-procurement berarti melakukan perubahan dari proses pengadaan manual menjadi

    elektronik/otomatis. Perubahan proses inilah yang kemudian menimbulkan beberapa

    kendala.

    Pada sisi proses pengadaan akan terjadi perubahan infrastruktur dan proses

    administrasi. Sedangkan pada sisi pelaku pengadaan juga terjadi perubahan berupa

    perubahan budaya kerja, sikap dan perilaku, karena e-procurement membutuhkan

    kedisiplinan dan dapat menimbulkan kedisiplinan para penggunanya. Untuk mengatasi

    kendala-kendala ini diperlukan strategi yang tepat agar e-procurement dapat

    dimanfaatkan dan bermanfaat sebagai mesin penggerak proses pengadaan barang/jasa

    sesuai dengan business process yang telah diatur dalam Peraturan Presiden Republik

    Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

    2 / 18

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    3/18

    II. e-PROCUREMENT DAN KEUNTUNGANNYA

    Semua organisasi pasti melakukan kegiatan pengadaan barang/jasa, dan oleh

    karena itu pasti memerlukan proses pengadaan. Jadi, e-procurementmerupakan inisiatifyang dibutuhkan di seluruh komponen organisasi.

    Apa itu e-procurement?

    e-Procurement merupakan proses pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan

    secara elektronik melalui internet. Aplikasi e-procurementyang sudah banyak diterapkan

    di instansi pemerintah adalah SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik) yang

    dikembangkan oleh LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah).

    Implementasi e-procurementmampu mendukung interoperabilitas dan jaminan keamanandata serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, sehingga proses pengadaan

    barang/jasa akan menjadi sangat terbuka dan mendorong terjadinya persaingan sehat

    yang adil dan non diskriminatif antar pelaku usaha, yang pada akhirnya akan mewujudkan

    efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.

    Gambar 1 : e-Procurement.

    Aplikasi e-procurement SPSE merupakan aplikasi bebas lisensi (free license),

    karena menggunakan sistem operasi Linux dengan bahasa pemrograman menggunakanbahasa Java dan database-nya menggunakan PostgreSQL. Aplikasi e-procurement

    SPSE memiliki spesifikasi teknis sebagai berikut :

    Hardware Server berbasis Unix atau Linux

    Hardisk space Minimal 200 GB (tidak termasuk untuk sistem operasi)

    Memory Minimal 1 GB

    Java runtime JRE1.6+ (java.sun.com)

    Database PostgreSQL 8.2+ (www.postgresql.org)

    Web server Apache 2 (httpd.apache.org)

    Java container Tomcat 6.0+ (tomcat.apache.org)SMTP server Unix/Linux based

    3 / 18

    Pengadaan

    barang/jasa

    Internet

    e-Procurement+ =

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    4/18

    Adapun arsitektur sistem aplikasi e-procurementSPSE secara logicdapat digambarkanseperti di bawah ini.

    Gambar 2 : Arsitektur aplikasi e-procurementSPSE secara logic.

    Pelaksanaan e-procurement bersifat lintas sektor, sehingga melibatkan banyak

    pihak dan membutuhkan koordinasi antar sektor. Pengembangan dan pemeliharaan

    aplikasi e-procurement dilakukan oleh LKPP, sedangkan pengoperasian dan pelayanan

    pengguna e-procurement dilakukan oleh masing-masing LPSE instansi yang

    bersangkutan. LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) merupakan unit yang

    berfungsi menyediakan dan memelihara infrastruktur serta mengoperasikan aplikasi

    e-procurementagar pelayanan pengadaan secara elektronik selalu siap digunakan oleh

    para penggunanya. ULP (Unit Layanan Pengadaan) dan penyedia barang/jasa

    merupakan pengguna utama e-procurement. Agar dapat mengakses e-procurement, ULP

    dan penyedia barang/jasa harus memiliki User ID dan passwordyang diperoleh melalui

    LPSE. Sedangkan masyarakat umum dapat memantau pelaksanaan proses pengadaan

    barang/jasa pemerintah melalui e-procurementtanpa harus melakukan login. Tata kelola

    hubungan antara LPSE, ULP, penyedia barang/jasa, masyarakat umum dan aparat

    pengawasan adalah seperti di bawah ini.

    Gambar 3 : Tata kelola e-procurement.

    4 / 18

    Apache 2 Web Server

    Database Server (PostgreSQL)

    Apache 2

    Static ContentApplication Server

    Database Server

    Firewall SMTP Server

    Aplikasi

    e-procurement

    SPSE

    UNIT LPSE

    Aparat

    Pengawasan

    Informasi

    lelangAudit

    Masyarakat

    umumInformasi

    lelang

    ULP

    Data

    lelang

    Data

    penawaran

    Penyedia

    barang/jasa

    Data

    pen awaran

    Data

    lelang

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    5/18

    Apa keuntungan e-procurement?

    Penggunaan e-procurement memberikan banyak keuntungan bagi para

    penggunanya, antara lain :

    1). Memperkecil kesalahan prosedur, karena proses pengadaan mengikuti ketentuanyang diatur secara elektronik/otomatis dengan mengedepankan transparansi dan

    akuntabilitas.

    2). Menimbulkan budaya disiplin pada para penggunanya, karena semua pihak yang

    terlibat harus selalu mengikuti tenggat waktu yang telah ditetapkan.

    3). Meningkatkan kompetensi para pelaku usaha, untuk terus berusaha memperbaiki

    diri agar dapat memperbesar kemungkinan memenangkan pelelangan.

    4). Mengurangi frekuensi tatap muka antar pengguna, karena semua informasi telah

    tersedia dalam sistem.

    5). Mendapatkan harga barang/jasa yang lebih ekonomis, karena harga lebihkompetitif.

    6). Mengurangi waktu proses pengadaan, karena proses pengadaan harus

    dilaksanakan sesuai waktu yang telah ditetapkan dalam sistem.

    7). Mengurangi biaya administrasi, karena berkurangnya pekerjaan manual dan

    berkurangnya kebutuhan kertas.

    8). Adanya pencatatan aktivitas pengguna yang dilakukan oleh sistem secara

    otomatis, sehingga informasi pengadaan dapat diketahui dengan mudah.

    9). Dapat digunakan sebagai sarana untuk monitoring dan evaluasi (monev) atas

    indikator kinerja pengadaan barang/jasa pemerintah.

    10). Meningkatkan kapasitas dan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam

    pengelolaan sistem teknologi informasi.

    Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan e-procurement

    tersebut menunjukkan bahwa penggunaan e-procurementdapat memberikan rasa aman

    dan nyaman bagi para penggunanya. Rasa aman karena e-procurement membantu

    mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan prosedur, baik yang disengaja maupun

    tidak disengaja. Kenyamanan diperoleh dari menurunnya jumlah sanggahan/pengaduan

    sejak digunakannya e-procurement, karena lebih transparan dan akuntabel.

    Pemanfaatan e-procurement juga menunjukkan bahwa teknologi informasi dapat

    berkontribusi pada pembenahan berbagai permasalahan dalam pelaksanaan pengadaan

    barang/jasa pemerintah. Adapun visi e-procurementadalah mampu melakukan :

    1). Seleksi lebih baik, sehingga harga dan spesifikasi teknis lebih baik.

    2). Membeli lebih baik, karena terjadi persaingan sehat.

    3). Bertanggungjawab lebih baik, karena integritas dapat terpelihara.

    4). Proses lebih baik, karena dilakukan secara online/real time sehingga lebih cepat.5). Keputusan lebih baik, karena SDM lebih profesional.

    5 / 18

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    6/18

    Beberapa prasyarat yang harus dilakukan agar e-procurementdapat diterapkan

    dengan baik adalah :

    1). SDM harus memahami kerja jaringan komputer, tidak hanya keterampilan

    menggunakan komputer dan internet.

    2). Tata kerja harus secara elektronik, karena masih banyak dijumpai instansi yangmemiliki komputer canggih tetapi tata kerjanya masih berbudaya

    tradisional/manual, misalnya masih menggunakan kertas (hardcopy) dan masih

    mengharuskan tandatangan fisik.

    3). Spesifikasi teknis barang/jasa harus menggunakan standar global, termasuk juga

    pengangkutan, pembayaran, asuransi, pengepakan dan persyaratan lainnya.

    4). Sistem software dan hardware harus terintegrasi dan user friendly, untuk lebih

    memperlancar proses e-procurement.

    5). Organisasi harus melakukan perubahan budaya kerja, yaitu segala perubahan

    akibat dari adanya perubahan cara kerja dari manual menjadi elektronik/otomatis.

    6 / 18

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    7/18

    III. PERUBAHAN PROSES PENGADAAN

    Proses pengadaan barang/jasa pemerintah mengikuti business process yang

    diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentangPengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

    Bagaimana business process pengadaan barang/jasa ?

    Pihak yang sangat berperan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah adalah

    PPK, ULP dan penyedia barang/jasa. PPK bertugas menentukan estimasi harga,

    spesifikasi teknis dan rancangan kontrak pengadaan barang/jasa. ULP berfungsi

    melaksanakan proses pemilihan penyedia barang/jasa atau proses pelelangan.

    Sedangkan penyedia barang/jasa yang telah ditunjuk sebagai pemenang pelelanganharus melaksanakan pengadaan barang/jasa sesuai ketentuan kontrak yang

    ditandatangani oleh PPK dan penyedia barang/jasa. Business process pengadaan

    barang/jasa tersebut secara garis besar dapat digambarkan seperti di bawah ini.

    Gambar 4 : Business process pengadaan barang/jasa.

    Prinsip pengadaan barang/jasa pemerintah adalah efisien, efektif, transparan,

    terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. Pengadaan barang/jasa dengan

    prinsip ini dapat diimplementasikan dengan mudah dengan bantuan teknologi informasi

    berupa e-procurement. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010

    juga sudah mengatur mengenai e-procurement yang tertuang dalam Bab XIII Pasal 106,

    107, 108, 109, 110, 111, 112, dan Bab XVIII Pasal 131. Bahkan pada Pasal 131 tersebut,

    Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 telah menganjurkan

    instansi pemerintah untuk menggunakan e-procurement sejak Agustus 2010, dan

    mewajibkan instansi pemerintah untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa secaraelektronik (e-procurement) mulai tahun 2012.

    7 / 18

    Menyiapkan :

    - Estimasi harga

    - Spesifikasi teknis

    - Rancangan kontrak

    PPK

    Melakukan

    proses pemilihan

    penyedia barang/jasa

    - Pelelangan

    - Seleksi

    ULP

    Melaksanakan

    pengadaan

    barang/jasa

    sesuai

    kontrak

    Penyedia

    barang/jasa

    Membuat

    kontrak

    pengadaan

    barang/jasa

    PPK

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    8/18

    Perubahan apa yang terjadi ?

    Beralih dari pengadaan manual menjadi e-procurement menimbulkan beberapa

    perubahan, meliputi perubahan proses administrasi, pendaftaran penyedia barang/jasa

    dan penyampaian dokumen penawaran.

    Proses administrasi dalam e-procurementmenjadi sangat mudah dan sederhana,

    karena tidak perlu lagi membuat pengumuman lelang, berita acara penjelasan lelang dan

    berita acara pembukaan penawaran, serta tidak perlu menggandakan dokumen lelang.

    Penggandaan dokumen lelang sudah tidak diperlukan, tetapi cukup dengan meng-upload-

    nya ke dalam aplikasi e-procurement, selanjutnya masing-masing penyedia barang/jasa

    peserta lelang dapat men-downloaddokumen lelang tersebut melalui website LPSE.

    Pembuatan pengumuman lelang juga menjadi mudah, yakni cukup dengan meng-entrydata lelang ke dalam aplikasi e-procurement, selanjutnya para penyedia barang/jasa

    dan masyarakat umum dapat mengaksesnya melalui website LPSE.

    Proses penjelasan lelang dilakukan dengan cara chatting antara ULP dan

    penyedia barang/jasa peserta lelang, sehingga berita acara penjelasan lelang tidak perlu

    dibuat karena informasi hasil penjelasan sudah tercatat dan disimpan secara otomatis

    dalam aplikasi e-procurement.

    Berita acara pembukaan penawaran juga tidak perlu dibuat, tetapi cukup dengan

    meng-entry data penawaran ke dalam aplikasi e-procurement, maka penyedia

    barang/jasa peserta lelang dan masyarakat umum dapat melihatnya melalui website

    LPSE.

    Melaksanakan pelelangan melalui e-procurement sangat memudahkan penyedia

    barang/jasa untuk mendaftar sebagai peserta lelang. Pendaftaran cukup dilakukan satu

    kali saja, yaitu pendaftaran sebagai pengguna LPSE. Penyedia barang/jasa cukup

    melengkapi persyaratan dan kemudian dilakukan verifikasi untuk menguji/memeriksa

    mengenai kebenaran/keaslian dokumen perusahaan yang disampaikan. Penyedia

    barang/jasa yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan akan memperoleh User ID dan

    Password untuk login ke dalam aplikasi e-procurement, dan dapat mendaftar sebagai

    peserta lelang kapanpun dan dimanapun berada.

    Melalui e-procurement, penyampaian dokumen penawaran dilakukan dengan

    meng-uploaddokumen penawaran melalui website LPSE dan tidak perlu datang langsung

    ke ULP. Keamanan data penawaran bisa dijamin, karena sebelum di-upload, dokumen

    penawaran harus dienkripsi terlebih dahulu menggunakan APENDO (AplikasiPengamanan Dokumen) yang khusus dibuat untuk kebutuhan e-procurement.

    8 / 18

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    9/18

    Perubahan-perubahan yang terjadi pada proses administrasi, pendaftaran

    penyedia barang/jasa dan penyampaian dokumen penawaran di atas menunjukkan

    bahwa proses pengadaan barang/jasa melalui e-procurement dapat mengurangi

    kebutuhan kertas. Sekurang-kurangnya ada 8 tahap e-procurement yang sama sekali

    tidak memerlukan kertas (paperless), seperti tampak pada gambar di bawah ini.

    Gambar 5 : Proses e-procurementyang tidak memerlukan hard copy(paperless).

    9 / 18

    Tanggapan/pertanyaan

    mengenai ketentuan

    Dokumen lelang

    Dokumen penawaran

    Sanggahan

    (jika ada)

    Pengumuman lelang

    Dokumen lelang

    Penjelasan lelang

    Pembukaan penawaran

    Evaluasi

    penawaran

    Pengumuman pemenang

    LPSE Penyedia

    barang/jasaULP

    Pendaftaran

    peserta lelang

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    10/18

    Perbandingan antara proses pengadaan secara manual dan e-procurementdapat

    dilihat pada tabel di bawah ini.

    No. URAIAN MANUAL e-PROCUREMENT

    1 Proses administrasi Sulit / berbelit-belit Mudah / sederhana

    2 Pendaftaran penyedia barang/jasa Berulang-ulang Satu kali saja

    3 Penyampaian dokumen penawaran Datang langsung Melalui internet

    4 Tatap muka Sering Hampir tidak ada (faceless)

    5 Kerahasiaan peserta lelang Tidak terjamin Terjamin

    6 Transparansi Rendah Tinggi

    7 Persaingan usaha Relatif tertutup Terbuka

    8 Peluang KKN Terbuka Tertutup

    9 Panitia Pengadaan / ULP Susah tidur Tidur nyenyak

    Untuk dapat beroperasi dengan normal, e-procurementmembutuhkan infrastruktur

    yang memadai, meliputi perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan sarana

    fisik lainnya. Dari sisi perangkat keras, e-procurementmembutuhkan serverdan komputer

    desktop. Dari sisi piranti lunak, aplikasi e-procurementSPSE telah disediakan oleh LKPP.

    Sedangkan dari sisi jaringan komunikasi, diperlukan jaringan komunikasi denganbandwidth yang memadai untuk menghubungkan masing-masing komputer dengan

    server. Selain infrastruktur yang terkait dengan teknologi informasi, juga diperlukan

    sarana fisik lainnya seperti ruang training, ruang bidding, ruang verifikasi, ruang helpdesk

    dan ruang server beserta perabot dan peralatan penunjangnya, agar kegiatan LPSE

    dalam mengelola aplikasi e-procurementdapat berjalan dengan lancar.

    10 / 18

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    11/18

    IV. PERUBAHAN BUDAYA KERJA

    Budaya adalah suatu kebiasaan, sehingga budaya kerja merupakan kebiasaan

    yang berlaku pada sebuah kegiatan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Dapat jugadikatakan bahwa budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup

    sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya

    dalam organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita,

    pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja.

    Bagi para pelaku/pengguna teknologi, budaya kerja sering dianggap tidak

    berkaitan langsung dengan kegiatan pekerjaannya. Hal ini menunjukkan pemahaman

    yang keliru. Permasalahan budaya kerja seharusnya menjadi perhatian seluruh jajaran

    organisasi, karena budaya kerja yang ada dalam organisasi akan membentuk perilaku

    individu yang berada di dalam organisasi.

    Melaksanakan program budaya kerja akan merubah sikap dan perilaku SDM untuk

    mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan.

    Keberhasilan pelaksanaan program budaya kerja antara lain dapat dilihat dari

    peningkatan tanggungjawab, peningkatan kedisiplinan dan kepatuhan pada aturan,

    terjalinnya komunikasi dan hubungan yang harmonis dengan semua tingkatan,

    peningkatan partisipasi dan kepedulian, peningkatan kesempatan untuk pemecahan

    masalah serta berkurangnya tingkat keluhan.

    Budaya kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

    1). Kepemimpinan (Leadership).

    Pemimpin harus bisa diteladani dan dipatuhi oleh anggota bawahannya.

    2). Komunikasi.

    Proses komunikasi harus dilakukan secara rutin dan konsisten sehingga

    perbedaan kebiasaan antar individu dapat diperkecil atau dihilangkan.

    3). Motivasi.

    Faktor motivasi ini merupakan daya penggerak yang menciptakan

    kegairahan/semangat kerja agar kerjasama dapat berjalan secara efektif dan

    terintegrasi.

    11 / 18

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    12/18

    Bagaimana budaya kerja pengadaan ?

    Pada prinsipnya pengadaan barang/jasa pemerintah memiliki budaya kerja sesuai

    yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun

    2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pada umumnya budaya kerja prosespengadaan barang/jasa pemerintah merupakan proses yang dilakukan secara manual,

    sebagaimana tampak pada tabel di bawah ini.

    Tahapan pengadaan Kerja manual

    - Estimasi harga- Spesifikasi teknis- Rancangan kontrak

    - Survei- Membuat- Menandatangani

    - Jadwal lelang- Dokumen lelang

    - Membuat- Menandatangani

    Pengumuman lelang - Membuat- Menandatangani- Mengumumkan

    Pendaftaran peserta lelang Mencatat

    Penjelasan lelang - Tatap muka- Menjelaskan/menjawab- Mencatat- Menandatangani- Mengirim fax

    Pemasukan penawaran(peserta lelang)

    - Menyampul penawaran- Datang langsung ke ULP/lewat pos

    Pembukaan penawaran - Tatap muka- Membuka sampul penawaran- Mencatat- Menandatangani

    Evaluasi penawaran - Mengevaluasi administrasi, teknis, harga dan kualifikasi- Menandatangani

    Penetapanpemenang lelang

    - Memeriksa- Menetapkan- Menandatangani

    Pengumumanpemenang lelang

    - Membuat- Menandatangani- Mengumumkan

    Masa sanggah - Menerima dan menjawab sanggahan- Menandatangani

    Penunjukan penyedia - Membuat- Menandatangani

    Kontrak - Membuat- Menandatangani

    12 / 18

    P

    P

    K

    P

    P

    K

    ULP

    (UnitLayana

    n

    Pengadaan)

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    13/18

    Pembuatan estimasi harga, spesifikasi teknis dan rancangan kontrak oleh PPK

    dilakukan secara manual dan ditandatangani secara manual juga. Pelelangan diawali

    dengan pembuatan jadwal dan dokumen lelang.

    ULP membuat jadwal dan dokumen lelang serta pengumuman lelang, danmanandatanganinya secara manual. Pengumuman lelang diumumkan melalui media

    cetak/elektronik/papan pengumuman resmi. Pendaftaran peserta lelang dilakukan dengan

    mencatat penyedia barang/jasa yang mendaftar sebagai peserta lelang. Penjelasan atas

    ketentuan yang tertuang dalam dokumen lelang dilakukan secara langsung dengan tatap

    muka antara ULP dan peserta lelang. ULP menjelaskan dan menjawab pertanyaan yang

    diajukan peserta lelang mengenai isi dokumen lelang dan mencatatnya. Tambahan

    ketentuan dokumen lelang dapat dikirimkan ke peserta lelang melalui fax. Pada tahap

    penjelasan sering terjadi perdebatan antara ULP dengan peserta lelang mengenai

    persepsi isi dokumen lelang.

    Peserta lelang harus membuat dokumen penawaran dan memasukkannya ke

    dalam sampul kertas yang disegel. Penyampaian dokumen penawaran dilakukan dengan

    datang langsung ke kantor ULP atau melalui jasa pos. Pembukaan dokumen penawaran

    merupakan tahap yang paling kritis, karena sering timbul protes dari peserta lelang yang

    menghadiri acara pembukaan. Proses pembukaan dilakukan secara langsung dengan

    tatap muka antara ULP dan peserta lelang. ULP membuka sampul penawaran,

    memeriksanya dan mencatat hasil pembukaan serta menandatangani berita acara

    pembukaan penawaran.

    Selanjutnya dokumen penawaran yang telah dibuka dievaluasi administrasi,

    teknis, harga dan kualifikasi oleh ULP. Berdasarkan hasil evaluasi, ULP menetapkan

    pemenang lelang dan membuat pengumuman pemenang lelang serta mengumumkannya

    ke semua peserta lelang. Peserta lelang yang merasa keberatan atas pengumuman

    pemenang lelang dapat mengajukan sanggahan, dan ULP wajib menjawab sanggahan

    tersebut.

    Segera setelah proses sanggah selesai, PPK menerbitkan surat penunjukan

    kepada pemenang lelang sebagai pelaksana pengadaan barang/jasa. PPK menuangkan

    semua ketentuan pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam bentuk kontrak yang

    ditandatangani oleh PPK dan pemenang lelang sebagai pelaksana pengadaan

    barang/jasa.

    Uraian di atas menunjukkan bahwa budaya kerja pada proses pengadaan

    barang/jasa pemerintah adalah budaya manual, karena seluruh proses dikerjakan secara

    manual.

    13 / 18

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    14/18

    Apa dampak e-procurement?

    Sebelum adanya e-procurement, budaya kerja pengadaan barang/jasa merupakan

    budaya manual. Seluruh proses pengadaan barang/jasa dilakukan secara manual.

    Setelah penerapan e-procurement, beberapa bagian proses pengadaan barang/jasadapat dilakukan secara elektronik/otomatis melalui teknologi informasi. Hal ini

    menimbulkan perubahan cara kerja akibat dari berubahnya cara kerja manual menjadi

    elektronik/otomatis, antara lain :

    Cara komunikasi beralih dari sistem konvensional menjadi online.

    Komunikasi konvensional meliputi tatap muka, surat-menyurat, telepon dan fax.

    Pada e-procurement, komunikasi dilakukan secara online, seperti e-mail, chatting

    atau pemberitahuan lewat website. Komunikasi online ini mengakibatkan frekuensi

    tatap muka antara ULP dan penyedia barang/jasa menjadi sangat jarang terjadidan bahkan hampir tidak ada (faceless).

    Penandatanganan dilakukan secara elektronik.

    Tandatangan fisik/konvensional digantikan dengan tandatangan maya/elektronik

    yang berupa User ID, Password atau Hash key. Tandatangan elektronik memiliki

    kekuatan hukum yang sama dengan tandatangan konvensional berdasarkan

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

    Transaksi Elektronik.

    Penerapan/pemanfaatan teknologi informasi menjadi lebih dominan.

    Otomatisasi dalam e-procurementakan menghemat biaya bahan dan peralatan

    kerja serta mempercepat waktu proses pengadaan barang/jasa. Data yang

    dibutuhkan dapat diperoleh dengan cepat, karena adanya database lelang dan

    database penyedia barang/jasa, sehingga pengambilan keputusan juga menjadi

    lebih cepat dan akurat. Proses pencatatan yang terjadi secara otomatis dan

    terintegrasi meningkatkan kecepatan dalam pembuatan laporan pengadaan

    barang/jasa.

    Terjadi penataan peran dan tanggungjawab secara jelas.

    Untuk keperluan pelaksanaan e-procurement, dibentuk unit LPSE yang berperan

    menyediakan layanan infrastruktur untuk pelaksanaan pengadaan secara

    elektronik. Unit LPSE bertanggungjawab dalam kelancaran operasional

    infrastruktur e-procurement. Sedangkan proses pelelangan dilakukan oleh ULP

    yang terpisah dari unit LPSE. ULP bertanggungjawab dalam proses pemilihan

    penyedia barang/jasa.

    Memang teknologi informasi merupakan penyebab utama terjadinya perubahan-

    perubahan dalam organisasi secara dramatik dan cepat.

    14 / 18

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    15/18

    Implementasi e-procurement memerlukan perubahan perilaku dan mental dari

    semua pihak yang terkait. Hadirnya teknologi informasi telah mengurangi kemungkinan

    adanya perilaku pengadaan yang menyimpang dari prosedur, dan ini seringkali menjadi

    salah satu faktor penyebab timbulnya penolakan/penentangan terhadap e-procurement.

    Teknologi dan peraturan pemerintah merupakan kekuatan pendorong terjadinya

    perubahan. Teknologi menyebabkan perubahan pada proses, metode dan infrastruktur

    pengadaan barang/jasa. Teknologi ini biasanya berupa implementasi suatu sistem

    pemrosesan informasi yang canggih. Peraturan pemerintah mengakibatkan perubahan

    prosedur kerja, standardisasi dan rancang ulang tugas pengadaan barang/jasa.

    Adanya perubahan-perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan budaya

    kerja sehingga membutuhkan manajemen perubahan (change management), karena

    banyak pihak yang cenderung menolak/menentang perubahan tersebut. Beberapa alasan

    mengapa ada pihak yang menolak/menentang perubahan adalah :

    Persepsi yang keliru.

    Apabila terjadi perubahan, para individu cenderung memusatkan perhatian mereka

    pada pengaruh perubahan terhadap diri pribadi mereka sesuai persepsi mereka

    masing-masing daripada memandang pengaruh perubahan pada sistem yang

    lebih luas.

    Kurangnya informasi.

    Individu menentang perubahan, karena tidak memiliki informasi yang cukup

    mengenai apa yang akan diperoleh dari perubahan tersebut. Apabila informasi

    yang diberikan kurang jelas, maka akan terjadi spekulasi yang menekankan pada

    sisi keburukan pihak yang melaksanakan perubahan dan dampak buruk bagi diri

    pribadi mereka masing-masing.

    Perasaan takut kehilangan apa yang sudah dimiliki.

    Individu menentang perubahan, apabila mereka tidak memiliki kepastian tentang

    pengaruh perubahan tersebut terhadap kesejahteraan mereka. Bahkan ada

    kemungkinan mereka merasa takut kehilangan jabatan, status, kekuasaan atau

    interaksi sosial yang disenangi. Kebiasaan lama yang sukar ditinggalkan.

    Mengubah suatu kebiasaan sangatlah sulit, karena membutuhkan usaha yang

    keras dan sungguh-sungguh, dan kadang kala harus mengorbankan keuntungan

    yang sudah biasa diperoleh, walaupun perubahan baru tersebut akan memberikan

    keuntungan yang lebih besar.

    Penolakan terhadap pihak yang memulai perubahan.

    Sikap penolakan terhadap pihak yang memulai perubahan dapat terjadi apabila

    perubahan terkesan sewenang-wenang, tidak masuk akal, tidak tepat waktunya,

    atau kurang menarik minat.

    15 / 18

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    16/18

    Bagaimana strategi mengatasi perubahan e-procurement?

    Implementasi e-procurementmerupakan amanat dari Peraturan Presiden Republik

    Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

    Penerapan e-procurement pasti menimbulkan perubahan pada budaya kerja, karenaberubahnya cara kerja. Oleh karena itu perubahan tersebut harus dikelola dengan baik.

    Strategi penerapan e-procurementdi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

    (BPPT) diawali dengan adanya Instruksi Harian Kepala BPPT pada awal Januari tahun

    2010 yang mengharuskan BPPT untuk mulai menerapkan pelaksanaan pengadaan

    barang/jasa secara elektronik. Langkah selanjutnya adalah membentuk LPSE dengan

    Keputusan Kepala BPPT nomor 159/Kp/BPPT/IV/2010 tanggal 23 April 2010.

    Agar semua pihak yang terlibat memahami alasan mengapa menggunakan

    e-procurement, bagaimana cara kerjanya dan bagaimana dampak yang dapat

    ditimbulkannya, maka perlu diupayakan pendekatan melalui pendidikan dan komunikasi

    yang baik. Walaupun dampaknya bersifat positif, tetap diperlukan komunikasi secara luas

    untuk mengurangi perasaan tidak tenang dan agar semua pihak memahami apa yang

    sedang terjadi, apa saja yang diharapkan dari mereka, dan bagaimana mereka

    menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.

    Pendidikan merupakan pendekatan yang banyak dilakukan untuk memberikan

    pemahaman mengenai e-procurement. Pendidikan e-procurement dimulai dari para

    pengelola LPSE BPPT sebagai pengelola infrastruktur e-procurement yang dilakukan di

    LKPP sebagai pengembang e-procurement sesuai Peraturan Presiden Republik

    Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

    Pendidikan ini meliputi teori dan pelatihan. Selanjutnya pendidikan dan pelatihan

    dilakukan oleh trainerdari LPSE BPPT kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses

    pengadaan barang/jasa yaitu ULP, PPK dan penyedia barang/jasa.

    Komunikasi juga dilakukan melalui peluncuran/launching dan berbagai seminar,baik di BPPT maupun di luar BPPT. Pihak LKPP juga selalu bersedia memberikan

    bimbingan dan bantuan teknis kepada LPSE dan ULP BPPT.

    Selain pendidikan dan komunikasi, ternyata kemudahan-kemudahan yang

    diberikan oleh e-procurementmenimbulkan motivasi bagi para anggota ULP untuk selalu

    menggunakan e-procurementdalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah. Akhirnya

    BPPT menjadi salah satu instansi yang mendapat penghargaan terkait keberhasilannya

    dalam penerapan dan pemanfaatan e-procurementdi Indonesia.

    16 / 18

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    17/18

    V. PENUTUP

    e-Procurement merupakan hasil penerapan teknologi informasi di bidang

    pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan melalui internet. Pelaksanaan e-procurementbersifat lintas sektor sehingga membutuhkan koordinasi, karena banyak pihak yang

    terlibat. Banyaknya keuntungan yang diperoleh dari penggunaan e-procurement

    menunjukkan bahwa teknologi informasi dapat berkontribusi dalam pembenahan proses

    pengadaan barang/jasa pemerintah.

    Penerapan e-procurement akan menimbulkan perubahan, baik perubahan dalam

    proses pengadaan maupun perubahan budaya kerja, akibat dari perubahan cara kerja

    manual menjadi elektronik/otomatis. Perubahan proses pengadaan meliputi perubahan

    proses administrasi dan infrastruktur pengadaan barang/jasa. Melalui e-procurement,

    proses pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan tanpa kertas (paperless).

    Dampak penerapan e-procurement juga berupa perubahan budaya kerja yang

    meliputi cara komunikasi, penandatanganan, pemanfaatan teknologi informasi dan

    penataan peran dan tanggungjawab. Dengan demikian, implementasi e-procurement

    memerlukan perubahan perilaku dan mental semua pihak yang terkait. Hal inilah yang

    dapat menimbulkan kendala berupa penolakan/penentangan terhadap perubahan proses

    pengadaan menjadi e-procurement. Untuk itu dapat diupayakan pendekatan melalui

    pendidikan dan komunikasi yang baik.

    Melalui e-procurement, proses pengadaan menjadi mudah dan sederhana serta

    tidak berbelit-belit. Ternyata bahwa kemudahan-kemudahan yang diberikan

    e-procurement dapat menimbulkan motivasi bagi para penggunanya untuk selalu

    menggunakan e-procurementdalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah.

    17 / 18

  • 7/23/2019 Strategi Perubahan Proses Pengadaan Menjadi E-Procurement

    18/18

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Arianis Chan, "Organisasi dan Manajemen Bisnis - Mengelola Perubahan

    Organisasi", http://www.docstoc.com/docs/16676866/Perubahan-Organisasi,

    diakses di Jakarta tanggal 4 Juli 2011.

    2. Nessiaprincess, "Teknologi Komunikasi Dalam Organisasi",

    http://communicationista.wordpress.com/2010/03/26/teknologi-komunikasi-dalam-

    organisasi/, diakses di Jakarta tanggal 1 Juli 2011.

    3. Daryatmi, "Pengaruh Motivasi, Pengawasan dan Budaya Kerja Terhadap

    Produktivitas Kerja Karyawan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat

    Badan Kredit Desa Kabupaten Karanganyar", http://eprints.ums.ac.id/125/1/Daryatmi.pdf, diakses di Jakarta tanggal 1 Juli 2011.

    4. "Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang

    Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah", Fokusmedia, Bandung, 2010.

    5. LKPP, "Public Procurement", Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

    Pemerintah, Jakarta, 2010.

    6. Winardi, "Manajemen Perubahan (The Management of Change)", Kencana

    (Prenada Media Group), Jakarta, 2010.

    7. Himawan Adinegoro, "Strategi Pengembangan dan Implementasi

    e-Procurement di Indonesia", Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

    Pemerintah, Jakarta, 2009.

    8. Yudho Giri Sucahyo, S.Kom, M.Kom, Ph.D, CISA & Yova Ruldeviyani, S.Kom,

    M.Kom, "Implementasi e-Procurement Sebagai Inovasi Pelayanan Publik",

    Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta, 2009.

    9. Richardus Eko Indrajit & Richardus Djokopranoto, "Dasar, Prinsip, Teknik, dan

    Potensi Pengembangan e-Procurement", Badan Perencanaan dan

    Pembangunan Nasional (http://portal.pengadaannasional-bappenas.go.id), diakses

    di Jakarta, 2009.

    10. Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Publik Bappenas,

    "Dokumentasi Sistem Aplikasi LPSE", Jakarta, 2008.

    11. Yumiati, "Riset Budaya BPPT 2005", Jendela SDM, Biro Sumber Daya Manusia &

    Organisasi BPPT, Jakarta, 2006.

    18 / 18