Strategi Peningkatan Lkm
-
Upload
arekbertobat -
Category
Documents
-
view
246 -
download
0
Transcript of Strategi Peningkatan Lkm
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
1/101
STRATEGI MENINGKATKAN PERANAN LEMBAGA
KEUANGAN MIKRO DALAM MENOPANG EKONOMI
PEDESAAN(Kasus Koperasi Kerja Usaha Bersama Kramat Jaya, Desa Pabuaran
Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor)
Oleh:
ASTRID RAHAYU KRISTI
I34052496
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
2/101
RINGKASANASTRID RAHAYU KRISTI. STRATEGI MENINGKATKAN PERANAN
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM MENOPANG EKONOMI
PEDESAAN. Kasus Koperasi Kerja Usaha Bersama, Desa Pabuaran, Kecamatan
Kemang, Kabupaten Bogor (Di bawah bimbingan LALA M. KOLOPAKING).
Penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai strategi dalam meningkatan
peranan lembaga keuangan mikro dalam menopang ekonomi pedesaan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mempelajari kondisi perekonomian di Desa Pabuaran dan
bentuk kelembagaan ekonomi yang berwujud Koperasi Kerja Usaha Bersama
(KKUB) Kramat Jaya yang mampu memutar roda perekonomian warga Desa
Pabuaran dalam skala mikro. Penelitian ini juga mempelajari peranan dari Koperasi
Kerja Usaha Bersama Kramat Jaya dalam bidang sosial dan ekonomi, juga
mempelajari bagaimana faktor internal dan eksternal dari Koperasi Kerja Usaha
Bersama Kramat Jaya untuk menciptakan strategi guna menopang eksistensi lembaga
keuangan mikro di Desa Pabuaran agar dapat memberdayakan masyarakat lokal dan
bisa menghidupi masyarakat setempat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif didukung telaah data-data
kuantitatif. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan dengan wawancara mendalam terhadap tokoh kunci dan peneliti
melakukan observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai studi literatur
meliputi dokumen kependudukan dari Kecamatan Kemang, Desa Pabuaran dan BKM
Sabanda Sariksa, Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya tahun 2008. Informan terdiri
dari pengurus KKUB Kramat Jaya, Sekretaris Bidang Ekonomi Desa Pabuaran,
Sekretaris Bidang Ekonomi Kecamatan Kemang. Teknik analisis data primer dan data
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
3/101
sekunder diolah melalui tiga tahapan kegiatan dan dilakukan secara bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan melalui verifikasi.
Selanjutnya data kualitatif diolah menjadi data kuantitatif, peneliti menggunakan
metode analisis SWOT yang mengenali faktor internal dan faktor eksternal dari
penelitian kualitatif yang nantinya akan menghasilkan strategi pengembangan bagi
KKUB Kramat Jaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan KKUB Kramat Jaya dalam
bidang ekonomi sebagai wujud lembaga keuangan mikro di Desa Pabuaran, mampu
memutar roda perekonomian dalam skala mikro dan membuka lapangan kerja baru
dengan berdirinya unit usaha khususnya di bidang pengrajin sepatu dan roti. KKUB
Kramat Jaya juga hadir untuk memberi kemudahan akses pemberian modal berupa
dana, alat, pelatihan bagi para pengrajin yang tergabung menjadi anggota KKUB
Kramat Jaya.
Peranan KKUB Kramat Jaya dalam bidang sosial mampu menumbuhkan sense
of belonging setiap anggota terhadap KKUB sebagai lembaga keuangan mikro,
pembukaan kesempatan kerja yang berdampak pada dibidang ekonomi juga
meningkatan harkat dan martabat serta status sosial anggota KKUB khususnya dan
pengrajin. Dalam mengembangkan pinjamannya KKUB Kramat Jaya menanamkan
dengan azaz kekeluargaan sebagai inti kelembagaan mereka dalam mengelola
kegiatan perekonomian.
Strategi pengembangan yang diperlukan Kelompok KKUB Kramat Jaya adalah
melakukan channeling guna memperluas pasar, juga meningkatkan produktivitas
UKM. Channeling dapat dilakukan dengan cara mengikuti beberapa pameran yang
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
4/101
diselenggarakan, membuat materi komunikasi yang menarik dan memanfaatkan
sarana website, selain itu perlu juga pengembangan dan penguatan kerjasama dengan
dunia usaha lainnya dalam bentuk bisnis, sharing. optimalisasi dari dari para
pengelola dalam menjalankan peran dan fungsinya masing-masing karena terjadi
kekosongan dalam beberapa peran yang, dan penguatan kerjasama dengan
stakeholder.
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
5/101
STRATEGI MENINGKATKAN PERANAN LEMBAGA
KEUANGAN MIKRO DALAM MENOPANG EKONOMI
PEDESAAN(Kasus Koperasi Kerja Usaha Bersama Kramat Jaya, Desa Pabuaran
Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor)
Oleh:
ASTRID RAHAYU KRISTI
I34052496
SKRIPSI
Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat
Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
6/101
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:
Nama : Astrid Rahayu Kristi
Nomor Pokok : I35042496
Judul : Strategi Meningkatkan Peranan Lembaga Keuangan Mikro dalam
Menopang Ekonomi Pedesaan (Kasus Koperasi Usaha Bersama
Kramat Jaya, Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten
Bogor)
Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MSNIP. 19580827 198303 1001
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS
NIP. 19580827 198303 1001
Tanggal Kelulusan:
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
7/101
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
STRATEGI MENINGKATKAN PERANAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
DALAM MENOPANG EKONOMI PEDESAANBELUM PERNAH DIAJUKAN
PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN
UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA
JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA
SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH
DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, September 2009
Astrid Rahayu Kristi
I35042496
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
8/101
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Juni 1988 sebagai anak terakhir
dari tiga bersaudara. Pendidikan dasar hingga menengah diselesaikan penulis
sepanjang tahun 1993 2005. Penulis diterima menjadi Mahasiswa IPB di Tahun
2005 pada Fakultas Ekologi Manusia Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarkat (SKPM) melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru).
Disamping belajar, selama di kampus penulis juga mengikuti organisasi
HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Komunikasi dan Pengembangan
Masyarkat) dalam divisiMultimedia And Advertising(MUSELSI). Selain itu, penulis
juga aktif mengikuti program-program yang ada di desa tempat tinggal dan menjadi
pimpinan kolektif Badan Keswadayaan Masyarkat dalam Program Nasional
Pengembangan Masyarakat di Desa Rancabungur (yang merupakan desa tempat
tinggal penulis).
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
9/101
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Tuhan, atas segala berkat Tuhan Yesus atas segala-galanya, tak terselami
dan tak terukur semua berkatNya dalam menuntun penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaiannya, baik skripsi ini dan pendidikan
penulis di Departemen Sains KPM-FEMA, IPB tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang selalu senantiasa mendukung penulis dalam suka
maupun duka:
1.
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan Dosen
Pembimbing Studi Pustaka.
2.
Ir. Said Rusli, MA selaku Dosen Penguji Utama3.
Ir. Anna Fatchiya, MS selaku Dosen Penguji Wakil Departemen
4.
Mami, Alm Papi tercinta
5.
Lia Christie, Paolo Rossi, Alexander Iwan, Dede Marlina atas semua
dukungan dan motivasinya.
6.
Staf Pengajat dan pendidikan departemen Sains KPM-FEMA, IPB
7. Semua sahabat yang setia menemani Anet, Kiki, Vina, Luri, Risty, Vidy,
GENCI dan GENCONG dengan semua kehebohannya, Tim Perbatasan
Indonesia terimakasih untuk rasa yang tercipta.
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
10/101
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat-Nya yang berlimpah-limpah dalam mengerjakan skripsi ini,
sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini berjudul Strategi Meningkatkan Eksistensi Lembaga Keuangan
Mikro dalam Menopang Ekonomi Pedesaan merupakan prasyarat untuk memperoleh
gelar sarjana komunikasi dan pengembangan masyarakat pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, selain kepada keluarga, penulis juga ingin menyampaikanterima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan masukan dan saran untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan skripsi ini,
khususnya masyarakat Kecamatan Kemang, Desa Pabuaran dan KKUB Kramat Jaya
yang telah mengajarkan banyak hal kepada penulis, khususnya dalam pengembangan
usaha mikro.
Akhirnya, semoga tulisan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi upaya
pengembangan kelembagaan lembaga keuangan mikro pada kawasan pedesan dan
umumnya bagi pembangunan pedesaan di Indonesia.
Bogor, September 2009
Penulis
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
11/101
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL iiiDAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................... 51.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 6
1.4. Kegunaan Penelitian................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 82.1.1. Pembangunan Pedesaan dan Kelembagaan Sektor Finansial.. ........ 8
2.1.2. Eksistensi Usaha Kecil dan Mikro ................................................. 122.1.3. Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia ........................................ 15
2.1.4. Kredit Mikro .................................................................................. 17
2.1.5. Kaitan Lembaga Keuangan Mikro dan Ekonomi Pedesaan .......... 192.2. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 20
2.3 Hipotesa ................................................................................................... 23
2.4 Definisi Konseptual ................................................................................. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian..................................................................................... 253.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 263.3. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 27
3.4. Teknik Analisis Data ................................................................................ 28
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 31
4.2. Letak dan Keadaan Alam ......................................................................... 324.3. Kependudukan......................................................................................... 34
4.4 Transportasi ............................................................................................. 36
4.5 Kondisi Sosial ......................................................................................... 37
4.5.1 Pendidikan ...................................................................................... 374.5.2 Kondisi Perekonomian Desa Pabuaran ........................................... 39
BAB V KINERJA KELOMPOK USAHA BERSAMA KRAMAT JAYA
5.1. Sejarah KKUB Kramat Jaya .................................................................... 42
5.2. Struktur Kepengurusan KKUB Kramat Jaya ........................................... 44
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
12/101
5.3 Anggaran Dasar KKUB Kramat Jaya ....................................................... 45
5.4 UKM sebagai Roda Perekonomian KKUB Kramat Jaya ......................... 46
5.4.1 Profil UKM ..................................................................................... 465.4.2 Tenaga Kerja ................................................................................... 48
5.4.3 Kapasitas Produksi.......................................................................... 495.4.4 Modal .............................................................................................. 505.5. Peranan KKUB dalam Perekonomian Desa ............................................. 51
5.5.1. Bidang Perekonomian .................................................................... 51
5.2.2. Bidang Sosial ................................................................................. 52
BAB VI STRATEGI MENINGKATKAN EKSISTENSI KELOMPOK
KERJA USAHA BERSAMA
6.1 Faktor Internal KKUB Kramat Jaya ......................................................... 546.1.1 Kepengurusan KKUB Kramat Jaya ................................................ 54
6.1.2 Usaha Kecil dan Menengah ............................................................ 55
6.2 Faktor Eksternal KKUB Kramat Jaya ........................................................ 566.2.1 Aparat Pemerintahan ...................................................................... 56
6.2.2 Dinas Terkait .................................................................................. 56
6.2.3 Undang-Undang .............................................................................. 576.3 Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
KKUB Kramat Jaya .................................................................................. 57
6.4 Analisis SWOT .......................................................................................... 63
BAB VI PENUTUP
7.1. Kesimpulan ................................................................................................ 68
6.2. Saran ........................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70
LAMPIRAN ...................................................................................................... 72
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
13/101
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Aktualisasi Gagasan Pembangunan Pedesaan ................................... 8
2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ..................................... 12
3. Teknik Pengumpulan dan Jenis Data ................................................ 27
4. Faktor Internal KKUB Kramat Jaya ................................................. 61
5. Faktor Eksternal KKUB Kramat Jaya ............................................... 62
6. Rekapitulasi Hasil Perhitungan ......................................................... 63
7. Matriks SWOT .................................................................................. 64
8. Peratingan Strategi Pengembangan KKUB Kramat Jaya .................. 66
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
14/101
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.
Komparasi UKM dengan Usaha Berskala Besar. ................................... 3
2. Peranan UKM dalam Perekonomian Nasional pada
Tahun 2005 dan 2007 ................................................................ 13
3. Kerangka Pemikiran Eksistensi LKM dalam Pembangunan
Ekonomi Pedesaan .................................................................... 22
4.
Alur Analisis SWOT ............................................................................. 29
5.
Jumlah Penduduk menurut Pekerjaan Utama ....................................... 31
6. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................... 32
7.
Peruntukkan Lahan................................................................................ 33
8. Piramida Penduduk Desa Pabuaran ...................................................... 35
9. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ................................... 38
10.
Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ........................... 40
11.Jumlah Penduduk yang Belum/Tidak Bekerja ...................................... 41
12.
Profil UKM KKUB Kramat Jaya, Tahun 2009 ..................................... 46
13.Kegiatan di Bengkel UKM KKUB Kramat Jaya .................................. 47
14.Klasifikasi Entitas Usaha UKM KKUB Kramat Jaya........................... 48
15.
Produk UKM Sepatu KKUB Kramat Jaya ........................................... 49
16.
Kapasitas Produksi UKM KKUB Kramat Jaya .................................... 50
17.
Struktur Organisasi KKUB Kramat Jaya .............................................. 54
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
15/101
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Daftar Nama Pendiri KKUB Kramat Jaya ............................................ 72
2.
Penyaluran Modal Berupa Peralatan ..................................................... 73
3. Penyaluran Modal ................................................................................. 74
4. Matriks Faktor Internal dan Eksternal.................................................. 75
5.
Penjelasan AD-ART............................................................................. 76
6. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 79
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
16/101
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pengkajian pembangunan di negara berkembang pada umumnya tidak dapat
terlepas dari pertimbangan wilayah pedesaan. Hal ini karena sebagian besar penduduk
negara berkembang masih terkonsentrasi di wilayah pedesaan dengan kondisi
kesejahteraan yang mayoritas berada dalam kemiskinan (Yustika, 2003). Dalam
konteks Indonesia, agenda pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2006 difokuskan kepada
penanggulangan kemiskinan, pengurangan kesenjangan tingkat kesejahteraan,
peningkatan kesempatan kerja, dan revitalisasi pertanian serta pedesaan (Anugrah,
2007).
Masyarakat pedesaan identik dengan komunitas dan kehidupan petani yang
tidak terlepas dari pola kelembagaan usaha ekonomi pedesaan yang berciri pertanian
dengan orientasi subsisten (Scott, 1981). Dari segi besarannya, usaha perekonomian
pedesaan masih didominasi oleh usaha-usaha berskala mikro dan kecil dengan pelaku
utamanya yaitu petani, buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian,
pengolah hasil pertanian, pengrajin, buruh serta pengecer. Para pelaku usaha ini pada
umumnya masih dihadapkan pada permasalahan yang mendasar yaitu terbatasnya
ketersediaan modal sebagai unsur penting yang mendukung peningkatan produksi
dan pada gilirannya dapat mengangkat taraf hidup masyarakat pedesaan.
Keterbatasan modal ini berpotensi membatasi ruang gerak ekonomi masyarakat
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
17/101
pedesaan. Selain itu, keterbatasan modal juga dapat menjadi awal terjadinya siklus
kemiskinan pada masyarakat pedesaan yang akan sulit untuk diputus.
Menjawab permasalahan keterbatasan modal masyarakat pedesaan, serta
mengingat kemampuan fiskal pemerintah yang semakin berkurang, salah satu jalan
keluar yang dapat menjadi alternatif sumber dana bagi masyarakat pedesaan
adalah melalui upaya optimalisasi potensi kelembagaan keuangan. Diantara beragam
pola kelembagaan keuangan yang berkembang di masyarakat pedesaan, salah satu
yang dapat dimanfaatkan dan didorong untuk membiayai kegiatan perekonomian di
pedesaan dengan mayoritas usaha penduduknya masuk dalam segmen mikro adalah
Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
LKM diartikan sebagai lembaga penyedia jasa-jasa keuangan kepada nasabah
berpenghasilan rendah yang meliputi pedagang kecil, pedagang kaki lima, petani,
penjual jasa dan produsen kecil (Ladgwewood, 1999). LKM juga didefinisikan
sebagai penyedia jasa keuangan dalam ragam yang luas seperti tabungan, pinjaman,
pengiriman uang, asurasni untuk rumah tinggal miskin dan berpenghasilan rendah
(Bank Pembangunan Asia - ADB, 2000). Robinson (1993), menekankan bahwa
istilah LKM merujuk pada jasa-jasa keuangan berskala kecil terutama kredit dan
simpanan yang disediakan untuk petani, nelayan, peternak; atau mereka yang
memiliki usaha kecil/mikro yang memproduksi, mendaur ulang, memperbaiki atau
menjual barang; menjual jasa; bekerja untuk mendapat upah dan komisi; memperoleh
penghasilan dari menyewakan tanah, kendaraan, hewan atau mesin dan peralatam
dalam jumlah kecil. Sintesis dari sejumlah definisi tersebut mengantarkan kepada
pengartian LKM sebagai suatu lembaga jasa layanan keuangan tabungan dan kredit
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
18/101
(simpan-pinjam) dalam skala mikro dan kecil yang berlangsung terus menerus
(berkelanjutan) bagi masyarakat yang mempunyai usaha skala mikro dan kecil.
Keberadaan dan perkembangan LKM tidak terlepas dari perkembangan Usaha
Kecil dan Mikro (UKM). Peranan UKM, terutama sejak krisis moneter tahun 1998
dapat dipandang sebagai pola katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi
nasional1, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan
tenaga kerja. Kinerja UKM dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan.
Membaca Gambar 1. di atas, terlihat bahwa populasi UKM pada tahun 2007
mencapai 49,8 juta unit usaha atau sebesar 99 persen dari total jumlah unit usaha di
Indonesia yang berjumlah 49,845 juta unit. Dari jumlah tersebut, lebih dari separuh
(52,5 persen) populasi UKM yang ada bergerak di sektor pertanian, diikuti sektor
Susilo Bambang Yudhoyono, Revitalisasi Ekonomi Indonesia (Jakarta: Brigthen press. 2004), hal
26
Gambar 1. Komparasi UKM dengan Usaha Berskala Besar
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 2007 (diolah)
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
19/101
perdagangan (28,1 persen) dan sektor industri (19,4 persen). Sedangkan pada usaha
besar (UB), mayoritas jenis usaha yang ditekuni adalah sektor industri (42,5 persen),
perdagangan (26,9 persen), dan keuangan (10,6 persen)
2
.
Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi oleh UKM
terutama terhadap lembaga-lembaga keuangan formal seperti bank, menyebabkan
mereka bergantung pada sumber-sumber pembiayaan keuangan mikro. Bentuk dari
sumber-sumber pembiayaan keuangan ini beraneka ragam, mulai dari pelepas uang
(renteni) hingga berkembang dalam bentuk unit-unit simpan pinjam, koperasi dan
bentuk-bentuk yang lain.
Lembaga-lembaga keuangan mikro ini pada prakteknya dipandang lebih
bermanfaat di kalangan pelaku UKM.Hal ini tidak terlepas dari sifatnya yang lebih
fleksibel dari segi peraturan peminjamannya. Dalam hal persyaratan dan jumlah
pinjaman misalnya, LKM memiliki persyaratan yang tidak seketat persyaratan yang
diterapkan dunia perbankan. Demikian juga dari segi keluwesan proses pencairan
kredit. Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa keberadaan lembaga-lembaga keuangan
mikro mampu membaca kebutuhan dan kondisi pelaku UKM yang umumnya
membutuhkan pembiayaan sesuai skala dan sifat usaha kecil serta jarang memiliki
syarat-syarat layak pembiayaan (bankable).
Menempatkan uraian tentang peran, fungsi dan sifat LKM di atas dalam
konteks ekonomi masyarakat pedesaan, maka menjadi penting untuk dilakukannya
sebuah upaya revitalisasi kelembagaan LKM. Upaya ini diharapkan dapat mendorong
2 http://www.endonesia.com/mod.php?=publisher&op=viewarticle&cid=5&artid=1424diakses pada
tanggal 19 Maret 2009
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
20/101
perkembangan dan pembangunan ekonomi pedesaan melalui penciptaan pola
pembiayaan yang kondusif terhadap pertumbuhan usaha mikro. Pada gilirannya,
diharapkan usaha-usaha berskala mikro yang tumbuh ini dapat menyerap tenaga kerja
pedesaan yang kemudian diikuti juga oleh peningkatan taraf kesejahteraan
masyarakat pedesaan.
1.2. Perumusan Masalah
Sektor perekonomian pedesaan Indonesia sudah seharusnya menjadi basis bagi
pengembangan perekonomian nasional. Konsekuensinya, beragam alternatif upaya
pengembangan menjadi penting untuk dikembangkan demi menopang berjalannya
perekonomian pedesaan. Saat ini banyak sekali usaha-usaha mikro yang bergerak di
kawasan pedesaan, namun keterbatasan akses permodalan ditambah budaya
kewirausahaan yang tidak kondusif menjadi aspek yang senantiasa menghambat
pertumbuhan sektor perekonomian kawasan pedesaan yang bergerak di sektor
informal, begitu pun yang terjadi di Desa Pabuaran yang bergerak di sektor informal
yaitu pengrajin sepatu yang tergabung sebagai unit usaha di Koperasi Kerja Usaha
Bersama (KKUB) Kramat Jaya. Keterbatasan akses modal ini dalam jangka panjang
bisa menjadi awal siklus kemiskinan di pedesaan. Pengembangan dan pemberdayaan
KKUB Kramat Jaya sebagai LKM merupakan langkah tepat dalam menopang
perekonomian pedesaan, karena LKM telah mengakar dan tumbuh bersama
perkembangan masyakarat dan mampu memberikan pelayanan yang fleksibel,
utamanya dalam pembiayaan usaha-usaha yang tidak layak dibiayai menurut lembaga
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
21/101
keuangan konvensional (non-bankable) begitu pun dengan penerimaan masyarakat
pengrajin di Desa Pabuaran terhadap KKUB Kramat Jaya yang dapat mengakses dana
untuk menignkatkan produktivitas para pengrajin sehingga dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat pedesaan dalam menjalankan usahanya. Pada gilirannya hal ini
juga mendorong perekonomian desa karena tumbuhnya usaha-usaha mikro di
pedesaan dapat mendorong terbukanya lapangan kerja baru. Berdasarkan uraian
diatas, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:
1.
Bagaimana peranan LKM dalam mengembangkan sektor perekonomian desa?
2.
Bagaimana strategi pengembangannya LKM dalam menopang pembangunan
pedesaan?
1.3. Tujuan Penulisan
1.
Menganalisis peranan LKM dalam mengembangkan sektor perekonomian desa.
2.
Menentukan strategi yang diperlukan dalam rangka mengembangkan kapasitas
LKM untuk menopang perekonomian desa.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai:
1. Bagi Lembaga Keuangan Mikro
Sebagai bahan evaluasi bagi Lembaga Keuangan Mikro (koperasi simpan
pinjam) dalam menjangkau UKM sehingga dapat membangun ekonomi lokal.
2.
Bagi Kalangan Akademisi
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
22/101
Dapat dijadikan topik penulisan untuk menambah informasi, sekaligus dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan bagi penulisan ilmiah terkait.
3.
Bagi Masyarakat
Menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat akan pentingnya kerjasama
antara masyarakat dan perusahaan serta partisipasi aktif masyarakat dalam
peningkatan kualitas hidup mereka melalui kegiatan pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat.
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
23/101
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
1.1
Tinjauan Pustaka
1.1.1
Pembangunan Pedesaan dan Kelembagaan Sektor Finansial
Perspektif pembangunan (Booke, 1983) menyimpulkan bahwa perekonomian di
Indonesia terbagi dalam dua sektor, yaitu tradisional dan modern yang tidak saling
berhubungan untuk mengatasinya, Booke menyatakan bahwa sektor tradisional perlu
dirangsang dengan adanya insentif ekonomi dan peningkatan teknologi produksi.
Sebaliknya, Greetz dalam Marshus menyatakan upaya perbaikan macam apapun
tidak akan berhasil dilakukan. Menurut Scott, persoalan yang berlaku pada
masyarakat pedesaan adalah rasionalitas sosial yang lebih mementingkan
kebersamaan ketimbang persaingan. Penetrasi dari luar, baik menyangkut aspek
kelembagaan maupun teknologi justru akan menimbulkan resistensi.
Ketidakmampuan untuk menangkap kultur dan nilai-nilai masyarakat desa ini
lah yang membuat banyak kebijakan yang terkait dengan pembangunan pedesaan
gagal diterapkan di lapangan. Pada sub-bab ini penulis menyadari bahwa pesoalan
yang terjadi selama proses pembangunan pedesaan adalah tidak terbangunnya
kelembagaan sektor ekonomi sebagai instrumen untuk mengatasi kelangkaan modal
(lack of capital) di wilayah pedesaan. Arah pembangunan pedesaan yang terjadi
selama beberapa dekade yang disajikan dalam Tabel 1.
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
24/101
Tabel 1 Aktualisasi Gagasan Pembangunan Pedesaan
Dekade Isu strategis
1950-an Modernisasi, model dualisme ekonomi, keterbelakangan pertanian,
pembangunan komunitas, dan petani malas (lazy peasant)
1960-an Pendekatan tranformasi, transfer teknologi, mekanisasi, penyuluhan
pertanian, peranan pertumbuhan pertanian, revolusi hijau (awal) dan
petani rasional
1970-an Redistribusi dengan pertumbuhan, kebutuhan dasar, pembangunan
pertanian yang terintegrasi, kebijakan pertanian oleh negara, kredit
yang dipacu oleh negara (state-led credit), bias perkotaan, introduksi
inovasi, revolusi hijau (lanjutan), dan pertumbuhan pedesaan yang
terkait (rural growth linkages)
1980-an Penyesuaian struktural, pasar bebas, kebijakan harga yang tepat,
meminimalisasi peran negara, meningkatkan peran NGOs, rapid rural
appraisal, penelitian sistem pertanian, analisis ketahanan pangan dan
kelaparan, pembangunan pedesaan sebagai proses, perempuan dan
pembangunan, dan pengentasan kemiskinan
1990-an Kredit mikro, participatory rural approach, pembangunan pedesaan,
analisis stakeholders, jaring pengaman pedesaan, gender dan
pembangunan, lingkungan dan kesinambungan, dan pengurangan
kemiskinan
2000-an Penghidupan yang berlanjut (sustainable livelihoods), tata kelola yang
baik, desentralisasi, kritik terhadap partisipasi, pendekatan sektoral
yang diperluas, perlindungan sosial dan pemusnahan kemiskinan
Sumber: Ellis dan Biggs, 2001: 439 dalam Yustika 2008
Berdasarkan perkembangan pembangunan pedesaan yang terjadi selama
beberapa dekade ini, terlihat bahwa fase-fase tersebut mengidentifikasikan proses
komersialisasi pedesaan. Proses pertumbuhan ini kian menjepit posisi orang-orang
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
25/101
pedesaan, kondisi ini memberi gambaran bahwa penduduk yang tinggal di wilayah
pedesaan justru mengalami kemerosotan daya hidup secara terus menerus karena
tekanan dari dua ujung, yaitu kebijakan pemerintah yang semakin bias perkotaan dan
tekanan pasar. Maka itu diperlukan upaya agar penduduk pedesaan bisa lepas dari
komersialisasi ini, yaitu dengan cara menguatkan sistem produksi dan pengolahan
yang berbasis tradisional sehingga masyarakat pedesaan tidak melulu ada dalam
posisi subordinat (Yustika, 2008). Persoalan ini sebenarnya dapat diatasi dengan
adanya modal yang berputar di dalam sistem produksi dan pengolahan. Namun
sayangnya keterbatasan modal merupakan persoalan paling rumit di wilayah
pedesaan. Keterbatasan modal menyebabkan aktivitas ekonomi tidak berjalan, tidak
berjalannya aktivitas ekonomi menyebabkan masyarakat berada dalam posisi
subordinat tadi. Berbekal dari situasi ini, sudah seyogyanya para perumus kebijakan
pembangunan pedesaan mengawinkan kelembagaan sektor finansial dengan
kebijakan pemerintah agar mampu menggerakkan kegiatan ekonomi di wilayah
pedesaan, khususnya usaha mikro.
Secara umum persoalan lembaga keuangan di pedesaan dapat didentifikasikan
menjadi tiga aspek berikut (Yustika, 2008):
1.
Masalah akses kredit. Karakteristik masyarakat pedesaan dengan skala usaha
kecil (subsisten) menyebabkan mereka tidak memiliki asset yang mencukupi
untuk digunakan sebagai agunan. Akibatnya, akses kredit mereka ke lembaga
keuangan formal menjadi sangat terbatas.
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
26/101
2.
Posisi tawar dan informasi masyarakat pedesaan yang sangat rendah
menyebabkan rawan terhadap praktik manipulasi dari lembaga keuangan
formal maupun semi-formal. Bentuk manipulasi itu bermacam-macam,
misalnya pengenaan suku bunga lebih tinggi dari kebijakan pemerintah
maupun pemberian kredit yang sangat terlambat sehingga mengganggu usaha
yang telah direncanakan.
3. Informasi yang asimetris (asymmetric information) dari pemberi
pinjaman/kredit terhadap peminjam (borrower).
Pada umumnya, lembaga keuangan di pedesaan dibedakan dalam tiga jenis: (i)
lembaga keuangan formal; (ii) lembaga keuangan semi-formal; (iii) lembaga
keuangan mikro; dan (iv) lembaga keuangan swadaya, prinsip lembaga ini adalah
adanya rotasi tabungan dan asosiasi kredit, dimana anggota kelompok berkontribusi
secara regular untuk memberikan dana kepada salah satu atau anggota berdasarkan
kesepakatan perputaran atau tabungan dana kelompok kredit. Dalam masyarakat
lembaga ini sering disebut dengan arisan. Lembaga keuangan dikatakan formal jika
lembaga tersebut secara operasional diatur dalam Undang-Undang perbankan dan
disupervisi oleh bank sentral. Sedangkan lembaga keuangan semi-formal adalah
lembaga keuangan yang tidak diatur dalam UU, tetapi disupervisi dan diregulasi oleh
agen pemerintah maupun bank sentral. Lembaga keuangan mikro beroperasi di luar
regulasi dan supervisi lembaga pemerintah.
Lembaga keuangan mikro bukan sekedar menyediakan uang (cash) untuk
keperluan transaksi, tetapi kadang-kadang menyediakan pinjaman dalam bentuk
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
27/101
barang (in-kind). Karakter yang fleksibel, biasanya lembaga keuangan mikro ini
memiliki daya tahan yang kuat untuk hidup di wilayah pedesaan. Karena lembaga
keuangan mikro ini bersifat sangat fleksibel dalam artian memiliki hubungan personal
antara kreditor dan debitor dan nyaris tidak ada persyaratan administrasi yang
dibutuhkan. Tidak ada kontrak maupun persyaratan sejumlah agunan seperti pada
lembaga keuangan formal. Segala kemudahan inilah lembaga keuangan mikro sangat
diterima di kalangan pedesaan.
1.1.2Eksistensi Usaha Kecil dan Mikro
Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha Kecil
Menengah (UKM), yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya3. Menurut
Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan
UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro
(UM), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki
penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Badan Pusat Statistik (BPS)
memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil
merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja lima sampai dengan 19
orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga
kerja 20 sampai dengan 99 orang . Usaha mikro (UM) merupakan jenis usaha skala
kecil yang umumnya bergerak di sektor informal, seperti pedagang kaki lima, penjual
Diakses tanggal 13 April 2009, http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/keragaman-definisi-ukm-
di-indonesia/
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
28/101
!
"# !
"#
$! % &
!
$!
sayur, petani kecil dan usaha rumah tangga. Menurut Robinson (2000) UM
didefinisikan sebagai economically active poor (masyarkat miskin yang masih aktif
secara ekonomi). Menurut UU Nomor 20 tahun 2008 kriteria usaha mikro, kecil dan
menengah secara lengkap pada Tabel 2.
Tabel 2.Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Kriteria Mikro Kecil Menengah
Kekayaan Bersih Rp 50 juta > Rp 50 juta Rp 500 juta > Rp 500 juta Rp 10 miliar
Penjualan Tahunan
Bersih
Rp 300 juta > Rp 300 Rp 2,5 miliar > Rp 2,5 miliar Rp 50 miliar
Sumber: UU Nomor 20 Tahun 2008
Data Kementrian KUKM menunjukkan bahwa perkembangan UKM terus
meningkat. Jumlah unit UKM sempat turun dari 39,7 juta pada tahun 1997 menjadi
36,7 juta pada tahun 1998, namun kemudian meningkat 44,7 juta unit pada tahun
2005 dan meningkat lagi menjadi 49,8 juta pada tahun 2007. Tabel mengenai peranan
UKM dalam perekonomian nasional tahun 2005 dan 2007 dapat dilihat pada Gambar
2.
Sumber: Kementrian KUKM dan BPS dalam BPS (2008)
Gambar 2. Peranan UKM dalam Perekonomian Nasional pada Tahun 2005 dan 2007
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
29/101
Peranan UKM dalam perekonomian Indonesia pada tahun 2007,
mengidentifikasikan pula bahwa jumlah usaha mikro sekitar 47,7 juta unit usaha atau
95,7 persen total UKM, menyerap hampir 77 juta orang atau 81,7 persen dari total
tenaga kerja, namun sumbangan ekspornya hanya sekitra 5 persen dari total ekspor
non migas pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mikro cukup berperan
dalam perekonomian nasional.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu
memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada
masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan
pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam
mewujudkan stabilitas nasional4. Selain itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan
utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud
keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa
mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik Negara (Undang-Undang
No. 20 Tahun 2008).
Posisi seperti ini menenempatkan usaha mikro sebagai jalur utama dalam
pengembangan sistem ekonomi kerakyatan (Wiyono, 2003). Proses pengembangan
usaha mikro sebagai manifestasi perkembangan ekonomi lokal dan penganggulangan
kemiskinan menjadi sangat penting sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah.
Proses ini tidak akan berjalan dengan baik kalau penguatan peran usaha mikro di
tingkat lokal tidak diikutsertakana sebagai pihak berkepentingan utama. Penguatan
" ' %' (
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
30/101
peran pengusaha mikro tersebut mempunyai arti strategis bagi kesejahteraan
masyarakat setempat, sekaligus sebagai penggerak perekonomian daerah dan
transformasi sosial ekonomi dalam komunitas lokal. UKM bisa dikatakan merupakan
salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni
dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik
informal. Maka persoalan pengangguran sedikit banyak dapat tertolong dan
implikasinya adalah juga dalam hal pendapatan.
Maka itu pemberdayaan UKM dinilai menjadi sangat strategis karena
potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan
sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraannya.
1.1.3Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia menurut Bank Pembangunan
Asia dan Bank Dunia (Gunawan, 2007) memiliki ciri utama, yaitu:
1.
Menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan yang relevan atau sesuai
dengan kebutuhan riil masyarakat
2.
Melayani kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah
3. Menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel agar
lebih mudah dijangkau oleh masyarakat miskin yang membutuhkan
Kusmoljono (2009) mengatakan bahwa LKM sebagai lembaga penyedia jasa
keuangan alternatif perlu memperhatikan sustainabilitas usahanya agar mampu
memberikan manfaat yang optimal bagi masyarkat miskin dan usaha mikro dalam
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
31/101
jangka panjang. Tujuan ini hanya dapat dicapai apabila layanan jasa keuangan LKM
sesuai dengan waktu, tempat, jenis kegiatan ekonomi, dan tingkat perkembangan
ekonomi masyarakat. LKM secara internal juga harus mulai menerapkan standar tata
kelola perusahaan yang sesuai dengan perkembangan usahanya.
Menurut Sumodiningrat (2003), untuk mengatasi hambatan permodalan UM,
pendekatan yang perlu dilakukan adalah jasa keuangan mikro (microfinance). LKM
memiliki kelebihan yang paling nyata, yaitu prosedurnya yang sederhana, tanpa
agunan, hubungannya yang cair (personal relationship), dan waktu pengembalian
kredit yang fleksibel (negotiable repayment). Karakteristik itu sangat sesuai dengan
ciri pelaku ekonomi di pedesaan (khususnya di sektor pertanian) yang memiliki asset
terbatas, tingkat pendidikan rendah dan siklus pendapatan yang tidak teratur
(bergantung panen).
Karakter perdesaaan seperti itulah yang ditangkap dengan baik oleh pelaku
lembaga keuangan mikro, sehingga eksistensinya mudah diterima oleh masyarakat
kecil. TAP MPR No XVI tahun 1998 menetapkan bahwa pengusaha ekonomi lemah
harus dibantu dan diberikan proritas dalam pengembangan usahanya, selain itu
perbankan dan lembaga keuangan wajib memberikan peluang sebesar-besarnya bagi
usaha kecil dan Mikro. Dengan mempertimbangkan sebagian besar penduduk
Indonesia adalah kelompok berpenghasilan rendah, pengusaha kecil dan mikro dan
tinggal di pedesaan yang tidak terlayani oleh pelayanan jasa bank umum, maka
lembaga keuangan mikro memiliki peluang besar untuk mengembangkan usahanya
dengan melayani pangsa pasar tersebut (Ahlam, 2005).
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
32/101
Pemahaman pada bentuk dan struktur institusional LKM akan membantu
memahami peran LKM dalam pembanguna ekonomi dan kinerja mereka.
Berdasarkan tingkat formalitasnya, LKM dapat di kelompokan menjadi tiga bentuk
5
,
(i) Institusi Formal: lembaga keuangan yang di sahkan oleh pemerintah dan terikat
oleh peraturan dan pengawasan oleh pemerintah, didalamnya termasuk BRI Unit
Desa, Bank-Bank Perdesaan, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). (ii) Institusi
Informal : terdiri dari perantara yang beroprasi di luar kerangka peraturan dan
pengawasan pemerintah seperti arisan, rentenir bahkan tokon kelontong pun masuk
didalamnya. (iii) Institusi Semiformal: terdiri dari lembaga yang tidak di atur oleh
otoritas perbankan tetapi terdaftar atau memper
oleh izin langsung dari pemerintah daerah seperti Koperasi Simpan Pinjam
(KSP), Koperasi Unit Desa (KUD), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Program
IDT dan lainnya.
1.1.4
Kredit Mikro
Indonesia memiliki sejarah panjang dan kaya akan ragam modal pembiayaan
mikro. Pengalaman dan kekayaan ini meliputi jenis produk pembiayaan mikro
maupun lembaga pelaksananya, bahkan juga sejarah pengenalannya kepada
masyarakat. Oleh karena itu kekayaan ini tidak bakal dibiarkan begitu saja dan disia-
siakan untuk tidak diberikan tempat terhormat untuk dikembangkan. Desakan akan
pentingnya pengembangan ini akan semakin terasa setelah krisis perbankan melanda
Indonesia, sehingga perbankan lumpuh dan tidak dapat menjadi lembaga yang efektif
) *+,- .'/ & 012 3'& (4
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
33/101
lagi. Memang disadari bahwa pengertian kredit mikro dapat diartikan bermacam-
macam, karena memang produk kredit mikro sendiri tidak homogen dan lembaga
pelaksanaannya juga bermacam-macam ditinjau dari segi sifat dan status legalnya.
Perkreditan mikro selain dilihat dari segi produk dan kelembagaannya juga dapat
dilihat dari segi permintaan dan penawaran atau dari sudut sumber dan
penggunaan. Gambaran ini akan menjelaskan pembagian kerja fungsional antar
lembaga perkreditan mikro dengan berbagai kelompok sasaran berdasarkan tingkat
pendapatan dan bahkan dapat sangat terkait dengan penggunaan kredit. Pendekatan
ini sekaligus untuk memahami dinamika perkembangan lembaga perkreditan mikro
bagi pengembangan ekonomi rakyat. Ahlam (2005) menjelaskan pada dasarnya kredit
dapat dibedakan dalam dua sifat penggunaan yaitu kredit produktif dan kredit
konsumtif, yaitu:
1.
Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan kepada nasabah untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
2. Kredit produktif adalah kredit yang ditujukan untuk keperluan usaha nasabah
agar produktifitas akan bertambah meningkat. Bentuk kredit produktif dapat
berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja, karena kedua kredit
tersebut diberikan ke nasabah untuk meningkatkan produktifitas usahanya.
Pengertian kredit menurut Eric L. Kohler (1996) dalam Ahlam (2005) adalah
kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau melabakan suatu pinjaman
dengan janji bahwa waktu pembayaraanya ditangguhkan pada suatu jangka waktu
yang telah disepakati. Dalam Undang-Undang No 7 tahun 1992 pasal 1 butir 12
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
34/101
pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjan untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.
Keberadaan LKM belum mendapat tempat yang jelas dalam perekonomian
nasional sebagaimana lembaga keuangan lainnya seperti perbankan, asuransi, dan
perusahaan pembiayaan. LKM sendiri belum memiliki payung hukum yang benar-
benar menjamin perkembangannya. Upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan
oleh pemerintah selama ini lebih menitikberatkan bentuk-bentuk transfer atau subsidi,
padahal dalam rantai kemiskinan tidak selalu harus diatasi dengan cara tersebut.
Aspek yang lebih penting adalah memutus mata rantai kemiskinan yang dapat
dilakukan antara lain dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat
miskin menjadi produktif, sehingga sangat relevan jika mengupayakan LKM sebagai
salah satu pilar sistem keuangan nasional. Lembaga keuangan mikro ini mempunyai
peran besar dalam menumbuhkan calon-calon pengusaha ditingkat desa,
meningkatkan produktivitas usaha kecil masyarakat pedesaan, serta menunjang
program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan.
2.1.5Kaitan Lembaga Keuangan Mikro dan Ekonomi Pedesaan
Sesuai dengan pencitraan pedesaan pada umumnya, masyarakat pedesaan
identik dengan para petani dan kehidupan para petani. Oleh karena itu kehidupan
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
35/101
pedesaan tidak lepas dari perilaku ekonomi yang khas dari keluarga petani yaitu pola
ekonomi yang berorientasi subsisten (Scott, 1981), dengan pelaku utama para petani,
buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian,
serta industri rumah tangga. Para pelaku usaha ini pada umumnya masih dihadapkan
pada permasalahan klasik yaitu terbatasnya ketersediaan modal. Sebagai unsur
esensial dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat
pedesaan, keterbatasan modal dapat membatasi ruang gerak aktivitas sektor pertanian
dan pedesaan. Kehadiran LKM dibutuhkan paling tidak karena dua hal (Pantoro,
2008). Pertama, sebagai salah satu instrumen dalam rangka mengatasi kemiskinan.
Masyarakat miskin pada umumnya mempunyai usaha skala mikro. Terminologi
World Bank, mereka disebut sebagai economically active pooratau pengusaha mikro.
Dalam konfigurasi perekonomian Indonesia, lebih dari 90persen unit usaha
merupakan usaha skala mikro. Mengembangkan usaha skala mikro merupakan
langkah strategis karena akan mewujudkan broad bases development atau
development through equity. Mereka membutuhkan permodalan guna
mengembangkan kapasitas usahanya. melalui peningkatan usaha secara efektif akan
mengatasi kemiskinan yang diderita oleh mereka sendiri dan diharapkan dapat
membantu masyarakat dalam kategori fakir miskin. Pada sisi lain, skim keuangan
mikro sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah. Kedua,
LKM dibutuhkan karena menjadi salah satu instrumen pengembangan pasar
keuangan mikro.
Secara pragmatis, pasar keuangan mikro merupakan aspek keuangan dari semua
proses ekonomi di segmen mikro yang meliputi segala sesuatu yang menyangkut
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
36/101
tabungan dan kredit usaha. Pada pemahaman ini dicantumkan kata tabungan dan
kredit, guna menghindarkan pemahaman sempit seolah-olah di segmen mikro pelaku-
pelaku usahanya hanya membutuhkan kredit, melupakan bahwa mereka mempunyai
potensi menabung, dan dapat diberdayakan mempunyai kemampuan menabung.
Pendek kata, pada pasar keuangan mikro terdapat potensi besar dalam hal penawaran
(tabungan) dan permintaan (kredit). Berdirinya LKM merupakan jawaban dari kurang
pekanya lembaga keuangan formal dalam merangkul UKM, sehingga peranannya
bisa dibilang sebagai katup penyelamat dalam proses pembangunan ekonomi
pedesaan.
1.2 Kerangka Pemikiran
Agenda pembangunan Indonesia seperti yang tertuang dalam RPJM tahun 2006
saat ini difokuskan pada pengentasan kemiskinan, pengurangan kesenjangan dan
peningkatan kesempatan kerja. Memang menjadi hal yang sangat sulit, karena
berkaca pada krisis global yang sedang dialami oleh dunia. Maka pemerintah
menggenjot kembali vitalitas pertanian dan pedesaan yang sempat ditinggal pada
masa lepas landas menuju industri. Revitalisasi pertanian dan pedesaan ini
diwujudkan dengan merevitalisasi juga kelembagaan ekonomi di tingkat lokal.
Kegiatan perekonomian di pedesaan masih didominasi oleh usaha-usaha skala
mikro dan kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani, pedagang sarana
produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian, serta industri rumah tangga.
Namun demikian, para pelaku usaha ini pada umumnya masih dihadapkan pada
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
37/101
permasalahan klasik yaitu terbatasnya ketersediaan modal. Maka peranan LKM
sangat diperlukan dalam menumbuhkembangkan UKM dan memenuhi kebutuhan
dasarnya.
: Fokus Kajian
: Batasan Kajian
: Hubungan langsung
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Peranan LKM dalam Pembangunan Ekonomi
Pedesaan
Pembangunan
Ekonomi
Ekonomi
Eksternal:
Aparat
Pemerintah
Dinas
Koperasi
Undang-Undang
Internal:
Struktur
Organisasi
SDM
pengelola
UKM danLKM
Strategi
pengembangan
Lembaga
InformalLembaga
formal
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
38/101
1.3 Hipotesa
Berdasarkan perumusan masalah didapatkan hipotesis pengarah sebagai berikut:
1.
LKM berperan dalam mengembangkan desa di sektor perekonomian melalui
terbentuknya UKM-UKM sehingga tercipta lapangan kerja dan mampu
menyerap tenaga kerja lokal.
2.
Perbaikan manajemen adalah salah satu langkah dari strategi pengembangan
bagi eksistensi LKM.
3.
Faktor internal LKM berperan dalam menopang ekonomi pedesaan
4.
Faktor eksternal berperan terhadap terjadinya dinamika dalam LKM
1.4 Definisi Konseptual
1.
Pembangunan nasional, meliputi pengentasan kemiskinan, pengurangan
kesenjangan dan meningkatkan kesempatan kerja yang merupakan fokus
utama dari agenda pembangunan di Indonesia.
2. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, memvitalkan kembali pertanian dan
pedesaan dalam rangka menjalankan agenda pembangunan Indonesia.
3.
Kelembagaan ekonomi, merupakan kelembagaan yang terbentuk berdasarkan
kebutuhan masyarkat dalam lingkup perekonomian
4.
Lembaga keuangan, sebuah lembaga yang kegiatannya dibidang keuangan,
menaruh uang dari dan menyalurkannya ke masyarakat. Artinya kegiatan
yang dilakukan lembaga keuangan selalu berhubungan dengan bidang
keuangan
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
39/101
5.
Lembaga keuangan formal, lembaga keuangan yang secara operasional diatur
dalam Undang-Undang perbankan dan disupervisi oleh bank sentral yang
disertai dengan aturan dan birokrasi sehingga sulit dijangkau oleh UKM
6. Lembaga keuangan mikro (LKM), lembaga informal yang belum memiliki
payung hukum dan bersifat fleksibel dan mudah dijangkau oleh UKM
7.
Usaha Kecil dan Mikro (UKM), usaha yang dilakukan di kalangan masyarakat
golongan miskin dan bergerak di sektor informal
8.
Koperasi Kerja Usaha Bersama (KKUB) Kramat Jaya adalah salah satu LKM
semi formal dalam bentuk koperasi simpan pinjam
1.5 Definisi Operasional
1.
Bobot: nilai yang diberikan oleh informan berdasarkan tingkat kepentingan
relatif dari masing-masing informan
2.
Rating: peringkat yang diberikan informan berdasarkan pandangan objektif
terhadap faktor internal dan faktor eksternal
3. Scoreadalah perkalian antara bobot dan rating
4.
Faktor internal adalah merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada
untuk mencapai tujuan organisasi
5. Faktor eksternal adalah kondisi yang ada dan kecenderungan yang muncul
dari luar berupa peluang dan ancaman, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja
organisasi.
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
40/101
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Subjek tineliti dalam penelitian ini didekati melalui pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Penggunaan kedua pendekatan ini terkait dengan aspek spesifik dalam
fokus subjek yang hendak dikaji. Pendekatan kualitatif digunakan karena dianggap
mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci berkaitan dengan suatu
peristiwa atau gejala sosial yang dalam hal ini berupa perkembangan dan dinamika
LKM yang ditempatkan dalam konteks pembangunan ekonomi pedesaan khususnya
pada proses pengembangan UKM dan penyerapan tenaga kerja pedesaan. Pendekatan
kualitatif digunakan untuk mengetahui kondisi permasalahan penelitian yang
didasarkan pada pembentukan pemahaman yang diikat oleh teori terkait dan
penafsiran peneliti atas fakta kajian6. Data yang dihasilkan melalui pendekatan ini
merupakan hasil pengamatan dari kegiatan penelitian terhadap LKM terkait. Data
tambahan yang berkaitan dengan topik penelitian didapatkan melalui studi dokumen
yang relevan dengan fokus penelitian.
Studi dokumen digunakan untuk mengumpulkan semua data dan informasi
yang terkait dengan gambaran umum Desa Pabuaran, potensi ekonomi Desa
Pabuaran, dan Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya untuk bisa melihat
perkembangannya. Pemanfaatannya diarahkan untuk memperkaya substansi temuan
Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data
deskriptif yang bersumber dari kata-kata lisan atau tulisan dari manusia atau tentang perilaku
manusia yang dapat diamati (Taylor dan Bogdan, 1984 dalamSitorus, 1998).
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
41/101
pendekatan kualitatif maupun untuk memperkuat basis teoritis kajian. Data yang
diperoleh secara kualitatif di lapangan akan dikuantifikasi dengan alat analisis yang
digunakan yaitu SWOT menjadi faktor eksternal (faktor di luar sistem) dan faktor
internal (faktor di dalam sistem) yang dijabarkan dalam bentuk kuesioner dan
kuesioner akan diuji pada responden ahli sehingga hasil perhitungan yang diperoleh
merupakan hasil yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan.
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lokasi Koperasi Kelompok Usaha Bersama (KKUB)
Kramat Jaya, yang berada di Jalan Raya Pabuaran kampung Kramat Rt 03 Rw 04,
Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Lokasi ini diambil karena peneliti telah
mengetahui kondisi dan mengenal KKUB Kramat Jaya dengan baik dan letaknya
dapat dijangkau oleh peneliti. Selain itu KKUB Kramat Jaya dinilai ideal untuk
dijadikan objek penelitian karena mengepalai 13 UKM yang bergerak di Desa
Pabuaran yang berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian lokal Desa
Pabuaran, khususnya RW 04. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yang
dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2009. Tahap pertama yaitu
pengumpulan literatur. Tahap kedua yaitu penyusunan proposal penelitian. Tahap
ketiga yaitu pengumpulan data untuk pencapaian penelitian. Sedangkan penelitian
tahap keempat yaitu pengolahan data sampai penyelesaian draft penelitian.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Data kualitatif yang dihasilkan selama penelitian ini dapat dikelompokkan ke
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
42/101
dalam tiga kategori, yaitu:
a. Data hasil pengamatan: tulisan dalam bentuk deskripsi mengenai situasi,
kejadian/peristiwa, orang-orang, interaksi dan perilaku yang diamati secara
langsung di lapangan, yang disajikan dalam bentuk catatan lapang, saat
penulis melakukan pengamatan, data hasil pembicaraan berupa kutipan
langsung dari pernyataan respondenyang menjadi tineliti dalam penelitian ini,
mengenai pengalaman, sikap, keyakinan dan pandangan/pemikiran mereka
dalam kesempatan wawancara dengan peneliti maupun saat melakukan
kelompok diskusi terarah.
b. Data tertulis: petikan atau keseluruhan bagian dari dokumen yang berkaitan
dengan keberadaan UKM dan LKM yang dikeluarkan oleh badan-badan
resmi.
Data primer dikumpulkan dari kepala UKM meliputi karakteristik individu,
jenis usaha dan persepsinya terhadap LKM sedangkan dari pengurus LKM terkait
dengan profil pengorganisasian yaitu pengkategorian LKM, historis pembentukan,
dimensi organisasi LKM, pengembangan skema perkreditan, dan unsur-unsur
keberlanjutannya. Pengumpulan data dilakukan melalui kombinasi pendekatan
wawancara individual (indepth interview) telaah mendalam dilakukan kepada
pengelola KKUB dan aparat pemerintahan Kecamatan Kemang dan Desa Pabuaran
serta dilakukan juga diskusi kelompok terarah dalam pengumpulan data yang
diberikan kepada pengelola KKUB dan UKM. Data sekunder dikumpulkan dari
berbagai sumber kepustakaan dan pelaporan yang terkait dengan KKUB Kramat Jaya.
Data sekunder yang digunakan meliputi data monografi Kecamatan Kemang, data
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
43/101
monografi Desa Pabuaran, Program Jangka Menengah Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM) Sabanda Sariksa dan Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya.
Tabel 3.Teknik Pengumpulan dan Jenis Data
no Tujuan Penelitian Aspek Kajian Data
Jenis Sumber
1 Gambaran umum
desa Pabuaran, peta
ekonomi, dan
sejarah
terbentuknya
KKUB Kramat
Jaya
Gambaran Umum Desa
Pabuaran
Primer:
Wawancara,
Observasi
Aparat pemerintah
Kecamatan Kemang, Desa
Pabuaran
Sejarah terbentuknya KKUB
Kramat Jaya
Sekunder: Data monografi,
kependudukan, laporan
Tahunan KKUB Kramat
Jaya
3 Mengetahui
Peranan LKM didesa Pabuaran
Kinerja LKM bagi desa
Pabuaran dalam bidangekonomi
Primer:
IndepthInterview
Pengelola KKUB Kramat
Jaya, UKM, Aparat desa
Kinerja LKM bagi desa
Pabuaran dalam bidang sosial
Sekunder Laporan Tahunan KKUB
Kramat Jaya
4 Strategi
pengembangan
Faktor internal dan faktor
eksternal
Primer: FGD,
indepth
interview
Pengelola KKUB Kramat
Jaya, UKM, dan Aparat
Pemerintah Kecamatan
Kemang dan Desa Pabuaran
3.3 Teknik Analisis Data
Analisis SWOT
Metode SWOT adalah salah satu alat identifikasi berbagai variabel secara
sistematis yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strength) dan peluang (Opportunities) namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Penelitian ini
menggunakan data primer yang didapat dengan menggunakan data kualitatif yang
diolah menjadi beberapa anak faktor. Olahan analisis SWOT melibatkan beberapa
stakeholders yang terlibat dalam KKUB Kramat Jaya. Analisis berdasarkan posisi
koordinat SWOT dari matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) dan
matriks EFAS (External Factors Analysis Summary). Matriks SWOT memiliki empat
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
44/101
kuadran berdasarkan pembagian S-W-O-T yang merupakan empat set kemungkinan
strategi, setelah koordinat SWOT diketahui kemudian akan dikelompokkan
berdasarkan tipologi strategi untuk memperoleh arahan kebijakan yang tepat dalam
pengembangan LKM, khususnya LKM di lokasi penelitian.
Secara umum dikatakan kekuatan, apabila kondisi internal tersebut menjadi
pendorong keberhasilan sistem dan kelemahan apabila kondisi internal tersebut
menjadi hambatan bagi sistem. Sedangkan peluang, apabila kondisi eksternal menjadi
pendorong keberhasilan sistem dan ancaman, apabila kondisi eksternal menjadi
hambatan keberhasilan sistem. Dalam penelitian ini, peneliti meminta pendapat dari
pandangan objektif Sekretaris Bidang Ekonomi Kecamatan Kemang, Sekretaris
Camat, Sekretaris Bidang Perekonomian Desa Pabuaran, dan pengurus inti dari
KKUB Kramat Jaya guna menelusuri S-W-O-T dari KKUB
Tujuan: Keberhasilan dan Kelanjutan
Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro
Level 1: Variabel Internal Variabel eksternal
Level 2: Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
Sumber: Rangkuti, 2005
Gambar 4. Alur Analis SWOT
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
45/101
Jika bobot dan rating telah ditentukan, maka data-data tersebut dapat diolah
menjadi arahan strategi pengembangan LKM dengan menggunakan analisis SWOT.
Matriks SWOT merupakan matching tools yang penting untuk membantu LKM
dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu:
1.
SO Strategies : dimana kekuatan internal sistem digunakan untuk meraih
peluang-peluang yang ada di luar sistem
2. WO Strategies: bertujuan untuk memperkecil kelemahan internal sistem
dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal
3. ST Strategies : dimana sistem berusaha agar mampu menghindari atau
mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal
4. WT Strategies : merupakan taktik untuk bertahan yang diarahkan untuk
mengurangi kelemahan-kelembahan internal dan menghindari dari ancaman-
ancaman lingkungan
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
46/101
(
"%5
%)
"6&,6
"
"&
"
1
BAB IV
GAMBARAN UMUM DESA PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Pabuaran merupakan satu dari sembilan desa yang tergabung dalam
Kecamatan Kemang. Berdasarkan data Sensus daerah, 2007 jumlah penduduk bekerja
tergambar dalam gambar dibawah ini.
Sumber : Laporan Sensus Daerah Kecamatan Kemang, 2007 (diolah)
Gambar 5. Jumlah Penduduk menurut Pekerjaan Utama
Berdasarkan Gambar 5. Jumlah penduduk Desa Pabuaran mayoritas bekerja di
sektro informal sebagai peternak dan buruh, padahal berdasarkan kajian yang
ditemukan di lapangan7, Desa Pabuaran memiliki potensi dalam pengembangan usaha
mikro dengan basis pengrajin sepatu yang merupakan warga asli Desa Pabuaran
namun hal tersebut tidak tercantum pada sensus data jumlah penduduk menurut
pekerjaan oleh pihak Kecamatan Kemang. Perbedaan data ini didapat dari dua
" '/ - '
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
47/101
Desa Pabuaran, RW 04
(Lokasi Penelitian)
institusi, gambar diatas diperoleh dari laporan tahunan Kecamatan Kemang dan data
monografi Desa Pabuaran.
Sumber : BKM Mitra Sejahtera, PNPM-MP 2008
Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian
4.2 Letak dan Keadaan Alam
Desa Pabuaran merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 378 hektar, dengan ketinggian 300 meter
diatas permukaan laut, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut ;
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pondok Udik
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kemang
Sebelah selatan berbatasan dengan PTP Perkebunan Sawit Cimulang
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
48/101
(
"'&'
.7'
56
1
"''
"&/
"&&
"
5&
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Candali, dan barat laut Desa Tegal.
Jarak dari kantor Desa ke Ibu Kota Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Ibu Kota
Negara adalah sebagai berikut ;
Dari Kantor Desa ke Kecamatan : 3,5 kilometer
Dari Kantor Desa ke Kabupaten : 18 kilometer
Dari Kantor Desa ke Ibu Kota Propinsi : 140 kilometer
Dari Kantor Desa ke Ibu Kota Negara : 60 kilometer
Peruntukan penggunaan lahan di Desa Pabuaran sebagian besar digunakan
sebagai perumahan pemukiman perumahan dan selanjutnya diperuntukkan untuk
menopang perekonomian masyarakat Desa Pabuaran yaitu areal persawahan dan
lading, peruntukkan lahan di Desa Pabuaran seperti daerah perdesaan pada umumnya
yang terdiri dari tempat tinggal dan tempat usaha mereka, untuk bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya dari ladannya.
Sumber: Data Monografi Desa Pabuaran 2008 (diolah)
Gambar 7. Peruntukkan Lahan Desa Pabuaran
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
49/101
Selain pemukiman dan sawah, lahan di Desa Pabuaran juga diperuntukkan
untuk sarana dan prasarana penunjang kehidupan Desa Pabuaran antara lain berupa
jalan sebagai sarana penunjang transportasi yang membuka mobilitas sosial warga
Desa Pabuaran, sarana peribadatan yang terdiri dari 8 masjid, enam belas mushola
karena mayoritas penduduknya beragama Islam dan 2 bangunan gereja. Selain itu
Desa Pabuaran memililiki areal pemakaman seluas 8 hektar yang diperuntukkan
untuk tanah pemakaman keluarga, serta fasilitas perkantoran pemerintahn desa dan
fasilitas pendidikan sekolah dasar/sederajat sampai sekolah menengah
pertama/sederajat.
4.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Pabuaran sampai dengan akhir bulan November 2008
yang tercatat dalam Sensus Daerah Kecamatan Kemang tercatat sebanyak 9.963 jiwa,
yang terdiri dari jumlah 2.556 Kepala Keluarga (KK). Jumlah penduduk dewasa laki-
laki dan perempuan sebanyak 8.445 jiwa dengan rincian, laki-laki sebanyak 3.822
jiwa dan perempuan sebanyak 4.623 jiwa, yang terbagi atas usia produktif dan usia
non-produktif. Dari segi besarannya, jumlah penduduk usia produktif lebih banyak
daripada penduduk usia non-produktif, namun hal ini disayangkan oleh Kepala Desa
Pabuaran (Bpk. Endih Supandih, S. Sos) yang mengatakan:
Disini, anak-anak muda nya banyak yang menjadi pengangguran. Hidup
mereka masih bergantung dengan orang tua masing-masing. Padahal bidang
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
50/101
8 8 8
8
8
8
8
8
88
8
8
8
8
8
8
"'!
.&8.&
pertanian Desa Pabuaran masih banyak membutuhkan tenaga kerja, maklum
lah anak muda zaman sekarang.
Berdasarkan data monografi Kecamatan Kemang diperoleh gambaran mengenai
struktur kependudukan yang terdapat di Desa Pabuaran sebagai berikut
Sumber: Profil Desa Tahun 2008
Gambar 8. Piramida Penduduk Desa Pabuaran, Tahun 2008
Berdasarkan Statistik Indonesia8, gambaran mengenai struktur penduduk di
Desa Pabuaran yang dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Umur 0-14 tahun dinamakan usia muda/belum produktif
2.
Umur 15-64 tahun dinamakan usia dewasa/kerja/usia produktif
3.
Umur 65 keatas dinamakan usia tua/tidak produktif
Hal ini berkaitan dengan analisis beban ketergantungan (dependency ratio) yang
diperoleh dengan cara membagi jumlah penduduk usia produktif dengan jumlah usia
( Diakses melalui http://www.datastatistik-indonesia.compada tanggal 13 Agustus 2009
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
51/101
non-produktif. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh kesimpulan bahwa tingkat
ketergantungan penduduk Desa Pabuaran tergolong rendah (
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
52/101
yang menghubungkan tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Kemang, Kecamatan
Rancabungur dan Kecamatan Ciampea dengan nomor trayek 12. Adanya jalan
transportasi yang menghubungkan tiga kecamatan ini, berdamapak pada ekonomi
warga dan gaya hidup warga Desa Pabuaran. Pada sektor ekonomi, membuat warga
desa sekarang lebih memiliki akses untuk dapat berdagang ataupun wiraswasta dan
mempermudah arus pendistribusian barang. Terbukanya akses transportasi turut pula
mempengaruhi gaya hidup warga Desa Pabuaran yang sekarang agak kekotaan.
Selain itu, hal ini juga merupakan full factor terjadinya urbanisasi di Desa Pabuaran
karena letaknya yang tidak terlalu jauh dengan 2 kota yaitu Depok dan Bogor.
Terbukanya jalan ini juga membuka mobilitas sosial masyarakat Desa Pabuaran
dalam hal pendidikan, tidak sedikit warga yang lebih memilih bersekolah di luar Desa
Pabuaran karena fasilitas dan kualitas gurunya juga jauh lebih baik disbanding
dengan yang ada di Desa Pabuaran, umumnya warga yang mengenyam pendidikan di
luar desa setelah mereka lulus Sekolah Dasar/sederajat.
4.5 Kondisi Sosial
4.5.1. Pendidikan
Kondisi penduduk di Desa Pabuaran dilihat dari bidang pendidikan rata-rata
sudah mengenyam pendidikan mulai tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi.
Jumlah penduduk yang tidak sekolah usia 7-12 tahun tercatat berjumlah 100 orang
(65 laki-laki dan 35 perempuan), dan yang tidak sekolah usia 13-15 tahun tercatat
berjumlah 118 orang (9 laki-laki dan 109 perempuan) sedangkan penduduk yang
tidak menamatkan pendidikan sekolah dasar/sederajat berjumlah 348 orang. Hal ini
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
53/101
1'
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di Desa Pabuaran. Untuk lebih
jelasnya jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Pabuaran dapat dilihat
di bawah ini :
Sumber : Profil Desa tahun 2008
Gambar 9. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2008
1. Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Pabuaran di antaranya Poliklinik,
Posyandu, praktek bidan, dan praktek dukun beranak (paraji). Sedangkan tenaga
kesehatan di Desa Pabuaran terdiri dari seorang dokter Puskesmas, seorang bidan
desa, tujuh orang dukun beranak dan 125 orang kader posyandu. Namun fasilitas
kesehatan di Desa Pabuaran kurang memadai untuk bisa melayani masyarakat dengan
baik. Banyaknya jumlah dukun beranak, terlihat bahwa masih banyak warga yang
belum sadar akan tingkat kesehatan, hal ini pun diakui oleh Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM) Sabanda Sariksa Desa Pabuaran yang merupakan bentukan dari
Program Nasional Pengembangan Masyarakat (PNPM), yang dalam surveynya
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
54/101
menemukan banyak sekali masyakarat yang masih menggunakan jasa dukun beranak
dalam proses persalinan. Selain itu, masih banyak juga warga yang tidak memiliki
MCK (Mandi, Cuci, Kakus), mereka masih menggunakan aliran air sungai dalam
kesehariannya yang sudah tercemari oleh limbah yang dihasilkan manusia maupun
rumah tangga.
2. Sarana dan Prasarana Rumah Tangga
Ketersediaan sarana dan prasarana septic tank (Jamban) di Desa Pabuaran
belum memadai, masyarakat di Desa ini masih banyak memakai sarana koyasebagai
tempat untuk buang air besar, penduduk masih banyak menggunakan pembuangan air
kotoran rumah tangga ke sembarang tempat dan seperi Koya yang dibiarkan terbuka
tanpa penutup. Masyarakat belum terlayani Air dari PAM dalam memenuhi
kebutuhan sanitasi, hanya sebagian masyarakat yang sudah mempunyai fasilitas
seperti MCK yang memadai. Ini menandakan bahwa kurangnya kepekaan didalam
masyarakat Desa Pabuaran mengenai kondisi kesehatan mereka, karena sarana dan
prasarana nya pun tidak mencukupi.
4.5.2.Kondisi Perekonomian Desa Pabuaran
1. Penduduk Bekerja
Kondisi perekonomian di Desa Pabuaran jika dilihat dari kondisi ekologisnya,
maka jenis kegiatan ekonomi di desa ini mayoritas sektor pertanian yang meliputi
areal persawahan dan perikanan (tambak) karena dari segi besarannya areal
persawahan dan tambak masih mendominasi Desa Pabuaran, selain itu diurutan kedua
adalah sektor perdagangan, kemudian bidang industri rumah tangga yang bergerak
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
55/101
(
dalam usaha pengrajin
karyawan. Untuk lebi
pencaharian penduduk
Sumber : Profil Desa tahun 200
Gambar 10.
Desa Pabuaran b
banyak terdapat sawah
dengan baik, namun b
mengindikasikan bahw
bukanlah milik warg
mempekerjakan warga
kemudian disusul deng
Desa Pabuaran. Sisany
(
(
(
5&
sepatu, tas dan maupun berupa makanan (ro
h jelasnya jumlah sektor perekonomian da
esa Pabuaran dapat dilihatdi bawah ini
(diolah)
istribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaha
rpotensi cukup besar dalam bidang pertanian
an tambak perikanan, selain itu saluran irigasi
uruh menempati posisi teratas di Desa Pab
a lahan pertanian yang masih banyak di
a Desa Pabuaran, melainkan milik oran
lokal sebagai buruh. Setelah itu disusul deng
n pegawai yang banyak bekerja di pabrik ya
bergerak di sektor jasa, pedagang dan pen
i), buruh dan
n jenis mata
ian
karena masih
asih berjalan
aran, hal ini
esa Pabuaran
g luar yang
an wiraswasta
ng terdapat di
rajin. Banyak
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
56/101
-
-
5#
5."
5.9
#)".:9 )))
99#$)
5
55
penduduk yang berwiraswasta dan berdagang, karena sudah terbukanya akses jalan
transportasi di Kecamatan Kemang yang bisa langsung menghubungkan jalan
kecamatan dengan jalan kota Bogor sehingga mempermudah akses bagi para warga
untuk mendapatkan barang dengan harga murah. Pengrajin di Desa Pabuaran
memiliki potensi sendiri dalam mengembangkan sektor usaha mikro khususnya di
RW 04, hal ini disampaikan oleh Sekbid perekonomian Kecamatan Kemang. Beliau
mengatakan:
mereka adalah kelompok usaha yang mandiri dan masih perlu dibina
sehingga dapat lebih berkembang dari sekarang dan mampu menyerap
tenaga kerja lebih banyak lagi.
2. Penduduk yang Tidak Bekerja
Jumlah Penduduk yang belum memiliki pekerjaan atau tidak bekerja di Desa
Pabuaran juga memprihatinkan hal ini terlihat pada gambar dibawah ini
Sumber: Bappeda, 2007 (diolah)
Gambar 11. Jumlah Penduduk yang Belum/Tidak Bekerja
Gambaran diatas memperlihatkan bahwa mayoritas utama yang belum bekerja adalah
lulusan SD/Sederajat sebanyak 2.209 orang dan disusul lulusan SLTP/Sederajat 1.340
orang dan sisanya terlihat pada gambar diatas. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
57/101
pendidikan di Desa Pabuaran yang mayoritas tidak lulus SD/Sederajat, sehingga
akses peluang kerjanya pun kecil.
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
58/101
BAB V
PERANAN KELOMPOK KERJA USAHA BERSAMA KRAMAT JAYA
DALAM MENOPANG EKONOMI PEDESAAN
5.1 Dinamika KKUB Kramat Jaya
Koperasi melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi yaitu
keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis,
pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota, pembagian balas jasa yang terbatas terhadap modal
dan kemandirian. Berdasarkan prinsip ini, dapat dilihat bahwa koperasi menjunjung
tinggi kekeluargaan dalam keanggotaannya.
Koperasi mempunyai fungsi dan peran yaitu sebagai berikut: (1) membangun
dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya; (2) berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan anggota dan masyarakat; (3) memperkokoh perekonomian rakyat sebagai
dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian masional dengan koperasi sebagai
sokogurunya; (4) berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi untk menyelenggarakan maksudnya tersebut (mensejahterakan
anggotanya) maka koperasi menyelenggarakan gerakan usaha.
Gerakan usaha pada koperasi Kramat Jaya mempunyai banyak macamnya dari
adanya unit kecil dan menengah (UKM) pembuat roti dan pengrajin sepatu yang
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
59/101
merupakan UKM terbanyak dijalankan oleh anggota koperasi Kramat Jaya. Sehingga
anggota koperasi Kramat Jaya terdiri dari pemilik UKM-UKM tersebut. Jenis
koperasi Kramat Jaya adalah koperasi kelompok usaha bersama (KKUB). Koperasi
yang merupakan Koperasi Simpan Pinjam yang diperuntukkan untuk pengembangan
usaha kecil yang bergerak di kerajinan tangan. Koperasi Kelompok Usaha Bersama
(KKUB) Kramat Jaya terbentuk pada tanggal 10 Juli 1999. KKUB Kramat Jaya
disahkan oleh Kepala Kantor Departemen Koperasi Penguasaha Kecil dan Menengah
Kabupaten Bogor, dengan nomor 417/BH/KDK.105/VII/1999. Sejumlah 20 (dua
puluh) orang pendiri awal KKUB Kramat Jaya (data terlampir). KKUB Kramat jaya
berdiri sejak tahun 1990 dalam bentuk badan hukum yang berlokasi di Kampung
Kramat, Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang. Koperasi ini berdiri atas azas
kekeluargaan dan bertujuan untuk bisa mensejahterakan para anggota keluarganya.
Koperasi ini terdiri dari sekelompok pengrajin sepatu dan produsen roti. Fokus usaha
mereka bergerak dalam sektor industri rumah tangga dan pegawai yang mereka
pekerjakan berasal dari lingkungan sekitar yaitu Desa Pabuaran agar bisa
memberdayakan masyarakat sekitar.
KKUB Kramat Jaya mengalami mati suri selama beberapa tahun, sampai
akhirnya kembali mulai aktif pada awal tahun 2007. Keadaan mati suri ini ditandai
dengan tidak adanya aktifitas di KKUB Kramat Jaya, sehingga selama beberapa
tahun, tidak ada kejelasan mengenai kepengurusan dan anggotanya.
Pada Tahun 2007, KKUB Kramat Jaya dihidupkan kembali oleh Bapak Endam
Rusadi, Bapak Ajiz, dan Bapak Yusuf melalui perantara Sekretaris Bidang Ekonomi
di Kecamatan Kemang yang melihat adanya potensi pengrajin sepatu dan pabrik roti
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
60/101
di Desa Pabuaran yang kemudian melalui Dinas Koperasi yang sekarang bergabung
dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi membentuk pengurusan baru
dalam KKUB Kramat Jaya. Setelah terbentuknya kepengurusan baru, KKUB Kramat
Jaya menerima bantuan dana dari Kementrian Negara dan UKM, yang datang
langsung ke Desa Pabuaran, karena mengetahui di daerah tersebut memiliki koperasi
yang beranggotakan pengusaha sepatu dan roti.
KKUB Kramat Jaya mendapatkan bantuan dari Kementerian Negara dan UKM
sebesar Rp. 200.000.000,00. Bantuan modal dari Kementerian Negara tersebut
disalurkan kepada anggota koperasi dengan kriteria dan syarat yang telah ditetapkan
oleh anggota, yang selanjutnya di monitoring dan evaluasi oleh Badan Pengawas
Daerah (BAWASDA), dan dinas terkait.
Modal yang diberikan kepada anggota diberikan dalam bentuk alat dan mesin
guna meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produk yang mereka hasilkan. Setelah
adanya peningkatan modal, terjadi peningkatan kualitas dari produk sepatu dari para
pengrajin, sehingga terjadi kerjasama dengan beberapa produsen sepatu besar, antara
lain Yongki Komaladi, IFA, dan Sophie Martin.
5.2 Struktur Kepengurusan KKUB Kramat Jaya
Berdasarkan rapat pembentukan koperasi yang diselenggarakan pada tanggal 25
April 1999, dengan penunjukan oleh pendiri selaku kuasa pendiri dan sekaligus untuk
pertama kalinya sebagai pengurus maka berikut adalah anggota KKUB Kramat Jaya
yang terpilih dan menyatakan dirinya bersedia untuk mendirikan koperasi serta
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
61/101
menandatangani Anggaran Dasar Koperasi, setelah mengalami pergantian formasi
dari pengurus inti maka didapat pengurus dengan rincian sebagai berikut:
Ketua : Endam Damhuri (Pengrajin)
Wakil Ketua : Sarief (Pengrajin)
Sekretaris : Abdul Aziz Safaruddin (Wiraswasta)
Bendahara : Junaedi (Pengrajin)
Kepengurusan KKUB Kramat Jaya, dalam perjalannya berorganisasi mengalami
revitalisasi kelembagaan dengan tujuan untuk kembali mengoptimalkan pos-pos
peran yang kosong agar berjalan ke arah tujuan awal yang tercantum dalam AD-ART,
yaitu sebagai sebagai lembaga ekonomi dan sosial yang dapat meningkatkan
kesejahteraan ekonomi anggota, masyarakat sekitar, ekonomi lokal (pedesaan)
sampai ke ekonomi nasional.
5.3 Anggaran Dasar KKUB Kramat Jaya
Anggaran dasar KKUB Kramat Jaya terdiri dari 20 Bab dan 51 Pasal. Bab-bab
yang terdapat pada anggaran dasar adalah terdiri dari mengenai aturan-aturan formal
yang mengatur berjalannya kegiatan di KKUB Kramat Jaya. Bab II menjelaskan
mengenai landasan, azaz dan prinsip yang mengatur tentang koperasi di Indonesia
yang tertuang dalam UUD 1945. Dalam AD-ART juga dijelaskan mengenai fungsi
dan peran dari KKUB Kramat Jaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota secara khusus dan perekonomian rakyat (lokal/daerah setempat) secara
umum serta perekonomian nasional dengan cara membentuk unit kerja/usaha yang
otonom. Bab-Bab selanjutnya menjelaskan mengenai tata aturan yang ada dalam
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
62/101
KKUB Kramat Jaya, seperti penggunaan tanda pengenal, Rapat Anggota Tahunan,
penambahan anggota baru, pembagian Sisa hasil Usaha yang merupakan pendapatan
KKUB Kramat Jaya yang diperoleh selam satu tahun dikurangi dengan berbagai
macam biaya penyusutan, administrasi dan kewajiban, selanjutnya AD-ART
terlampir.
5.4 UKM sebagai Roda Perekonomian KKUB Kramat Jaya
5.4.1Profil UKM
KKUB Kramat Jaya dalam kegiatan usahanya memiliki unit kerja/usaha seperti
yang tertuang dalam AD-ART. Unit kerja/usaha ini berupa Usaha Kecil dan
Menengah (UKM), dimana semua ketua UKM merupakan anggota dari KKUB
Kramat jaya. UKM dinilai sangat potensial dan sesuai dengan karakter daerah
pedesaan, dimana modal usaha yang berputar tidak terlalu besar dan mampu
menyerap tenaga kerja yang banyak, sehingga dapat meningkatkan perekonomian
tenaga kerja yang bergabung dalam UKM. Sebagian besar UKM bergerak di bidang
pengrajin sepatu dan sisanya memproduksi roti. Profil UKM yang disajikan peneliti
berupa banyaknya tenaga yang terserap dan nama/merk dagang dari UKM yang
tergabung dalam KKUB Kramat Jaya, Profil selengkapnya dapat dilihat dalam Grafik
8.
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
63/101
04
Sumber: Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya, 2008 (diolah)
Gambar 12.Profil UKM KKUB Kramat Jaya, Tahun 2009
UKM yang menjadi unit usaha dalam KKUB Kramat Jaya berhasil
memperkerjakan penduduk lokal sebagai tenaga kerja. Dari 14 UKM yang tergabung
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 157 orang dimana semua tenaga kerja
tersebut adalah warga Desa Pabuaran yang sebagian besar berada dalam usia
produktif (15-64 tahun). Hal ini sejalan dengan tujuan awal KKUB Kramat Jaya yang
mendirikan unit usaha ini agar bisa meningkatkan kesejahteraan anggota secara
khusus dan perekonomian rakyat (lokal/daerah setempat) dan membuka lapangan
kerja bagi masyarakat Desa Pabuaran, walaupun banyak pihak yang mengeluhkan
kekurangan lapangan pekerjaan namun hal ini tidak bagi warga Desa Pabuaran yang
tergabung dalam UKM-UKM tersebut. Umumnya setiap UKM menggunakan lahan
rumah mereka menjadi bengkel atau tempat produksi produk sepatu dan roti yang
dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang cukup memadai.
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
64/101
-
7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm
65/101
Sumber: Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya, 2008 (diolah)
Gambar 14. Klasifikasi Entitas Usaha UKM KKUB Kramat Jay