Strategi Peningkatan Lkm

download Strategi Peningkatan Lkm

of 101

Transcript of Strategi Peningkatan Lkm

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    1/101

    STRATEGI MENINGKATKAN PERANAN LEMBAGA

    KEUANGAN MIKRO DALAM MENOPANG EKONOMI

    PEDESAAN(Kasus Koperasi Kerja Usaha Bersama Kramat Jaya, Desa Pabuaran

    Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor)

    Oleh:

    ASTRID RAHAYU KRISTI

    I34052496

    DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

    FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2009

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    2/101

    RINGKASANASTRID RAHAYU KRISTI. STRATEGI MENINGKATKAN PERANAN

    LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM MENOPANG EKONOMI

    PEDESAAN. Kasus Koperasi Kerja Usaha Bersama, Desa Pabuaran, Kecamatan

    Kemang, Kabupaten Bogor (Di bawah bimbingan LALA M. KOLOPAKING).

    Penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai strategi dalam meningkatan

    peranan lembaga keuangan mikro dalam menopang ekonomi pedesaan. Tujuan

    penelitian ini adalah untuk mempelajari kondisi perekonomian di Desa Pabuaran dan

    bentuk kelembagaan ekonomi yang berwujud Koperasi Kerja Usaha Bersama

    (KKUB) Kramat Jaya yang mampu memutar roda perekonomian warga Desa

    Pabuaran dalam skala mikro. Penelitian ini juga mempelajari peranan dari Koperasi

    Kerja Usaha Bersama Kramat Jaya dalam bidang sosial dan ekonomi, juga

    mempelajari bagaimana faktor internal dan eksternal dari Koperasi Kerja Usaha

    Bersama Kramat Jaya untuk menciptakan strategi guna menopang eksistensi lembaga

    keuangan mikro di Desa Pabuaran agar dapat memberdayakan masyarakat lokal dan

    bisa menghidupi masyarakat setempat.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif didukung telaah data-data

    kuantitatif. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

    primer dikumpulkan dengan wawancara mendalam terhadap tokoh kunci dan peneliti

    melakukan observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai studi literatur

    meliputi dokumen kependudukan dari Kecamatan Kemang, Desa Pabuaran dan BKM

    Sabanda Sariksa, Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya tahun 2008. Informan terdiri

    dari pengurus KKUB Kramat Jaya, Sekretaris Bidang Ekonomi Desa Pabuaran,

    Sekretaris Bidang Ekonomi Kecamatan Kemang. Teknik analisis data primer dan data

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    3/101

    sekunder diolah melalui tiga tahapan kegiatan dan dilakukan secara bersamaan, yaitu

    reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan melalui verifikasi.

    Selanjutnya data kualitatif diolah menjadi data kuantitatif, peneliti menggunakan

    metode analisis SWOT yang mengenali faktor internal dan faktor eksternal dari

    penelitian kualitatif yang nantinya akan menghasilkan strategi pengembangan bagi

    KKUB Kramat Jaya.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan KKUB Kramat Jaya dalam

    bidang ekonomi sebagai wujud lembaga keuangan mikro di Desa Pabuaran, mampu

    memutar roda perekonomian dalam skala mikro dan membuka lapangan kerja baru

    dengan berdirinya unit usaha khususnya di bidang pengrajin sepatu dan roti. KKUB

    Kramat Jaya juga hadir untuk memberi kemudahan akses pemberian modal berupa

    dana, alat, pelatihan bagi para pengrajin yang tergabung menjadi anggota KKUB

    Kramat Jaya.

    Peranan KKUB Kramat Jaya dalam bidang sosial mampu menumbuhkan sense

    of belonging setiap anggota terhadap KKUB sebagai lembaga keuangan mikro,

    pembukaan kesempatan kerja yang berdampak pada dibidang ekonomi juga

    meningkatan harkat dan martabat serta status sosial anggota KKUB khususnya dan

    pengrajin. Dalam mengembangkan pinjamannya KKUB Kramat Jaya menanamkan

    dengan azaz kekeluargaan sebagai inti kelembagaan mereka dalam mengelola

    kegiatan perekonomian.

    Strategi pengembangan yang diperlukan Kelompok KKUB Kramat Jaya adalah

    melakukan channeling guna memperluas pasar, juga meningkatkan produktivitas

    UKM. Channeling dapat dilakukan dengan cara mengikuti beberapa pameran yang

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    4/101

    diselenggarakan, membuat materi komunikasi yang menarik dan memanfaatkan

    sarana website, selain itu perlu juga pengembangan dan penguatan kerjasama dengan

    dunia usaha lainnya dalam bentuk bisnis, sharing. optimalisasi dari dari para

    pengelola dalam menjalankan peran dan fungsinya masing-masing karena terjadi

    kekosongan dalam beberapa peran yang, dan penguatan kerjasama dengan

    stakeholder.

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    5/101

    STRATEGI MENINGKATKAN PERANAN LEMBAGA

    KEUANGAN MIKRO DALAM MENOPANG EKONOMI

    PEDESAAN(Kasus Koperasi Kerja Usaha Bersama Kramat Jaya, Desa Pabuaran

    Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor)

    Oleh:

    ASTRID RAHAYU KRISTI

    I34052496

    SKRIPSI

    Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan

    Pengembangan Masyarakat

    Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

    DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

    FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2009

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    6/101

    DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

    FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:

    Nama : Astrid Rahayu Kristi

    Nomor Pokok : I35042496

    Judul : Strategi Meningkatkan Peranan Lembaga Keuangan Mikro dalam

    Menopang Ekonomi Pedesaan (Kasus Koperasi Usaha Bersama

    Kramat Jaya, Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten

    Bogor)

    Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Komunikasi dan

    Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

    Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing Skripsi

    Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MSNIP. 19580827 198303 1001

    Mengetahui,

    Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

    Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS

    NIP. 19580827 198303 1001

    Tanggal Kelulusan:

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    7/101

    PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

    STRATEGI MENINGKATKAN PERANAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

    DALAM MENOPANG EKONOMI PEDESAANBELUM PERNAH DIAJUKAN

    PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN

    UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA

    JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA

    SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH

    DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI

    RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

    Bogor, September 2009

    Astrid Rahayu Kristi

    I35042496

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    8/101

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Juni 1988 sebagai anak terakhir

    dari tiga bersaudara. Pendidikan dasar hingga menengah diselesaikan penulis

    sepanjang tahun 1993 2005. Penulis diterima menjadi Mahasiswa IPB di Tahun

    2005 pada Fakultas Ekologi Manusia Departemen Sains Komunikasi dan

    Pengembangan Masyarkat (SKPM) melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan

    Mahasiswa Baru).

    Disamping belajar, selama di kampus penulis juga mengikuti organisasi

    HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Komunikasi dan Pengembangan

    Masyarkat) dalam divisiMultimedia And Advertising(MUSELSI). Selain itu, penulis

    juga aktif mengikuti program-program yang ada di desa tempat tinggal dan menjadi

    pimpinan kolektif Badan Keswadayaan Masyarkat dalam Program Nasional

    Pengembangan Masyarakat di Desa Rancabungur (yang merupakan desa tempat

    tinggal penulis).

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    9/101

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji Tuhan, atas segala berkat Tuhan Yesus atas segala-galanya, tak terselami

    dan tak terukur semua berkatNya dalam menuntun penulis sehingga dapat

    menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaiannya, baik skripsi ini dan pendidikan

    penulis di Departemen Sains KPM-FEMA, IPB tidak lepas dari bantuan dan

    dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih sebesar-

    besarnya kepada pihak-pihak yang selalu senantiasa mendukung penulis dalam suka

    maupun duka:

    1.

    Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan Dosen

    Pembimbing Studi Pustaka.

    2.

    Ir. Said Rusli, MA selaku Dosen Penguji Utama3.

    Ir. Anna Fatchiya, MS selaku Dosen Penguji Wakil Departemen

    4.

    Mami, Alm Papi tercinta

    5.

    Lia Christie, Paolo Rossi, Alexander Iwan, Dede Marlina atas semua

    dukungan dan motivasinya.

    6.

    Staf Pengajat dan pendidikan departemen Sains KPM-FEMA, IPB

    7. Semua sahabat yang setia menemani Anet, Kiki, Vina, Luri, Risty, Vidy,

    GENCI dan GENCONG dengan semua kehebohannya, Tim Perbatasan

    Indonesia terimakasih untuk rasa yang tercipta.

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    10/101

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    memberikan berkat-Nya yang berlimpah-limpah dalam mengerjakan skripsi ini,

    sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

    Skripsi ini berjudul Strategi Meningkatkan Eksistensi Lembaga Keuangan

    Mikro dalam Menopang Ekonomi Pedesaan merupakan prasyarat untuk memperoleh

    gelar sarjana komunikasi dan pengembangan masyarakat pada Departemen Sains

    Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

    Pertanian Bogor.

    Pada kesempatan ini, selain kepada keluarga, penulis juga ingin menyampaikanterima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS selaku Dosen

    Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan masukan dan saran untuk memperbaiki

    kekurangan-kekurangan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih

    kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan skripsi ini,

    khususnya masyarakat Kecamatan Kemang, Desa Pabuaran dan KKUB Kramat Jaya

    yang telah mengajarkan banyak hal kepada penulis, khususnya dalam pengembangan

    usaha mikro.

    Akhirnya, semoga tulisan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi upaya

    pengembangan kelembagaan lembaga keuangan mikro pada kawasan pedesan dan

    umumnya bagi pembangunan pedesaan di Indonesia.

    Bogor, September 2009

    Penulis

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    11/101

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI i

    DAFTAR TABEL iiiDAFTAR GAMBAR iv

    DAFTAR LAMPIRAN v

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1

    1.2. Perumusan Masalah ................................................................................... 51.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 6

    1.4. Kegunaan Penelitian................................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

    2.1. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 82.1.1. Pembangunan Pedesaan dan Kelembagaan Sektor Finansial.. ........ 8

    2.1.2. Eksistensi Usaha Kecil dan Mikro ................................................. 122.1.3. Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia ........................................ 15

    2.1.4. Kredit Mikro .................................................................................. 17

    2.1.5. Kaitan Lembaga Keuangan Mikro dan Ekonomi Pedesaan .......... 192.2. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 20

    2.3 Hipotesa ................................................................................................... 23

    2.4 Definisi Konseptual ................................................................................. 23

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Metode Penelitian..................................................................................... 253.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 263.3. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 27

    3.4. Teknik Analisis Data ................................................................................ 28

    BAB IV GAMBARAN UMUM DESA PENELITIAN

    4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 31

    4.2. Letak dan Keadaan Alam ......................................................................... 324.3. Kependudukan......................................................................................... 34

    4.4 Transportasi ............................................................................................. 36

    4.5 Kondisi Sosial ......................................................................................... 37

    4.5.1 Pendidikan ...................................................................................... 374.5.2 Kondisi Perekonomian Desa Pabuaran ........................................... 39

    BAB V KINERJA KELOMPOK USAHA BERSAMA KRAMAT JAYA

    5.1. Sejarah KKUB Kramat Jaya .................................................................... 42

    5.2. Struktur Kepengurusan KKUB Kramat Jaya ........................................... 44

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    12/101

    5.3 Anggaran Dasar KKUB Kramat Jaya ....................................................... 45

    5.4 UKM sebagai Roda Perekonomian KKUB Kramat Jaya ......................... 46

    5.4.1 Profil UKM ..................................................................................... 465.4.2 Tenaga Kerja ................................................................................... 48

    5.4.3 Kapasitas Produksi.......................................................................... 495.4.4 Modal .............................................................................................. 505.5. Peranan KKUB dalam Perekonomian Desa ............................................. 51

    5.5.1. Bidang Perekonomian .................................................................... 51

    5.2.2. Bidang Sosial ................................................................................. 52

    BAB VI STRATEGI MENINGKATKAN EKSISTENSI KELOMPOK

    KERJA USAHA BERSAMA

    6.1 Faktor Internal KKUB Kramat Jaya ......................................................... 546.1.1 Kepengurusan KKUB Kramat Jaya ................................................ 54

    6.1.2 Usaha Kecil dan Menengah ............................................................ 55

    6.2 Faktor Eksternal KKUB Kramat Jaya ........................................................ 566.2.1 Aparat Pemerintahan ...................................................................... 56

    6.2.2 Dinas Terkait .................................................................................. 56

    6.2.3 Undang-Undang .............................................................................. 576.3 Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

    KKUB Kramat Jaya .................................................................................. 57

    6.4 Analisis SWOT .......................................................................................... 63

    BAB VI PENUTUP

    7.1. Kesimpulan ................................................................................................ 68

    6.2. Saran ........................................................................................................... 69

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70

    LAMPIRAN ...................................................................................................... 72

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    13/101

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    1. Aktualisasi Gagasan Pembangunan Pedesaan ................................... 8

    2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ..................................... 12

    3. Teknik Pengumpulan dan Jenis Data ................................................ 27

    4. Faktor Internal KKUB Kramat Jaya ................................................. 61

    5. Faktor Eksternal KKUB Kramat Jaya ............................................... 62

    6. Rekapitulasi Hasil Perhitungan ......................................................... 63

    7. Matriks SWOT .................................................................................. 64

    8. Peratingan Strategi Pengembangan KKUB Kramat Jaya .................. 66

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    14/101

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    1.

    Komparasi UKM dengan Usaha Berskala Besar. ................................... 3

    2. Peranan UKM dalam Perekonomian Nasional pada

    Tahun 2005 dan 2007 ................................................................ 13

    3. Kerangka Pemikiran Eksistensi LKM dalam Pembangunan

    Ekonomi Pedesaan .................................................................... 22

    4.

    Alur Analisis SWOT ............................................................................. 29

    5.

    Jumlah Penduduk menurut Pekerjaan Utama ....................................... 31

    6. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................... 32

    7.

    Peruntukkan Lahan................................................................................ 33

    8. Piramida Penduduk Desa Pabuaran ...................................................... 35

    9. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ................................... 38

    10.

    Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ........................... 40

    11.Jumlah Penduduk yang Belum/Tidak Bekerja ...................................... 41

    12.

    Profil UKM KKUB Kramat Jaya, Tahun 2009 ..................................... 46

    13.Kegiatan di Bengkel UKM KKUB Kramat Jaya .................................. 47

    14.Klasifikasi Entitas Usaha UKM KKUB Kramat Jaya........................... 48

    15.

    Produk UKM Sepatu KKUB Kramat Jaya ........................................... 49

    16.

    Kapasitas Produksi UKM KKUB Kramat Jaya .................................... 50

    17.

    Struktur Organisasi KKUB Kramat Jaya .............................................. 54

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    15/101

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    1. Daftar Nama Pendiri KKUB Kramat Jaya ............................................ 72

    2.

    Penyaluran Modal Berupa Peralatan ..................................................... 73

    3. Penyaluran Modal ................................................................................. 74

    4. Matriks Faktor Internal dan Eksternal.................................................. 75

    5.

    Penjelasan AD-ART............................................................................. 76

    6. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 79

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    16/101

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.

    Latar Belakang

    Pengkajian pembangunan di negara berkembang pada umumnya tidak dapat

    terlepas dari pertimbangan wilayah pedesaan. Hal ini karena sebagian besar penduduk

    negara berkembang masih terkonsentrasi di wilayah pedesaan dengan kondisi

    kesejahteraan yang mayoritas berada dalam kemiskinan (Yustika, 2003). Dalam

    konteks Indonesia, agenda pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2006 difokuskan kepada

    penanggulangan kemiskinan, pengurangan kesenjangan tingkat kesejahteraan,

    peningkatan kesempatan kerja, dan revitalisasi pertanian serta pedesaan (Anugrah,

    2007).

    Masyarakat pedesaan identik dengan komunitas dan kehidupan petani yang

    tidak terlepas dari pola kelembagaan usaha ekonomi pedesaan yang berciri pertanian

    dengan orientasi subsisten (Scott, 1981). Dari segi besarannya, usaha perekonomian

    pedesaan masih didominasi oleh usaha-usaha berskala mikro dan kecil dengan pelaku

    utamanya yaitu petani, buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian,

    pengolah hasil pertanian, pengrajin, buruh serta pengecer. Para pelaku usaha ini pada

    umumnya masih dihadapkan pada permasalahan yang mendasar yaitu terbatasnya

    ketersediaan modal sebagai unsur penting yang mendukung peningkatan produksi

    dan pada gilirannya dapat mengangkat taraf hidup masyarakat pedesaan.

    Keterbatasan modal ini berpotensi membatasi ruang gerak ekonomi masyarakat

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    17/101

    pedesaan. Selain itu, keterbatasan modal juga dapat menjadi awal terjadinya siklus

    kemiskinan pada masyarakat pedesaan yang akan sulit untuk diputus.

    Menjawab permasalahan keterbatasan modal masyarakat pedesaan, serta

    mengingat kemampuan fiskal pemerintah yang semakin berkurang, salah satu jalan

    keluar yang dapat menjadi alternatif sumber dana bagi masyarakat pedesaan

    adalah melalui upaya optimalisasi potensi kelembagaan keuangan. Diantara beragam

    pola kelembagaan keuangan yang berkembang di masyarakat pedesaan, salah satu

    yang dapat dimanfaatkan dan didorong untuk membiayai kegiatan perekonomian di

    pedesaan dengan mayoritas usaha penduduknya masuk dalam segmen mikro adalah

    Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

    LKM diartikan sebagai lembaga penyedia jasa-jasa keuangan kepada nasabah

    berpenghasilan rendah yang meliputi pedagang kecil, pedagang kaki lima, petani,

    penjual jasa dan produsen kecil (Ladgwewood, 1999). LKM juga didefinisikan

    sebagai penyedia jasa keuangan dalam ragam yang luas seperti tabungan, pinjaman,

    pengiriman uang, asurasni untuk rumah tinggal miskin dan berpenghasilan rendah

    (Bank Pembangunan Asia - ADB, 2000). Robinson (1993), menekankan bahwa

    istilah LKM merujuk pada jasa-jasa keuangan berskala kecil terutama kredit dan

    simpanan yang disediakan untuk petani, nelayan, peternak; atau mereka yang

    memiliki usaha kecil/mikro yang memproduksi, mendaur ulang, memperbaiki atau

    menjual barang; menjual jasa; bekerja untuk mendapat upah dan komisi; memperoleh

    penghasilan dari menyewakan tanah, kendaraan, hewan atau mesin dan peralatam

    dalam jumlah kecil. Sintesis dari sejumlah definisi tersebut mengantarkan kepada

    pengartian LKM sebagai suatu lembaga jasa layanan keuangan tabungan dan kredit

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    18/101

    (simpan-pinjam) dalam skala mikro dan kecil yang berlangsung terus menerus

    (berkelanjutan) bagi masyarakat yang mempunyai usaha skala mikro dan kecil.

    Keberadaan dan perkembangan LKM tidak terlepas dari perkembangan Usaha

    Kecil dan Mikro (UKM). Peranan UKM, terutama sejak krisis moneter tahun 1998

    dapat dipandang sebagai pola katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi

    nasional1, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan

    tenaga kerja. Kinerja UKM dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan.

    Membaca Gambar 1. di atas, terlihat bahwa populasi UKM pada tahun 2007

    mencapai 49,8 juta unit usaha atau sebesar 99 persen dari total jumlah unit usaha di

    Indonesia yang berjumlah 49,845 juta unit. Dari jumlah tersebut, lebih dari separuh

    (52,5 persen) populasi UKM yang ada bergerak di sektor pertanian, diikuti sektor

    Susilo Bambang Yudhoyono, Revitalisasi Ekonomi Indonesia (Jakarta: Brigthen press. 2004), hal

    26

    Gambar 1. Komparasi UKM dengan Usaha Berskala Besar

    Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 2007 (diolah)

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    19/101

    perdagangan (28,1 persen) dan sektor industri (19,4 persen). Sedangkan pada usaha

    besar (UB), mayoritas jenis usaha yang ditekuni adalah sektor industri (42,5 persen),

    perdagangan (26,9 persen), dan keuangan (10,6 persen)

    2

    .

    Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi oleh UKM

    terutama terhadap lembaga-lembaga keuangan formal seperti bank, menyebabkan

    mereka bergantung pada sumber-sumber pembiayaan keuangan mikro. Bentuk dari

    sumber-sumber pembiayaan keuangan ini beraneka ragam, mulai dari pelepas uang

    (renteni) hingga berkembang dalam bentuk unit-unit simpan pinjam, koperasi dan

    bentuk-bentuk yang lain.

    Lembaga-lembaga keuangan mikro ini pada prakteknya dipandang lebih

    bermanfaat di kalangan pelaku UKM.Hal ini tidak terlepas dari sifatnya yang lebih

    fleksibel dari segi peraturan peminjamannya. Dalam hal persyaratan dan jumlah

    pinjaman misalnya, LKM memiliki persyaratan yang tidak seketat persyaratan yang

    diterapkan dunia perbankan. Demikian juga dari segi keluwesan proses pencairan

    kredit. Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa keberadaan lembaga-lembaga keuangan

    mikro mampu membaca kebutuhan dan kondisi pelaku UKM yang umumnya

    membutuhkan pembiayaan sesuai skala dan sifat usaha kecil serta jarang memiliki

    syarat-syarat layak pembiayaan (bankable).

    Menempatkan uraian tentang peran, fungsi dan sifat LKM di atas dalam

    konteks ekonomi masyarakat pedesaan, maka menjadi penting untuk dilakukannya

    sebuah upaya revitalisasi kelembagaan LKM. Upaya ini diharapkan dapat mendorong

    2 http://www.endonesia.com/mod.php?=publisher&op=viewarticle&cid=5&artid=1424diakses pada

    tanggal 19 Maret 2009

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    20/101

    perkembangan dan pembangunan ekonomi pedesaan melalui penciptaan pola

    pembiayaan yang kondusif terhadap pertumbuhan usaha mikro. Pada gilirannya,

    diharapkan usaha-usaha berskala mikro yang tumbuh ini dapat menyerap tenaga kerja

    pedesaan yang kemudian diikuti juga oleh peningkatan taraf kesejahteraan

    masyarakat pedesaan.

    1.2. Perumusan Masalah

    Sektor perekonomian pedesaan Indonesia sudah seharusnya menjadi basis bagi

    pengembangan perekonomian nasional. Konsekuensinya, beragam alternatif upaya

    pengembangan menjadi penting untuk dikembangkan demi menopang berjalannya

    perekonomian pedesaan. Saat ini banyak sekali usaha-usaha mikro yang bergerak di

    kawasan pedesaan, namun keterbatasan akses permodalan ditambah budaya

    kewirausahaan yang tidak kondusif menjadi aspek yang senantiasa menghambat

    pertumbuhan sektor perekonomian kawasan pedesaan yang bergerak di sektor

    informal, begitu pun yang terjadi di Desa Pabuaran yang bergerak di sektor informal

    yaitu pengrajin sepatu yang tergabung sebagai unit usaha di Koperasi Kerja Usaha

    Bersama (KKUB) Kramat Jaya. Keterbatasan akses modal ini dalam jangka panjang

    bisa menjadi awal siklus kemiskinan di pedesaan. Pengembangan dan pemberdayaan

    KKUB Kramat Jaya sebagai LKM merupakan langkah tepat dalam menopang

    perekonomian pedesaan, karena LKM telah mengakar dan tumbuh bersama

    perkembangan masyakarat dan mampu memberikan pelayanan yang fleksibel,

    utamanya dalam pembiayaan usaha-usaha yang tidak layak dibiayai menurut lembaga

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    21/101

    keuangan konvensional (non-bankable) begitu pun dengan penerimaan masyarakat

    pengrajin di Desa Pabuaran terhadap KKUB Kramat Jaya yang dapat mengakses dana

    untuk menignkatkan produktivitas para pengrajin sehingga dapat memenuhi

    kebutuhan masyarakat pedesaan dalam menjalankan usahanya. Pada gilirannya hal ini

    juga mendorong perekonomian desa karena tumbuhnya usaha-usaha mikro di

    pedesaan dapat mendorong terbukanya lapangan kerja baru. Berdasarkan uraian

    diatas, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

    1.

    Bagaimana peranan LKM dalam mengembangkan sektor perekonomian desa?

    2.

    Bagaimana strategi pengembangannya LKM dalam menopang pembangunan

    pedesaan?

    1.3. Tujuan Penulisan

    1.

    Menganalisis peranan LKM dalam mengembangkan sektor perekonomian desa.

    2.

    Menentukan strategi yang diperlukan dalam rangka mengembangkan kapasitas

    LKM untuk menopang perekonomian desa.

    1.4. Kegunaan Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai:

    1. Bagi Lembaga Keuangan Mikro

    Sebagai bahan evaluasi bagi Lembaga Keuangan Mikro (koperasi simpan

    pinjam) dalam menjangkau UKM sehingga dapat membangun ekonomi lokal.

    2.

    Bagi Kalangan Akademisi

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    22/101

    Dapat dijadikan topik penulisan untuk menambah informasi, sekaligus dapat

    dijadikan sebagai salah satu bahan bagi penulisan ilmiah terkait.

    3.

    Bagi Masyarakat

    Menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat akan pentingnya kerjasama

    antara masyarakat dan perusahaan serta partisipasi aktif masyarakat dalam

    peningkatan kualitas hidup mereka melalui kegiatan pemberdayaan dan

    pengembangan masyarakat.

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    23/101

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

    1.1

    Tinjauan Pustaka

    1.1.1

    Pembangunan Pedesaan dan Kelembagaan Sektor Finansial

    Perspektif pembangunan (Booke, 1983) menyimpulkan bahwa perekonomian di

    Indonesia terbagi dalam dua sektor, yaitu tradisional dan modern yang tidak saling

    berhubungan untuk mengatasinya, Booke menyatakan bahwa sektor tradisional perlu

    dirangsang dengan adanya insentif ekonomi dan peningkatan teknologi produksi.

    Sebaliknya, Greetz dalam Marshus menyatakan upaya perbaikan macam apapun

    tidak akan berhasil dilakukan. Menurut Scott, persoalan yang berlaku pada

    masyarakat pedesaan adalah rasionalitas sosial yang lebih mementingkan

    kebersamaan ketimbang persaingan. Penetrasi dari luar, baik menyangkut aspek

    kelembagaan maupun teknologi justru akan menimbulkan resistensi.

    Ketidakmampuan untuk menangkap kultur dan nilai-nilai masyarakat desa ini

    lah yang membuat banyak kebijakan yang terkait dengan pembangunan pedesaan

    gagal diterapkan di lapangan. Pada sub-bab ini penulis menyadari bahwa pesoalan

    yang terjadi selama proses pembangunan pedesaan adalah tidak terbangunnya

    kelembagaan sektor ekonomi sebagai instrumen untuk mengatasi kelangkaan modal

    (lack of capital) di wilayah pedesaan. Arah pembangunan pedesaan yang terjadi

    selama beberapa dekade yang disajikan dalam Tabel 1.

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    24/101

    Tabel 1 Aktualisasi Gagasan Pembangunan Pedesaan

    Dekade Isu strategis

    1950-an Modernisasi, model dualisme ekonomi, keterbelakangan pertanian,

    pembangunan komunitas, dan petani malas (lazy peasant)

    1960-an Pendekatan tranformasi, transfer teknologi, mekanisasi, penyuluhan

    pertanian, peranan pertumbuhan pertanian, revolusi hijau (awal) dan

    petani rasional

    1970-an Redistribusi dengan pertumbuhan, kebutuhan dasar, pembangunan

    pertanian yang terintegrasi, kebijakan pertanian oleh negara, kredit

    yang dipacu oleh negara (state-led credit), bias perkotaan, introduksi

    inovasi, revolusi hijau (lanjutan), dan pertumbuhan pedesaan yang

    terkait (rural growth linkages)

    1980-an Penyesuaian struktural, pasar bebas, kebijakan harga yang tepat,

    meminimalisasi peran negara, meningkatkan peran NGOs, rapid rural

    appraisal, penelitian sistem pertanian, analisis ketahanan pangan dan

    kelaparan, pembangunan pedesaan sebagai proses, perempuan dan

    pembangunan, dan pengentasan kemiskinan

    1990-an Kredit mikro, participatory rural approach, pembangunan pedesaan,

    analisis stakeholders, jaring pengaman pedesaan, gender dan

    pembangunan, lingkungan dan kesinambungan, dan pengurangan

    kemiskinan

    2000-an Penghidupan yang berlanjut (sustainable livelihoods), tata kelola yang

    baik, desentralisasi, kritik terhadap partisipasi, pendekatan sektoral

    yang diperluas, perlindungan sosial dan pemusnahan kemiskinan

    Sumber: Ellis dan Biggs, 2001: 439 dalam Yustika 2008

    Berdasarkan perkembangan pembangunan pedesaan yang terjadi selama

    beberapa dekade ini, terlihat bahwa fase-fase tersebut mengidentifikasikan proses

    komersialisasi pedesaan. Proses pertumbuhan ini kian menjepit posisi orang-orang

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    25/101

    pedesaan, kondisi ini memberi gambaran bahwa penduduk yang tinggal di wilayah

    pedesaan justru mengalami kemerosotan daya hidup secara terus menerus karena

    tekanan dari dua ujung, yaitu kebijakan pemerintah yang semakin bias perkotaan dan

    tekanan pasar. Maka itu diperlukan upaya agar penduduk pedesaan bisa lepas dari

    komersialisasi ini, yaitu dengan cara menguatkan sistem produksi dan pengolahan

    yang berbasis tradisional sehingga masyarakat pedesaan tidak melulu ada dalam

    posisi subordinat (Yustika, 2008). Persoalan ini sebenarnya dapat diatasi dengan

    adanya modal yang berputar di dalam sistem produksi dan pengolahan. Namun

    sayangnya keterbatasan modal merupakan persoalan paling rumit di wilayah

    pedesaan. Keterbatasan modal menyebabkan aktivitas ekonomi tidak berjalan, tidak

    berjalannya aktivitas ekonomi menyebabkan masyarakat berada dalam posisi

    subordinat tadi. Berbekal dari situasi ini, sudah seyogyanya para perumus kebijakan

    pembangunan pedesaan mengawinkan kelembagaan sektor finansial dengan

    kebijakan pemerintah agar mampu menggerakkan kegiatan ekonomi di wilayah

    pedesaan, khususnya usaha mikro.

    Secara umum persoalan lembaga keuangan di pedesaan dapat didentifikasikan

    menjadi tiga aspek berikut (Yustika, 2008):

    1.

    Masalah akses kredit. Karakteristik masyarakat pedesaan dengan skala usaha

    kecil (subsisten) menyebabkan mereka tidak memiliki asset yang mencukupi

    untuk digunakan sebagai agunan. Akibatnya, akses kredit mereka ke lembaga

    keuangan formal menjadi sangat terbatas.

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    26/101

    2.

    Posisi tawar dan informasi masyarakat pedesaan yang sangat rendah

    menyebabkan rawan terhadap praktik manipulasi dari lembaga keuangan

    formal maupun semi-formal. Bentuk manipulasi itu bermacam-macam,

    misalnya pengenaan suku bunga lebih tinggi dari kebijakan pemerintah

    maupun pemberian kredit yang sangat terlambat sehingga mengganggu usaha

    yang telah direncanakan.

    3. Informasi yang asimetris (asymmetric information) dari pemberi

    pinjaman/kredit terhadap peminjam (borrower).

    Pada umumnya, lembaga keuangan di pedesaan dibedakan dalam tiga jenis: (i)

    lembaga keuangan formal; (ii) lembaga keuangan semi-formal; (iii) lembaga

    keuangan mikro; dan (iv) lembaga keuangan swadaya, prinsip lembaga ini adalah

    adanya rotasi tabungan dan asosiasi kredit, dimana anggota kelompok berkontribusi

    secara regular untuk memberikan dana kepada salah satu atau anggota berdasarkan

    kesepakatan perputaran atau tabungan dana kelompok kredit. Dalam masyarakat

    lembaga ini sering disebut dengan arisan. Lembaga keuangan dikatakan formal jika

    lembaga tersebut secara operasional diatur dalam Undang-Undang perbankan dan

    disupervisi oleh bank sentral. Sedangkan lembaga keuangan semi-formal adalah

    lembaga keuangan yang tidak diatur dalam UU, tetapi disupervisi dan diregulasi oleh

    agen pemerintah maupun bank sentral. Lembaga keuangan mikro beroperasi di luar

    regulasi dan supervisi lembaga pemerintah.

    Lembaga keuangan mikro bukan sekedar menyediakan uang (cash) untuk

    keperluan transaksi, tetapi kadang-kadang menyediakan pinjaman dalam bentuk

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    27/101

    barang (in-kind). Karakter yang fleksibel, biasanya lembaga keuangan mikro ini

    memiliki daya tahan yang kuat untuk hidup di wilayah pedesaan. Karena lembaga

    keuangan mikro ini bersifat sangat fleksibel dalam artian memiliki hubungan personal

    antara kreditor dan debitor dan nyaris tidak ada persyaratan administrasi yang

    dibutuhkan. Tidak ada kontrak maupun persyaratan sejumlah agunan seperti pada

    lembaga keuangan formal. Segala kemudahan inilah lembaga keuangan mikro sangat

    diterima di kalangan pedesaan.

    1.1.2Eksistensi Usaha Kecil dan Mikro

    Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha Kecil

    Menengah (UKM), yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya3. Menurut

    Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan

    UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro

    (UM), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak

    Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki

    penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Badan Pusat Statistik (BPS)

    memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil

    merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja lima sampai dengan 19

    orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga

    kerja 20 sampai dengan 99 orang . Usaha mikro (UM) merupakan jenis usaha skala

    kecil yang umumnya bergerak di sektor informal, seperti pedagang kaki lima, penjual

    Diakses tanggal 13 April 2009, http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/keragaman-definisi-ukm-

    di-indonesia/

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    28/101

    !

    "# !

    "#

    $! % &

    !

    $!

    sayur, petani kecil dan usaha rumah tangga. Menurut Robinson (2000) UM

    didefinisikan sebagai economically active poor (masyarkat miskin yang masih aktif

    secara ekonomi). Menurut UU Nomor 20 tahun 2008 kriteria usaha mikro, kecil dan

    menengah secara lengkap pada Tabel 2.

    Tabel 2.Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    Kriteria Mikro Kecil Menengah

    Kekayaan Bersih Rp 50 juta > Rp 50 juta Rp 500 juta > Rp 500 juta Rp 10 miliar

    Penjualan Tahunan

    Bersih

    Rp 300 juta > Rp 300 Rp 2,5 miliar > Rp 2,5 miliar Rp 50 miliar

    Sumber: UU Nomor 20 Tahun 2008

    Data Kementrian KUKM menunjukkan bahwa perkembangan UKM terus

    meningkat. Jumlah unit UKM sempat turun dari 39,7 juta pada tahun 1997 menjadi

    36,7 juta pada tahun 1998, namun kemudian meningkat 44,7 juta unit pada tahun

    2005 dan meningkat lagi menjadi 49,8 juta pada tahun 2007. Tabel mengenai peranan

    UKM dalam perekonomian nasional tahun 2005 dan 2007 dapat dilihat pada Gambar

    2.

    Sumber: Kementrian KUKM dan BPS dalam BPS (2008)

    Gambar 2. Peranan UKM dalam Perekonomian Nasional pada Tahun 2005 dan 2007

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    29/101

    Peranan UKM dalam perekonomian Indonesia pada tahun 2007,

    mengidentifikasikan pula bahwa jumlah usaha mikro sekitar 47,7 juta unit usaha atau

    95,7 persen total UKM, menyerap hampir 77 juta orang atau 81,7 persen dari total

    tenaga kerja, namun sumbangan ekspornya hanya sekitra 5 persen dari total ekspor

    non migas pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mikro cukup berperan

    dalam perekonomian nasional.

    Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu

    memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada

    masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan

    pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam

    mewujudkan stabilitas nasional4. Selain itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

    adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan

    utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud

    keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa

    mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik Negara (Undang-Undang

    No. 20 Tahun 2008).

    Posisi seperti ini menenempatkan usaha mikro sebagai jalur utama dalam

    pengembangan sistem ekonomi kerakyatan (Wiyono, 2003). Proses pengembangan

    usaha mikro sebagai manifestasi perkembangan ekonomi lokal dan penganggulangan

    kemiskinan menjadi sangat penting sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah.

    Proses ini tidak akan berjalan dengan baik kalau penguatan peran usaha mikro di

    tingkat lokal tidak diikutsertakana sebagai pihak berkepentingan utama. Penguatan

    " ' %' (

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    30/101

    peran pengusaha mikro tersebut mempunyai arti strategis bagi kesejahteraan

    masyarakat setempat, sekaligus sebagai penggerak perekonomian daerah dan

    transformasi sosial ekonomi dalam komunitas lokal. UKM bisa dikatakan merupakan

    salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni

    dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik

    informal. Maka persoalan pengangguran sedikit banyak dapat tertolong dan

    implikasinya adalah juga dalam hal pendapatan.

    Maka itu pemberdayaan UKM dinilai menjadi sangat strategis karena

    potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan

    sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

    meningkatkan kesejahteraannya.

    1.1.3Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia

    Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia menurut Bank Pembangunan

    Asia dan Bank Dunia (Gunawan, 2007) memiliki ciri utama, yaitu:

    1.

    Menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan yang relevan atau sesuai

    dengan kebutuhan riil masyarakat

    2.

    Melayani kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah

    3. Menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel agar

    lebih mudah dijangkau oleh masyarakat miskin yang membutuhkan

    Kusmoljono (2009) mengatakan bahwa LKM sebagai lembaga penyedia jasa

    keuangan alternatif perlu memperhatikan sustainabilitas usahanya agar mampu

    memberikan manfaat yang optimal bagi masyarkat miskin dan usaha mikro dalam

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    31/101

    jangka panjang. Tujuan ini hanya dapat dicapai apabila layanan jasa keuangan LKM

    sesuai dengan waktu, tempat, jenis kegiatan ekonomi, dan tingkat perkembangan

    ekonomi masyarakat. LKM secara internal juga harus mulai menerapkan standar tata

    kelola perusahaan yang sesuai dengan perkembangan usahanya.

    Menurut Sumodiningrat (2003), untuk mengatasi hambatan permodalan UM,

    pendekatan yang perlu dilakukan adalah jasa keuangan mikro (microfinance). LKM

    memiliki kelebihan yang paling nyata, yaitu prosedurnya yang sederhana, tanpa

    agunan, hubungannya yang cair (personal relationship), dan waktu pengembalian

    kredit yang fleksibel (negotiable repayment). Karakteristik itu sangat sesuai dengan

    ciri pelaku ekonomi di pedesaan (khususnya di sektor pertanian) yang memiliki asset

    terbatas, tingkat pendidikan rendah dan siklus pendapatan yang tidak teratur

    (bergantung panen).

    Karakter perdesaaan seperti itulah yang ditangkap dengan baik oleh pelaku

    lembaga keuangan mikro, sehingga eksistensinya mudah diterima oleh masyarakat

    kecil. TAP MPR No XVI tahun 1998 menetapkan bahwa pengusaha ekonomi lemah

    harus dibantu dan diberikan proritas dalam pengembangan usahanya, selain itu

    perbankan dan lembaga keuangan wajib memberikan peluang sebesar-besarnya bagi

    usaha kecil dan Mikro. Dengan mempertimbangkan sebagian besar penduduk

    Indonesia adalah kelompok berpenghasilan rendah, pengusaha kecil dan mikro dan

    tinggal di pedesaan yang tidak terlayani oleh pelayanan jasa bank umum, maka

    lembaga keuangan mikro memiliki peluang besar untuk mengembangkan usahanya

    dengan melayani pangsa pasar tersebut (Ahlam, 2005).

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    32/101

    Pemahaman pada bentuk dan struktur institusional LKM akan membantu

    memahami peran LKM dalam pembanguna ekonomi dan kinerja mereka.

    Berdasarkan tingkat formalitasnya, LKM dapat di kelompokan menjadi tiga bentuk

    5

    ,

    (i) Institusi Formal: lembaga keuangan yang di sahkan oleh pemerintah dan terikat

    oleh peraturan dan pengawasan oleh pemerintah, didalamnya termasuk BRI Unit

    Desa, Bank-Bank Perdesaan, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). (ii) Institusi

    Informal : terdiri dari perantara yang beroprasi di luar kerangka peraturan dan

    pengawasan pemerintah seperti arisan, rentenir bahkan tokon kelontong pun masuk

    didalamnya. (iii) Institusi Semiformal: terdiri dari lembaga yang tidak di atur oleh

    otoritas perbankan tetapi terdaftar atau memper

    oleh izin langsung dari pemerintah daerah seperti Koperasi Simpan Pinjam

    (KSP), Koperasi Unit Desa (KUD), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Program

    IDT dan lainnya.

    1.1.4

    Kredit Mikro

    Indonesia memiliki sejarah panjang dan kaya akan ragam modal pembiayaan

    mikro. Pengalaman dan kekayaan ini meliputi jenis produk pembiayaan mikro

    maupun lembaga pelaksananya, bahkan juga sejarah pengenalannya kepada

    masyarakat. Oleh karena itu kekayaan ini tidak bakal dibiarkan begitu saja dan disia-

    siakan untuk tidak diberikan tempat terhormat untuk dikembangkan. Desakan akan

    pentingnya pengembangan ini akan semakin terasa setelah krisis perbankan melanda

    Indonesia, sehingga perbankan lumpuh dan tidak dapat menjadi lembaga yang efektif

    ) *+,- .'/ & 012 3'& (4

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    33/101

    lagi. Memang disadari bahwa pengertian kredit mikro dapat diartikan bermacam-

    macam, karena memang produk kredit mikro sendiri tidak homogen dan lembaga

    pelaksanaannya juga bermacam-macam ditinjau dari segi sifat dan status legalnya.

    Perkreditan mikro selain dilihat dari segi produk dan kelembagaannya juga dapat

    dilihat dari segi permintaan dan penawaran atau dari sudut sumber dan

    penggunaan. Gambaran ini akan menjelaskan pembagian kerja fungsional antar

    lembaga perkreditan mikro dengan berbagai kelompok sasaran berdasarkan tingkat

    pendapatan dan bahkan dapat sangat terkait dengan penggunaan kredit. Pendekatan

    ini sekaligus untuk memahami dinamika perkembangan lembaga perkreditan mikro

    bagi pengembangan ekonomi rakyat. Ahlam (2005) menjelaskan pada dasarnya kredit

    dapat dibedakan dalam dua sifat penggunaan yaitu kredit produktif dan kredit

    konsumtif, yaitu:

    1.

    Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan kepada nasabah untuk

    memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

    2. Kredit produktif adalah kredit yang ditujukan untuk keperluan usaha nasabah

    agar produktifitas akan bertambah meningkat. Bentuk kredit produktif dapat

    berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja, karena kedua kredit

    tersebut diberikan ke nasabah untuk meningkatkan produktifitas usahanya.

    Pengertian kredit menurut Eric L. Kohler (1996) dalam Ahlam (2005) adalah

    kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau melabakan suatu pinjaman

    dengan janji bahwa waktu pembayaraanya ditangguhkan pada suatu jangka waktu

    yang telah disepakati. Dalam Undang-Undang No 7 tahun 1992 pasal 1 butir 12

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    34/101

    pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

    dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

    dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjan untuk melunasi utangnya setelah

    jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil

    keuntungan.

    Keberadaan LKM belum mendapat tempat yang jelas dalam perekonomian

    nasional sebagaimana lembaga keuangan lainnya seperti perbankan, asuransi, dan

    perusahaan pembiayaan. LKM sendiri belum memiliki payung hukum yang benar-

    benar menjamin perkembangannya. Upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan

    oleh pemerintah selama ini lebih menitikberatkan bentuk-bentuk transfer atau subsidi,

    padahal dalam rantai kemiskinan tidak selalu harus diatasi dengan cara tersebut.

    Aspek yang lebih penting adalah memutus mata rantai kemiskinan yang dapat

    dilakukan antara lain dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat

    miskin menjadi produktif, sehingga sangat relevan jika mengupayakan LKM sebagai

    salah satu pilar sistem keuangan nasional. Lembaga keuangan mikro ini mempunyai

    peran besar dalam menumbuhkan calon-calon pengusaha ditingkat desa,

    meningkatkan produktivitas usaha kecil masyarakat pedesaan, serta menunjang

    program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan.

    2.1.5Kaitan Lembaga Keuangan Mikro dan Ekonomi Pedesaan

    Sesuai dengan pencitraan pedesaan pada umumnya, masyarakat pedesaan

    identik dengan para petani dan kehidupan para petani. Oleh karena itu kehidupan

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    35/101

    pedesaan tidak lepas dari perilaku ekonomi yang khas dari keluarga petani yaitu pola

    ekonomi yang berorientasi subsisten (Scott, 1981), dengan pelaku utama para petani,

    buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian,

    serta industri rumah tangga. Para pelaku usaha ini pada umumnya masih dihadapkan

    pada permasalahan klasik yaitu terbatasnya ketersediaan modal. Sebagai unsur

    esensial dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat

    pedesaan, keterbatasan modal dapat membatasi ruang gerak aktivitas sektor pertanian

    dan pedesaan. Kehadiran LKM dibutuhkan paling tidak karena dua hal (Pantoro,

    2008). Pertama, sebagai salah satu instrumen dalam rangka mengatasi kemiskinan.

    Masyarakat miskin pada umumnya mempunyai usaha skala mikro. Terminologi

    World Bank, mereka disebut sebagai economically active pooratau pengusaha mikro.

    Dalam konfigurasi perekonomian Indonesia, lebih dari 90persen unit usaha

    merupakan usaha skala mikro. Mengembangkan usaha skala mikro merupakan

    langkah strategis karena akan mewujudkan broad bases development atau

    development through equity. Mereka membutuhkan permodalan guna

    mengembangkan kapasitas usahanya. melalui peningkatan usaha secara efektif akan

    mengatasi kemiskinan yang diderita oleh mereka sendiri dan diharapkan dapat

    membantu masyarakat dalam kategori fakir miskin. Pada sisi lain, skim keuangan

    mikro sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah. Kedua,

    LKM dibutuhkan karena menjadi salah satu instrumen pengembangan pasar

    keuangan mikro.

    Secara pragmatis, pasar keuangan mikro merupakan aspek keuangan dari semua

    proses ekonomi di segmen mikro yang meliputi segala sesuatu yang menyangkut

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    36/101

    tabungan dan kredit usaha. Pada pemahaman ini dicantumkan kata tabungan dan

    kredit, guna menghindarkan pemahaman sempit seolah-olah di segmen mikro pelaku-

    pelaku usahanya hanya membutuhkan kredit, melupakan bahwa mereka mempunyai

    potensi menabung, dan dapat diberdayakan mempunyai kemampuan menabung.

    Pendek kata, pada pasar keuangan mikro terdapat potensi besar dalam hal penawaran

    (tabungan) dan permintaan (kredit). Berdirinya LKM merupakan jawaban dari kurang

    pekanya lembaga keuangan formal dalam merangkul UKM, sehingga peranannya

    bisa dibilang sebagai katup penyelamat dalam proses pembangunan ekonomi

    pedesaan.

    1.2 Kerangka Pemikiran

    Agenda pembangunan Indonesia seperti yang tertuang dalam RPJM tahun 2006

    saat ini difokuskan pada pengentasan kemiskinan, pengurangan kesenjangan dan

    peningkatan kesempatan kerja. Memang menjadi hal yang sangat sulit, karena

    berkaca pada krisis global yang sedang dialami oleh dunia. Maka pemerintah

    menggenjot kembali vitalitas pertanian dan pedesaan yang sempat ditinggal pada

    masa lepas landas menuju industri. Revitalisasi pertanian dan pedesaan ini

    diwujudkan dengan merevitalisasi juga kelembagaan ekonomi di tingkat lokal.

    Kegiatan perekonomian di pedesaan masih didominasi oleh usaha-usaha skala

    mikro dan kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani, pedagang sarana

    produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian, serta industri rumah tangga.

    Namun demikian, para pelaku usaha ini pada umumnya masih dihadapkan pada

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    37/101

    permasalahan klasik yaitu terbatasnya ketersediaan modal. Maka peranan LKM

    sangat diperlukan dalam menumbuhkembangkan UKM dan memenuhi kebutuhan

    dasarnya.

    : Fokus Kajian

    : Batasan Kajian

    : Hubungan langsung

    Gambar 3. Kerangka Pemikiran Peranan LKM dalam Pembangunan Ekonomi

    Pedesaan

    Pembangunan

    Ekonomi

    Ekonomi

    Eksternal:

    Aparat

    Pemerintah

    Dinas

    Koperasi

    Undang-Undang

    Internal:

    Struktur

    Organisasi

    SDM

    pengelola

    UKM danLKM

    Strategi

    pengembangan

    Lembaga

    InformalLembaga

    formal

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    38/101

    1.3 Hipotesa

    Berdasarkan perumusan masalah didapatkan hipotesis pengarah sebagai berikut:

    1.

    LKM berperan dalam mengembangkan desa di sektor perekonomian melalui

    terbentuknya UKM-UKM sehingga tercipta lapangan kerja dan mampu

    menyerap tenaga kerja lokal.

    2.

    Perbaikan manajemen adalah salah satu langkah dari strategi pengembangan

    bagi eksistensi LKM.

    3.

    Faktor internal LKM berperan dalam menopang ekonomi pedesaan

    4.

    Faktor eksternal berperan terhadap terjadinya dinamika dalam LKM

    1.4 Definisi Konseptual

    1.

    Pembangunan nasional, meliputi pengentasan kemiskinan, pengurangan

    kesenjangan dan meningkatkan kesempatan kerja yang merupakan fokus

    utama dari agenda pembangunan di Indonesia.

    2. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, memvitalkan kembali pertanian dan

    pedesaan dalam rangka menjalankan agenda pembangunan Indonesia.

    3.

    Kelembagaan ekonomi, merupakan kelembagaan yang terbentuk berdasarkan

    kebutuhan masyarkat dalam lingkup perekonomian

    4.

    Lembaga keuangan, sebuah lembaga yang kegiatannya dibidang keuangan,

    menaruh uang dari dan menyalurkannya ke masyarakat. Artinya kegiatan

    yang dilakukan lembaga keuangan selalu berhubungan dengan bidang

    keuangan

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    39/101

    5.

    Lembaga keuangan formal, lembaga keuangan yang secara operasional diatur

    dalam Undang-Undang perbankan dan disupervisi oleh bank sentral yang

    disertai dengan aturan dan birokrasi sehingga sulit dijangkau oleh UKM

    6. Lembaga keuangan mikro (LKM), lembaga informal yang belum memiliki

    payung hukum dan bersifat fleksibel dan mudah dijangkau oleh UKM

    7.

    Usaha Kecil dan Mikro (UKM), usaha yang dilakukan di kalangan masyarakat

    golongan miskin dan bergerak di sektor informal

    8.

    Koperasi Kerja Usaha Bersama (KKUB) Kramat Jaya adalah salah satu LKM

    semi formal dalam bentuk koperasi simpan pinjam

    1.5 Definisi Operasional

    1.

    Bobot: nilai yang diberikan oleh informan berdasarkan tingkat kepentingan

    relatif dari masing-masing informan

    2.

    Rating: peringkat yang diberikan informan berdasarkan pandangan objektif

    terhadap faktor internal dan faktor eksternal

    3. Scoreadalah perkalian antara bobot dan rating

    4.

    Faktor internal adalah merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada

    untuk mencapai tujuan organisasi

    5. Faktor eksternal adalah kondisi yang ada dan kecenderungan yang muncul

    dari luar berupa peluang dan ancaman, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja

    organisasi.

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    40/101

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Metode Penelitian

    Subjek tineliti dalam penelitian ini didekati melalui pendekatan kualitatif dan

    kuantitatif. Penggunaan kedua pendekatan ini terkait dengan aspek spesifik dalam

    fokus subjek yang hendak dikaji. Pendekatan kualitatif digunakan karena dianggap

    mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci berkaitan dengan suatu

    peristiwa atau gejala sosial yang dalam hal ini berupa perkembangan dan dinamika

    LKM yang ditempatkan dalam konteks pembangunan ekonomi pedesaan khususnya

    pada proses pengembangan UKM dan penyerapan tenaga kerja pedesaan. Pendekatan

    kualitatif digunakan untuk mengetahui kondisi permasalahan penelitian yang

    didasarkan pada pembentukan pemahaman yang diikat oleh teori terkait dan

    penafsiran peneliti atas fakta kajian6. Data yang dihasilkan melalui pendekatan ini

    merupakan hasil pengamatan dari kegiatan penelitian terhadap LKM terkait. Data

    tambahan yang berkaitan dengan topik penelitian didapatkan melalui studi dokumen

    yang relevan dengan fokus penelitian.

    Studi dokumen digunakan untuk mengumpulkan semua data dan informasi

    yang terkait dengan gambaran umum Desa Pabuaran, potensi ekonomi Desa

    Pabuaran, dan Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya untuk bisa melihat

    perkembangannya. Pemanfaatannya diarahkan untuk memperkaya substansi temuan

    Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data

    deskriptif yang bersumber dari kata-kata lisan atau tulisan dari manusia atau tentang perilaku

    manusia yang dapat diamati (Taylor dan Bogdan, 1984 dalamSitorus, 1998).

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    41/101

    pendekatan kualitatif maupun untuk memperkuat basis teoritis kajian. Data yang

    diperoleh secara kualitatif di lapangan akan dikuantifikasi dengan alat analisis yang

    digunakan yaitu SWOT menjadi faktor eksternal (faktor di luar sistem) dan faktor

    internal (faktor di dalam sistem) yang dijabarkan dalam bentuk kuesioner dan

    kuesioner akan diuji pada responden ahli sehingga hasil perhitungan yang diperoleh

    merupakan hasil yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan.

    3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di lokasi Koperasi Kelompok Usaha Bersama (KKUB)

    Kramat Jaya, yang berada di Jalan Raya Pabuaran kampung Kramat Rt 03 Rw 04,

    Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Lokasi ini diambil karena peneliti telah

    mengetahui kondisi dan mengenal KKUB Kramat Jaya dengan baik dan letaknya

    dapat dijangkau oleh peneliti. Selain itu KKUB Kramat Jaya dinilai ideal untuk

    dijadikan objek penelitian karena mengepalai 13 UKM yang bergerak di Desa

    Pabuaran yang berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian lokal Desa

    Pabuaran, khususnya RW 04. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yang

    dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2009. Tahap pertama yaitu

    pengumpulan literatur. Tahap kedua yaitu penyusunan proposal penelitian. Tahap

    ketiga yaitu pengumpulan data untuk pencapaian penelitian. Sedangkan penelitian

    tahap keempat yaitu pengolahan data sampai penyelesaian draft penelitian.

    3.2 Teknik Pengumpulan Data

    Data kualitatif yang dihasilkan selama penelitian ini dapat dikelompokkan ke

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    42/101

    dalam tiga kategori, yaitu:

    a. Data hasil pengamatan: tulisan dalam bentuk deskripsi mengenai situasi,

    kejadian/peristiwa, orang-orang, interaksi dan perilaku yang diamati secara

    langsung di lapangan, yang disajikan dalam bentuk catatan lapang, saat

    penulis melakukan pengamatan, data hasil pembicaraan berupa kutipan

    langsung dari pernyataan respondenyang menjadi tineliti dalam penelitian ini,

    mengenai pengalaman, sikap, keyakinan dan pandangan/pemikiran mereka

    dalam kesempatan wawancara dengan peneliti maupun saat melakukan

    kelompok diskusi terarah.

    b. Data tertulis: petikan atau keseluruhan bagian dari dokumen yang berkaitan

    dengan keberadaan UKM dan LKM yang dikeluarkan oleh badan-badan

    resmi.

    Data primer dikumpulkan dari kepala UKM meliputi karakteristik individu,

    jenis usaha dan persepsinya terhadap LKM sedangkan dari pengurus LKM terkait

    dengan profil pengorganisasian yaitu pengkategorian LKM, historis pembentukan,

    dimensi organisasi LKM, pengembangan skema perkreditan, dan unsur-unsur

    keberlanjutannya. Pengumpulan data dilakukan melalui kombinasi pendekatan

    wawancara individual (indepth interview) telaah mendalam dilakukan kepada

    pengelola KKUB dan aparat pemerintahan Kecamatan Kemang dan Desa Pabuaran

    serta dilakukan juga diskusi kelompok terarah dalam pengumpulan data yang

    diberikan kepada pengelola KKUB dan UKM. Data sekunder dikumpulkan dari

    berbagai sumber kepustakaan dan pelaporan yang terkait dengan KKUB Kramat Jaya.

    Data sekunder yang digunakan meliputi data monografi Kecamatan Kemang, data

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    43/101

    monografi Desa Pabuaran, Program Jangka Menengah Badan Keswadayaan

    Masyarakat (BKM) Sabanda Sariksa dan Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya.

    Tabel 3.Teknik Pengumpulan dan Jenis Data

    no Tujuan Penelitian Aspek Kajian Data

    Jenis Sumber

    1 Gambaran umum

    desa Pabuaran, peta

    ekonomi, dan

    sejarah

    terbentuknya

    KKUB Kramat

    Jaya

    Gambaran Umum Desa

    Pabuaran

    Primer:

    Wawancara,

    Observasi

    Aparat pemerintah

    Kecamatan Kemang, Desa

    Pabuaran

    Sejarah terbentuknya KKUB

    Kramat Jaya

    Sekunder: Data monografi,

    kependudukan, laporan

    Tahunan KKUB Kramat

    Jaya

    3 Mengetahui

    Peranan LKM didesa Pabuaran

    Kinerja LKM bagi desa

    Pabuaran dalam bidangekonomi

    Primer:

    IndepthInterview

    Pengelola KKUB Kramat

    Jaya, UKM, Aparat desa

    Kinerja LKM bagi desa

    Pabuaran dalam bidang sosial

    Sekunder Laporan Tahunan KKUB

    Kramat Jaya

    4 Strategi

    pengembangan

    Faktor internal dan faktor

    eksternal

    Primer: FGD,

    indepth

    interview

    Pengelola KKUB Kramat

    Jaya, UKM, dan Aparat

    Pemerintah Kecamatan

    Kemang dan Desa Pabuaran

    3.3 Teknik Analisis Data

    Analisis SWOT

    Metode SWOT adalah salah satu alat identifikasi berbagai variabel secara

    sistematis yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

    (Strength) dan peluang (Opportunities) namun secara bersamaan dapat

    meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Penelitian ini

    menggunakan data primer yang didapat dengan menggunakan data kualitatif yang

    diolah menjadi beberapa anak faktor. Olahan analisis SWOT melibatkan beberapa

    stakeholders yang terlibat dalam KKUB Kramat Jaya. Analisis berdasarkan posisi

    koordinat SWOT dari matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) dan

    matriks EFAS (External Factors Analysis Summary). Matriks SWOT memiliki empat

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    44/101

    kuadran berdasarkan pembagian S-W-O-T yang merupakan empat set kemungkinan

    strategi, setelah koordinat SWOT diketahui kemudian akan dikelompokkan

    berdasarkan tipologi strategi untuk memperoleh arahan kebijakan yang tepat dalam

    pengembangan LKM, khususnya LKM di lokasi penelitian.

    Secara umum dikatakan kekuatan, apabila kondisi internal tersebut menjadi

    pendorong keberhasilan sistem dan kelemahan apabila kondisi internal tersebut

    menjadi hambatan bagi sistem. Sedangkan peluang, apabila kondisi eksternal menjadi

    pendorong keberhasilan sistem dan ancaman, apabila kondisi eksternal menjadi

    hambatan keberhasilan sistem. Dalam penelitian ini, peneliti meminta pendapat dari

    pandangan objektif Sekretaris Bidang Ekonomi Kecamatan Kemang, Sekretaris

    Camat, Sekretaris Bidang Perekonomian Desa Pabuaran, dan pengurus inti dari

    KKUB Kramat Jaya guna menelusuri S-W-O-T dari KKUB

    Tujuan: Keberhasilan dan Kelanjutan

    Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro

    Level 1: Variabel Internal Variabel eksternal

    Level 2: Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

    Sumber: Rangkuti, 2005

    Gambar 4. Alur Analis SWOT

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    45/101

    Jika bobot dan rating telah ditentukan, maka data-data tersebut dapat diolah

    menjadi arahan strategi pengembangan LKM dengan menggunakan analisis SWOT.

    Matriks SWOT merupakan matching tools yang penting untuk membantu LKM

    dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu:

    1.

    SO Strategies : dimana kekuatan internal sistem digunakan untuk meraih

    peluang-peluang yang ada di luar sistem

    2. WO Strategies: bertujuan untuk memperkecil kelemahan internal sistem

    dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal

    3. ST Strategies : dimana sistem berusaha agar mampu menghindari atau

    mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal

    4. WT Strategies : merupakan taktik untuk bertahan yang diarahkan untuk

    mengurangi kelemahan-kelembahan internal dan menghindari dari ancaman-

    ancaman lingkungan

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    46/101

    (

    "%5

    %)

    "6&,6

    "

    "&

    "

    1

    BAB IV

    GAMBARAN UMUM DESA PENELITIAN

    4.1

    Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Desa Pabuaran merupakan satu dari sembilan desa yang tergabung dalam

    Kecamatan Kemang. Berdasarkan data Sensus daerah, 2007 jumlah penduduk bekerja

    tergambar dalam gambar dibawah ini.

    Sumber : Laporan Sensus Daerah Kecamatan Kemang, 2007 (diolah)

    Gambar 5. Jumlah Penduduk menurut Pekerjaan Utama

    Berdasarkan Gambar 5. Jumlah penduduk Desa Pabuaran mayoritas bekerja di

    sektro informal sebagai peternak dan buruh, padahal berdasarkan kajian yang

    ditemukan di lapangan7, Desa Pabuaran memiliki potensi dalam pengembangan usaha

    mikro dengan basis pengrajin sepatu yang merupakan warga asli Desa Pabuaran

    namun hal tersebut tidak tercantum pada sensus data jumlah penduduk menurut

    pekerjaan oleh pihak Kecamatan Kemang. Perbedaan data ini didapat dari dua

    " '/ - '

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    47/101

    Desa Pabuaran, RW 04

    (Lokasi Penelitian)

    institusi, gambar diatas diperoleh dari laporan tahunan Kecamatan Kemang dan data

    monografi Desa Pabuaran.

    Sumber : BKM Mitra Sejahtera, PNPM-MP 2008

    Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

    4.2 Letak dan Keadaan Alam

    Desa Pabuaran merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Kemang

    Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 378 hektar, dengan ketinggian 300 meter

    diatas permukaan laut, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut ;

    Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pondok Udik

    Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kemang

    Sebelah selatan berbatasan dengan PTP Perkebunan Sawit Cimulang

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    48/101

    (

    "'&'

    .7'

    56

    1

    "''

    "&/

    "&&

    "

    5&

    Sebelah barat berbatasan dengan Desa Candali, dan barat laut Desa Tegal.

    Jarak dari kantor Desa ke Ibu Kota Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Ibu Kota

    Negara adalah sebagai berikut ;

    Dari Kantor Desa ke Kecamatan : 3,5 kilometer

    Dari Kantor Desa ke Kabupaten : 18 kilometer

    Dari Kantor Desa ke Ibu Kota Propinsi : 140 kilometer

    Dari Kantor Desa ke Ibu Kota Negara : 60 kilometer

    Peruntukan penggunaan lahan di Desa Pabuaran sebagian besar digunakan

    sebagai perumahan pemukiman perumahan dan selanjutnya diperuntukkan untuk

    menopang perekonomian masyarakat Desa Pabuaran yaitu areal persawahan dan

    lading, peruntukkan lahan di Desa Pabuaran seperti daerah perdesaan pada umumnya

    yang terdiri dari tempat tinggal dan tempat usaha mereka, untuk bisa memenuhi

    kebutuhan hidupnya dari ladannya.

    Sumber: Data Monografi Desa Pabuaran 2008 (diolah)

    Gambar 7. Peruntukkan Lahan Desa Pabuaran

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    49/101

    Selain pemukiman dan sawah, lahan di Desa Pabuaran juga diperuntukkan

    untuk sarana dan prasarana penunjang kehidupan Desa Pabuaran antara lain berupa

    jalan sebagai sarana penunjang transportasi yang membuka mobilitas sosial warga

    Desa Pabuaran, sarana peribadatan yang terdiri dari 8 masjid, enam belas mushola

    karena mayoritas penduduknya beragama Islam dan 2 bangunan gereja. Selain itu

    Desa Pabuaran memililiki areal pemakaman seluas 8 hektar yang diperuntukkan

    untuk tanah pemakaman keluarga, serta fasilitas perkantoran pemerintahn desa dan

    fasilitas pendidikan sekolah dasar/sederajat sampai sekolah menengah

    pertama/sederajat.

    4.3 Kependudukan

    Jumlah penduduk Desa Pabuaran sampai dengan akhir bulan November 2008

    yang tercatat dalam Sensus Daerah Kecamatan Kemang tercatat sebanyak 9.963 jiwa,

    yang terdiri dari jumlah 2.556 Kepala Keluarga (KK). Jumlah penduduk dewasa laki-

    laki dan perempuan sebanyak 8.445 jiwa dengan rincian, laki-laki sebanyak 3.822

    jiwa dan perempuan sebanyak 4.623 jiwa, yang terbagi atas usia produktif dan usia

    non-produktif. Dari segi besarannya, jumlah penduduk usia produktif lebih banyak

    daripada penduduk usia non-produktif, namun hal ini disayangkan oleh Kepala Desa

    Pabuaran (Bpk. Endih Supandih, S. Sos) yang mengatakan:

    Disini, anak-anak muda nya banyak yang menjadi pengangguran. Hidup

    mereka masih bergantung dengan orang tua masing-masing. Padahal bidang

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    50/101

    8 8 8

    8

    8

    8

    8

    8

    88

    8

    8

    8

    8

    8

    8

    "'!

    .&8.&

    pertanian Desa Pabuaran masih banyak membutuhkan tenaga kerja, maklum

    lah anak muda zaman sekarang.

    Berdasarkan data monografi Kecamatan Kemang diperoleh gambaran mengenai

    struktur kependudukan yang terdapat di Desa Pabuaran sebagai berikut

    Sumber: Profil Desa Tahun 2008

    Gambar 8. Piramida Penduduk Desa Pabuaran, Tahun 2008

    Berdasarkan Statistik Indonesia8, gambaran mengenai struktur penduduk di

    Desa Pabuaran yang dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

    1. Umur 0-14 tahun dinamakan usia muda/belum produktif

    2.

    Umur 15-64 tahun dinamakan usia dewasa/kerja/usia produktif

    3.

    Umur 65 keatas dinamakan usia tua/tidak produktif

    Hal ini berkaitan dengan analisis beban ketergantungan (dependency ratio) yang

    diperoleh dengan cara membagi jumlah penduduk usia produktif dengan jumlah usia

    ( Diakses melalui http://www.datastatistik-indonesia.compada tanggal 13 Agustus 2009

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    51/101

    non-produktif. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh kesimpulan bahwa tingkat

    ketergantungan penduduk Desa Pabuaran tergolong rendah (

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    52/101

    yang menghubungkan tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Kemang, Kecamatan

    Rancabungur dan Kecamatan Ciampea dengan nomor trayek 12. Adanya jalan

    transportasi yang menghubungkan tiga kecamatan ini, berdamapak pada ekonomi

    warga dan gaya hidup warga Desa Pabuaran. Pada sektor ekonomi, membuat warga

    desa sekarang lebih memiliki akses untuk dapat berdagang ataupun wiraswasta dan

    mempermudah arus pendistribusian barang. Terbukanya akses transportasi turut pula

    mempengaruhi gaya hidup warga Desa Pabuaran yang sekarang agak kekotaan.

    Selain itu, hal ini juga merupakan full factor terjadinya urbanisasi di Desa Pabuaran

    karena letaknya yang tidak terlalu jauh dengan 2 kota yaitu Depok dan Bogor.

    Terbukanya jalan ini juga membuka mobilitas sosial masyarakat Desa Pabuaran

    dalam hal pendidikan, tidak sedikit warga yang lebih memilih bersekolah di luar Desa

    Pabuaran karena fasilitas dan kualitas gurunya juga jauh lebih baik disbanding

    dengan yang ada di Desa Pabuaran, umumnya warga yang mengenyam pendidikan di

    luar desa setelah mereka lulus Sekolah Dasar/sederajat.

    4.5 Kondisi Sosial

    4.5.1. Pendidikan

    Kondisi penduduk di Desa Pabuaran dilihat dari bidang pendidikan rata-rata

    sudah mengenyam pendidikan mulai tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi.

    Jumlah penduduk yang tidak sekolah usia 7-12 tahun tercatat berjumlah 100 orang

    (65 laki-laki dan 35 perempuan), dan yang tidak sekolah usia 13-15 tahun tercatat

    berjumlah 118 orang (9 laki-laki dan 109 perempuan) sedangkan penduduk yang

    tidak menamatkan pendidikan sekolah dasar/sederajat berjumlah 348 orang. Hal ini

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    53/101

    1'

    mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di Desa Pabuaran. Untuk lebih

    jelasnya jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Pabuaran dapat dilihat

    di bawah ini :

    Sumber : Profil Desa tahun 2008

    Gambar 9. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2008

    1. Kesehatan

    Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Pabuaran di antaranya Poliklinik,

    Posyandu, praktek bidan, dan praktek dukun beranak (paraji). Sedangkan tenaga

    kesehatan di Desa Pabuaran terdiri dari seorang dokter Puskesmas, seorang bidan

    desa, tujuh orang dukun beranak dan 125 orang kader posyandu. Namun fasilitas

    kesehatan di Desa Pabuaran kurang memadai untuk bisa melayani masyarakat dengan

    baik. Banyaknya jumlah dukun beranak, terlihat bahwa masih banyak warga yang

    belum sadar akan tingkat kesehatan, hal ini pun diakui oleh Badan Keswadayaan

    Masyarakat (BKM) Sabanda Sariksa Desa Pabuaran yang merupakan bentukan dari

    Program Nasional Pengembangan Masyarakat (PNPM), yang dalam surveynya

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    54/101

    menemukan banyak sekali masyakarat yang masih menggunakan jasa dukun beranak

    dalam proses persalinan. Selain itu, masih banyak juga warga yang tidak memiliki

    MCK (Mandi, Cuci, Kakus), mereka masih menggunakan aliran air sungai dalam

    kesehariannya yang sudah tercemari oleh limbah yang dihasilkan manusia maupun

    rumah tangga.

    2. Sarana dan Prasarana Rumah Tangga

    Ketersediaan sarana dan prasarana septic tank (Jamban) di Desa Pabuaran

    belum memadai, masyarakat di Desa ini masih banyak memakai sarana koyasebagai

    tempat untuk buang air besar, penduduk masih banyak menggunakan pembuangan air

    kotoran rumah tangga ke sembarang tempat dan seperi Koya yang dibiarkan terbuka

    tanpa penutup. Masyarakat belum terlayani Air dari PAM dalam memenuhi

    kebutuhan sanitasi, hanya sebagian masyarakat yang sudah mempunyai fasilitas

    seperti MCK yang memadai. Ini menandakan bahwa kurangnya kepekaan didalam

    masyarakat Desa Pabuaran mengenai kondisi kesehatan mereka, karena sarana dan

    prasarana nya pun tidak mencukupi.

    4.5.2.Kondisi Perekonomian Desa Pabuaran

    1. Penduduk Bekerja

    Kondisi perekonomian di Desa Pabuaran jika dilihat dari kondisi ekologisnya,

    maka jenis kegiatan ekonomi di desa ini mayoritas sektor pertanian yang meliputi

    areal persawahan dan perikanan (tambak) karena dari segi besarannya areal

    persawahan dan tambak masih mendominasi Desa Pabuaran, selain itu diurutan kedua

    adalah sektor perdagangan, kemudian bidang industri rumah tangga yang bergerak

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    55/101

    (

    dalam usaha pengrajin

    karyawan. Untuk lebi

    pencaharian penduduk

    Sumber : Profil Desa tahun 200

    Gambar 10.

    Desa Pabuaran b

    banyak terdapat sawah

    dengan baik, namun b

    mengindikasikan bahw

    bukanlah milik warg

    mempekerjakan warga

    kemudian disusul deng

    Desa Pabuaran. Sisany

    (

    (

    (

    5&

    sepatu, tas dan maupun berupa makanan (ro

    h jelasnya jumlah sektor perekonomian da

    esa Pabuaran dapat dilihatdi bawah ini

    (diolah)

    istribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaha

    rpotensi cukup besar dalam bidang pertanian

    an tambak perikanan, selain itu saluran irigasi

    uruh menempati posisi teratas di Desa Pab

    a lahan pertanian yang masih banyak di

    a Desa Pabuaran, melainkan milik oran

    lokal sebagai buruh. Setelah itu disusul deng

    n pegawai yang banyak bekerja di pabrik ya

    bergerak di sektor jasa, pedagang dan pen

    i), buruh dan

    n jenis mata

    ian

    karena masih

    asih berjalan

    aran, hal ini

    esa Pabuaran

    g luar yang

    an wiraswasta

    ng terdapat di

    rajin. Banyak

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    56/101

    -

    -

    5#

    5."

    5.9

    #)".:9 )))

    99#$)

    5

    55

    penduduk yang berwiraswasta dan berdagang, karena sudah terbukanya akses jalan

    transportasi di Kecamatan Kemang yang bisa langsung menghubungkan jalan

    kecamatan dengan jalan kota Bogor sehingga mempermudah akses bagi para warga

    untuk mendapatkan barang dengan harga murah. Pengrajin di Desa Pabuaran

    memiliki potensi sendiri dalam mengembangkan sektor usaha mikro khususnya di

    RW 04, hal ini disampaikan oleh Sekbid perekonomian Kecamatan Kemang. Beliau

    mengatakan:

    mereka adalah kelompok usaha yang mandiri dan masih perlu dibina

    sehingga dapat lebih berkembang dari sekarang dan mampu menyerap

    tenaga kerja lebih banyak lagi.

    2. Penduduk yang Tidak Bekerja

    Jumlah Penduduk yang belum memiliki pekerjaan atau tidak bekerja di Desa

    Pabuaran juga memprihatinkan hal ini terlihat pada gambar dibawah ini

    Sumber: Bappeda, 2007 (diolah)

    Gambar 11. Jumlah Penduduk yang Belum/Tidak Bekerja

    Gambaran diatas memperlihatkan bahwa mayoritas utama yang belum bekerja adalah

    lulusan SD/Sederajat sebanyak 2.209 orang dan disusul lulusan SLTP/Sederajat 1.340

    orang dan sisanya terlihat pada gambar diatas. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    57/101

    pendidikan di Desa Pabuaran yang mayoritas tidak lulus SD/Sederajat, sehingga

    akses peluang kerjanya pun kecil.

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    58/101

    BAB V

    PERANAN KELOMPOK KERJA USAHA BERSAMA KRAMAT JAYA

    DALAM MENOPANG EKONOMI PEDESAAN

    5.1 Dinamika KKUB Kramat Jaya

    Koperasi melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi yaitu

    keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis,

    pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa

    usaha masing-masing anggota, pembagian balas jasa yang terbatas terhadap modal

    dan kemandirian. Berdasarkan prinsip ini, dapat dilihat bahwa koperasi menjunjung

    tinggi kekeluargaan dalam keanggotaannya.

    Koperasi mempunyai fungsi dan peran yaitu sebagai berikut: (1) membangun

    dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan

    masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan

    sosialnya; (2) berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas

    kehidupan anggota dan masyarakat; (3) memperkokoh perekonomian rakyat sebagai

    dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian masional dengan koperasi sebagai

    sokogurunya; (4) berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian

    nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan

    demokrasi ekonomi untk menyelenggarakan maksudnya tersebut (mensejahterakan

    anggotanya) maka koperasi menyelenggarakan gerakan usaha.

    Gerakan usaha pada koperasi Kramat Jaya mempunyai banyak macamnya dari

    adanya unit kecil dan menengah (UKM) pembuat roti dan pengrajin sepatu yang

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    59/101

    merupakan UKM terbanyak dijalankan oleh anggota koperasi Kramat Jaya. Sehingga

    anggota koperasi Kramat Jaya terdiri dari pemilik UKM-UKM tersebut. Jenis

    koperasi Kramat Jaya adalah koperasi kelompok usaha bersama (KKUB). Koperasi

    yang merupakan Koperasi Simpan Pinjam yang diperuntukkan untuk pengembangan

    usaha kecil yang bergerak di kerajinan tangan. Koperasi Kelompok Usaha Bersama

    (KKUB) Kramat Jaya terbentuk pada tanggal 10 Juli 1999. KKUB Kramat Jaya

    disahkan oleh Kepala Kantor Departemen Koperasi Penguasaha Kecil dan Menengah

    Kabupaten Bogor, dengan nomor 417/BH/KDK.105/VII/1999. Sejumlah 20 (dua

    puluh) orang pendiri awal KKUB Kramat Jaya (data terlampir). KKUB Kramat jaya

    berdiri sejak tahun 1990 dalam bentuk badan hukum yang berlokasi di Kampung

    Kramat, Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang. Koperasi ini berdiri atas azas

    kekeluargaan dan bertujuan untuk bisa mensejahterakan para anggota keluarganya.

    Koperasi ini terdiri dari sekelompok pengrajin sepatu dan produsen roti. Fokus usaha

    mereka bergerak dalam sektor industri rumah tangga dan pegawai yang mereka

    pekerjakan berasal dari lingkungan sekitar yaitu Desa Pabuaran agar bisa

    memberdayakan masyarakat sekitar.

    KKUB Kramat Jaya mengalami mati suri selama beberapa tahun, sampai

    akhirnya kembali mulai aktif pada awal tahun 2007. Keadaan mati suri ini ditandai

    dengan tidak adanya aktifitas di KKUB Kramat Jaya, sehingga selama beberapa

    tahun, tidak ada kejelasan mengenai kepengurusan dan anggotanya.

    Pada Tahun 2007, KKUB Kramat Jaya dihidupkan kembali oleh Bapak Endam

    Rusadi, Bapak Ajiz, dan Bapak Yusuf melalui perantara Sekretaris Bidang Ekonomi

    di Kecamatan Kemang yang melihat adanya potensi pengrajin sepatu dan pabrik roti

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    60/101

    di Desa Pabuaran yang kemudian melalui Dinas Koperasi yang sekarang bergabung

    dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi membentuk pengurusan baru

    dalam KKUB Kramat Jaya. Setelah terbentuknya kepengurusan baru, KKUB Kramat

    Jaya menerima bantuan dana dari Kementrian Negara dan UKM, yang datang

    langsung ke Desa Pabuaran, karena mengetahui di daerah tersebut memiliki koperasi

    yang beranggotakan pengusaha sepatu dan roti.

    KKUB Kramat Jaya mendapatkan bantuan dari Kementerian Negara dan UKM

    sebesar Rp. 200.000.000,00. Bantuan modal dari Kementerian Negara tersebut

    disalurkan kepada anggota koperasi dengan kriteria dan syarat yang telah ditetapkan

    oleh anggota, yang selanjutnya di monitoring dan evaluasi oleh Badan Pengawas

    Daerah (BAWASDA), dan dinas terkait.

    Modal yang diberikan kepada anggota diberikan dalam bentuk alat dan mesin

    guna meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produk yang mereka hasilkan. Setelah

    adanya peningkatan modal, terjadi peningkatan kualitas dari produk sepatu dari para

    pengrajin, sehingga terjadi kerjasama dengan beberapa produsen sepatu besar, antara

    lain Yongki Komaladi, IFA, dan Sophie Martin.

    5.2 Struktur Kepengurusan KKUB Kramat Jaya

    Berdasarkan rapat pembentukan koperasi yang diselenggarakan pada tanggal 25

    April 1999, dengan penunjukan oleh pendiri selaku kuasa pendiri dan sekaligus untuk

    pertama kalinya sebagai pengurus maka berikut adalah anggota KKUB Kramat Jaya

    yang terpilih dan menyatakan dirinya bersedia untuk mendirikan koperasi serta

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    61/101

    menandatangani Anggaran Dasar Koperasi, setelah mengalami pergantian formasi

    dari pengurus inti maka didapat pengurus dengan rincian sebagai berikut:

    Ketua : Endam Damhuri (Pengrajin)

    Wakil Ketua : Sarief (Pengrajin)

    Sekretaris : Abdul Aziz Safaruddin (Wiraswasta)

    Bendahara : Junaedi (Pengrajin)

    Kepengurusan KKUB Kramat Jaya, dalam perjalannya berorganisasi mengalami

    revitalisasi kelembagaan dengan tujuan untuk kembali mengoptimalkan pos-pos

    peran yang kosong agar berjalan ke arah tujuan awal yang tercantum dalam AD-ART,

    yaitu sebagai sebagai lembaga ekonomi dan sosial yang dapat meningkatkan

    kesejahteraan ekonomi anggota, masyarakat sekitar, ekonomi lokal (pedesaan)

    sampai ke ekonomi nasional.

    5.3 Anggaran Dasar KKUB Kramat Jaya

    Anggaran dasar KKUB Kramat Jaya terdiri dari 20 Bab dan 51 Pasal. Bab-bab

    yang terdapat pada anggaran dasar adalah terdiri dari mengenai aturan-aturan formal

    yang mengatur berjalannya kegiatan di KKUB Kramat Jaya. Bab II menjelaskan

    mengenai landasan, azaz dan prinsip yang mengatur tentang koperasi di Indonesia

    yang tertuang dalam UUD 1945. Dalam AD-ART juga dijelaskan mengenai fungsi

    dan peran dari KKUB Kramat Jaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

    anggota secara khusus dan perekonomian rakyat (lokal/daerah setempat) secara

    umum serta perekonomian nasional dengan cara membentuk unit kerja/usaha yang

    otonom. Bab-Bab selanjutnya menjelaskan mengenai tata aturan yang ada dalam

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    62/101

    KKUB Kramat Jaya, seperti penggunaan tanda pengenal, Rapat Anggota Tahunan,

    penambahan anggota baru, pembagian Sisa hasil Usaha yang merupakan pendapatan

    KKUB Kramat Jaya yang diperoleh selam satu tahun dikurangi dengan berbagai

    macam biaya penyusutan, administrasi dan kewajiban, selanjutnya AD-ART

    terlampir.

    5.4 UKM sebagai Roda Perekonomian KKUB Kramat Jaya

    5.4.1Profil UKM

    KKUB Kramat Jaya dalam kegiatan usahanya memiliki unit kerja/usaha seperti

    yang tertuang dalam AD-ART. Unit kerja/usaha ini berupa Usaha Kecil dan

    Menengah (UKM), dimana semua ketua UKM merupakan anggota dari KKUB

    Kramat jaya. UKM dinilai sangat potensial dan sesuai dengan karakter daerah

    pedesaan, dimana modal usaha yang berputar tidak terlalu besar dan mampu

    menyerap tenaga kerja yang banyak, sehingga dapat meningkatkan perekonomian

    tenaga kerja yang bergabung dalam UKM. Sebagian besar UKM bergerak di bidang

    pengrajin sepatu dan sisanya memproduksi roti. Profil UKM yang disajikan peneliti

    berupa banyaknya tenaga yang terserap dan nama/merk dagang dari UKM yang

    tergabung dalam KKUB Kramat Jaya, Profil selengkapnya dapat dilihat dalam Grafik

    8.

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    63/101

    04

    Sumber: Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya, 2008 (diolah)

    Gambar 12.Profil UKM KKUB Kramat Jaya, Tahun 2009

    UKM yang menjadi unit usaha dalam KKUB Kramat Jaya berhasil

    memperkerjakan penduduk lokal sebagai tenaga kerja. Dari 14 UKM yang tergabung

    mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 157 orang dimana semua tenaga kerja

    tersebut adalah warga Desa Pabuaran yang sebagian besar berada dalam usia

    produktif (15-64 tahun). Hal ini sejalan dengan tujuan awal KKUB Kramat Jaya yang

    mendirikan unit usaha ini agar bisa meningkatkan kesejahteraan anggota secara

    khusus dan perekonomian rakyat (lokal/daerah setempat) dan membuka lapangan

    kerja bagi masyarakat Desa Pabuaran, walaupun banyak pihak yang mengeluhkan

    kekurangan lapangan pekerjaan namun hal ini tidak bagi warga Desa Pabuaran yang

    tergabung dalam UKM-UKM tersebut. Umumnya setiap UKM menggunakan lahan

    rumah mereka menjadi bengkel atau tempat produksi produk sepatu dan roti yang

    dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang cukup memadai.

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    64/101

  • 7/24/2019 Strategi Peningkatan Lkm

    65/101

    Sumber: Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya, 2008 (diolah)

    Gambar 14. Klasifikasi Entitas Usaha UKM KKUB Kramat Jay