STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE ... · RINGKASAN AFRILYADI EKO WIBOWO. Strategi...

108
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (KASUS UKM BUDIDAYA LELE) di KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI AFRILYADI EKO WIBOWO H34086002 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE ... · RINGKASAN AFRILYADI EKO WIBOWO. Strategi...

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG ( Clarias gariepinus strain sangkuriang)

(KASUS UKM BUDIDAYA LELE) di KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

AFRILYADI EKO WIBOWO

H34086002

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2011

RINGKASAN AFRILYADI EKO WIBOWO. Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan JOKO PURWONO).

Ikan lele sangkuriang memiliki beberapa keunggulan antara lain keunggulan pada pertumbuhannya yang cepat, daya tetas yang banyak, nilai FCR (Feed Convention Ratio) yang lebih baik, serta ketahanan terhadap penyakit. Kecamatan Ciampea merupakan salah satu sentra perikanan budidaya air tawar di kabupaten Bogor yang prospektif untuk pengembangan ikan konsumsi. Komoditas ikan lele sangkuriang menjadi berkembang seiring dengan perkembangan warung-warung dan rumah makan pecel lele di berbagai daerah, yaitu tidak hanya di kota Bogor semata tetapi telah berkembang di daerah lain seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan dan daerah lainnya. Terbatasnya produksi perikanan terutama ikan lele dirasa kurang mencukupi dengan perkembangan industri makanan ikan konsumsi yang terus bertambah dengan tren yang terus meningkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di Kecamatan Ciampea (2) Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh masyarakat Kecamatan Ciampea (3) Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha oleh masyarakat Kecamatan Ciampea.

Penelitian dilakukan pada budidaya pembesaran ikan lele, yang berlokasi di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data di lapangan dimulai pada bulan Agustus sampai September 2010. Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak UKM lele, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta literatur lainnya yang sudah diterbitkan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE dan EFE, analisis IE, analisis SWOT serta QSPM. Dari tabel EFE diprelihatkan total bobot skor sebesar 2,470. Hal ini menunjukkan bahwa UKM budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea merespon kurang baik peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Sedangkan dari tabel IFE diketahui total bobot skor sebesar 2,754. Hal ini menunjukkan bahwa usaha memiliki posisi internal yang mampu menggunakan kekuatan dan mengatasi kelemahan dengan baik. Gambaran posisi perusahaan saat ini dalam pemetaan matriks IE pada posisi perusahaan di sel V yaitu dengan strategi umum Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara). Strategi yang tepat digunakan dalam kuadran ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Dari Matriks SWOT diperoleh tiga strategi yaitu : meningkatkan produksi produk, memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait, mempertahankan produk berkualitas. Berdasarkan hasil analisis QSPM bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan sekarang adalah : Meningkatkan produksi produk (total nilai Daya Tarik sebesar 6,843).

Saran dan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dimasa yang akan datang yaitu a) UKM pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea hendaknya menambah area budidaya baik dengan cara pembelian maupun penyewaan tanah yang berisi kolam-kolam budidaya. b) Perlunya mengguanakan teknologi budidaya yang baik seperti pengguanan konstruksi kolam terpal, semi permanen maupun permanen. c) Penggunaan manajemen pakan yang benar, pemberian vitamin serta saluran masukan dan buangan air kolam yang lancar. d) Penambahan benih dalam jumlah yang besar untuk mengimbangi penambahan area kolam budidaya. e) Hendaknya menggunakan karyawan terampil yang berasal dari masyarakat sekitar. f) Pencarian bantuan modal untuk menunjang realisasi pengembangan usaha budidaya ikan lele sangkuriang ini.

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG ( Clarias gariepinus strain sangkuriang)

(KASUS UKM BUDIDAYA LELE) di KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

AFRILYADI EKO WIBOWO H34086002

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2011

Judul Skripsi

Nama

NIM

:

:

:

Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Afrilyadi Eko Wibowo

H34086002

Disetujui, Pembimbing

Ir. Joko Purwono, MS NIP1960 0606 1986 01 10 02

Diketahui Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 1958 0908 1984 03 1 002

Tanggal lulus:

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan

Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang)

(Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor” adalah karya

sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

Afrilyadi Eko Wibowo

H34086002

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Afrilyadi Eko Wibowo, lahir di Kabupaten Kota Waringin

Timur, Kalimantan Tengah pada tanggal 14 April 1988. Anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Karly, SP, MMA dan Ibunda Wagini, SP.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak pada tahun 1993 di TK

Puspita Sari Desa Pelangsian Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan menyelesaikan

pendidikan dasar di SDN Pelangsian 10 pada tahun 1999 dan pendidikan menengah

pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 7 Sampit. Pendidikan lanjutan

menengah atas di SMU Negeri 1 Sampit diselesaikan pada tahun 2005 dan pendidikan

tingkat Diploma di Akademi Perikanan Sidoarjo pada tahun 2008.

Penulis diterima pada Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

seleksi umum pada tahun 2008. Selama kuliah di Departemen Agribisnis Fakultas

Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor ini, penulis telah dua kali menghadiri

seminar umum seperti diantaranya Stadium General yang berjudul “ Dampak Krisis

Finansial Global Terhadap Agribisnis : Peluang Atau Ancaman” di Gedung Alumni IPB,

Sabtu 22 November 2008 serta The 14th AFBE – PERHEPI International Conference

dengan judul “ The Effect Of The Global Economic Crisis On Business In Southast Asia”

di IPB International Convention Center (IICC) 11 Juni 2010.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan

Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan

Ciampea Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi

pengembangan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Kecamatan Ciampea

Kabupaten Bogor .

Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi pengembangan usaha pembesaran

ikan lele sangkuriang di UKM budidaya lele di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

Ruang lingkup penelitian ini adalah faktor internal dan eksternal pembudidaya ikan lele

sangkuriang di Kecmatan Ciampea Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca dalam

memberi informasi strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di

Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

Namun demekian, sangat disadarai masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2011

Afrilyadi Eko Wibowo

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk

rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan

kepada :

1. Kedua orang tua yaitu Ibunda Wagini SP serta Ayahanda Karly SP, MMA yang telah

dengan bersusah payah memberikan segala sesuatunya dalam penulisan skripsi pada

khususnya serta pada kehidupan ini pada umumnya,

2. Rasul Muhammad saw yang telah banyak memberikan suri tauladannya dalam

menyikapi hidup hingga ke jenjang skripsi ini.

3. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan

kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menulis skripsi.

4. Ir. Burhanudin, MM selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang dengan

bimbingan dan arahannya dalam penulisan proposal.

5. Ir. Popong Nurhayati ,MM selaku dosen penguji utama pada sidang penulis atas

arahan dan masukannya.

6. Rachmat Yanuar , SP, Msi selaku dosen komite pendidikan pada sidang penulis atas

arahan dan masukannya.

7. Dosen-dosen ekstensi yang dengan sabar dan perhatian atas arahan pada kuliah-

kuliahnya yang membantu pada proses penulisan skripsi pada tahap selanjutnya.

8. Kang Deni Zaini Hakim selaku pembahas pada sidang dan teman bimbingan yang

dengan setia menjadi salah satu motivator dalam penyelasaian skripsi ini

9. Pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Kecamatan Ciampea, Staff Kantor Kecamatan

Ciampea dan Elysa Manalu selaku responden atas waktu, kesempatan, informasi dan

dukungan yang diberikan.

10. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan 5, atas

semangat dan sharing selama kuliah hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak

yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

11. Keluarga besar yang berada di Jawa Barat serta di Kalimantan Selatan yang selalu

memberikan dukungan moril yang begitu menyentuh kalbu.

12. Asrama Mahasiswa Kalimantan Selatan (AMKS) yang menyediakan tempat

ternyaman dan memberikan kehangatannya yang pernah ada dalam kehidupan ini

sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan tenangnya.

13. Teman-teman AMKS yang slalu menghiasi hari-hari dengan senyum dan tawa yang

mengiringi perjalanan kuliah dalam suka maupun duka.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... v

I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 4

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 5

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 6

1.5. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7

2.1 Gambaran Umum Ikan Lele Sangkuriang .................................. 7

2.2 Definisi Usaha Kecil Menengah ................................................ 7

2.3 Penelitian Terdahulu .................................................................. 8

III KERANGKA PEMIKIRAN 12

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 12

3.1.1 Manajemen Strategis .................................................... 12

3.1.2 Proses Manajemen Strategi ........................................... 14

3.1.3 Analisis Lingkungan Internal ........................................ 15

3.1.4 Analisis Lingkungan Eksternal ...................................... 18

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 21

IV METODE PENELITIAN .................................................................. 24

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 24

4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 24

4.3. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 25

4.4. Metode Analisis Data .............................................................. 26

4.4.1 Pengumpulan Data ........................................................ 26

4.4.2 Pencocokan Data .......................................................... 30

4.4.3 Pengambilan Keputusan ................................................. 32

V KEADAAN UMUM ............................................................................ 35

5.1. Letak geografis ....................................................................... 35

5.2. Sosial Ekonomi ....................................................................... 35

5.3. Visi dan Misi ............................................................................ 36

5.4. Keadaan Teknis ...................................................................... 36

5.4.1 Akses Jalan dan Transportasi ......................................... 36

5.4.2 Sarana dan Prasarana .................................................... 37

VI ANALISIS LINGKUNGAN PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR .................... 38

6.1. Analisis Lingkungan Internal ................................................... 38

6.1.1 Sumber Daya Manusia ................................................... 38

6.1.2 Produksi dan Operasi ..................................................... 39

6.1.3 Pemasaran ..................................................................... 40

6.1.4 Keuangan ...................................................................... 40

6.1. Analisis Lingkungan Eksternal ................................................. 41

6.2.1 Ekonomi ........................................................................ 42

6.2.2 Sosial Budaya Demografi dan Lingkungan ................... 42

6.2.3 Politik Pemerintahan dan Hukum ................................... 43

6.2.4 Teknologi .................................................................... 43

6.2.5 Kompetitif ................................................................... 44

VII PERUMUSAN STRATEGI PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR .................... 46

7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal ......................... 46

7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal ............................ 50

7.3. Analisis Matriks IFE ................................................................ 54

7.4. Analisis Matriks EFE ............................................................... 55

7.5. Analisis Matriks IE .................................................................. 57

7.6. Analisis Matriks SWOT .......................................................... 59

7.7. Analisis Matriks QSP ............................................................... 65

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 69

8.1. Kesimpulan .............................................................................. 69

8.2. Saran ....................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Konsumsi Ikan Perkapita.......................................................

Perkembangan Konsumsi Ikan di Bogor...............................

Fungsi Dasar Manajemen Produksi ..............………………

Matriks IFE ...........................................................................

Matriks EFE ..........................................................................

Matriks QSP ..........................................................................

Hasil Analisis Lingkungan Internal ......................................

Hasil Analisis Lingkungan Eksternal.....................................

Matriks IFE...........................................................................

Matriks EFE...........................................................................

1

2

1

8

2

8

2

9

3

4

5

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Model komprehensif manajemen strategis ..........................

Kerangka Pemikiran Operasional Srategi Pengembangan

Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Di Kecamatan

Ciampea.........…………………............................................

Matriks IE ..............................................................................

Matriks SWOT ......................................................................

Matriks IE usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea

Matriks SWOT usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea

................................................................................

15

23

30

32

58

65

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Kuisoner ..........................................................................

Analisis Lingkungan Internal Eksternal.............................

Data SWOT ………..........................................................

Matriks Berpasangan .........................................................

Tabel IFAS EFAS .............................................................

Matriks IE .........................................................................

Matriks SWOT .................................................................

Dokumentasi Gambar ......................................................

QSPM ..............................................................................

73

85

86

87

91

93

94

95

97

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu komoditi perikanan yang memiliki prospek cukup baik untuk

dikembangkan sebagai ikan konsumsi adalah Ikan lele ( Clarias sp). Hal ini dapat

diketahui bahwa ikan lele tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga semata dan

memenuhi permintaan pedagang pecel lele, tapi juga telah menjadi salah satu

menu utama di restoran-restoran besar. Ikan lele ( Clarias sp) merupakan ikan air

tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia.

Kebutuhan akan produksi perikanan menjadi baik ketika isu flu burung,

sapi gila atau antraks mulai menjadi dilema di bidang peternakan sehingga produk

perikanan menjadi alternatif pilihan yang diminati.

Tabel 1. Konsumsi Ikan Perkapita Nasional Tahun 2003

Rincian 2000 2001 2002*) 2003**) Kenaikan (persen)

Total (ton) 4,506,93 4,687,64 4,841,55 5,308,68 5,65 Per Kapita (kg / kap / th)

21,57 22,44 22,84 24,67 4,61

Keterangan :

*) angka sementara **) angka perkiraan

Sumber: DKP 2003

Dari Tabel 1 dapat diketahui adanya peningkatan konsumsi ikan perkapita

per tahun yaitu sekitar 4,61 persen. Dengan adanya kenaikan konsumsi ikan

perkapita ini berarti perlunya peningkatan produksi ikan konsumsi agar

permintaan nasional dapat dipenuhi.

Perkembangan produksi ikan lele di Kota Bogor termasuk terbesar kedua

setelah ikan mas yaitu 4.440,67 ton per tahun. Setiap tahunannya terjadi

peningkatan produksi ikan lele yang menjadikan prospek pengembangan kedepan

yang baik. Komoditas ini menjadi berkembang seiring dengan berkembangan

warung-warung dan rumah makan pecel lele di berbagai daerah, yaitu tidak hanya

di kota Bogor semata tetapi telah berkembang di daerah lain seperti Jawa,

Sumatra, Kalimantan dan daerah lainnya. Perkembangan produksi perikanan

daerah Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.

73

Tabel 2. Perkembangan Produksi Perikanan Air Tawar Kabupaten Bogor Tahun 2003-2006 (dalam Ton)

Jenis Ikan

Tahun

Jumlah

Jumlah

Rata-rata

2003 2004 2005 2006

Mas 2.305,3 4.766,11 7.068,77 8.923,31 23.063,5 5.765,89

Nila 998,89 2.621,09 3.430,78 4.310,67 11.361,4 2.840,36

Gurame 1.063,5 2.035,69 3.453,80 4.357,14 10.910,1 2.727,54

Tawes 985,41 1.237,56 921,01 1.164,62 4.308,60 1.077,15

Tambakan 387,07 164,49 34,54 41,37 627,47 156,87

Lele 1.470,56 3.684,91 5.572,13 7.035,06 17.762,6 4.440,67

Patin 258,81 762,65 57,56 92,03 1.171,05 292,76

Belut 184,17 561,01 23,06 29,09 797,33 199,33

Nilem 288,37 420,30 46,05 54,85 809,57 202,39

Lain-lain 283,86 1.117,43 2.233,40 2.824,78 6.459,47 1.614,87

Jumlah 8.226,04 17.371,24 22.841,10 28.832,92 77.271,30 19.317,83

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2007 (diolah)

Budidaya Ikan lele banyak dilakukan antara lain karena dapat dilakukan

pada lahan dan sumber air yang terbatas, dengan padat tebar yang tinggi,

teknologi budidaya yang relatif mudah di mengerti masyarakat, relatif tahan

terhadap penyakit, pertumbuhannya cepat, dan bernilai ekonomi relatif tinggi.

Ikan lele ( Clarias sp) banyak digemari karena rasa daging yang khas dan

lezat. Selain itu, kandungan gizi pada setiap ekornya cukup tinggi, yaitu protein

(17-37 persen); lemak (4,8 persen); mineral (1,2 persen) yang terdiri dari garam

fosfat, kalsium, besi, tembaga dan yodium; vitamin (1,2 persen) yaitu vitamin B

kompleks yang larut dalam air dan vitamin A, D dan E yang larut dalam lemak.

Selain itu pemeliharaannya mudah dan murah, pertumbuhannya yang pesat dalam

waktu relatif singkat, harga jual yang stabil serta dapat hidup di lingkungan atau

kondisi perairan yang jelek sekalipun (Soetomo , 1987).

Lele sangkuriang memiliki banyak keunggulan dibanding lele lokal maupun

lele dumbo biasa. Keunggulan dari lele sangkuriang antara lain, pertumbuhan lele

74

sangkuriang lebih cepat dibanding lele dumbo biasa. Pada tahap pedederan I,

pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 29,26 persen, sementara lele dumbo

biasa biasa hanya 20,38 persen. Dengan pertumbuhan lebih cepat, lele

sangkuriang dapat lebih cepat dipanen dibanding lele dumbo biasa. Daya tetas

telur lele sangkuriang lebih tinggi dibanding lele dumbo biasa. Tingkat

fekunditasnya dua kali lebih tinggi. Daya telur lele sangkuriang mencapai 40.000-

60.000 butir/kg induk, sedangkan lele dumbo biasa hanya 20.000-30.000 butir/kg

bobot induk. Feed Conversion Ratio (FCR) adalah perbandingan jumlah pakan

yang diberikan dengan pertambahan bobot ikan. Nilai FCR lele sangkuriang lebih

rendah dibanding lele dumbo biasa. Lele sangkuriang memiliki FCR antara 0,8-

1,0 sedangkan lele dumbo biasa memiliki FCR antara 1,0-1,1.

Lele sangkuriang memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap beberapa

jenis bakteri penyebab penyakit. Daging lele sangkuriang memiliki kualitas yang

lebih baik karena umur panen yang lebih muda. Banyak konsumen berpendapat

bahwa semakin tua umur lele, semakin menurun kualitas dagingnya. Budidaya

lele sangkuriang sebenarnya tidak berbeda dengan budidaya lele dumbo biasa,

bahkan relatif lebih mudah. Hal ini karena budidaya lele sangkuriang lebih cepat

panen. Selain itu, lele sangkuriang juga memiliki daya tahan yang cukup tinggi

terhadap berbagai bakteri penyebab penyakit.

Kecamatan Ciampea merupakan salah satu sentra produk lele di kabupaten

Bogor yang prospektif untuk dikembangkan. Akses distribusi ikan lele ini tidak

hanya ada untuk kawasan terdekatnya saja tetapi juga di luar Jawa seperti

Lampung dan Kalimantan. Ketersediaan pasokan sumber air bersih yang

melimpah setiap tahunnya pun menjadikan kecamatan Ciampea menguntungkan

dalam hal teknis budidaya.

Dengan berbagai kendala-kendala yang dihadapi dalam bidang perikanan

khususnya pada komoditas ikan lele ini diharapkan tidak menjadi momok yang

menakutkan bagi pembudidaya atau pengusaha yang bergerak di bidang

perikanan. Akan tetapi hal tersebut dapat menjadi kajian atau pembelajaran dalam

semakin meningkatkan kinerja, kualitas, serta kuantitas produksi ikan lele.

Berbagai kondisi yang dihadapi seperti penyakit, cuaca dan iklim,

mahalnya harga bahan baku, kekurangan modal serta karyawan yang kurang

75

terampil secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh juga pada

kelangsungan usaha perikanan dan berikutnya pada usaha pembesaran ikan lele

sangkuriang. Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang memerlukan langkah-

langkah strategis agar dapat mengembangkan usaha-usaha dalam menghadapi

kondisi lingkungan sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi seluruh

masyarakat pembudidaya ikan lele sangkuriang di Kecamatan Ciampea.

Dengan mengetahui faktor-faktor baik internal maupun eksternal yang

menghambat atau mengancam produksi atau pengembangan usaha pembesaran

ikan lele maka akan dengan mudah menentukan langkah strategi yang akan

diambil untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan adanya pengaruh perekonomian nasional seperti kenaikan BBM

dan TDL yang berimbas secara tidak langsung dengan kenaikan harga bahan baku

pakan, sehingga untuk menunjang peningkatan kualitas produk ikan lele menjadi

lebih sulit. Begitu pula dengan cuaca dan iklim yang anomali atau tidak menentu

sehingga membuat ikan lele mudah mengalami stress bahkan rentan terkena

penyakit ancaman ini didukung dengan kelemahan yang ada di usaha pembesaran

ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea dengan masalah permodalan yang

kurang untuk dipenuhi secara memadai baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang sehingga dalam kegiatan selanjutnya mengalami beberapa pemangkasan

seperti promosi yang kurang, insentif karyawan yang tak memadai serta

persediaan bahan baku yang sulit tercukupi.

Seiring berjalannya waktu usaha pembesaran ikan lele ini terus

berkembang ditandai dengan berkembangnya warung dan rumah makan pecel lele

di berbagai tempat, sehingga persaingan pada usaha pembesaran ikan lele pun ikut

berkembang pula. Beberapa usaha pembesaran ikan lele yang banyak dikunjungi

pembeli yaitu seperti di kecamatan Parung dan Mega Mendung. Hal ini membuat

pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea harus mengetahui faktor-faktor

yang berpengaruh, baik secara nyata maupun tidak nyata terhadap perkembangan

usaha pembesaran ikan lele ini di tengah persaingan yang ketat.

76

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas

Peternakan dan Perikanan kecamatan Ciampea bahwa produksi perikanan

terutama ikan lele dirasa kurang mencukupi dengan perkembangan industri

makanan ikan konsumsi yang terus bertambah dengan tren yang terus meningkat.

Sedangkan permintaan yang ada baik berasal dari daerah Bogor maupun daerah

Sumatera seperti Lampung adalah diatas 75 ton/siklus produksi. Oleh karena itu

perlunya pengembangan lebih lanjut terhadap usaha pemebesaran ikan lele di

kecamatan Ciampea. Selain potensi sumber daya alam seperti pasokan sumber air

yang bersih dan melimpah juga akses distribusi yang mudah dijangkau.

Meskipun setiap hambatan maupun ancaman yang ada harus ditinjau

kembali dengan mengukur kekuatan dan peluang yang ada, sehingga dapat

dirumuskan langkah strategi yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang

dikehendaki. Identifikasi faktor-faktor internal maupun eksternal yang meliputi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perlu dilakukan guna memetakan

formulasi strategi dalam mengembangkan usaha pembesaran ikan lele dengan

konsep SWOT dan menentukan prioritas strategi dalam QSPM.

Beberapa permasalahan yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di

kecamatan Ciampea ?

2. Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk

diterapkan oleh masyarakat kecamatan Ciampea?

3. Prioritas strategi seperti apa yang tepat bagi masyarakat kecamatan Ciampea

dalam mengembangkan usahanya di masa yang akan datang?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menjawab seluruh rumusan

permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian. Tujuan dari penelitian ini

yaitu:

1. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di

kecamatan Ciampea.

77

2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk

diterapkan oleh masyarakat kecamatan Ciampea.

3. Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha oleh masyarakat

kecamatan Ciampea.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yaitu

meliputi analisis faktor-faktor internal dan eksternal dari masyarakat pembudidaya

ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea, serta perumusan dan penentuan

prioritas strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh masyarakat

kecamatan Ciampea

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembudidaya, penulis maupun

pembaca, serta masyarakat yang berminat melakukan usaha pada budidaya ikan

lele. Hasil yang diperoleh melalui kegiatan penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Masyarakat kecamatan Ciampea

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbang saran positif bagi masyarakat

kecamatan Ciampea mengenai strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele

yang dihasilkan, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi penciptaan laba bagi

masyarakat ini khususnya, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada

umumnya.

2. Lembaga Pemerintahan

Sebagai bahan masukan dan informasi yang terkait dengan kebijakan

pengembangan usaha kecil berbasis perikanan dengan komoditi unggulan ikan

lele.

78

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Ikan Lele Sangkuriang

Ikan lele termasuk hewan bertulang belakang yang mempunyai insang

untuk bernafas. Badan berbentuk memanjang dan berkulit licin (tidak bersisik)

sedangkan kepala berbentuk pipih berbatok kepala tulang keras, memiliki sungut

atau kumis sebanyak 4 pasang.

Habitat ikan lele adalah semua perairan tawar. Mempunyai alat pernapasan

tambahan yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara.

Karena itulah ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit

oksigen. Ikan lele bersifat nokturnal yaitu hewan yang aktif di malam hari atau

menyukai tempat yang gelap. Ikan lele bersifat karnivora atau pemakan daging,

ikan lele juga makan sisa-sisa tumbuhan yang membusuk (Suyanto 1989).

Pada usaha pembesaran ikan lele, kolam dapat terbuat dari kolam tanah,

kolam terpal, atau kolam beton, tergantung dengan kondisi tanah dan modal yang

dimiliki. Air kolam untuk pemeliharaannya pun tidak harus yang mengalir. Hanya

perlu pergantian air beberapa kali per bulan. Proses pemupukan diberikan pada

kolam tanah untuk memperbanyak pakan alami. Untuk pakan buatan yang

diberikan biasanya berupa pelet dengan kandungan protein hewani yang banyak

atau dapat pula diberikan sisa makanan dapur atau tumbuh-tumbuhan utnuk

menghemat biaya. Pemanenan biasanya dilakukan dalam jangka waktu 2-3 bulan

tergantung ukuran benih yang ditebar (Suyanto dan Hernowo 2000).

Morfologi ikan lele sangkuriang hampir sama dengan ikan lele pada

umumnya. Ikan lele sangkuriang mempunyai beberapa kelebihan dibanding lele

pada umumnya yaitu jumlah telur yang dihasilkan lebih tinggi dari ika lele pada

umunya yaitu 33,33 persen, pertumbuhan pada saat pendederan dan pembesaran

yaitu masing-masing 40 persen dan 10 persen ( Pamunjtak, 2010).

2.2. Definisi Usaha Kecil Menengah

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang

mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp

79

200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang

berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian

Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang

usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi

untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” Kriteria usaha kecil

menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan

bersih paling banyak 200 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 1 miliar rupiah 3. Milik

Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan

atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik

langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar 5.

Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum,

atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

2.3 Penelitian Terdahulu

Hasibuan (2008), meneliti mengenai analisis formulasi strategi pengembangan

bisnis ikan hias koi pada CV Ayunawa Freshwater Fish Farm Bogor, Jawa Barat.

Dengan menggunakan metode SWOT dan QSPM maka dapat disimpulkan

berdasar matriks IFE dan EFE maka posisi Matriks I-E yaitu berada pada kuadran

V yakni pertahankan dan pelihara dengan strategi penetrasi pasar dan

pengembangan produk. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat faktor

internal berupa kekuatan seperti kualitas ikan yang baik, modal usaha pribadi,

lokasi yang strategis, memiliki suasana kekeluargaan, dan memiliki lahan yang

luas. Faktor internal berupa kelemahan seperti kegiatan promosi belum optimal,

kinerja setiap divisi kurang baik, penggunaan lahan belum optimal, prosedur

pengangaran belum efektif dan kurang mengetahui informasi pasar. Faktor

eksternal berupa peluang seperti pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik,

kebijakan pemerintah yang mendukung, kemajuan teknologi, perdagangan bebas

antar negara dan memiliki hubungan baik dengan pemasok. Serta faktor eksternal

berupa ancaman seperti kenaikan TDL dan BBM, adanya produk substitusi,

penyakit KHV, dan stabilisasi keamanan nasional. Dengan hasil QSPM yaitu : 1)

mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dengan cara pengawasan

produksi (TAS 15,434). 2) merekrut tenaga kerja yang terampil ( TAS 15,295). 3)

80

membuat perencanan produksi (TAS 14, 714). 4) menghasilkan jenis ikan Koi

yang variatif (TAS 12, 851).

Yulianti (2009), meneliti mengenai analisis strategi pengembangan usaha

pembenihan udang vaname (Litopenaeus vannamei) (kasus pada PT suri tani

pemuka, kabupaten Serang, Banten). Dengan menggunakan metode SWOT dan

QSPM maka dapat disimpulkan berdasar matriks IFE dan EFE maka posisi

Matriks I-E yaitu berada pada kuadran 2 atau tumbuh dan bina dengan strategi

intensif dan integratif.

Berdasarkan penelitian diperoleh faktor internal berupa kekuatan seperti lokasi

perusahan dekat dengan bahan baku dan transportasi mudah, produk yang

dihasilkan berkualitas, hubungan dan pelayanan yang baik pada pelanggan ,

merupakan perusahaan pembenihan udang vanamei yan sudah bersertifikat,

jaringan pemasaran sudah kuat, komonikasi yang baik antara pemiik dan

karyawan dan alat produksi dan sarana pembenihan sudah modern. Faktor internal

berupa kelemahan seperti pasar yang dituju sama dengan perusahaan sejenis,

pakan alami masih tergantung pada alam dan musim, masyarakat sebelum

mengenal jenis udang vanamei karena merupakan komoditas introduksi, jumlah

produksi berfluktuasi, kerugian oleh tingkat kematian benih pada saat pengiriman

pelanggan yang ditanggung perusahaan dan asuransi yang diberiakn oleh pihak

pemasok iduk hanya 24 jam. Faktor eksternal berupa peluang seperti peningkatan

jumlah petambak udang vanamei di indonesia, adanya kebijakan pemerintah yang

mendorong peningkatan ekspor udang vanamei, merosotnya produksi uadang

windu, kecendrungan masyarakat negara maju untuk beralih dari red meat ke

white meat karena adanya penyakit mulut sapi, terbinanya hubungan baik dengan

pemasok dan harga relatif lebih rendah dibanding dengan udang windu. Faktor

eksternal berupa ancaman seperti persaingan antara perusahaan sejeis, kenaikan

biaya pembenihan, pengemasan dan transportasi, keadaan iklim yang

memepengaruhi ketersediaan bahan bau udang vanamei, ancaman produk

substitusi dan adanya penyakit dan bakteri yang menyerang benih udang vaname.

Dengan hasil QSPM yaitu : 1) menjaga stabilitas produksi (TAS 7,325). 2)

meningkatkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan konsumen (TAS

7,281). 3) menjaga dan meningkatkan kualitas produk (TAS 7,247). 4)

81

membudidayakan pakan alami sendiri (TAS 6,878). 5) meningkatkan kerjasama

dengan pihak terkait (TAS 6,873). 6) memperluas wilayah pemasaran (TAS

6,530). 7) mengenalkan produk ke masyarakat luas (TAS 6,343). 8) menjalin

hubungan yang lebih baik dengan konsumen (TAS 6,325).

Ismanto (2009), menganalisis mengenai strategi pengembangan ikan lele di

Parung Bogor. Metode yang digunakan untuk menganlisis persoalan tersebut yaitu

dengan menggunakan matriks IFE, EFE, SWOT, dan QSPM. Sehingga dihasilkan

dari hasil evaluasi yang menjadi kekuatan utama adalah potensi sumberdaya alam

yang mendukung budidaya dengan bobot tertinggi sebesar 0,092 dan yang

menjadi ancaman utama adalah harga pakan yang tinggi dengan bobot tertinggi

sebesar 0,115.

Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan adalah potensi sumberdaya alam

yang mendukung budidaya, potensi jumlah sumberdaya manusia pelaku usaha

budidaya lele, keberadaan kelompok pembudidaya lele, program kerja Dinas

Peternakan dan Perikanan yang mendukung pengembangan budidaya lele, letak

daerah Parung yang dekat dengan pasar Jabodetabek sebagai pasar utama, dan

usaha budidaya lele sudah memasyarakat. Faktor-faktor internal yang menjadi

kelemahan adalah kemampuan manajemen usaha pembudidaya masih terbatas,

pola usaha budidaya masih bersifat tradisional, lemahnya permodalan, jumlah

bibit lele berkualitas terbatas, kualitas dan kuantitas hasil produksi belum optimal

dan belum berkembangnya diversifikasi usaha. Faktor-faktor eksternal yang

menjadi peluang adalah Kebijakan DKP yang mendukung usaha pengembangan

budidaya lele, permintaan pasar belum terpenuhi, munculnya permintaan produk

olahan, keberadaan industri pakan, keberadaan dari Asosiasi Pedagang Kaki Lima

Pecel Lele dan perkembangan teknologi budidaya semakin pesat. Faktor-faktor

eksternal yang menjadi ancaman adalah harga pakan tinggi, harga jual yang

berfluktuasi akibat ada pengaruh pengumpul, persaingan usaha semakin

kompetitif dengan daerah lain dan pemeliharaan sumber-sumber air belum

optimal.

Berdasarkan analisis QSPM yang ditentukan oleh besarnya nilai Total

Attractiveness Score (TAS) diperoleh strategi prioritas utama adalah strategi

82

Pengembangan Kawasan Sentra Produksi untuk peningkatan produksi yang

memenuhi permintaan pasar dengan nilai TAS sebesar 5,641.

Berdasarkan dari penelitian tersebut di atas maka terdapat kesamaan diantaranya

umumnya alat analisis yang digunakan pada strategi pengembangan yaitu matriks

IFE, EFE, IE, SWOT dan QSP. Sedangkan faktor-faktor internal berupa

kelemahan yaitu seperti promosi yang kurang, kecukupan modal jangka pendek,

kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang, persediaan bahan baku,

karyawan kurang terampil dan insentif karyawan. Faktor-faktor internal berupa

kekuatan seperti produk yang dihasilkan berkualitas, lokasi yang strategis, harga

sesuai dengan produk yang dihasilkan, sarana dan parasarana yang memadai dan

proses produksi yang baik. Faktor-faktor eksternal berupa ancaman seperti

pengaruh stabilitas politik dan keamanan, harga pakan mahal, kenaikan BBM dan

TDL, pengaruh produk substitusi, hama dan penyakit serta cuaca dan iklim.

Faktor-faktor eksternal berupa peluang seperti adanya peraturan pemerintah atau

dinas terkait setempat, isu flu burung dan antraks, meningkatnya minat

masyarakat terhadap ikan lele, peranan teknologi manajemen pakan serta akses

jalan dan transportasi.

83

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Manajemen Strategis

Menurut David (2004), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai

seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi

keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapat

tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen,

pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan

pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan

organisasi.

Manajemen strategis memberikan berbagai manfaat bagi organisasi,

karena memungkinkan suatu organisasi untuk proaktif dalam menentukan masa

depannya; memungkinkan perusahaan untuk memulai memengaruhi aktivitas

organisasinya, sehingga memiliki kontrol terhadap masa depan organisasinya.

Secara historis, manfaat utama manajemen strategis telah membantu organisasi

memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang

lebih sistematis, logis dan rasional untuk pilihan strategis.

Secara spesifik, manajemen strategis memiliki dua jenis manfaat, yaitu

manfaat finansial dan manfaat nonfinansial. Dari sisi finansial, organisasi yang

menerapkan konsep manajemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil

dibandingkan organisasi lain yang tidak menggunakannya. Hal ini disebabkan

perusahaan yang memiliki kinerja tinggi cenderung melakukan perencanaan yang

sistematis untuk mempersiapkan fluktuasi dimasa depan dalam lingkungan

eksternal dan internalnya. Perusahaan dengan sistem perencanaan yang sangat

mirip dengan teori manajemen strategis menunjukkan kinerja keuangan jangka

panjang yang lebih baik dibanding industrinya, serta juga menunjukkan perbaikan

yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas dan produktivitas dibandingkan

dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis.

84

Sedangkan dari sisi nonfinansial, dengan menerapkan manajemen

strategis, dapat membantu organisasi meningkatkan kesadaran atas ancaman

eksternal, pemahaman yang lebih baik atas strategi pesaing, meningkatkan

produktivitas karyawan, mengurangi keengganan untuk berubah, dan pengertian

yang lebih baik atas hubungan antara kinerja dan penghargaan.

Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki strategi masing-masing untuk

menghadapi persaingan. Menurut David (2004), terdapat beberapa alternatif

strategi utama yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu:

1) Strategi Integrasi

a) Strategi integrasi ke depan, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi

kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer

perusahaan.

b) Strategi integrasi ke belakang, yaitu suatu strategi yang melibatkan

akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pemasok perusahaan.

c) Strategi integrasi horizontal, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi

kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pesaing perusahaan.

2) Strategi Intensif

a) Strategi penetrasi pasar, yaitu dimana perusahaan sebaiknya

meningkatkan pangsa pasar suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha

pemasaran yang lebih besar, misalnya dengan menambah tenaga penjual,

biaya iklan, promosi penjualan atau usaha-usaha promosi lainnya. Jadi,

tujuan dari strategi ini yaitu untuk meningkatkan pangsa pasar melalui

usaha pemasaran yang lebih besar.

b) Strategi pengembangan pasar, yaitu suatu strategi yang bertujuan untuk

memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada sekarang ke daerah-

daerah yang secara geografis merupakan daerah baru. Tujuan dari

strategi ini yaitu untuk memperbesar pangsa pasar.

c) Strategi pengembangan produk, yaitu strategi yang bertujuan agar

perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan

atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada sekarang atau

mengembangkan produk atau jasa yang baru.

85

3) Strategi Diversifikasi

a) Strategi diversifikasi konsentrik, yaitu suatu strategi dengan cara

menambah produk atau jasa yang baru tetapi masih saling berhubungan

dengan produk atau jasa yang lama. Jadi, tujuan strategi ini yaitu untuk

membuat produk baru yang berhubungan untuk pasar yang sama.

b) Strategi diversifikasi konglomerat, yaitu suatu strategi dimana

perusahaan menambahkan produk atau jasa yang baru namun tidak saling

berhubungan dengan produk atau jasa yang lama. Strategi ini bertujuan

untuk menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar

yang berbeda

c) Strategi diversifikasi horizontal, yaitu suatu strategi dimana perusahaan

menambahkan produk atau jasa pelayanan yang baru, yang tidak saling

berhubungan namun untuk konsumen yang sudah ada. Jadi, tujuan dari

strategi ini yaitu untuk memuaskan konsumen yang sama melalui

penambahan produk atau jasa baru.

4) Strategi Bertahan

a) Strategi penciutan biaya, yaitu dimana perusahaan melakukan

pengurangan biaya dan aset perusahaan dengan tujuan menghemat biaya

agar keuntungan dapat dipertahankan dengan cara menjual sebagian aset

perusahaan.

b) Strategi penciutan usaha, yaitu dimana perusahaan menjual satu divisi

atau bagian dari perusahaan untuk menambah modal dari suatu rencana

investasi.

c) Strategi likuidasi, yaitu dimana perusahaan menjual seluruh aset

perusahaan yang dapat dihitung nilainya. Tujuan dari strategi ini adalah

untuk menutup perusahaan, jika perusahaan sudah tidak dapat lagi

dipertahankan lagi keberadaannya.

3.1.2. Proses Manajemen Strategi

Proses manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan. Adanya suatu

peubahan pada komponen utama dalam model, dapat menyebabkan perubahan

pada salah satu atau semua komponen lainnya. Model manajemen strategis

86

menggambarkan perubahan pendekatan yang jelas dan praktis mengenai

formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi. Hubungan antar bagian utama

dalam proses manajemen strategi ditampilkan dalam model berikut.

Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategis

(Sumber : David, 2004)

Menurut David (2004), untuk membuat suatu konsep manajemen strategis

yang baik dan dapat diterapkan oleh perusahaan, maka diperlukan suatu proses

manajemen strategis yang terdiri dari tiga tahap: formulasi strategi, implementasi

strategi, dan evaluasi strategi. Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi

dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan,

menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang,

merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan

dilaksanakan.

3.1.3. Analisis Lingkungan Internal

Faktor lingkungan internal yaitu segala faktor yang terkait dengan fungsi

perusahaan tersebut yang dapat menunjukkan adanya kekuatan atau kelemahan

Mengembangkan

pernyataan visi dan

Misi

Menetapkan Sasaran Jangka Panjang

Mengukur dan

Mengevaluasi

Kinerja

Merumuskan

mengevaluasi dan

Memilih Strategi

Implementasi Strategi Isu-Isu

Manajemen

Melakukan Audit

Internal

Melakukan Audit

Eksternal Implementas

i Strategi Isu-Isu

Pemasaran, Keuangan, Akuntansi,

Litbang,SIM

Formulasi Strategi

Implementasi Strategi

Evaluasi Strategi

87

perusahaan yang sifatnya dapat dikendalikan oleh pemimpin perusahaan. Menurut

David (2004), kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas organisasi

yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk.

Faktor-faktor internal ini muncul dalam aktivitas manajemen, pemasaran,

keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan,

dan sistem informasi manajemen dari sebuah bisnis.

1. Aspek Pemasaran

Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan,

mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan

pelanggan atas barang dan jasa (David, 2004). Dalam rangka inilah, maka setiap

perusahaan perlu selalu menetapkan dan menerapkan strategi dan cara

pelaksanaan kegiatan pemasarannya. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran

terpadu adalah strategi bauran pemasaran, yang merupakan strategi yang

dijalankan perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan

menjanjikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan

sasaran pasarnya.

Variabel strategi bauran pemasaran tersebut adalah:

1) Strategi Produk

Strategi produk dalam hal ini adalah menetapkan cara dan penyediaan

produk yang tepat bagi pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan para

konsumennya sekaligus dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam

jangka panjang, melalui peningkatan penjualan dan peningkatan pangsa pasar.

Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu/kualitas,

penampilan, pilihan yang ada, gaya, merek, pengemasan, ukuran, jenis, macam,

jaminan, dan pelayanan. Sedangkan strategi produk yang dapat dilakukan

mencakup keputusan tentang acuan/bauran produk, merek dagang, cara

pembungkusan/kemasan produk, tingkat mutu/kualitas dari produk dan pelayanan

yang diberikan.

2) Strategi Harga

Strategi penetapan harga sangat penting terutama untuk menjaga dan

meningkatkan posisi perusahaan di pasar, yang tercermin dalam pangsa pasar

88

perusahaan, disamping untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan

perusahaan.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga yaitu: harga

bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran, adanya peraturan pemerintah, yang

merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi. Sedangkan faktor yang

tidak langsung mempengaruhi yaitu harga produk sejenis yang dijual pesaing,

pengaruh harga terhadap produk substitusi dan produk komplementer, serta

potongan harga untuk para penyalur dan konsumen.

3) Strategi Distribusi

Kegiatan distribusi atau penyaluran merupakan kegiatan penyampaian

produk sampai ke konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, kegiatan

penyaluran merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup

penentuan saluran pemasaran dan distribusi fisik. Faktor-faktor yang

mempengaruhinya yaitu: saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi, persediaan

dan alat transportasi.

4) Strategi Promosi

Suatu produk betapapun bermanfaat akan tetapi jika tidak dikenal oleh

konsumen, maka produk tersebut tidak akan diketahui manfaatnya dan mungkin

tidak dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu dalam menunjang keberhasilan

kegiatan pemasaran yang dilakukan dan efektifnya rencana pemasaran yang

disusun, maka perusahaan haruslah menetapkan dan menjalankan strategi promosi

yang tepat. Unsur-unsur dari strategi promosi terdiri dari: iklan, penjualan

personal, promosi penjualan, dan publisitas.

2. Aspek Keuangan atau Akuntansi

Analisis keuangan merupakan metode yang digunakan untuk menentukan

kekuatan dan kelemahan organisasi dalam area investasi, pendanaan dan deviden.

Beberapa hal yang dikaji dalam aspek keuangan yaitu mengenai bagaimana

analisis keuangan perusahaan, kemampuan perusahaan menghasilkan modal

jangka pendek dan jangka panjang, kecukupan modal perusahaan, prosedur

penganggaran modal, kebijakan pembayaran dividen, serta hubungan dengan

investor dan pemegang saham.

89

3. Aspek Produksi atau Operasi

Manajemen produksi operasi berhubungan dengan input, transformasi, dan

output yang bervariasi antar industri dan pasar. Fungsi produksi operasi dari suatu

bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa.

Tabel 3. Fungsi Dasar Manajemen Produksi

Fungsi Deskripsi

Proses Keputusan proses berhubungan dengan desain dari sistem produksi fisik.

Kapasitas Keputusan kapasitas berhubungan dengan penentuan tingkat output yang

optimal untuk organisasi.

Persediaan Keputusan persediaan mencakup pengelolaan tingkat bahan mentah,

barang dalam proses, dan barang jadi.

Tenaga

Kerja

Keputusan tenaga kerja berhubungan dengan pengelolaan karyawan

yang terampil, tidak terampil, klerikal, dan manajerial.

Kualitas Keputusan kualitas ditujukan untuk memastikan bahwa barang dan jasa

yang diproduksi berkualitas tinggi.

Sumber: David,2004

4. Aspek Sumber Daya Manusia

Sumberdaya manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi dapat disebut

pekerja, karyawan atau tenaga kerja. Perusahaan akan berjalan dengan lancar

apabila didukung juga dengan sumber daya manusia yang baik dan mampu

menjalankan sistem tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang baik dapat

meningkatkan kinerja perusahaan dan dipandang sebagai aset yang berharga begi

perusahaan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menganalisis

kemampuan sumberdaya manusia adalah keterampilan karyawan dan modal kerja

karyawan, efektifitas insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi.

3.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal

Faktor lingkungan eksternal merupakan faktor-faktor yang pada dasarnya

terletak di luar dan terlepas dari perusahaan (Umar, 2008). Faktor-faktor

lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman yang berada diluar kendali

perusahaan seperti :

1. Aspek Politik

Menurut Umar (2008), faktor politik terkait dengan arah, kebijakan, dan

stabilitas pemerintah. Stabilitas politik yang baik akan sangat mempengaruhi

90

keadaan dunia usaha. Beberapa hal terkait dengan faktor politik yang perlu

diperhatikan yaitu: undang-undang tentang lingkungan dan berburuhan, peraturan

tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang

keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan.

2. Aspek Ekonomi

Menurut Umar (2008), kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat

mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Beberapa faktor kunci yang

perlu diperhatikan yaitu: siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga,

investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja.

3. Aspek Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan

Menurut David (2004), perubahan sosial, budaya, demografi dan

lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa dan

pelanggan. Adanya kondisi yang selalu berubah-ubah tersebut sebaiknya

diantisipasi oleh perusahaan, misalnya perubahan sikap, gaya hidup, adat istiadat,

dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan.

4. Aspek Teknologi

Menurut Umar (2008), kemajuan perkembangan teknologi yang begitu

pesat, baik dibidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis

sangat mempengaruhi keadaan usaha suatu perusahaan. Agar setiap kegiatan

usaha dapat terus berjalan terus-menerus, maka perusahaan harus selalu mengikuti

perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk dan

jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya.

5. Aspek Persaingan

Menurut Porter, hakikat persaingan di suatu industri tertentu dapat

dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan : (1) persaingan antarperusahaan

saingan, (2) potensi masuknya pesaing baru, (3) potensi pengembangan produk-

produk pengganti , (4) daya tawar pemasok dan (5) daya tawar konsumen.

Persaingan Antar Perusahaan Saingan

Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja

perusahaan. Dalam situasi persaingan yang oligopoly, perusahaan mempunyai

kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar sedangkan pada pasar

persaingan sempurna, biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower

91

termasuk dalam harga produk. Intensitas persaingan antarperusahaan saingan

cenderung meningkat ketika jumlah pesaing bertambah, ketika pesaing lebih

setara dalam hal ukuran dan kapabilitas, ketika permintaan akan produk industri

itu menurun dan ketika potongan harga menjadi lazim. Persaingan juga meningkat

manakala konsumen dapat beralih merek dengan mudah; ketika hambatan untuk

meninggalkan pasar tinggi; tatkala biaya tetap tinggi; kala produk bisa rusak atau

musnah; ketika perusahaan pesaing beragam dalam hal strategi, asal-usul, dan

budaya; serta manakala merger dan akusisi lazim di dalam industri. Saat

persaingan antarperusahaan saingan meningkat, laba industri menurun, dalam

beberapa kasus sampai pada titik di mana sebuah industri menjadi tidak menarik.

Potensi Masuknya Pesaing Baru

Sebuah perusahaan yang masuk sebagai pendatang baru akan

menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya

kapasitas menjadi bertambah, terjadi perebutan pangsa pasar, serta perebutan

sumber daya produksi yang terbatas dan pada akhirnya intensitas persaingan

antarperusahaan akan meningkat. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi

perusahaan yang sudah ada.

Potensi Pengembangan Produk Pengganti

Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing dalam industri lain yang

memproduksi produk pengganti. Produk pengganti muncul dalam bentuk

berbeda, tetapi dapat memuaskan kebutuhan yang sama dari produk lain.

Ancaman produk subsitusi kuat bila konsumen dihadapkan pada switching cost

yang sedikit dan jika barang substitusi itu mempunyai harga yang lebih murah

atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri.

Ancaman produk pengganti dapat berada pada beberapa situasi harga dari produk

pengganti lebih murah, biaya peralihan kepada produk pengganti rendah dan

kecondongan pembeli terhadap produk pengganti. Besarnya tekanan persaingan

biasanya ditunjukkan oleh rencana pesaing untuk meningkatkan kapasitas

produksi, selain angka penjualan dan pertumbuhan laba perusahaan tersebut.

92

Daya Tawar Pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi perusahaan dengan kemampuan mereka

untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk dan pelayanan.

Pemasok atau kelompok pemasok kuat jika memenuhi persyaratan antara lain :

jumlah pemasok sedikit, produk atau jasa unik dan atau produk itu memiliki biaya

pengganti yang menambah kekuatan, produk pengganti tidak tersedia, pemasok

dapat mengintegrasi ke depan dan bersaing secara langsung dengan pelanggan,

serta kepentingan pelanggan lebih tinggi.

Daya Tawar Konsumen

Pembeli mampu mempengaruhi perusahaan melalui kemampuan mereka

untuk menekan turunnya harga, permintaan terhadap kualitas mutu dan pelayanan

serta memainkan peran untuk melawan satu pesaing dengan lainnya. Beberapa

kondisi yang mungkin dihadapi perusahaan sehubungan dengan kekuatan ini

antara lain yaitu pembeli membeli sebagaian besar dari produk perusahaan,

pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan, sifat produk tidak

terdeferensiasi dan banyak pemasok, switching value pemasok kecil, pembeli

mempunyai tingkat keuntungan rendah sehingga sensitif terhadap harga dan

diferensiasi servis, dan produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli

sehingga pembeli mudah mencari subsitusinya. Ketika konsumen berkonsentrasi

atau berbelanja atau membeli dalam volume besar, daya tawar mereka dapat

mempresentasikan kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di

suatu industri.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Ciampea ini menggunakan

kolam setengah permanen yaitu pinggiran menggunakan penampang beton serta

dasar berupa tanah kolam untuk membudidayakan ikan lele sangkuriang. Usaha

pembesaran ikan lele sangkuriang banyak menghadapi kendala. Sumber-sumber

yang menjadi faktor penyebabnya dalam bidudaya ikan lele sangkuriang tersebut

antara lain adalah kondisi cuaca dan iklim yang saat ini sulit diprediksi serta

serangan hama dan penyakit yang sulit dikendalikan serta penyedian pakan yang

93

kurang memadai. Selain itu, tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja pada

usaha ini masih belum memadai dalam melaksanakan kegiatan proses produksi.

Kerugian akibat hal tersebut yang dialami antara lain adalah jumlah produksi yang

rendah dan kualitas hasil panen juga menurun. Rendahnya produksi tersebut

berdampak terhadap pendapatan yang diterima petani. Sehingga diperlukan

strategi pengembangan usaha yang diperhitungkan dengan tepat.

Agar usaha pembesaran ikan lele sangkuriang yang dikembangkan oleh

kecamatan Ciampea Bogor dapat berkembang dengan baik, diperlukan suatu

perumusan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk dapat diterapkan oleh

kecamatan Ciampea Bogor. Perumusan strategi pengembangan usaha ini akan

melalui tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, yang diawali dengan

menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi

usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea Bogor tersebut.

Analisis lingkungan internal yaitu berupa identifikasi kekuatan dan kelemahan

dari usaha tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Internal Factor

Evaluation (IFE). Sedangkan analisis lingkungan eksternal yaitu berupa

identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh usaha tersebut, yang

kemudian dirangkum dalam matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). Tahap

berikutnya yaitu menggabungkan antara analisis faktor-faktor internal dan faktor-

faktor eksternal dalam suatu bentuk matriks SWOT.

Melalui analisis ini, kekuatan dan kelemahan usaha, serta peluang dan

ancaman yang dihadapi usaha tersebut akan dicocokkan satu sama lainnya

sehingga akan terbentuk empat tipe strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (SO),

strategi kelemahan-peluang (WO), strategi kekuatan-ancaman (ST), dan strategi

kelemahan-ancaman (WT). Keluaran dari alternatif-alternatif strategi tersebut

akhirnya akan di analisis kembali melalui Quantitative Strategic Planning Matrix

(QSPM) untuk menentukan alternatif strategi mana yang terbaik yang sebaiknya

diterapkan pada usaha pembesaran ikan lele di kecamatan Ciampea Bogor. QSPM

merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari tahap kerangka pengambilan

keputusan strategi. Keluaran dari matriks QSPM yaitu berupa skor, dimana

strategi dengan skor tertinggi merupakan strategi yang harus diprioritaskan untuk

diterapkan. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

94

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Srategi Pengembangan Pembesaran Ikan

Lele Sangkuriang Di Kecamatan Ciampea

Pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea Bogor

Kurangnya produksi ikan lele sangkuriang dengan permintaan pasar ikan lele di

pasaran

Matriks SWOT

Analisis Lingkungan Eksternal: Aspek Politik Aspek Ekonomi Aspek Sosial Budaya, Demografi dan

Lingkungan Aspek Teknologi Aspek Persaingan

Analisis Lingkungan Internal: Aspek SDM Aspek Pemasaran Aspek Keuangan/Akuntansi Aspek Produksi/Operasi

Rekomendasi Prioritas Strategi

Matriks IE

Matriks IFE

Matriks EFE

Alternatif startegi

Matriks QSP

95

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada pembudidaya pembesaran ikan lele, yang

berlokasi di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa pengembangan

usaha pembesaran ikan lele mulai terus bertambah seiring berjalannya waktu

dengan didukung faktor alam yang baik seperti pasokan air bersih yang melimpah,

akses benih yang dekat, kondisi lahan yang luas dan subur serta pasokan pakan

alami yang tersedia. Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data di lapangan

dimulai pada bulan Agustus sampai September 2010.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan melalui informasi dan pengamatan langsung

di lapangan terhadap kegiatan usaha dan hasil wawancara dengan responden yang

terdiri dari pelaku usaha pembesaran lele di Kecamatan Ciampea, pegawai

penyuluh lapang Kecamatan Ciampea serta pegawai yang berwenang di kantor

Kecamatan Ciampea. Data primer yang diperoleh digunakan untuk melakukan

analisis internal dan eksternal yang merupakan dasar bagi analisis perumusan

strategi selanjutnya yang berisi :

Faktor internal usaha meliputi :

a. Aspek pemasaran yang meliputi variabel produk, harga, tempat, distribusi

dan promosi.

b. Aspek keuangan yang meliputi analisis keuangan, kemampuan

menghasilkan modal jangka pendek dan jangka panjang, kecukupan modal,

prosedur penganggaran modal, kebijakan pembayaran dividen, serta

hubungan dengan investor dan pemegang saham.

c. Aspek produksi dan operasi yang meliputi proses, kapasitas, persediaan,

tenaga kerja serta mutu.

96

d. Aspek sumber daya manusia yang meliputi Faktor eksternal dalam usaha

meliputi keterampilan karyawan dan modal kerja karyawan, efektifitas

insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi.

Faktor eksternal meliputi :

a. Aspek politik seperti undang-undang tentang lingkungan dan berburuhan,

peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan,

peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan.

b. Aspek ekonomi seperti siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku

bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga

kerja.

c. Aspek sosial, budaya, demografi dan lingkungan seperti perubahan sikap,

gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan

eksternal .

d. Aspek teknologi seperti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat

diterapkan pada produk dan jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya.

e. Aspek persaingan seperti kekuatan tawar pemasok, kekuatan tawar pembeli,

persaingan industri, adanya produk substitusi dan adanya hambatan masuk.

Data sekunder dikumpulkan melalui informasi dan laporan tertulis dari

lembaga atau instansi terkait dan dokumen atau arsip. Data yang dapat diperoleh

dari lembaga atau instansi terkait yaitu berasal dari Dinas Peternakan dan

Perikanan (Disnakan) kabupaten Bogor, kantor kecamatan Ciampea. Sebagai data

penunjang digunakan data yang berasal dari studi pustaka dan literatur yang

relevan dengan permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini.

4. 3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel non probability

sampling, dimana tidak semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk

menjadi sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili

populasi, dalam hal ini populasi penelitian adalah pembudidaya ikan lele

sangkuriang. Pembudidaya ikan lele saangkuriang di Kecamatan Ciampea

berjumlah lima orang, tapi dalam penilitian ini hanya diambil satu orang yang

97

merupakan tokoh dan dianggap banyak mengetahui tentang budidayya lele

sangkuriang di kecamatan Ciampea.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :

1) Melakukan observasi atau pengamatan. Observasi dilakukan untuk melihat

dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan

dengan penelitian. Observasi dilakukan langsung pada lokasi usaha

budidaya pembesran ikan lele di daerah Ciampea.

2) Melakukan wawancara untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan

kebutuhan penelitian, agar data yang digunakan merupakan kondisi yang

sebenarnya. Wawancara dilakukan pada pihak yang bertanggung jawab

atas usaha dan yang menjadi pengambil keputusan pada usaha, yaitu

pengelola usaha pembesaran ikan lele.

3) Memberikan lembar penilaian berupa kuisioner kepada responden.

4) Membaca dan melakukan pencatatan semua data yang dibutuhkan

penelitian.

4.4. Metode Analisis Data

Proses penentuan strategi dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap

pengumpulan data atau the input stage, tahap pencocokan atau the matching stage

dan terakhir adalah tahap pengambilan keputusan atau the decision stage.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan alat hitung

kalkulator. Rincian dari proses penentuan strategi adalah sebagai berikut:

4.4.1. Pengumpulan Data

Pada tahap ini, data yang diambil berkaitan dengan gambaran umum

kecamatan Ciampea dan keadaan usaha budidaya pembesaran ikan lele

sangkuriang yang di budidayakan oleh pembudidaya, faktor internal yang

berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan usahanya, serta faktor eksternal yang

berkaitan dengan peluang dan ancaman usahanya. Informasi mengenai data

internal didapat dari responden Ibu Elysa Manalu sebagai tokoh pembudidaya

yang banyak mengetahui tentang budidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan

Ciampea. Informasi mengenai data eksternal diperoleh dari Bapak Derai sebagai

staff Kantor kecamatan Ciampea untuk pengumpulan data kecamatan, potensi

98

kecamatan dan serta dari Ibu Heti sebagai kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas

Peternakan dan Perikanan kecamatan Ciampea untuk data perikanan kecamataan

Ciampea. Data dari faktor internal di analisis dengan menggunakan matriks IFE,

sedangkan data-data dari faktor eksternal dianalisis menggunakan matriks EFE.

Analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan dua matriks

yang berbeda, yaitu matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks

Eksternal Factor Evaluation (EFE).

1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) merupakan sebuah alat

formulasi strategi yang digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan

dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar

untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut

(David, 2004).

Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal

dalam matriks IFE adalah sebagai berikut:

1) Tuliskan faktor internal seperti diidentifikasi dalam proses audit internal.

2) Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat

penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada

masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor

terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sebesar

1,0.

3) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk

mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan mayor

(peringkat = 1), atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor

(peringkat = 3), atau kekuatan mayor (peringkat = 4). Perhatikan bahwa

kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4, dan kelemahan harus

mendapat peringkat 1 atau 2. Jadi, peringkat adalah berdasarkan,

sedangkan bobot adalah berdasarkan industri.

4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan

rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel.

5) Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk

menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi. Nilai rata-rata

99

adalah 2,5. Total rata-rata tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan

organisasi yang lemah secara internal, sementara total nilai di atas 2,5

mengindikasikan posisi internal yang kuat.

Tabel 4. Matriks IFE

Faktor-faktor

Internal

Bobot Peringkat Bobot x

Rating

Kekuatan

1.

2.

...

Kelemahan

1.

2.

...

Total 1,00

Sumber : David, 2004

2. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk mengetahui

faktor-faktor eksternal berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dianggap

penting. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut

persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan,

hukum, teknologi, dan persaingan (David, 2004).

Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal

dalam matriks IFE adalah sebagai berikut:

1) Buat daftar faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit

eksternal.

2) Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat

penting) untuk masing-masing faktor. Bobot mengindikasikan tingkat

penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah

seluruh bobot harus sebesar 1,0.

3) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci

tentang seberapa efektif strategi saat ini dalam merespon faktor tersebut,

100

dimana 4 = respon superior, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon rata-

rata, 1 = respon jelek. Peringkat didasari pada efektivitas strategi ,

sedangkan bobot didasarkan pada industri.

4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk

menentukan nilai tertimbang.

5) Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk

menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi. Nilai nilai tertimbang

tertinggi adalah 4,0 dan nilai tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai

tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang sebesar 4,0

mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik terhadap

peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain,

strategi secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat

ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal.

Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi tidak memanfaatkan

peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal.

Tabel 5. Matriks EFE

Faktor-faktor Eksternal

Bobot Peringkat Bobot x Rating

Kekuatan 1. 2. ... Kelemahan 1. 2. ... Total 1,00

Sumber : David, 2004

4.4.2. Pencocokan Data

Tahap yang kedua adalah pemaduan atau pencocokan dengan

memasukkan hasil pembobotan EFE dan IFE ke dalam Matriks IE untuk

memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Setelah

menganalisis matrik IE selanjutnya dilakukan analisis SWOT.

1. Matriks Internal-Eksternal

101

Matiks IE (Internal-Eksternal) mempunyai sembilan sel strategi, dapat

dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu :

1. Divisi pada sel I, II dan IV disebut Strategi Tumbuh dan Bina. Strategi yang

cocok adalah strategi Intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan

pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi

ke depan dan integrasi horisontal).

2. Divisi pada sel III, V dan VII disebut Strategi Pertahankan dan Pelihara.

Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang

banyak dilakukan apabila berada dalam sel ini.

3. Divisi pada sel VI, VIII dan IX disebut Strategi Panen dan Divestasi. Nilai-

nilai IFE dikelompokkan ke dalam Tinggi (3,0-4,0). Sedang (2,0-2,99) dan

Rendah (1,00-1,99). Adapun nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat (3,0-

4,0), Rata-rata (2,0-2,99) dan Lemah (1,0-1,99) (David, 2004). Bentuk matriks

IE (Internal Evaluation) serta hubungannya dengan EFE dan IFE dapat dilihat

pada Gambar 3.

Total Nilai IFE Yang Diberi Bobot

Kuat Rata-rata Lemah

4,0 3,0-4,0 ,0-2,99 1,0-1,99

Tot

al N

ilai E

FE Y

ang

Dib

eri

Bob

ot

Tinggi

3,0-4,0 3,0 (I) (II) (III)

Menengah

2,0-2,99 2,0 (IV) (V) (VI)

Rendah

1,0-1,99 1,0 (VII) (VIII) (IX)

Gambar 3. Matriks IE Sumber : David, 2004

102

2. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT)

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis lingkungan yang berupa

kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan

ancaman (threats) disebut analisis SWOT atau Matriks SWOT.

Matriks ini memberikan gambaran dimana faktor lingkungan eksternal

yang berupa peluang dan ancaman digabungkan dengan faktor internal yang

berupa kekuatan dan kelemahan sehingga pada akhirnya akan menghasilkan

beberapa alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh .

Beberapa alternatif strategi tersebut yaitu (David, 2004):

1) Strategi kekuatan-peluang (Strategi SO), yaitu strategi yang

menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang

eksternal.

2) Strategi kelemahan-peluang (Strategi WO), yaitu strategi yang

bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan

memanfaatkan peluang eksternal.

3) Strategi kekuatan-ancaman (Strategi ST), yaitu strategi yang

menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi

pengaruh dari ancaman eksternal secara langsung.

4) Strategi kelemahan-ancaman (Strategi WT), yaitu taktik defensif yang

diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari

ancaman eksternal.

Penyajian yang sistematis dari Matriks SWOT terdapat pada Gambar 6.

Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, diantaranya terdiri dari empat sel faktor

kunci, empat sel strategi, dan satu sel dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel

strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan setelah

menyelesaikan empat sel faktor kunci, diberi nama S,W,O, dan T. Delapan

langkah yang terlibat dalam membuat matriks SWOT yaitu (David, 2004):

1) Tuliskan peluang eksternal .

2) Tuliskan ancaman eksternal .

3) Tuliskan kekuatan internal .

4) Tuliskan kelemahan internal .

103

5) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya

dalam sel strategi SO.

6) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya

dalam sel strategi WO.

7) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya

dalam sel strategi ST.

8) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat

hasilnya dalam sel strategi WT. Faktor Internal

(IFE) Faktor Eksternal (EFE)

Kekuatan (S) Daftar Kekuatan Internal 1. 2. ...

Kelemahan (W) Daftar Kelemahan Internal 1. 2. ...

Peluang (O) Daftar Peluang Eksternal 1. 2. ...

Strategi SO Gunakan keluatan untuk memanfaatkan peluang.

Strategi WO Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang.

Ancaman (T) Daftar Ancaman Eksternal 1. 2. ...

Strategi ST Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.

Strategi WT Minimalkan kelemahan dan

hindari ancaman.

Gambar 4. Matriks SWOT

Sumber : David, 2004

4.4.3. Pengambilan Keputusan

Pada tahap ini akan ditentukan strategi pemasaran terbaik dari beberapa

alternatif strategi yang muncul dari matriks SWOT. Selanjutnya, penentuan

strategi terbaik bagi usaha budidaya ikan lele sangkuriang ini akan dihasilkan

berdasarkan hasil analisis menggunakan matriks QSP (Quantitative Strategic

Planning Matrix).

1. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP)

Matriks QSP adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk

mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan

kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David, 2004).

Secara konsep QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi

berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal

dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam

104

satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-

masing faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal. Jumlah set alternatif

strategi yang dimasukkan dalam QSPM bisa berapa saja, jumlah strategi-strategi

dalam satu set juga bisa berapa saja, tetapi hanya strategi dalam set yang sama

yang dapat dievaluasi satu sama lain.

Langkah-langkah dalam pengembangan matriks QSP yaitu:

1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan

internal kunci di kolom kiri dalam QSPM.

2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan ekternal. Bobot ini

identik dengan matriks EFE dan IFE.

3. Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi alternatif strategi

yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. Catat

strategi-strategi ini pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan strategi ke

dalam set yang independen jika memungkinkan.

4. Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores-AS) yaitu angka yang

mengidentifikasikan daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam

set alternatif tertentu. Nilai daya tarik harus diberikan untuk masing-

masing strategi untuk mengidentifikasikan daya tarik relatif dari satu

strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu.

jangkauan untuk nilai daya tarik adalah: 1 = tidak menarik, 2 = agak

menarik, 3 = cukup menarik dan 4 = sangat menarik.

5. Hitunglah total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score-TAS) yang

didapat dari perkalian bobot dengan nilai daya tarik (AS) dalam masing-

masing baris. Total nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari

masing-masing alternatif strategi, dengan hanya mempertimbangkan

pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal terdekat.

6. Hitung penjumlahan total nilai daya tarik (STAS). Tambahkan total nilai

daya tarik (TAS) dalam masing-masing kolom dari QSPM. Penjumlahan

total nilai daya tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling

menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan

strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan

eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.

105

Tabel 6. Matriks QSP Faktor-faktor

Sukses Kritis

Bobot Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor-faktor

Kunci Internal

1.

2.

...

Total Bobot 1,0

Faktor-faktor Kunci

Eksternal

1.

2.

...

Total Bobot 1,0

Jumlah Nilai TAS

Sumber: David, 2004

106

V KEADAAN UMUM

5.1. Letak Geografis

Usaha pembesaran ikan lele terletak di kecamatan Ciampea kabupaten

Bogor provinsi Jawa Barat. Kecamatan yang berpenduduk 140.944 jiwa ini

memiliki luas daerah mencapai 3.062,50 Km2. Kecamatan ini berjarak dari ibu

kota kabupaten 21 km dan jarak dari ibu kota provinsi sekitar 139 km. Secara

geografis kecamatan ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Rancah Bungur

Sebelah Barat : Kecamatan Cibungbulang

Sebelah Selatan : Kecamatan Pamijahan dan kecamatan Cibungbulang

Sebelah Timur : Kecamatan Dramaga

Ditinjau dari segi topografinya, lokasi kecamatan ini termasuk dataran

tinggi dengan ketinggian dari permukaan laut sekitar 300 m. Daerah ini termasuk

daerah yang beriklim tropis dengan 2 musim yakni, musim hujan dan musim

kemarau dengan curah hujan mencapai 200,1 mm/bulan. Sehingga untuk

memperoleh sumber air cukup melimpah baik berasal dari sungai maupun dari

sumur bor yang terdapat di daerah ini.

Dengan kondisi lingkungan tersebut, maka daerah ini sangat potensial

untuk kegiatan budidaya perikanan baik pembenihan maupun pembesaran. Hal ini

disebabkan selain mudah dalam penyediaan air juga didukung dengan kemudahan

dalam penyediaan sarana dan prasarana seperti : sumber listrik, sarana

transportasi, dan daerah pemasaran.

5. 2. Sosial Ekonomi

Kecamatan Ciampea terdapat 13 Desa diantaranya : Ciampea Udik, Cinangka,

Cibuntu, Cicadas, Tegal Waru, Bojong Jengkol, Cihideung Udik, Ciheudeng Ilir,

Cibanteng, Bojong Rangkas, Cibadak, Benteng, serta Ciampea. yang mayoritas

107

penduduknya berprofesi sebagai petani. Jumlah penduduk seluruhnya sebanyak

140.944 jiwa, dengan asumsi laki-laki 72.054 jiwa, perempuan 68.890 jiwa.

Jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 34.002. dengan jumlah penduduk

berdasarkan umur yang paling besar yaitu kelompok umur 20-24 tahun yaitu

berjumlah 14.101 jiwa.

5. 3. Visi dan Misi

Salah satu kegiatan budidaya tersebut terletak di kecamatan Ciampea

dengan salah satu produk perikanan berupa ikan lele. Dari pembenihan,

pembesaran sampai pemasaran, semua tersedia dengan mudah di wilayah ini.

Pernyataan visi merupakan jawaban dari pertanyaan tentang apakah yang

dinginkan usaha dalam jangka panjang sedangkan misi merupakan jawaban

tentang apakah bisnis yang diusahakan. Dalam hal usaha pembesaran ikan lele

sangkuriang di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor, para pembudidaya sendiri

belum mempunyai visi dan misi secara jelas dan tertulis. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan, diperoleh visi dan misi secara lisan bahwa visi para

pembudidaya tersebut yaitu menjadi sentra ikan lele sangkuriang yang produktif

dan menguntungkan serta misinya yaitu usaha pembesaran ikan lele sangkuriang

di wilayah kecamatan Ciampea kabupaten Bogor.

5.4. Keadaan Teknis

5.4.1. Akses jalan dan transportasi

Jalan yang tersedia di kecamatan Ciampea ini terdiri dari jalan desa,

kabupaten serta jalan provinsi sehingga akses jalan begitu mudah untuk ke semua

jalur yang dituju. Baik jalan desa, kabupaten maupun provinsi masih dalam

keadaan yang maksimal yaitu dengan keadaan tanpa adanya lubang-lubang serta

konstruksinya yang terbuat dari aspal maupun beton sampai ke jalan desa

sekalipun. Akses jalan untuk menuju ke area usaha ini lancar dengan konstruksi

yang terbuat dari aspal atau beton sehingga memudahkan dalam

pengangkutannya. Oleh karena itu banyak permintaan yang berasal dari daerah

sekitar seperti kecamatan Ciampea sendiri, kecamatan Dramaga, kota Jakarta,

108

maupun ke luar Jawa seperti kota Lampung. Hal ini dikarenakan akses jalan yang

baik serta lebih dekat dengan daerah kota.

5.4.2. Sarana dan Prasarana

a. Sumber air

Sumber air merupakan media yang harus tersedia secara kontinyu agar

proses kegiatan pembesaran dapat berjalan lancar. Usaha pembesaran ini

mendapatkan sumber air melalui aliran sungai yang ada yang berasal dari sumber

air tanah maupun sumber air yang jauh berasal dari pegunungan sekitar. Kualitas

air pun menjadi lebih baik dan cocok untuk proses budidaya.

b. Sarana transportasi

Untuk memperlancar dalam memasarkan hasil pembesaran, peranan

sarana transportasi mempunyai fungsi yang penting. Hal ini terkait dengan

pengangkutan hasil produksi pembesaran ke konsumen. Dan bila ditinjau dari segi

sarana transportasi, kecamatan Ciampea sangat strategis untuk pemasaran karena

letaknya yang dilewati oleh jalan provinsi yang aksesnya dekat denga kota-kota di

sekitarnya.

c. Unit Pelaksana Teknis Perikanan

Peranan dinas dalam hal ini Dinas Peternakan dan Perikanan dalam

mengembangankan perikanan khususnya budidaya ikan lele sangat besar

manfaatnya tapi hal ini belum terasa nyata di kecamatan Ciampea. Hal ini

dikarenakan kekurang tahuan masyarakat khususnya pembudidaya akan adanya

balai unit pelaksanaan teknis. Keadaan ini dapat dimaklumi karena

kurangnya/keterbatasan pegawai dinas yang turun langsung ke lapangan

menemui petani. Padahal di kecamatan Ciampea sendiri terdapat 1 Balai Benih

Ikan serta 2 Unit Pelaksana Teknis. Ketiga unit tersebut tersebar di beberapa desa

yaitu desa Cihideung Udik, Tegal Waru dan salah satunya di luar kecamatan

Ciampea sendiri tetapi bagian kerjanya di kecamtan Ciampea yaitu bertempat di

kecamatan Laladon.

109

VI ANALISIS LINGKUNGAN PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR

Analisis lingkungan pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan

Ciampea merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen

strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan pembudidaya ikan

lele sangkuriang di kecamatan Ciampea. Pada umumnya lingkungan pembudidaya

ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea terdiri dari lingkungan eksternal dan

internal.

6.1. Analisis Lingkungan Internal

Identifikasi faktor internal perusahaan harus dilakukan seiring dengan

identifikasi faktor eksternal. Lingkungan internal memiliki kemampuan untuk

merubah suatu perusahaan menjadi apa yang dicita-citakan oleh manajemen.

Lingkungan internal merupakan proses pengidentifikasian terhadap faktor-faktor

yang menjadi kekuatan dan kelemahan. Lingkungan analisis internal pembudidaya

ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea meliputi sumber daya manusia,

produksi dan operasi, pemasaran serta keuangan.

6.1.1. Sumber Daya Manusia

Orang atau keryawan merupakan bagian terpenting dalam usaha.

Karyawan merupakan orang yang terlibat dalam pemberian jasa dan merupakan

faktor intern yang memiliki peran cukup besar dalam mewujudkan jasa yang

dikehendaki oleh konsumen. Penggunaan karyawan yang memiliki keahlian

sesuai dengan yang dibutuhkan adalah sesuatu yang membantu peran keberhasilan

usaha. Karyawan yang kurang memiliki keahlian akan memberikan efek kurang

optimalnya produktifitas yang diinginkan. Para pembudidaya di kecamatan

Ciampea yang menggunakan jasa karyawan biasanya hanya didasarkan pada

pengalaman kerja, bahkan ada yang menggunakan yang belum berpengalaman

sehingga pada proses produksinya sering tidak optimal. Jumlah karyawan yang

digunakan adalah dua orang. Di pekarangan kolam budidaya disediakan pondokan

untuk tempat berkumpul dan beristirahat, tempat ini disediakan untuk

mempermudah para karyawan untuk menjaga serta melakukan kegiatan budidaya

110

lainnya. Sebelum melaksanakan proses budidaya, karyawan biasanya diberikan

arahan dari pemilik untuk memperoleh hasil yang diharapakan.

Motivasi kerja penting kaitannya dengan semangat kerja karyawan.

Motivasi kerja ini biasa berupa insentif atau tambahan gaji di luar gaji pokok.

Tapi di kalangan pembudidaya sendiri tidak menggunakan hal tersebut karena

keterbatasan uang sebagai usaha kecil. Sehingga untuk insentif jangka panjang

atau yang lebih besar dari itu tidak pernah dilakukan.

6.1.2 Produksi dan Operasi

Budidaya ikan lele yang berada di kecamatan Ciampea menggunakan

bermacam-macam jenis kolam seperti kolam tanah, terpal, semi permanen bahkan

sampai kolam permanen, tapi rata-rata masih menggunakan kolam tanah. Luasan

kolam pun bervariasi, ada yang luasnya 2 x 3 m, 4 x 3 m, 6 x 3 m. Pemberian

pakan berupa pelet diberikan 2 kali sehari yaitu pagi sekitar jam 07.00 WIB dan

sore sekitar jam 15.00 WIB. Proses pemanenan dilakukan sesuai permintaan, yaitu

pagi atau sore. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu pagi dan sore hari masih

tergolong rendah sehingga ikan lele tersebut terhindar dari stres. Sarana dan

prasarana yang tersedia di kolam-kolam budidaya ikan lele biasanya terdiri dari

kolam-kolam budidaya, saung atau pondok, tempat penyimpanan pakan dan

peralatan lain seperti jaring untuk panen, timba untuk wadah pemanenan ikan lele,

seser atau sejenis jala untuk penyortiran ikan lele serta kelengkapan lainnya.

Kecamatan Ciampea memiliki sumber air tanah yang baik dan

menunjang keberhasilan ikan lele, begitu pula dengan ketersediaan benih yang

berada di daerah itu sendiri. Ketersediaan tenaga kerja pun melimpah, walaupun

keahlian mereka diragukan tapi dengan alasan faktor sosial maka pemilik dan

karyawan tersebut dapat berbagi ilmu dan pengalaman.

Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea memproduksi ikan lele

sesuai dengan permintaan pasar. Apabila pasar menghendaki ukuran 9-10 ekor /

kg, maka ikan lele yang mulai benih ukuran 4-6 cm akan segera di panen sekitar

umur 2 bulan. Hal ini dikarenakan pasar memiliki kendali permintaan yang

beragam sesuai dengan daerah yang meminta seperti dari daerah Bogor, Jakarta

maupun Lampung.

6.1.3. Pemasaran

111

Produk yang dihasilkan pada usaha budidaya ikan lele di kecamatan

Ciampea menjual produknya sesuai dengan kebutuhan pasar seperti ukuran yang

dikehendaki olah pasar yang beraneka ragam sesuai dengan daerah penyalurannya

masing-masing. Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea jarang melakukan

promosi ke konsumen. Para konsumen biasanya datang untuk mencari ikan lele

itu sendiri disesuaikan dengan kriteria yang dihendaki masing-masing. Ikan lele

yang dihasilkan di kecamatan Ciampea memiliki kualitas yang baik hal ini

terbukti dengan pembelian berulang oleh para konsumen distributor tersebut ke

tempat yang sama. Hal itu dikarenakan ikan memiliki bobot tubuh yang

dikehendaki, stamina yang baik, serta adanya sistem kekeluargaan dalam

negosiasi harga. Lokasi budidaya di kecamatan Ciampea rata-rata dekat dengan

jalan besar dan juga kecamatan Ciampea memiliki jalur jalan lintas provinsi

sehingga untuk akses pengiriman produk ke Jakarta maupun ke luar Jawa

sangatlah membantu. Harga yang diberikan pada produk ikan lele ukuran 8-10

ekor / kg adalah sekitar Rp 8.000,00-Rp 10.500,00 / kg.

6.1.4. Keuangan

Pembudidaya ikan di kecamatan Ciampea membangun usaha budidaya

ikan dengan menggunakan modal sendiri. Perkembangan modal usaha terus

berjalan sesuai dengan pertumbuhan usahanya. Keseluruhan modal usaha di dapat

dari kemampuan usaha tersebut menghasilkan laba untuk keberlanjutan usaha.

Perkembangan usaha perikanan khususnya ikan lele bagi usaha kecil tergantung

dari hasil usaha, sedangkan hasil usaha sendiri bergantung dengan cuaca dan iklim

serta faktor faktor eksternal lainnya seperti harga bahan baku yang terus

meningkat. Hal ini membuat para pembudidaya kesulitan untuk menambah modal

usaha. Terkadang kerugian yang dihasilkan pun tidak dapat dihindarkan, baik

karena kesalahan penanganan budidaya, pemanenan maupun cuaca dan iklim

yang tidak bersahabat. Rata-rata jumlah modal awal yang digunakan adalah

sekitar lima juta rupiah, sehingga untuk memulai usaha tersebut dibutuhkan

perhitungan keuangan yang dapat dibuat secara estimasi atau perkiraan. Biaya

tersebut seperti biaya benih, sewa lahan, pakan upah karyawan serta peralatan

Kondisi keuangan untuk masing-masing pembudidaya ikan lele ini rata-rata

memiliki kondisi yang kurang baik mengingat kondisi cuaca dan iklim yang

112

sangat berpengaruh terhadap komoditas agribisnis pada umumnya dan ikan lele

pada khususnya,. Para pembudidaya mencatat keuangannya secara kasar, hal ini

karena usaha mereka masih dapat dikatakan usaha kecil yang tidak terlalu fokus

pada pencatatan transaksi secara detail. Secara keseluruhan usaha budidaya ikan

lele mempunyai faktor-faktor kekuatan yang dapat digunakan perusahaan untuk

mencapai tujuan perusahaan dan masih mempunyai kelemahan yang harus diatasi

perusahaan.

6.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Dalam analisis lingkungan eksternal dapat dicari apa saja yang menjadi

peluang dan ancaman yang mungkin menjadi pertimbangan perusahan dalam

menentukan strategi usaha ke depan. Analisis lingkungan eksternal ini dapat

memberikan variabel-variabel kunci apa saja yang memberikan respon dan

pengaruh terhadap kondisi di perikanan yaitu budidaya ikan lele di kecamatan

Ciampea, serta mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel kunci

tersebut berpengaruh dalam menunjang keberhasilan usaha. Dengan demikian

pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea diharapkan mampu

mengidentifikasi serangkaian faktor strategis yang menjadi penentu dalam

penyusunan strategi. Sedangkan analisis lingkungan eksternal pembudidaya ikan

lele sangkuriang di kecamatan Ciampea meliputi analisis lingkungan di luar

pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea namun mempengaruhi

keberadaan pembudidaya ikan lele sangkuriang secara langsung maupun tidak

langsung yang meliputi ekonomi, politik, sosial budaya demografis lingkungan,

politik pemerintahan dan hukum, teknologi serta kompetitif.

6.2.1 Ekonomi

Perkembangan tingkat harga ikan lele menunjukan kondisi yang baik, hal

itu ditandai dengan kenaikan harga produk yang biasanya ikan lele ukuran 8-10

ekor/ kg adalah Rp 8.000,00-Rp 10.500,00 . Tapi hal itu pun sejalan dengan

kenaikan harga bahan baku pakan yang merupakan biaya terbesar dari proses

budidaya ikan lele, hal ini dipengaruhi karena adanya beberapa kenaikan pada

harga BBM ( bahan bakar minyak ) sebagai bahan bakar sarana transportasi serta

bahan bakar industri pakan. Begitu pula dengan kenaikan TDL ( tekanan daya

113

listrik) yang mempengaruhi industri pabrikan pakan secara signifikan. Oleh sebab

itu, harga pakan serta transportasinya menjadi mahal pula. Sehingga bila tidak

diimbangi dengan kenaikan harga produk maka pembudidaya akan mengalami

kerugian yang besar.

6.2.2. Sosial, Budaya, Demografis dan Lingkungan

Adanya perubahan kebiasan masyarakat dalam mengkonsumsi ikan lele

menjadi suatu yang menguntungkan bagi pembudidaya ikan lele. Masyarakat

yang dulu cenderung tidak menyukai produk ikan lele, maka sekarang masyarak

lebih memilih ikan lele sebagi salah satu sumber protein utamanya. Hal ini

dikarenakan persepsi ikan lele yang dulu dibudidayakan dengan sembarangan atau

kotor yaitu diberi makan dengan sisa sayuran yang telah busuk atau bangkai maka

sekarang ikan lele telah dibudidayakan dengan bersih dan baik yaitu dengan

pemberian pakan alami atau pakan buatan seperti pelet. Akhirnya dalam jangka

waktu yang singkat, masyarakat dapat menilai produk ikanlele yang dihasilkan

secara konvensional oleh pembudidaya ikan lele yang ada. Sehingga

perkembangan selera masyarakat ini pun direspon positif oleh pembudidaya.

Budaya masyarakat Jawa yang senang mengkonsumsi daging-dagingan

pada acara kendurian atau acara-acara ritual lainya. Maka dalam acara ritual

tertentu digunakanlah menu makanan untuk masyarakat dengan ikan lele. Hal ini

menjadi peluang yang menguntungkan bagi usaha budidaya ikan lele dalam

pengembangan usahanya.

Keadaan alam kecamatan Ciampea yang menarik dengan banyaknya

tempat tujuan wisata membuat jalan-jalan yang ada di Kecamatan ini menjadi

lebih baik dari Kecamatan yang lainnya. Jalan yang menjadi penghubung antara

Ibukota dan Bogor membuat aktifitas jalan menjadi rame. Sehingga kondisi jalan

harus selalu baik. Oleh karena itu sarana transportasi menuju ke wilayah ini

menjadi lancar dan nyaman.

Ada peristiwa perubahan iklim yang ekstrim terhadap budidaya ikan lele. Begitu

pula hama penyakit yang menyerang ikan lele ini. Pengaruh hama penyakit begitu

besar efeknya pada produktifitas ikan lele yang dibudidayakan. Ikan lele yang

terkena penyakit akan mengurangi kualitas produk yang dihasilkan.

6.2.3. Politik, Pemerintahan dan Hukum

114

Peraturan pemerintah baik pemerintah pusat, daerah maupun instansi

Dinas Peternakan dan Perikanan kota Bogor telah banyak membantu

pengembangan budidaya perikanan khususnya ikan lele. Pemerintah kecamatan

Ciampea yang membangun jalan sampai ke tempat budidaya dengan konstruksi

jalan beton atau aspal. Hal ini untuk memudahkan akses transportasi

pengangkutan pasokan maupun produk serta kemudahan dalam mendapat izin

pembentukan kelompok tani pada usaha perikanan. Untuk instansi Dinas

Peternakan dan Perikanan Bogor memberikan banyak program yang menunjang

perkembangan usaha perikanan khususnya lele, yaitu seperti pelatihan-pelatihan

keterampilan budidaya perikanan, bantuan obat-obatan gratis, pelayanan

konsultasi perikanan, serta bantuan permodalan dengan bunga 0,8 persen/tahun.

Kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah memperlihatkan

konsistensi pemerintah dalam penarikan subsidi terhadap listrik dan bahan bakar

minyak secara berkelanjutan. BBM merupakan sumber energi yang dipakai oleh

sarana transportasi baik pemasok maupun ke konsumen. Masalah stabilitas

keamanan di dalam negeri, membuat pengusaha-pengusaha perikanan seperti

pemasok benih dan pakan menjadi khawatir akan keadaan ini.

6.2.4. Teknologi

Teknologi perikanan yang potensial untuk diterapkan adalah pengelolaan

pakan pada budidaya ikan lele. Pengelolaan pakan tersebut meliputi penggunaan

pakan pelet dengan komposisi atau kandungan nutrisi yang telah teruji secara baik

serta pemberian pakan yang dikelola sedememikian rupa dengan teratur sehingga

pemberiannya efektif. Begitu pula dengan pemberian makanan tambahan dan

vitamin. Teknologi dibidang infrastruktur bangunan kolam yang dapat

disesuaikan dengan biaya dan lokasi seperti kolam terpal, semi permanen dan

permanen. Dimana saluran pemasukan air dan pembuangan air dikelola secara

intensif. Padat penebaran benih denagn benih ukuran 3-5 cm dapat ditebar dengan

kepadatan 250-300 ekor/m2. Kesemua hal tersebut potensial untuk diterapkan

dibudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea.

115

6.2.5. Kompetitif

a. Persaingan Antar Perusahaan

Di Bogor ada beberapa Kecematan yang dikenal sebagai sentra produksi

ikan lele seperti kecamatan Parung, Mega Mendung dan Ciampea. Ketiga

Kecamatan ini menyalurkan produksinya ke wilayah sendiri dan sekitar. Hal ini

dikarenakan permintaan yang besar sedangkan jumlah produk yang kurang

sehingga setiap pembudidaya yang membudidayakan ikan lele diambil sesuai

dengan kualitas yang dihasilkan. Semakin baik hasilnya semakin tinggi pula harga

yang diberikan.

b. Potensi Masuknya Pesaing Baru

Modal yang dibutuhkan untuk masuk dalam usaha budidaya ikan lele ini

cukup terjangkau yaitu minimal sekitar Rp 5.000.000,- dengan kapasitas produksi

sekitar 200kg-1000 kg per 3 bulan . Hal ini sangat memudahkan untuk masuknya

pesaing baru dalam industri yang sama. Masuknya pesaing baru dalam industri ini

tidak berpengaruh nyata karena adanya pasar yang luas dan terus berkembang.

c. Potensi Pengembangan Produk Pengganti

Komoditas substitusi untuk produk ikan lele ini bermacam-macam

meliputi komoditas sektor peternakan seperti daging sapi, kambing, unggas,

komoditas sektor pertanian seperti tahu, tempe serta dari sktor perikanan sendiri

seperti perikanan laut yaitu tuna, cakalang, kerapu dan lain sebagainya sedangkan

dari perikanan tawar sendiri seperti ikan bawal, nila, gurame. Semua produk

tersebut memiliki pasarnya masing-masing. Produk ikan lele sangkuriang ini

sendiri memiliki pasar yang cukup banyak seiring perkembangan industri rumah

makan pecel lele. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk adanya perubahan trend

minat masyarakat ke produk pengganti lainnya yang lebih baik dan sesuai.

d. Daya Tawar Pemasok

Pembudidaya di kecamatan Ciampea biasa memasok bahan baku benih

dari daerah sekitar seperti di kecamatana Ciampea sendiri maupun di kecamatan

sekitar seperti kecamatan Pamijahan, dan apabila memang kondisi usaha benih di

sekitar kecamatan Ciampea kritis baru pasokan barang diambil dari kecamatan

lain seperti kecamatan Parung dan kecamatan Mega Mendung. Harga yang

berlaku adalah harga pasar, harga yang berlaku pada saat itu yaitu harga sesuai

116

dengan keadaan produk agribisnis yang berpengaruh pada cuaca dan iklim serta

harga bahan baku. Bahan baku selanjutnya berupa pakan pelet yang diambil pada

toko pakan ternak di daerah sekitar.

e. Daya Tawar Konsumen

Para pembeli biasanya datang terlebih dahulu ke tempat budidaya untuk

melihat perkembangan pertumbuhan ikan lele yang hendak dibeli. Para pembeli

tersebut biasanya adalah distributor yang kembali menjual ikan lele tersebut ke

daerah lain seperti Jakarta dan Lampung. Kualitas produk menjadi unsur pilihan

yang terpenting untuk dijadikan acuan, karena kesehatan ikan lele untuk

perjalanan jauh ditentukan juga oleh kulitas produk.

Secara umum identifikasi faktor-faktor eksternal usaha ikan lele di

kecamatan Ciampea memberikan gambaran peluang dan ancaman bagi

pembudidaya. Dari hasil identifikasi maka dapat dibedakan faktor yang termasuk

menjadi peluang yang harus direbut oleh pembudidaya dan faktor ancaman yang

sebaiknya diatasi oleh pembudidaya.

117

VII PERUMUSAN STRATEGI PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR

7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal

Analisis lingkungan internal menghasilkan lima kekuatan dan enam

kelemahan yang masing-masing harus ditanggapi dengan baik agar dapat

memanfaatkan peluang dalam mengatasi ancaman. Sejumlah kekuatan dan

kelemahan tersebut merupakan hasil analisis lingkungan internal pembudidaya

ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor yang terdiri dari analisis faktor

sumber daya manusia, produksi/operasi, pemasaran, dan keuangan.

Faktor-faktor kekuatan pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan

Ciampea Bogor, antara lain seperti :

1) Proses produksi yang baik

Proses produksi seperti pemilihan benih yang berkualitas, pemeliharaan

berupa pemberian pakan teratur dan dengan dosis yang sesuai serta

penanganan pengobatan secara tradisional yang efektif dan efisien. Begitu

pula dengan Proses pemanenan dilakukan sesuai permintaan, yaitu pagi atau

sore. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu pagi dan sore hari masih tergolong

rendah sehingga ikan lele tersebut terhindar dari stres. Kegiatan tersebut

membuat proses produksi budidaya berjalan dengan baik.

2) Sarana dan prasarana yang memadai

Sarana dan prasarana yang tersedia di kolam-kolam budidaya ikan lele

biasanya terdiri dari kolam-kolam budidaya, saung atau pondok, tempat

penyimpanan pakan dan peralatan lain seperti jaring untuk panen, timba

untuk wadah pemanenan ikan lele, seser atau sejenis jala untuk penyortiran

ikan lele serta kelengkapan lainnya. Budidaya ikan lele yang berada di

kecamatan Ciampea menggunakan bermacam-macam jenis kolam seperti

kolam tanah, terpal, semi permanen bahkan sampai kolam permanen, tapi

rata-rata masih menggunakan kolam tanah. Luasan kolam pun bervariasi, ada

yang luasnya 2 x 3 m, 4 x 3 m dan 6 x 3 m. Pemerintah kecamatan sendiri

telah membangun sarana irigasi bagi pengaturan air sebagai pengairan

118

pertanian, perikanan maupun untuk kepentingan warga sehingga tidak terjadi

penyalahgunaan air secara berlebihan.

3) Produk yang dihasilkan berkualitas

Penampilan produk yang prima serta ukuran yang seragam merupakan

indikator kualitas produk ikan lele. Pembudidaya ikan lele sangkuriang

kecamatan Ciampea Bogor memiliki perhatian yang lebih terhadap ikan lele.

Hal ini dikarenakan ikan lele terutama jenis sangkuriang lebih tahan terhadap

penyakit dan perubahan cuaca yang ekstrim, sehingga dalam perawatannya

ikan lele ini diberi makan secara teratur dengan dosis yang disesuaikan

dengan pertumbuhannya yaitu pemberian pakan berupa pelet diberikan 2 kali

sehari yaitu pagi sekitar jam 07.00 WIB dan sore sekitar jam 15.00 WIB.

Penggunaan pakan pelet ini sering juga diselingi dengan pakan tambahan

berupa sosis yang telah kadaluasa, dedaunan serta vitamin sehingga

pertumbuhan ikan lele menjadi seragam dan terhindar dari sifat kanibalisme.

4) Harga sesuai dengan produk yang dihasilkan

Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea memproduksi ikan lele sesuai

dengan permintaan pasar. Hal ini dikarenakan pasar memiliki kendali

permintaan yang beragam sesuai dengan daerah yang meminta seperti dari

daerah sekitar, Jakarta maupun Lampung. Harga yang diberikan pada produk

ikan lele ukuran 8-10 ekor / kg adalah sekitar Rp 8.000,00-Rp 10.500,00 / kg,

sedangkan untuk ukuran yang lebih kecil dapat dinego untuk memastikan

stamina ikan terhadap kondisi perjalanan baik jauh maupun dekat.

5) Lokasi yang strategis

Jalan yang tersedia di kecamatan Ciampea ini terdiri dari jalan desa,

kabupaten serta jalan propinsi sehingga akses jalan begitu mudah untuk ke

semua jalur yang di tuju. Baik jalan desa, kabupaten maupun propinsi masih

dalam keadaan yang maksimal yaitu dengan keadaan tanpa adanya lobang-

lubang serta konstruksinya yang terbuat dari aspal maupun beton sampai ke

jalan desa sekalipun. Akses jalan untuk menuju ke area usaha ini lancar

dengan konstruksi yang terbuat dari aspal atau beton sehingga memudahkan

dalam pengangkutannya. Dan bila ditinjau dari segi sarana transportasi,

kecamatan Ciampea sangat strategis untuk pemasaran karena letaknya yang

119

dilewati oleh jalan propinsi yang aksesnya dekat denga kota-kota di

sekitarnya. Lokasi budidaya di kecamatan Ciampea rata-rata dekat dengan

jalan besar dan juga kecamatan Ciampea memiliki jalur jalan lintas provinsi

sehingga untuk akses pengiriman produk ke Jakarta maupun ke luar Jawa

sangatlah membantu.

Faktor-faktor kelemahan pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan

Ciampea Bogor, antara lain seperti :

1) Promosi yang kurang

Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea jarang melakukan promosi ke

konsumen.hal ini dikarenakan para pembudidaya menganggap promosi

merupakan hal yang kurang penting dilakukan karena membutuhkan biaya

lebih dari yang dianggarkan. Pembudidaya biasanya menunggu para pembeli

yang hendak membeli. Karena tanpa promosi pun permintaan ikan lele terus

saja datang dari berbagi pihak.

2) Kecukupan modal jangka pendek

Pembudidaya ikan di kecamatan Ciampea membangun usaha budidaya ikan

dengan menggunakan modal sendiri. Modal sendiri yang ada untuk usaha

berjumlah tidak terlalu besar, yaitu hanya cukup untuk memulai usaha yang

ada secara sederhana. Sehingga untuk kebutuhan yang berlebih, pembudidaya

berusaha untuk mencari cara alternatif dalam menanganinya seperti apabila

ikan lele terkena penyakit maka pembudidaya akan memberikan daun pepaya

untuk pengobatan. Hal ini ternyata efektif dan efisien dalam menangani

penyakit dan meminimumkan biaya pengobatan yang apabila membeli obat-

obatan di luar maka akan menambah biaya produksi.

3) Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang

Perkembangan modal usaha terus berjalan sesuai dengan pertumbuhan

usahanya. Keseluruhan modal usaha di dapat dari kemampuan usaha tersebut

menghasilkan laba untuk keberlanjutan usaha seterusnya. Perkembangan

usaha perikanan khususnya ikan lele bagi usaha kecil tergantung dari hasil

usaha, sedangkan hasil usaha sendiri bergantung dengan cuaca dan iklim serta

faktor faktor eksternal lainnya seperti harga bahan baku yang terus

meningkat. Hal ini membuat para pembudidaya kesulitan untuk menambah

120

modal usaha. Terkadang kerugian yang dihasilkan pun tidak dapat

dihindarkan, baik karena kesalahan penanganan budidaya, pemanenan

maupun cuaca dan iklim yang tidak bersahabat.

4) Persediaan bahan baku

Ketersedian pakan buatan atau pellet menjadi penting dalam budidaya ikan

terutama ikan lele. Ikan lele yang tergolong ikan rakus membutuhkan

kekontinuan pakan secara berkelanjutan. Harga pakan yang mahal membuat

ketersediaan menjadi sulit untuk dicapai. Hal ini karena pasokan modal yang

ada terlalu sedikit untuk mencukupi hal ini.

5) Karyawan kurang terampil

Para pembudidaya di kecamatan Ciampea yang menggunakan jasa karyawan

biasanya hanya didasarkan pada pengalaman kerja, bahkan ada yang

menggunakan yang belum berpengalaman sehingga pada proses produksinya

sering tidak optimal. Jumlah karyawan yang digunakan biasanya kurang dari

10 orang. Karyawan yang kurang memiliki keahlian akan memberikan efek

kurang optimalnya produktifitas yang diinginkan. Oleh karena itu pentingnya

pengawasan dari pemilik usaha untuk selalu membimbing karyawannya

dalam pekerjaannya. Sehingga karyawan akan selalu berhati hati dalam

melakukan pekerjaannya.

6) Insentif karyawan

Pembudidaya ikan lele di kecamtan Ciampea tidak menggunakan hal tersebut

karena keterbatasan uang sebagai usaha kecil. Yang ada hanyalah pemberian

uang rokok setiap selesai panen yaitu sebesar Rp 10.000,-/orang. Sehingga

untuk insentif jangka panjang atau yang lebih besar dari itu tidak pernah

dilakukan.

Kekuatan dan kelemahan tersebut dapat dilihat secara ringkas dalam Tabel 7.

121

Tabel 7. Hasil Analisis Lingkungan Internal Indikator Kekuatan Kelemahan Sumber Daya Manusia

1. Tenaga kerja kurang terampil 2. Kurangnya intensif karyawan

Produksi/Operasi 1. Proses produksi yang baik 2. Sarana dan prasarana memadai

1. Persediaan bahan baku

Pemasaran 1. Produk yang dihasilkan berkualitas

2. Harga yang diberikan sesuai dengan produk yang dihasilkan

3. Lokasi yang strategis

1. Promosi yang kurang

Keuangan 1. Kecukupan modal jangka pendek 2. Kemampuan usaha menghasilkan

modal jangka panjang Sumber : Data Primer

7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal

Hasil analisis lingkungan eksternal adalah lima peluang yang dapat

dimanfaatkan dan enam ancaman yang harus diatasi oleh pembudidaya ikan lele

sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor. Sejumlah peluang dan ancaman tersebut

diperoleh dari hasil analisis terhadap faktor ekonomi, sosial, budaya, demografi,

lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi serta kompetitif.

Beberapa peluang pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea

Bogor, antara lain seperti :

1) Adanya peraturan pemerintah dan dinas terkait

Peraturan pemerintah baik pemerintah pusat, daerah maupun Instansi Dinas

Peternakan dan Perikanan kota Bogor telah banyak membantu pengembangan

budidaya perikanan khususnya ikan lele. Untuk pemerintah kecamatan

Ciampea membangun jalan sampai ke tempat budidaya dengan konstruksi

jalan beton atau aspal, hal ini untuk memudahkan akses transportasi

pengangkutan pasokan maupun produk serta kemudahan dalam mendapat izin

pembentukan kelompok tani pada usaha perikanan. Untuk instansi Dinas

Peternakan dan Perikanan Bogor memberikan banyak program yang

menunjang perkembangan usaha perikanan khususnya lele, yaitu seperti

pelatihan-pelatihan keterampilan budidaya perikanan, bantuan obat-obatan

gratis, pelayanan konsultasi perikanan, serta bantuan permodalan dengan

bunga 0,8 persen.

2) Isu flu burung dan antraks

122

Sebagai penghasil sumber protein hewani, produk perikanan pada saat ini

menjadi semakin marak karena dipandang aman dibanding dengan produk

peternakan lainnya seperti unggas-unggasan yang baru saja marak terkena flu

burung, begitu pula dengan sapi yang marak terkena penyakit antraks. Isu-isu

tersebut berkembang di tengah asyarakat yang menginginkan pasokan sumber

protein yang aman dan nyaman. Dengan adanya isu tersebut dan menyaksikan

adanya korban sehingga mengalihkan konsumsi masyarakat ke ikan-ikanan.

Hal ini menyebabkan pengenalan ikan lele terutama jenis sangkuriang

menjadi terobosan yang menguntungkan.

3) Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele

Permintaan akan ikan lele terutama ikan lele sangkuriang banyak diminati

yaitu karena selain sebagai sumber protein hewani yang aman untuk

dikonsumsi, juga harganya yang terjangkau serta mudah dalam akses

mendapatkan produknya. Hal ini ditandai dengan menjamurnya warung serta

rumah makan berbahan baku utama ikan lele baik untuk di Bogor sendiri atau

pun di daerah lainnya.

4) Peranan teknologi manajemen pakan

Pengelolaan pakan tersebut meliputi penggunaan pakan pelet dengan

komposisi atau kandungan nutrisi yang telah teruji secara baik serta

pemberian pakan yang dikelola sedememikian rupa dengan teratur sehingga

pemberiannya efektif.

5) Akses jalan dan transportasi

Baik jalan desa, kabupaten maupun provinsi masih dalam keadaan yang

maksimal yaitu dengan keadaan tanpa adanya lobang-lobang serta

konstruksinya yang terbuat dari aspal maupun beton sampai ke jalan desa

sekalipun. Akses jalan untuk menuju ke area usaha ini lancar dengan

konstruksi yang terbuat dari aspal atau beton sehingga memudahkan dalam

pengangkutannya. Oleh karena itu banyak permintaan yang berasal dari

daerah sekitar seperti kecamatan Ciampea sendiri, kecamatan Dramaga, kota

Jakarta, maupun ke luar Jawa seperti kota Lampung. Hal ini dikarenakan

akses jalan yang baik serta lebih dekat dengan daerah kota.

123

Beberapa peluang pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea

Bogor, antara lain seperti :

1) Kenaikan BBM dan TDL

Dalam budidaya ikan lele BBM berperan seperti dalam bahan bakar untuk

pengangkutan benih dan pakan dari produsen, sehingga kenaikan BBM

menjadi ancaman dalam peningkatan biaya transportasi. Sedangkan TDL

berperan dalam penerangan maupun hiburan yang ada di kolam produksi.

Sama halnya dengan BBM, kenaikan TDL pun akan meningkatkan biaya

produksi.

2) Harga pakan mahal

Harga pakan buatan atau pelet menjadi biaya terbesar yang dikeluarkan pihak

pembudidaya dalam biaya produksi. Pakan yang baik terdiri dari kandungan

protein, lemak, abu, serta serat yang seimbang. Oleh karena terjadi kenaikan

BBM dan TDL pada pemakaian skala besar maka produsen pakan buatan pun

menaikan harga pakan. Hal ini mengancam kelangsungan usaha budidaya

ikan lele. Oleh sebab itu, harga pakan serta transportasinya menjadi mahal

pula.

3) Cuaca dan iklim

Cuaca dan iklim di daerah Bogor kini sering berubah secara drastis.

Perubahan cuaca dan iklim ini dipengaruhi oleh la nina yang berkepanjangan

yang menyebabkan curah hujan begitu tingginya, diatas batas normal

walaupun dalam musim panas sekalipun.

4) Hama dan penyakit

Perubahan lingkungan yang ekstrim dapat mengancam kelangsungan usaha

budidaya pembesaran ikan lele ini. Adanya cuaca dan iklim yang tidak dapat

diprediksi serta fluktuasi suhu yang berubah dengan cepat dan ekstrim sering

menyebabkan kegagalan pada proses budidayanya. Dengan perubahan

ekstrim tersebut, ikan lele sangkuriang akan sering mengalami stres sehingga

mudah terkena penyakit.

5) Pengaruh stabilitas politik dan keamanan

Usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea

dalam halnya politik dan keamanan memiliki dampak signifikan. Para

124

pembeli berpikir untuk dampak keamanan dalam pengambilan barang ke

wilayah ini. Sehingga berpengaruh pada persediaan ikan lele sangkuriang di

kolam-kolam budidaya. Yaitu ikan akan terlambat diambil dan pertumbuhan

semakin besar.

6) Pengaruh produk substitusi

Komoditas substitusi untuk produk ikan lele ini beraneka macam ragamnya

meliputi komoditas sektor peternakan seperti daging sapi, kambing, unggas,

komoditas sektor pertanian seperti tahu, tempe serta dari sktor perikanan

sendiri seperti perikanan laut yaitu tuna, cakalang, kerapu dan lain sebagainya

sedangkan dari perikanan tawar sendiri seperti ikan bawal, nila, gurame.

Beraneka macam produk substitusi ini memberikan banyak pilihan bagi

konsumen, sehingga akan membagi pilihan konsumen.

Peluang dan ancaman tersebut dapat dilihat secara ringkas dalam Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Analisis Lingkungan Eksternal Indikator Peluang Ancaman Ekonomi 1. Kenaikan BBM dan TDL

2. Harga pakan mahal Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan

1. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele

2. Akses jalan dan transportasi 3. Isu flu burung dan antraks

1. Cuaca dan iklim 2. Hama dan penyakit

Politik, Pemerintahan dan Hukum

1. Peraturan pemerintah dan dinas terkait

1. Stabilitas politik dan keamanan

Teknologi 1. Penerapan manejemen pakan Kompetitif 1. Pengaruh adanya produk

substitusi Sumber : Data Primer

7.3. Analisis Matriks IFE (Internal Factors Evaluation)

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan faktor-

faktor internal yang terdapat pada perusahaan. Matriks IFE disusun berdasarkan

hasil identifikasi dari kondisi internal usaha budidaya ikan lele di kecamatan

Ciampea berupa kekuatan dan kelemahan yang selanjutnya akan dihitung dengan

rating dan pembobotan.

Analisis matriks IFE menghasilkan lima kekuatan dan enam kelemahan

internal pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea Bogor.

Kekuatan tersebut antara lain proses produksi yang baik, sarana dan prasarana

125

memadai, produk yang dihasilkan berkualitas, harga yang diberikan sesuai dengan

produk yang dihasilkan serta lokasi yang strategis. Sedangkan enam

kelemahannya seperti tenaga kerja kurang terampil, kurangnya insentif karyawan,

promosi yang kurang, kecukupan modal jangka pendek, kemampuan usaha

menghasilkan modal jangka panjang serta persediaan bahan baku.

Pembobotan yang dilakukan terhadap indikator kekuatan dan kelemahan

dilakukan dengan metode perbandingan berpasangan (paired comparison).

Penilaian bobot dan rating untuk faktor internal dijelaskan di Lampiran 4 dan

Lampiran 5. Hasil pengolahan matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 9.

Berdasarkan matriks IFE pada Tabel 9 diperoleh total skor bobot sebesar

2,755. Nilai ini mengindikasikan bahwa usaha budidaya ikan lele di kecamatan

Ciampea berada pada posisi diatas rata-rata yang berarti pembudidaya memiliki

posisi internal yang kuat. Hal ini menunjukkan pembudidaya memiliki kekuatan

yang besar dan mampu mengatasi kelemahan usahanya.

Tabel 9. Matriks IFE (Internal Factors Evaluation) usaha budidaya ikan lele di

kecamatan Ciampea Faktor Internal Kunci Bobot Rating Nilai

Tertimbang Kekuatan 1. Produk yang dihasilkan berkualitas

2. Lokasi yang strategis

3. Harga sesuai dengan produk yang dihasilkan

4. Sarana dan parasarana yang memadai

5. Proses produksi yang baik

0,077 0,091 0,095 0,091 0,091

4 4 4

3 4

0,309 0,363 0,381 0,272 0,363

Kelemahan 1. Promosi yang kurang

2. Kecukupan modal jangka pendek

3. Kemampuan usaha menghasilkan modal

jangka panjang

4. Persediaan bahan baku

5. Karyawan kurang terampil

6. Insentif karyawan

0,045 0,118 0,127 0,105 0,105 0,055

1 2 2

2 2 2

0,045 0,236 0,254 0,209 0,209 0,109

Total 2,755 Sumber : Data Primer

Analisis Matriks IFE menunjukan faktor strategis internal yang menjadi

kekuatan dan kelemahan pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan

126

Ciampea Bogor. Bobot faktor harga yang diberikan sesuai dengan produk yang

dihasilkan memperoleh bobot yang tertinggi sebesar 0,095 mengindikasikan

bahwa faktor ini merupakan kekuatan utama usaha budidaya ikan lele di

kecamatan Ciampea.

Kelemahan utama yang dimiliki usaha budidaya ikan lele di kecamatan

Ciampea adalah kemampuan usaha tersebut menghasilkan modal jangka panjang

dengan peringkat 0,127 dan skor bobot tertinggi pada faktor kelemahan yaitu

0,254. Hal ini menyebabkan penekanan-penekanan biaya produksi. Kelemahan

kedua adalah faktor kecukupan modal jangka pendek dengan skor bobot 0,118.

7.4. Analisis Matriks EFE (External Factors Evaluation)

Hasil analisis lingkungan eksternal adalah lima peluang yang dapat

dimanfaatkan dan enam ancaman yang harus diatasi oleh pembudidaya ikan lele

sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor. Lima peluang yang dihasilkan antara lain

meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele, akses jalan dan transportasi,

isu flu burung dan antraks, peraturan pemerintah dan dinas terkait serta penerapan

manejemen pakan. Sedangkan kenaikan BBM dan TDL, harga pakan mahal,

cuaca dan iklim, hama dan penyakit, stabilitas politik dan keamanan serta

pengaruh adanya produk substitusi merupakan ancaman-ancaman dari lingkungan

eksternal pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor yang

harus diatasi. Penilaian bobot dan rating untuk faktor eksternal dijelaskan di

Lampiran 4 dan Lampiran 5. Hasil pengolahan matriks EFE dapat dilihat pada

Tabel 12.

Setelah melakukan penentuan faktor-faktor eksternal, dilakukan

pembobotan dari masing-masing variabel eksternal. Nilai pembobotan yang

digunakan pada matriks EFE merupakan hasil rata-rata dari dua responden yang

dipilih. Pemberian peringkat (rating) dilakukan oleh responden yang sama dan

merupakan nilai rata-rata dari lima responden dengan memasukkan hasil

identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal, kemudian diberi bobot

dan peringkat maka diperoleh hasil pada Tabel 10.

Hasil keseluruhan perhitungan faktor strategis eksternal menghasilkan skor

sebesar 2,470 mengindikasikan bahwa usaha budidaya ikan lele di kecamatan

Ciampea merespon kurang baik peluang dan ancaman yang ada dalam

127

industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif kurang mampu

menarik keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif

potensial dari ancaman eskternal.

Tabel 10. Matriks EFE (External Factors Evaluation) Faktor Eksternal Kunci Bobot Rating Nilai

Tertimbang Peluang 1. Adanya peraturan pemerintah atau dinas

terkait setempat 2. Isu flu burung dan antraks 3. Meningkatnya minat masyarakat terhadap

ikan lele 4. Peranan teknologi manajemen pakan 5. Akses jalan dan transportasi

0,103 0,101 0,112

0,067 0,094

3,5 3 4

3

3,5

0,360 0,302 0,449

0,199 0,328

Ancaman 1. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan 2. Harga pakan mahal 3. Kenaikan BBM dan TDL 4. Pengaruh produk substitusi 5. Hama dan penyakit 6. Cuaca dan iklim

0,064 0,124 0,099 0,048 0,092 0,096

2 1 2 2

1,5 1,5

0,128 0,123 0,197 0,096 0,137 0,144

Total 2,470

Sumber : Data Primer

Hasil evaluasi matrik EFE, pada faktor peluang terlihat bahwa meningkatnya

minat masyarakat terhadap ikan lele memperoleh bobot tertinggi sebesar 0,112 dan

diperlihatkan skor peringkat 4 mengindikasikan bahwa faktor ini direspon sangat baik

oleh pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea. Dengan adanya peluang ini, maka

perlunya peningkatan produktifitas ikan lele khususnya jenis sangkuriang.

Hasil identifikasi faktor eksternal berupa ancaman bagi pembudidaya yaitu harga

bahan baku seperti pakan ikan yaitu pelet memperoleh bobot tertinggi yaitu 0,124. Hal ini

sangat menjadi perhatian pembudidaya, mengingat pakan merupakan biaya terbesar

dalam budidaya. Sedangkan faktor perekonomian nasional juga yang menyebabkan

kenaikan biaya produksi.

128

7.5. Analisis Matriks IE

Analisis matriks IE dilakuka untuk mempertajam analisis yang telah dilakukan

dengan matriks IFE dan EFE. Hasil matriks IFE dan EFE berupa total nilai tertimbang

IFE di petakan ke dalam matriks IE. Total nilai tertimbang IFE dipetakan pada sumbu x,

sedangkan total nilai tertimbang EFE dipetakan pada sumbu y.

SKOR BOBOT TOTAL IFE Kuat Sedang Lemah 3,0 - 4,0 2,0 - 2,99 1,0 - 1,99 2,755 4,0 3,0 2,0 1,0

I

Grow and Build

II

Grow and Build

III

Hold and Maintain

IV

Grow and Build

V

Hold and Maintain

VI

Harvest or Divest

VII

Hold and Maintain

VIII

Harvest or Divest

IX

Harvest or Divest

Gambar 5. Matriks Internal-Eksternal (IE) Usaha Budidaya Ikan Lele Di Kecamatan

Ciampea

Sumber : Data Primer

Berdasarkan analisis faktor internal menggunakan matriks IFE, diperoleh

skor bobot total pada sumbu x sebesar 2,755 dan sumbu y yang merupakan faktor

eksternal dengan menggunakan matriks EFE, diperoleh skor bobot total sebesar

2,470. Hasil ini menempatkan usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea

pada sel V dalam matriks IE yang dapat dilihat pada Gambar 5. Posisi tersebut

mencerminkan bahwa perusahaan berada dalam posisi strategi pertahankan dan

pelihara, dimana strategi-strategi yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar dan

pengembangan produk.

SKORBOBOTTOTALEFE

3,0

2,0

1,0

Tinggi 3,0 – 4,0

Sedang 2,0 – 2,99

Rendah 1,0 – 1,99

129

7.6. Analisis Matriks SWOT

Dengan mencocokan faktor-faktor kunci Internal (kekuatan dan

kelemahan) serta faktor-faktor kunci eksternal (peluang dan ancaman) merupakan

cara yang efektif untuk menghasilkan startegi yang layak. Strategi yang dihasilkan

pada matriks IE hanya secara umum tanpa adanya implementasi yang lebih fokus

pada tingkat perusahaan. Oleh karena itu, matriks IE dilengkapi oleh matriks

SWOT. Matriks SWOT merupakan langkah-langkah konkrit yang sebaiknya

dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pengembangan dari matriks IE. Tujuan

matriks SWOT adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang dapat

dijalankan oleh perusahaan dengan cara memindahkan hasil analisis data matriks

IFE dan EFE ke dalam matriks SWOT. Empat tipe strategi yang disarankan yaitu

Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weakness-Oppurtunities),

Strategi ST (Strengths-Threaths), Strategi WT (Weakness-Threaths).

Dimana startegi SO berarti menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang, startegi WO berarti mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan

peluang, startegi ST berarti menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman,

dan strategi WT berarti minimalkan kelemahan dan hindari ancaman. Perumusan

masing-masing startegi mengacu pada hasil posisi yang didapat pada matriks IE

yaitu jaga dan pertahankan dengan strategi umum untuk penetrasi pasar dan

pengembangan produk. Hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar

6.

Berdasarkan analisis matriks SWOT dapat dirumuskan empat alternatif

strategi yang terdiri dari :

a) Strategi S-O (Strengths-Opportunities) : peningkatkan produksi dengan

menambah area budidaya.

Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang-

peluang eksternal agar memperoleh keuntungan. Alternatif yang dapat

dilakukan pada strategi S-O, yaitu peningkatkan produksi dengan menambah

area budidaya dan jumlah penebaran benih (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3,

O4, O5).

Peningkatan volume produksi penting dilakukan mengingat meningkatnya

pula minat masyarakat terhadap produk ini. Dengan memiliki lokasi strategis,

130

sarana dan prasarana memadai serta proses produksi yang baik akan dapat

semakin meningkatkan kekuatan volume produksi. Ditambah dengan adannya

bantuan dari pemerintah daerah serta Dinas Peternakan Dan Perikanan

setempat serta peran teknologi pakan dan akses jalan yang baik membuat

semakin kuatnya potensi peningkatan volume produksi ini. Oleh karena itu

dengan menambah area budidaya dan penebaran benih diharapkan volume

produksi akan meningkat pula.

Menambah area budidaya seperti dengan menambah luasan kolam yang

digunakan baik memakai kolam terpal maupun kolam tanah. Hal ini berperan

dalam meningkatkan jumlah produktifitas ikan lele yang cepat berkembang di

kolam-kolam tersebut. penambahan ini hendaknya dilakukan secara bertahap

menyusaikan dengan pendapatan yang didapat sehingga keberlajutan usaha

akan berjalan dengan lancar.

Begitu pula dengan benih, penambahan benih penting dilakukan untuk

meningkatkan padat tebar iakan di kolam-kolam tersebut. dengan

penambahan benih ikan otomatis bertambah pula jumlah produksi ikan lele

saat panen. Kedua hal ini harus bebarengan seiring berjalan, karena jika

penambahan luasan kolam tidak dibarengi dengan penambahan benih maka

usaha tersebut tidak akan berjalan secara efisien. Oleh karena itu penggunaan

alokasi pendapatan untuk keberlanjutan usaha diperlukan guna menunjang

tujuan yang hendak dicapai.

b) Strategi W-O (Weakness-Oppurtunities) : pemanfaatan bantuan dari

pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara

pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak,

serta pelatihan pembudidaya.

Strategi W-O ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan

memanfaatkan peluang eksternal yaitu: pemanfaatan bantuan dari

pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara

pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak,

serta pelatihan pembudidaya (W1, W2, W3, W4, W5, O1, O2, O3, O4, O5).

Promosi yang kurang, masalah permodalan, kemampuan usaha menghasilkan

modal jangka panjang serta kurangnya keterampilan karyawan dapat diatasi

131

dengan adanya bantuan pemerintah dan dinas terkait baik mengenai

permodalan, jalur pameran maupun pelatihan-pelatihan keterampilan

khususnya perikanan yang sering dan rutin diadakan.

Memaksimalkan peran pemerintah dan dinas terkait diperlukan guna

menunjang tujuan yang hendak dicapai. Pemerintah seperti halnya kantor

Kecamatan Ciampea mendukung adanya keberadaan usaha agribisnis

terutama usaha budidaya ikan lele sangkuriang. Dengan berkoordinasi dengan

pemerintahan setempat diharapakan akan adanya bantuan yang mungkin ada

untuk keberlanjutan usaha baik seperti pinjaman lunak atau bahkan hibah.

Begitu pula dengan dinas terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikan

kecamatan Ciampea yang bersedia membantu penuh akan berjalan bahkan

pengembangan usaha budidaya ikan lele dengan serius. Hal ini seperti

diungkapkan oleh kepala UPT Disnakan Kecamatan Ciampea yang bersedia

membantu penyuluhan pembudidaya jika ada keluhan terhadap usaha yang

dijalani. Baik seperti hama dan penyakit yang menyerang ikan, maka dinas

akan memberikan obat-obatan secara gratis dan penjelasan yang terperinci

mengenai pengguanan obat-obatan tersebut. Begitu pula dengan masalah

kekurangan permodalan yang sering dihadapi oleh pembudidaya, maka dinas

setempat bekerjasa dengan dinas povinsi, pusat dan Bank setempat akan

berkordinasi untuk memberikan pinjaman modal lunak tanpa agunan terhadap

pembudidaya dengan ketentuan bunga 0,8 persen. Sehingga diharapkan

pembudidaya tidak terjebak lagi dengan adanya keberadaan tengkulak-

tengkulak nakal yang berkeliaran dan merugikan pembudidaya sendiri.

Mengenai kurangnya keterampilan karyawan ,maka dinas sendiri sering

melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan tambahan sesuai dengan

keberadaan usaha yang dijalani masing-masing.

Dengan jadual dan pemberitahuan yang ada di dinas setempat maka

pembudidaya akan lebih mudah berkoordinasi dengan aparat pemerintah

tersebut. pelatihan tersebut dilakukan secara gratis tanpa dipungut biaya dan

hanya diperlukan waktu yang relatif singkat untuk dapat memahaminya

secara efektif. Jadualnya pun dipisah tergantung dengan keanekaragaman

komoditas perikan yang ada dan perlu diperhatikan secara baik. Dinas terkait

132

setempat pun dapat membantu untuk melakukan promosi produk ke berbagai

konsumen besar yang ada baik lokal maupun luar daerah. Atau para

pembudidaya bisa juga untuk memamerkan hasil produknya dalam pameran

berskala lokal maupun nasional yang sering diadakan oleh Dinas Pertanian

atau Dinas Peternakan dan Perikanan. Dengan adanya pameran-pameran hasil

produksi yang berkualitas maka diharapkan jumlah konsumen yang

bertransaksi pun akan meningkat begitu pula dengan harga jual yang didapat

dapat menguntungkan pembudidaya itu sendiri.

c) Strategi S-T (Strengths-Threaths) : pertahankan kualitas produk dengan

menjaga proses produksi yang baik, kualitas produk, akses jalan, sarana dan

prasarana yang menunjang serta keamanan sekitar.

Strategi ini menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi

pengaruh dari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif yang dapat

dilakukan pada strategi S-T, yaitu: pertahankan kualitas produk dengan

menjaga proses produksi yang baik, kualitas produk, akses jalan, sarana dan

prasarana yang menunjang serta keamanan sekitar. (S1,S2, S3, S4, S5, T1,

T2, T3, T4, T5, T6).

Dengan memiliki produk yang berkualitas maka produk tersebut dapat

bertahan bahkan bersaing di tengah-tengah pengaruh politik, ekonomi,

keamanan serta cuaca dan iklim yang tidak kondusif ini. Sehingga harga yang

ditawarkan pun akan meningkat bersamaan dengan isu pengaruh-pengaruh

tersebut. produk yang berkualitas merupakan jaminan terhadap keberlanjutan

permintaan konsumen terhadap produk ikan lele ini, oleh karena itu dengan

cara menerapakan SOP atau Standar Operasi Produksi yang baku maka

diharapkan karyawan akan mematuhinya secara konsisten dan terus menerus.

Mempertahankan kualitas produk tidaklah segampang yang dibayangkan,

perlunya pengwasan yang ketat dari pemilik usaha untuk selalu dapat

menangani dengan cepat masalah yang mungkin akan terjadi. Seperti jika

terjadi penyakit yang menyerang secara mendadak atau terjadi stres pada ikan

akibat perubahan cuaca dan iklim yang ekstrim maka dengan adanya peran

pemilik usaha maka dapat diambil keputusan baik untuk berkoordinasi

dengan dinas atau menanganinya sendiri dengan pengobatan alternatif.

133

Apalagi di tengah cuaca dan iklim yang sulit diprediksi maka pengawasan

secra intensif penting untuk selalu memantau pertumbuhan dan

perkembangan ikan yang baik Tanpa adanya pengawasan yang dilakukan

oleh pihak pemilik usaha maka karyawan akan mudah untuk bertindak

ceroboh atau curang. Hal ini tidak dapat dipungkiri sering terjadi pada usaha

yang baru berkembang. Dengan adanya pengawasan yang rutin dan kontinue

maka hubungan keterikatan dan keamanan antara pemilik dan karyawan akan

terus meningkat dan berlanjut.

Begitu pula dengan adanya akses jalan, sarana dan prasarana yang

memadai harus dimaksimalkan guna menunjang kelancaran transportasi atau

pengangkutan baik bahan baku maupun hasil produksi dari lokasi bididaya ke

lokasi pemasaran konsumen. Sehingga dapat meminimalisir biaya

pengangkutan yang ada apabila sarana transportasi jalan yang ada itu rusak.

Begitu pula dengan keamanan sekitar yang dapat menjadi ancaman bagi

kelangsungan usaha budidaya ikan lele sangkuriang. Sehingga perlu

diadakannya pengamanan yang intensif seperti dengan membangun pagar

tinggi, pemberian penerangan di kolam-kolam budidaya saat gelap dan

penjagaan terhadap alat-alat serta sarana produksi. Hal tersebut ntuk

menghndari pencurian maupun pengrusakan yang dilakukan oleh pihak-pihak

tertentu yang berniat jahat.

d) Strategi W-T (Weakness-Threaths) : pengusahaan pakan alternatif yang

bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan

penyedia bahan baku tersebut.

Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan

kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Terdapat satu

alternatif yang dapat dilakukan pada strategi W-T, yaitu: mengusahakan

pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin

kerja sama dengan penyedia bahan baku tersebut (W1, W2, W3, W4, W5,

T1,T2,T3, T4, T5).

Dengan adanya pengusahaan pakan alternatif maka diharapkan

keberadaannya akan mengurangi beban biaya yang besar sehingga pemakaian

modal akan semakin hemat serta persediaan bahan baku aka menjadi

134

terjamin. Pakan alternatif yang dimungkinkan untuk digunakan secara

berkepanjangan yaitu pakan alami seperti tumbuhan air matalele, atau daun

keladi dan daun pepaya. Untuk memberikan asupan nutrisi seperti sumber

protein maka pihak pembudidaya dapat bekerjasama dengan pabrik sosis

untuk membeli sosis yang tidak layak konsumsi oleh manusia tapi layak

konsumsi oleh hewan terutama ikan lele. Produk sosis ini biasanya sudah

kadaluasa akan tetapi masih dalam kondisi yang prima tanpa adanya jamur.

Oleh sebab itu masih berkenan untuk dikonsumsi oleh ikan lele.

Dengan adanya kerjasama denga pihak pabrik maka pembudidaya akan

menghemat banyak biaya pakan maupun masalah keberlanjutan persediaan

pakan tersebut. Atau dapat pula digunakan pakan alternatif sumber protein

dari buangan ikan atau bagian ikan yang tidak dipakai di tempat pelelangan

ikan atau pasar ikan terdekat. Ikan lele yang rakus dalam hal makanan ini

tidak terlalu memilih-milih makanan yang dimakannya, oleh sebab itu

pemberian pakan alternatif ini dapat dilakukan dengan baik dan kontinue.

Pemberian vitamin pun dalam hal tambahan konsumsi pakan ikan lele ini

begitu penting utnuk daya tahan tubuh serta tambahan nafsu makannya agar

selalu aktif dalam proses metabolisme pencernaannya.

135

Internal

Eksternal

KEKUATAN ( Strengths-S) 1. Produk yang dihasilkan

berkualitas 2. Lokasi yang strategis 3. Harga yang diberikan sesuai

dengan produk yang dihasilkan

4. Sarana dan parasarana yang memadai

5. Proses produksi yang baik

KELEMAHAN (Weekness - W)

1. Promosi yang kurang 2. Kecukupan modal jangka

pendek 3. Kemampuan usaha

menghasilkan modal jangka panjang

4. Persediaan bahan baku 5. Karyawan kurang

terampil 6. Insentif karyawan

PELUANG (Opportunities-O)

1. Adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat

2. Produktifitas perikanan 3. Meningkatnya minat

masyarakat terhadap ikan lele

4. Peranan teknologi manajemen pakan

5. Akses jalan dan transportasi

STRATEGI-SO

peningkatkan produksi dengan menambah area budidaya (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3, O4, O5)

STRATEGI –WO

pemanfaatan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya(W1, W2, W3, W4, W5, O1, O2, O3, O4, O5)

ANCAMAN (Threats-T)

1. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan

2. Harga pakan mahal 3. Kenaikan BBM dan

TDL 4. Pengaruh produk

substitusi 5. Hama dan penyakit 6. Cuaca dan iklim

STRATEGI-ST

pertahankan kualitas produk dengan menjaga kualitas dan keamanan sekitar (S1,S2, S3, S4, S5, T1, T2, T3, T4, T5, T6)

STRATEGI-WT

pengusahaan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia bahan baku tersebut (W1, W2, W3, W4, W5, T1,T2,T3, T4, T5)

Gambar 6. Matriks SWOT Usaha Budidaya Ikan Lele Di Kecamatan Ciampea

Sumber : Data Primer

7.7. Analisis Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning)

Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahapan pencocokan,

yaitu dengan menggunakan matriks SWOT, maka tahap akhir dari analisis strategi

adalah pemilihan strategi terbaik. Alat analisis yang digunakan pada tahap

pengambilan keputusan adalah dengan menggunakan analisis QSPM. Teknik ini

menggunakan input dari analisis tahapan masukan dan hasil pencocokan dari

136

analisis tahap pemanduan untuk menentukan secara objektif diantara alternatif

strategi.

Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relative dari berbagai

strategi berdasarkan seberapa jauh faktor strategis internal dan eksternal

dimanfaatkan atau diperbaiki. Nilai AS (Attractiveness Score) menunjukkan daya

tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal

perusahaan. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada

responden. Nilai TAS ( Total Attractiveness Score) dari masing-masing responden

diperoleh dari hasil perkalian bobot rata-rata dan nilai AS dari setiap faktor kunci

strategis. Semakin tinggi TAS maka semakin menarik alternatif strategi tersebut

sebagai prioritas strategi untuk dilaksanakan usaha budidaya ikan lele di

kecamatan Ciampea. Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS (Sum Total

Attractiveness Score) dari masing-masing responden dengan cara menjumlahkan

seluruh TAS dari masing-masing faktor internal dan eksternal perusahaan. Secara

rinci perhitungan QSPM dapat dilihat pada Lampiran 10.

Berdasarkan pengolahan QSPM, diperoleh prioritas strategi yang dapat

dijalankan usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea berdasarkan

penjumlahan TAS terbesar. Prioritas strategi yang dapat dilakukan adalah

menigkatkan produksi produk dengan nilai STAS tertinggi yaitu sebesar 6,843.

Secara keseluruhan, prioritas strategi untuk pengembangan usaha usaha budidaya

ikan lele di kecamatan Ciampea adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya (total nilai Daya

Tarik sebesar 6,884).

2. Memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai

penyampai informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam

promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya (total nilai Daya Tarik

sebesar 6,213).

3. Mempertahankan kualitas produk (total nilai Daya Tarik sebesar 6,348).

4. Mengusahakan pakan alternatif serta bekerjasama dengan penyedia bahan

baku (total nilai Daya Tarik sebesar 5,926).

Untuk menjalankan prioritas strategi meningkatkanproduksi dengan

menambah area budidaya maka diperlukan program-program dalam

137

merealisasikannya. Salah satunya yaitu dengan membeli atau menyewa tanah

yang berisi kolam-kolam budidaya produksi. Pembelian atau penyewaan kolam-

kolam budidaya ini dilakukan menyesuaikan dengan kemampuan modal yang

dimiliki. Jika mempunyai modal yang berlebih maka pembelian tanah merupakan

pilihan yang baik. Hal ini dikarenakan tanah yang berisi kolam-kolam dapat

dijadikan aset jangka panjang. Tapi jika memiliki keterbatasan modal maka perlu

menyewa kolam-kolam tersebut sebagai langkah awal.

Dalam teknis budidaya yang digunakan pun perlu menerapkan teknologi

budidaya berupa konstruksi kolam yaitu terpal, semi permanen dam permanen.

Untuk modal dalam skala kecil dapat digunakan kolam terpal yang memiliki

jangka waktu ekonomis yang singkat yaitu dua tahun. Sedangkan jika memiliki

modal berlebih maka perlu dibangun kolam semi permanen dengan asumsi dasar

tanah untuk penumbuhan pakan alami ikan lele dan kolam permanen untuk

budidaya intensif berskala besar. Begitu pula dengan teknologi yang lainnya

seperti padat tebar yang tinggi, penggunaan pakan buatan yang terjadual dengan

tepat, pemberian vitamin, saluran masuk dan keluar air yang modern serta

sirkulasi air yang baik.

Dengan penambahan luasan area budidaya, maka mjumlah penebaran

benih pun harus ditingkatkan. Dengan jumlah padat tebar 250-300 ekor/m2 untuk

ukuran benih 4-6 cm. Penambahan benih ikan lele untuk penebaran di luasan area

budidaya baru, mesti memperhatikan kondisi lingkungan tersebut. Perlakuan

penyusaian tersebut biasa disebut dengan aklimatisasi benih. Hal tersebut

dilakukan agar benih tidak terkejut dengan perubahan suasana dari kolam

pembenihan ke kolam pembesaran yang baru.

Pengguanaan karyawan terampil dalam proses budidaya merupakan salah

satu yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi. Karyawan yang terampil

akan meminimalisir kesalahan kerja dalam proses budidaya pembesaran ikan lele

sangkuriang. Pengrekrutan dapat dilakukan dengan menggunakan masyarakat

sekitar. Dengan menggunakan karyawan terampil dari daerah sekitar, maka

diharapkan akan meminimalisir biaya transportasi dan biaya pengawasan ke lokasi

budidaya. Kehadiran warga sekitar sebagai karyawan memberikan kesan baik

138

pada usaha yang dijalankan. Hal tersebut dikarenakan adanya efek positif pada

masyarakat sekitar.

Modal menjadi landasan untuk mengembangkan suatu usaha. Adanya

keterbatasan modal yang dimiliki harus disikapi dengan cermat. Peminjaman

bantuan modal dengan bunga rendah atau dapat dikatakan sebagai pinjaman

lunak, menjadi pilihan yang tepat. Usaha mencari pinjaman dapat dilakukan

dengan memanfaatkan peran pemerintah seperti dinas tekait yang dapat

memberikan pinjaman lunak pada pembudidaya, sehingga diharapkan dengan

adanya pinjaman lunak dari dinas terkait maka peran kerja pembudidaya akan

meningkat. Begitu pula dengan program kerja pengembangan usaha pembesaran

ikan lele akan segera terealisasi dengan perencanaan yang tepat.

139

DAFTAR PUSTAKA

[Disnakan] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2004a. Laporan Tahunan Tahun 2004. Bogor : Disnakan.

David FR. 2004. Manajemen Strategis Konsep. Sindoro A, penerjemah; Jakarta : PT Indeks. Terjemahan dari : Concepts Of Strategic Management.

Hasibuan, A H. 2008. Analisis Formulasi Strategi Pengembangan Bisnis Ikan Hias Koi Pada CV Ayunawa Freshwater Fish Farm Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah [diakses pada tanggal 18 januarai 2010]

Ismanto N F . 2009. Strategi Pengembangan Ikan Lele Di Parung Bogor [tesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pamunjtak W. 2010. Panduan Lengkap dan Praktis Budidaya Lele. Pustaka Araska Media Utm. Yogyakarta.

Rachmina D, Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Departemen Agribisnis. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Soetomo M. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Bandung : CV Sinar Baru. Suyanto S R. 1989. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya.

Umar, H. 2008. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Yulianti E. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) (kasus pada PT Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Banten) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

140

LAMPIRAN

141

Lampiran 1. Kuesoner

KUISIONER PENELITIAN SKRIPSI

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL

PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG DI KECAMATAN CIAMPEA

KABUPATEN BOGOR

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepenus strain sangkuriang)

DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

PENELITI AFRILYADI EKO WIBOWO

H34086002

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

142

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepenus strain sangkuriang)

DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : Pekerjaan/Jabatan : Dalam rangka pengumpulan data primer sebagai bahan penyusunan tugas akhir atau skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepenus strain sangkuriang) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”, maka peneliti bermaksud menyebarkan kuesioner dan mengharapkan bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap, objektif, dan benar adanya, karena kuesioner ini digunakan untuk penelitian skripsi dengan tujuan ilmiah sehingga sangat dibutuhkan data yang valid dan akurat. Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu, peneliti mengucapkan terima kasih.

Peneliti

AFRILYADI EKO WIBOWO

H340860002

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

143

Nomor kuisoner:............ Tanggal :......../......../........ KEADAAN UMUM

1. Dimanakah letak geografis kecamatan Ciampea ? 2. Letak batas wilayah kecamatan ciampea 3. Bagaimanakah tofografi wilayahnya ? 4. Berapakah jumlah penduduknya serta komposisinya ? 5. Bagaimanakah keadaan akses jalan dan transportasi ? 6. Bagaimanakah keadan pasar di wilayah ini ? 7. Bagaimanakah keadaan perikanan di kecamatan Ciampea ?

ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

Lingkungan Makro A. Faktor Politik 1. Apakah terdapat peraturan setempat yang mendukung? 2. Apakah terdapat peraturan setempat yang menghambat? 3. Apakah kondisi stabilitas politik dan keamanan di Indonesia

berpengaruh pada ikli usaha ini ?

B. Faktor Ekonomi 1. Bagaimana kondisi perekonomian secara umum? 2. Bagaimana kondisi pendapatan masyarakat ciampea secara umum? 3. Bagaimana perkembangan tingkat harga produk tersebut? 4. Bagaimana siklus bisnis yang dilakukan oleh Usaha ini? 5. Siapakah yang berperan dalam penetapan harga produk? 6. Apakah produktivitas sumberdaya manusia dan teknologi sudah maju? 7. Bagaimana kriteria tenaga kerja di Usaha ini? Sebutkan: C. Faktor Sosial 1. Faktor sosial yang ada di Usaha ini, biasanya terdiri dari aspek mana saja? a. Sikap b. Gaya hidup c. Adat istiadat d. Ketiganya D. Faktor Teknologi 1. Bagaimana perkembangan teknologi produksi usaha pembesaran ikan lele

ini ? 2. Apakah dengan teknologi yang sudah ada, dapat mempengaruhi kinerja

usaha ini? 3. Apakah ada waktu keusangan teknologi kemudian mengharuskan diganti

dengan yang baru? 4. Biasanya teknologi berupa apa ? 5. Bagaimana harga teknologi yang akan diadopsi?

144

Lingkungan Industri A. Ancaman Masuk Pendatang Baru 1. seberapa banyak pendatang baru yang sudah masuk dalam industri yang

sama ? 2. seberapa besar pengaruhnya terhadap usaha yang ada ? 3. ancaman apa saja yang berpengaruh ?

B. Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri 1. Faktor-faktor manakah di bawah ini yang sering mempengaruhi Usaha ini? Jumlah kompetitor Tingkat pertumbuhan industri Karakteristik produk Biaya tetap yang besar Kapasitas Hambatan keluar 2. a. Menurut Anda, siapa pesaing utama Usaha ini dan apa yang menjadi

keunggulan tempat tersebut? b. Bagaimana pihak Usaha ini menanggapi para pesaing tersebut? C. Ancaman Produk Pengganti 1. Apakah produk pengganti atau substitusi mengancam produk utama? 2. Produk pengganti apa yang menjadi pesaing bisnis Anda? 3. Apakah ada pengaruhnya bagi penjualan pada bisnis Anda? D. Peluang Tawar-Menawar Pembeli 1. Apakah Usaha ini melihat dari sisi tawar-menawar pembeli dalam

menentukan harga maupun dalam meningkatkan mutu atau layanan Usaha ini?

2. Bagaimana pengaruh yang diberikan pembeli dalam proses tawar-menawar?

3. Bagaimankah loyalitas pembeli ? 4. Adakah perbedaan harga antara konsumen dan pelanggan ? 5. Bagaimanakah kualitas produk yang diharapkan pembeli ?

E. Peluang Tawar-Menawar Pemasok 1. Berapakah jumlah pemasok pada usaha ini ? 2. Adakah pemasok lain selain pemasok langganan ? 3. Dimana saja lokasi pemasok ? 4. Bagaimana peluang pemasok dalam memenuhi kebutuhan bahan baku ? 5. Bagaimana bentuk kerjasamanya ? 6. Apakah peluang tawar-menawar pemasok dalam hal menaikkan harga atau

menurunkan kualitas produk atau servis mempengaruhi Usaha ini? 7. Bagaimana pengaruh pemasok bagi bisnis ini? 8. Kriteria apa yang diberikan oleh Usaha ini dalam memilih pemasok?

F. Pengaruh Peluang Stakeholder Lainnya 1. Apakah Usaha ini bekerjasama dengan stakeholder? 2. Apa saja stakeholder yang dimaksud?

145

3. Apakah terjadi persaingan dengan usaha sejenis lain? 4. Apa ada pengaruh yang ditimbulkan oleh para stakeholder lain, seperti

pemegang saham lainnya, pemerintah, atau pihak yang berpengaruh di lingkungan sekitar lokasi?

IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL Tujuan : Menentukan peluang dan ancaman dari variabel – variabel faktor eksternal. Petunjuk : Contreng dari masing – masing variabel yang ada, apakah termasuk peluang atau ancaman. Faktor eksternal No Variabel faktor eksternal Peluang Ancaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan Pengaruh stabilitas politik dan keamanan Harga bahan baku Isu flu burung dan antraks Kenaikan BBM dan TDL Minat masyarakat terhadap ikan lele Pengaruh teknologi Jumlah pembudidaya Adanya pengaruh produk substitusi Hama penyakit Keadaan iklim dan cuaca

PENENTUAN BOBOT

Tujuan: Mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor internal maupun eksternal Usaha pembesaran ikan lele, yaitu dengan cara pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor tersebut dapat mempengaruhi atau membentuk keberhasilan usaha pengembangan Usaha pembesaran ikan lele. Petunjuk : 1. Bobot mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari setiap faktor terhadap

keberhasilan perusahaan dalam bisnis Usaha pembesaran ikan lele. Penentuan bobot merupakan pandangan responden terhadap faktor strategis internal dan eksternal perusahaan.

2. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor eksternal dan internal yang tersedia untuk Usaha pembesaran ikan lele adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

(Indikator horizontal adalah indikator yang terdapat pada kolom vertikal, dan sebaliknya)

146

2. Identifikasi Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha pembesaran ikan lele

Faktor Strategis Eksternal

A B C D E F G H I J K Total Bobot

A B C D E F G H I J K

Total Keterangan: 1. Peluang

A = B = C = D = E =

2. Ancaman

F = G =

PENENTUAN RATING Pemberian Peringkat Terhadap Faktor-Faktor Eksternal Perusahaan

(Peluang dan Ancaman) Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Peluang Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor peluang usaha

dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak.

b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 1 = sangat rendah, respon usaha dalam meraih peluang tersebut kurang. Skala 2 = rendah, respon usaha dalam meraih peluang tersebut rata-rata. Skala 3 = tinggi, respon usaha dalam meraih peluang tersebut di atas rata-rata. Skala 4 = sangat tinggi, respon usaha dalam meraih peluang tersebut superior.

147

Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi Usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor peluang yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut:

No Faktor Strategis Eksternal Rating PELUANG 1. 2. 3. 4. 5.

Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Ancaman Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor ancaman usaha

dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak.

b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 1 = sangat tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut

superior. Skala 2 = tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut di atas rata-

rata. Skala 3 = rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut rata-rata. Skala 4 = sangat rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut

kurang. Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi Usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor ancaman yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut:

No Faktor Strategis Eksternal Rating ANCAMAN 1. 2. 3. 4. 5.

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL A. Sumber Daya Manusia 1. Berapa jumlah karyawan yang membantu usaha ini ? 2. Ketrampilan apa saja yang dimiliki oleh karyawan? 3. Bagaimana tingkat pendidikan karyawan ? 4. Fasilitas apa yang diberikan pemilik usaha pada karyawan ? 5. Intensif apa yang diberikan oleh pemilik usaha pada karyawan ? 6. Pelatihan – pelatihan apa saja yang didikuti oelh karyawan ?

148

B. Keuangan 1. Dari mana saja sumber modal dalam usaha ini ? 2. Berapa rata – rata jumlah awal usaha ini ? 3. Bagaimana perkembangan modal usaha ? 4. Bagaiman kondisi keuangan ? 5. Bagaimana sistem manajemen keuangan ? 6. Berapa biaya yang dikeluarkan dalam usaha ini setiap siklusnya ?

C. Produksi dan Operasi 1. Bagaimana proses produksinya ? 2. Bagaimana proses kegiatan pasca panen ? 3. Berapa luas lahan yang digunakan ? 4. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana produksinya ? 5. Bagaimana ketersedian air, benih, pakan serta bahan baku lainnya ? 6. Bagaimana ketersediaan tenaga kerja ? 7. Bagaiman kapasitas sarana dan prasarana yang dimiliki ? 8. Bagaimana pengaruhnya perkembangan teknologi yang dimiliki dengan

perkembangan usahanya ? 9. Bagaimana sistem pengawasan produksi yag digunakan ? 10. Kualitas seperti apa yang diharapakan atas produksi yag ingin dicapai ?

D. Pemasaran 1. Apa saja jenis produk yang dihasilkan ? 2. Berapa harga dari masing – masing produk yang dijual ? 3. Berapa dan bagaimana perkembangan jumlah penjualan produk yang

dihasilkan ? 4. Bagaimana cara memperoleh informasi pasar yang dibutuhkan ? 5. Bagaimana bentuk saluran distribusi yang biasa digunakan ? 6. Daerah mana saja yang dijadikan daerah pemasaran ? 7. Bagaimana strategi penetapan harga produk ? 8. Apa saja bentuk promosi yang sudah dilakukan ? 9. Bagaiman cara mengembangkan produk yang dihasilkan ?

149

IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL Tujuan : Menentukan kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan ancaman dari variabel – variabel faktor eksternal. Petunjuk : Contreng dari masing – masing variabel yang ada, apakah termasuk kekuatan atau kelemahan. Faktor internal

No Variabel faktor internal Kekuatan kelemahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Produk yang dihasilkan berkualitas Lokasi usaha dekat dengan bahan baku dan transportasi mudah Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas Promosi yang rajin Kecukupan modal jangka panjang Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal Sarana dan prasarana yang memadai Proses produksi yang yang baik Persediaan bahan baku yang mencukupi Tenaga kerja yang terampil Insentif untuk karyawan

PENENTUAN BOBOT

Tujuan: Mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor internal maupun eksternal Usaha pembesaran ikan lele, yaitu dengan cara pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor tersebut dapat mempengaruhi atau membentuk keberhasilan usaha pengembangan Usaha pembesaran ikan lele. Petunjuk : 3. Bobot mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari setiap faktor terhadap

keberhasilan perusahaan dalam bisnis Usaha pembesaran ikan lele. Penentuan bobot merupakan pandangan responden terhadap faktor strategis internal dan eksternal perusahaan.

4. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor eksternal dan internal yang tersedia untuk Usaha pembesaran ikan lele adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

(Indikator horizontal adalah indikator yang terdapat pada kolom vertikal, dan sebaliknya)

150

1. Identifikasi Bobot Faktor Strategis Internal untuk Usaha pembesaran ikan lele

Faktor

Strategis Internal

A B C D E F G H I J K Total Bobot

A B C D E F G H I J K

Total Keterangan: 1. Kekuatan

A = B = C = D = E =

2. Kelemahan F = G = H = I = J = K = L =

PENENTUAN RATING

3. Pemberian Peringkat Terhadap Faktor-Faktor Internal Perusahaan (Kekuatan dan Kelemahan)

Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Kekuatan Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan usaha

dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak.

b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 4 = jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan pesaing.

151

Skala 3 = jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan pesaing. Skala 2 = jika faktor tersebut lemah dibandingkan dengan pesaing. Skala 1 = jika faktor tersebut sangat lemah dibandingkan dengan pesaing.

Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi Usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor kekuatan yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut:

No Faktor Strategis Internal Rating KEKUATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Kelemahan Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kelemahan usaha

dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak.

b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 4 = jika faktor tersebut sangat lemah terhadap pesaing. Skala 3 = jika faktor tersebut lemah terhadap pesaing. Skala 2 = jika faktor tersebut kuat terhadap pesaing. Skala 1 = jika faktor tersebut sangat kuat terhadap pesaing.

Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi Usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor kelemahan yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut:

No Faktor Strategis Internal Rating KELEMAHAN 1. 2. 3. 4. 5.

152

Lampiran 2. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

Tabel Analisis Lingkungan Internal

Faktor Kunci Sukses Th 2010 Kompetitor T S R T S R

1. Sumber Daya Manusia a. Tenaga kerja kurang terampil b. Insentif karyawan 2. Produksi dan Operasi a. Proses produksi yang baik b. Sarana dan prasarana c. Persediaan bahan baku 3. Pemasaran a. Produk yang dihasilkan berkualitas b. Lokasi yang strategis c. Promosi yang kurang 4. Keuangan a. Kecukupa modal jangka pendek b. Kemampuan menghasilkan modal

Tabel Analisis Lingkungan Eksternal

Faktor Kunci Sukses Peluang Ancaman Probabilitas

terjadi Probabilitas

terjadi T S R T S R

1. Ekonomi a. Harga bahan baku. b. Pengaruh perekonomian nasional 2. Sosial, Budaya, Demografis dan

Lingkungan

a. Meningkatnya minat masyarakat b. Hama dan penyakit c. Cuaca dan iklim 3. Politik, Pemerintahan dan

Hukum

a. Peraturan pemerintah dan dinas b. Stabilitas Polkamnas 4. Teknologi a. Teknologi management pakan 5. Kompetitif a. Pengaruh adanya produk

substitusi

Lampiran 3. DATA SWOT ( Kekuatan, kelemahan, peluang dan Ancaman )

153

FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL KEKUATAN ( Strengths – S)

6. Produk yang dihasilkan berkualitas 7. Lokasi yang strategis 8. Harga yang diberikan sesuai dengan

produk yang dihasilkan 9. Sarana dan parasarana yang

memadai 10. Proses produksi yang baik

PELUANG (Opportunities-O) 1. Adanya peraturan pemerintah atau

dinas terkait setempat 2. Produktifitas perikanan 3. Meningkatnya minat masyarakat

terhadap ikan lele 4. Peranan teknologi manajemen

pakan 5. Akses jalan dan transportasi

KELEMAHAN (Weekness - W) 1. Promosi yang kurang 2. Kecukupan modal jangka pendek 3. Kemampuan usaha menghasilkan

modal jangka panjang 4. Persediaan bahan baku 5. Karyawan kurang terampil 6. Insentif karyawan

ANCAMAN (Threats-T) 7. Pengaruh stabilitas politik dan

keamanan 8. Harga bahan baku mahal 9. Pengaruh perekonomian nasional 10. Pengaruh produk substitusi 11. Hama dan penyakit 12. Cuaca dan iklim

154

Lampiran 4. Matriks Berpasangan

Nilai Bobot Faktor Strategis Internal

Responden : Elysa Manalu

A B C D E F G H I J K Total A 0 2 1 2 2 3 1 1 1 1 3 17 B 2 0 2 2 2 3 1 1 2 2 3 20 C 3 2 0 2 2 3 1 1 2 2 3 21 D 2 2 2 0 2 3 1 1 2 2 3 20 E 2 2 2 2 0 3 1 1 2 2 3 20 F 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10 G 3 3 3 3 3 3 0 1 2 2 3 26 H 3 3 3 3 3 3 3 0 2 2 3 28 I 3 2 2 2 2 3 2 2 0 2 3 23 J 3 2 2 2 2 3 2 2 2 0 3 23 K 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 0 12 220

Nilai Rata – Rata Bobot Faktor Strategis Internal

Faktor Internal Kunci Bobot Kekuatan

A. Produk yang dihasilkan berkualitas B. Lokasi yang strategis C. Harga yang diberikan sesuai dengan produk yang

dihasilkan D. Sarana dan parasarana yang memadai E. Proses produksi yang baik

0,077 0,091 0,095 0,091 0,091

Kelemahan F. Promosi yang kurang G. Kecukupan modal jangka pendek H. Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang I. Persediaan bahan baku J. Karyawan kurang terampil K. Insentif karyawan

0,045 0,118 0,127 0,105 0,105 0,055

155

Nilai Rating Faktor Strategis Internal

Faktor Internal Kunci Rating Kekuatan A. Produk yang dihasilkan berkualitas B. Lokasi yang strategis C. Harga yang diberikan sesuai dengan produk yang

dihasilkan D. Sarana dan parasarana yang memadai E. Proses produksi yang baik

4 4 4 3 4

Kelemahan F. Promosi yang kurang G. Kecukupan modal jangka pendek H. Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang I. Persediaan bahan baku J. Karyawan kurang terampil K. Insentif karyawan

1 2 2 2 2 2

Nilai Bobot Faktor Strategis Eksternal

Responden : staff Kantor Kecamatan Ciampea

A B C D E F G H I J K Total A 0 3 1 3 3 2 2 3 3 3 3 26 B 1 0 1 3 2 3 1 3 3 2 2 21 C 3 3 0 3 2 3 1 2 3 2 2 24 D 1 1 1 0 1 2 1 1 3 1 1 13 E 1 2 2 3 0 3 1 3 3 2 2 22 F 2 1 1 2 1 0 1 1 2 1 1 13 G 2 3 3 3 3 3 0 3 3 3 3 29 H 1 1 2 3 1 3 1 0 3 1 1 17 I 1 1 1 1 1 2 1 1 0 1 1 11 J 1 2 2 3 2 3 1 3 3 0 2 22 K 1 2 2 3 2 3 1 3 3 2 0 22 220

156

Responden : kepala UPT Disnakan Kecamatan Ciampea

A B C D E F G H I J K Total A 0 2 1 2 2 3 1 1 3 3 1 19 B 2 0 2 3 3 3 2 1 3 2 2 23 C 3 2 0 3 2 3 1 2 3 3 3 25 D 2 1 1 0 1 3 1 2 3 1 1 16 E 2 1 2 3 0 3 1 2 3 1 1 19 F 1 1 1 1 1 0 3 2 3 1 1 15 G 3 2 3 3 3 1 0 1 3 3 3 25 H 3 3 2 2 2 2 3 0 3 3 3 26 I 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 10 J 1 2 1 1 3 3 1 1 3 0 2 18 K 3 2 1 1 3 3 1 1 3 2 0 20 216

Nilai Rata – Rata Bobot Faktor Strategis Eksternal

Faktor Eksternal Kunci Kantor kecamatan Ciampea

UPT Disnakan Ciampea

Bobot rata-rata

Peluang A. Adanya peraturan pemerintah

atau dinas terkait setempat B. Isu flu burung dan antraks C. Meningkatnya minat

masyarakat terhadap ikan lele D. Peranan teknologi

manajemen pakan E. Akses jalan dan transportasi

0,118 0,095 0,109 0,059 0,1

0,088 0,106 0,115 0,074 0,088

0,103 0,101 0,112 0,067 0,094

Ancaman F. Pengaruh stabilitas politik

dan keamanan G. Harga bahan baku mahal H. Kenaikan BBM dan TDL I. Pengaruh produk substitusi J. Hama dan penyakit K. Cuaca dan iklim

0,059 0,132 0,772 0,05 0,1 0,1

0,069 0,116 0,12 0,046 0,083 0,093

0,064 0,124 0,099 0,048 0,092 0,096

157

Nilai Rata – Rata Rating Faktor Strategis Eksternal

Faktor Eksternal Kunci Kantor kecamatan Ciampea

UPT Disnakan Ciampea

Rating rata-rata

Peluang A. Adanya peraturan pemerintah

atau dinas terkait setempat B. Isu flu burung dan antraks C. Meningkatnya minat

masyarakat terhadap ikan lele D. Peranan teknologi

manajemen pakan E. Akses jalan dan transportasi

4 3 4 3 4

3 3 4 3 3

3,5 3 4 3 3,5

Ancaman F. Pengaruh stabilitas politik

dan keamanan G. Harga bahan baku mahal H. Kenaikan BBM dan TDL I. Pengaruh produk substitusi J. Hama dan penyakit K. Cuaca dan iklim

2 1 2 2 1 1

2 1 1 2 2 2

2 1 2 2 1,5 1,5

Lampiran 5. Tabel IFAS EFAS

TABEL IFAS

Faktor Internal Kunci Bobot Rating Nilai Tertimbang

Kekuatan 6. Produk yang dihasilkan berkualitas 7. Lokasi yang strategis 8. Harga sesuai dengan produk yang

dihasilkan 9. Sarana dan parasarana yang memadai 10. Proses produksi yang baik

0,077 0,091 0,095

0,091 0,091

4 4 4

3 4

0,309 0,363 0,381

0,272 0,363

Kelemahan 7. Promosi yang kurang 8. Kecukupan modal jangka pendek 9. Kemampuan usaha menghasilkan

modal jangka panjang 10. Persediaan bahan baku 11. Karyawan kurang terampil 12. Insentif karyawan

0,045 0,118 0,127

0,105 0,105 0,055

1 2 2

2 2 2

0,045 0,236 0,254

0,209 0,209 0,109

Total 2,755

158

TABEL EFAS

Faktor-Faktor Eksternal Utama Rata-rata Skor Bobot Bobot Peringkat

Peluang 6. Adanya peraturan pemerintah atau

dinas terkait setempat 7. Isu flu burung dan antraks 8. Meningkatnya minat masyarakat

terhadap ikan lele 9. Peranan teknologi manajemen

pakan 10. Akses jalan dan transportasi

0,103

0,101 0,112

0,067 0,094

3,5

3 4

3

3,5

0,360

0,302 0,449

0,199 0,328

Ancaman 7. Pengaruh stabilitas politik dan

keamanan 8. Harga pakan mahal 9. Kenaikan BBM dan TDL 10. Pengaruh produk substitusi 11. Hama dan penyakit 12. Cuaca dan iklim

0,064

0,124 0,099 0,048 0,092 0,096

2

1 2 2

1,5 1,5

0,128

0,123 0,197 0,096 0,137 0,144

Total 2,470

159

Lampiran 6. Matriks IE ( Internal Eksternal )

SKOR BOBOT TOTAL IFE

Kuat Sedang Lemah

3,0 - 4,0 2,0 - 2,99 1,0 - 1,99

2,755

4,0 3,0 2,0 1,0

I

Grow and Build

II

Grow and Build

III

Hold and Maintain

IV

Grow and Build

V

Hold and

Maintain

VI

Harvest or Divest

VII

Hold and Maintain

VIII

Harvest or Divest

IX

Harvest or Divest

SKORBOBOTTOTALEFE

3,0

2,0

1,0

Tinggi 3,0 – 4,0

Sedang 2,0 – 2,99

Rendah 1,0 – 1,99

2,470

160

Lampiran 7. MATRIKS SWOT

Internal

Eksternal

KEKUATAN ( Strengths – S)

1. Produk yang dihasilkan berkualitas

2. Lokasi yang strategis 3. Harga yang diberikan

sesuai dengan produk yang dihasilkan

4. Sarana dan parasarana yang memadai

5. Proses produksi yang baik

KELEMAHAN (Weekness - W) 1. Promosi yang kurang 2.Kecukupan modal jangka pendek 3.Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang 4.Persediaan bahan baku 5. Karyawan kurang

terampil 6. Insentif karyawan

PELUANG (Opportunities-O)

6. Adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat

7. Isu flu burung dan antraks

8. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele

9. Peranan teknologi manajemen pakan

10. Akses jalan dan transportasi

STRATEGI – SO

1. Meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya dan penebaran benih (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3, O4, O5)

STRATEGI –WO

1. Memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya(W1, W2, W3, W4, W5, O1, O2, O3, O4, O5)

ANCAMAN (Threats-T)

1. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan

2. Harga bahan baku mahal

3. Pengaruh perekonomian nasional

4. Pengaruh produk substitusi

5. Hama dan penyakit 6. Cuaca dan iklim

STRATEGI – ST

1. Mempertahankan kualitas produk (S1,S2, S3, S4, S5, T1, T2, T3, T4, T5, T6)

STRATEGI – WT

1. Mengusahakan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia bahan baku tersebut (W1, W2, W3, W4, W5, T1,T2,T3, T4, T5)

Lampiran 8. Dokumentasi Gambar

161

Kolam semi permanen Saluran sumber air

Saung Penutup kolam

kolam tanah Saluran air masuk kolam

162

Pengeringan kolam

Kolam terpal Akses jalan masuk kolam

Lampiran 9 . QSPM

Faktor-faktor Utama Bobot

Alternatif Strategi 1 2 3 4

Meningkatkan produksi Memanfaatkan bantuan dari

pemerintahan dan dinas terkait Mempertahankan produk berkualitas

Mengusahakan pakan alternatif serta bekerjasama dengan

penyedia bahan baku AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Peluang Peluang 1 0,103 3 0,309 4 0,412 4 0,412 4 0,412 Peluang 2 0,101 4 0,404 4 0,404 4 0,404 1 0,101 Peluang 3 0,112 4 0,448 4 0,448 4 0,448 2 0,224 Peluang 4 0,067 4 0,268 3 0,201 4 0,268 4 0,268 Peluang 5 0,094 3 0,282 3 0,282 2 0,188 3 0,282 Ancaman 0 Ancaman 1 0,064 2 0,128 3 0,192 2 0,128 1 0,064 Ancaman 2 0,124 4 0,496 4 0,496 4 0,496 4 0,496 Ancaman 3 0,099 3 0,297 3 0,297 2 0,198 4 0,396 Ancaman 4 0,048 1 0,048 2 0,096 2 0,096 3 0,144 Ancaman 5 0,092 3 0,276 2 0,184 3 0,276 3 0,276 Ancaman 6 0,096 3 0,288 2 0,192 3 0,288 1 0,096 Kekuatan 0 Kekuatan 1 0,077 4 0,308 3 0,231 4 0,308 4 0,308 Kekuatan 2 0,091 4 0,364 4 0,364 2 0,182 3 0,273 Kekuatan 3 0,095 4 0,38 2 0,19 2 0,19 3 0,285 Kekuatan 4 0,091 4 0,364 2 0,182 3 0,273 3 0,273 Kekuatan 5 0,091 4 0,364 2 0,182 3 0,273 3 0,273 Kelemahan 0 Kelemahan 1 0,045 2 0,09 2 0,09 1 0,045 2 0,09 Kelemahan 2 0,118 4 0,472 4 0,472 4 0,472 4 0,472 Kelemahan 3 0,127 4 0,508 4 0,508 4 0,508 4 0,508 Kelemahan 4 0,105 4 0,42 4 0,42 4 0,42 4 0,42 kelemahan 5 0,105 3 0,315 3 0,315 4 0,42 2 0,21 kelemahan 6 0,055 1 0,055 1 0,055 1 0,055 1 0,055 Total 6,884 6,213 6,348 5,926

73