STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan...

76
STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE INDONESIA DI KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT RARA TAMA PUTRI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan...

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE

INDONESIA DI KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

RARA TAMA PUTRI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan
Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan

Bisnis Rumah Tempe Indonesia di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbingn dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Rara Tama Putri

NIM H34100047

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

ABSTRAK

RARA TAMA PUTRI Strategi Pengembangan Bisnis Rumah Tempe Indonesia di

Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh JOKO PURWONO

Rumah Tempe Indonesia (RTI) adalah pelopor dan masih satu-satunya

produsen tempe higienis di Indonesia. Indikasi peluang menunjukkan bahwa RTI

dapat melakukan langkah strategis untuk mengembangkan bisnisnya. Penelitian

ini bertujuan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal yang

memengaruhi usaha Rumah Tempe Indonesia serta merumuskan dan

memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal

dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan data dilakukan terhadap

enam responden pada bulan April 2014 hingga Mei 2014 di Rumah Tempe

Indonesia di Bogor, Jawa Barat. metode analisis data yang digunakan adalah

metode deskriptif dan metode perumusan strategi. Hasil analisis matriks IE

menunjukkan posisi RTI berada di kuadran dua yaitu tumbuh dan membangun.

Strategi yang paling tepat digunakan adalah strategi intensif dan integratif.

Terdapat 5 alternatif strategi yang dapat diterapkan RTI berdasarkan analisis

matriks SWOT. Hasil analisis matriks QSP menunjukkan strategi yang sebaiknya

menjadi prioritas dalam pengembangan bisnis RTI yaitu melakukan

pengembangan pasar baru secara intensif

Kata kunci: bisnis, pengembangan, Rumah Tempe Indonesia, strategi.

ABSTRACT

RARA TAMA PUTRI The Strategy of Rumah Tempe Indonesia Business

Development in Bogor City, West Java Province. Supervised by JOKO

PURWONO

Rumah Tempe Indonesia (RTI) is the pioneer and still the only

manufacturer of hygienic tempe in Indonesia. Opportunity indication showed that

RTI could do the strategy to develop its business. This research aims at

identifying the internal and external environment that influenced the business,

formulating and prioritizing the alternative strategy based on the result of RTI

internal and external environment analysis. Data collection was conducted on six

respondents in April 2014 until May 2014 at RTI in Bogor, West Java. Data

analysis methods used were descriptive method and strategy formulation

method. The results of the analysis indicated that the position of RTI in IE matrix

was in quadrant two, grow and build. The most appropriate strategies to use were

intensive and integrative strategy. There were 5 alternative strategies that could be

implemented by RTI based on SWOT matrix analysis.the result of QSPM analysis

showed the most prioritized strategy to implement in developing RTI business

was by intensively developing the new market.

Keywords: business, development, Rumah Tempe Indonesia, strategy.

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

RARA TAMA PUTRI

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE

INDONESIA DI KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan
Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Bisnis Rumah Tempe Indonesia di

Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat

Nama : Rara Tama Putri

NIM : H34100047

Disetujui oleh

Ir Joko Purwono, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan
Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai syarat kelulusan

pada Studi Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penelitian

ini dilaksanakan sejak bulan April-Mei 2014 dengan judul Formulasi Strategi

Pengembangan Bisnis “Rumah Tempe Indonesia” di Kota Bogor, Provinsi Jawa

Barat.

Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada

papah, mamah, dan keluarga tercinta atas doa, kasih sayang, motivasi, dan

pelajaran yang diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi. Terima

kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Joko Purwono, MS selaku pembimbing

skripsi, Bapak Dr Ir Burhanuddin, MM dan Ibu Ir Narni Farmayanti, MSc selaku

dosen penguji sidang skripsi. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak

manajemen Rumah Tempe Indonesia (Pak Sukhaeri, Pak Ridha, Bu Yayah, Pak

Endang, Pak Rikamto, dan Pak Yanto), teman- teman sebimbingan (Resti Istiarti,

Nada Fajriah, Syarifah Nurul Arumi, Ghazian Muhammad, dan Johanes Tarigan),

teman-teman seperjuangan Agribisnis 47, Sarastika Tiastiningsih, Dian W.

Maulasa, Rosalin Nur Ajani, Aisatul Mustaqimah, Inestha Naldi, Putri Yuth

Maryam serta sahabat- sahabat lainnya atas segala doa, motivasi, dan membantu

kelancaran proses penulisan karya ilmiah ini. Penulis berharap karya ilmiah ini

dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Juli 2014

Rara Tama Putri

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Strategi

Tingkatan Strategi

Konsep Manajemen Strategis

Proses Manajemen Strategis

Perumusan (Formulasi) Strategi

Visi

Misi

Analisis Lingkungan Internal

Kekuatan dan Kelemahan

Analisis Lingkungan Eksternal

Peluang dan Ancaman

Alternatif Strategi

Matriks IFE, EFE,dan Matriks IE

Matriks SWOT

Matriks QSP

Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Data dan Pengumpulan Data

viii

viii

viii

1

1

3

4

4

4

6

6

6

7

7

8

8

8

9

9

10

11

11

12

13

13

14

14

15

15

16

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

Teknik Analisis Data

Metode Deskriptif

Metode Perumusan Strategi

Tahap Input

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Kunci

Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Tahap Pencocokan

Matriks Internal Eksternal (IE Matrix)

Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats)

Tahap Keputusan

QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

GAMBARAN UMUM RUMAH TEMPE INDONESIA (RTI)

Profil RTI

Visi dan Misi

Sejarah dan Perkembangan

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL

Lingkungan Internal Rumah Tempe Indonesia

Manajemen

Pemasaran

Keuangan/ Akuntansi

Produksi/ Operasi

Penelitian dan Pengembangan

Sistem Informasi

Lingkungan Eksternal Rumah Tempe Indonesia

Kekuatan Ekonomi

Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan

Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum

Kekuatan Teknologi

Kekuatan Persaingan

Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

Identifikasi Peluang dan Ancaman

18

18

20

20

21

21

23

25

25

26

27

27

28

28

29

29

30

30

30

31

32

32

34

34

35

35

36

36

37

37

38

40

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

Tahap Input (Pemasukan Data)

Matriks IFE

Matriks EFE

Tahap Pencocokan

Matriks IE

Matriks SWOT

Tahap Keputusan

Matriks QSP

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

44

44

44

44

46

47

48

51

51

52

52

53

53

56

63

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

DAFTAR GAMBAR

1 Tingkatan Strategi di Dalam Perusahaan

2 Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis

3 Model Lima Kekuatan Bersaing Porter

4 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

5 Kerangka Kerja Analitis Perumusan Strategi

6 Matriks IE (Internal Eksternal)

7 Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)

8 Struktur Organisasi Rumah Tempe Indonesia

9 Tata Letak Dalam Pabrik/ Ruang Produksi

10 Tahapan Produksi Tempe Segar RTI

11 Matriks IE pada Rumah Tempe Indonesia

12 Matriks SWOT pada Rumah Tempe Indonesia

7

8

12

15

20

26

27

31

33

34

47

49

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Berdasarkan

Masukan Hasil Unit Usaha Tahun 2011-2012

2 Pertumbuhan Jumlah UMKM dan Usaha Besar Tahun 2011- 2012

3 Pertumbuhan UKM Wilayah Bogor Tahun 2008-2012

4 Kisi-Kisi Teknik Pengambilan Data

5 Analisis Lingkungan Internal

6 Analisis Lingkungan Eksternal

7 Penilaian Bobot Tingkat Kepentingan Faktor Internal Menurut

Metode “Paired Comparison”

8 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)

9 Penilaian Bobot Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Menurut

Metode “Paired Comparison”

10 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

11 Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning)

12 PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar

Harga Konstan (2000) Tahun 2008- 2012 (Jutaan Rupiah)

13 Indeks Perkembangan Kota Bogor 2008- 2012 (%)

14 Matriks IFE pada Rumah Tempe Indonesia

15 Matriks EFE pada Rumah Tempe Indonesia

1

2

2

19

21

21

22

23

24

25

28

35

42

45

46

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perolehan Bobot Faktor Kunci Internal

2 Perolehan Peringkat Faktor Kunci Internal

3 Perolehan Bobot Faktor Kunci Eksternal

4 Perolehan Peringkat Faktor Kunci Eksternal

5 Perolehan Matriks QSP

6 Dokumentasi Penelitian Rumah Tempe Indonesia

56

57

58

59

60

61

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga konstan

2000 pada tahun 2013 mencapai Rp 2 770.3 triliun, nilai tersebut menunjukkan

PDB Indonesia naik sebesar Rp 151.4 triliun dibandingkan tahun 2012 (PDB

senilai Rp 2 618.9 triliun). Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh

sebesar 5.78 persen dibanding tahun 2012, dimana semua sektor ekonomi

mengalami pertumbuhan. Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi

terbesar terhadap total pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar

1.42 persen (BPS 2013). Berdasarkan data Kementrian Koperasi dan UKM yang

dapat dilihat pada Tabel 1, perkembangan PDB atas dasar harga konstan dari hasil

unit usaha di dalam negeri mengalami kenaikan sebesar 6.23% dari tahun 2011

hingga tahun 2012. Kenaikan PDB hasil unit usaha dari Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) mengalami kenaikan sebesar 6% sedangkan dari usaha besar

mengalami kenaikan sebesar 6.54%. Akan tetapi walaupun kenaikan dari hasil

usaha besar lebih tinggi 0.54%, sebagian besar kenaikan PDB hasil unit usaha

tersebut dihasilkan dari UMKM dibandingkan dari usaha besar yang ada.

Bila dilihat dari pertumbuhan jumlah UMKM dan usaha besar tahun 2011 sampai

2012 pada Tabel 2, jumlah unit usaha di Indonesia mengalami pertumbuhan

sebesar 2.41%. Pada pertumbuhan ini, jumlah UMKM menunjukan peningkatan

yang lebih tinggi daripada usaha besar. Pertumbuhan UMKM dari tahun 2011

hingga 2012 sebesar 2.41% sedangkan usaha besar hanya mengalami

pertumbuhan sebesar 0.32%.

Di Kota Bogor, pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) berupa

industri pengolahan makanan semakin meningkat dan kompetitif. Upaya yang

Tabel 1 Perkembangan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Berdasarkan

Masukan Hasil Unit Usaha Tahun 2011-2012

Unit Usaha Tahun 2011

(Rp. Milyar)

Tahun 2012

(Rp. Milyar)

Perkembangan Tahun

2011-2012

Jumlah (Rp. Milyar) (%)

A. Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah

(UMKM)

1 369 326.0 1 451 460.2 82 134.2 6.00

- Usaha Mikro 761 228.8 790 825.6 29 596.8 3.89

- Usaha Kecil 261 315.8 294 260.7 32 944.9 12.61

- Usaha Menengah 346 781.4 366 373.9 19 592.5 5.65

B. Usaha Besar 1 007 784.0 1 073 660.1 65 876.1 6.54

(A+B) PDB Atas

Dasar Harga Konstan

2000

2 377 110.0 2 525 120.4 148 010.4 6.23

Sumber: Kemenkop (2013)

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

2

dilakukan UKM untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing suatu produk

yaitu memperbaiki bentuk agar menarik, menyesuaikan rasa dengan selera

konsumen, dan membuat kemasan yang menarik akan mempunyai daya tarik

tersendiri bagi konsumen. Oleh karena itu suatu usaha/ bisnis harus memberikan

perhatian terhadap mutu suatu produk untuk dapat bersaing. Banyak UKM yang

saling berlomba untuk mendapatkan pangsa pasar dan berusaha dalam

memperbaiki mutu bisnisnya. Jumlah UKM di wilayah Bogor tahun 2008 sampai

2012 dapat dilihat pada Tabel 3.

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah

padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya

akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai

berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka

peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya.

Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk

dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu

kedelai, tauco, snack, dan sebagainya (Kementan 2007).

Pangan olahan turunan kedelai yang dikonsumsi paling banyak oleh

masyarakat Indonesia adalah tempe dengan konsumsi rata-rata perkapita pertahun

selama lima tahun terakhir adalah sekitar 7.09 kg (SUSENAS 2013). Tempe

Tabel 3 Jumlah UKM di Wilayah Bogor Tahun 2008-2012

Uraian Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Usaha Mikro (Unit) 25 718 25 804 26 320 26 846 27 383

Usaha Kecil (Unit) 4 822 4 838 4 936 5 038 5 139

Usaha Menengah (Unit) 1 607 1 614 1 646 1 679 1 710

Jumlah UKM (Unit) 32 147 32 256 32 901 33 559 33 572

Sumber: Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor (2013)

Tabel 2 Pertumbuhan Jumlah UMKM dan Usaha Besar Tahun 2011-2012

Unit Usaha Tahun 2011

(Unit)

Tahun 2012

(Unit)

Pertumbuhan Tahun 2011-

2012

Jumlah (Unit) (%)

A. Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah

(UMKM)

55 206 444 56 534 592 1 328 147 2.41

- Usaha Mikro 54 559 969 55 856 176 1 296 207 2.38

- Usaha Kecil 602 195 629 418 27 223 4.52

- Usaha Menengah 44 280 48 997 4 717 10.56

B. Usaha Besar (UB) 4 952 4 968 16 0.32

(A+B) Jumlah UMKM

dan Usaha Besar 55 211 396 56 539 560 1 328 63 2.41

Sumber: Kemenkop (2013)

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

3

dengan bahan baku kedelai merupakan menu makanan sehari- hari yang sudah ada

sejak dulu dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pada masa lalu, tempe sebagian

besar dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah saja. Hal ini disebabkan kualitas

dan cara pengolahan serta penyalurannya masih tradisional, termasuk dalam

sanitasi dan tingkat kebersihannya.

Perumusan Masalah

Rumah Tempe Indonesia (RTI) merupakan unit bisnis dari Koperasi

Pengrajin Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor. RTI merupakan

suatu usaha pengolahan makanan berbentuk UKM yang bergerak di bidang

pengolahan kedelai khususnya tempe di Kota Bogor yang telah berdiri sejak

pertengahan tahun 2012. Usaha ini didirikan sebagai upaya meningkatkan kualitas

produksi tempe menjadi lebih baik, sehingga dapat membuka pandangan

masyarakat umum sebagai konsumen tempe bahwa produk tempe telah dapat

diproduksi lebih higienis dan ramah lingkungan. RTI juga dibangun untuk

memberikan inspirasi dan menjadi referensi serta tempat belajar bagi pengrajin

tempe lain, sehingga mereka turut memproduksi tempe secara lebih

ramah lingkungan dan higienis.

RTI adalah pelopor dan masih satu-satunya produsen tempe higienis di

Indonesia karena telah menerapkan konsep Good Hygienic Practices (GHP) dan

Good Manufacturing Practices (GMP). Tempe yang dihasilkan telah mendapat

sertifikat HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) dari lembaga

sertifikasi Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor dan telah memenuhi

persyaratan mutu tempe sesuai SNI Nomor 3144 Tahun 2009. Produksi tempe

yang dihasilkan oleh RTI memiliki merek dagang TEMPEKITA dengan daya

tahan dua kali tempe yang diproduksi secara tradisional.

Adanya tempe berbagai merek di pasar- pasar modern seperti di supermarket

(Giant Ekstra, Yogya, dll) mengindikasi adanya pesaing bagi RTI. Selain

menghadapai persaingan, dalam menjalankan kegiatan usahanya, Rumah Tempe

Indonesia juga memiliki beberapa peluang. Pertama, adanya peningkatan

pemasukan dari hasil UMKM terhadap PDB nasional. Kedua, peningkatan jumlah

UMKM secara nasional maupun di kota Bogor. Ketiga, RTI sering mendapat

kunjungan dari instansi maupun individu dari luar negeri seperti Amerika Serikat,

Australia, Thailand, dan Singapura. Peluang pertama dan kedua mengenai

peningkatan hasil UMKM terhadap PDB dan peningkatan jumlah UMKM secara

nasional maupun di Kota Bogor selain menjadi peluang bagi RTI juga

mengindikasi adanya peningkatan akan persaingan. Indikasi adanya persaingan

dan peluang bagi Rumah Tempe Indonesia di tengah perkembangan

perekonomian Indonesia menunjukkan bahwa Rumah Tempe Indonesia harus

melakukan langkah-langkah strategis untuk dapat bersaing dan mengembangkan

bisnisnya. Langkah strategis juga agar omset penjualan meningkat yang pada

akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan juga sebagai pencapaian visi, misi,

dan tujuan yang dimiliki.

Langkah strategis ini dimulai dengan proses perumusan strategi terlebih

dahulu untuk dapat diimplementasikan dalam usaha yang dijalani. Pada proses

perumusan strategi pengembangan bisnis/ usaha yang efektif dibutuhkan

serangkaian proses analisis internal dan eksternal untuk mengidentifikasikan

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

4

variabel kunci berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang akan

berpengaruh terhadap pengembangan bisnis Rumah Tempe Indonesia. Setelah

proses analisis tersebut kemudian proses analisis dilanjutkan dengan

menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan serta memanfaatkan peluang

dan menghindari ancaman yang ada sehingga prioritas strategi dapat dipilih untuk

diimplementasikan.

Berdasarkan persaingan dan peluang yang ada bagi usaha Rumah Tempe

Indonesia maka permasalahan yang akan dianalisis pada penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apa saja faktor kunci lingkungan internal dan eksternal yang memengaruhi

usaha Rumah Tempe Indonesia?

2. Apa saja alternatif dan prioritas strategi pengembangan usaha yang sesuai

dan dapat dilakukan Rumah Tempe Inonesia?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan

maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi faktor kunci lingkungan internal dan eksternal yang

memengaruhi usaha Rumah Tempe Indonesia

2. Merumuskan alternatif strategi dan menetapkan prioritas strategi

pengembangan usaha berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan

eksternal Rumah Tempe Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yaitu pengkajian lingkungan internal dan

eksternal serta merumuskan alternatif dan prioritas strategi pengembangan usaha

yang tepat bagi usaha Rumah Tempe Indonesia. Hasil penelitian ini hanya sebatas

pengkajian dan perumusan strategi pengembangan usaha, sedangkan tahap

implementasi, evaluasi dan seluruh penerapannya diserahkan kepada manajemen

Rumah Tempe Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Tempe bukan bahan pangan yang asing bagi orang Indonesia, terutama

masyarakat Jawa. Manuskrip Serat Centini yang terbit sekitar tahun 1815 di

Keraton Solo mencatat, kebiasaan makan tempe sudah ada sejak berabad-abad

sebelumnya. Sedangkan buku pertama yang mengemukakan berbagai hal

mengenai tempe diterbitkan pada tahun 1895 oleh seorang ahli mikrobiologi

Belanda, H.C. Princen Gereligs (Koswara, 1992). Prospek industri tempe sangat

baik dimana pertumbuhan permintaan tempe setelah tahun 1998 diperkirakan

mencapai empat persen per tahunnya (Solahudin 1998). Terdapat faktor- faktor

yang memengaruhi konsumsi tempe di kota Bogor. Beberapa faktor yang

memengaruhi yaitu harga tempe, harga tahu, harga telur, jumlah anggota keluarga,

pendidikan terakhir, kelas ekonomi bawah, dan kelas ekonomi menengah secara

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

5

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap konsumsi tempe di Kota Bogor pada

taraf nyata lima persen (Setiawan 2011).

Usaha tempe dapat dikatakan menguntungkan karena memiliki nilai

pendapatan atas biaya produksi yang positif. Usaha tempe yang dijalankan setelah

kenaikan harga kedelai masih memberikan keuntungan bagi pengrajin. Hal ini

dapat dilihat dari pendapatan yang positif dan nilai R/C rasio yang lebih besar dari

satu atas biaya total setelah kenaikan harga kedelai maupun atas biaya tunai

setelah kenaikan harga kedelai (Amalia 2008). Harvita mengatakan (2007),

keadaan industri kecil tempe di Pulau Jawa dan Lampung hampir seluruhnya

(90%) belum menerapkan prinsip-prinsip sanitasi dan higiene yang baik dan benar

dalam proses produksi pangan. Produk yang dihasilkan seluruhnya berupa tempe

segar dan belum melakukan diversifikasi produk. Tempe segar yang dihasilkan

menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku pembuatan tempe dengan alasan

antara lain: (1) ukuran biji lebih besar dan seragam serta kulit tipis, (2) kedelai

mudah diperoleh, (3) kedelai cukup bersih dan harga relatif stabil. Produk tempe

segar dipasarkan di pasar-pasar tradisonal, langsung kepada konsumen di pasar,

didistribusikan ke warung tegal, katering, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan

dan sebagainya.

Formulasi strategi pengembangan bisnis adalah bagian dari manajemen

strategi suatu perusahaan yang dapat mengarahkan bisnis pada lingkungan yang

dinamis sesuai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang yang dimiliki.

Tahap input pada strategi pengembangan usaha jamur pada The Pinewood Farm

di Bogor dilakukan dengan menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal.

Analisis faktor lingkungan internal menggunakan matriks IFE (Internal Factor

Evaluation) menghasilkan kekuatan utama berupa kualitas produk jamur baik dan

mampu memproduksi juga membuat bibit sendiri dan kelemahan utama berupa

kapasitas produksi jamur belum optimal. Analisis faktor lingkungan eksternal

menggunakan matriks EFE (External Factor Evaluation) menghasilkan peluang

utama berupa adanya peningkatan permintaan komoditas jamur dan ancaman

utama berupa peningkatan persaingan dalam industri jamur besar (Wira 2011).

Imran (2003) mengatakan bahwa di tahap input strategi pengembangan

usaha kecil dodol nenas Mekar Sari, analisis faktor lingkungan internal pada

matriks IFE didapatkan kekuatan utama berupa lebelisasi kemasan sudah lengkap

dan kelemahan utama adalah kurangnya promosi. Hasil analisis faktor lingkungan

eksternal pada matriks EFE yaitu peluang utama berupa penempatan dodol nenas

menjadi salah satu prioritas pengembangan oleh Pemda Subang dan ancaman

utama berupa kenaikan harga pokok bahan baku yang diakibatkan kenaikan inflasi.

Arum (2011) mengatakan bahwa tahap input strategi pengembangan usaha sari

buah belimbing pada CV Tirta Indah Sentosa di Kota Depok menganalisis faktor

lingkungan eksternal dan internal sehingga didapatkan beberapa peluang,

ancaman, kekuatan dan kelemahan.

Tahap pencocokan menggunakan matriks IE menunjukkan posisi The

Pinewood Farm berada pada kuadran II (tumbuh dan kembangkan) dan dihasilkan

tujuh alternatif strategi dari matriks SWOT. Pada tahap keputusan strategi

menggunakan matriks QSP prioritas strategi yang dihasilkan yaitu menambah area

produksi perusahaan melalui penambahan kumbung jamur, peningkatan efisiensi

produksi untuk meningkatkan daya saing perusahaan dan penghematan melalui

efisiensi biaya total dalam menghadapi ancaman (Wira 2011). Tahap pemaduan

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

6

menggunakan matriks IE pada usaha kecil dodol nenas Mekar Sari menunjukkan

posisi kuadran V (pertahankan dan pelihara). Selanjutnya dari matriks SWOT

dihasilkan tujuh strategi dan pada tahap pemilihan strategi pengembangan usaha

menggunakan AHP, strategi yang memiliki prioritas tertinggi yaitu

memaksimalkan penjualan di jalur lalu lintas utama, obyek wisata dan tempat

tempat strategis lainnya serta meningkatkan volum usaha (Imran 2003). Matriks

IE pada CV Tirta Indah Sentosa menunjukkan posisi perusahaan berada pada sel

V yaitu pada kondisi pertahankan dan pelihara. Selanjutnya dihasilkan tujuh

alternatif strategi dari matriks SWOT dan diteruskan pada tahap keputusan

menggunakan QSPM. Maka prioritas strategi yang dihasilkan yaitu peningkatan

penggunaan teknologi produksi, informasi dan pemasaran (Arum 2011).

Pada penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan bisnis terdapat

beberapa tahap dalam merumuskan strategi. Tahap perumusan strategi diawali

dengan tahap pemasukan data (tahap input) kemudian dilanjutkan dengan tahap

pencocokan untuk menghasilkan beberapa alternatif strategi lalu diprioritaskan

pada tahap keputusan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

terletak pada objek kajian, tempat penelitian dan hasil dalam penelitian. Penelitian

ini merupakan kegiatan merumuskan strategi pengembangan bisnis pada usaha

Rumah Tempe Indonesia (RTI) yang terletak di Kota Bogor, Jawa Barat. Adapun

persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada alat analisis tahap input dan

pencocokan yaitu menggunakan matriks IFE, EFE, IE dan SWOT.

Pada tahap keputusan penelitian ini, cara memprioritaskan strategi berbeda

dengan penelitian Imran (2003) yang menggunakan AHP, peneliti menggunakan

QSPM yang bertujuan untuk mendapatkan strategi berdasarkan prioritas dari

alternatif-alternatif strategi yang didapat melalui matriks IE dan matiks SWOT.

QSPM membutuhkan penyusun strategi untuk mengintregasikan faktor internal

dan eksternal yang relevan ke dalam proses keputusan dan didesain untuk

menentukan daya tarik relatif dari alternatif tindakan yang layak. QSPM

digunakan karena keunggulannya yaitu set strategi dapat dievaluasi secara

bertahap atau bersama-sama dan tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang

dapat dievaluasi atau jumlah set strategi yang dapat dievaluasi pada satu saat

menggunakan QSPM.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Strategi

Strategi saat ini menjadi kata kunci dalam daftar bahasa manajemen puncak

(McNamee 1992). Strategi adalah menetapkan arah kepada “manajemen” tentang

sumberdaya di dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasi kondisi yang

memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan di

dalam pasar (Dirgantoro 2001). Strategi adalah rencana berskala besar, bertujuan

ke masa depan untuk berinteraksi dengan kondisi persaingan demi mancapai

tujuan perusahaan (Pearce dan Robinson 2009). Strategi dalam bisnis adalah kunci

pada manajemen puncak dengan rencana skala besar berkelanjutan yang

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

7

mengarahkan seluruh sumberdaya di dalamnya dan mengidentifikasi berbagai

kondisi demi mencapai tujuan perusahaan di masa depan, memperoleh

keuntungan terbaik dan memenangkan persaingan dalam pasar.

Tingkatan Strategi

Perusahaan pada umumnya mempunyai tiga tingkatan strategi yaitu strategi

korporasi, strategi unit bisnis, dan strategi fungsional (Umar 2010). Tingkatan

strategi di dalam perusahaan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Tingkatan Strategi di Dalam Perusahaan

Sumber: Purwanto (2007)

Konsep Manajemen Strategis

Manajemen strategis berkaitan dengan jangka panjang, fundamental dan

keputusan tentang misi perusahaan yang seringkali tak dapat diubah, skala operasi

dan penyebaran kegiatan pada perusahaan (McNamee 1992). Manajemen

strategis merupakan seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan

mengevaluasi keputusan yang bersifat lintas fungsional yang memungkinkan

organisasi mencapai tujuannya (David 2004). Menurut Pearce dan Robinson

(2009), manajemen strategis didefinisikan sebagai satu set keputusan dan tindakan

yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk

meraih tujuan suatu perusahaan. Jauch dan Glueck (1995) menyatakan bahwa

manajemen strategis akan membantu perusahaan dalam melihat ancaman dan

peluang di masa mendatang yang memungkinkan organisasi untuk dapat

mengantisipasi kondisi yang selalu berubah.

Manajemen strategis bisnis adalah tindakan yang dilakukan perusahaan

atau organisasi yang di dalamnya terdapat proses memformulasikan,

mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan atau rencana fungsional dari

suatu perusahaan atau organisasi dalam mencapai tujuan jangka pendek dan

jangka panjangnya pada lingkungan yang dinamis. Manajemen strategis

menyediakan sasaran serta arah yang jelas bagi masa depan perusahaan.

Perusahaan yang mengembangkan sistem manajemen strategi memiliki

Strategi Tingkat

Fungsional

Strategi Tingkat

Bisnis

Strategi Tingkat

Korporat

Perusahaan

Multibisnis

Unit Bisnis B

Pemasaran

Unit Bisnis A

SDM Produksi R & D Keuangan

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

8

kemungkinan lebih besar untuk berhasil dan berkelanjutan dibandingkan dengan

perusahaan yang tidak mengembangkan manajemen strategi.

Proses Manajemen Strategis

David mengatakan bahwa proses manajemen strategis (strategic

management process) terdiri dari tiga tahap: formulasi strategi, implementasi

strategi, dan evaluasi strategi seperti pada model komprehensif proses manajemen

strategis pada Gambar 2. Pada penelitian ini proses manajemen strategis hanya

dilakukan sebatas pada tahap formulasi strategi, untuk tahap selanjutnya yaitu

tahap implementasi strategi dan tahap evaluasi strategi dilakukan oleh pihak

perusahaan sesuai pertimbangan bagian manajemen perusahaan.

Gambar 2 Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis

Sumber: David (2004)

Perumusan (Formulasi) Strategi

Perumusan strategi menggabung perspektif yang berorientasi masa depan

dengan pertimbangan mengenai lingkungan internal dan eksternal (Pearce dan

Robinson 2009). Perumusan strategi terdiri dari mengembangkan misi bisnis,

mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan

kelemahan internal, menetapkan obyektif jangka panjang, menghasilkan strategi

alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan (David 2004).

Perumusan strategi menurut para pakar adalah salah satu tahap dari manajemen

strategi yang terdiri dari mengembangkan misi bisnis, menetapkan kekuatan dan

kelemahan internal, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan,

menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan.

Visi

Visi perusahaan adalah wawasan luas ke masa depan dari manajemen dan

merupakan kondisi ideal yang hendak dicapai oleh perusahaan di masa

Mengembang-kan pernyataan

visi misi

Analisis

Faktor

Internal

Analsis

Faktor

Eksternal

Menetapkan tujuan

jangka

panjang

Merumuskan

mengevaluasi dan memilih

strategi

Implementasi strategi,

isu

manajemen strategi

Formulasi strategi

Implementasi

strategi – isu –

isu pemasaran,

keuangan,

akuntansi, penelitian dan

pengembang-

an sistem

informasi

Mengukur dan

mengevaluai

kinerja

Implementasi strategi Evaluasi strategi

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

9

mendatang selain itu visi akan memberi arah dan ide aktual ke manajemen dalam

proses pembuatan keputusan (Purwanto 2007). Visi perusahaan merupakan cita-

cita yang ingin dicapai yang ada dalam benak pendiri perusahaan dan mewakili

seluruh anggota perusahaan (Umar 2010). Visi diperlukan agar selama dalam

masa keberlangsungan organisasi perusahaan semua komponen terkait memiliki

arah dan pegangan dalam menjalankan perusahaan selain itu visi diperlukan untuk

memotivasi tenaga kerja secara efektif (David 2004). Visi dari suatu perusahaan

merupakan wawasan luas ke masa depan dan cita-cita pendiri perusahaan yang

akan memberi arah dan ide aktual pada proses pembuatan keputusan di dalam

manajemen agar selama masa keberlangsungannya, semua komponen terkait

memiliki arah dan pegangan dalam menjalankan perusahaan.

Misi

Misi bisnis dipandang sebagai mata rantai antara melaksanakan beberapa

fungsi sosial dan tujuan yang lebih khas dari suatu organisasi yang dapat

digunakan sebagai legitimasi keberadaan perusahaan (Jauch dan Glueck 1995).

Misi merupakan pernyataan mengenai tatanan atas nilai dan kepercayaan

perusahaan yang menjadi dasar kegiatan atau peranan yang diharapkan

masyarakat dari badan usaha (Purwanto 2007). Misi adalah penjabaran secara

tertulis mengenai visi agar menjadi mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh staff

perusahaan (Umar, 2010). Pernyataan misi yang baik mengungkapkan pelanggan,

produk atau jasa, pasar, teknologi, pemikiran untuk bertahan hidup, falsafah,

konsep diri, pemikiran untuk citra publik, dan pemikiran untuk karyawan (David

2004). Misi bisnis dari sebuah perusahaan merupakan penjabaran secara tertulis

mengenai visi yang mengungkapkan pelanggan, produk atau jasa, pasar, teknologi,

pemikiran untuk bertahan hidup, falsafah, konsep diri, pemikiran untuk citra

publik, dan pemikiran untuk karyawan.

Analisis Lingkungan Internal

Jauch dan Glueck (1995) menyatakan bahwa analisis lingkungan internal

adalah proses di mana perencana strategi mengkaji pemasaran dan distribusi,

penelitian dan pengembangan, produksi dan operasi, sumberdaya dan karyawan,

serta faktor keuangan dan akuntansi dari suatu perusahaan untuk mengidentifikasi

dengan jelas kekuatan dan kelemahan perusahaan saat ini. Pearce dan Robinson

(2009) mengungkapkan bahwa lingkungan internal dapat memperlihatkan daftar

kekuatan dan kelemahan yang berada dalam kontrol perusahaan. Analisis

lingkungan internal adalah salah satu aktivitas manajemen strategis dengan

mengenali dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi dalam berbagai

bidang fungsional dari bisnis (David 2004).

David (2004) membagi bidang fungsional bisnis dalam analisis lingkungan

internal, yaitu :

1. Manajemen

Manajemen merupakan suatu tingkatan sistem pengaturan organisasi yang

mencakup sistem produksi, distribusi, pemasaran, pengelolaan sumber daya

manusia, dan keuangan. Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas besar

yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukan staf, dan

pengendalian.

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

10

2. Pemasaran

Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi,

menciptakan, dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan

produk dan jasa. Terdapat sembilan dasar fungsi pemasaran yaitu (1)

analisis pelanggan (2) membeli sediaan (3) menjual produk/ jasa (4)

merencanakan produk dan jasa (5) menetapkan harga (6) distribusi (7) riset

pemasaran (8) analisis peluang dan (9) tanggung jawab sosial.

3. Keuangan/ Akunting

Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi

bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Menetapkan kekuatan dan

kelemahan keuangan amat penting untuk merumuskan strategi secara efektif.

Fungsi keuangan/ akunting terdiri dari keputusan investasi, keputusan

finansial, dan keputusan deviden.

4. Produksi/ Operasi

Fungsi produksi/ operasi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang

mengubah masukan menjadi barang atau jasa. Manajemen produksi dan

operasi menangani masukan, pengubahan, dan keluaran yang bervariasi

antar industri dan pasar. Fungsi produksi/ operasi terdiri dari proses,

kapasitas, sediaan, tenaga kerja dan mutu.

5. Penelitian dan Pengembangan

Istilah penelitian dan pengembangan digunakan untuk menggambarkan

beragam kegiatan. Dalam beberapa institusi, para ilmuwan melakukan

penelitian dan pengembangan dasar di laboratorium dan berkonsentrasi pada

masalah teoritis, sementara di perusahaan para ahli melakukan

pengembangan prodik dengan berkonsentrasi pada peningkatan kualitas

produk.

6. Sistem Informasi

Sistem infomasi bertujuan untuk memperbaiki prestasi perusahaan dengan

memperbaiki mutu keputusan menejerial. Sistem informasi manajemen yang

efektif mengumpulkan, memberi kode, menyimpan, mensintesa dan

menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat menjawab

pertanyaan operasional dan strategis yang penting. Sistem informasi

computer yang efektif memanfaatkan perangkat keras komputer, perangkat

lunak, model untuk analisis, dan database.

Analisis lingkungan internal pada suatu usaha atau bisnis adalah salah satu

aktivitas manajemen strategis dimana perencana strategi mengenali dan

mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi dalam berbagai bidang

fungsional dari bisnis yang berada dalam kontrol perusahaan. Bidang fungsional

yang dimaksud pada analisis lingkungan internal suatu usaha atau bisnis terdiri

dari (1) manajemen (2) pemasaran (3) keuangan/ akunting (4) produksi/ operasi

(5) penelitian dan pengembangan dan (6) sistem informasi.

Kekuatan dan Kelemahan

Pearce dan Robinson (2009) mengungkapkan bahwa kekuatan merupakan

sumber daya (kapabilitas) yang dikendalikan oleh perusahaan ataupun tersedia

bagi suatu perusahaan yang membuat perusahaan tersebut relatif lebih unggul

dibandingkan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

11

dilayaninya, sedangkan kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan

dalam satu atau lebih sumber daya (kapabilitas) suatu perusahaan dibandingkan

pesaingnya, kelemahan ini menghambat efektifitas dari kinerja perusahaan.

Kekuatan adalah aktivitas dalam kendali organisasi yang prestasinya luar biasa

baik, sedangkan kelemahan adalah aktivitas dalam kendali organisasi yang

prestasinya luar biasa buruk (David 2004).

Kekuatan menurut para pakar adalah prestasi baik dari sumber daya dan

aktivitas yang dimiliki dan dikendalikan perusahaan yang membuat perusahaan

relatif lebih unggul dibandingkan pesaingnya. Sedangkan kelemahan adalah

prestasi buruk, keterbatasan dan kekurangan dari sumber daya dan aktivitas yang

dimiliki dan dikendalikan perusahaan apabila dibandingkan dengan pesaingnya.

Kelemahan pada perusahaan akan menghambat efektifitas dari kinerja perusahaan

dalam berbisnis.

Analisis Lingkungan Eksternal

Pearce dan Robinson (2009) mengatakan bahwa lingkungan eksternal

adalah faktor-faktor di luar kendali perusahaan yang dapat mempengaruhi pilihan

arah dan tindakan, struktur organisasi, dan proses internal perusahaan. Analisis

lingkungan eksternal menekankan pada mengenali dan mengevaluasi

kecendrungan dan peristiwa di luar kendali perusahaan sehingga perusahaan dapat

merumuskan strategi untuk memanfaatkan peluang dan menghindari atau

mengurangi dampak ancaman (David 2004).

David (2004) membagi kekuatan eksternal menjadi lima kategori besar yaitu

(1) kekuatan ekonomi (2) kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan (3)

kekuatan politik pemerintah dan hukum (4) kekuatan teknologi dan (5) kekuatan

persaingan. Porter (1991) mengungkapkan bahwa keberhasilan suatu industri

ditentukan oleh daya tarik industri baik potensi laba atau intesitas persaingan dan

posisi daya saing perusahaan. Intesitas dan kemampuan perusahaan dalam industri

ditentukan oleh kekuatan persaingan yang ada dalam industri. Istilah kekuatan

persaingan ini disebut dengan Model Lima Kekuatan Bersaing Porter (Porter’s

Five Competitive Forces Model) yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Analisis lingkungan eksternal adalah mengenali dan mengevaluasi

kecendrungan dan peristiwa di luar kendali perusahaan yang dapat mempengaruhi

pilihan arah dan tindakan, struktur organisasi, dan proses internal perusahaan,

sehingga perusahaan dapat merumuskan strategi untuk memanfaatkan peluang

dan menghindari atau mengurangi dampak ancaman. Kekuatan eksternal dapat

dikategorikan menjadi lima kategori besar yaitu (1) kekuatan ekonomi (2)

kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan (3) kekuatan politik

pemerintah dan hukum (4) kekuatan teknologi dan (5) kekuatan persaingan

(persaingan industri, ancaman pendatang baru, ancaman produk subtitusi, daya

tawar pemasok, dan daya tawar pembeli).

Peluang dan Ancaman

Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada suatu keadaan ekonomi,

sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintah, teknologi, dan

kecenderungan persaingan serta peristiwa yang dapat memberi keuntungan atau

Page 25: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

12

Gambar 3 Model Lima Kekuatan Bersaing Porter

Sumber: Pearce dan Robinson (2009)

merugikan suatu organisasi secara signifikan di masa depan (David 2004).

Peluang dan ancaman ini berupa kondisi diluar kendali perusahaan sehingga

perusahaan perlu merumuskan strategi untuk memanfaatkan keuntungan dari

peluang dan menghindari ataupun mengurangi dampak kerugian dari ancaman

eksternal.

Alternatif Strategi

Alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh organisasi atau perusahaan

dikategorikan menjadi empat jenis dengan tiga belas tindakan. Alternatif-alternatif

tipe strategi tersebut adalah (David 2004):

1. Strategi Integrasi, memungkinkan sebuah perusahaan untuk mendapatkan

kontrol terhadap distributor, pemasok dan pesaing. Tipe strategi integrasi

terdiri dari:

a. Integrasi ke Depan, tipe strategi untuk memperoleh kepemilikan atau

meningkatkan kontrol atas distributor atau pengecer.

b. Integrasi ke Belakang, tipe strategi untuk mencari kepemilikan atau

meningkatkan kendali atas perusahaan pemasok.

c. Integrasi Horisontal, tipe strategi untuk mencari kepemilikan atau

meningkatkan kontrol atas para pesaing .

2. Strategi Intensif, dilakukan secara intensif untuk memperbaiki posisi

kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini. Tipe strategi

intensif terdiri dari :

a. Penetrasi Pasar, tipe strategi untuk mencari pangsa pasar lebih besar

untuk barang dan jasa yang sudah ada dengan usaha pemasaran yang

lebih gencar.

b. Pengembangan Pasar, tipe strategi untuk memperkenalkan produk-

produk yang sudah ada ke wilayah geografi baru.

c. Pengembangan Produk, tipe strategi untuk meningkatkan penjualan

dengan memperbaiki atau mengembangkan produk atau jasa yang

sudah ada.

Daya tawar pemasok

Persaingan Industri

Intensitas persaingan

Pendatang Baru

Substitusi

Pemasok Pembeli

Ancaman produk substitusi

Ancaman dari pendatang baru

Daya tawar pembeli

Page 26: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

13

3. Strategi Diversifikasi, strategi ini dilakukan dengan cara mendiversifikasi

aktivitas bisnis. Tipe strategi diversifikasi terdiri dari:

a. Diversifikasi Konsentrik, tipe strategi untuk menambah produk atau

jasa baru tetapi berkaitan secara luas.

b. Diversifikasi Horisontal, tipe strategi untuk menambah produk atau jasa

baru tetapi tidak berkaitan untuk pelanggan yang sama.

c. Diversifikasi Konglomerat, tipe strategi untuk menambah produk atau

jasa baru tetapi tidak berkaitan.

4. Strategi Defensif, merupakan tipe strategi bertahan. Strategi ini terdiri dari:

a. Usaha Patungan, dua atau lebih perusahaan memberntuk kemitraan atau

konsorsium sementara untuk tujuan kapitalisasi atau beberapa peluang.

b. Penghematan, mengubah organisasi dengan penghematan biaya dan

aset untuk membalik penjualan dan laba yang menurun.

c. Divestasi, menjual satu atau sebagian dari perusahaan kepada pihak

lain.

d. Likuidasi, menjual seluruh aset perusahaan bagian per bagian atas nilai

aset berwujud.

Ada beberapa strategi alternatif yang dapat dipilih perusahaan pada akhir proses

perumusan strategi yaitu strategi integrasi, strategi intensif, strategi diversifikasi

dan strategi defensif. Strategi alternatif ini dipilih sebagai solusi dalam mencapai

tujuan perusahaan atau organisasi di masa yang akan datang dan pemilihannya

dipengaruhi beberapa faktor yang perlu dianalisis.

Matriks IFE, EFE, dan Matriks IE

Matriks IE (Internal- Eksternal) menggunakan parameter yang meliputi

parameter kekuatan internal dan pengaruh eksternal perusahaan yang masing-

masing akan diidentifikasi ke dalam elemen eksternal dan internal melalui matriks

Eksternal Factor Evolution (EFE) dan Internal Factor Evolution (IFE). Tujuan

penggunaan matriks IE adalah untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat

perusahaan yang lebih detail (Rangkuti 2005). Matriks EFE digunakan untuk

mengevaluasi faktor-faktor lingkungan eksternal perusahaan sedangkan matriks

IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan

dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting (Umar 2008). Matriks IE

memosisikan berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan sembilan sel.

Matriks IE dikembangkan saat ini untuk menggambarkan harapan- harapan di

masa mendatang. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total skor

IFE pada sumbu x dan total skor EFE pada sumbu y (David 2004)

Matriks SWOT

Menurut Pearce dan Robinson (2009), analisis matriks SWOT (Strength,

Weakness, Opportunity, Threat) merupakan teknik historis menciptakan gambaran

umum secara cepat mengenai situasi strategis perusahaan yang didasarkan pada

asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari kesesuaian yang baik antara

sumber daya internal perusahaan (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi

eksternalnya (peluang dan ancaman). Matriks SWOT merupakan matching tool

Page 27: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

14

(alat penyesuaian) untuk memantu para manajer mengembangkan empat tipe

strategi yaitu: (David, 2006)

1. Strategi SO (Strengths - Opportunities). Strategi ini menggunakan kekuatan

internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada diluar

perusahaan.

2. Strategi WO (Weaknesses - Opportunities). Strategi ini bertujuan untuk

memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan

memanfaaatkan peluang-peluang eksternal.

3. Strategi ST (Strengths - Threats). Melalui strategi ini perusahaan berusaha

untuk menghindari atau mengurangi dampak dan ancaman-ancaman

eksternal dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya.

4. Strategi WT (Weaknesses - Threats). Strategi ini merupakan taktik untuk

bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal dan berusaha

menghindari ancaman.

Matriks QSP

Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning) atau Matriks Perencanaan

Strategi Kuantitatif adalah teknik analisis yang didisain untuk menentukan daya

tarik relatif dari alternatif tindakan yang layak (David, 2004). Teknik QSPM

membutuhkan penyusun strategi untuk mengintregasikan faktor internal dan

eksternal yang relevan ke dalam proses pengambilan keputusan. Secara objektif

teknik ini dilakukan untuk memilih strategi mana yang terbaik berdasarkan

alternatif strategi yang ada.

Kerangka Pemikiran Operasional

Tempe merupakan salah satu pangan khas Indonesia yang tidak bisa terlepas

dari masyarakat Indonesia. Tempe biasa diproduksi secara tradisional dan dijual

relatif murah. Rumah Tempe Indonesia (RTI) merupakan unit bisnis berbentuk

ukm dan salah satu produsen tempe yang terletak di kota Bogor. Bisnis RTI baru

berjalan sekitar 2 tahun ini belum memiliki pangsa pasar yang luas maka perlu

adanya strategi yang tepat untuk mengembangkan usahannya. Pada penelitian ini

penulis bermaksud memformulasikan strategi pengembangan bisnis Rumah

Tempe Indonesia. Alur keseluruhan konsep penelitian dijelaskan pada Gambar 4.

Tahap pertama penelitian ini diawali dengan melakukan analisis lingkungan

internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia menggunakan metode deskriptif.

Hasil dari analisis lingkungan internal digunakan sebagai informasi untuk

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pada matriks IFE, sedangkan hasil dari

analisis lingkungan eksternal digunakan sebagai informasi untuk mengidentifikasi

peluang dan ancaman pada matriks EFE. Tahap berikutnya dilanjutkan dengan

menentukan strategi alternatif menggunakan matriks IE dan matriks SWOT.

Tahap terakhir adalah tahap penentuan prioritas strategi. Alternatif strategi yang

dihasilkan pada matriks IE dan SWOT di urutkan berdasarkan prioritasnya. Alat

analisis yang digunakan yaitu QSPM. Hasil analisis QSPM berupa strategi dengan

nilai terbesar menjadi prioritas pertama dan menghasilkan rekomendasi strategi

yang dapat digunakan Rumah Tempe Indonesia dalam mengembangkan usahanya.

Page 28: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

15

Gambar 4 Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Bisnis

Rumah Tempe Indonesia

Sumber: Data Primer (2014)

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Penelitian ini memiliki populasi yaitu usaha pengolahan kedelai (khususnya

tempe) di Kota Bogor sedangkan sampel yang dipakai untuk studi kasus ini yaitu

Rumah Tempe Indonesia. Rumah Tempe Indonesia terletak di kelurahan Cilendek

Indah, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan

Keterangan:

Ruang lingkup

penelitian

Internal

- Manajemen

- Pemasaran

- Keuangan

- Produksi dan Operasi

- Penelitian dan Pengembangan

-Sistem Informasi

Eksternal

- Kekuatan Ekonomi

- Kekuatan Sosial Budaya, Demografi

dan Lingkungan

- Kekuatan Politik, Pemerintah dan

Hukum

- Kekuatan Teknologi

- Kekuatan Persaingan

Analisis Lingkungan Usaha

Rumah Tempe Indonesia (RTI) adalah sebuah unit bisnis yang

berbentuk UMKM

Indikasi Persaingan dan Peluang:

1. Adanya tempe berbagai merek di pasar- pasar modern seperti di supermarket (Giant Ekstra, Yogya,

dll)

2. Adanya peningkatan pemasukan dari hasil UMKM terhadap PDB nasional.

3. Peningkatan jumlah UMKM secara nasional maupun di kota Bogor.

4. RTI sering mendapat kunjungan dari instansi maupun individu dari luar negeri seperti Amerika

Serikat, Australia, Thailand, dan Singapura.

Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

Identifikasi Peluang dan Ancaman

Penentuan Prioritas Strategi

Strategi Alternatif

Strategi Pengembangan Usaha

Page 29: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

16

pertimbangan bahwa Rumah Tempe Indonesia merupakan produsen tempe

berkualitas premium di Kabupaten Bogor yang berpotensi mengembangkan

bisnisnya menjadi lebih besar. Selain itu pemilihan tempat tersebut juga

didasarkan pada pertimbangan kebutuhan Rumah Tempe Indonesia untuk

mengatasi permasalahan-permasalahan internal maupun eksternal.

Data dan Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2014 hingga Mei 2014

bertempat di Rumah Tempe Indonesia di Bogor, Jawa Barat. Jenis data yang

digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer

berasal dari wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh responden.

Penentuan responden dilakukan dengan judgement sampling dengan pertimbangan

bahwa responden yang dimaksud memiliki kapasitas dan kemampuan dalam

merumuskan kebijakan perusahaan/ organisasi, termasuk merumuskan strategi

pengembangan dan mengenal betul dinamika bisnis yang dijalani. Responden

yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pimpinan, Bagian Produksi, Bagian

Pemasaran, Bagian Operasional, dan Bagian Keuangan dari Rumah Tempe

Indonesia. Data sekunder diperoleh dari penelitian terdahulu dan literatur yang

terkait dengan topik penelitian ini.

Jenis data yang dikumpulkan untuk melakukan analisis faktor lingkungan

internal adalah : 1) Manajemen berupa data nama, sejarah, perkembangan dan keadaan umum

perusahaan, visi, misi dan tujuan, nama pendiri dan jumah karyawan

beserta tingkat pendidikannya, struktur organisasi beserta tugas dan

tanggung jawabnya, intensif yang diberikan untuk memotivasi kerja.

2) Pemasaran berupa data jenis produk, saluran distribusi produk, strategi

penetapan harga, kerjasama dan kemitraan, omset penjualan, kegiatan

promosi.

3) Keuangan berupa data kondisi ekonomi perusahaan, sumber modal dan

biaya-biaya.

4) Produksi/Operasi berupa data ketersediaan bahan baku, proses produksi,

kapasitas produksi, pengawasan produksi, fasilitas produksi.

5) Penelitian dan Pengembangan berupa data penerapan teknologi, inovasi dan

pengembangan produk.

6) Sistem Informasi berupa data pengumpulan dan penyajian informasi.

Jenis data yang dikumpulkan untuk melakukan analisis faktor lingkungan

eksternal adalah :

1) Kekuatan Ekonomi berupa data keadaan perekonomian secara umum,

tingkat pendapatan masyarakat, perkembangan tingkat harga produk dan

bahan baku.

2) Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan berupa data

tanggung jawab sosial perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat

sekitar, laju pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk.

3) Kekuatan Politik, Pemerintah dan Hukum berupa data stabilitas politik dan

keamanan, perundang-undangan peraturan pemerintah dalam perdagangan,

kebijakan pemerintah.

Page 30: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

17

4) Kekuatan Teknologi berupa data perkembangan teknologi produksi,

perkembangan teknologi informasi, biaya aplikasi teknologi.

5) Kekuatan Persaingan

- Persaingan Industri berupa data tingkat pertumbuhan industri, jumlah

pesaing, karakteristik produk pesaing.

- Ancaman Pendatang Baru berupa jumlah pendatang baru dan hambatan

masuk industri.

- Ancaman Produk Subtitusi berupa data produk yang memiliki fungsi

yang sama, tingkat harga, tingkat penggunaan teknologi.

- Daya Tawar Pemasok berupa data jumlah pemasok, lokasi pemasok,

keberadaan pemasok lain, bentuk kerjasama, tingkat kepentingan

industri bagi pemasok, tingkat kepentingan produk yang dipasok bagi

industri, kekuatan tawar menawar pemasok, kemampuan pemasok

memenuhi bahan baku.

- Daya Tawar Pembeli berupa data loyalitas pelanggan terhadap produk

perusahaan, harga yang diterima pelanggan, kualitas produk yang dibeli

pelanggan, kekuatan tawar menawar pelanggan.

Adapun instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini

adalah interview guide, kuesioner dan alat pencatat. Berikut teknik pengumpulan

data pada penelitian ini:

1. Wawancara langsung dilakukan dengan pemilik dan responden ahli

(Manajer) Rumah Tempe Indonesia. Wawancara dilakukan dalam bentuk

diskusi dan percakapan dua arah dengan responden. Pada tahap wawancara

peneliti menggunakan instrumen berupa interview guide untuk

memudahkan peneliti menentukan alur pertanyaan dalam mewawancarai

responden dan memudahkan dalam proses analisis. Interview guide berisi

daftar pertanyaan yang akan membantu peneliti dalam menentukan faktor

internal kunci dan faktor eksternal kunci.

2. Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Kekuatan

yang dimaksud adalah prestasi baik dari sumber daya dan aktivitas yang

dimiliki dan dikendalikan perusahaan yang membuat perusahaan relatif

lebih unggul dibandingkan pesaingnya sedangkan kelemahan adalah

prestasi buruk, keterbatasan dan kekurangan dari sumber daya dan aktivitas

yang dimiliki dan dikendalikan perusahaan apabila dibandingkan dengan

pesaingnya. Peluang yang dimaksud adalah kondisi baik diluar kendali

perusahaan yang bisa dimanfaatkan, sedangkan ancaman adalah kondisi

buruk di luar kendali perusahaan yang harus dihindari ataupun dikurangi

dampaknya. Kekuatan dan kelemahan didapatkan dengan melakukan

analisis lingkungan internal, sedangkan peluang dan ancaman didapatkan

dengan melakukan analisis lingkungan eksternal.

3. Pengisian bobot setiap faktor- faktor kunci. Bobot di sini menunjukkan

kepentingan relatif faktor-faktor kunci yang ada agar berhasil. Bobot dapat

diukur menggunakan metode paired comparison menurut teori Kinnear dan

Taylor (1992). Berikut rumus perolehan bobot yang digunakan:

αi = Bobot variabel ke-i

xi = Nilai variabel ke-i

i = 1,2,3,...n

n = Jumlah variabel

Page 31: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

18

Perolehan bobot pada setiap variabel (faktor kunci) didapat dengan

membagi jumlah nilai setiap variabel (xi) terhadap jumlah nilai keseluruhan

variabel (∑ ini 1 ).

4. Pengisian peringkat (rating) setiap faktor- faktor kunci. Peringkat menurut

David (2010) menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini

dalam merespon faktor tersebut dan ini didasarkan pada keadaan

perusahaan.

Data yang didapat dari pengisian bobot dan peringkat akan diolah dan

digunakan untuk menentukan posisi perusahaan saat ini pada matriks IE

(Internal-Eksternal). Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu

total nilai EFI (Evaluasi Faktor Internal) yang diberi bobot pada sumbu-x

dan total nilai EFE (Evaluasi Faktor Eksternal) yang diberi bobot pada

sumbu-y. Setelah itu, peneliti menggunakan matriks SWOT (Strengths,

Weakness, Opportunities, Threats) sebagai alat pencocokan dalam

mengembangkan empat tipe strategi (Strategi SO, WO, ST, dan WT).

Pencocokan dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal kunci.

5. Penentuan attaractiveness score (AS) dari tiap strategi dalam alternatif set

tertentu. AS adalah nilai numerik yang mengindikasi daya tarik relatif dari

setiap strategi di rangkaian alternatif tertentu. Secara khusus nilai AS harus

diberikan pada setiap strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif satu

strategi atas strategi yang lain dengan mempertimbangkan faktor tertentu.

AS ditentukan dengan cara mengamati setiap faktor internal atau eksternal

kunci, pada suatu waktu tertentu, dan dengan mengajukan pertanyaan

“apakah faktor ini mempengaruhi strategi pilihan yang akan dibuat?” bila

jawaban “ya” maka strategi perlu diperbandingkan relatif terhadap faktor

kunci tersebut dan bila jawabannya “tidak” responden tidak perlu

memberikan nilai AS. Secara spesifik, nilai AS harus diberikan pada setiap

strategi untuk menunjukan daya tarik relatif dari satu strategi dengan

mempertimbangkan faktor tertentu.

Kisi-kisi instrumen (interview guide dan kuesioner) yang digunakan dalam

pengambilan data pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan

metode perumusan strategi (Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, Matriks

SWOT, dan Matriks QSP). Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis data

kualitatif, sedangkan metode perumusan strategi digunakan untuk menganalisis

data kuantitatif. Sebelum melakukan analisis data, peneliti terlebih dahulu

melakukan pengolahan data menggunakan alat bantu software Microsoft Excel

2007 untuk tabulasi data dan perhitungan nilai bobot, nilai peringkat, nilai daya

tarik, Matriks IFE, Matriks EFE, dan Matriks QSP.

Metode Deskriptif

Pada penelitian ini analisis dilakukan dengan pendekatan deskriptif dalam

menggambarkan kondisi perusahaan yang bertujuan mendefinisikan visi, misi dan

tujuan perusahaan, karakteristik produk yang dihasilkan, tingkat pencapaian target

Page 32: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

19

Sumber: Data Primer (2014)

Tabel 4 Kisi-Kisi Instrumen (Interview Guide dan Kuesioner) Penelitian

Variabel Indikator No. Butir Jumlah Ukuran Jenis Data Sumber Data Teknik Analisis

Faktor Internal Manajemen a-m 13 Deskriptif Primer Ketua Deskriptif

Pemasaran a-n 14 Deskriptif Primer Manajer Pemasaran Deskriptif

Keuangan a-h 8 Deskriptif Primer Manajer Keuangan Deskriptif

Produksi/ Operasi a-j 10 Deskriptif Primer Manajer Produksi Deskriptif

Penelitian dan Pengembangan a-g 7 Deskriptif Primer Manajer Pengembangan Deskriptif

Sistem Informasi a-e 5 Deskriptif Primer Ketua Deskriptif

Faktor Eksternal Kekuatan Ekonomi a-f 6 Deskriptif Primer & Sekunder Ketua, Manajer, Literatur Deskriptif

Kekuatan Sosial, Budaya,

Demografi dan Lingkungan

a-c 3 Deskriptif Primer & Sekunder Ketua, Manajer, Literatur Deskriptif

Kekuatan Politik, Pemerintah

dan Hukum

a-c 3 Deskriptif Primer & Sekunder Ketua, Manajer, Literatur Deskriptif

Kekuatan Teknologi a-d 4 Deskriptif Primer & Sekunder Ketua, Manajer, Literatur Deskriptif

Kekuatan Persaingan Industri a-c 3 Deskriptif Primer & Sekunder Ketua, Manajer, Literatur Deskriptif

Kekuatan Pendatang Baru a-b 2 Deskriptif Primer & Sekunder Ketua, Manajer, Literatur Deskriptif

Kekuatan Produk Substitusi a-c 3 Deskriptif Primer & Sekunder Ketua, Manajer, Literatur Deskriptif

Kekuatan Daya Tawar

Pemasok

a-h 8 Deskriptif Primer Ketua, Manajer Produksi Deskriptif

Kekuatan Daya Tawar

Pembeli

a-d 4 Deskriptif Primer Ketua, Manajer Pemasaran Deskriptif

Page 33: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

20

penjualan, kegiatan pemasaran, personalia, produksi dan operasi, penelitian dan

pengembangan serta sistem informasi yang digunakan perusahaan. Analisis ini

dilakukan dengan cara observasi langsung di lokasi penelitian dan wawancara.

Wawancara secara mendalam dilakukan menggunakan daftar pertanyaan

(kuesioner) yang telah dibuat sebelumnya dan dilakukan terhadap responden yang

telah dipilih secara sengaja.

Metode Perumusan Strategi

Pada manajemen strategi, teknik perumusan strategi dipadukan menjadi

kerangka kerja seperti pada Gambar 5.

TAHAP 1: TAHAP INPUT

TAHAP 2: TAHAP PENCOCOKAN

TAHAP 3: TAHAP KEPUTUSAN

Quantitative Strategic Palnning Matrix (QSPM)

Gambar 5 Kerangka Kerja Analitis Perumusan Strategi

Sumber: (David 2004)

Kerangka kerja tahap pertama dimulai pada tahap input yaitu meringkas informasi

input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Tahap kedua adalah

tahap pencocokan yaitu fokus menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan

memadukan faktor-faktor eksternal dan internal. Tahap ketiga yaitu tahap

keputusan yang akan menentukan strategi alternatif mana yang paling sesuai dari

hasil tahap kedua untuk digunakan dalam perusahaan. Pada penelitian ini

kerangka kerja perumusan strategi terdiri dari pengembangan matriks EFE dan

EFI di tahap input, matriks SWOT dan IE di tahap pencocokan, dan matriks QSP

di tahap keputusan.

Tahap Input

Pada tahap ini diawali dengan meringkas informasi input dasar yang

diperlukan dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal kunci untuk

merumuskan strategi. Informasi input yang telah diringkas, digabungkan,

dievaluasi dan diidentifikasi menjadi faktor kunci kemudian di urutkan sesuai

prioritas yang terpenting hingga yang paling tidak penting (David 2004). Setelah

faktor- faktor kunci diurutkan kemudian dianalisis menggunakan Matriks Evaluasi

Matriks Profil

Persaingan

Matriks EFE

(Eksternal Factor

Evaluation)

Matriks IFE

(Internal Factor

Evaluation)

Matriks SWOT

(Strengths-

Weakness-

Opportunities-

Threats)

Matriks SPACE

(Strategic

Position and

Action

Evaluation)

Matriks BCG

(Buston

Consulting

Group)

Matriks IE

(Internal-

External)

Matriks

Grand

Strategy

Page 34: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

21

Faktor Internal (Matriks EFI) untuk kekuatan dan kelemahan sedangkan Matriks

Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE) untuk peluang dan ancaman.

Identifikasi Faktor- Faktor Internal dan Eksternal Kunci

Identifikasi faktor eksternal kunci yaitu dengan menuliskan semua peluang

dan ancaman, sedangkan identifikasi faktor internal dengan menuliskan kekuatan

dan kelemahan yang dimiliki perusahaan/ organisasi. Dalam penyajiannya faktor

yang bersifat positif (kekuatan dan peluang) ditulis sebelum faktor yang bersifat

negatif (kelemahan dan ancaman) dan diurutkan setiap faktor kunci yang akan

memengaruhi perusahaan. Berikut analisis lingkungan internal dianalisis dalam

Tabel 5 dan analisis lingkungan eksternal dalam Tabel 6.

Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan

berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan

informasi internal perusahaan dapat digali dari beberapa bidang fungsional

perusahaan seperti bidang manajemen, pemasaran, keuangan, produksi, dan

sistem informasi. Terdapat lima langkah dalam mengembangkan matriks IFE:

(David 2004)

Tabel 6 Analisis Lingkungan Eksternal

Faktor Kunci

Peluang Ancaman

Probabilitas

Sukses

Daya

Atraktif

Probabilitas

Terjadi

Daya

Rusak

T S R T S T S R T S

A

B

C

….

Sumber: (Bryson 2004)

Tabel 5 Analisis Lingkungan Internal

Faktor Kunci Perusahaan Pesaing

T S R T S R

A

B

C

Sumber: (Bryson 2004)

Page 35: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

22

1. Tuliskan faktor-faktor sukses kritis (faktor internal kunci) seperti yang

dikenali dalam proses audit-internal. Gunakan 10 sampai 20 faktor internal

yang terpenting, termasuk kekuatan maupun kelemahan. Tuliskan kekuatan

lebih dahulu kemudian kelemahan. Usahakan sespesifik mungkin, gunakan

persentase, rasio, dan angka perbandingan.

Berikan bobot dengan kisaran dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0

(terpenting) pada setiap faktor. Bobot yang diberikan pada suatu faktor

menunjukkan kepentingan relatif dari faktor itu untuk sukses dalam industri

yang ditekuni v perusahaan. Tanpa mempedulikan apakah faktor kunci

adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor-faktor yang dianggap

mempunyai pengaruh terbesar pada prestasi organisasi diberi bobot

tertinggi. Jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1.0. Penentuan

bobot pada analisis internal perusahaan/ organisasi dilakukan dengan cara

mengajukan pertanyaan kepada pihak manajemen dan ahli strategi dengan

menggunakan metode paired comparison (Kinnear & Taylor 1992). Format

teknik pembobotan dapat dilihat pada Tabel 7.

Penentuan bobot setiap faktor menggunakan skala 1,2 dan 3. Skala yang

digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1. Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal

2. Jika indikator horisontal sama pentingnya dengan indikator vertikal

3. Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bobot dari setiap faktor dengan menentukan proposisi nilai setiap faktor

terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus

sebagai berikut : (Kinnear dan Taylor 1992)

2. Berikan nilai (peringkat) 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk menunjukan

apakah faktor itu mewakili kelemahan utama (peringkat= 1), kelemahan

kecil (peringkat= 2), kekuatan kecil (peringkat= 3), atau kekuatan utama

(peringkat= 4). Peringkat diberikan berdasarkan keadaan perusahaan,

sedangkat bobot dalam Langkah 2 didasarkan keadaan industri.

Tabel 7 Penilaian Bobot Tingkat Kepentingan Faktor Internal Menurut Metode

“Paired Comparison”

Faktor Internal

Kunci A B C …… Total Bobot

A

B

C

……

Total 1.00

Sumber: (Kinnear dan Taylor 1992)

αi = Bobot variabel ke-i

xi = Nilai variabel ke-i

i = 1,2,3,...n

n = Jumlah variabel

Page 36: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

23

3. Kalikan setiap bobot faktor dengan nilai (peringkat) untuk menentukan

nilai yang dibobot untuk setiap variabel.

4. Jumlahkan nilai yang dibobotkan untuk setiap variabel untuk menentukan

total nilai yang dibobot untuk organisasi. Total nilai yang di bobotkan dari

seluruh variabel berkisar antara 1.00 sampai 4.00. Organisasi memiliki

posisi internal kuat apabila nilai yang dibobotkan antara 3.00-4.00,

memiliki posisi internal rata- rata apabila nilai yang dibobotkan antara

2.00-2.99, dan memiliki posisi internal lemah apabila nilai yang dibobotkan

antara 1.00-1.99. Berikut format matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)

seperti Tabel 8:

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE)

Menurut David (2004) matriks EFE membuat ahli strategi meringkas dan

mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,

pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan. Matriks EFE digunakan untuk

mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan

untuk menganalisis kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya, demografi dan

lingkungan, kekuatan politik, pemerintah dan hukum, kekuatan teknologi. dan

kekuatan persaingan. Terdapat lima langkah dalam mengembangkan matriks EFE:

(David 2004)

1. Tuliskan faktor-faktor sukses kritis (faktor eksternal kunci) seperti yang

diidentifikasi dalam proses audit eksternal. Cari antara 10 dan 20 faktor,

termasuk peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahan/ organisasi

dan industrinya. Daftar peluang dahulu kemudian ancaman. Usahakan

sespesifik mungkin, gunakan persentasi, rasio, dan angka perbandingan.

2. Beri bobot pada setiap faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (amat

penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar

Tabel 8 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Faktor-Faktor Internal Kunci Bobot Nilai

(Peringkat)

Nilai yang

dibobotkan (Bobot

dikali nilai)

Kekuatan Internal

1

2

3

……

Kelemahan Internal

1

2

3

……

Total 1.00 (Kisaran 1.00-4.00)

Sumber: (David 2004)

Page 37: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

24

berhasil dalam industri tersebut. Jumlah dari semua bobot harus sama

dengan 1.0.

Penentuan bobot pada analisis ekesternal perusahaan dilakukan dengan cara

mengajukan pertanyaan kepada pihak manajemen dan ahli strategi dengan

menggunakan metode paired comparison (Kinnear & Taylor 1992). Format

teknik pembobotan dapat dilihat pada Tabel 9.

Penentuan bobot setiap faktor menggunakan skala 1,2 dan 3. Skala yang

digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1. Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal

2. Jika indikator horisontal sama pentingnya dengan indikator vertikal

3. Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bobot dari setiap faktor dengan menentukan proposisi nilai setiap faktor

terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus

sebagai berikut : (Kinnear dan Taylor 1992)

3. Berikan nilai (peringkat) 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk menunjukan

seberapa efektif strategi perusahaan saat ini menjawab faktor ini, dengan

catatan 4=jawaban superior, 3=jawaban di atas rata-rata, 2=jawaban rata-

rata, 1=jawaban jelek. Peringkat didasarkan pada efektivitas strategi

perusahaan. Peringkat didasarkan pada keadaan perusahaan, sedangkan

bobot pada langkah 2 didasarkan pada industri.

4. Kalikan setiap bobot faktor dengan nilai (peringkat) untuk menentukan

nilai yang dibobot untuk setiap variabel.

5. Jumlahkan nilai yang dibobotkan untuk setiap variabel untuk menentukan

total nilai yang dibobot bagi organisasi. Total nilai yang dibobotkan dari

seluruh variabel berkisar antara 1.00 sampai 4.00. Organisasi memiliki

posisi internal yang kuat apabila nilai yang dibobotkan antara 3.00- 4.00,

memiliki posisi internal rata-rata apabila nilai yang dibobotkan antara 2.00-

2.99, dan memiliki posisi internal yang lemah apabila nilai yang dibobotkan

Tabel 9 Penilaian Bobot Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Menurut Metode

“Paired Comparison”

Faktor Eksternal

Kunci A B C …… Total Bobot

A

B

C

……

Total 1.00

Sumber: (Kinnear dan Taylor 1992)

αi = Bobot variabel ke-i

Xi = Nilai variabel ke-i

i = 1,2,3,...n

n = Jumlah variabel

Page 38: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

25

antara 1.00- 1.99. Berikut format matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

seperti Tabel 10.

Tahap Pencocokan

Tahap ini adalah kunci efektif untuk menghasilkan strategi alternatif yang

layak dengan cara mencocokkan faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal.

Pada tahap ini peneliti menggunakan Matriks Internal Eksternl (IE Matrix) dan

Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) sebagai alat

analisis.

Matriks Internal Eksternal (IE Matrix)

Matriks IE adalah gabungan dari matriks IFE dan EFE yang terdiri dari

Sembilan sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks

IFE dan EFE. Sumbu X merupakan total skor matriks IFE dan total skor dari

matriks EFE pada sumbu Y. Pada sumbu X terdiri dari tiga skor yaitu; skor 1.00-

1.99 menunjukkan bahwa posisi internal lemah; skor 2.00-2.99 posisi internal

rata-rata; dan skor 3.00-4.00 posisi internal kuat. Sedangkan pada sumbu Y skor

1.00-1.99 menunjukkan bahwa posisi eksternal rendah; skor 2.00-2.99 posisi

eksternal menengah; dan skor 3.00-4.00 posisi eksternal tinggi (David 2004).

Berikut matriks IE seperti pada Gambar 6.

Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak

berbeda, yaitu:

1. Divisi yang masuk sel I, II dan IV dapat disebut tumbuh dan bina (grow

and build). Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan

pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke

depan dan integrasi horizontal) merupakan strategi yang cocok pada divisi

ini.

2. Divisi yang masuk sel III, V dan VII dapat dikelola dengan strategi pelihara

dan pertahankan (hold and maintain). Penetrasi pasar dan pengembangan

produk merupakan dua strategi yang cocok digunakan pada divisi ini.

Tabel 10 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Faktor-Faktor Eksternal Kunci Bobot Nilai

(Peringkat)

Nilai yang

dibobotkan (Bobot

dikali nilai)

Kekuatan Eksternal

1

2

……

Kelemahan Eksternal

1

2

……

Total 1.00 (Kisaran 1.00-4.00)

Sumber: (David 2004)

Page 39: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

26

3. Divisi yang masuk sel VI, VIII dan IX adalah panen dan divestasi (harvest

and divest). Strategi panen atau divestasi adalah strategi yang paling cocok

digunakan pada daerah ini.

Gambar 6 Matriks IE (Internal Eksternal)

Sumber: (David 2004)

M atriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)

Selain penggunaan matriks IE, terdapat matriks lain yang digunakan pada

tahap pencocokan yaitu matriks SWOT. Menurut David (2004) matriks SWOT

merupakan alat yang digunakan untuk mengembangkan empat tipe strategi

dengan mencocokkan faktor-faktor internal kunci (kekuatan dan kelemahan) dan

eksternal kunci (peluang dan ancaman). Empat tipe strategi yang dapat

dikembangkan dalam matriks ini adalah:

1. Strategi SO (Strength- Opportunities) atau strategi kekuatan- peluang.

Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang

eksternal.

2. Strategi WO (Weakness- Opportunities) atau strategi kelemahan- peluang.

Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan

memanfaatkan peluang eksternal.

3. Strategi ST (Strength- Threats) atau strategi kekuatan- ancaman. Strategi ini

menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi

dampak ancaman eksternal.

4. Strategi WT (Weakness- Threats) atau strategi kelemahan- ancaman.

Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi

kelemahan internal dan menghindari ancaman lingkungan.

Menurut David (2004) terdapat delapan langkah dalam membuat matriks

SWOT, yaitu:

1. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.

2. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.

3. Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.

4. Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.

Grow and

Build

(I)

Grow and

Build

(II)

Hold and

Maintain

(II)

Grow and

Build

(IV)

Hold and

Maintain

(V)

Harvest and

Divest

(VI)

Hold and

Maintain

(VII)

Harvest and

Divest

(VIII)

Harvest and

Divest

(IX)

3.00-4.00 2.00-2.99 1.00-1.99

4.0

3.0

2.0

1.0

Tinggi

3.00-4.00

Sedang

2.00-2.99

Rendah

1.00-1.99

To

tal

Nil

ai

EF

E Y

an

g D

iber

i B

ob

ot

Total Nilai IFE Yang Diberi Bobot

Tinggi Sedang Rendah

Page 40: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

27

5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil

strategi SO dalam sel yang ditentukan.

6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil

strategi WO dalam sel yang ditentukan.

7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil

strategi ST dalam sel yang ditentukan.

8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil

strategi WT dalam sel yang ditentukan.

Berikut format matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)

seperti pada Gambar 7.

Gambar 7 Matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)

Sumber: (David 2004)

Tahap Keputusan

Pada tahap ini peneliti menggunakan QSPM (Quantitative Strategic

Planning Matrix) sebagai alat analisis. QSPM menggunakan informasi input dari

tahap 1 untuk secara sasaran mengevaluasi strategi alternatif layak yang

diidentifikasi dalam tahap 2. QSPM mengungkapkan daya tarik relatif dari strategi

alternatif dan oleh karena itu menjadi dasar sasaran untuk memilih strategi

spesifik.

QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Menurut David (2006) langkah-langkah penyusunan strategi terpilih

melalui QSPM adalah sebagai berikut:

1. Mendaftar kekuatan dan kelemahan kunci internal kemudian peluang dan

ancaman kunci eksternal. Informasi data didapatkan langsung dari matriks

IFE dan matriks EFE.

2. Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis internal dan eksternal.

Bobot ini identik dengan yang digunakan pada matriks IFE dan EFE.

(Selalu dibiarkan kosong)

Kekuatan-S

1.

2. (Daftar kekuatan)

3.

…..

Kelemahan-W

1.

2. (Daftar kelemahan)

3.

…..

Peluang –O

1.

2. (Daftar peluang)

3.

…..

Strategi SO

(Gunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang)

Strategi WO

(Atasi kelemahan dengan

memanfaatkan peluang)

Ancaman-T

1.

2. (Daftar ancaman)

3.

......

Strategi ST

(Gunakan kekuatan untuk

menghindari ancaman)

Strategi WT

(Meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman)

Page 41: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

28

3. Mengidentifikasi strategi alternatif yang diperoleh dari matriks SWOT yang

layak untuk diimplementasikan.

4. Menetapkan nilai daya tarik (Attractiveness Score/AS) dari setiap strategi

dalam alternatif set tertentu.

Nilai 1 = tidak menarik,

Nilai 2 = agak menarik,

Nilai 3 = menarik, dan

Nilai 4 = sangat menarik.

Nilai Attractiveness Score adalah seberapa besar daya tarik relatif dari

ssatu strategi atas strategi yang lain dengan mempertimbangkan faktor

tertentu.

5. Menghitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score/ TAS) sebagai

hasil perkalian bobot dengan nilai daya tarik (AS) dalam setiap baris. TAS

menunjukkan daya tarik relatif dari setiap altematif strategi dengan hanya

mempertimbangkan dampak dari faktor sukses kritis eksternal dan internal

di baris tersebut.

6. Menghitung jumlah total nilai daya tarik dengan cara menjumlahkan semua

Total Attractiveness Score pada setiap kolom QSPM. Nilai TAS yang

tertinggi menuniukkan bahwa strategi tersebut yang paling baik untuk

diimplementasikan.

Berikut format QSPM seperti pada Tabel 11.

GAMBARAN UMUM RUMAH TEMPE INDONESIA (RTI)

Profil Usaha

Rumah Tempe Indonesia (RTI) adalah unit usaha/ bisnis dari Koperasi

Produsen Tempe Tahu Kabupaten Bogor (KOPTI Kab. Bogor) yang beralamat di

Jalan Raya Cilendek No. 27 Bogor Barat, Jawa Barat. RTI merupakan industri

pengolahan makanan berbentuk UKM yang bergerak di bidang pengolahan

kedelai khususnya tempe. Kegiatan utama dalam usaha ini adalah pembuatan

tempe mentah. RTI adalah industri tempe pertama yang memproduksi tempe

Tabel 11 Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning)

Faktor-Faktor Kunci Bobot

Alternatif strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor Kunci Internal

-

- ……dst

Faktor Kunci Eksternal

-

- ……dst

Total

Sumber: (David 2004)

Page 42: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

29

higienis berkualitas premium di Indonesia. Konsep pembangunan awal RTI

adalah mengkedepankan proses produksi tempe yang higienis serta ramah

lingkungan. Hal ini terbukti dari penggunaan peralatan yang serba stainless steel,

prosedur pengolahan yang mengikuti kaedah Good Hygienic Practices (GHP)

serta pengolahan limbah menggunakan teknologi Biogas. RTI telah memenuhi

persyaratan dan mendapat beberapa sertifikat pada produknya yaitu (1) sertifikat

HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) dari Lembaga Sertifikasi

Laboratorioum Terpadu Institut Pertanian Bogor (2) telah memenuhi persyaratan

mutu tempe sesuai SNI Nomor 3144 Tahun 2009 (3) sertifikat halal dari MUI

Kota Bogor (4) izin Departemen Kesehatan dan (5) P-IRT (Pangan Industri

Rumah Tangga)

Visi dan Misi

Visi Rumah Tempe Indonesia (RTI) adalah mendorong perubahan dan

memperbaiki kualitas citra tempe di Indonesia. RTI memiliki tiga misi yaitu (1)

Mnjadi salah satu pusat produksi tempe yang higienis dan ramah lingkungan dan

mampu menyediakan produk tempe yang berkualitas kepada konsumen (2)

meningkatkan pengetahuan pengrajin tempe tradisional dalam menerapkan konsep

produksi yang lebih higienis dan ramah lingkungan (3) menjadi agen perubahan

untuk mengangkat dan mempromosikan tempe sebagai makanan sehat untuk

berbagai kalangan baik di dalam dan di luar negeri.

Sejarah dan Perkembangan

Pada awalnya KOPTI Kab. Bogor sebagai lembaga koperasi yang membina

pengrajin tempe tahu di Bogor melihat bahwa Indonesia akan memasuki era

perdagangan bebas. KOPTI Kab. Bogor baranggapan bahwa dalam menghadapi

era tersebut, proses produksi yang dilakukan para pengrajin tempe harus berubah

yaitu dari proses tradisional yang tidak berstandar menjadi proses yang lebih baik

dan higienis. Pada saat itu Kopti bekerjasama dengan Mercy Corp membuat dan

mensosialisasikan alat- alat/ mesin yang menunjang dalam pembuatan tempe

higienis kepada para pengrajin tempe. Para pengrajin menghiraukannya dan

beranggapan bahwa dengan pembuatan tempe yang tradisional saja permintaan

tempe saat ini masih tinggi. Mereka juga beranggapan bahwa para pengurus

KOPTI yang bukanlah pengrajin seperti mereka tidak mengerti apa- apa tentang

produksi tempe dan hanya bisa mensosialisasikan alat- alat/ mesin baru yang

belum teruji dalam meningkatkan nilai tambah pada tempe. Melihat respon yang

rendah dari para pengrajin maka dibangunlah Rumah Tempe Indonesia (RTI). RTI

didirikan sebagai unit usaha/bisnis dari KOPTI Kab. Bogor. Unit usaha ini

didirikan dengan tujuan awal sebagai prototype pabrik tempe higienis yang tepat

guna bagi pengrajin tempe di Indonesia.

Pembangunan RTI dimulai pada bulan September 2011 dan diresmikan

pada tanggal 6 Juni 2012. RTI merupakan hasil inisiasi dari tiga organisasi yaitu

Forum Tempe Indonesia (FTI), Koperasi Produsen Tempe Tahu Kabupaten Bogor

(KOPTI Kab. Bogor), dan Mercy Corp. Untuk pembangunan fisik bangunan dan

peralatan, RTI memperoleh dukungan dana dari empat lembaga yaitu, American

Soybean Association International Marketing (ASAIM), Uni Eropa, FKS

Page 43: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

30

Multiagro, dan PT. Antam (persero) Tbk. Tujuan dari pembangunan RTI adalah

(1) sebagai pusat produsi tempe higienis dan ramah lingkungan (2) sebagai pusat

pengembangan produk olahan berbasis tempe (3) sebagai fasilitas pendidikan dan

penelitian bagi produsen tempe, mahasiswa, pelajar dan masyarakat umum yang

tertarik dengan tempe.

Awal tahun 2013, dengan permintaan yang semakin meningkat RTI melihat

peluang bisnis yang tinggi dari produksi tempe yang dilakukan sehingga RTI

ingin memperbesar pabrik tempe yang dimiliki. Hingga pada bulan November

2013 RTI membangun pabrik baru yang lebih luas di Cimandala Kabupaten

Bogor. Proses pembangunan pabrik dilakukan seperti pabrik pertama yang

berlokasi di Jalan Raya Cilendek tetapi dengan ukuran yang lebih luas yaitu

sekitar 1000 m2. Pabrik kedua ini belum mulai dioperasikan dan direncanakan

beroprasi pada akhir tahun 2014.

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN INTERNAL DAN

EKSTERNAL

Lingkungan Internal Rumah Tempe Indonesia

Manajemen

RTI dipimpin oleh Bpk. Sukhaeri, SP selaku pimpinan. Beliau selaku

pimpinan memiliki wewenang tertinggi dalam mengelola manajemen bisnis dan

merupakan penanggung jawab RTI. Beliau mambawahi bagian operasional,

bagian produksi, bagian pemasaran dan bagian keuangan seperti pada Gambar 8.

Aktivitas manajemen terdiri dari empat fungsi yaitu planning, organizing, leading,

dan controlling dalam mencapai tujuan RTI.

Fungsi planning, diawali dengan menetapkan tujuan utama RTI yaitu (1)

menjadi model pabrik tempe higienis dan ramah lingkungan (2) menciptakan

kebanggaan dan mengangkat derajat profesi pengrajin tempe di Indonesia (3)

mengenalkan tempe unggulan kepada konsumen dan mendorong pencitraan yang

lebih baik terhadap tempe, dan (4) menjadi sarana pembelajaran dan penelitian

tentang produksi tempe higienis dan ramah lingkungan. Berdasarkan tujuan

tersebut RTI berusaha untuk meningkatkan omset penjualan produknya agar

kegiatan usahanya terus berjalan dan dapat memenuhi keempat tujuan utama

tersebut. Penetapan segmentasi pasar RTI adalah pasar premium yaitu konsumen

menengah atas, konsumen yang peduli akan kesehatan, konsumen yang peduli

akan kualitas produk, perusahan besar yang menggunakan tempe untuk diolah

menjadi makanan bayi, rumah sakit, kedai vegetarian, dan restoran. Sasaran pasar

produk RTI saat ini masih wilayah Bogor.

Fungsi organizing, dilakukan dengan mendesain struktur organisasi dalam

kegiatan bisnis RTI seperti pada Gambar 8. Terdapat pimpinan yang membawahi

bagian teknik, bagian produksi, bagian pemasaran dan bagian keuangan. Pimpinan

bertugas sebagai pemimpin kegiatan usaha RTI, pemegang keputusan tertinggi,

sekaligus sebagai penanggung jawab utama. Bagian operasional bertanggung

jawab atas kerjasama dengan pihak-pihak terkait dan juga mengatur dan

Page 44: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

31

Pimpinan

Sukhaeri, SP

Bagian Produksi

Ribiyanto

Bagian Pemasaran

Endang Maulana, SE

Bagian Teknik

Rikamto

Bagian Keuangan

Yayah Juariah

mengontrol seluruh kegiatan operasional RTI. Bagian produksi memimpin

kegiatan produksi dengan tiga orang karyawan, bertanggung jawab atas kegiatan

produksi di pabrik, dan mengontrol kualitas produk yang dihasilkan. Bagian

pemasaran bertanggung jawab atas pemasaran produk agar sampai ke konsumen.

Bagian keuangan bertanggung jawab dalam perhitungan pemasukan dan

pengeluaran dari bisnis yang dilakukan.

Gambar 8 Struktur Organisasi Rumah Tempe Indonesia

Sumber: Data Primer (2014)

Fungsi leading, dilakukan dengan penyeleksian karyawan dalam perekrutan,

menetapkan SOP dalam kegiatan produksi bagi para karyawan, memberikan

insentif sesuai hasil pekerjaannya untuk meningkatkan motivasi karyawan,

mengikutsertakan para karyawan dalam Training Pengenalan HACCP,

mengikutsertakan beberapa perwakilan RTI dalam beberapa seminar, dan

mengadakan studi banding dengan beberapa pihak. Fungsi controlling, dilakukan

dengan memantau seluruh kegiatan dan mengadakan rapat untuk mengevaluasi

seluruh kegiatan.

Pemasaran

Kegiatan pemasaran yang dilakukan RTI diidentifikasi menggunakan

bauran pemasaran (marketing mix) 4P (Product, Price, Promotion, Place) sebagai

indikator. Product, produk yang diproduksi RTI adalah tempe segar berbahan

baku kedelai. Produk terdiri dari tiga jenis berdasarkan jenis kedelai yang

digunakan yaitu (1) Tempe Organik (2) Tempe Premium Lokal, dan (3) Tempe

Premium Impor. Ukuran tempe yang dihasilkan yaitu dengan berat bersih sebelum

fermentasi (1) 300 gram, (2) 450 gram, dan (3) 800 gram. Price, produk RTI yang

dipasarkan berupa tempe segar dengan harga berbeda-beda sesuai jenis dan

beratnya. Penetapan harga yang dilakukan RTI berdasarkan Cost Plus yaitu

berdasarkan biaya atau penetapan harga lebih besar dari biaya. Menurut Downey

dan Ericson dalam Asmarantaka (2012), penetapan harga berdasarkan cost plus

ini secara sederhana menambahkan margin tetap terhadap biaya dasar (harga

pembelian). Margin tetap yang ditetapkan RTI berkisar antara 20% sampai 30%

pada harga jual setiap produk. Harga produk yang biasa dipesan konsumen

berkisar antara Rp 5 000 sampai Rp 15 000. Promotion, upaya promosi RTI saat

ini dilakukan dengan mengikuti beberapa pameran dan membangun kerjasama

Page 45: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

32

dengan beberapa distributor. Place, daerah pemasaran RTI masih berfokus pada

wilayah Bogor dan masih merintis untuk memasuki daerah Jadetabek.

Pemasaran yang dilakukan RTI adalah pemasaran langsung pada konsumen.

Konsumen biasanya memesan langsung melalui telepon maupun datang langsung

ke lokasi pabrik untuk membeli produk. Pengiriman untuk wilayah Bogor

diantarkan langsung oleh karyawan dan apabila mendapat pesanan dari wilayah

Jadetabek pengiriman produk akan dilakukan menggunakan jasa pengiriman

seperti TIKI ataupun JNE. Kegiatan pemasaran yang dilakukan RTI belum

memiliki manajemen yang baik dan belum optimal dilakukan. Belum ada

perencanaan pemasaran yang matang dalam memasarkan produknya.

Keuangan/ Akuntansi

Investasi awal Rumah Tempe Indonesia diluar investasi lahan yaitu sebesar

510 juta Rupiah. Investasi awal ini berupa pabrik, reaktor pengolah limbah,

peralatan dan mesin. Sebagian dari total investasi awal adalah bantuan dari luar

RTI yaitu, 100 juta Rupiah bantuan dari perusahan importir kedelai (FKS

Multiagro), 50 juta Rupiah bantuan dari perusahaan ANTAM, dan 40 juta Rupiah

dari Mercy Corps Indonesia.

Fungsi akuntansi dapat menentukan kekuatan dan kelemahan keuangan

dalam suatu bisnis dan berfungsi sebagai daya tarik bagi investor. Fungsi

akuntansi pada tingkat ukm biasanya berupa keputusan investasi dan keputusan

pembiayaan. Fungsi akuntansi ini sangat penting dilakukan untuk memonitor

aktivitas bisnis. Akuntasi yang dilakukan Rumah Tempe Indonesia masih

sederhana. Aktivitas akuntansi yang dilakukan hanya sebatas pada pencatatan

penerimaan dan pengeluaran bisnis dan belum berupa sistem akuntansi mendalam

mengenai keputusan investasi dan pembiayaan.

Produksi/ Operasi

Tempe yang diproduksi Rumah Tempe Indonesia (RTI) dilakukan secara

just in time dimana tempe akan diproduksi apabila ada pesanan dari konsumen.

Pada saat ini RTI memproduksi tiga jenis tempe segar yang dapat dipesan oleh

konsumen yaitu:

1. Tempe Organik, yaitu tempe yang diperoses menggunakan bahan baku

kedelai organik.

2. Tempe Premium Lokal, yaitu tempe yang diperoses menggunakan bahan

baku kedelai lokal terbaik yaitu varietas Grobogan.

3. Tempe Premium Impor, yaitu tempe yang diproses menggunakan bahan

baku kedelai impor dengan klasifikasi IP Food Grade Non GMO dan GMO

grade 1.

Pada saat ini rata- rata produksi RTI menghabiskan bahan baku kedelai 30- 75 kg

per hari dan menghasilkan sekitar 150 bungkus setiap harinya.

Proses produksi RTI dilakukan di sebuah pabrik berbentuk rumah yang

telah didesain agar efisien dan hemat energi. Desain tata letak pabrik/ ruang

produksi dapat dilihat pada Gambar 9. Desain ruang dan bangunan dibuat dengan

bagian berkaca yang cukup banyak sehingga cahaya bisa masuk dan mengurangi

penggunaan lampu. Langit-langit didesain tinggi untuk membantu aerasi sehingga

Page 46: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

33

pekerja dalam keadaan nyaman. Tata letak mesin dan peralatan di pabrik

mengikuti alur kerja produksi tempe agar waktu produksi dan pembagian kerja

antar pengrajin menjadi jelas. Proses produksi basah dan kering dipisahkan

sehingga produk yang dihasilkan lebih higienis. Kewajiban berupa SOP didalam

ruang produksi juga diberlakukan demi kualitas produk.

Gambar 9 Tata Letak Dalam Pabrik/ Ruang Produksi

Sumber: Data Primer 2014

Produksi yang dilakukan dalam membuat tempe segar terdapat beberapa

tahapan. Tahapan produksi di RTI dapat dilihat pada Gambar 10. Produksi diawali

dengan tahap penyortiran kedelai. Kedelai yang diperoleh disortir dan dibersihkan

dari kotoran seperti pasir dan benda lain yang terbawa di dalam karung berasama

kedelai. Kemudian kedelai yang telah disortir, direndam dalam drum perendaman

selama 15 hingga 30 menit untuk menghilangkan kembali kotoran seperti debu

yang menempel pada kedelai. Kedelai yang telah bersih dari debu dan kotoran di

rebus hingga mekar dan empuk selama 1.5- 2 jam.

Kedelai yang telah di rebus di rendam kembali selama 24 jam agar kadar

asam pada kedelai turun dan optimal, hal ini dilakukan agar kualitas tempe yang

dihasilkan sempurna dan tidak cepat busuk. Setelah itu kedelai digiling

menggunakan mesin pengiling untuk memecah kulit kedelai dan dicuci kembali

hingga bersih dari kulitnya dan lendir yang menempel. Setelah bersih dan bebas

lendir kemudian kedelai di sterilisasi. Sterilisasi dilakukan dengan cara

memasukkan kedelai ke dalam dandang dan menyiramnya dengan air mendidih

ditutup dan didiamkan selama 15 menit. Setelah itu kedelai ditiriskan dan dibawa

ke meja peragian. Pada meja peragian dilakukan proses pemberian ragi dan proses

memasukkan kedelai ke dalam bungkus plastik yang sudah disiapkan. Plastik

Keterangan:

A : Ruang Produksi Basah

B : Ruang Produksi Kering

C : Ruang Fermentasi

D : Ruang Produk jadi

A

C

B

D

Page 47: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

34

yang telah terisi kemudian di sealer dan disimpan dalam rak fermentasi.

Fermentasi dilakukan selama 24 jam dan tempe segar dapat dipasarkan ke

konsumen.

Gambar 10 Tahapan Produksi Tempe Segar RTI

Sumber: Data Primer (2014)

Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan penting dilakukan dalam hal inovasi produk.

Inovasi yang dilakukan tentunya akan menambah nilai dari produk yang akan

dijual. Selain itu aktivitas ini akan mengevaluasi produk yang dihasilkan.

Penelitian dan pengembangan dalam usaha RTI dilakukan oleh bagian produksi

dan bagian teknis. Aktivitas penelitian dan pengembangan dilakukan untuk

peningkatan kualitas dan pengembangan produk. Aktivitas penelitian dan

pengembangan pada produk RTI sampai saat ini dilakukan di pabrik secara

langsung pada satu tahun pertama saja. Aktivitas penelitian dan pengembangan

selanjutnya dilakukan dengan cara mengikuti berbagai pelatihan dan seminar

berkaitan dengan bisnis yang dijalani. Melakukan pelayanan dan menjalin

hubungan baik dengan konsumen pun dilakukan dalam upaya menunjang kegiatan

penelitian dan pengembangan usaha Rumah Tempe Indonesia.

Sistem Informasi

Sistem informasi yang efektif sangat dibutuhkan dalam aktivitas yang

berkaitan dengan bisnis dijalani. Sistem informasi akan meningkatkan kinerja dari

suatu bisnis. Sebuah sistem informasi mendasar yang efektif digunakan dalam

Penyortiran

Perebusan

Pencucian

Peragian

Penirisan

Perebusan

Penggilingan

Fermentasi

Perendaman awal

Perendaman awal

Page 48: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

35

bisnis yaitu dengan penggunaan perangkat lunak (software) dan perangkat keras

(hardware) komputer. Rumah Tempe Indonesia (RTI) dalam menjalani aktivitas

bisnisnya menggunakan sistem informasi berupa beberapa seperangkat komputer

dengan software seperti microsoft office excel, microsoft office word, dll. RTI

juga telah memasang jaringan internet, memiliki email dan web. Sistem

informasi yang tersedia di RTI digunakan dengan baik akan tetapi penggunaan

internet seperti web dan email tidak aktif digunakan dalam aktivitas bisnis yang

dijalani.

Lingkungan Eksternal Rumah Tempe Indonesia

Kekuatan Ekonomi

Secara umum keadaan perekonomian Kota Bogor dapat dilihat dari nilai

PDRB (Pendapatan Domestik regional Bruto) Atas Dasar Harga Berlaku dan

PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 menurut Lapangan Usaha. PDRB

Atas Dasar Harga Berlaku adalah PDRB berdasarkan harga tahun berjalan, baik

pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambahannya.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 adalah PDRB berdasarkan harga

tahun 2000 sebagai tahun dasar, perubahan PDRB ini mencerminkan perubahan

output yang tidak dipengaruhi perubahan harga yang biasanya cenderung

meningkat dari tahun ke tahun.

Dapat dilihat pada Tabel 12, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar Rp

10 089 943.96 juta di tahun 2008 meningkat menjadi Rp 17 323 335.99. PDRB

Atas Dasar Harga Konstan pun mengalami peningkatan yaitu dari Rp 4 252

821.78 juta pada tahun 2008 menjadi Rp 5 394 161.34 juta di tahun 2012. Hal ini

menggambarkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir telah tejadi

peningkatan rill yang cukup signifikan sehingga peningkatan yang terjadi bukan

hanya karena faktor kenaikan harga ataupun inflasi tetapi juga merupakan

peningkatan kapasitas produksi sektoral.

Faktor ekonomi memiliki dampak langsung terhadap daya tarik potensial

dari berbagai strategi (David 2004). Kondisi perekonomian yang ditunjukan

PDRB Kota Bogor selama tahun 2008 sampai 2012 mengindikasi adanya

peningkatan perekonomian secara rill yang cukup signifikan. Hal ini berpengaruh

terhadap bisnis yang dijalani oleh RTI karena pangsa pasar yang utama saat ini

adalah wilayah Kota Bogor.

Tabel 12 PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga

Konstan (2000) Tahun 2008- 2012 (Jutaan Rupiah)

No Tahun PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku

PDRB Atas Dasar Harga

Konstan

1 2008 10 089 943.96 4 252 821.78

2 2009 11 904 599.66 4 508 705.07

3 2010 13 908 899.57 4 785 434.36

4 2011 *) 15 487 253.96 5 081 482.69

5 2012 **) 17 323 335.99 5 394 161.34

Sumber: BPS Kota Bogor (2013) *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Page 49: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

36

Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat ditinjau melalui

pendapatannyamaupun didekati dari sisi pengeluaran rumah tangga. Berdasarkan

hasil SUSENAS 2011, rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di Kota Bogor

tahun 2011 adalah Rp 340 546 untuk kelompok makanan dan Rp 422 692 untuk

kelompok barang non makanan. Jika dilihat dari tahun sebelumnya, pengeluaran

pertkepita perbulan untuk kelompok makanan mengalami kenaikan sebesar

57.40% disbanding tahun 2010 dan 13.24% untuk kelompok barang non makanan

(BPS 2013). Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat Kota Bogor

mengalami kenaikan.

Isu lingkungan secara global mengenai limbah sampai saat ini masih gencar

disosialisasikan demi memperbaiki kualitas lingkungan hidup dan keseimbangan

ekosistem. Ditulis oleh Satyahadi dalam www.indonesiaprintmedia.com (2014),

pada Juni 2013, Bank Dunia menerbitkan laporan berjudul What a Waste: A

Global review of Solid Waste Management.dalam laporan tersebut dibahas

mengenai masalah limbah di seluruh penjuru dunia yang menjadi tantangan serius

untuk ditangani. Limbah menjadi sebuah keniscayaan dalam aktivitas sosial dan

ekonomi manusia. Semakin banyak jumlah manusia dengan segala segala

kompleksitas aktivitas sosial dan ekonominya, maka akan semakin banyak pula

sampah atau limbah yang dihasilkan.

Peningkatan kesejahteraan dari masyarakat Kota Bogor dapat menjadi

peluang maupun ancaman bagi Rumah Tempe Indonesia dan akan berpengaruh

pada pengambilan keputusan strategi dalam menjalani bisnisnya. Disamping

faktor kesejahteraan masyarakat, isu lingkungan pun sangat berpengaruh pada

bisnis yang dijalani oleh RTI. Proses produksi tempe yang dilakukan oleh RTI

didesain agar meminimalisasi cemaran lingkungan. Proses produksi RTI

menggunakan LPG sebagai bahan bakar perebusan. LPG menggantikan kayu

bakar dan serbuk gergaji yang menghasilkan asap dan debu yang biasa dihasilkan

pada saat produksi. Cemaran (asap dan debu) tersebut biasanya menjadi sumber

masalah bagi warga sekitar dengan pabrik tempe, untuk itulah RTI menggunakan

bahan bakar LPG dalam produksinya. RTI juga memiliki pengolahan limbah

berupa reaktor yang ditanam di dalam tanah. Reaktor tersebut akan mengubah

limbah produksi tempe menjadi air terfilter yang akan masuk sumur resapan dan

biogas. Reaktor ini membuat warga sekitar tidak terganggu oleh bau tak sedap

maupun pencemaran air.

Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum

Aspek politik, pemerintahan dan hukum meliputi peraturan-peraturan,

undang-undang dan kebijaksanaan pemerintah baik pada tingkat daerah, provinsi

maupun nasional yang menentukan beroperasinya suatu perusahaan. Di negara

berkembang seperti Indonesia, aspek politik, pemerintahan dan hukum memiliki

pengaruh riil terhadap keberhasilan dan kegagalan suatu bisnis melalui peluang

dan ancaman yang ditimbulkan. Industri tempe merupakan usaha yang dilindungi

oleh undang-undang melalui Perpres No. 36 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa

industri tempe merupakan usaha yang dicadangkan bagi usaha mikro kecil dan

menengah. Dengan kata lain industri besar tidak diizinkan memproduksi tempe.

Page 50: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

37

Undang- undang mengenai industri tempe pada Perpres No. 36 Tahun 2010

adalah kesempatan bagi Rumah Tempe Indonesia (RTI) sebagai unit usaha

berbasis UKM dalam kegiatan bisnisnya. Saat ini RTI telah mendapat izin

kecamatan setempat dalam pendirian usahanya. RTI juga telah memiliki perizinan

dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Pemerintah Kota

Bogor sejak 28 Agustus 2012 dengan NPWP No. 45.528.133.7-404.000 atas

kegiatan usaha pokok industri tempe kedelai, Surat Izin Usaha Perdagangan

(SIUP) Mikro dengan No. 517/ 251/ Mikro/ B/ BPPTPM/ VIII/ 2012, dan

sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga No. HK. 03.1.23.04.12.2205.

Kekuatan Teknologi

Pada saat ini perkembangan teknologi semakin pesat seiring perkembangan

jaman dan ilmu pengetahuan. Kemajuan teknologi akan menciptakan keunggulan

kompetitif pada suatu organisasi bisnis dan menjadi bagian terpenting dalam

manajemen strategis dalam bisnis. Rumah Tempe Indonesia (RTI) menjadi

pelopor bagi usaha tempe segar di Indonesia dalam hal adaptasi teknologi

produksi. Teknologi produksi berupa beberapa dalam pembuatan tempe segar dan

teknologi dalam pengolahan limbah pabrik telah dimiliki oleh RTI. Adaptasi

teknologi ini sangat mempengaruhi kualitas produk maupun efisiensi waktu

produksi dan biaya.

Teknologi pada media komunikasi dan informasi yang telah digunakan RTI

adalah telepon, telepon seluler, perangkat komputer, mesin fax, dan jaringan

internet. Penggunaan media tersebut dapat memperlancar aktivitas pemasaran

produk. Biasanya pelanggan melakukan pemesanan terlebih dahulu dengan

menghubungi perusahaan melalui telepon seluler. Media informasi dan teknologi

yang digunakan RTI bisa ditingkatkan lagi dengan memaksimalkan penggunaan

internet sebagai media iklan, dan komputer sebagai perangkat pengelolaan

operasional RTI. Perkembangan teknologi dan pemaksimalan teknologi yang

dimiliki tersebut dapat dijadikan peluang yang dapat menyokong kegiatan

operasional perusahaan.

Kekuatan Persaingan

Intesitas dan kemampuan perusahaan dalam suatu industri ditentukan oleh

kekuatan persaingan yang ada dalam industrinya. Kekuatan persaingan terdiri dari

persaingan industri, ancaman pendatang baru, ancaman produk subtitusi, daya

tawar pemasok dan daya tawar pembeli (Porter 1991). RTI adalah unit usaha dari

KOPTI Kab. Bogor yang berbentuk UKM. RTI menjalankan bisnisnya pada

industri tempe segar dengan bahan baku kedelai. RTI adalah pelopor sebagai

produsen tempe higienis kualitas premium di Indonesia. RTI didirikan dengan

maksud menjadi percontohan bagi industri tempe yang ada di Indonesia. Untuk

mendukung hal tersebut, bisnis yang dilakukan RTI haruslah berkelanjutan

dengan upaya peningkatan pangsa pasarnya.

Dalam industri tempe, RTI memiliki keunggulan dalam kualitas

dibandingkan pesaingnya. Akan tetapi dalam besarnya pangsa pasar, para pesaing

RTI memiliki keunggulan yang lebih tinggi. Industri tempe adalah industri yang

cukup rendah hambatannya bagi pendatang baru untuk memasukinya. Permintaan

Page 51: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

38

tempe yang cenderung meningkat pun mendukung pendatang baru untuk

memasuki bisnis dalam industri tempe ini. Bahan baku yang digunakan berupa

biji kedelai yang dibeli langsung dari KOPTI Kab. Bogor. KOPTI Kab. Bogor

memperoleh kedelai impor dari lima perusahan importir dan kedelai organik dari

satu pemasok. Belum ada kerjasama tertulis dengan para pemasok bahan baku.

Harga yang ditawarkan pada pembeli adalah harga tetap dan apabila pesanan

dalam jumlah besar maka akan mendapat bonus berupa produk yang sama.

Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

Berdasarkan analisis lingkungan internal yang dilakukan terhadap faktor (1)

manajemen (2) pemasaran (3) keuangan/ akunting (4) produksi/ operasi (5)

penelitian dan pengembangan dan (6) sistem informasi manajemen, didapatkan

dua belas faktor kunci sukses internal. Faktor kunci sukses internal tersebut

kemudian dibandingkan relatif dengan pesaing untuk menentukan kekuatan dan

kelemahan dari Rumah Tempe Indonesia (RTI). Kekuatan dan kelemahan

kemudian dibobotkan untuk mengurutkan faktor yang memiliki pengaruh paling

tinggi hingga paling rendah terhadap RTI dan juga di beri peringkat oleh para

responden. Perolehan bobot faktor kunci internal (kekuatan dan kelemahan) dari

tiap responden dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan perolehan peringkat

dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kekuatan- kekuatan yang dimiliki RTI berdasarkan pembobotan adalah:

1. Kualitas produk premium dengan perizinan yang lengkap

Kualitas dari produk (tempe segar) yang dihasilkan Rumah Tempe

Indonesia merupakan kualitas premium. Produk yang dihasilkan menggunakan

bahan baku kedelai grade 1 dan diolah secara higienis. Kualitas yang ditawarkan

produk RTI ini telah mendapatkan perizinan yang lengkap yaitu dengan

memenuhi persyaratan dan mendapat beberapa sertifikat pada produknya yaitu (1)

sertifikat HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) dari Lembaga

Sertifikasi Laboratorioum Terpadu Institut Pertanian Bogor (2) telah memenuhi

persyaratan mutu tempe sesuai SNI Nomor 3144 Tahun 2009 (3) sertifikat halal

dari MUI Kota Bogor (4) izin Departemen Kesehatan dan (5) P-IRT (Pangan

Industri Rumah Tangga)

2. Fasilitas produksi pribadi berupa peralatan dan mesin semi modern

Fasilitas produksi yang dimiliki unit usaha Rumah Tempe Indonesia (RTI)

adalah milik pribadi di bawah naungan KOPTI Kab. Bogor. Fasilitas produksi

berupa pabrik seperti rumah seluas 170 m2 dengan peralatan dan mesin semi

modern di dalamnya. Peralatan utama yang dimiliki RTI terdiri dari satu buah

mesin pemecah kulit, empat buah drum stainless 69-70, dua drum stainless 79-95,

tiga buah rak steinless dan satu buah sealer. Seluruh peralatan di RTI seperti

dandang perebusan, dandang pencucian, dandang penirisan, meja peragian, meja

pengepakan serta rak fermentasi berbahan stainless. Semua fasilitas ini dimiliki

pribadi dan diciptakan untuk mendukung produk premium yang dihasilkan.

3. Terdapat merek dagang sendiri

Produk yang dihasilkan Rumah Tempe Indonesia telah memiliki merek

dagang sendiri yaitu dengan merek TEMPEKITA. Merek tersebut dicantumkan

pada kemasannya yang terbuat dari plastik bening yang tertutup rapat. Merek

TEMPEKITA yang dicantumkan adalah merek dagang resmi hasil produk Rumah

Page 52: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

39

Tempe Indonesia. pencantuman merek pun disertai label halal MUI, nomor

sertifikat Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP), dan berat saat

dikemas. Warna tulisan merek dan informasi mengenai perizinan produk terdiri

dari warna merah, hitam, kuning, dan hijau.

4. Terdapat SOP bagi para pekerja dalam proses produksi

Bagi Rumah Tempe Indonesia (RTI), Standard Operating Procedure (SOP)

merupakan kewajiban bagi para pekerjanya sebelum memulai proses produksi.

Hal ini dilakukan demi menjaga mutu produk yang akan dihasilkan.SOP pada

pabrik RTI merupakan tata tertib yang harus diperhatikan dan diikuti pada ruang

produksi. Beberapa SOP yang diberlakukan RTI dapat dilihat pada gambar di

Lampiran 6.

5. Terdapat pengolahan limbah pribadi

Rumah Tempe Indonesia (RTI) dilengkapi fasilitas pengolahan limbah

pribadi demi meminimalisir pencemaran lingkungan. Pengolahan limbah berupa

reaktor biogas yang ditanam di dalam tanah. Limbah yang dihasilkan pabrik akan

disalurkan kedalam reaktor kemudian disaring di bak filtrasi fisik menggunakan

ijuk, arang aktif, zeolite, kerikil dan pasir sehingga dihasilkan air yang telah

difilter kemudian masuk ke sumur resapan dan juga biogas. Reaktor biogas ini

membuat warga tidak terganggu oleh bau tak sedap maupun pencemaran sungai

karena produksi tempe.

6. Produk memiliki daya tahan relatif lebih lama

Daya tahan produk dan komposisinya mendukung sebuah produk untuk

dipasarkan. Produk tempe segar yang beredar dipasaran biasanya tidak memiliki

daya tahan yang lama yaitu sekitar satu sampai tiga hari, akan tetapi produk tempe

segar yang dihasilkan RTI dapat bertahan sampai lima hari. Daya tahan yang

dimiliki karena proses produksi yang higienis dan pengemasan yang baik.

7. Jangkauan distribusi luas

Pendistribusian produk yang dilakukan RTI merupakan pendistribusian

langsung pada konsumen. Jangkauan distribusi yang dimiliki RTI lebih luas

dibandingkan pesaingnya yang hanya mendistribusikan produknya ke pasar

terdekat. Jangkauan yang telah dilakukan RTI sampai saat ini adalah sekitar

Jabodetabek menggunakan jasa pengiriman yang biaya pengirimannya akan

ditanggung oleh konsumen.

Sedangkan kelemahan yang dimiliki RTI berdasarkan pembobotan adalah:

1. Rendahnya kemampuan dan fokus manajemen

Dalam suatu usaha maupun organisasi fungsi manajemen sangatlah penting.

Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas pokok yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengontrolan (David 2004).

Setelah dilakukan observasi terhadap internal RTI, kemampuan dan kefokusan

manajemen dinilai masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan belum optimalnya

fungsi manajemen yang dijalankan RTI sebagi unit usaha dari KOPTI kab. Bogor.

2. Manajemen pemasaran belum optimal

Pada setiap bisnis, manajemen pemasaran merupakan salah satu faktor yang

penting untuk dijalani dengan baik. Manajemen pemasaran akan menghasilkan

strategi pemasaran bagi produk yang dihasilkan. Setelah dilakukan analisis

internal, diindikasi bahwa manajemen pemasaran yang dilakukan RTI belum

optimal. Pada RTI terdapat pengelola bagian pemasaran, akan tetapi kegiatan

Page 53: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

40

pengelolaan manajemen pemasaran belum dilakukan secara focus dan belum ada

evaluasi rutin yang dilakukan.

3. Harga relatif lebih tinggi

Harga yang ditawarkan RTI pada produknya (tempe segar) relatif lebih

tinggi dipasaran. Satu buah tempe segar dijual dengan harga antara 5 000 sampai

15 000 rupiah sesuai jenis dan beratnya. Sedangkan di pasaran rata-rata harga

tempe antara 3 000 sampai 7 000 rupiah. Harga produk yang relatif lebih mahal

ini termasuk faktor kelemahan bagi RTI bila tidak dilakukan strategi yang tepat

dalam bisnisnya.

4. Belum adanya sistem akuntansi

Pada pengelolaan keuangan, RTI belum melakukan sistem akuntansi.

Bagian keuangan hanya melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran

secara sederhana lalu diserahkan hasilnya langsung digabungkan dengan

pengelolaan keuangan KOPTI Kab. Bogor. Hal ini merupakan kelemahan dari

pengelolaan keuangan internal dari RTI sebagai unit usaha dan akan berdampak

dalam jangka panjang apabila tidak diperbaiki.

5. Jumlah produksi cenderung hanya mengikuti pesanan

RTI melakukan produksi hanya mengikuti jumlah dan jenis pesanan

konsumennya. Dibandingkan para pesaingnya yang telah mempunyai target dan

jumlah tetap dalam berproduksi RTI memilih untuk berproduksi sesuai jumlah

pesanan. Para pesaingnya telah memiliki angka yang tetap dalam berproduksi dan

pendapatan dari hasil penjualan produknya.

Identifikasi Peluang dan Ancaman

Berdasarkan analisis lingkungan eksternal yang dilakukan terhadap faktor

(1) kekuatan ekonomi (2) kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan (3)

kekuatan politik pemerintah dan hukum (4) kekuatan teknologi dan (5) kekuatan

persaingan, didapatkan sepuluh faktor kunci sukses eksternal. Faktor kunci sukses

eksternal tersebut kemudian ditentukan mana yang menjadi peluang dan mana

yang menjadi ancaman bagi Rumah Tempe Indonesia (RTI). Peluang adalah

kondisi yang dapat menguntungkan bagi suatu usaha sedangkan ancaman adalah

kondisi yang dapat merugikan bagi suatu usaha. Peluang dan ancaman kemudian

dibobotkan untuk mengurutkan faktor yang memiliki pengaruh paling tinggi

hingga paling rendah terhadap RTI dan juga di beri peringkat oleh para responden.

Perolehan bobot faktor kunci eksternal (peluang dan ancaman) dari tiap responden

dapat dilihat pada Lampiran 3, sedangkan perolehan peringkat dapat dilihat pada

Lampiran 4.

Peluang yang dimiliki RTI berdasarkan pembobotan adalah:

1. Peningkatan pola konsumsi masyarakat akan gaya hidup sehat

Gaya hidup orang Indonesia semakin sehat berdasarkan riset. Disimpulkan,

masyarakat Indonesia usia 15 – 64 tahun semakin sadar akan kesehatan dan

melakukan apa saja untuk menjaga kesehatan. Survei dilakukan oleh IPSOS,

sebuah perusahaan riset pasar. Survei dilakukan pada Oktober tahun 2012

terhadap 1.044 orang Indonesia usia 15-64 tahun. Kota yang disurvei adalah kota-

kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan. Survei ini

mengungkapkan bagaimana orang Indonesia memandang dan menjaga

kesehatannya. Seiring perkembangan zaman, gaya hidup mengalami perubahan.

Page 54: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

41

Dengan mempertahankan gaya hidup sehat maka berdampak pada usia harapan

hidup, karena peluang untuk jatuh sakit menjadi makin kecil. Berdasarkan survei

tersebut diketahui bahwa, sebanyak 64 persen responden menyatakan kesehatan

itu sangat penting dan akan melakukan apa saja agar tetap sehat. Hasil survei juga

menunjukkan, sebanyak 77 persen orang Indonesia yakin bahwa makan dengan

pola yang sehat dapat menjaga kesehatan (Rizal 2012). Berdasarkan hasil riset

yang dilakukan oleh IPSOS dalam artikel yang dikeluarkan sinar harapan,

terdapat peningkatan pola konsumsi masyarakat Indonesia akan gaya hidup sehat.

Peningkatan gaya hidup sehat pada masyarakat Indonesia merupakan peluang bagi

RTI dalam memasarkan produk tempe segarnya yang bergizi dan higienis.

2. Tren kuliner di masyarakat

Berdasarkan artikel yang berjudul “Tren Bisnis Kuliner” dalam

www.kulinologi.biz (2010), meski perubahannya tidak secepat dunia mode,

industri kuliner juga memiliki tren. Industri kuliner selama 5 tahun terakhir

dipengaruhi oleh media dengan berbagai acara kuliner yang dikemas variatif.

Acara kuliner yang makin variatif para penikmat acara kuliner kian bertambah.

Hal tersebut membuat tren dunia kuliner mengalami pergeseran. Tren menikmati

berbagai kuliner menjadi naik daun. Berburu tempat jajanan tak lagi hanya sebatas

kebutuhan mengisi perut, tetapi menjadi bagian dari hobi dan sarana penghilang

stres.

Istilah wisata kuliner menyamai pamor wisata belanja atau wisata jalan-

jalan. Setiap ada kesempatan, saat weekend atau waktu-waktu santai saat pulang

kantor ataupun kuliah masyarakat Indonesia seringkali mencari kuliner sesuai

mood dan rekomendasi yang didapat. Info tempat makan/ kuliner yang dituju

didapatkan dari TV, koran, majalah, internet, hingga buku khusus wisata kuliner.

Jika diamati, dunia kuliner di masyarakat Indonesia pun mempunyai tren

tersendiri. Tren wisata kuliner yang mewabah di masyarakat menjadi peluang bagi

para industri di bidang makanan seperti RTI untuk meningkatkan omsetnya.

3. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

Bisnis berbasis teknologi informasi semakin umum digunakan sehingga

meningkatkan efisiensi ekonomi, baik secara individu, kelompok atau

antarkomunitas pelaku bisnis perdagangan, antara lain maraknya pemasaran

melalui internet dan bisnis periklanan (Kemendag 2010). Pada saat ini

perkembangan teknologi dan komunikasi berkembang pesat. Dengan adanya

jaringan internet maka jaringan sosial pun semakin meluas. Tidak hanya sebatas

fax, telepon, ataupun email, pada saat ini terdapat jejaring sosial yang banyak

digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk berkomunikasi, mendapatkan

informasi maupun berbisnis. Jejaring sosial yang banyak digunakan masyarakat

Indonesia yaitu Facebook, Twitter, Instagram, Path, BBM, Whatsapp, Line,

Kakaotalk, dll. Hal ini menjadi peluang bagi RTI dalam upaya memasarkan

produknya.

4. Pertumbuhan positif perekonomian dan jumlah penduduk

Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk dapat dilihat pada indeks

perkembangan Kota Bogor di Tabel 13. Dapat dilihat pada tabel bahwa PDRB

atas dasar harga berlaku maupun harga konstan mengalami kenaikan dari tahun

2008 sampai tahun 2012. Peningkatan ini berpengaruh juga terhadap PDRB

perkapita atas dasar harga berlaku maupun harga konstan pada tahun 2008 sampai

tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pertumbuhan positif pada

Page 55: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

42

perekonomian Kota Bogor pada tahun 2008 hingga tahun 2012. Selain itu, indeks

perkembangan kota Bogor pada Tabel 13 juga memperlihatkan adanya

peningkatan jumlah penduduk pertengahan tahun pada tahun 2008 sampai 2012.

Hal ini menunjukkan adanya pertumbuhan positif jumlah penduduk di Kota Bogor.

Pertumbuhan positif perekonomian dan penduduk kota Bogor menjadi peluang

bagi RTI. diharapkan peluang tersebut akan meningkatkan omset penjualan dan

pendapatan dari usaha yang dijalani RTI.

5. Persaingan memasuki perdagangan bebas AFTA (ASEAN Free Trade Area)

ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang dibentuk pada waktu Konferensi

Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992 merupakan wujud

dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan

bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan

regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia

serta serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya.

Pengusaha/produsen Indonesia dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan

dalam menjalankan bisnis secara profesional guna dapat memenangkan kompetisi

dari produk yang berasal dari negara anggota ASEAN lainnya baik dalam

memanfaatkan peluang pasar domestik maupun pasar negara anggota ASEAN

lainnya (Depkeu 2014). Salah satu manfaat dari AFTA yang akan menjadi

peluang bagi RTI yaitu kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka

untuk beraliansi dengan pelaku bisnis di negara anggota ASEAN lainnya. Peluang

ini dapat dimanfaatkan juga oleh RTI untuk memperluas pangsa pasarnya dengan

keunggulan kompetitif yang dimilikinya dalam hal kualitas produk.

Ancaman yang dimiliki RTI berdasarkan pembobotan adalah:

Tabel 13 Indeks Perkembangan Kota Bogor 2008- 2012

No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

1 PDRB Atas Dasar

Harga Berlaku (Jutaan

Rupiah)

377. 67 445.60 520. 62 579.70 648. 42

2 PDRB Atas Dasar

Harga Konstan Tahun

2000 (Jutaan Rupiah)

159.19 168.76 179.12 190.20 201.91

3 Jumlah Penduduk

Pertengahan Tahun

(Jiwa)

121.19 123.98 126.57 128.85 131.52

4 PDRB Perkapita Atas

Dasar Harga berlaku

(Rupiah)

311. 64 359.41 411.32 449.92 493.04

5 PDRB Perkapita Atas

Dasar Harga Konstan

Tahun 2000 (Rupiah)

131.35 136.12 141.52 147.62 153.52

Sumber: BPS Kota Bogor (2013)

Page 56: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

43

1. Citra tempe sebagai panganan berbagai kalangan masyrarakat dengan harga

murah

Tempe adalah salah satu makanan olahan dari kedelai yang sudah dikenal

lama oleh masyarakat luas sebagai sumber protein nabati. Tempe merupakan

makanan yang sudah dikenal oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan, baik

itu kalangan kelas ekonomi atas, menengah dan bawah. Dibandingkan hasil

olahan kedelai lainnya seperti tahu, kecap, dan tauco, tempe memiliki harga yang

murah serta nilai kandungan gizi yang lebih baik. Masyarakat telah terbiasa dan

ter-mindset dengan harga tempe yang murah untuk dikonsumsi. Produk yang

diproduksi RTI adalah tempe higienis kualitas premium yang merupakan jenis

tempe segar yang dipasarkan dengan harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan

tempe biasanya. Hal ini merupakan suatu ancaman bagi RTI dalam memasarkan

produknya. RTI membutuhkan manajemen pemasaran yang baik dalam

memasarkan produknya secara optimal.

2. Daya tawar pemasok tinggi

Bahan baku yang digunakan RTI didapat dari lima pemasok perusahaan

importer kedelai dan satu pemasok kedelai organik. Bahan baku tersebut dibeli

terlebih dahulu oleh KOPTI Kab. Bogor baru digunakan untuk produksi tempe

oleh RTI. Harga yang ditawarkan pemasok merupakan harga yang tetap dan tidak

ada kerjasama ataupun negosiasi harga yang dapat dilakukan. Hal itu

menunjukkan bahwa daya tawar pemasok cukup tinggi.

3. Produk subtitusi dengan fungsi sama

Tempe adalah olahan kedelai yang biasanya dikonsumsi masyarakat

Indonesia untuk pemenuhan protein dalam tubuh. Tempe memiliki ciri khas

tersendiri dalam hal rasa dan tekstur, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi

tahu sebagai produk olahan kedelai dengan tekstur yang berbeda untuk menjadi

produk subtitusi tempe. Tahu dan tempe memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai

pangan pelengkap dan pemenuhan protein bagi masyarakat Indonesia. Tempe dan

tahu memiliki perbedaan dalam hal penggunaan jenis kedelai. Tempe

menggunakan kedelai impor untuk hasil yang lebih baik sedangkan tahu

menggunakan kedelai lokal untuk hasil yang lebih baik karena saripatinya lebih

banyak. Produk subtitusi dari tempe ini berpotensi menjadi ancaman bagi RTI.

4. Hambatan masuk industri rendah

Perpres No. 36 Tahun 2010 menyatakan bahwa industri tempe merupakan

usaha yang dicadangkan bagi usaha mikro kecil dan menengah. Hal tersebut

mengindikasi bahwa industri tempe adalah industri yang cukup rendah

hambatannya bagi pendatang baru untuk memasukinya. Permintaan tempe yang

cenderung meningkat pun mendukung pendatang baru untuk memasuki bisnis

dalam industri tempe ini.

5. Harga produk pesaing lebih rendah

Tempe merupakan pangan murah meriah yang biasa di jual di pasar

tradisional. Dibandingkan dengan tempe yang dihasilkan RTI, rata- rata harga

pesaingnya berada dibawah dari harga yang dijual oleh RTI. Hal tersebut karena

perbedaan biaya produksi yang memengaruhi kualitas dari tempe yang dihasilkan

antara RTI dengan pesaingnya. Akan tetapi harga pesaing yang lebih rendah di

pasaran dapat menjadi ancaman bagi RTI apabila tidak disiasati dengan strategi

yang tepat.

Page 57: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

44

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS

Tahap Input (Pemasukan Data)

Tahap input (pemasukan data) merupakan tahap berisi informasi input

dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Pada tahap ini faktor internal

akan dimasukkan dalam matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan faktor

eksternal dalam matriks EFE (External Factor Evaluation). Semua informasi yang

telah dikumpulkan dan dianalisis sebagai faktor kunci internal dan eksternal akan

diberi bobot dan diberi peringkat untuk mendapatkan skor.

Matriks IFE

Analisis matriks IFE menghasilkan dua belas faktor kunci sukses internal

yang terdiri dari tujuh kekuatan dan lima kelemahan internal. Faktor kunci berupa

kekuatan dan kelemahan tersebut diberi bobot terlebih dahulu menggunakan

metode paired comparison kemudian diberi peringkat pada setiap faktor.

Pemberian bobot dan peringkat dilakukan oleh enam orang responden dari

internal RTI yaitu pemimpin usaha, bagian produksi, bagian pemasaran, bagian

keuangan dan, bagian operasional. Berdasarkan urutan yang didapat dari

pembobotan, kekuatan yang dimiliki RTI antara lain: (1) Kualitas produk (tempe)

premium dengan perizinan yang lengkap (2) Fasilitas produksi pribadi berupa

alat/ mesin semi modern (3) Terdapat merk dagang sendiri (4) Terdapat SOP

bagi para pekerja dalam proses produksi (5) Terdapat pengolahan limbah pribadi

(6) Produk (tempe) memiliki daya tahan relatif lama, dan (7) Jangkauan distribusi

luas. Sedangkan faktor kelemahan yang dimiliki perusahaan antara lain: (1)

Rendahnya kemampuan dan fokus manajemen (2) Pemasaran belum optimal (3)

Harga relatif tinggi (4) Belum adanya sistem akuntansi, dan (5) Produksi

cenderung hanya mengikuti permintaan konsumen

Hasil dari pemberian bobot dan peringkat yaitu nilai IFE yang dapat dilihat

pada Tabel 14. Hasil perhitungan matriks IFE menunjukan skor faktor kunci

internal sebesar 2.742437659. Hal ini mengindikasi bahwa Rumah Tempe

Indonesia memiliki posisi internal yang kuat karena skor faktor kunci internal

berada di atas 2.5. Hasil analisis matriks IFE untuk elemen kekuatan memperoleh

skor sebesar 2.117761584, sedangkan untuk elemen kelemahan memperoleh skor

sebesar 0.624676075. Nilai total skor kekuatan yang lebih besar dibandingkan

kelemahan menunjukkan bahwa dalam mengembangkan bisnisnya RTI mampu

memanfaatkan kekuatan internalnya dan mampu mengatasi kelemahan yang ada.

Dapat dilihat pada Tabel 14 bahwa kekuatan utama dari RTI adalah kualitas

produk premium dengan perizinan yang lengkap dengan skor 0.383788092,

sedangkan kelemahan utama RTI adalah pada belum adanya sistem akuntansi

dengan skor 0.114621651.

Matriks EFE

Analisis matriks EFE menghasilkan sepuluh faktor kunci sukses eksternal

yang terdiri dari lima peluang dan lima ancaman internal. Faktor kunci berupa

peluang dan ancaman tersebut diberi bobot terlebih dahulu menggunakan metode

Page 58: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

45

paired comparison kemudian diberi peringkat pada setiap faktor. Pemberian bobot

dan peringkat dilakukan oleh enam orang responden dari internal RTI yaitu

pemimpin usaha, bagian produksi, bagian pemasaran, bagian keuangan, bagian

operasional. Berdasarkan urutan yang didapat dari pembobotan, peluang yang

dimiliki RTI antara lain: (1) Peningkatan pola konsumsi masyarakat akan gaya

hidup sehat (2) Tren kuliner di masyarakat (3) Perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi (4) Pertumbuhan positif perekonomian dan jumlah penduduk, dan

(5) Persiapan memasuki perdagangan bebas AFTA (ASEAN Free Trade Area).

Sedangkan ancaman yang dimiliki perusahaan antara lain: (1) Citra tempe sebagai

panganan berbagai kalangan masyrarakat dengan harga murah (2) Daya tawar

pemasok tinggi (3) Produk substitusi dengan fungsi sama (4) Hambatan masuk

industri rendah, dan (5) Harga produk pesaing lebih rendah.

Hasil dari pemberian bobot dan peringkat yaitu nilai EFE yang dapat dilihat

pada Tabel 15. Hasil perhitungan matriks EFE menunjukan skor faktor kunci

Tabel 14 Matriks IFE pada Rumah Tempe Indonesia

Faktor Kunci Internal Bobot Peringkat Skor

Kekuatan

1. Kualitas produk (tempe)

premium dengan perizinan yang

lengkap

0.095947023 4 0.383788092

2. Fasilitas produksi pribadi berupa

alat/ mesin semi modern 0.090896518 3.833333 0.348436652

3. Terdapat merk dagang sendiri 0.083329963 3.333333 0.277766543

4. Terdapat SOP bagi para pekerja

dalam proses produksi 0.080829024 3.833333 0.309844592

5. Terdapat pengolahan limbah

pribadi 0.080202530 3.833333 0.307443032

6. Produk (tempe) memiliki daya

tahan relatif lama 0.079551868 3.166667 0.251914249

7. Jangkauan distribusi luas 0.079522808 3 0.238568424

Total Kekuatan 2.117761584

Kelemahan

1. Rendahnya kemampuan dan

fokus manajemen 0.092202082 1.5 0.138303123

2. Manajemen pemasaran belum

optimal 0.090264842 1.333333 0.120353123

3. Harga relatif tinggi 0.077624339 1.666667 0.129373898

4. Belum adanya sistem akuntansi 0.076414434 1.5 0.114621651

5. Produksi cenderung hanya

mengikuti permintaan konsumen

(sistem just in time)

0.073214568 1.666667 0.12202428

Total Kelemahan 0.624676075

Total 1 2.742437659

Sumber: Data Primer (2014) (Diolah)

Page 59: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

46

eksternal sebesar 3.012453866. Hal ini mengindikasi bahwa Rumah Tempe

Indonesia dapat memanfaatkan dengan baik peluang dan mengatasi ancaman yang

ada di industrinya, karena total skor faktor kunci eksternal berada di atas 2.5.

Hasil analisis matriks EFE untuk peluang memperoleh skor sebesar 1.89021096,

sedangkan untuk ancaman memperoleh skor sebesar 1.122242907. Nilai total skor

peluang yang lebih besar dibandingkan ancaman menunjukkan bahwa RTI

merespon tinggi peluang yang ada dan merespon rendah ancaman. Dapat dilihat

pada Tabel 15 bahwa peluang terbesar bagi RTI adalah tren kuliner di masyarakat

dengan skor 0.416151204, sedangkan ancaman terbesar bagi RTI adalah citra

tempe sebagai panganan berbagai kalangan masyrarakat dengan harga murah

dengan skor 0.310280643.

Tahap Pencocokan

Pada tahap pencocokan berfokus pada penciptaan strategi alternatif yang

masuk akal dengan memperhatikan faktor- faktor internal utama berupa kekuatan

Tabel 15 Matriks EFE pada Rumah Tempe Indonesia

Faktor Kunci Eksternal Bobot Peringkat Skor

Peluang

1. Peningkatan pola konsumsi

masyarakat akan gaya hidup

sehat

0.120952654 3.166667 0.383016738

2. Tren kuliner di masyarakat 0.118900344 3.5 0.416151204

3. Perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi 0.114471172 3.5 0.400649102

4. Pertumbuhan positif

perekonomian dan jumlah

penduduk

0.111168385 3.166667 0.352033219

5. Persiapan memasuki

perdagangan bebas AFTA

(ASEAN Free Trade Area)

0.101508209 3.333333 0.338360697

Total Peluang 1.89021096

Ancaman

1. Citra tempe sebagai panganan

berbagai kalangan masyarakat

dengan harga murah

0.103426881 3 0.310280643

2. Daya tawar pemasok tinggi 0.094759450 2.5 0.236898625

3. Produk substitusi dengan

fungsi sama 0.082063765 2.5 0.205159413

4. Hambatan masuk industri

rendah 0.080937381 2.5 0.202343453

5. Harga produk pesaing lebih

rendah 0.071811760 2.333333 0.167560773

Total Ancaman 1.122242907

Total 1 3.012453866

Sumber: Data Primer (2014)

Page 60: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

47

dan kelemahan, dan juga faktor- faktor eksternal utama berupa peluang dan

ancaman yang telah di analisis sebelumnya pada tahap pemasukan data. Teknik

dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IE dan

matriks SWOT.

Matriks IE

Matriks IE adalah didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total skor IFE

pada sumbu x dan total skor EFE pada sumbu y. Total skor IFE sebesar

2.742437659 menggambarkan bahwa internal Rumah Tempe Indonesia (RTI)

berada dalam sedang/ rata-rata. Total skor EFE sebesar 3.012453866

menggambarkan bahwa RTI berada pada kondisi eksternal tinggi. Berdasarkan

total skor IFE dan total skor EFE, menunjukkan bahwa RTI berada pada sel II

(Gambar 11). Hal ini yang menggambarkan bahwa RTI berada pada posisi

tumbuh dan membangun (grow and build).

Gambar 11 Matriks IE pada Rumah Tempe Indonesia

Sumber: Data Primer (2014)

Strategi yang paling tepat digunakan RTI adalah strategi intensif (penetrasi

pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) dan atau integratif

(integrasi ke belakang, integrasi horizontal, dan integrasi ke depan). Strategi

intensif merupakan strategi secara intensif dalam memperbaiki posisi kompetitif

perusahaan dengan produk yang ada saat ini. Strategi intensif terdiri dari (1)

penetrasi pasar merupakan strategi untuk mencari pangsa pasar lebih besar untuk

barang dan jasa yang sudah ada dengan usaha pemasaran yang lebih gencar (2)

pengembangan pasar merupakan strategi untuk memperkenalkan produk-produk

yang sudah ada ke wilayah geografi baru (3) pengembangan produk merupakan

strategi untuk meningkatkan penjualan dengan memperbaiki atau

mengembangkan produk atau jasa yang sudah ada. Strategi integrasi

memungkinkan sebuah perusahaan untuk mendapatkan kontrol terhadap

distributor, pemasok dan pesaing. Strategi integrasi terdiri dari (1) integrasi ke

Grow and

Build

(I)

Grow and

Build

(II)

Hold and

Maintain

(II)

Grow and

Build

(IV)

Hold and

Maintain

(V)

Harvest and

Divest

(VI)

Hold and

Maintain

(VII)

Harvest and

Divest

(VIII)

Harvest and

Divest

(IX)

3.00-4.00 2.00-2.99 1.00-1.99

4.0

3.0

2.0

1.0

Tinggi

3.00-4.00

Sedang

2.00-2.99

Rendah

1.00-1.99

To

tal

Nil

ai

EF

E Y

an

g D

iber

i B

ob

ot

Total Nilai IFE Yang Diberi Bobot

Tinggi Sedang Rendah

Page 61: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

48

depan merupakan strategi untuk memperoleh kepemilikan atau meningkatkan

kontrol atas distributor atau pengecer (2) integrasi horizontal merupakan strategi

untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas para pesaing, dan (3)

integrasi ke belakang merupakan strategi untuk mencari kepemilikan atau

meningkatkan kendali atas perusahaan pemasok.

Tahap pencocokan pada matriks IE menghasilkan strategi alternatif

berdasarkan input skor IFE dan EFE. Analasis tahap pencocokan tidak hanya

dilakukan menggunakan matriks IE, analisis untuk menghasilkan alternatif

strategi juga dilakukan menggunakan matriks SWOT. Pada matriks SWOT akn

didapatkan empat strategi yaitu strategi SO (Strengths- Opportunities), strategi

WO (Weakness- Opportunities), strategi ST (Strengths- Threats), dan strategi WT

(Weakness- Threats).

Matriks SWOT

Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal pada tahap input

dihasilkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Hasil analisis tersebut

kemudian dipadukan untuk mengembangkan matriks SWOT dan menghasilkan

alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam usaha Rumah Tempe Indonesia

(RTI) yang dapat dilihat pada Gambar 12. Pengembangan matriks SWOT ini

dilakukan juga berdasarkan perolehan analisis matriks IE yang dilakukan

sebelumnya. Alternatif strategi berdasarkan analisis matriks SWOT yang dapat

diterapkan dalam usaha RTI, yaitu:

1. Strategi SO (Strengths- Opportunities)

Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal RTI untuk

memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO yang dapat diterapkan RTI yaitu:

Pengembangan pasar baru secara intensif

Strategi ini merupakan strategi intensif berdasarkan perolehan matriks IE pada sel

II yaitu strategi pengembangan pasar. Strategi ini dilakukan untuk meningkatkan

dan mengoptimalkan omset dari usaha yang dijalankan saat ini. Pada kegiatan

produksi, di RTI terdapat seorang kepala produksi, 3 orang pengrajin tempe yang

telah terseleksi, ruang produksi higienis dengan tata letak yang baik, SOP,

peralatan dan mesin sebagai sumber daya yang dimiliki. Kapasitas produksi RTI

dalam sekali produksi mencapai 1 ton kedelai, kapasitas ini lebih besar

dibandingkan rata- rata jumlah produksi yang dilakukan 6 bulan terakhir ini yaitu

sekitar 40 kg sampai 150 kg. Hal ini memungkinkan RTI melakukan

pengembangan pasar baru untuk memperkenalkan produk yang ada ke wilayah-

wilayah geografis yang baru secara intensif. Pengembangan pasar baru dapat

dilakukan secara intensif pada wilayah Jabodetabek. Strategi ini dapat dilakukan

RTI dengan menggunakan kekuatan internal berupa kualitas produk dengan

perizinan yang lengkap, fasilitas produksi pribadi berupa peralatan semi modern,

daya tahan produk yang relatif lebih lama, dan jangkauan distribusi luas, untuk

memanfaatkan peluang eksternal berupa peningkatan pola konsumsi masyarakat

akan gaya hidup sehat dan tren kuliner di masyarakat.

2. Strategi WO (Weakness- Opportunities)

Strategi WO adalah strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan

internal RTI dengan cara memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO yang

dapat diterapkan RTI yaitu:

Page 62: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

49

Menjalin kerjasama dengan para distributor yang memiliki konsumen sesuai

segmentasi pasar RTI

Strategi ini merupakan strategi integrasi berdasarkan perolehan matriks IE pada

sel II yaitu integrasi ke depan. Strategi ini berkaitan dengan usaha dalam

memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau paritel.

Distributor menyalurkan produk dari produsen ke konsumen. RTI memiliki

produk dengan segmentasi pasar premium yaitu konsumen menengah atas,

konsumen yang peduli akan kesehatan, konsumen yang peduli akan kualitas

produk, perusahan besar yang menggunakan tempe untuk diolah menjadi

makanan bayi, rumah sakit, kedai vegetarian, dan restoran. Strategi menjalin

kerjasama dengan para distributor yang memiliki konsumen sesuai segmentasi

pasar RTI ini dapat dilakukan dalam mengembangkan usahanya. Strategi ini

diawali dengan survei pasar untuk melihat pasar- pasar potensial bagi produk yang

dihasilkan kemudian RTI dapat menjalin kerjasama dengan distributor yang ada

pada pasar potensial tersebut. Strategi ini dilakukan untuk memperbaiki

kelemahan berupa pemasaran yang belum optimal dengan memanfatkan peluang

berupa peningkatan pola konsumsi masyarakat akan gaya hidup sehat, tren kuliner

di masyarakat, dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Gambar 12 Matriks SWOT pada Rumah Tempe Indonesia

Sumber: Data Primer 2014

Kekuatan-S

1. Kualitas produk dengan perizinan

yang lengkap

2. Fasilitas produksi pribadi berupa peralatan semi modern

3. Terdapat merek dagang sendiri

4. Terdapat SOP bagi para pekerja dalam proses produksi

5. Terdapat pengolahan limbah pribadi

6. Produk memiliki daya tahan relatif lama

7. Jangkauan distribusi luas

Kelemahan-W

1. Rendahnya kemampuan dan

fokus manajemen

2. Pemasaran belum optimal

3. Harga relatif tinggi

4. Belum adanya sistem akuntansi

5. Produksi cenderung hanya mengikuti permintaan

konsumen

Peluang –O

1. Peningkatan pola konsumsi

masyarakat akan gaya hidup sehat

2. Tren kuliner di masyarakat

3. Perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi

4. Pertumbuhan positif perekonomian dan jumlah

penduduk

5. Persiapan memasuki perdagangan bebas AFTA (ASEAN Free Trade

Area)

Strategi SO

1. Pengembangan pasar baru secara

intensif (S1, S2, S5, S6, S7, O1, O2,

O5)

Strategi WO

1. Menjalin kerjasama dengan

para distributor yang memiliki

konsumen sesuai segmentasi pasar RTI ( W2, W3, W5, O1,

O2, O3, O4 )

Ancaman-T

1. Citra tempe sebagai panganan

berbagai kalangan masyrarakat

dengan harga murah

2. Daya tawar pemasok tinggi

3. Produk substitusi dengan fungsi

sama

4. Hambatan masuk industri rendah

5. Harga produk pesaing lebih rendah

Strategi ST

1. Mempertahankan dan meningkatkan

kualitas produk (S2, S3, S4, T1, T4,

T5)

Strategi WT

1. Memperbaiki manajemen RTI

sebagai unit usaha dan

melakukan evaluasi fungsi

manajemen secara rutin (W1,

T1, T2, T4, T5 )

2. Membuat sistem akuntansi (W3, W4,T2, T3, T4, T5)

Page 63: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

50

3. Strategi ST (Strengths- Threats)

Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk

menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman eksternal. Strategi ST yang

dapat diterapkan RTI yaitu:

Mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk

Strategi ini termasuk dalam strategi intensif berdasarkan perolehan matriks IE

pada sel II yaitu strategi pengembangan produk. Strategi ini mengupayakan

peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki produk yang ada saat ini.

Strategi ini dapat dilakukan RTI dengan menggunakan kekuatan internal berupa

fasilitas produksi pribadi berupa peralatan semi modern, merek dagang sendiri,

SOP bagi para pekerja dalam proses produksi, dan pengolahan limbah pribadi

untuk menghindari ataupun mengurangi dampak ancaman daya tawar pembeli

relatif tinggi, hambatan masuk industri rendah dan harga produk pesaing yang

lebih rendah. Strategi ini mengarahkan RTI untuk selalu melakukan pengontrolan

pada kualitas produk yang dihasilkan setiap harinya. RTI juga perlu melakukan

penelitian dan pengembangan secara intensif untuk meningkatkan kualitas produk

yang dihasilkan seperti pada peningkatan kualitas, tekstur, serta rasa produk dan

teknik pengemasan produk.

4. Strategi WT (Strengths- Threats)

Strategi WT adalah strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi

kelemahan serta menghindari ancaman eksternal. Strategi WT yang dapat

diterapakan RTI yaitu:

Memperbaiki manajemen RTI sebagai unit usaha dan melakukan evaluasi

fungsi manajemen secara rutin Strategi ini merupakan strategi intensif berdasarkan perolehan matriks IE pada sel

II yaitu strategi pengembangan pasar. Sistem manajemen yang baik adalah salah

satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu organisasi. Strategi ini akan

memperbaiki pengelolaan manajemen operasional RTI. Memperbaiki manajemen

RTI sebagai unit usaha akan meningkatkan kemampuan RTI dalam menghadapi

persaingan sehingga perusahaan dapat bertahan dan berkembang dalam

industrinya. Setelah dilakukan pengaturan sistem manajemen, kegiatan evaluasi

fungsi manajemen harus diagendakan secara rutin. Evaluasi rutin dilakukan

dengan pengadaan rapat organisasi. Kegiatan tersebut berisi pembahasan laporan

progress dari bagian pemasaran, produksi, operasional, dan keuangan, setelah itu

dilakukan evaluasi pada tiap bagian dan pemimpin memotivasi agar visi misi

organisasi tercapai. Kegiatan evaluasi ini akan mengaktifkan dan mengontrol

fungsi- fungsi manajemen organisasi secara jelas dalam pencapaian tujuan, misi,

dan visi dari RTI.

Membuat sistem akuntansi

Strategi ini merupakan strategi intensif berdasarkan perolehan matriks IE pada sel

II yaitu strategi pengembangan pasar. RTI merupakan unit usaha dari KOPTI Kab.

Bogor yang berbentuk UMKM. Membuat sistem akuntansi mandiri (tidak

bersentuhan langsung dalam sistem akuntansi induk usaha) akan membantu dalam

menentukan keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Keputusan investasi

atau disebut juga penganggaran modal adalah alokasi dan realokasi modal dan

sumber daya untuk berbagai produk, aset, dan divisi dalam sebuah organisasi,

sedangkan keputusan pembiayaan menentukan struktur modal terbaik bagi suatu

organisasi (David 2004). Pengelolaan keuangan UMKM bisa dilakukan secara

Page 64: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

51

sederhana tanpa menggunakan sistem akuntansi, akan tetapi dengan adanya sistem

akuntansi yang baik akan membantu RTI merumuskan strategi secara efektif.

Tahap Keputusan

Pada tahap ini digunakan matriks QSP (Quantitative Strategic Planning)

sebagai alat dalam pengambilan keputusan strategi sebagai tahap akhir dari

analisis perumusan/formulasi strategi. Pada matriks QSP, informasi yang didapat

dari tahap input secara objektif digunakan untuk mengevaluasi strategi- strategi

alternatif yang diidentifikasi dalam tahap pencocokan (hasil pada matriks SWOT).

Matriks QSP

Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi ((1) Pengembangan pasar baru

secara intensif (2) menjalin kerjasama dengan para distributor yang memiliki

konsumen sesuai segmenasi pasar RTI (3) mempertahankan dan meningkatkan

kualitas produk (4) memperbaiki manajemen RTI sebagai unit usaha dan

melakukan evaluasi secara rutin , dan (5) membuat sistem akuntansi) melalui

tahap pencocokan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, maka tahap akhir

dari analisis perumusan/ formulasi strategi adalah pemilihan strategi yang terbaik

untuk digunakan dalam pengembangan usaha RTI menggunakan matriks

Quantitative Strategic Planning (QSP).

Pada matriks QSP strategi yang memiliki nilai STAS (Sum Total

Attractiveness Score) atau jumlah keseluruhan daya tarik total paling tinggi

menunjukkan bahwa strategi tersebut paling menarik dibandingkan strategi

lainnya. Berdasarkan analisis matriks QSP, diperoleh prioritas strategi dari yang

tertinggi hingga terendah sebagai berikut: 1. Pengembangan pasar baru secara intensif, dengan STAS sebesar

6.269153111

2. Menjalin kerjasama dengan para distributor yang memiliki konsumen

sesuai segmentasi pasar RTI, dengan STAS sebesar 6.266078373

3. Memperbaiki manajemen RTI sebagai unit bisnis/ usaha dan melakukan

evaluasi fungsi manajemen secara rutin , dengan STAS sebesar

6.206630656

4. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk, dengan STAS sebesar

6.159021262

5. Membuat sistem akuntansi, dengan STAS sebesar 5.57066861

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada matriks QSP, maka strategi yang

sebaiknya diutamakan yaitu melakukan pengembangan pasar baru secara intensif.

Pengembangan pasar baru dilakukan dengan cara memperkenalkan produk yang

sudah ada pada daerah geografis yang baru. Rumah Tempe Indonesia saat ini

masih berfokus memasarkan produknya di Kota Bogor saja. Berdasarkan

keputusan strategi yang dihasilkan tersebut RTI dapat berupaya mengembangkan

pasar baru dengan produk yang ada saat ini ke wilayah Jadetabek secara intensif.

Strategi ini dilakukan dengan melakukan segmentasi pasar konsumen terlebih

dahulu dan ditunjang dengan membuat system akuntansi dan mengevaluasi

manajemen strategi fungsional secara rutin. Selain itu memastikan pasokan bahan

baku dan mengembangkan jaringan pasar juga perlu dilakukan.

Page 65: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

52

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian formulasi strategi pengembangan bisnis yang

dilakukan pada usaha Rumah Tempe Indonesia (RTI), maka didapatkan simpulan

sebagai berikut:

1. Analisis lingkungan internal menghasilkan 12 faktor kunci internal yang

menjadi kekuatan dan kelemahan pada usaha RTI. Kekuatan yang dimiliki RTI

terdiri dari 7 faktor yaitu, (1) Kualitas produk (tempe) premium dengan

perizinan yang lengkap (2) Fasilitas produksi pribadi berupa alat/ mesin semi

modern (3) Terdapat merk dagang sendiri (4) Terdapat SOP bagi para

pekerja dalam proses produksi (5) Terdapat pengolahan limbah pribadi (6)

Produk (tempe) memiliki daya tahan relatif lama, dan (7) Jangkauan distribusi

luas. Sedangkan kelemahan yang dimiliki RTI terdiri dari 5 faktor yaitu, (1)

Rendahnya kemampuan dan fokus manajemen (2) Manajemen pemasaran

belum optimal (3) Harga relatif tinggi (4) Belum adanya sistem akuntansi,

dan (5) Produksi cenderung hanya mengikuti permintaan konsumen. Kekuatan

terbesar bagi usaha RTI adalah kualitas produk (tempe) premium dengan

perizinan yang lengkap, sedangkan kelemahan terbesar bagi usaha RTI adalah

belum adanya sistem akuntansi.

2. Analisis lingkungan eksternal menghasilkan 10 faktor kunci eksternal yang

menjadi peluang dan ancaman bagi usaha RTI. Peluang yang dapat

dimanfaatkan RTI terdiri dari 5 faktor yaitu, (1) Peningkatan pola konsumsi

masyarakat akan gaya hidup sehat (2) Tren kuliner di masyarakat (3)

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (4) Pertumbuhan positif

perekonomian dan jumlah penduduk, dan (5) Persiapan memasuki

perdagangan bebas AFTA (ASEAN Free Trade Area). Sedangkan ancaman

bagi RTI terdiri dari 5 faktor yaitu, (1) Citra tempe sebagai panganan berbagai

kalangan masyrarakat dengan harga murah (2) Daya tawar pemasok tinggi (3)

Produk substitusi dengan fungsi sama (4) Hambatan masuk industri rendah,

dan (5) Harga produk pesaing lebih rendah. Peluang terbesar bagi usaha RTI

adalah peningkatan pola konsumsi masyarakat akan gaya hidup sehat,

sedangkan ancaman terbesar bagi usaha RTI adalah citra tempe sebagai

panganan berbagai kalangan masyrarakat dengan harga murah.

3. Berdasarkan hasil matriks IFE dengan skor 2.742437659 dan matriks EFE

sebesar 3.012453866, diketahui bahwa posisi perusahaan pada matriks IE

berada pada kuadran II yaitu tumbuh dan membangun (grow and build).

Strategi yang paling tepat digunakan RTI adalah strategi intensif (penetrasi

pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) dan atau strategi

integratif (integrasi ke belakang, integrasi horizontal, dan integrasi ke depan).

Alternatif strategi yang dihasikan pada matriks SWOT didapatkan dengan

menerapkan strategi intensif dan integratif. Terdapat 5 alternatif strategi yang

dapat diterapkan RTI berdasarkan analisis matriks SWOT yaitu, (1)

Pengembangan pasar baru secara intensif (SO) (2) menjalin kerjasama dengan

para distributor yang memiliki konsumen sesuai segmentasi pasar RTI (WO)

(3) mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk (ST) (4) memperbaiki

Page 66: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

53

manajemen RTI sebagai unit usaha dan melakukan evaluasi secara rutin

(WT1), dan (5) membuat sistem akuntansi (WT2). Berdasarkan hasil analisis

yang dilakukan pada matriks QSP, maka strategi yang sebaiknya menjadi

prioritas dalam pengembangan bisnis RTI yaitu melakukan pengembangan

pasar baru secara intensif.

Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian formulasi strategi pengembangan

bisnis yang dilakukan pada usaha Rumah Tempe Indonesia (RTI), maka saran

yang dapat diberikan yaitu strategi yang telah dipilih (pengembangan pasar baru

secara intensif) sebaiknya dapat diimplementasikan. Langkah- langkah yang dapat

dilakukan untuk mengimplementasikan strategi tersebut yaitu:

- Melakukan segmentasi pasar konsumen. Segmentasi pasar ini dapat

dilakukan menggunakan variabel kawasan, ukuran provinsi, ukuran kota,

kepadatan, iklim, usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus hidup,

keluarga, penghasilan, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, suku

bangsa, kelas sosial, kepribadian, kesempatan memakai, manfaat yang dicari,

status pengguna, tingkat penggunaan, status loyalitas, tahap kesiapan, dan

sikap terhadap produk. Proses segmentasi pasar harus dilakukan secara tepat

dan akurat berdasarkan kemampuan dan tujuan internal.

- Memastikan bahan baku tersedia dan memungkinkan dalam menjalani

strategi ini. Kendali atas pemasok bahan baku dapat dilakukan pada

beberapa pemasok agar ketersediaan bahan baku selalu ada.

- Membuat sistem akuntansi. Pembuatan sistem akuntansi ini penting agar

alokasi dan realokasi modal dan sumber daya untuk berbagai produk, aset,

dan divisi dapat dilakukan secara tepat.

- Memperbaiki manajemen RTI sebagai unit usaha dan melakukan evaluasi

fungsi manajemen secara rutin

- Mengkomunikasikan strategi kepada seluruh pengelola bisnis RTI agar

proses pencapaian tujuan strategis dapat dilakukan dengan baik dan hasil

yang dicapai sesuai dengan tujuan organisasi.

- Mengembangkan jaringan pemasaran produk

Diharapkan terdapat penelitian lanjutan sebagai evaluasi bagi strategi

pengembangan usaha RTI yang telah di jalani.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia S. 2008. Dampak Kenaikan Harga Kedelai terhadap Efisiensi Teknis dan

Pendapatan Usaha Tempe dengan Pendekatan Stochastic Frontier (Studi

Kasus di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arum I. S. R. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Sari Buah Belimbing pada CV.

Tirta Indah Sentosa Kota Depok, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Page 67: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

54

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Berita Resmi Statistik BPS: Pertumbuhan PDB

Tahun 2013 [Internet]. [diunduh 2014 Maret 7]; No. 16/02/Th. XVII.

Tersedia pada: http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_05feb14.pdf.

David F. R. 2004. Manajemen Strategis Konsep. Alexander Sindoro, penerjemah;

Agus Widyantoro, editor. Jakarta (ID): Indeks. Terjemahan dari: Concepts

of Strategic Manajement. Ed ke- 7.

Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor. 2013. Perkembangan Jumlah UMKM di

Kota Bogor. Bogor (ID): Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor.

Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan

Implementasi. Jakarta (ID): Grasindo.

Harvita G. 2007. Identifikasi Kinerja Industri Kecil Tempe di Pulau Jawa dan

Lampung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Imran F. M. 2003. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Dodol Nenas Mekar Sari

(Desa Tambak Mekar, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa

Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Jauch L. R. , Glueck WF. 1995. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan.

Murad dan A.R. Henry Sitanggang, penerjemah; Agus Dharma, editor.

Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Strategic Management and

Business Policy. Ed ke- 3.

Kinnear T. C., Taylor J. R. 1991. Marketing Research: An Applied Approach.

New York (US): McGraw-Hill, Inc.

[Kemenkeu] Kementrian Keuangan. 2014. ASEAN Free Trade Area. [Internet].

[diunduh 2014 Juni 7]. Tersedia pada:

http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA

[Kemenkop] Kementrian Koperasi dan UKM. 2013. Perkembangan Data Usaha

Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar Tahun 2011-2012

[Internet]. [diunduh 2014 Februari 21]. Tersedia pada:

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=f

ile&id=394:perkembangan-data-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm-dan-

usaha-besar-ub-tahun-2011-2012&Itemid=93

[Kemenkop] Kementrian Koperasi dan UKM. 2013. Perkembangan Data Usaha

Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar Tahun 2011-2012

[Internet]. [diunduh 2014 Februari 21]. Tersedia pada:

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=f

ile&id=394:perkembangan-data-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm-dan-

usaha-besar-ub-tahun-2011-2012&Itemid=93.

[Kementan] Kementrian Pertanian RI. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan

Kedelai di Indonesia, Edisi Kedua [Internet]. [diunduh 2014 Februari 24].

Tersedia pada:

http://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_tanamanpangan/ked

elai/kedelai-bagian-b.pdf.

Koswara S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai. Jakarta (ID): Pustaka Sinar

Harapan.

Kulinologi. 2010. Tren Bisnis Kuliner [Internet].

http://kulinologi.biz/index1.php?view&id=240 [Diakses tanggal 7 Juni

2014]

McNamee P. B. 1992. Strategic Management: A PC-based approach. London

(UK): Butterworth Heineman.

Page 68: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

55

Nazir, M. 2011. Metode Penelitian, Cetakan Ketujuh. Bogor (ID): Ghalia

Indonesia

Pearce J. A. , R.D. Robinson. 2009. Manajemen Strategis Formulasi,

Implementasi, dan Pengendalian. Kwan Men Yon, penerjemah; Nanda

Ayu W, editor. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic

Management- Formulating, Implementation, and Control, 10th

Edition.

Buku ke- 2 Ed ke- 10.

Porter M. E. 1991. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.

Maulana A, penerjemah; Hutauruk G, editor. Jakarta (ID): Erlangga.

Terjemahan dari: Competitive Advantage.

Purwanto I. 2007. Manajemen Strategi. Bandung (ID): Yrama Widya

Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID):

PT Gramedia Pustaka Utama.

Rizal S. 2012. Gaya Hidup Sehat Orang Indonesia Meningkat [Internet]. [diunduh

2014 Juni 6]. Tersedia pada:

http://sinarharapan.co/news/read/10707/gaya-hidup-sehat-orang-indonesia-

meningkat

Setiawan I. 2011. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi di Kota Bogor

[skripsi]. Bogor (ID): Institut pertanian Bogor

Solahudin S. 1998. Visi Pembangunan Pertanian. Bogor (ID): IPB Press.

[Susenas] Survei Sosial Ekonomi Nasional. 2014. Konsumsi Rata-Rata per Kapita

Setahun Beberapa Bahan Makanan di Indonesia, 2009-2013 [Internet].

[diunduh 2014 Februari 24]. Tersedia pada:

http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabe-15b-konsumsi-rata.pdf

Umar H. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta (ID): PT Gramedia

Pustaka Utama.

Umar H. 2010. Desain Penelitian Manajemen Strategik. Jakarta (ID): Rajawali

Pers.

Wira H. E. 2011. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jamur pada The

Pinewood Farm di Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Page 69: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

56

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perolehan Bobot Faktor Kunci Internal

Faktor kunci Internal Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Rata- Rata

Bobot

Kualitas produk (tempe) premium dengan

perizinan yang lengkap 0.098484848 0.097744361 0.08778626 0.098484848 0.102272727 0.090909091 0.095947023

Fasilitas produksi pribadi berupa alat/ mesin

semi modern 0.09469697 0.097744361 0.08778626 0.071969697 0.102272727 0.090909091 0.090896518

Produk (tempe) memiliki daya tahan relatif

lama 0.064393939 0.082706767 0.08778626 0.075757576 0.068181818 0.098484848 0.079551868

Terdapat pengolahan limbah pribadi 0.090909091 0.086466165 0.106870229 0.068181818 0.041666667 0.087121212 0.08020253

Terdapat SOP bagi para pekerja dalam proses

produksi 0.087121212 0.086466165 0.103053435 0.068181818 0.049242424 0.090909091 0.080829024

Terdapat merk dagang sendiri 0.083333333 0.07518797 0.072519084 0.079545455 0.098484848 0.090909091 0.083329963

Jangkauan distribusi luas 0.090909091 0.07518797 0.057251908 0.106060606 0.060606061 0.087121212 0.079522808

Belum adanya sistem akuntansi 0.079545455 0.07518797 0.095419847 0.064393939 0.087121212 0.056818182 0.076414434

Rendahnya kemampuan dan fokus

manajemen 0.090909091 0.07518797 0.099236641 0.090909091 0.102272727 0.09469697 0.092202082

Harga relatif tinggi 0.090909091 0.090225564 0.06870229 0.071969697 0.090909091 0.053030303 0.077624339

Manajemen pemasaran belum optimal 0.087121212 0.078947368 0.06870229 0.113636364 0.106060606 0.087121212 0.090264842

Produksi cenderung hanya mengikuti

permintaan konsumen 0.041666667 0.078947368 0.064885496 0.090909091 0.090909091 0.071969697 0.073214568

Total Bobot 1 1 1 1 1 1 1

Sumber: Data Primer 2011

Page 70: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

57

Lampiran 2 Perolehan Peringkat Faktor Kunci Internal

Faktor kunci Internal Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Rata- Rata

Peringkat

Kualitas produk (tempe) premium dengan

perizinan yang lengkap 4 4 4 4 4 4 4

Fasilitas produksi pribadi berupa alat/ mesin semi

modern 4 4 3 4 4 4 3.833333

Terdapat merk dagang sendiri 3 3 3 4 4 3 3.333333

Terdapat SOP bagi para pekerja dalam proses

produksi 4 4 4 3 4 4 3.833333

Terdapat pengolahan limbah pribadi 4 3 4 4 4 4 3.833333

Produk (tempe) memiliki daya tahan relatif lama 3 3 3 4 3 3 3.166667

Jangkauan distribusi luas 3 3 3 3 3 3 3

Rendahnya kemampuan dan fokus manajemen 2 2 2 1 1 2 1.5

Manajemen pemasaran belum optimal 1 1 2 2 1 2 1.333333

Harga relatif tinggi 1 2 2 2 2 2 1.666667

Belum adanya sistem akuntansi 2 1 1 1 1 2 1.5

Produksi cenderung hanya mengikuti permintaan

konsumen 2 1 2 2 2 2 1.666667

Sumber: Data Primer 2014

Page 71: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

58

Lampiran 3 Perolehan Bobot Faktor Kunci Eksternal

Faktor kunci Eksternal Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Rata- Rata

Bobot

Peningkatan pola konsumsi masyarakat akan gaya

hidup sehat 0.116666667 0.105555556 0.127777778 0.097938144 0.138888889 0.138888889 0.120952654

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi 0.127777778 0.116666667 0.15 0.097938144 0.133333333 0.061111111 0.114471172

Pertumbuhan positif perekonomian dan jumlah

penduduk 0.127777778 0.116666667 0.105555556 0.067010309 0.127777778 0.122222222 0.111168385

Tren kuliner di masyarakat 0.127777778 0.122222222 0.111111111 0.113402062 0.116666667 0.122222222 0.118900344

Persiapan memasuki perdagangan bebas AFTA

(ASEAN Free Trade Area) 0.127777778 0.127777778 0.094444444 0.097938144 0.1 0.061111111 0.101508209

Citra tempe sebagai panganan berbagai kalangan

masyrarakat dengan harga murah 0.1 0.111111111 0.094444444 0.092783505 0.116666667 0.105555556 0.103426881

Daya tawar pemasok tinggi 0.066666667 0.083333333 0.1 0.118556701 0.061111111 0.138888889 0.09475945

Produk substitusi dengan fungsi sama 0.083333333 0.083333333 0.083333333 0.097938144 0.083333333 0.061111111 0.082063765

Hambatan masuk industri rendah 0.055555556 0.066666667 0.083333333 0.113402062 0.061111111 0.105555556 0.080937381

Harga produk pesaing lebih rendah 0.066666667 0.066666667 0.05 0.103092784 0.061111111 0.083333333 0.07181176

Total Bobot 1 1 1 1 1 1 1

Sumber: Data Primer 2011

Page 72: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

59

Lampiran 4 Perolehan Peringkat Faktor Kunci Eksternal

Faktor kunci Eksternal Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Rata- Rata

Peringkat

Peningkatan pola konsumsi masyarakat akan

gaya hidup sehat 2 4 4 2 4 3 3.166667

Tren kuliner di masyarakat 3 4 4 4 3 3 3.5

Perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi 2 4 3 4 4 2 3.5

Pertumbuhan positif perekonomian dan

jumlah penduduk 3 3 3 3 4 3 3.166667

Persiapan memasuki perdagangan bebas

AFTA (ASEAN Free Trade Area) 3 3 3 3 4 4 3.333333

Citra tempe sebagai panganan berbagai

kalangan masyrarakat dengan harga murah 2 3 4 3 3 3 3

Daya tawar pemasok tinggi 2 3 3 3 2 2 2.5

Produk substitusi dengan fungsi sama 2 3 2 3 2 3 2.5

Hambatan masuk industri rendah 3 2 2 4 2 2 2.5

Harga produk pesaing lebih rendah 2 2 3 2 2 3 2.333333

Sumber: Data Primer 2014

Page 73: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

60

Lampiran 5 Perolehan Matriks QSP

Faktor Kunci Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan

Kualitas produk (tempe) premium dengan perizinan yang

lengkap 0.095947023 3.833333333 0.367796922 3.833333333 0.367796922 3.5 0.335814581 3.666666667 0.351805751 2.833333333 0.271849899

Fasilitas produksi pribadi berupa alat/ mesin semi modern 0.090896518 3.333333333 0.302988393 3.5 0.318137813 3.5 0.318137813 3.5 0.318137813 2.833333333 0.257540134

Terdapat merk dagang sendiri 0.083329963 3.833333333 0.319431525 3.666666667 0.305543198 3.66666667 0.305543198 3.666666667 0.305543198 2.833333333 0.236101562

Terdapat SOP bagi para pekerja dalam proses produksi 0.080829024 3.833333333 0.309844592 3.333333333 0.26943008 3.5 0.282901584 3.5 0.282901584 3.333333333 0.26943008

Terdapat pengolahan limbah pribadi 0.08020253 3.666666667 0.294075943 3 0.24060759 3.33333333 0.267341767 3.333333333 0.267341767 2.666666667 0.213873413

Produk (tempe) memiliki daya tahan relatif lama 0.079551868 3.333333333 0.265172893 3.666666667 0.291690183 3.5 0.278431538 3.333333333 0.265172893 2.5 0.19887967

Jangkauan distribusi luas 0.079522808 3 0.238568424 3.333333333 0.265076027 3 0.238568424 3.333333333 0.265076027 3.333333333 0.265076027

Kelemahan

Rendahnya kemampuan dan fokus manajemen 0.092202082 3 0.276606246 3 0.276606246 2.5 0.230505205 3.166666667 0.29197326 2.833333333 0.261239232

Manajemen pemasaran belum optimal 0.090264842 3.333333333 0.300882807 3 0.270794526 2.66666667 0.240706245 2.833333333 0.255750386 2.5 0.225662105

Harga relatif tinggi 0.077624339 3 0.232873017 3 0.232873017 3 0.232873017 2.833333333 0.219935627 3 0.232873017

Belum adanya sistem akuntansi 0.076414434 2.666666667 0.203771824 2.333333333 0.178300346 2.66666667 0.203771824 2.333333333 0.178300346 3 0.229243302

Produksi cenderung hanya mengikuti permintaan

konsumen 0.073214568 3 0.219643704 3 0.219643704 3 0.219643704 3.166666667 0.231846132 2.833333333 0.207441276

Peluang

Peningkatan pola konsumsi masyarakat akan gaya hidup

sehat 0.120952654 3.5 0.423334289 3.5 0.423334289 3.5 0.423334289 3.5 0.423334289 3 0.362857962

Tren kuliner di masyarakat 0.118900344 3 0.356701032 3 0.356701032 3 0.356701032 3.166666667 0.376517756 3 0.356701032

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi 0.114471172 3.5 0.400649102 3.666666667 0.419727631 3.33333333 0.381570573 3.666666667 0.419727631 3.333333333 0.381570573

Pertumbuhan positif perekonomian dan jumlah penduduk 0.111168385 3.166666667 0.352033219 2.833333333 0.314977091 3.16666667 0.352033219 3.166666667 0.352033219 2.666666667 0.296449027

Persiapan memasuki perdagangan bebas AFTA (ASEAN

Free Trade Area) 0.101508209 3 0.304524627 3 0.304524627 3.33333333 0.338360697 3 0.304524627 3 0.304524627

Ancaman

Citra tempe sebagai panganan berbagai kalangan

masyrarakat dengan harga murah 0.103426881 2.833333333 0.29304283 3.333333333 0.34475627 3.16666667 0.327518457 3.166666667 0.327518457 2.666666667 0.275805016

Daya tawar pemasok tinggi 0.09475945 2.5 0.236898625 2.666666667 0.252691867 2.5 0.236898625 2.333333333 0.221105383 2 0.1895189

Produk substitusi dengan fungsi sama 0.082063765 2.333333333 0.191482118 2.833333333 0.232514001 2.33333333 0.191482118 2.5 0.205159413 2 0.16412753

Hambatan masuk industri rendah 0.080937381 2.166666667 0.175364326 2.333333333 0.188853889 2.83333333 0.22932258 2.166666667 0.175364326 2.5 0.202343453

Harga produk pesaing lebih rendah 0.07181176 2.833333333 0.203466653 2.666666667 0.191498027 2.33333333 0.167560773 2.333333333 0.167560773 2.333333333 0.167560773

Total

68.66666667 6.269153111 68.5 6.266078373 67.3333333 6.159021262 67.66666667 6.206630656 61 5.57066861

Sumber: Data Primer 2014

Page 74: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

61

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian Rumah Tempe Indonesia

Gambar Proses Produksi

Gambar Ruang Kering

Gambar Saluran Limbah Menuju ke Reaktor

Gambar Ruang Basah

Page 75: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

62

Gambar Ruang Fermentasi

Gambar Produk RTI

Gambar SOP di Ruang Produksi

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)

Page 76: STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH TEMPE … · memprioritaskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal Rumah Tempe Indonesia. Pengambilan

63

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Rara Tama Putri dan lahir di Bandar Lampung

pada 3 Oktober 1992. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara

dari pasangan Saidi dan Ernasih.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu pada tahun 2004 lulus dari

Sekolah Dasar Negeri Semplak 2 Bogor. Pada tahun 2007 lulus dari Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Bogor. Pada tahun 2010 lulus dari Sekolah

Menengah Atas Negeri 2 Bogor. Keaktifan penulis semasa SMA salah satunya

sebagai anggota tim Degung SMAN 2 Bogor. Penulis juga pernah mendapat juara

2 Tim Cerdas Cermat UUD 1945 dan Ketetapan MPR RI Tingkat Provinsi Tahun

2007. Pada 2010 penulis melanjutkan kuliah dan diterima di Institut Pertanian

Bogor Departemen Agribisnis melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk

IPB). Saat kuliah penulis mengikuti kepanitiaan (Divisi Dana dan Sponsorship)

Masa Perkenalan Mahasiswa Departemen Agribisnis di IPBTahun 2012,

kepanitiaan (Divisi Konsumsi) Fieldtrip Departemen Agribisnis Angkatan 47

Tahun 2012, dan kepanitiaan (Divisi Konsumsi) Fieldtrip Departemen Agribisnis

Angkatan 47 Tahun 2013.