Keracunan Tempe Bonkrek

29
MAKALAH TOKSIKOLOGI KASUS KERACUNAN DOPING AKIBAT TETHYDROGESTRINONE (THG) Oleh: Rofiqoh Asiyah Zulmi (201310410311007) Andri Apriandi Rachman (201310410311025) Risa Andriani (201310410311043) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN

description

Keracuna makanan tempe bongkrek

Transcript of Keracunan Tempe Bonkrek

MAKALAH TOKSIKOLOGIKASUS KERACUNAN DOPING AKIBAT TETHYDROGESTRINONE (THG)

Oleh:Rofiqoh Asiyah Zulmi(201310410311007)Andri Apriandi Rachman(201310410311025)Risa Andriani(201310410311043)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANGFAKULTAS ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI FARMASI2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah seputar Keracunan Doping ini sebatas kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai materi Toksikologi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I1PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah21.3 Tujuan2BAB II2TINJAUAN PUSTAKA21. Doping22. Penggolongan Doping33. Dampak penggunaan Doping84. Alasan pelarangan Doping9BAB III11PEMBAHASAN11Contoh kasus keracunan doping11Tetrahydrogestrinone (THG)11Efek samping121.1 Penatalaksanaan Pada Pesien Keracunan Tetrahydrogestrinone (THG)141.2 Gejala Lain Ditimbulkan Dari Tetrahydrogestrinone (THG)14BAB IV15PENUTUP15Kesimpulan15DAFTAR PUSTAKA16

ii

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangAmbisi untuk menang dalam jagat olahraga, baik bagi kebanggaan diri sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau si orang tua atlet menghalalkan segala cara. Tersering, cara yang digunakan adalah meminum secara teratur obat, ramuan tetumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh menjadi besar dan kuat.Tak perlu bertanya kepada para pelaku, kita bisa menduga bahwa prestasi, gengsi, ambisi, bonus, uang, ketenaran, hiruk pikuk tepukan dan puja puji adalah jawaban mengapa seorang atlet menggunakan doping. Bisa jadi atlet hanyalah alat dari ambisi terselubung sebuah institusi induk organisasi, atau siapapun yang berada di balik layar, atau bahkan sebuah negara. Nilai sportifitas dalam beberapa cabang olahraga sering ternoda oleh pemakaian obat doping yang dikonsumsi atletnya. Persaingan prestasi olahraga yang semakin ketat membuat sebagian atlet sering menghalalkan berbagai cara.Sejauh ini, jika seorang olahragawan dicurigai dan pada pemeriksaan berikutnya benar-benar terbukti menggunakan Doping, maka dialah terdakwa utama, mungkin ada kambing hitam yang ikut berperan namun luput dari jeratan sanksi. Atau, tak jarang pula olahragawan tersebut memang pengguna doping sejati yang merancangnya secara sistematis demi sebuah prestasi.Kita memaklumi, banyak negara menjadikan olahraga bak sebuah industri, melibatkan uang, melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Di sisi lain, sajian olahraga menjadi makin menarik, penuh pesona, mampu menyedot perhatian berjuta pasang mata, menciptakan kelompok-kelompok para fans, melecut gairah, menggugah histeria. Kadang memicu pertengkaran, perkelahian atau bahkan nyawapun jadi tumbal. Untuk itulah para olahragawan (dan para ofisial) dituntut selalu tampil prima untuk meraih impian, yakni kemenangan dan prestasi.Tak ada yang salah ketika kemenangan, gengsi dan prestasi dikumandangkan. Namun upaya ke arah itu sepantasnya menggunakan cara-cara jujur dengan menjunjung tinggi nilai sportivitas sebagai ruh olahraga itu sendiri. Tentu dengan latihan tekun, teratur, terukur, sistematis dengan memanfaatkan teknologi terkini sejauh tidak melanggar ketentuan induk organisai olahraga dan tidak merugikan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana mekanisme Tetrahydrogestrinone (THG) hingga dapat menimbulkan keracunan?2. Bagaimana penatalaksanaan pada pesien keracunan Tetrahydrogestrinone (THG) ?3. Bagaimana gejala lain yang bisa ditimbulkan dari Tetrahydrogestrinone (THG) ?1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui efek dari penyalagunaan Tetrahydrogestrinone (THG).2. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien keracunan Tetrahydrogestrinone (THG) dengan tepat.3. Untuk mengetahui gejala lain yang bisa ditimbulkan dari Tetrahydrogestrinone (THG)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA1. DopingPenggunaan obat secara luas untuk meringankan gejala penyakit dapat ditelusuri kembali pada abad ke-3 SM pada jaman Yunani Kuno, oleh seorang dokter Yunani, Galen. Menariknya, Galen lah yang melaporkan bahwa stimulan telah digunakan oleh atlet untuk meningkatkan kinerja fisik mereka. Pada Olimpiade kuno, atlet melakukan diet khusus dan dilaporkan telah menggunakan berbagai zat untuk meningkatkan kemampuan fisik mereka.

Kata Doping sendiri berasal dari kata dope, bahasa suku Kaffern di Afrika Selatan yang artinya minuman keras berkonsentrasi tinggi dari campuran akar tumbuhan yang biasa dipakai suku setempat untuk perangsang (stimulan) pada acara trance adat. Sedangkan Doping dalam Bahasa Inggris berarti zat campuran opium dan narkotika untuk perangsang. Kata doping pertama kali dipakai di Inggris pada tahun 1869 untuk balapan kuda di Inggris, di mana kuda didoping agar menjadi juara.Menurut UU No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 22, Doping adalah penggunaan zat dan/atau metode terlarang untuk meningkatkan prestasi olahraga.Menurut International Congress of Sport Sciences; Olympiade Tokyo 1964 : Doping adalah pemberian/penggunaan oleh peserta lomba berupa bahan yang asing bagi organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang abnor-mal atau diberikan melalui jalan yang abnormal, dengan tujuan meningkatkan prestasi.Sesuai dengan Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam Bab XVIII pasal 85 ayat (1) diuraikan : Doping dilarang dalam semua kegiatan olahraga. Ayat (2) : Setiap induk organisasi cabang olah-raga dan/atau lembaga/organisasi olahraga nasional wajib membuat peraturan doping dan disertai sanksi. Ayat (3) : Pengawasan doping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah.Di Indonesia, wadah yang melakukan pengawasan doping adalah LADI (Lembaga Anti Doping Indonesia). Sedangkan pada tingkat dunia, pengawasan dilakukan oleh WADA (World Anti Doping Agency).

2. Penggolongan Doping1. Golongan Stimulan a) Amphetamine Penggunaan dalam olahraga: Amphetamine digunakan selama kompetisi dengan tujuan untuk mengurangi kelelahan, meningkatkan respon, meningkatkan kewaspadaan dan agresi. Kinerja Farmakologi Ada empat mekanisme amphetamine dalam meningkatkan penampilan, yaitu: 1. Meningkatkan pengeluaran neurotransmitter seperti noradrenaline, dopamin dan serotonin. 2. Inhibisi uptake neurotransmitter. 3. Bekerja langsung pada reseptor neurotransmitter. 4. Inhibisi (menghambat) aktivitas mono aminoksidase. Efek samping Penggunaan amphetamine potensial menimbulkan ketergantungan tremor, insomnia dan peningkatan agresivitas yang cenderung membahayakan. Efek pada sistem kardiovaskuler bisa berakibat fatal, terjadi peningkatan suhu tubuh karena amphetamine bisa mengakibatkan terjadinya redistribusi aliran darah pada kulit yang menghambat pengeluaran panas dalam tubuh, dan pada penggunaan jangka lama bisa mempengaruhi kejiwaan dengan timbulnya paranoid tipe schizophrenia. b) Caffeine Penggunaan dalam olahraga: Digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan, meningkatkan respon waktu reaksi dan dalam dosis berlebihan bisa meningkatkan mobilisasi lemak dan glikogen otot. Kinerja Farmakologi: Caffeine bekerja dengan menghambat enzim phospodiesterase yang mengaktifkan cAMP serta bekerja langsung sebagai antagonis reseptor adenosine. Efek Samping Efek yang ringan bisa menimbulkan iritabilitas, insomnia, dan gangguan pencernaan. Efek yang lebih berat bisa menimbulkan ulkus peptikum, delirium, coma, dan superventrikuler arrhytmia. Di samping itu caffeine juga bisa menimbulkan ketergantungan. Dalam satu studi dikatakan bahwa kombinasi cafeine dan epedrine dapat menimbulkan mual, muntah. c) Cocaine Penggunaan dalam olahraga: Cocaine tergolong obat yang digunakan dengan tujuan rekreasional yang menimbulkan sensasi di luar kenyataan. Cocaine dapat mengacaukan persepsi atlet tentang rasa lelah, sehingga si atlet tidak merasa kelelahan saat berkompetisi secara ketat. Kinerja Farmakologi Bekerja dengan mempengaruhi otak secara kompleks, termasuk di dalamnya dengan cara menghambat up-take neurotransmitter terutama dopamine sehingga menimbulkan efek euphoria. Efek Samping Efek samping yang sangat kompleks bisa ditimbulkan akibat penggunaan cocaine. Termasuk di dalamnya efek negatif pada glikogenolisis, psikosis paranoid, hipertensi yang mengakibatkan iskemia, arrhytmia dan kematian mendadak. 2. Golongan Narkotika Penggunaan dalam olahraga : Obat-obatan golongan narkotik-analgetik sering disalahgunakan dengan tujuan untuk mengurangi rasa nyeri. Golongan obat ini sering dimanfaatkan untuk mengurangi keluhan batuk (seperti misalnya pholcodine, dextromethorphan) dan keluhan diare (seperti misalnya dhypenoxylate) Kinerja Farmakologi Alkaloid opium dan analog sintetisnya berinteraksi dengan reseptor dalam otak yang secara normal bekerja dengan pengaruh endorphin endogen. Narkotik memiliki kapasitas untuk mengurangi nyeri dan bahkan mempengaruhi emosi. Penggunaan jangka lama bisa menimbulkan ketergantungan. 3. Golongan Anabolic Androgenic Steroid Penggunaan dalam olahraga :Anabolic Androgenic Steroid digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan dengan memperpanjang masa latihan, mempercepat waktu pemulihan, meningkatkan agresivitas, dengan menambah kekuatan otot. Kombinasi Anabolic Androgenic Steroid dengan GH (growth hormone), HCG (human chorionic gonadotropin) bisa juga meningkatkan intensitas lapangan. Kinerja Farmakologi Anabolic Androgenic Steroid memiliki dua efek utama: 1) Bersifat anabolic atau menambah ukuran otot. 2) Bersifat androgenic atau efek maskulinitas Anabolic androgenic steroid bekerja mempengaruhi androgen endogen dengan meningkatkan sistem protein dan efek antikatabolic. Dehidroepiandrosteron digolongkan doping karena menjadi prekursor produksi androgen endogen termasuk testosteron, dihydrotestosteron dan meningkatkan Insulin Growth-hormon Faktor-1 (IGF-1) Efek Samping Efek samping Anabolic Androgenic Steroid meliputi 6 dampak utama yaitu: 1) Cardiovaskuler: terjadi penurunan kolesterol HDL dan peningkatan kolestrol LDL, meningkatnya resiko arteriosclerosis. 2) Hepatik: hati merupakan target organ dari androgen. Hal ini berkaitan dengan fungsi metabolisme dalam hati. Hal ini pula yang menyebabkan terjadi hyperthropy hepatosit pada dosis tinggi, terjadi cholestasis dan yang fatal adalah terjadi tumor hati. 3) Efek reproduksi: untuk laki-laki akan berefek terhadap terjadinya atropi pada testis, penurunan produksi sperma dan perubahan mobilitas sperma yang bisa mengakibatkan infertilitas. Sedangkan pada wanita bisa menimbulkan efek ammenorhea. 4) Infeksi : untuk efek semacam ini biasanya sering ditimbulkan oleh penggunaan alat suntik yang tidak steril sehingga bisa menimbulkan infeksi penyakit lain seperti HIV dan AIDS. 5) Efek psikologis: efek yang ditimbulkan berupa mania, hipomania dan depresi. 6) Efek kosmetik: efek ini lebih dialami oleh wanita daripada pria. Pada wanita akan menimbulkan jerawat, tumbuh rambut di wajah, pembesaran klitoris, perubahan pada wajah ditandai dengan melebarnya rahang, gangguan menstruasi, mengecilnya payudara. 4. Golongan Diuretik Penggunaan dalam olahraga :Diuretik tidak memiliki efek untuk meningkatkan penampilan namun digunakan untuk meningkatkan produksi urin dengan tujuan untuk melarutkan obat-obatan yang digunakan termasuk mengeluarkan metabolitnya. Diuretik juga digunakan untuk menurunkan berat badan pada cabang olahraga yang menggunakan berat badan sebagai indikator pertandingan. Kinerja Farmakologi :Diuretik bekerja diginjal untuk meningkatkan produksi urine. Efek samping Terjadi dehidrasi dan adanya gangguan keseimbangan elektrolit dalam hal ini terjadi perubahan level potasium yang justru mengganggu penampilan dan kesehatan. 5. Golongan Bloker Penggunaan dalam olahraga :Digunakan untuk mengurangi rasa cemas terutama cabang olahraga yang menuntut konsentrasi dan ketenangan, seperti cabang panahan, menembak, ski jumping, dll. Kinerja Farmakologi : Blocker memiliki cara kerja yang kompleks, Blocker merupakan terapi awal terhadap angina pectoris, hipertensi, dan beberapa kelainan yang sering dijumpai pada jantung serta sering juga digunakan untuk mengatasi migraine dan tremor. Efek samping Obat golongan ini bisa menimbulkan bronchospasme atau menyebabkan insomnia, mimpi buruk dan depresi. 6. Golongan Peptida Hormon Yang termasuk golongan ini adalah Human Chorionic Gonodotropin (HCG), Luteinizing Hormon (LH), Adrenocorticotropic Hormon (ACTH) dan insulin. Penggunaan dalam olahraga :Peptida hormon digunakan untuk meningkatkan kemampuan hormon androgen yang bertujuan untuk mempengaruhi penampilan. Kinerja Farmakologi: Golongan peptida hormon akan mempengaruhi level androgen hormon. Seperti testosteron akan dipengaruhi oleh HCG dan LH, pengeluaran cortikosteroid dipengaruhi oleh ACTH yang kesemuanya akan meningkatkan penampilan. Efek samping Belum banyak studi yang menemukan efek samping dari peptida hormon. Namun demikian ada data menyatakan bahwa efek samping HCG adalah dapat menimbulkan oedem, sakit kepala, perubahan mood, dan gynecomastia.(pembesaran payudara).

Target dan efek yang ditimbulkan oleh masing-masing golongan doping.

3. Dampak penggunaan DopingBerikut ini merupakan dampak buruk atau bahaya doping bagi orang yang mengkonsumsinya :1. Konsumsi obat doping pada atlet dapat meningkatkan prestasi yang melampai batas kemampuan normal. Keadaan ini tidak wajar dan berbahaya, karena rasa letih merupakan peringatan dari tubuh bahwa seseorang tersebut telah sampai batas kemampuannya. Jika dipaksakan bisa menimbulkan exhaustion yang membahayakan kesehatan.Overdose dapat berbahaya, dapat menimbulkan kekacauan pikiran, delirium, halusinasi, perilaku ganas, dan juga aritmia jantung yang dapat menimbulkan masalah serius. Untuk mengatasi gejala ini digunakan sedative misalnya diazepam.2. Doping dengan suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi, meningkatnya sirkulasi darah di atas normal, dan mungkin gangguan ginjal. Golongan obat peptide hormonis dan analognya dapat berakibat si atlet menderita sakit kepala, perasaan selalu letih, depresi, pembesaran buah dada pada atlet pria, dan mudah tersinggung.3. Dampak buruk dari suntikan eritropoetin adalah darah menjadi lebih pekat sehingga mudah menggumpal dan memungkinkan terjadinya stroke (pecahnya pembuluh darah di otak).4. Pemakaian deuretika yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan pengeluaran garam mineral yang berlebihan. Sehingga mengakibatkan timbulnya kejang otot, mual, sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang terlalu sering mungkin akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung.5. Pemakaian obat analgesic pada atlit perempuan berfungsi menghilangkan rasa sakit ketika haid. Namuan dampak buruknya jika salah memilih obat bisa menyebabkan sulit bernapas, mual, konsentrasi yang hilang, dan mungkin menimbulkan adiksi atau ketagihan.6. Salah satu jenis obat doping yang paling sering digunakan para atlet adalah obat-obatan anabolik, seperti hormon androgenik steorid. Jenis hormon ini punya efek berbahaya, baik bagi atlet pria maupun atlet perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh dan dapat juga meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung. Jika atlit wanita mengkonsumsi obat ini, dapat menyebabkan tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis, suara berat, dan serak. Selanjutnya, menimbulkan gangguan menstruasi, perubahan pola distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, penggunaan obat ini dapat menyebabkan timbulnya jerawat. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah pertumbuhannya akan berhenti.7. Beta-blockers membendung penyampaikan rangsangan ke jantung, paru-paru dan aliran darah, memperlambat rata-rata detak jantung. Itu dilarang dalam olahraga seperti panahan dan menyelam karena menghindarkan getaran. Efek merugikan yang terjadi antar alain mimpi buruk, susah tidur, kelelahan, depresi, gula darah rendah dan gagal jantung.8. HGH atau Human Growth Hormone (hormon pertumbuhan manusia), somatotrophin. menyamai hormon pertumbuhan dalam darah yang dikendalikan oleh mekanisme kompleks yang merangsang pertumbuhan, membantu sintesa protein dan menghancurkan lemak. HGH disalahgunakan oleh saingan untuk merangsang otot dan pertumbuhan jaringan. Efek yang merugikan termasuk kelebihan kadar glukosa, akumulasi cairan, sakit jantung, masalah sendi dan jaringan pengikat, kadar lemak tinggi, lemahnya otot, aktivitas thyroid yang rendah dan cacat.4. Alasan pelarangan DopingBanyak organisasi olahraga melarang penggunaan anabolika yang dimuat dalam suatu daftar khusus dengan alasan terutama mengacu pada ancaman kesehatan (gangguan fungsi hati dan tumor hati) atas obat peningkat performa, kesamaan kesempatan bagi semua atlet dan efek olahraga bersih (bebas doping) yang patut dicontoh dalam kehidupan umum.Selain obat, bentuk lain dari doping ialah doping darah, baik melalui transfusi darah maupun penggunaan hormon eritropoietin atau steroid anabolik tetrahidrogestrinon.1. Alasan etis : penggunaan doping melanggar norma fairplay dan sportivitas yang merupakan jiwa olahraga.2. Alasan medis : membahayakan keselamatan pemakainya. Atlet akan mengalami : Kebiasaan (Habituation) Kecanduan (Addiction) Ketergantungan obat (Drug Abuse)

Tetrahydrogestrinone (THG) merupakan androgen poten. Banyak digunakan oleh atlet maupun binaragawan, karena senyawanya sulit dideteksi dan cepat dieliminasi. THG tidak terdeteksi pada gas chromatography dan mass spectrometry tetapi dapat dideteksi dengan menggunakan liquid chromataography[footnoteRef:2]. [2: ]

BAB IIIPEMBAHASAN

Contoh kasus keracunan dopingSeorang atlet pelari cepat Tn.C memiliki kebiasaan mengkonsumsi doping dalam setiap pertandingan. Tn. C selalu memenangkan setiap pertandingan bahkan mendapatkan medali emas dalam olimpiade. Tn C biasa mengkonsumsi THG sejak tahun 2000.Namun setelah dilakukan skrining dalam olimpiade ditemukan bahwa Tn.C mengkonsumsi THG. Tn.C diminta mengembalikan medali emas dan gelar juara dibatalkan.Pada tahun 2006 Tn. C mengalami gangguan fungsi hati, hiperglikemia, reproductive disfunction serta testicular atrophy. Tetrahydrogestrinone (THG)Tetrahydrogestrinone (THG) merupakan androgen poten terbesar daripada nandrolon dan trenbolon. Efek dari androgen adalah memodulasi level sellular dengan mengubah jaringan target menggunakan steroid-converting enzym. Dalam jaringan target reproduksi, testosteron dapat diuraikan menjadi prohormon yang siap untuk diubah menjadi poten androgen DHT (5-dihydrotestosterone) oleh enzym 5-reductase. Di jaringan lain, seperti jaringan adiposa dan salah satu bagian dari otak, dengan menggunakan enzym aromatase testosteron diubah menjadi oestrogen dan oestradiol.Pada tulang, mekanisme aksi dari anabolisme androgen tidak dapat seluruhnya diuraikan. Tetapi kedua efek langsung testosteron dan efek pertengahan oleh oestradiol melalui proses aromatisasi (sintesis oestradiol dengan menggunakan enzym aromatase) (Orwoll, 1996; Zitzmann and Nieschlag, 2004). Pada otot skeletal manusia (berdasarkan pemeriksaan mayat kurang dari 12 jam), aktivitas 5-reductase (tipe 1 atau 2) tidak dapat (Thigpen et al., 1993), jadi testosteron itu sendiri yang berikatan pada androgen reseptor (juga didukung berdasarkan penelitian dengan menggunakan sejumlah tikus). Aktivitas aromatase tidak signifikan pada otot skeletal manusia (Larionov et al., 2003), tetapi pengubahan androgens menjadi oestrogens dalam jaringan merupakan fisiologis penting untuk menangani beberapa efek myotrophic yang masih dikembangkan. Perkembangan terakhir, Tetrahydrogestrinone (THG) memiliki aktivitas anabolic dan androgenic. Point yang paling penting, penggunaan dalam jangka waktu lama pada obat golongan ini, dapat menyebabkan (virilization) pada wanita dan anak-anak.

Efek samping yang ditimbulkan pada pemakaian Tetrahydrogestrinone (THG) yang tidak tepat ialah

1. Efek Pada Liver (Gangguan Fungsi)Kolestasis hati (obstruksi saluran empedu) yang menyebabkan penyakit kuning, peliosis hepatitis (pemenuhan kantung hati dengan darah), dan tumor hati. Kelainan ini dikaitkan dengan steroid 17-teraklilasi.

2. HyperglycemiaTetrahydrogestrinone (THG) dapat menginduksi atau memperburuk kondisi hyperglikemia akibat penurunan toleransi glukosa dan meningkatkan resistensi insulin.

3. Disfungsi ReproduksiAndrogen diperlukan untuk spermatogenesis tetapi penggunaan dosis rendah jangka panjang dapat menghambat spermatogenesis. Androgen dosis tersebut dapat menghambat sekresi LH, FSH dan testosteron endogen sehingga kadar testosteron dalam testis tidak cukup untuk berlangsungnya spermatogenesis normal. Hal ini terjadi karena aromatisasi testosteron menjadi estrogen, penghambat kuat sekresi gonadotropin. Androgen dosis tinggi juga menghambat sekresi testosteron endrogen tetapi, kadar plasma yang dicapai jauh di atas normal (dengan segala konsekuensi efek sampingnya), jadi kadar testosteron dalam testis cukup untuk spermatogenesis.4. CardiovascularMeningkatkan resiko kejadian trombotik seperti infark miokard atau stroke (meningkatkan LDL, HDL, dan menurunkan apolipoprotein-a1), meningkatkan hematokrit (karena polisitemia) dan menurunkan plasma fibrinogen kerusakan jantung (hipertropi ventrikel kiri, fibrosis dan kegagalan hati) serta kematian jantung mendadak.5. Gangguan lainMenyebabkan atrofi payudara pada wanita, ginekosmasti pada pria, meningkatkan libido pada wanita dan laki-laki yang mungkin sulit untuk dikontrol, hypomania, depresi berat karena kerusakan impuls. Efek psikologi yang tidak terduga adalah perilaku kekerasan, termasuk pembunuhan dan kriminalitas (Klotz et al, 2007).

1.1 Penatalaksanaan Pada Pesien Keracunan Tetrahydrogestrinone (THG) Obat-obatan kimia struktur yang didesaian relatif hanya untuk penteral protein efek anabolic daripada androgenic efek. Hal yang lebih buruk androgenic efek tidak dapat diuraikan seluruhnya.

1.2 Gejala Lain Ditimbulkan Dari Tetrahydrogestrinone (THG)Banyak ulasan yang membahas efek yang tidak diinginkan dari pemberian anabolic steroid (Haupt and Rovere, 1984; Di Pasquale, 1990; Graham and Kennedy, 1990; Landry and Primos, 1990; Shahidi, 2001; Kicman and Gower, 2003; James and Kicman, 2004). THG digunakan sebagai dietary suppliment, penggunaan dibatasi hanya 6-12 minggu. Kemudian diikuti periode variabel selama 4 minggu sampai beberapa bulan ke depan untuk mengurangi kemungkinan efek yang tidak diinginkan. Tetapi beberapa binaragawan atau atlet akan tetap menggunakan untuk meningkatkan performanya meskipun FDA (food drugs adsministration) telah memperingatkan bahwa doping dapat menimbulkan resiko yang cukup besar untuk kesehatan. Para atlet dan binaragwn menggunakan THG berdasarkan pengalaman dan pemikiran mereka sendiri. Efek merugikan lain dari THG jika digunakan secara berlebihan adalah ginekomastia dan jerawat parah (hirsutisme). Potensi lain yang mungkin tidak disadari oleh atlet adalah perubahan dari sistem kardiovaskular (Hoffman and Ratamess, 2006). Efek tersebut tergantung pada jenis kelamin, dosis, durasi pemakaian, serta kerentanan tubuh terhadap pemejanan THG (faktor genetik, usia, dan gaya hidup). Penggunaan yang berlebihan pada binaragawan dapat menyebabkan Aksioma. Semakin sering atlet dan binaragawan mengkonsumsi THG semakin besar kemungkinan kerusakan yang terjadi pada kesehatan tubuh atlet dan binaragawan. Sulit untuk mengukur prevalensi dari efek samping dari penggunaan THG.

BAB IVPENUTUP

KesimpulanDoping adalah suatu zat dilarang dalam penggunaannya khusunya pada olahraga karena membuat tidak sportifnya para atlet dalam pertandingan. Doping dibagi dalam 6 golongan diantaranya :1. Stimulants (obat perangsang).2. Narcotics-analgesic.3. Anabolic steroid.4. Beta blocker.5. Diuretic.6. Peptida hormonTetrahydrogestrinone (THG) adalah doping dari golongan anabolik steroid yang apabila pemakain jangka panjang dapat menyebabkan berbagai efek samping seperti hyperglycemia, gangguan pada CNS, gangguan Cardiovaskuler, disfungsi reproduksi dan efek samping kompleks lainnya. Obat-obatan kimia struktur yang didesaian relatif hanya untuk penteral protein efek anabolik daripada androgenik efek. Hal yang lebih buruk androgenik efek tidak dapat diuraikan seluruhnya. Penggunaan THG sesuai dengan tujuan terapi dan tidak disalahgunakan dapat memberikan efek yang baik diantaranya jika digunakan dalam kondisi tertentu seperti osteoporosis, beberapa bentuk anemia dan untuk mendukung pemulihan setelah operasi besar dan sakit yang serius karena THG dapat merangsang sel otot dan tulang untuk membuat protein baru. Mereka meningkatkan kekuatan otot dan mendorong pertumbuhan otot baru.

DAFTAR PUSTAKA

IAAF Handbook, 1992-1993, Aturan 55 http://media-online.id/2014/10/efek-pemakaian-doping-pada-atlet.htmlhttp://e-infokes4u.blogspot.com/2008/05/doping-jalan-pintas-yang-membahayakan.htmlBudiman, Made.Doping dalam Olahraga.Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013At Kicman. 2008. Pharmacology Of anabolic Steroids. PubMed British Journal Of PharmacologyFarmakologi dan Terapi. 2012. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi Dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas indonesia.

16