Strategi Pemberantasan Korupsi
-
Upload
ridhollah-muhammad-arie -
Category
Documents
-
view
52 -
download
2
description
Transcript of Strategi Pemberantasan Korupsi
SEBERAPA EFEKTIFKAH PENERAPAN HUKUMAN MATI DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KORUPSI DI CINA
DAN TEPATKAH DILAKUKAN DI INDONESIA
Ridhollah Muhammad ArieMahasiswa D-IV STAN
Abstract
Cina sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia memiliki sejarah korupsi yang panjang, mulai dari zaman kekaisaran sampai dengan saat ini. Tidak heran tingkat tindak pidana korupsi di Cina menunjukkan angka yang tinggi. Berbagai upaya pemberantasan korupsi terus dilakukan oleh pemerintah Cina. Salah satu upaya pemberantasan korupsi yang
dilakukan adalah pemberlakuan hukuman mati bagi para pelaku korupsi. Tulisan ini akan membahas seberapa efektif pemberlakuan hukuman mati dalam rangka pemberantasan korupsi
di Cina dan tepatkah diberlakukan di Indonesia.
PENDAHULUAN
Korupsi sebenarnya bukanlah hal
yang baru yang muncul seiring dengan
semakin berkembangnya perekonomian
global. Korupsi adalah masalah lama yang
menggerogoti semua bangsa di dunia.
Bahkan di Cina, wabah korupsi telah
dimulai sejak zaman kekaisaran. Berbagai
upaya pemberantasan korupsi mulai dari
pembentukan badan anti korupsi hingga
penetapan hukuman berat yaitu hukuman
mati bagi para pelaku tindak pidana korupsi
telah dilakukan oleh pemerintah Cina.
KEEFEKTIFAN HUKUMAN MATI
BAGI PEMBERANTASAN KORUPSI
CINA
Ungkapan perdana menteri Cina Zhu
Rongji "Untuk melenyapkan korupsi, saya
menyiapkan 100 peti mati. Sembilan puluh
sembilan untuk para koruptor dan satu untuk
saya, bila saya berbuat sama" merupakan
salah satu bentuk keinginan dan tekad yang
kuat dari pemerintah Cina untuk
memberantas korupsi. Ungkapan yang
dinyatakan oleh perdana menteri itu secara
langsung menyatakan bahwa apabila
sesorang terbukti korupsi, sanksinya adalah
hukuman mati.
Hal ini bukanlah gertakan belaka,
terbukti banyak pegawai pemerintah yang
melakukan korupsi telah divonis dan
dieksekusi mati. Kasus korupsi pertama
setelah PM Zhu menyatakan tekad kuatnya
memberantas korupsi adalah kasus suap
yang melibatkan Wakil Gubernur Provinsi
Jiangxi, Hu Chang-ging. Ia dihukum mati
karena telah terbukti menerima suap sekitar
6 milar rupiah. Kampanye-kampanye anti
korupsi terus digalakkan. Bahkan, pada
akhir 2000, Cina telah membongkar
jaringan penyelundupan dan korupsi yang
1
melibatkan 100 pejabat Cina di Propinsi
Fujian, Cina Tenggara. Sebanyak 84 orang
di antaranya terbukti bersalah dan 11 orang
dihukum mati.
Hukuman mati yang telah dijatuhkan
terhadap para koruptor tersebut diharapkan
menjadi "pelajaran" agar tidak ada lagi
pelaku kejahatan korupsi di Cina. Namun,
apakah terbukti efektif hukuman mati
tersebut dalam memberantas korupsi di
Cina? Jika kita smelihat hasil survey Indeks
Persepsi Korupsi (IPK) yang dikeluarkan
oleh lembaga Transparansi Internasional
sebelum dan sesudah digalakkannya
hukuman mati pada akhir tahun 90-an kita
akan dapat melihat bahwa
Tabel Peringkat
Indeks Persepsi Korupsi
Cina
Tahun Skor IPK Peringkat
1998 3,5 52
1999 3,4 58
2000 3,1 63
2001 3,5 57
2002 3,5 59
2003 3,4 66
2004 3,4 71
2005 3,2 78
2006 3,3 70
... ... ...
2011 3,6 75
2012 39 80
persepsi masyarakat terhadap korupsi yang
dilakukan oleh pelayan publik tidak lah
mengalami kenaikan secara signifikan
bahkan beberapa tahun diantaranya
mengalami penurunan skor dan peringkat
dalam survey tersebut.
Jika kita mendasarkan hanya pada
hasil survey tersebut kita dapat melihat
bahwa pada kenyataannya tidak ada korelasi
langsung antara hukuman mati dengan
menghilangnya korupsi di Cina. Setiap
tahun terdapat eksekusi terhadap para
pelaku koruptor pejabat-pejabat
pemerintahan di Cina bahkan kasus terbaru
vonis hukuman korupsi adalah penjatuhan
hukuman mati terhadap mantan menteri
kereta api Cina atas tuduhan penyuapan dan
penyalahgunaan wewenang.
Akan tetapi, ketidakefektifan
penetepan hukuman mati di Cina bagi para
pelaku koruptor mungkin dapat disebabkan
oleh berbagai hal. Berbagai usaha
pembasmian dan dugaan korupsi di Cina
kelihatannya seringkali mempunyai
motivasi politik. Dengan dalih memerangi
korupsi, lawan dan/atau para pejabat yang
secara politis tidak loyal digeser dari
jabatannya. Kampanye antikorupsipun
dijalani hanya setengah hati hanya untuk
mendapat simpati masyarakat. Selain itu,
hal terpenting yang menyebabkan masih
maraknya korupsi di Cina adalah tidak
adanya independensi sistem hukum dari
Partai Komunis Cina menjadi hambatan
utama bagi terwujudnya pemerintahan
berdasarkan hukum di Cina. Sebagian besar
2
kasus korupsi tidak ditangani oleh jaksa dan
polisi, melainkan oleh pengurus partai
sendiri. Ketika kasus-kasusnya dilimpahkan
ke pengadilan, partai sering
merekomendasikan hukumannya.
Contohnya adalah skandal korupsi tingkat
tinggi yang terjadi baru-baru ini,
menyangkut petinggi partai Shanghai. Ia
ditahan oleh para investigator dari partai
yang dikirim dari Beijing, dan bukannya
oleh polisi atau jaksa setempat. Partai sering
menangani kasus korupsi di luar jalur
hukum. Oleh karena itu, penerapan
hukuman mati bagi para pelaku koruptor di
Cina belum berjalan efektif dalam
memberantas korupsi.
PENERAPAN HUKUMAN MATI BAGI
PEMBERANTASAN KORUPSI
INDONESIA
Hukuman mati bagi para pelaku
koruptor di Indonesia memang belum
pernah dilakukan di Indonesia, tetapi bukan
berarti tidak ada aturan yang mengatur
hukuman mati bagi para pelaku koruptor
tersebut. Sesuai dengan Pasal 2 ayat 2 UU
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dinyatakan bahwa pidana mati dapat
dijatuhi kepada pelaku korupsi dalam
keadaan tertentu. Keadaan tertentu tersebut
kemudian dinyatakan dalam penjelasan
sebagai tindak pidana korupsi yang
dilakukan pada waktu negara dalam
keadaan bahaya sesuai dengan undang-
undang yang berlaku, pada waktu terjadi
bencana alam nasional, sebagai
pengulangan tindak pidana korupsi, atau
pada waktu negara dalam keadaan krisis
ekonomi dan moneter.
Jika kita membicarakan masalah
hukuman bagi para pelaku koruptor di
Indonesia, jangankan hukuman mati,
hukuman yang setimpal pun selama ini
belum sanggup diterapkan. Masih
kurangnya keberanian para penegak hukum
untuk benar-benar memberi efek jera bagi
para pelaku korupsi tampaknya belum
serius.
Hal pertama yang dapat kita lihat
yaitu mulai dari penangkapan atau
penahanan, masih adanya anggapan tebang
pilih penanganan kasus korupsi merupakan
salah satu bukti belum serius KPK dalam
memberantas koruptor. Setelah itu vonis
yang diberikan hakim kepada koruptor lebih
banyak berada di bawah tuntunan yang
diberikan, padahal tuntutan hukuman itu
sendiri dianggap masih terlalu ringan. Masa
hukuman yang dijalankan juga terasa tidak
adil, banyaknya remisi dan tersedianya
fasilitas-fasilitas terselubung terhadap para
koruptor yang telah dipenjara menjadikan
Indonesia sebagai negara yang tidak serius
dan tegas dalam memberantas tindak pidana
korupsi.
Lalu apakah dapat diterapkan
hukuman mati di Indonesia? Tujuan
hukuman mati yaitu memberi efek jera
sehingga diharapkan tidak ada lagi orang-
3
orang yang berani melakukan korupsi.
Hukuman mati maupun hukuman penjara
yang diterapkan di Indonesia membutuhkan
kemauan dan tekad kuat dalam
penerapannya. Hukuman penjara walaupun
tidak sekeras hukuman mati dapat menjadi
suatu "efek jera" bagi para pelaku korupsi
jika diterapkan dengan maksimal. Jika kita
menyebut korupsi sebagai kejahatan luar
biasa maka hukuman yang diberikan
seharusnya adalah hukuman luar biasa juga.
Tidak ada ampun bagi para pelaku koruptor
merupakan hal yang wajar karena
kejahatannya telah menyengsarakan
masyarakat banyak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Belajar dari cara
pemberantasan korupsi di Cina, terlepas dari
anggapan adanya tujuan-tujuan terselebung
di belakang penerapan hukuman keras bagi
para koruptor, penerapan hukuman
maksimal kepada para pelaku korupsi hanya
dapat dilakukan oleh pemimpin yang berani,
tegas dan serius benar-benar ingin
memberantas korupsi sehingga para pelaku
korupsi itu akan sadar dengan adanya
hukuman yang berat yang akan diterima jika
melakukan perbuatan tersebut. Dengan
kepemimpinan yang tegas serta perbaikan
mental aparat penegakan hukum diharpakan
korupsi di Indonesia dapat berkurang..
PENUTUP
Hukuman mati bagi para pelaku koruptor
sebenarnya telah diatur oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. Meskipun demikian, sampai saat
ini belum ada satu pun pelaku korupsi yang
dijerat dengan hukuman tersebut, bahkan
hukuman yang selama ini diberikan kepada
pelaku korupsi dianggap ringan jika
dibandingkan dengan kejahatan yang telah
dilakukannya. Belajar dari pemberantasan
korupsi di Cina, walaupun belum berhasil
memberantas korupsi, contoh keberanian
dan tekad keras pemimpinnya dalam
memberantas korupsi merupakan salah satu
cara agar penerapan hukuman kepada
pelaku korupsi menjadi maksimal.
Pemimpin yang berani akan mengantar
negaranya kepada sistem yang lebih baik
dalam memberantas korupsi sehingga
hukuman yang diberikan dapat memberikan
efek jera secara efektif sehingga korupsi
dapat berkurang..
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi, 2011, Pendidikan
Antikorupsi di Perguruan Tinggi. Jakarta :
CSRC
Kemendikbud. 2011. Pendidikan Anti
Korupsi untuk Perguruan Tinggi.
http://www.terindikasi.com dikutip hari
Minggu, 1 September 2013, 16.00 WIB
http://www. hukumonline .com dikutip hari
Minggu, 1 September 2013, 15.45 WIB.
http://www. kontras.org dikutip hari Minggu,
1 September 2013, 15.55 WIB
http://www.anneahira.com dikutip hari
Senin, 1 September 2013, 15.50 WIB.
4