Trend Pemberantasan Korupsi 2013 - icw.or.id Pemberantasan Korupsi 2013.pdf · Kesimpulan •...

30
Trend Pemberantasan Korupsi 2013

Transcript of Trend Pemberantasan Korupsi 2013 - icw.or.id Pemberantasan Korupsi 2013.pdf · Kesimpulan •...

Trend Pemberantasan Korupsi 2013

Pembahasan

1. Sumber data dan periode pemantauan

2. Penindakan perkara korupsi 2013

3. Pelaksanaan fungsi koordinasi dan supervisi

4. Kesimpulan

5. Rekomendasi

Pemantauan dilakukan selama periode 1 Januari 2013 - 31 Desember 2013.

Data bersumber dari: a. Media massa, online maupun cetak. b. Website aparat penegak hukum (Kepolisian – Kejaksaan dan

KPK). c. Permintaan informasi ke aparat penegak hukum. d. Laporan masyarakat serta informasi dari mitra lokal ICW

Kasus yang terpantau adalah; a. Kasus dugaan korupsi yang berada pada tahap penyidikan

(sudah ada penetapan tersangka). b. Kasus dugaan korupsi yang ditangani oleh Kepolisian,

Kejaksaan dan KPK selama Januari s/d Desember 2013.

Waktu dan Metode Pemantauan

Tujuan Pemantauan

• Menjelaskan kerja pemberantasan korupsi sepanjang 2013, khususnya bidang penindakan oleh aparat penegak hukum (apgakum, yaitu: kepolisian – Kejaksaan – KPK).

• Memetakan perkara korupsi yang ditangani Apgakum selama 2013.

• Pemetaan melingkupi: sektor korupsi, modus korupsi, klasifikasi jabatan pelaku (aktor), potensi kerugian, wilayah dan waktu terjadinya, serta aparat penegak hukum yang menanganinya.

• Memberikan catatan terhadap kerja-kerja pemberantasan korupsi

• Menghasilkan rekomendasi kepada apgakum.

Trend Pemberantasan Korupsi Selama 3 tahun terakhir

Periode Smt I

thn

2010

Smt II

thn

2010

Tahun

2011

Tahun

2012

Smt I

thn

2013

Sem II

thn

2013

Jumlah

Kasus 176

kasus

272

kasus

436

kasus

401

kasus

293

kasus

267

kasus

Kerugian

Negara 2.1

triliun

1.2

triliun

2.1

triliun

10.4

triliun

5.7

triliun

1.6

triliun

Jumlah

Tersangka 441

orang

716

orang

1053

orang

877

orang

677

orang

594

orang

*Catatan: database korupsi Smt II thn 2012 sedang diperbaharui kembali

3 tahun

pemberantasan

korupsi

• Pemberantasan korupsi

selama 3 tahun terakhir

menunjukkan tren yang

meningkat.

• Peningkatan terjadi pada

jumlah kasus yang

ditangani maupun aktor

yang ditetapkan sebagai

tersangka.

• Kerugian negara akibat

penetapan tersangka

korupsi menunjukkan

peningkatan dibanding 2

tahun lalu.

448 Kasus

436 Kasus

401 Kasus

560 Kasus

0

200

400

600

2010 2011 2012 2013

1157 Tersangka

1053 Tersangka 877

Tersangka

1271 Tersangka

0

500

1000

1500

2010 2011 2012 2013

3.3 Triliun

2.1 Triliun

10.4 Triliun 7.3

Triliun

0

5

10

15

2010 2011 2012 2013

Trend Pemberantasan

Korupsi 2013

• Hasil pemantauan terhadap

penanganan kasus korupsi oleh

aparat penegak hukum selama

2013, terpantau 560 kasus

korupsi dengan jumlah tersangka

1271 orang dan potensi kerugian

negara sebesar 7,3 Triliun rupiah.

• Jika dibandingkan dengan tren

pemberantasan korupsi tahun

sebelumnya, terjadi peningkatan

pada sisi jumlah kasus dan

penetapan tersangka, namun

menunjukkan penurunan pada

kerugian negara.

(Dok. ICW 2013)

Korupsi Berdasarkan Sektor Semester 1 Thn 2013

Korupsi Berdasarkan Sektor Semester 2 Thn 2013

0 20 40 60 80

Infrastruktur

Keuangan Daerah

Pendidikan

Sosial Kemasyarakatan

Kesehatan

Pertanian dan Perkebunan

Peradilan

Perbankan

Energi

Pemilu/pemilukada/Politik

Peternakan

Olahraga

Transportasi/perhubung…

Perizinan

Pertanahan

Kelautan/ perikanan

Sumberdaya Air Bersih

Perpajakan

Pertambangan

73

56

31

30

25

7

7

6

5

5

4

3

3

3

3

2

2

1

1

0 20 40 60 80 100

Keuangan Daerah

Infrastruktur

Pendidikan

Sosial Kemasyarakatan

Perbankan

Kesehatan

Perpajakan

Pertanian dan…

Kelautan dan Perikanan

Pertanahan

Pariwisata

Pertambangan

Peternakan

Transportasi

Keagamaan

Pemilu

Peradilan

Perdagangan

Telekomunikasi

92

82

36

17

14

11

11

7

6

4

2

2

2

2

1

1

1

1

1

• Selama 3 tahun terakhir, pemberantasan korupsi masih belum bergeser dari sektor infrastruktur, keuangan daerah dan pendidikan.

• Pada semester II thn 2013 terjadi pertukaran peringkat. Sektor infrastruktur menggeser sektor keuangan daerah yang pada semester I thn 2013 berada di peringkat pertama.

• Penegak hukum masih fokus pada korupsi Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ).

Korupsi Berdasarkan Sektor 2013

Periode/

keterangan Semester 1 Semester 2

Jumlah kasus 293 kasus 267 kasus

Jumlah

tersangka 676 tersangka 594 tersangka

Kasus PBJ 114 kasus

(38,22%)

114 kasus

(42,7%%)

Tersangka

PBJ

314 orang

(46,38%) 291 orang (48,9%)

2013: Masih Tahun Korupsi Pengadaaan Barang

dan Jasa

Tren Pemberantasan

Korupsi 2013

• Fokus penegak hukum

masih pada korupsi sektor

pengadaan barang dan

jasa.

• Sekurangnya 245 tersangka

(semester 1: 156, semester

2: 89) berlatar belakang

panitia pengadaan barang

dan jasa/ PPK/ PPTK

• Terdapat 13 kepala daerah

dan 10 anggota DPR/D

terjerat korupsi pengadaan

barang dan jasa.

Jabatan Pelaku Korupsi Semester 1 Thn 2013

0 50 100 150 200 250 300 350

Pejabat atau pegawai Pemda/Kementrian

Direktur, Komisaris, Konsultan dan Pegawai Swasta

Kepala Dinas

Direktur/Komisaris/Karyawan BUMN/ BUMD

Anggota DPR/ DPRD

Masyarakat

Gubernur/ bupati/ walikota

Auditor

Sekretaris dewan

Fasilitator PNPM

Pengurus organisasi profesi

Anggota KPU/ KPUD

Pegawai pajak

Hakim

Ketua Asosiasi

Ketua atau anggota koperasi

Korporasi

Mahasiswa

Lain - lain

329

169

59

43

20

17

11

7

6

4

3

2

2

1

1

1

1

1

0

Jabatan Pelaku Korupsi Semester 2 Tahun 2013

0 50 100 150 200 250

Pejabat atau pegawai Pemda/Kementrian

Direktur, Komisaris, Konsultan dan Pegawai Swasta

Kepala Dinas

Direktur, pejabat dan pegawai BUMN/D

Anggota DPR/D

Lain - lain

Kepala Daerah

Kelompok masyarakat & kelompok tani

Pejabat/pegawai Bank

Ketua atau anggota KPU/D

Aparat penegak hukum & pegawai di pengadilan

Kepala atau pegawai BPN

Ketua dan pengurus organisasi profesi

Rektor, dosen atau akademisi

Ketua dan anggota koperasi

Anggota BNN

Sekertaris Dewan

Anggota partai

Auditor

228

105

49

42

42

27

24

12

12

10

9

8

6

6

5

3

3

2

1

Korupsi Berdasarkan Pelaku (Aktor) 2013

• Perbandingan pelaku korupsi antara Semester I dan Semester II masih cenderung sama. Tersangka masih didominasi kalangan:

1. Pegawai Pemda/kementrian (557 tersangka)

2. Direktur/pegawai swasta (274 tersangka)

3. Kepala dinas (108 tersangka)

4. Direktur/pejabat/ Pegawai BUMN/D (85 tersangka)

5. Anggota DPR/D (62 tersangka)

• Menariknya, khusus di Semester II tahun 2013, dari 228 yang ditetapkan tersangka, 39,03% merupakan penyelenggara pengadaan barang dan jasa seperti panitia lelang, PPK, PPTK dll.

• Aktor berlatar belakang kepada daerah dan anggota DPR/D meningkat. Tahun 2013, kepala daerah 35 tersangka dan anggota DPR/D 62 tersangka. Tahun 2012, kepala daerah 34 tersangka, dan anggota DPR/D 38 tersangka.

• Terdapat korporasi yang menjadi tersangka kasus korupsi (IM2). Pada pengadilan tingkat pertama dihukum membayar uang pengganti Rp 1,3 triliun. Namun, pada tingkat banding divonis bebas.

*Catatan: terdapat kepala daerah yang dihitung ulang karena tersangka korupsi di 2( dua) kasus atau lebih.

0 20 40 60 80 100 120

Penggelapan

Penyalahgunaan Anggaran

Mark Up

Proyek/laporan fiktif

Suap/gratifikasi

Pungutan Liar

Mark Down

Pencucian Uang

104

75

50

44

15

3

1

1

Modus Korupsi Semester 1 Tahun 2013

0 20 40 60 80 100 120

Penggelapan

Penyalahgunaan Anggaran

Markup

Proyek/Laporan fiktif

Suap/ gratifikasi

Penyalahgunaan wewenang

Pungutan Liar

Pencucian Uang

104

50

47

39

15

6

6

2

Modus Korupsi Semester 2 Tahun 2013

• Selama 3 tahun terakhir, penggelapan masih menjadi modus paling sering digunakan oleh tersangka korupsi.

• Modus korupsi yang diungkap aparat penegak hukum masih modus-modus konvensional.

• Tidak terjadi perubahan modus antara Semester 1 dan Semester 2 tahun 2013.

Modus Korupsi 2013

Lokasi Pemberantasan Korupsi Semester 2

Tahun 2013

• Upaya penindakan

kasus korupsi di

daerah cukup tinggi.

• 98,13%

pemberantasan

korupsi dilakukan di

daerah.

0 50 100 150 200

Kabupaten

Kota

Provinsi

Pusat

194

64

4

5

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Sumatera Utara

Jawa Tengah

Jawa Barat

Riau

NAD

Nasional

Sulawesi Utara

Bengkulu

Jawa Timur

NTT

Sumatera Selatan

Kalimantan Tengah

Sumatera Barat

Papua Barat

Lampung

DKI Jakarta

Jambi

Kepulauan Riau

Maluku

Maluku Utara

Banten

DIY

Kalimantan Barat

Papua

Sulawesi Tengah

Sulawesi Tenggara

Bangkabelitung

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

NTB

Sulawesi Selatan

Bali

Sulawesi Barat

Gorontalo

36

22

21

15

14

14

13

12

11

10

10

9

9

8

7

6

6

6

6

6

5

5

5

5

5

5

3

3

3

3

3

2

2

1 Korupsi Berdasarkan Tempat Terjadinya Korupsi Semester 1 Tahun 2013

Korupsi Berdasarkan Tempat Terjadinya Korupsi Smt 2 thn 2013

0 5 10 15 20 25 30 35

Jawa Timur

Sumatera Utara

Jawa Tengah

Jawa Barat

Lampung

Sulawesi Selatan

Nusa Tenggara Timur

Banten

Riau

Bengkulu

Kalimantan Selatan

Sumatera Barat

DI Yogyakarta

DKI Jakarta

Aceh

Papua Barat

Pusat

Kalimantan Timur

Kepulauan Riau

Bali

Kalimantan Tengah

Sulawesi Utara

Jambi

Sumatera Selatan

Kepulauaun Bangka Belitung

Maluku

Maluku Utara

Papua

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tengah

Nusa Tenggara Barat

Kalimantan Barat

Kalimantan Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat

31

23

22

18

14

13

10

9

9

9

8

8

7

6

6

6

5

5

5

5

4

4

4

4

4

4

4

4

3

3

3

2

2

2

1

Korupsi Berdasarkan Wilayah 2013

• Menguatkan dugaan terjadinya desentralisasi korupsi: dari 267 kasus korupsi, 262 kasusnya terjadi di daerah (98.12%).

• Terjadi perubahan peringkat penganganan korupsi di daerah. Sumatera Utara yang selama ini mendominasi digeser oleh Jawa Timur.

Penanganan Aparat Penegak Hukum Tahun 2013

0 50 100 150 200 250

Kejaksaan

Kepolisian

KPK

206

74

13

0 50 100 150 200

Kejaksaan

Kepolisian

KPK

173

80

14

SMT 1

SMT 2

Perkara Korupsi Berdasarkan Tahun Kejadian yang Diproses Tahun 2013

1 0 4 6 8

13 14 20

35

52

76

38

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Kinerja Aparat Penegak Hukum Bidang Penindakan Tahun 2013

• Tidak ada perubahan peringkat semester I dan semester II 2013

• Penananan kasus korupsi 2013 mayoritas ditangani kejaksaan

• Kepolisian sudah masuk ke kasus sektor penerimaan negara (kasus pajak)

• Kepolisian sudah mulai melakukan OTT (operasi tangkap tangan).

Pelaksanaan Fungsi Koordinasi dan Supervisi KPK

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Kepaladaerah/

Wakil KepalaDaerah

DPR/ DPD/DPRD

Eselon I,Eselon II,Eselon III

Aparatpenegakhukum

Swasta lain-lain

25 23

89

3

31

50

Capaian Pelaksanaan Fungsi Koordinasi dan Supervisi (Korsup) KPK

NB: Hasil sampling di 5 daerah : Riau - Kaltim – Sulsel – Jogja - NTB

Aktor yang Terjerat Dalam Pelaksanaan Koordinasi-Supervisi (Korsup)

0

20

40

60

80

100

120

140134

43 39 37

24 21 14

7 6 5 3 0

42,37%

NB: Hasil sampling di 5 daerah : Riau - Kaltim – Sulsel – Jogja - NTB

Kesimpulan • Pemberantasan korupsi tahun 2013 menunjukkan peningkatan secara

kuantitas dan kualitas.

• Kasus-kasus yang tergolong penerimaan negara masih jarang ditangani aparat penegak hukum. Apgakum masih fokus menangani kasus sektor pengeluaran/ belanja negara. Sedangkan korupsi pada sektor penerimaan belum mendapat perhatian.

• Ada problem serius dalam proses sistem pengadaan barang dan jasa.

• Korupsi pada sektor pengadaan barang dan jasa tidak terbatas pada pemerintah dan swasta, tetapi juga aktor berlatar belakang politik.

• Sulit mempercayakan pemberantasan korupsi di daerah pada kepala daerah, mengingat banyaknya kepala daerah yang menjadi tersangka.

• Korupsi di sektor pendidikan masih mengkhawatirkan dan selalu masuk 3 besar tempat terjadinya korupsi.

Rekomendasi • KPK harus kembali fokus pada kasus dugaan korupsi sektor sumber

daya alam dan sektor-sektor strategis lainnya

• 98,12% penanganan perkara terjadi di Daerah. KPK harus:

– Perkuat fungsi kooridinasi dan supervisi, agar kepolisian dan kejaksaan bisa makin optimal.

– Memberdayakan aktor-aktor potensial di dalam pemerintahan untuk memperkuat pencegahan korupsi.

• Kepolisian dan kejaksaan harus meningkatkan kinerja, khususnya pada penganganan kasus korupsi di daerah.

• Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) dan aparat penegak hukum melakukan evaluasi soal peraturan dan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa baik pusat maupun di daerah.

• Perlu ada keseriusan dalam melakukan reformasi birokrasi di tingkat daerah.

Terimakasih